Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan tentang morfologi tanah dapat diamati dan dipelajari
langsung dilapangan. Morfologi tanah sendiri dapat diartikan sebagai susunan
fisik, terutama ciri struktural dari profil tanah yang ditunjukkan oleh macam,
tebal, dan susunan horizon dari profil,masing- masing horizon dicirikan oleh
perbedaan tekstur, struktur, konsistensi, warna dan kesarangan. Morfologi
tanah harus diketahui oleh seorang surveyor tanah atau peneliti dalam proses
pengidentifikasi dan karakteristik profil tanah di lapangan dengan benar.
Survei tanah tergolong penelitian dasa, sehingga diskripsi tanah dituntut
memenuhi syarat baku mutu yang berlaku, baik secara nasional maupun
internasional. Data dan fakta lapangan yang obyektif dan akurat sangat
diperlukan sebagai bahan interpretasi daerah penelitian dalam menunjang
pembangunan baik dibidang pertanian maupun bidang non pertanian.
Praktikum geografi tanah merupakan praktikum yang berhubungan
dengan ilmu tanah. Segala sesuatu yang dipelajari dan dikaji yaitu tentang
tanah.Tentang bagaimana penggunaan lahan yang benar untuk pertanian
maupun permukiman. Misalkan penggunaan lahan dilereng untuk pertanian
yang pola tanamnya tidak sesuai atau tidak dibuat terasering maka akan
menyebabkan longsor, Misalkan jenis tanah lempung yang banyak menyerap
air apabila dijadikan permukiman maka tidah akan cocok. Hal tersebut
berhubungan erat dengan ilmu tanah. Penelitian lapangan sangat diperlukan
karena untuk melihat keadaan lapangan yang sebenarnya.Cara menggunakan
alat yang benar dalam penelitian jadi mahasiswa tidak hanya berpaku pada
teori dan hanya membayangkan keadaan lapangan saja.
Program pendidikan Geografi FKIP UNS sebagai lembaga tinggi juga
telah ada mata kuliah yang ada kaitannya dengan tanah. Pada semester
pertama telah ada ilmu tanah. Pada semester empat telah ada Geografi Tanah.
Untuk mempelajari lebih lanjut maka mahasiswa geografi semester empat
mengadakan acara lapangan yaitu praktikum geografi tanah. Praktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Faktor Pembentuk Tanah
Pengertian tanah sebagai mana dikemukakan oleh M. Isa
Darmawijaya (1990:9), Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas yang
menduduki sebagian besar permukaan bumi yang mampu menumbuhkan
tanaman, dan mempunyai sifat sebagai pengaruh iklim dan jasad hidup yang
bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka
waktu tertentu pula.
Dalam klasifikasi tanah Soil Survey Staff (1990) membuat definisi
tanah yang klasifikasi sebagai berikut, Tanah adalah kumpulan benda alam
dipermukaan bumi, setempat-setempat, dimodifikasi, atau bahkan dibuat oleh
manusia dari bahan bumi, mengandung gejala-gejala kehidupan, dan
menopang atau mampu menopang pertumbuhan tanaman di luar rumah.
(Sarwono Hardjowigeno, 1993:4).
Pembentukan tanah dipengaruhi 5 faktor yang bekerja sama dalam
berbagai proses, baik reaksi fisik maupun kimia. Faktor pembentuk tanah
yaitu bahan induk, iklim, makhluk hidup, waktu dan relief. Topografi yang
mempengaruhi air dalam tanah dan erosi juga merupakan faktor pembentuk
tanah. Menurut Jenny (1946), korelasi diantara sifat-sifat tanah dan faktorfaktor genesa tanah dengan humus sebagai berikut :
S= f.(i,h,b,t,w..)
Keterangan :
S
= iklim
= makhluk hidup
= bahan induk
= topogafi
w = waktu
Jadi ada 5 faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu
iklim, bahan induk, makhluk hidup, topografi, dan waktu.
1. Iklim
Iklim adalah rata-rata cuaca. Semua energi dari luar untuk
membentuk tanah datang dari matahari berupa penyinaran radioaktif
yang menghasilkan gaya dan energi panas, sehingga terjadi
ketidakseimbangan dalam atmosfer.
Komponen iklim yang utama yaitu curah hujan dan temperature.
Kedua komponen ini saling mempengaruhi pembentukan tanah melalui
proses pelapukan fisik maupun kimiawi. Selain itu faktor angin juga
berpengaruh langsung dan tidak langsung seperti adanya erosi oleh angin
yang mempercepat pelapukan fisik tanah.
2. Bahan Induk
Bahan induk berpengaruh sekali pada proses pembentukan tanah.
Tanah biasanya dapat mencirikan asal bahan induknya tetapi hal ini tidak
selalu terjadi. Tanah yang memperlihatkan sifat-sifat (tertama kimia)
yang sama dengan bahan induknya digolongkan dalam tanah-tanah
endodynamomorf. Sedangkan tanah-tanah lainnya yang memperlihatkan
sifat-sifat yang yang lain dari bahan induk asalnya digolongkan dalam
tanah-tanah ectodynamomorf.
Sifat-sifat penting bahan induk yang berpengaruh terhadap proses
pelapukan antara lain tekstur batuan, struktur batuan, kadar Ca, dan
kandungan mineral yang menyusun batuan. Tiap sifat bahan induk
merupakan faktor pengubah bebas dalam pembentukan yang saling
mempengaruhi satu sama lain.
Tekstur dan struktur batuan biasanya mempengaruhi dalamnya
profil tanah. Makin ringan tekstur tanahnya maka makin dalam profilnya
tanahnya. Batuan granit yang bertekstur kasar di daerah yang beriklim
humid-sedang akan lebih cepat mengalami pelapukan granit yang
bertekstur halus, meskipun mempunyai susunan mineral dan kimia yang
sama. Satuan golongan jenis bahan induk juga mempunyai pengaruh
terhadap tanah yang terbentuk.
Beberapa pengaruh bahan induk terhadap sifat-sifat tanah dapat
disebutkan antara lain:
2.
3.
4.
Topografi
Keadaan topografi dapat mempengaruhi proses pembentukan
tanah. Topografi dapat mempercepat proses itu. Suatu daerah yang
bertopografi perbukitan akan mempercepat proses pembentukan dan
perkembangan tanah dari pada daerah yang datar. Daerah yang miring
(berperbukitan-perbukitan) akan mempermudah terjadinya erosi sehingga
mempercepat pelapukan fisik dan kimia oleh air yang melewatinya.
Di daerah dataran sering terdapat cekungan yang menampung air,
Karena air menggenang dan tidak mengalir sehingga membentuk tanah
rawa di daerah humid dan Wiese iboden di daerah humid dan semi arid.
Arah lereng dalam hubungannya dengan terbentuknya sinar
matahari serta tiupan anginnya sangat penting dalam membentuk jenis
vegetasi dan tanah yang berbeda. Tanah yang tertutup sinar matahari
akan memperlambat proses pelapukan oleh sinar matahari.
Sifat tanah yang umumnya berhubungan dengan relief adalah:
4.1. Tebal solum.
4.2. Tebal dan kandungan bahan organik horison A.
4.3. Kandungan air tanah (relative wetness).
4.4. Warna tanah.
4.5. Tingkat perkembangan horison.
4.5. Reaksi tanah (pH).
4.6. Kandungan garam mudah larut.
4.7. Janis dan tingkat perkembangan padas.
4.8. Suhu.
4.9. Sifat dari bahan induk tanah (initial material).
Cembung
Cekung
Kaki Lereng
Gambar 1. Konfigurasi Lereng
5.
