Professional Documents
Culture Documents
Tonic clonic convulsion merupakan bentuk paling banyak terjadi pasien tibatiba jatuh, kejang, sesak napas, keluar air liur bisa terjadi sianosis, ngompol,
atau menggigit lidah terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah,
2)
3)
4)
1)
2)
hipokalsemia,
epileptogen.
Dapat mengalami aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang
epileptik (aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium
bau-bauan tidak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit
1.1.4.5
1.1.4.6
1.1.4.7
1.1.4.10 Kedua lengan dan tangannya kejang, serta dapat pula tungkainya
menendang- menendang.
1.1.4.11 Terkadang keluar busa dari liang mulut dan diikuti dengan buang air kecil.
1.1.5 Patofisiologi
Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik di otak yang
dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui
sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga
seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi).
Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat selanjutnya
akan menyebar ke bagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai
hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas
listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya
akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian
akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.
WOC EPILEPSI
Infeksi
Demam tinggi
Kurang Gizi
Meningitis
Kejang demam
berkepanjangan
Kejang, gangguan kesadaran, dapat melihat aura, sesak napas, muka pucat, berkeringat, keluar busa dari mulut.
Parsial
Sederhana
B1
RR meningkat
Ketidakefektifan pola napas
Umum
Komplek
Tonik klonik
B2
B3
Apnea
Takikardi
Penurunan
kesadaran
Gang. Perfusi
Jaringan
Cianosis
Hipoksia
Gang. Perfusi
Jaringan
Absence
B5
B4
Oliguria
Retensi Urine
Myodonic
Inkontinensia
urine
Gang. Eliminasi
Urine
Nafsu
makan
menurun
Nutrisi
Kurang dari
kebutuhan
tubuh
Atonic
B6
Lemas, tremor
Resiko Cidera
Kurang Pengetahuan
Kejang
Resiko cidera
Metabolisme meningkat
Kebutuhan O meningkat
Asfiksia
1.1.6 Komplikasi
1.1.6.1
Kerusakan otak akibat hipoksia dan retardasi mental.
1.1.6.2
Timbul depresi dan keadaan cemas.
1.1.7 Penatalaksanaan
1.1.7.1
Manajemen Epilepsi:
1)
Melakukan terapi simtomatik.
2)
Dalam memberikan terapi anti epilepsi yang perlu diingat sasaran pengobatan
yang dicapai. Pada epilepsi umum sekunder, obat-obat yang menjadi lini
pertama pengobatan adalah karbamazepin dan fenitoin. Sedangkan pada lini
kedua adalah Gabapentin, lamotrigine, fenobarbital, primidone, tiagabine,
topiramate, dan asam valproat.
1.1.7.2
Selama Kejang
1)
Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahu.
2)
Mengamankan pasien di lantai jika memungkinkan.
3)
Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari benda keras, tajam
4)
5)
pasien.
1.1.7.3
Setelah Kejang
1)
Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang terjadi.
2)
Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi. Yakinkan
3)
4)
5)
6)
7)
2)
Karbamazepin (CBZ)
Karbamazepin dapat
menghambat
saluran
Na.
Karbamazepin
dapat
Topiramate (TPM)
Cara kerja menghambat saluran Na, menambah kerja hambat dari GABA.
8)
Tiagabine (TGB)
Cara kerja menghambat kerja GABA dengan cara memblokir uptakenya.
1.1.8 Pemeriksaan Diagnostik
1.1.8.1
CT Scan dan Magnetik resonance imaging (MRI) untuk mendeteksi
lesi pada otak, fokal abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan
degeneratif serebral. Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan
jaringan otak yang tampak jelas pada CT scan atau magnetic resonance
imaging (MRI) maupun kerusakan otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi
1.1.8.2
1)
2)
3)
4)
adanya infeksi).
5)
Pungsi lumbal untuk mengetahui apakah telah terjadi infeksi otak.
1.2 Manajemen Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 Biodata: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan, dan penanggungjawabnya.
1.2.1.2
Usia: Penyakit epilepsi dapat menyerang segala umur.
1.2.1.3
Pekerjaan: Seseorang dengan pekerjaan yang sering kali menimbulkan
stress dapat memicu terjadinya epilepsi. Kebiasaan yang mempengaruhi:
peminum alcohol.
