You are on page 1of 7

Antidepresan untuk Gangguan Bipolar, Bolehkah?

MEDIKAMENTOSA - Edisi Oktober 2006 (Vol.6 No.3)


Tanpa disadari pengobatan gangguan bipolar secara medis telah lama dilakukan. Dulu, dokter
biasa menyuruh pasien gangguan mental minum air dari "alkali springs". Akhirnya,dokter mulai
meresepkan litium yang merupakan ion dengan konsentrasi tinggi dalam sumber air tadi. Semua
berjalan begitu saja tanpa ada penelitian ilmiah untuk menguak misteri air ajaib itu. Adalah dr.
John Cade, seorang psikiatri Australia, yang berhasil mempublikasikan pertama kali pada 1949
tentang peran litium dalam mengatasi gangguan mental. Sejak itu, penelitian dan obat baru pun
mulai banyak ditemukan.
Pengobatan yang ada ditujukan untuk me-manage gangguan bipolar sehingga kualitas
hidup jadi meningkat. Pengobatan gangguan bipolar ditekankan pada tatalaksana efektif untuk
jangka panjang. Obat yang digunakan untuk gangguan bipolar ini biasa disebut juga dengan
mood stabilizer. Obat ini diharapkan bisa mencegah atau meredakan episode manik atau depresi.
Mood stabilizer yang memperlihatkan efikasi diantaranya adalah litium dan antikonvulsan
seperti asam valproat, karbamazepine dan lamotrigine. Selain itu juga digunakan antipsikotik
atipikal diakui untuk pengobatan mania akut (quetiapine, olanzapine, risperidone).
Mood stabilizer umumnya lebih efektif mengobati mania ketimbang depresi. Tak Oleh
karena itu terkadang untuk mengatasi periode depresi tersebut diberikan antidepresan. Namun
ada indikasi bahwa pemberian antidepresan bisa menimbulkan bahaya bagi pasien bipolar.
Pemberian antidepresan tanpa mood stabilizer disinyalir bisa menginduksi mania. Oleh karena
itu, antidepresan hanya boleh berikan setelah psien stabil atau diberikan bersama mood stabilizer.
Obat pertama yang telah disahkan oleh FDA yang mengandung antidepresan plus mood
stabilizer adalah Symbyax (Olanzapin-Fluoxetine HCl) produksi Eli Lilly.
Kepatuhan berobat merupakan concern utama dalam pengobatan gangguan bipolar.
Pasalnya, pada saat mania tentu kesadaran mereka hilang. Akibatnya kewaspaan kalau mereka
berpenyakit juga turut hilang. Alhasil mereka menghentikan pengobatan. Di samping itu, pasien
juga sering berhenti berobat saat gejala hilang dan berpikiran salah bahwa mereka telah sembuh.
Alasan lain penghentian terapi adalah efek samping dan stigma mengalami gangguan jiwa.

1.

Garam Litium
Farmakologi

Litium karbonat adalah jenis garam litium yang paling sering digunakan
untuk mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitrat. Sejak
disahkan oleh Food and Drug Administration (FDA) pada 1970 untuk
mengatasi mania akut, litium masih efektif dalam menstabilkan mood
pasien dengan gangguan bipolar. Meski demikian, efek samping yang
dilaporkan pada penggunaan litium cukup serius. Efek yang ditimbulkan
hampir serupa dengan efek mengonsumsi banyak garam, yakni tekanan
darah tinggi, retensi air, dan konstipasi. Oleh karena itu, selama penggunan
obat ini harus dilakukan tes darah secara teratur untuk menentukan kadar
litium. Apalagi mengingat dosis terapeutik litium berdekatan dengan dosis
toksik
Bagaimana kerja litium sebenarnya dalam mengatasi mania belum
diketahui secara detail. Namun diduga ion litium menimbulkan efek
menstabilkan mood dengan menghambat

inositol monophosphatase

(IMPase), dengan subsitusi satu dari dua ion magnesium pada sisi aktif
IMPase. IMPase merupakan enzim yang diyakinin sebagai penyebab
beberapa gangguan bipolar. Enzim ini bertugas memecah inositol
Indikasi

monoposfat menjadi inositol bebas dan


Mengatasi episode mania dari gangguan bipolar. Gejala hilang dalam
jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat. Litium juga digunakan
untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar

Dosis

dengan riwayat mania.


Untuk tablet atau kapsul immediate release biasa diberikan 3 dan 4 kali
sehari. Sedangkan tablet controlled release diberikan dua kali sehari,
interval 12 jam. Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati dan
individual, yakni berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis. Untuk
menukar bentuk tablet dari immediate release menjadi controlled release,
maka diusahakan agar dosis total harian keduanya tetap sama.
Mania akut: pasien biasanya memberikan respon optimal terhadap litium
karbonat jika diberikan dosis 1800 mg per hari, dengan dosis berbagi.
Dosis ini secara normal akan menghasilkan kadar litium serum yang

diinginkan berkisar antara 1 dan 1,5 mEq/l.