Waktu
Faktor lama waktu pelapukan dan perkembangan tanah
mempengaruhi tanah yang terbentuk. Semakin lama proses pelapukan
terjadi maka akan cepat berkembang. Mohr membedakan 5 tahap waktu
pembentukan tanah dalam yaitu :
5.1. Tahap permulaan, bahan induk masih belum mengalami pelapukan,
baik fisik maupun kimiawi.
5.2. Tahap juvenil, proses pelapukan sudah mulai berjalan.
5.3. Tahap viril, proses pelapukan dala tahap optimum.
5.4. Tahap senile, proses pelapukan berlangsung sudah lanjut sehingga
tidak begitu hebat dan bahkan secepatnya mulai menurun.
5.5. Tahap terakhir, proses pelapukan sudah berakhir.
B. DESKRIPSI TANAH
a.
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian yang dilakukan di daerah mana yang
digunakan sebagai objek kegiatan Praktikum Geografi Tanah. Letak
administrasi suatu daerah mencakup desa, kecamatan, kabupaten,
sedangkan untuk letak geografis dapat dilihat pada peta. Di lokasi
penelitian juga bisa menentukan lokasi astronomis (berdasarkan
garis lintang dan bujur) dengan menggunakan GPS.
2. Seri, Fase dan Simbol Satuan peta
Isian dalam seri diisi sesuai dengan seri yang diwakili
pengamatan profil yang dilakukan, untuk fase diisi sesuai dengan
fase yang digunakan untuk menyusun suatu peta tanah. Sedang pada
isian kolom simbol suatu peta diisi sesuai dengan simbol suatu peta
dimana pengamatan sedang digunakan.
3. Relief
Relief dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Relief Makro, adalah perbedaan ketinggian dari permukaan
lahan pada skala yang luas.
b. Relief Mikro, adalah perbedaan tinggi permukaan lahan baik
alami maupun buatan pada skala sempit.
4. Jenis Vegetasi
Dekripsi mengenai vegetasi mencakup yang dominant dan
spesifik yang terdapat di daerah pengamatan. Informasi mengenai
vegetasi ini dapat membantu dalam pendugaan sementara (di
lapangan) terhadap kondisi tanahnya. Deskripsi mengenai
penggunaan lahan mencakup bentuk penggunaan lahan, tanaman
yang di budidayakan, pola tanam, pengelolaan, pupuk yang
digunakan, hama penyakit yang dijumpai, dan hasil. Informai
mengenai penggunaan lahan di daerah penelitian sangat berguna
pada tahap interpretasi hasil survey, yaitu penilaian tanah di daerah
penelitian untuk penggunaan tertentu serta pengolahannya yang
sesuai agar dapat memberikan hasil yang optimal.
b. Morfologi Luar
a.
Drainase
Drainase tanah menunjukan kondisi pengaturan tanah tehadap
proses penggenangan, yang terdiri drainase internal, eksternal, dan
permeabilitas. Kondisi drainase tanah sangat dipengaruhi oleh
kedalaman muka air tanah,tekstur, struktur tanah, lapisan kedap serta
kemiringan lereng permukaan. Pengelompokan drainase internal dan
eksternal adalah :
1. Drainase intenal (dalam tanah)
a) Sangat buruk, seluruh lapisan atas sampai permukaan
berwarna kelabu dan lapisan tanah bawah terdapat bercak
kebiruan, atau terdapat air yang menggenang di permukaan
tanah dalam waktu yang lama sehingga memperlambat
pertumbuhan tanaman.
b) Buruk, bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat
bercak kelabu, coklat dan kekuningan.
c) Agar buruk, lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara
baik, tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat,
atau kelabu. Bercak terdapat pada seluruh lapisan bawah
tanah.
d) Agak baik, lapisan tanah mempunyai peredaran udara baik di
daerah perakaran. Tidak terdapat bercak-bercak berwarna
kuning, coklat, atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas
lapisan bawah.
e) Baik, lapisan tanah mempunyai peredaran udara baik.
Seluruh profil tanah dari atas sampai bawah (200 m)
berwarna terang yang seragam dan tidak terdapat bercakbercak kuning, coklat atau kelabu.
f) Berlebihan, kelebihan air keluar dari tanah dan sangat sedikit
air yang ditahan oleh tanah sehingga tanaman akan
kekurangan air.
2. Drainase eksternal (permukaan)
10
11
2. Batuan Kecil
Berdiameter 7,5-25 cm dan bentuknya bulat atau sumbu
panjangnya 15-40 cm bentuknya pipih.
Pengelompokan :
1) Sangat banyak, 60-100% permukaan tanah tertutup.
Pertumbuhan vegetasi sangat terganggu.
2) Banyak, 35-60% permukaan tanah tertutup. Pertumbuhan
vegetasi sebagian terganggu.
3) Sedang, 15-35% permukaan tanah tertutup. Pertumbuhan
vegetasi mulai terganggu.
4) Sedikit atau tidak ada, 0-15% permukaan tanah tertutup.
3. Batuan besar/bongkahan
Berdiameter >25% cm mempunyai bentuk bulat, sedangkan
panjang sumbunya >40 cm berbentuk pipih.
Pengelompokan :
a. Sangat banyak, 15-90% permukaan tanah tertutup.
Pertumbuhan vegetasi sangat tidak memungkinkan.
b. Banyak, 3-15% permukaan tanah tertutup. Pertumbuhan
vegetasi mulai terganggu.
c. Sedikit, 0,01-3% permukaan tanah tertutup. Pertumbuhan
vegetasi belum terganggu.
d. Tidak ada, <0,01% permukaan tanah tertutup.
c.
Morfologi Dalam
Batas Horison tanah dapat dinyatakan dalam bentuk kejelasan dan bentuk
peralihan. Simbol-simbolnya adalah :
a. Kejelasan
a)
jelas.
b)
c)
berangsur.
12
d)
b. Bentuk Peralihan
a)
b)
c)
d)
c. Warna tanah
Merupakan salah satu karakteristik sifat tanah yang jelas dan
mudah terlihat pertama kali. Manfaat warna tanah :
a) Warna tanah digunakan sebagai kriteria dalam pengklasifikasian
tanah.
b) Sebagai petunjuk kandungan tanah.
c) Sebagai petunjuk lingkungan tanah.
d) Sebagai petunjuk sifat kimia dan fisika tanah, dll.
Dari proses pedogenik yang ada menghasilkan warna tanah
dengan dikendalikan oleh empat jenis bahan yang ada yaitu senyawa
besi, mangaan dan magnetik, kuarsa dan feldfar, dan bahan organik
lain. Untuk kelengasan tanah dan temperatur tanah akan berpengaruh
terhadap pengatusan dan pengaturan udara dalam tanah.
Untuk pengukuran warna tanah yang baku, dapat
menggunakan buku pedoman Munsell Soil Colour Charts. Tiga
unsur untuk pengukuran warna tanah adalah hue, value, dan chroma.
Hue ialah warna dasar dengan spektrum warna tertentu yang
mendominasinya. Hue terdiri dari tiga kelompok utama yang
simbolnya diambil huruf awal warna spektrum murni atau pun
paduan, yaitu merah (R), merah kuning (YR), dan kuning (Y). Hue
berada pada sudut kanan atas halaman warna yang setiap
halamannya mempunyai tujuh notasi hue tetap ( 10R, 2.5YR, 5YR,
7.5YR, 10YR, 2.5Y, dan 5Y). Value adalah tingkat gelap terangnya
warna tanah, atau menunjukkan keterangan warna baku satu
terhadap warna baku lainnya. Penilaian valuenya ditunjukkan
13
dengan skala cacak, dengan notasi yang terdiri dari angka 0 untuk
warna gelap (hitam) sampai dengan angka 10 untuk warna terang
(putih). Chroma yaitu tingkat intensitas warna yang menunjukkan
kekuatan warna spektrum pada warna spektrum mutlak serta
meningkat deangan berkurangnya warna abu-abu. Penilaian chroma
ditunjukkan dengan skala mendatar, dengan notasi yang terdiri angka
0 untuk warna netral dan meningkat sampai dengan angka 20 untuk
warna abu-abu.