1.2.1.4
Keluhan utama: Untuk keluhan utama, pasien atau keluarga biasanya
ketempat pelayanan kesehatan karena klien yang mengalami penurunan
kesadaran secara tiba-tiba disertai mulut berbuih. Kadang-kadang klien /
keluarga mengeluh anaknya prestasinya tidak baik dan sering tidak mencatat.
Klien atau keluarga mengeluh anaknya atau anggota keluarganya sering
1.2.1.5
1.2.1.6
Riwayat penyakit dahulu:
1)
Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
2)
Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
3)
Ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
4)
Tumor Otak
5)
Kelainan pembuluh darah
6)
Demam,
7)
Stroke
8)
Gangguan tidur
9)
Penggunaan obat
10) Hiperventilasi
11) Stress emosional
1.2.1.7
Riwayat penyakit keluarga: Pandangan yang mengatakan penyakit
ayan merupakan penyakit keturunan memang tidak semuanya keliru, sebab
terdapat dugaan terdapat 4-8% penyandang ayan diakibatkan oleh faktor
keturunan.
1.2.1.8
Riwayat psikososial
1)
Intrapersonal: klien merasa cemas dengan kondisi penyakit yang diderita.
2)
Interpersonal: gangguan konsep diri dan hambatan interaksi sosial yang
berhubungan dengan penyakit epilepsi (atau ayan yang lebih umum di
masyarakat).
1.2.1.9
Pemeriksaan fisik
1)
B1 (breath): RR biasanya meningkat (takipnea) atau dapat terjadi apnea,
2)
3)
4)
5)
6)
aspirasi
B2 (blood): Terjadi takikardia, cianosis
B3 (brain): penurunan kesadaran
B4 (bladder): oliguria atau dapat terjadi inkontinensia urine
B5 (bowel): nafsu makan menurun, berat badan turun, inkontinensia alfi
B6 (bone): klien terlihat lemas, dapat terjadi tremor saat menggerakkan anggota
4.
5.
6.
7.
Ajarkan pasien bila ada perasaan yang tidak biasa yang dialami beberapa saat
sebelum kejang.
R/: Untuk mengidentifikasi manifestasi awal sebelum terjadinya kejang pada
8.
pasien
Ajarkan pasien untuk memberi tahu jika merasa ada sesuatu yang tidak nyaman,
atau mengalami sesuatu yang tidak biasa sebagai permulaan terjadinya kejang.
R/: Untuk mengidentifikasi manifestasi awal sebelum terjadinya kejang pada
9.
pasien.
Berikan informasi pada keluarga tentang tindakan yang harus dilakukan selama
pasien kejang.
R/: Sebagai informasi pada perawat untuk segera melakukan tindakan sebelum
10.
dispnea.
Anjurkan klien untuk mengosongkan mulut dari benda / zat tertentu / gigi palsu
atau alat yang lain jika fase aura terjadi dan untuk menghindari rahang
2.
3.
4.
asfiksia.
Berikan oksigen sesuai program terapi.
R/: Membantu memenuhi kebutuhan oksigen agar tetap adekuat, dapat
menurunkan hipoksia serebral sebagai akibat dari sirkulasi yang menurun atau
lebih
kooperatif
akan
pemahaman
klien
pentingnya
3.
diderita.
1.2.4 Implementasi
Merupakan komponen dari proses keperawatan (Potter & Perry, 2005) adalah
kategori dari perilaku keperawatan di mana tindakan yang di perlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang di perkirakan dari asuhan keperawatan di lakukan dan
di selesaikan.
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan proses keperawatan mengukur respon klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan (Potter & Perry,
2005).
1.3
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan
1.3.1 Anamnesa
Identitas Pasien
Pasien bernama An. N yang lahir pada tanggal 7 April 2003 berjenis kelamin
perempuan, beragama katolik. Pasien adalah orang jawa yang berasal dari Panti
Werdha Bakti Luhur Surabaya, jawa timur. Dengan diagnosa medis Epilepsi.
1.3.1.2
Pasien mempunyai orang tua asuh yang bernama Ny. V yang berusia 23 tahun,
beragama katolik. Ny. V berasal dari Flores. Pendidikan terakhir Ny. V adalah SMA
yang sekarang bekerja di Panti Werdha Bakti Luhur Surabaya.
1.3.1.3
Keluhan Utama
Orang tua asuh pasien mengatakan bahwa An. N belum bisa berbicara
sedangkan usianya sudah 11 tahun.