Kontrol jangka panjang: kadar serum litium yang diinginkan adalah 0,6
-1,2 mEq/l. Dosis bervariasi per individu, tapi biasanya berkisar 900 mg
-1200 mg per hari dalam dosis berbagi. Monitor serum setidaknya
dilakukan
Efek Samping

setiap

dua

bulan.

Pasien

yang

supersensitif

biasanya

memperlihatkan tanda toksik pada kadar litium serum dibawah 1,0 mEq/l.
Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada kadar litium dalam
serum. Adapun efek yang mungkin dijumapai pada awal terapi, misalnya
tremor ringan pada tangan, poliuria, nausea, dan rasa haus. Efek ini

Interaksi

mungkin saja menetap selama pengobatan.


Diuretik : Penggunaan bersama litium harus dilakukan hati-hati. Pasalnya
diuretik yang menginduksi pengeluaran natrium, bisa mengurangi klirens
renal litium. Alhasil kadar litium serum meningkat dan tentu saja risiko
toksisitas juga meningkat.Hal serupa diduga juga terjadi pada pemberian

Peringatan

bersamaan dengan beberapa obat lain seperti NSAID dan ACE inhibitor.
Litium sebakinya tidak diberikan pada pasien jantung dan ginjal parah. Tapi
jika kondisi psikiatri pasien mengancam jiwa dan pasien tak bererspon
dengan obat lain, maka litium bisa diberikan dengan pengawasan yang
sangat ketat. Pemeriksaan kadar litium serum dilakukan tiap hari dan
kemudian dilakukan pengaturan dosis.
Litium sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena diduga bisa
mendatangkan efek merugikan bagi janin. Larangan serupa juga ditujukan
pada ibu menyusui. Pasalnya, studi memperlihatkan litium disekresikan
melalui air susu ibu.
Penggunaan litium pada anak usia 12 tahun sebaiknya tidak dilakukan
mengingat data keamanan dan keefektifan dari obat ini pada populasi ini
belum ada.
Pemberian litium pada orang tua harus dilakukan perngaturan dosis.
Eskalith, Lithotab. Lithonate

2.

Quetiapine

Farmakologi

Quetiapine fumarate merupakan psikotropik turunan dibenzothiazepine.


Seperti obat skizoprenia dan mania akut lainnya, bagaimana mekanisme
quetiapine secara persis belum diketahui. Tapi diduga efikasi obat ini
mengatasi skizoprenia terjadi melalui kombinasi antagonis dua reseptor,
dopamine type 2 (D2) dan serotonin type 2 (5HT2). Sedang kerja antagonis
obat ini pada reseptor selain dopamine dan 5HT2, menjelaskan efek lain
obat ini. Misalnya saja, antagonis pada reseptor histamine H1 menjelaskan
efek mengantuk obat ini.
Aktivitas quetiapine fumarate terutama terkait dengan obat induk. Profil
farmakokinetik multiple-dose quetiapine sebanding dengan dosis dalam
range yang direkomendasikan. Eliminasi quetiapine terutama melalui
metabolisme hepatik dengan waktu paruh akhir sekitar 6 jam. Konsentrasi
steady state diperkirakan dicapai dalam 2 hari. Setelah pemberian oral
quetiapine fumarate secara cepat diabsorpsi, mencapai konsentrasi puncak
plasma 1,5 jam. Bioavilabilitas quetiapine sedikit dipengaruhi oleh
makanan, dengan peningkatan kadar puncak 25% dan AUC 15%.
Quetiapine secara ekstensif dimetabolisme di hati. Jalur metabolic utama
adalah sulfoksidasi dengan sulfoxidemetabolite dan oksidasi dengan

Indikasi

metabolit asam induk, kedua metabolit secara farmakologi tidak aktif.


Quetiapine diindikasikan untuk mengobati episode mania akut dengan

gangguan bipolar I, baik sebagai monoterapi atau kombinasi dengan litium.


Kontraindikasi
Hipersensitif
Dosis & Cara Jika diberikan sebagai monoterapi atau terapi tambahan litium, quetiapine
Pemberian

diberikan pertama 100 mg, dua kali sehari. Dosis terus ditingkatkan hingga
400 mg per hari pada hari keempat, dengan kenaikan 100 mg per hari.
Dosis diatur hingga 800 mg, dengan peningkatan tak lebih dari 200 mg per
hari. Data menunjukkan rata-rata pasien berespon dengan dosis antara 400-

Efek Samping

800 mg per hari.


Efek yang mungkin ditemukan adalah mengantuk, hipotensi, sakit kepala,
nyeri, astenia, nyeri abdomen, nyeri punggung, demam, takikardia, mulut
kering, konstipasi, muntah, berat badan meningkat, kenaikan SGOT dan
SGPT, dan ruam.