Pemberian warna tanah dengan memakai buku pedoman
Munsell Soil Colour Charts ialah memberikan nama warna menurut
tata nama warna yaitu nama warna dan notasi warna Munsell. Pada
halaman warna buku pedoman Munsell Soil Colour Charts nilai dari
hue ditunjukkan dengan skala radial, nilai dari value ditunjukkan
dengan skala cacak, dan untuk nilai dari chroma ditunjukkan dengan
skala mendatar.
Cara penggunaan buku pedoman Munsell Soil Colour Charts
untuk mengetahui warna tanah ialah :
(Yang perlu diperhatikan pertama kali saat menentukan nilai
hue, value dan chroma diharuskan terhindar dari kontak lagsung
dengan sinar matahari. Ini dikarenakan sinar matahari mempunyai
pengaruh terhadap permukaan warna tanah yang mengkilap dan
tingkat kecerahan tanah).
a) Ambil sebagian sampel tanah, letakkan di atas kartu hue yang
paling mendekati value yang menunjukkan warna paling
domonan mendekati warna sampel.
b) Untuk halaman hue ditutupi dengan kertas pelindung yang netral
warnanya.
c) Setelah itu tentukan nilai hue, value, dan chroma.
Catatan : bila hue sampel tanah terletak di antara warna-warna
di kartu, lakukan tinadakan ulang pada kartu hue lain yang dianggap
dominan dan dirata-ratakan.
14
15
2)
3)
Tekstur Utama
Fraksi Tanah
Selang Ukuran
Dalam Mikron
(belum dibakukan)
Lempung
< 0,5
Lempung Halus
(clay)
IX
0,5-2
Lempung
Debu
VIII
2-5
Debu Halus
(Silt)
VII
5-20
Debu
VI
20-50
Debu Kasar
Pasir
50-100
(Sand)
IV
100-200
Pasir Halus
III
200-500
Pasir Sedang
II
500-1000
Pasir Kasar
1000-2000
I
Sumber : Jamulya, dkk (1993)
16
Lempeng
Prismatik
Tiang
17
Gumpal
Gumpal
Berbutir
Remah
Sangat
Halus
VF
Halus
(F)
Sedang
(M)
Kasar
(C)
Sangat
Kasar
(VC)
(Platy)
Plt
(Prismatik)
P
(Columnar)
Cp
Bersudut
(angular
Blocky)
ab
Agak
Membul
at
(Sub
Angular
Blocky)
Sb
(Granular)
G
(crumb)
cr
1 mm
10 mm
10 mm
5 mm
5 mm
1 mm
1 mm
1-2 mm
10-20 mm
10-20 mm
5-10 mm
5-10 mm
1-2 mm
1-2 mm
2-5 mm
20-50 mm
20-50 mm
2-5 mm
50-100 mm
50-100 mm
10-20
mm
20-50
mm
2-5 mm
5-10 mm
10-20
mm
20-50
mm
>10 mm
>100 mm
>100 mm
>50 mm
>50 mm
5-10 mm
>10 mm
18
vf
j. Kering (K)
19
Tanah disebut kering apabila kadar air kurang dari titik layu
permanent. Konsistensi tanah kering ditentukan dengan cara
meremas massa tanah dengan telapak tangan.
l symbol untuk lepas ( loose) butir-butir terlepas, satu sama lain
tidak terikat.
s symbol untuk lulnak (soft) dengan sedikit tekanan massa tanah
mudah bercerai
sh symbol untuk agak keras (slighty hard) agak tanah terhadap
tekanan, massa tanah rapuh.
h
20
Pengukuran pH aktual
Pengukuran pH aktual dilakukan dengan air (H2o). Pengukuran
pH menggunakan metode kaloremetri, yaitu menggunakan
kertas pH atau pH stick yang dicelupakan pada larutan tanah.
21
b.
Pengukuran pH potensial
Pengukuran pH potensial dilakukan dengan larutan KCL.
Prosedur pengukuran pH potensial sama dengan prosedur
pengukuran pH aktual.
Tabel 3. Klasifikasi Nilai Reaksi Tanah ( pH Tanah)
Nilai pH
< 3,5
3,5 4,4
Ekstrim masam
4,5 5,0
5,1 5,5
Masam kuat
5,6 6,0
Masam
6,1 6,5
Agak masam
6,6 7,3
Netral
7,4 7,8
Agak alkalis
7,9 8, 4
Alkalis
8,5 9,0
Alkalis kuat
>9,0
: diametr 1-2 m
Perakaran sedang
: diameter 2-5 mm
Perakaran kasar
: diameter >5 mm
BAB III
22
METODE PENELITIAN
A. Metode Survey Tanah
Terdapat 3 metode survey tanah yang digunakan untuk menentukan
lokasi sampel tanah yaitu sebagai berikut.
a. Metode Grid
Dalam metode ini, pengamatan dilakukan dalam poal teratur pada
interval titik pengamatan yang berjarak sama dalam kedua arah. Metode
ini sangat cocok diterapkan untuk survey tanah intensif dengan
karakteristik lokal sebagai berikut.
a. Diterapkan pada survey tanah dimana lokasi tersebut tidak atau
belum tersedia foto udara.
b. Kalaupun foto udaranya tersedia, mungkin skalanya terlalu kecil dan
mutunya sangat rendah.
c. Daerah yang disurvey tertutup awan atau kabut.
d. Kenampakan permukaan tidak jelas atau daerahnya sangat homogen
dan datar.
e. Daerah yang disurvey tertutup vegetasi yang rapat dan lebat.
f. Savana yang tidak menampakkan gejala permukaan.
Metode survey tanah dengan metode grid memiliki keuntungan
diantaranya tidak memerlukan penyurvey yang berpengalaman karena
lokasi titik-titik pengamatan sudah di plot pada peta rintisan, dan sanat
cocok dilakukan pada daerah yang luas, hasilnya cukup teliti dalam
menentukan batas satuan peta tanah. Sedangkan kerugian dalam metode
ini diantaranya membutuhkan waktu yang lama terutama untuk medan
yang berat, penggunaan titik pengamatan yang tidak efektif, dan sebagian
dari lokasi pengamatan tidak mewakili satuan peta yang dikehendaki.
b. Metode Fisiografi
23
: Minggu
Tanggal
: 2 Juni 2013
Tempat
Waktu
24
25
26
27
D. Macam Data
Di dalam penelitian ini data yang diperlukan diperoleh dari lapangan
secara langsung (data primer) dan dari data lain yang sudah ada sebelumnya
(data sekunder). Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini sebagai
dijelaskan sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer yang diperlukan meliputi
a. Tempat Penelitian
b. Jenis Vegetasi
c. Drainase
d. Kedalaman Solum
e. Batas Horison
f.
Tekstur
g. Struktur Tanah
h. Konsistensi
i.
pH
j.
Perakaran
Kandungan Kapur
m. Cuaca
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan penjelasan yang diperoleh dari :
a) Penjelasan dari Bapak Dosen Pengampu mata kuliah Praktikum
Geografi Tanah
b) Wawancara penduduk sekitar lokasi penelitian
c) Buku-buku refernsi yang dapat menunjang
d) Internet.
