Professional Documents
Culture Documents
2014
4.2 SINUSITIS
A. DEFINISI
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi
sinus yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis
etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sfenoid.
Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksila dan sinusitis
etmoid, sinusitis frontal dan sinusuitis sfenoid lebih jarang.
Sinus maksila disebut juga antrum High more, merupakan sinus yang
sering terinfeksi, oleh karena (1) merupakan sinus paranasal yang terbesar,
(2) letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret atau
drainase dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia, (3) dasar
sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi
gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila, (4) ostium sinus maksila
terletak di meatus medius, disekitar hiatus semilunaris yang sempit,
sehingga mudah tersumbat.
Sinusitis maksilaris dapat terjadi akut, berulang atau kronis. Sinusitis
maksilaris akut berlangsung tidak lebih dari tiga minggu. Sinusitis akut
dapat sembuh sempurna jika diterapi dengan baik, tanpa adanya residu
kerusakan jaringan mukosa. Sinusitis berulang terjadi lebih sering tapi
tidak terjadi kerusakan signifikan pada membran mukosa. Sinusitis kronis
berlangsung selama 3 bulan atau lebih dengan gejala yang terjadi selama
lebih dari dua puluh hari.
B. EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian sinusitis sulit diperkirakan secara tepat karena tidak
ada batasan yang jelas mengenai sinusitis. Dewasa lebih sering terserang
sinusitis dibandingkan anak. Hal ini karena sering terjadinya infeksi
saluran napas atas pada dewasa yang berhubungan dengan terjadinya
sinusitis. Di US dilaporkan bahwa lebih dari 30 juta pasien menderita
sinusitis.
159
2014
C. PATOFISIOLOGI
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal
antara lain (1) sebagai pengatur kondisi udara, (2) sebagai penahan suhu,
(3) membantu keseimbangan kepala, (4) membantu resonansi suara, (5)
peredam perubahan tekanan udara dan (6) membantu produksi mukus
untuk membersihkan rongga hidung.
Fungsi sinus paranasal dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
pertahanan mukosilier, ostium sinus yang tetap terbuka dan pertahanan
tubuh baik lokal maupun sistemik. Seperti pada mukosa hidung, di dalam
sinus juga terdapat mukosa bersilia dan palut lendir di atasnya. Di dalam
sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan lendir menuju ostium
alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah tertentu polanya.
Bila terjadi edema di kompleks osteomeatal, mukosa yang letaknya
berhadapan akan saling bertemu, sehingga silia tidak dapat bergerak dan
lendir tidak dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan drainase dan ventilasi
didalam sinus, sehingga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang di
produksi mukosa sinus menjadi lebih kental dan merupakan media yang
baik untuk tumbuhnya bakteri patogen. Bila sumbatan berlangsung terus,
akan terjadi hipoksia dan retensi lendir sehingga timbul infeksi oleh
bakteri anaerob. Bakteri yang sering ditemukan pada sinusitis kronik
adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella
catarrhalis, Streptococcus B hemoliticus, Staphylococcus aureus, kuman
anaerob jarang ditemukan. Selanjutnya terjadi perubahan jaringan menjadi
hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.
160
2014
161
2014
Gejala klinis
162
2014
mikrobiologik
atau
biakan
hapusan
hidung
163
2014
Pengobatan
Pengobatan umum
1. Istirahat
Penderita dengan sinusitis akut yang disertai demam dan
kelemahan sebaiknya beristirahat ditempat tidur. Diusahakan
agar kamar tidur mempunyai suhu dan kelembaban udara
tetap.
2. Higiene
Harus tersedia tissue untuk mengeluarkan sekrat hidung.
Perlu diperhatikan pada mulut yang cenderung mengering ,
sehingga setiap selesai makan dianjurkan menggosok gigi.
3. Medikamentosa
Diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotik selam 1014 hari, meskipun gejala klinik telah hilang. Antibiotik yang
diberikan ialah golongan penisilin. Diberikan juga obat
dekongestan lokal berupa tetes hidung, untuk memperlancar
drainase
sinus.
Boleh
diberikan
analgetik
untuk
2014
2014
Transluminasi
Transluminasi dapat dipakai untuk memeriksa sinus
maksilaris dan sinus frontal, bila fasilitas pemeriksaan radiologik
tidak tersedia. Bila pada pemeriksaan transluminasi tampak gelap
didaerah infraorbita, mungkin berarti antrum terisi oleh pus atau
mukosa antrum menebal atau terdapat neoplasma di dalam
antrum. Bila terdapat kista yang besar didalam sinus maksila,
akan tampak terang pada pemeriksaan transluminasi.
Radiologi
Pemeriksaan
radiologik
pada
sinusitis
kronis
tidak
2014
dilanjutkan
sekurang-kurangnya
10
hari.
Drainase
Komplikasi
Komplikasi
sinusitis
telah
menurun
secara
nyata
sejak
2014
Komplikasi Orbita
Komplikasi ini dapat terjadi karena letak sinus paranasal yang
berdekatan dengan mata (orbita). Sinusitis etmoidalis merupakan
penyebab komplikasi orbita yang tersering kemudian sinusitis
maksilaris dan frontalis. Terdapat lima tahapan terjadinya
komplikasi orbita ini.
1. Peradangan atau reaksi edema yang ringan
2. Selulitis orbita. Edema bersifat difus dan bakteri telah secara
aktif menginvasi isi orbita namun pus belum terbentuk
3. Abses subperiosteal. Pus terkumpul di antara periorbita dan
dinding tulang orbita menyebabkan proptosis dan kemosis
4. Abses periorbita. Pada tahap ini, pus telah menembus
periosteum dan bercampur dengan isi orbita
5. Trombosis sinus kavernosus. Komplikasi ini merupakan
akibat penyebaran bakteri melalui saluran vena ke dalam
sinus kavernosus di mana selanjutnya terbentuk suatu
tromboflebitis septic.
Komplikasi Intrakranial
Komplikasi ini dapat berupa meningitis, abses epidural, abses
subdural, abses otak.
Kelainan Paru
Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelaian paru ini
disebut sinobronkitis. Sinusitis dapat menyebabkan bronchitis
kronis dan bronkiektasis. Selain itu juga dapat timbul asma
bronkhial.
E. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SINUSITIS
Data Subjektif:
Pre-Op
Sekret/ingus kental yang
kadang-kadang berbau
Pengkajian
Data Objektif:
Peningkatan suhu tubuh
( >37,5oC)
pada pemeriksaan sinusitis
168
Hidung tersumbat
Nyeri di belakang mata
Sakit kepala
Penciuman terganggu
Perasaan penuh di pipi saat
membungkuk ke depan
Demam
Post-Op:
Nyeri pada hidung
Ada darah saat meludah
Kesulitan bernafas
Komplikasi:
Meningitis
Abses subperiosteal.
Abses periorbita.
Trombosis sinus kavernosus.
2014
Post-Op:
Terpasang tampon hidung
Perdarahan pada tampon
Data Laboratorium:
Pada pemeriksaan radiologi,
tampak perselubungan atau
penebalan mukosa atau batas
cairan-udara (air fluid level)
pada sinus yang sakit.
CT scan: terdapat penebalan
mukosa sinus
Kultur sekret dari meatus media:
kemungkinan besar ditemukan
bakteri flora normal maupun
patogen, dan jamur
169
2014
170