1.3.1.4
1)
Riwayat Kesehatan
dipegang karena tidak ada alat bantu khusus untuk membantu berjalan, kejang terjadi
pada saat pasien tidur dan secara tiba-tiba, namun setelah di lakukan fisioterapi rutin
An. N bisa berjalan.
2)
(1)
Riwayat Prenatal: Data tidak diperoleh karena tidak ada orang tua kandung.
(2)
Riwayat Prenatal: Data tidak diperoleh karena tidak ada orang tua kandung.
(3)
Riwayat Postnatal: Data tidak diperoleh karena tidak ada orang tua kandung.
4)
Status Imunisasi
Data tidak diperoleh karena tidak ada orang tua kandung.
5)
6)
Tanda Vital
Ubun-ubun pasien dalam keadaan menutup dan datar, pasien memiliki rambut
berwarna hitam, tidak rontok, tidak mudah di cabut dan tidak kusam, keadaan kulit
kepala bersih, tidak ada peradangan atau benjolan.
1.3.2.4 Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva berwarna merah muda, skelera berwarna
putih, reflek pupil positif. Ketajaman penglihatan pasien baik, dapat membedakan
orang tua asuh dan perawat.
1.3.2.5
Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak ada serumen atau secret, tidak ada peradangan
dan ketajaman pendengaran pasien baik, pasien menoleh saat namanya di panggil.
1.3.2.6
Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ada serumen atau secret, fungsi penciuman
normal dapat membedakan aroma roti dan susu.
1.3.2.7 Mulut
Keadaan bibir lembab dan palatum normal terasa lunak dan keras.
1.3.2.8 Gigi
Pasien mempunyai gigi 32 buah dan tidak ada carries gigi.
1.3.2.9 Leher dan Tenggorokan
Bentuk leher simetris, reflek menelan baik, tidak ada pembesaran tonsil, tidak
ada pembesaran vena jugularis, tidak ada benjolan dan peradangan.
1.3.2.10 Dada
Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dada, bunyi nafas vesikuler, tipe
pernafasan dada, bunyi jantung normal S1 S2 (lup dup). Tidak ada iktus kordis, bunyi
tambahan dan nyeri dada.
1.3.2.10 Punggung
Bentuk punggung simetris, tidak ada peradangan dan benjolan.
1.3.2.11 Abdomen
Bentuk abdomen simetris, bising usus 7x /menit. Tidak ada asites, massa,
hepatomegali, splenomegali ataupun nyeri.
1.3.2.12 Ekstremitas
Pergerakan atau tonus otot terbatas. Tidak ada oedem, sianosis, dan clubbing
finger. Keadaan kulit halus, turgor kulit baik dapat kembali di bawah 2 detik dan kulit
teraba dingin, kekuatan otot ekstremitas atas 5|4, kekuatan otot ekstremitas bawah 5|
4.
1.3.2.13 Genitalia
Kebersihan baik, keadaan labia lengkap, tidak ada peradangan ataupun
benjolan.
1.3.3 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
1.3.3.1 Gizi: Baik, kebutuhan gizi terpenuhi dengan berat badan 40 kg dan usia 11
tahun.
1.3.3.1
1.3.3.2
1.3.3.3
1.3.3.4
1.3.3.5
Psikososial: Baik, pasien dekat dengan orang tua asuh, perawat dan
teman-teman satu wisma.
Nutrisi
1)
2)
3)
4)
Jenis makanan: Terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah serta snack pagi dan
sore (roti dan susu). Jenis minuman: air putih, teh, atau susu.
5)
6)
Kebiasaan makan: pasien makan pagi, siang dan malam. Snack pagi dan sore.
1.3.4.2
1)
Eliminasi
2)
BAK: Frekuensi BAK pasien baik, pasien menggunakan pampers dengan urine
output 1000 cc/ hari.
1.3.4.3
Istirahat/tidur
Pada siang hari pasien beristirahat selama 3-4 jam dan pada malam hari selama
9-10 jam.
1.3.4.4
1)
Mandi
Personal hygiene
Oral hygiene
SINTIA MANDARA
Kemungkinan Penyebab
Masalah
Resiko Cidera
Epilepsi
Kejang
Gangguan Keseimbangan
Proses Penyakit
tempat 4.
Rasional
Barang-barang
di
sekitar pasien dapat
membahayakan saat
terjadi kejang.
Mengidentifikasi
perkembangan atau
penyimpangan hasil
yang diharapkan.
Memberi penjagaan
untuk
keamanan
pasien
untuk
kemungkinan terjadi
kejang kembali.