E. Analisis Data
Tahap analisis data adalah tahap pengenalan masalah, pengurainnya
dalam sub masalah serta pencarian informasi dan data untuk sumber masalah.
28
29
BAB IV
DESKRIPSI FISIK DAERAH PENELITIAN
A. Kondisi Umum Kecamatan Bayat
Praktikum geografi tanah dilaksanakandi daerah Bayat berada kurang
lebih 25 km di sebelah timur kota Yogyakarta atau secara astronomis terletak
antara 07o4416LS sampai 07o4828LS dan 110o3655 BT sampai
110o4132BT. Daerah penelitian praktikum geografi tanah mempunyai batas
batas wilayah, yaitu : utara yang berbatasan dengan kecamatan trucuk.
Selatan berbatasan dengan kecamatan semin, kabupaten gunung kidul
Yogyakarta. Timur berbatasan dengan kecamatan cawas. Barat berbatasan
dengan kecamatan wedi.
Secara umum fisiografi Bayat dibagi menjadi dua wilayah yaitu
wilayah di sebelah utara daerah penelitian terutama di utara jalan raya
Kecamatan Wedi yang disebut sebagai area Perbukitan Jiwo (Jiwo Hills), dan
area di sebelah selatan yang merupakan wilayah Pegunungan Selatan
(Southern Mountains).
Untuk lokasi pengambilan sampel berada pada empat titik, seperti
IVI
I
yang ditunjukkan
III pada potongan RBI lembar Cawas di bawah ini.
30
31
32
33
34
c. Litologi
35
36
37
f. Struktur Regional
Struktur regional di daerah Pegunungan Selatan bagian barat
berupa perlapisan homoklin, sesar, kekar dan lipatan.Perlapisan homoklin
terdapat pada bentang alam Subzona Baturagung mulai dari Formasi
Kebo-Butak disebelah utara hingga Formasi Sambipitu dan Formasi Oyo
di sebelah selatan.Perlapisan tersebut mempunyai jurusan kearah barattimur dan miring ke selatan.Kemiringan perlapisan menurun secara
berangsur dari sebelah utara (200 350) ke sebelah selatan (50 150).
Bahkan pada Subzona Wonosari, perlapisan batuan yang termasuk
Formasi Oyo dan Formasi Wonosari mempunyai kemiringan sangat kecil
(kurang dari 50) atau bahkan datar sama sekali.
Pada Formasi Semilir di sebelah barat, antara Prambanan-Patuk,
perlapisan batuan secara umum miring ke arah baratdaya.Sementara itu,
di sebelah timur, pada tanjakan Sambeng dan Dusun Jentir, perlapisan
batuan miring ke arah timur. Perbedaan jurus dan kemiringan batuan ini
mungkin disebabkan oleh sesar blok (anthithetic fault blocks; Bemmelen,
1949) atau sebab lain, misalnya pengkubahan (updoming) yang berpusat
di Perbukitan Jiwo atau merupakan kemiringan asli (original dip) dari
bentang alam kerucut gunungapi dan lingkungan sedimentasi Zaman
Tersier (Bronto dan Hartono, 2001). Struktur sesar pada umumnya
berupa sesar turun dengan pola anthithetic fault blocks (van
Bemmelen,1949).
Di kaki selatan dan kaki timur Pegunungan Baturagung dijumpai
sesar geser mengkiri. Di sebelah barat Kali Opak diduga dikontrol oleh
sesar bawah permukaan yang berarah timur laut-barat daya dengan blok
barat relatif turun terhadap blok barat. Struktur lipatan banyak terdapat di
sebelah utara G.Panggung berupa sinklin dan antiklin.Tinggian batuan
gunung berapi ini dengan tinggian G. Gajahmungkur di sebelah
timurlautnya dipisahkan oleh sinklin yang berarah tenggara-barat laut.
Struktur sinklin juga dijumpai disebelah selatan, yaitu pada Formasi
Kepek, dengan arah timur laut-barat daya.
38
39
41
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan survey tanah atau praktikum geografi tanah ini dilakukan di
kecamatan Bayat, tepatnya di gunung jiwo.Gunung jiwo termasuk kedalam
wilayah administrasi desa Gununggajah Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten.
Desa Gununggajah ini memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut:
42
Dalam kegiatan survey tanah ini data yang akan dicari adalah data tentang
morfologi luar, morfologi dalam serta berbagai informasi di sekitar titik sampel.
Khusus untuk mengetahui tentang morfolgi dalam, pada setiap titik sampel di buat
profil tanah dengan kedalaman yang berbeda-beda sesuai dengan kedalaman
horizon tanah.Kedalaman Profil tanah yang dibuat dibatasi sampai horizon C.
A. Titik Pengamatan Profil Tanah 1
Lokasi yang dijadikan sebagai tempat untuk mengambil sampel atau
yang dijadikan sebagai titik pengamatan profil tanah 1 berada di lereng atas
Gunung jiwo. Dari lokasi pengamatan profil tanah 1 ini diperoleh berbagai
informasi berikut ini:
a. Informasi Sekitar lokasi Sampel.
Titik pengamatan pertama (titik sampel 1) berada di lereng atas
Gunung Jiwo. Informasi sekitar lokasi sampel yang didapat dari titik
sampel 1 diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Nomor Profil.
Nomor profil di lokasi pengamatan pertama (titik sampel 1)
adalah IS/I/1. Arti dari nomor tersebut adalah:
a) IS menunjukan orang yang melakukan pengamatan yaitu Iwan
Setiawan.
b) I menunjukan hari pengambilan sampel, yaitu hari pertama.
c) 1 menunjukan lokasi atau titik sampel pertama.
2. Waktu Pengamatan.
Waktu pengamatan pada titik pengamatan pertama ini dilakukan
pada hari minggu 2 juni 2013.
3. Lokasi.
Lokasi pengamatan pertama atau titik sampel 1 berada di lereng
atas Gunung Jiwo di Desa Gununggajah. Titik sampel 1 ini terletak
pada 07 46 12,4 LS - 110 40 09,3 BT.
4. Ketinggian Tempat.
Lokasi pengambilan sampel pada titik sampel 1 berada pada
lereng atas Gunung Jiwo dengan ketinggian 248 mdpl.Ketinggian
43
44
hujan dan pupuk yang digunakan adalah pupuk urea. Hasil pertanian
pada lokasi titik sampel 1 adalah sekitar 3 kw jagung per hektar.
46
47
dengan buku munsell soil colour chart. Arti dari 7,5 YR 4/5
(brown) adalah warna yang mempunyai hue 7,5 YR, value 4, dan
kroma 5 dan warnanya adalah coklat.
e) Karatan.
Pada tanah titik sampel 1 di lapisan 1 tidak ditemukan
karatan.
f) Tekstur Tanah.
Untuk mengetahui tekstur tanah pada lapisan 1 ini dilakukan
melalui uji kualitatif.Yaitu dengan mengambil sampel tanah
kemudian dibuat lembab dan dipilin dengan ibu jari dan jari
telunjuk.Dari hasil pengujian dapat dirasakan bahwa tanahnya
terasa kasar sehiungga dapat disimpulkan tanah pada lapisan 1
mengandung pasir (s).Tanah pada lapisan 1 ini juga terasa lekat dan
halus sehingga dapat diketahui tanahnya mengandung debu
(si).Sehingga dapat disimpulkan bahwa tekstur tanah pada lapisan
1 ini adalah pasir berdebu.
g) Struktur Tanah.