Interaksi

Pemberian bersamaan quetiapine (250 mg tiga kali sehari) dengan fenintoin


(100 mg tiga kali seharid) meningkatkan klirens oral rata-rata quetiapine
lima kali lipat. Jadi dipertimbangkan peningkatan dosis quetiapine jika
diberikan bersama fenintoin dan obat penginduksi enzim hepatik lainnya,
semisal karbamazepine, barbiturate, rifampin, dan glukokortikoid.
Quetiapine juga berinteraksi dengan obat yang bekerja dfi system saraf

Nama dagang
3.

pusat lainnya serta alcohol.


Seroquel

Olanzapin-Fluoxetine HCl
Farmakologi

Kombinasi kedua obat ini dirancang untuk mengatasi gangguan bipolar.


FDA mengesahkan bentuk kombinasi ini pada akhir tahun 2003 silam.
Olanzapin

merupakan

psikotropik

yang

tergolong

dalam

kelas

thienobenzodiazepine. Sedangkan fluoxetine HCL adalah antidepresan


generasi baru, sective serotonin reuptake inhibitor (SSRI). Kombinasi
kedua obat ini memberikan efek yang sinergis dalam meningkatkan
pelepasan norepinephrine dan dopamine pada prefrontal cortex, ketimbang
tiap obat secara terpisah. Demikian juga dengan peningkatan serotonin.
Olanzapine adalah psikotik dengan afinitas tinggi pada reseptor serotonin
5HT2A/2C, dopamine D1-4, muskarinik M1-5, histamin H1, dan reseptor
adrenergik -. Olanzapin juga mengikat lemah GABA A, BZD, dan reseptor
-adrenergik. Sementara fluoxetine menghambat transporter serotonin dan
inhibitor lemah transporter norepinefrin dan dopamin.
Pemberian fluoxetine sebagai dosis tunggal 60 mg atau 60 mg per hari
selama 8 hari, akan sedikit meningkatkan konsentrasi maksimal rata-rata
olanzapine 5 mg (16%), peningkatan AUC (17%) dan penurunan kecil
dari klirens nyata rata-rata olanzapine (16%). Pada studi lainnya,
pengurangan serupa pada klirens olanzapine juga diamati terjadi sekitar
14%, dari pemberian dosis olanzapin 6-12 mg dengan 25 mg fluoxetine.
Penurunan klirens ini meningkatkan bioavailabilitas olanzapine, namun
tidak berpengaruh pada waktu paruh akhir.

Pada pemberian dosis oral tunggal kombinasi olanzapine 12-mg/50-mg


fluoxetine, konsentrasi puncak plasma dicapai masing-masing, 4 dan 6 jam
setelah pemberian. Kedua komponen didistribusikan ke seluruh tubuh dan
terikat dengan protein serum, masing-masingnya 93% dan 94,5%.
Olanzapin menunjukkan profil farmakokinetik linear sepanjang range
dosis. Waktu paruh berkisar 21-45 jam dan kisaran klirens plasma 12 - 47
L/jam. Konsentrasi plasma, waktu paruh, dan klirens olanzapin bervariasi
tiap individu tergantung pada jenis kelamin, usia, dan status merokok atau
tidak. Oleh karena itu perlu pengaturan dosis untuk mereka dengan 3 faktor
ini.
Fluoxetine adalah suatu campuran rasemik (50/50) dari enansiomer Rfluoxetine dan S-fluoxetine. Pada studi dengan hewan percobaan, kedua
enansiomer tampak menghambat uptake serotonin secara potensial dan
spesifik. Enansiomer S-fluoxetine dieliminasi lebih lambat, sehingga lebih
dominan dalam plasma pada saat steady state. Fluoxetine secara ekstensif
dimetabolisme di hati melalui jalur CYP2D6. Dan satu-satunya metabolit
Indikasi
Dosis &

yang telah terindetifikasi adalah norfluoxetine.


Mengatasi episode depresi pada gangguan bipolar.
Cara Obat diberikan sekali sehari pada waktu malam hari. Efikasi keduanya

Pemberian

terlihat antara rentang dosis 6-12 mg untuk olanzapin dan 25-50 mg untuk

Kontraindikasi
Efek Samping

fluoxetine.
Hipersensitif
Efek yang mungkin timbul adalah astenia, mengantuk, peningkatan berat

Interaksi

badan, dan nyeri dada.


Monoamine oxidase inhibitor (MAOI). Ada laporan serius pada pasien
yang menerima fluoxetine bersama dengan MAOI, dan pasien yang baru
saja menghentikan fluoxetine dan memulai MAOI. Insiden terkadang bisa
berupa rekasi fatal (termasuk hyperthermia, rigiditas, mioklonus,
ketidakstabilan otonom dengan kemungkinan fluktuasi cepat tanda vital,
dan perubahan status mental yang termasuk agitasi ekstrim terus menjadi
delirium dan akhirnya koma). Oleh karena itu kombinasi obat ini tak boleh
digunakan setidaknya 14 hari setelah pengentian MAOI.

Thioridazine: Thioridazine seharusnya tidak diberikan bersama kombinasi


dua obat ini. Pemberian obat diperbolehkan minimal 5 minggu setelah
Nama dagang

penghentian obat ini.


Symbyax

You might also like