Penjagaan
untuk
keamanan,
untuk
mencegah cidera atau
jatuh.
Area yang rendah dan
datar dapat mencegah
terjadinya
cedera
pada pasien.
Lidah
berpotensi
mencegah
terjadinya
tergigitnya lidah saat terjadi
kejang.
7. Ajarkan pasien bila ada 7.
perasaan yang tidak biasa
yang dialami beberapa saat
sebelum kejang.
8. Ajarkan
pasien
untuk 8.
memberi tahu jika merasa
ada sesuatu yang tidak
nyaman, atau mengalami
sesuatu yang tidak biasa
sebagai permulaan terjadinya
kejang.
9. Berikan
informasi
pada 9.
keluarga tentang tindakan
yang harus dilakukan selama
pasien kejang.
10.Berikan obat anti konvulsan 10.
sesuai anjuran dokter.
Diagnosa Keperawatan
2. Gangguan
pertumbuhan
dan
perkembangan
berhubungan dengan
proses penyakit.
1.
2.
3.
4.
Rasional
Untuk melatih anak
agar tidak tergantung
pada orang lain.
Perhatian merupakan
kebutuhan yang sangat
dibutuhkan agar anak
tidak merasa kesepian.
Untuk melatih kerja
otak anak.
Agar anak memiliki
teman dan tidak bosan.
5. Aktifitas merupakan
cara
untuk
menghilangkan stress.
6. Bila
anak
perlu
bantuan, anak tahu
cara untuk meminta
tolong.
7. Fasilitasi
perhatian
atau 7. Untuk menghilangkan
kontak
dengan
teman
stress dan merasakan
kelompoknya.
udara segar.
1.3.10
Hari/Tanggal
Jam
Rabu, 24
Desember 2014
Diagnosa 1
Implementasi
Evaluasi (SOAP)
SINTIA MANDARA
SINTIA MANDARA
Catatan Perkembangan
Sabtu, 27 Desember 2014
S: ----O:
1. Tidak terjadi cedera fisik.
2. Klien dalam kondisi aman.
3. Tidak ada memar atau
hematom pada kulit.
4. Tidak terjadi jatuh.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan Intervensi no 2
dan 4
Catatan Perkembangan
Senin, 29 Desember 2014
S:----O:
1. Tidak terjadi cedera fisik.
2. Klien dalam kondisi aman.
3. Tidak ada memar atau
SINTIA MANDARA
Implementasi
Evaluasi (SOAP)
S: Orangtua
asuh
pasien
mengatakan bahwa An. N
tidak
bisa
berbicara
sedangkan usianya 11 tahun.
O:
1. Kurang mampu berinteraksi
dengan anak lain,
2. Pertumbuhan spiritual baik,
pasien ikut beribadah di
gereja,
3. Pasien belum bisa bicara,
namun
pasien
dapat
berkomunikasi menggunakan
bahasa isyarat.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan Intervensi no. 1, 2,
3, 4, 5.
Catatan Perkembangan
Jumat, 26 Desember 2014
SINTIA MANDARA
Tanda Tangan dan
Nama Perawat
SINTIA MANDARA
S: ----O:
1. Kurang mampu berinteraksi
dengan anak lain.
2. Pertumbuhan spiritual baik,
pasien ikut beribadah di
gereja.
3. Pasien belum bisa bicara,
namun
pasien
dapat
berkomunikasi
menggunakan bahasa isyarat.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan Intervensi no. 1, 2,
3, 4,5.
Catatan perkembangan
Sabtu, 27 Desember 2014
S:----O:
1. Kurang mampu berinteraksi
dengan anak lain.
2. Pertumbuhan spiritual baik,
pasien ikut beribadah di
gereja.
3. Pasien belum bisa bicara,
namun
pasien
dapat
SINTIA MANDARA
berkomunikasi menggunakan
bahasa isyarat.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan Intervensi no. 1, 2,
3, 4, 5.
Catatan perkembangan
Senin, 29 Desember 2014
SINTIA MANDARA
S:----O:
1. Kurang mampu berinteraksi
dengan anak lain.
2. Pertumbuhan spiritual baik,
pasien ikut beribadah di
gereja.
3. Pasien belum bisa bicara,
namun
pasien
dapat
berkomunikasi
menggunakan bahasa isyarat.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan Intervensi no. 1, 2,
3, 4, 5.
SINTIA MANDARA