Struktur adalah adalah susunan butir tanah yang secara alami
menjadi agregat, mempunyai tingkat perkembangan, tipe dan
ukuran.Derajad agregat struktur tanah pada lapisan 1 termasuk
dalam kelas cukup (2), yaitu agregat jelas terbentuk dan cukup
mantap, apabila diremas pecah menjadi agregat-agregat lebih
kecil.Tipe struktur pada lapisan 1 adalah remah (crumb) yang
disimbolkan dengan huruf cr.
h) Konsistensi Tanah.
Konsistensi tanah merupakan daya resistensi massa tanah
yang ditentukan oleh derajad kohesi/adhesi tanahnya. Pada tanah
lapisan 1 ini penentuan konsistensi tanahnya dilakukan pada
kondisi tanah lembab. Dari penentuan konsisitensi ini diperoleh
bahwa konsistensi tanah pada lapisan 1 pada kondisi lembab
adalah termasuk dalam klasifikasi sangat gembur (very
friable)yang disimbolkan dengan huruf vf. Arti dari konsistensi
48
sangat gembur ini adalah hanya dengan sedikit tekanan saja tanah
mudah bercerai dan bila di genggam tanah dapat menggumpal.
i) Reaksi Kemasaman.
Reaksi keasaman adalah tingkat keasaman atau kealkalian
tanah yang dinyatakan dalam nilai pH.Untuk mengetahui pH tanah
pada lapisan 1 titik sampel 1 ini dilakukan pengukuran pH lapang.
pH lapang diukur dengan menggunakan larutan KCl. Dari
pengukuran yang telah dilakukan didapatkan nilai pH pada tanah
lapisan 1 titik sampel 1 adalah 6, sehingga keasaman tanah pada
lapisan 1 titik sampel 1 termasuk dalam kelas agak masam.
j) Kandungan Bahan Organik
Untuk menentukan ada tidaknya kandungan bahan organik
pada tanah lapisan 1 dilakukan dengan cara meneteskan larutan
H2O2pada sampel tanah yang telah diambil pada lapisan 1. Indikasi
ada atau tidaknya bahan organik dapat diketahui dengan ada
tidaknya buih pada saat larutan H2O2diteteskan pada sampel tanah.
Semakin banyak buihnya maka kandungan bahan organik akan
semaakin besar, begitupun sebaliknya. Dari hasil percobaan, pada
lapisan tanah 1 ini pada saat sampel tanah ditetesi larutan
H2O2terdapat buih, sehingga tanah pada lapisan 1 terdapat
kandungan bahan organiknya.
k) Kandungan Kapur.
Untuk menentukan ada tidaknya kandungan kapur pada tanah
di lapisan 1 ini dilakukan dengan menggunakan larutan HCl.
Proses atau caranya adalah sama dengan menentukan kandungan
bahan organik, yaitu dengan meneteskan larutan HCl pada sampel
tanah. Dari hasil percobaan pada sampel tanah dari lapisan 1, saat
ditetesi larutan HCl tidak ada buih, shingga dapat disimpulkan
bahwa pada tanah lapisan 1 ini tidak terdapat kandungan kapur.
l) Perakaran.
49
50
4. Ketinggian Tempat.
Lokasi pengambilan sampel pada titik sampel 2 berada pada
lereng tengah Gunung Jiwo dengan ketinggian 172 mdpl.Ketinggian
tempat pada lokasi titik sampel 2 ini diperoleh dengan menggunakan
GPS.
5. Bentuk Lahan.
Bentuk lahan pada lokasi titik sampel 2 adalah perbukitan diorit
tertoreh kuat.
6. Batuan Induk.
Batuan induk pada lokasi titik sampel kedua adalah diorit dengan
formasi geologi mikrodiorit.
7. Cuaca.
Pada saat melakukan pengamatan pada lokasi titik sampel 2,
cuacanya sat itu adalah gerimis, sedangkan cuaca pada hari
sebelumnya atau kemarin adalah hujan. Dapat diketahui cuaca hari
kemarin hujan karena tanah pada lokasi titik sampel 2 masih basah.
8. Jenis Tanah.
Jenis tanah yang terdapat pada lokasi titik sampel 2 adalah tanah
Litosol.Tanah litosol merupakan tanah dengan perkembangan yang
masih awal atau tanah muda sehingga kedalaman horizon yang
terbentuk masih sangat dangkal.
9. Lereng.
Lereng pada lokasi titik sampel 2 dibagi menjadi 2 lereng yaitu
lereng makro dan lereng mikro. Untuk lereng makro kemiringannya
sekitar 85 dengan bentuk lurus dan eksposisi 96 NE (Azimuth), 84
(Bearing) dengan bentuk lereng cekung. Sedangkan untuk lereng
mikro, kemiringannya adalah 13.
10. Penggunaan Lahan.
Penggunaan lahan di lokasi titik sampel 2 adalah digunakan
untuk tegalan.Tanaman utama yang ada di lokasi titik sampel 2 adalah
jagung dan kacang. Untuk tanaman lain yang ada adalah pohon jati.
51
Metode yang digunakan para petani untuk mengolah lahan di lokasi ini
adalah metode tradisional dengan sumber air dari air hujan dan pupuk
yang digunakan adalah pupuk urea. Lama penggunaan lahan dilokasi
ini sudah berjalan sekitar 10 tahun dan para petani menggunakan pola
tanam musiman.
b. Morfologi Luar.
Informasi morfologi luar yang diamati pada lokasi pengamatan titik
sampel 2 adalah drainase, keadaan erosi, vegetasi dan material permukaan.
1. Drainase.
Keadaan drainase pada lokasi pengamatan titik sampel 2 adalah
baik.Hal ini terlihat dari tidak adanya genangan yang terlihat di sekitar
lokasi pengamatan titik sampel 2.
2. Keadaan Erosi.
Erosi yang terjadi pada lokasi pengamatan titik sampel 2 adalah
erosi alur.Erosi alur merupakan pengelupasan yang diikuti dengan
pengangkutan partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang
terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air.Erosi alur terjadi ketika air
larian masuk ke dalam cekungan permukaan tanah, kecepatan air larian
meningkat dan akhirnya terjadilah transportasi sedimen.
3. Vegetasi.
Berbagai jenis vegetasi dapat ditemukan di lokasi pengamatan
titik sampel 2 dengan vegetasi yang paling dominan adalah semak
belukar (vegetasi asli) dan pohon jati (vegetasi bukan asli).Ketinggian
vegetasi di lokasi pengamatan titik sampel 2 sekitar 3 - 4 meter dengan
kerapatan vegetasi skitar 15%.
4. Material Permukaan.
Material permukaan yang ditemukan di lokasi titik sampel 2
adalah berupa batu.Batu-batu yang ditemukan di lokasi ini termasuk
52
53
54
55
56
57
58
1. Drainase
Drainase pada stopsite ke 3 ini, tergolong lambat, hal ini
diindikasikan ada genangna air hujan yang masih menggenang
dibeberapa tempat namun pada tempat lain sudah kering
a. Keadaan erosi
Pada lokasi stopsite ke 3 erosi yang terajdi tidak terlalu parah,
hanya ada erosi alur yang tidak terlalu besar. Hal ini terbukti
dari lapisan horizon A yang tebalnya hingga 140 cm.
b. Vegetasi
Vegetasi faktor yang penting dalam perkembangan suatu
tanah, sehingga semakin banyak vegetasi ,tanah akan
berkembang semakin baik. Vegetasi terbagi mejadi dua jenis
pada penelitian ini, yaitu :
1. Vegetasi alami, berupa semak pohon jati, dan pohon kelapa
2. Vegetasi budidaya, berupa padi dan tebu, jagung dll
Pada daerah stopsite ke 3 ini, tanaman dibiarkan tumbuh
secara liar sehingga banyak aneka vegetasi berkembang
disini.
2. Material permukaan
Material permukaan yang ditemukkan pada daerah stopsite ke
3,berupa sampah plastik dan bebatuan. Dahulu di area ini pernah
didirikan sebuah rumah namun karena gempa ,rumah tersebut
hancur dan meninggalkan puing-puing hingga sekarang dibiarkan
tak terurus disitu.
c. Morfologi Dalam
Pengamatan morfologi dalam dilakukan dengan membuat profil tanah.
Terdapat 3 lapisan pada stopsite ke 3,yakni:
1. Lapisan I = 0-65 cm
2. Lapisan II = 65-140 cm
3. Lapisan III = >140 cm
59
a. Lapisan I
Lapisan satu pada stopsite ke 3 merupakan horizon Ap. Horizon A
adalah horizon yang terbentuk pada permukaan tanah atau di
bawah horison O yang berupa tanah mineral tetapi masih banyak
dipengaruhi oleh kadar bahan organik walaupun kadar bahan
organiknya rendah. Horizon A dicirikan dengan hilangnya seluruh
atau sebagian struktur asli batuan. Sedangkan penambahan
symbol p setelah simbol horizon A merupakan karakteristik yang
menunjukkan bahwa horizon tersebut telah mengalami penolahan.
1. Kedalaman lapisan
Kedalaman lapisan berkisar 0-65 cm.
2. Batas lapisan
Batas lapisan pada stopsite ke 3 ini diklasifikasikan aburpt,
sebab lebar peralihan kurang dari 2 cm.
3. Bentuk peralihan
Bentuk peralihan teridentifikasi smooth (relative rata).
4. Warna tanah
Warna tanah pada lapisan ini, adalah 7,5 YR 3/3. Dark brown
yang berarti warna tanah mengandung warna spektrum yang
dominan sesuai dengan panjang gelombang (hue) sebesar 7,5
YR, memiliki value (gelap terangnya warna sesuai sinar yang
dipantulkan) sebesar 3 dan chroma (kekuatan spektrum)
sebesar 3. Warna tanah lapisan pertama adalah coklat
kehitaman. Dengan value sebesar 3 dan chroma 3
menunjukkan sinar yang dipantulkan cukup sehingga berwarna
coklat walaupun hampir mendekati hitam.
60
61
62
Bentuk peralihan
Bentuk peralihan teridentifikasi smooth (relative rata).
4. Warna tanah
Warna tanah pada lapisan ini, adalah 7,5 YR 3/3. Dark brown
yang berarti warna tanah mengandung warna spektrum yang
dominan sesuai dengan panjang gelombang (hue) sebesar 7,5
YR, memiliki value (gelap terangnya warna sesuai sinar yang
dipantulkan) sebesar 3 dan chroma (kekuatan spektrum)
sebesar 3. Warna tanah lapisan pertama adalah coklat
kehitaman. Dengan value sebesar 3 dan chroma 3
menunjukkan sinar yang dipantulkan cukup sehingga berwarna
coklat walaupun hampir mendekati hitam.
5. Karatan
Tanah pada lapisan ini tidak mengandung besi (Fe).
6. Tekstur tanah
tekstur pada lapisan kedua ialah pasir bergeluh.
7. Struktur tanah
Struktur adalah bnetukkan yang terjadi secara alami yang
tersusun oleh partikel-partikel tanah menjadi agregat tanah
hasil dari proses pedogenesis. Identifikasi struktur tanah di
lapangan dilakukan dengan menentukkan derajat struktur, tipe
struktur dan ukuran struktur tanah menurut bentuknya. Derajat
63
64
12. Pengakaran
Kondisi perakaran sedang dengan diameter 1 2mm dan pori
tanah masuk kelas sd ,yakni 1 50 per desimeter persegi
permukaan.
c. Lapisan III
1. Kedalaman lapisan
Kedalaman lapisan berkisar >140 cm.
2. Batas lapisan
Batas lapisan pada stopsite ke 3 ini diklasifikasikan aburpt,
sebab lebar peralihan kurang dari 2 cm.
3. Bentuk peralihan
Bentuk peralihan teridentifikasi smooth (relative rata).
4. Warna tanah
Warna tanah pada lapisan ini, adalah 7,5 YR 3/3. Dark brown
yang berarti warna tanah mengandung warna spektrum yang
dominan sesuai dengan panjang gelombang (hue) sebesar 7,5
YR, memiliki value (gelap terangnya warna sesuai sinar yang
dipantulkan) sebesar 3 dan chroma (kekuatan spektrum)
65
66
9. Rekasi keasaman
Reaksi keasamanditentukkan dengan nilai pH. Nilai pH
tanah di lapangan ditentukkan dengan dua metode pengukuran
yaitu pengukuran pH potensial dan aktual. pH aktual dihitung
melalui pencampuran sampel tanah dengan aquades (H2O)
dengan perbandingan 1 : 6. Dari hasil eksperimen tersebut
diketahui bahwa pH actual pada lapisan pertama adalah 3,5
,sedangkan pH potensial tidak ketahui. Karena belum sempat
dilakukan pengukuran.
10. Kandungan bahan organik
Kandungan bahan organik tanah adalah salah satu
indikasi kesuburan tanah. Dengan meneteskan larutan H2O2
ke sampe tanah. Setelah beberapa saat terdapat buih-buih yang
sedikit namun cukup membuktikan jika tanah ini mengandung
bahan organik.
11. Kandungan bahan kapur
Jika kandungan bahan kapur sebagai indikasi yang
mempengaruhi reaksi kimia tanah. Pengaruh kapur ,antara lain:
1. Proses pembentukkan tanah
2.
67
Klaten. Pada titik pengamatan ini diteliti lokasi sampel, morfologinya baik
dalam maupun luar.
Tanah pada lokasi ini adalah Grumosol. Hal ini sesuai dengan cirriciri tanah gromosol yang diungkapkan oleh Darmawijaya ( 1990 :
331 ), yaitu :
1. Tekstur lempung dengan bentuk yang mencirikan.
2. Struktur horizon eluvial dan alluvial.
3. Struktur lapisan atas granuler sering terbentuk seperti bunga kubis
dan lapisan bawah gumpal atau pejal.
4. Konsistensi liat, bahan induk berlempung sehingga kedap air.
5. Solul rata- rata sekitar 75 cm
6. Warna kelam atau chroma kecil.
Ciri yang paling Nampak dilapangan dari titik pengamatan keempat
adalah tanah yang menhembang dan mengerut, Nampak pada
kondisi tanah yang nelo di saat kondisi kering.
g. Cuaca
Berdasarkan pengamatan dari tanah yang masih basah dan masih
adanya genangan air dperkirakan cuaca sebelumnya adalah hujan
dan cuaca saat penelitian ialah juga hujan.
h. Lereng
Lereng makro pada kondisi pengambilan sampel IV berupa lereng
majemuk dengan eksposisi N6W. dengan panjang lereng 10 meter.
i. Penggunaan lahan
Dari pengamatan dilapangan, dapat diketahui bahwa tanah dilokasi
titik keempat telah mengalami pengolahan menjadi sawah dan
tegalan. Hal ini diketahui kenampakan lahan berupa sawah selesai
dipanen dan akan segera diolah kembali.
69
a. Drainase
Drainase pada stopsite ke IV ini, tergolong buruk, hal ini
diindikasikan dengan :
1. Warna tanah yang mengandung bercak kehitaman serta apabila
dicium, tanah akan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
2. Air hujan yang masih menggenang dibeberapa tempat namun pada
tempat lain sudah kering
b. Keadaan erosi
Pada lokasi stopsite ke IV, terjadi erosi percik yaitu erosi yang
disebabkan oleh curah hujan sehingga mengangkat butir-butir tanah
ke udara.
c. Vegetasi
Vegetasi faktor yang penting dalam perkembangan suatu tanah,
sehingga semakin banyak vegetasi ,tanah akan berkembang semakin
baik. Vegetasi terbagi mejadi dua jenis pada penelitian ini, yaitu :
70
= 0 - 16 cm
b. Lapisan II
= 16 - 28 cm
c. Lapisan III = 28 - 39 cm
d. Lapisan IV = 39 52 cm
e. Lapisan V = > 52 cm
a. Lapisan I
Lapisan satu pada stopsite ke IV merupakan horizon Ap. Horizon A
adalah horizon yang terbentuk pada permukaan tanah atau di bawah
horison O yang berupa tanah mineral tetapi masih banyak
dipengaruhi oleh kadar bahan organik walaupun kadar bahan
organiknya rendah. Horizon A dicirikan dengan hilangnya seluruh
atau sebagian struktur asli batuan. Sedangkan penambahan symbol p
setelah simbol horizon A merupakan karakteristik yang menunjukkan
bahwa horizon tersebut telah mengalami pengolahan.
a. Kedalaman lapisan
71
e. Karatan
Tanah pada lapisan ini tidak mengandung besi (Fe), namun
tanah ini memiliki bercak warna kehitaman yang
mengindikasikan drainase yang buruk.
f. Tekstur tanah
Tekstur pada lapisan pertama ialah lempung karena ketika
sampel tanah diambil kemudian dibuat pasta dirasakan bahwa
teksturnya licin dan lengket .
g. Struktur tanah
Struktur adalah bentukan yang terjadi secara alami yang
tersusun oleh partikel-partikel tanah menjadi agregat tanah hasil
dari proses pedogenesis. Identifikasi struktur tanah di lapangan
dilakukan dengan menentukkan derajat struktur, tipe struktur
dan ukuran struktur tanah menurut bentuknya. Derajat struktur
tanah pada lapisan pertama adalah gumpal agak membulat dan
72
73
Bentuk peralihan
Bentuk peralihan pada lapisan kedua teridentifikasi weavy
( berombak ).
4. Warna tanah
Warna tanah pada lapisan ini, adalah 10 YR 4/4. brown yang
berarti warna tanah mengandung warna spektrum yang dominan
sesuai dengan panjang gelombang (hue) sebesar 10 YR,
memiliki value (gelap terangnya warna sesuai sinar yang
dipantulkan) sebesar 4 dan chroma (kekuatan spektrum) sebesar
4. Warna tanah lapisan kedua adalah hitam. Dengan value
sebesar 4 dan chroma 4 menunjukkan bahwa tanah
memantulkan sinar yang lebih banyak dari lapisan diatasnya
sehingga memiliki warna yang lebih cerah.
5. Karatan
Tanah pada lapisan ini tidak mengandung besi (Fe).
6. Tekstur tanah
tekstur pada lapisan kedua ialah lempung.
74
7. Struktur tanah
Struktur adalah bnetukan yang terjadi secara alami yang
tersusun oleh partikel-partikel tanah menjadi agregat tanah hasil
dari proses pedogenesis. Identifikasi struktur tanah di lapangan
dilakukan dengan menentukkan derajat struktur, tipe struktur
dan ukuran struktur tanah menurut bentuknya. Derajat struktur
tanah pada lapisan kedua adalah cukup yaitu bentuk agregat
jelas dan cukup mantap apabila diremas pecah menjadi butiran.
Tipe struktur pada lapisan kedua ini adalah gumpal agak
membulat (sub angular blocky) dan ukuran tanahnya adalah 20 50 mm.
8. Konsistensi tanah
Konsistensi tanah berhubungan dengan daya resistensi massa
tanah yang ditentukkan derajat kohesi/adhesi tanahnya.
a. Konsistensi pada keadaan lembab
Pada kondisi ini tanah dikategorikan sangat teguh artinya
massa tanah menggumpal dan diperlukan tenaga yang
cukup kuat untuk memecahkan gumpalan.
b. Konsistensi pada keadaan basah
Pada kondisi ini, tanah dimasukkan pada kelas sangat lekat
artinya tanah sangat lekat dan sukar untk melepaskan pada
kedua jari.
9. Rekasi keasaman
Reaksi keasaman ditentukkan dengan nilai pH. Nilai pH tanah di
lapangan ditentukkan dengan dua metode pengukuran yaitu
pengukuran pH potensial dan aktual. pH aktual dihitung melalui
pencampuran sampel tanah dengan aquades (H2O) dengan
perbandingan 2 : 5. Dari hasil eksperimen tersebut diketahui
bahwa pH actual pada lapisan pertama adalah 6 ,sedangkan pH
potensial tidak ketahui. Karena belum sempat dilakukan
pengukuran.
10. Kandungan bahan organik
75
c. Lapisan III
1. Kedalaman lapisan
Kedalaman lapisan berkisar 28 - 39 cm.
2. Batas lapisan
Batas lapisan pada stopsite ke I11 ini diklasifikasikan baur
(diffuse), sebab lebar peralihan lebih dari 12 cm.
3. Bentuk peralihan
Bentuk peralihan teridentifikasi weavy ( bergelombang ).
4. Warna tanah
Warna tanah pada lapisan ini, adalah 10 YR 3/4. Dark brown
yang berarti warna tanah mengandung warna spektrum yang
dominan sesuai dengan panjang gelombang (hue) sebesar 10
YR, memiliki value (gelap terangnya warna sesuai sinar yang
dipantulkan) sebesar 3 dan chroma (kekuatan spektrum) sebesar
4. Warna tanah lapisan ketiga adalah coklat tua. Dengan value
sebesar 3 dan chroma 4 menunjukkan sedikitnya sinar yang
dipantulkan sehingga tanah berwarna agak gelap
76
5. Karatan
Tanah pada lapisan ini tidak mengandung besi (Fe).
6. Tekstur tanah
Tekstur pada lapisan ketiga ialah berlempung.
7. Struktur tanah
Struktur adalah bentukan yang terjadi secara alami yang
tersusun oleh partikel-partikel tanah menjadi agregat tanah hasil
dari proses pedogenesis. Identifikasi struktur tanah di lapangan
dilakukan dengan menentukkan derajat struktur, tipe struktur
dan ukuran struktur tanah menurut bentuknya. Derajat struktur
tanah pada lapisan ketiga adalah lemah yaitu bentuk agregat
tidak jelas dan tidak mantap apabila diremas pecah menjadi
butiran. Tipe struktur pada lapisan ketiga ini adalah gumpal agak
membulat dan ukuran tanahnya adalah coarse atau kasar yaitu
berkisar antara 20 50 mm..
8. Konsistensi tanah
Konsistensi tanah berhubungan dengan daya resistensi massa
tanah yang ditentukkan derajat kohesi/adhesi tanahnya.
a. Konsistensi pada keadaan lembap
Pada kondisi in tanah dikategorikan sangat teguh, artinya
massa tanah menggumpal dan diperlukan tenaga yang
cukup kuat untuk memecah gumpalan.
b. Konsistensi pada keadaan basah
Pada kondisi ini, tanah dimasukkan pada kelas lekat yang
artinya tanah dengan kelekatan di jari jari sangat besar.
9. Rekasi keasaman
Reaksi keasaman ditentukkan dengan nilai pH. Nilai pH tanah di
lapangan ditentukkan dengan dua metode pengukuran yaitu
pengukuran pH potensial dan aktual. pH aktual dihitung melalui
pencampuran sampel tanah dengan aquades (H2O) dengan
perbandingan 2 : 5. Dari hasil eksperimen tersebut diketahui
bahwa pH actual pada lapisan ketiga adalah 5,5 ,sedangkan pH
77
78
79
80
Warna tanah pada lapisan ini, adalah 7,5 YR 4/3. brown yang
berarti warna tanah mengandung warna spektrum yang dominan
sesuai dengan panjang gelombang (hue) sebesar 7,5 YR,
memiliki value (gelap terangnya warna sesuai sinar yang
dipantulkan) sebesar 4 dan chroma (kekuatan spektrum) sebesar
3. Warna tanah lapisan kelima adalah coklat tua. Dengan value
sebesar 4 dan chroma 3 menunjukkan sedikitnya sinar yang
dipantulkan sehingga tanah berwarna agak gelap
5. Karatan
Tanah pada lapisan ini tidak mengandung besi (Fe).
6. Tekstur tanah
Tekstur pada lapisan ketiga ialah berlempung.
7. Struktur tanah
Struktur adalah bentukan yang terjadi secara alami yang tersusun
oleh partikel-partikel tanah menjadi agregat tanah hasil dari
proses pedogenesis. Identifikasi struktur tanah di lapangan
dilakukan dengan menentukkan derajat struktur, tipe struktur dan
ukuran struktur tanah menurut bentuknya. Derajat struktur tanah
pada lapisan kelima adalah lemah yaitu bentuk agregat tidak jelas
dan tidak mantap apabila diremas pecah menjadi butiran. Tipe
struktur pada lapisan kelima ini adalah gumpal agak membulat
dan ukuran tanahnya adalah coarse atau kasar yaitu berkisar
antara 20 50 mm..
8. Konsistensi tanah
Konsistensi tanah berhubungan dengan daya resistensi massa
tanah yang ditentukkan derajat kohesi/adhesi tanahnya.
a. Konsistensi pada keadaan lembab
Pada kondisi ini tanah dikategorikan sangat teguh, artinya
massa tanah menggumpal dan diperlukan tenaga yang cukup
kuat untuk memecah gumpalan.
b. Konsistensi pada keadaan basah
81
82
83
lebih halus daripada material asal yang tererosi. Itulah sebabnya mengapa
semakin rendah titik pengamatan, teksturnya semakin luas.
c. Perbedaan Penggunaan Lahan
Dari hasil pengamatan di setiap titik sampel, dapat diamati perbedaan
penggunaan lahan di setiap titik sampel. Titik sampel pertama digunakan
untuk tegalan dengan vegetasi budidaya berupa singkong dan kacang tanah.
Titik sampel kedua digunakan untuk tegalan dengan tanaman budidaya
berupa pohon jati, titik sampel ketiga digunakan untuk kebun dan tanaman
jati, titik sampel kempat digunakan untuk persawahan. Perbedaan kondisi
penggunaan lahan akan berdampak pada kondisi erosi dan perkembangan
tanahnya. Semakin lebat perakaran suatu vegetasi, maka akan semakin kecil
intensitas erosi dan semakin baik perkembangan tanahnya. Namun, itu semua
bergantung terhadap variable lain yang berpengaruh, seperti misalnya kondisi
topografi.
d. Perbedaan Solum Tanah
Solum tanah adalah lapisan tanah di atas horison R. Berdasarkan hasil
survey di Perbukitan Jiwo, didapatkan fakta bahwa solum tanah di setiap titik
memilki kedalaman yang berbeda.
Dari hasil pengamatan di lereng bawah, belum dapat dipastikan keadaan
solum tanahnya. Namun dari hasil pengamatan, diperkirakan bahwa solum
tanah di titik keempat sangat dalam. Hal ini disebabkan karena titik IV
merupakan titik dengan topografi landai yang menerima material erosi dari
titik-titik di atasnya sehingga proses dominan yang terjadi di titik ini adalah
sedimentasi.
Maka dapat disimpulkan bahwa semakin rendah titik lokasi titik
sampel, maka semakin dalam solum tanahnya. Hal ini disebabkan oleh
pengaruh kondisi erosi yang terjadi di perbukitan jiwo. Erosi yang intensif di
titik I mengakibatkan perkembangan tanah di titik satu terhambat sehingga
solum tanahnya dangkal. Intensitas erosi yang intensif di titik pertama
dipengaruhi oleh kondisi topografi dengan kemiringan lereng yang curam
serta penggunaan lahannya sebagai lahan budidaya. Seharusnya, penggunaan
84
85
horizon yang terbentuk masih sangat dangkal, tekstur tanah pada titik
pertama dan kedua ini adalah pasir berdebu. Tipe struktur pada titik
pertama dan kedua adalah remah (crumb) yang disimbolkan dengan
huruf cr. Titik pengamatan ketiga jenis tanahnya berupa tanah latosol,
tekstur pada titik ketiga lapisan pertama adalah geluh berpasir dengan
struktur berbutir, lapisan kedua teksturnya pasir bergeluh dengan struktur
gumpal agak membulat dengan ukuran 10-20mm, pada lapisan ketiga
teksturnya geluh berdebu dengan struktur gumpal agak membulat
ukurannya 5mm. Titik pengamatan keempat tanahnya grumusol, dengan
tekstur lempung dan struktur gumpal agak membulat.
c. Erosi yang terjadi di setiap titik pengamatan adalah erosi alur dan erosi
percik. Erosi alur tejadi pada titik ke 1, 2, dan 3, sedangkan erosi percik
terjadi pada titik ke 4.
d. Titik sampel pertama memiliki 2 lapisan antara lain:
a. Lapisan I horizon Ap
0-8cm
b. Lapisan II horizon R
>8cm
0-17cm
b. Lapisan II horizon R
>17cm
0 65cm
b. Lapisan II
65-140cm
c. Lapisan III
>140cm
0-16cm
b. Lapisan II
16-28cm
c. Lapisan III
28-39cm
d. Lapisan IV
39-52cm
e. Lapisan V
>52cm
86
dan ketela pohon (singkong). Tanaman utama yang ada di lokasi titik
sampel kedua adalah jagung dan kacang. Titik sampel ketiga tanaman
utamanya jati. Titik sampel keempat penggunaan lahannya adalah sawah
dengan tanaman utama padi.
B. Saran
Pada titik pengamatan pertama dan kedua perkembangan tanahnya lambat
bisa disebabkan oleh vegetasi dengan perakaran kecil. Sebaiknya lahan
tersebut ditanami vegetasi yang akarnya besar supaya perkembangan tanah di
titik tersebut lebih baik. Pasokan air yang ada pada titik pertama, kedua,
ketiga dan keempat hanya berasal dari air hujan, sebaiknya penduduk
menanami tanaman yang dapat menyerap air misalnya seperti tanaman jati.
Pada Titik keempat yang berupa sawah tadah hujan, drainasenya masih buruk
sebaiknya dibantu dengan membuat lubang-lubang kecil sedalam 1-1,5 meter.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya. M. Isa. 1990. Klasifikasi Tanah Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah
Dan Pelaksana Pertanian Di Indonesia. Yogyakarta: UGM Press.
Jamulya, Dkk. 2012. Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Jamulya, Dkk.1993. Petunjuk Praktikum Survei Tanah. Yogyakarta: UGM Press.
Harjowigeno, Sarwono.1993. Klasifikasi Tanah Dan Pedogenesis. Jakarta:
Akademika Presindo.
Abdullah, Tatat Sutarman.1993. Survei Tanah Dan Evaluasi Lahan. Penebar
Swadaya.
87
LAMPIRAN
88
89
90
91