Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
oleh
Kelompok 2
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Klinik 3B dengan dosen pengampu
Ns. Lantin Sulistyorini, S. Kep, M. Kes
oleh
Sri Ariani
Efi Pandan Sari
NIM 142310101005
NIM 142310101061
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Pencernaan : Atresia Ani. Makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan tugas Keperawatan
Klinik 3B Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns.Lantin Sulistyorini,S.Kep.,M.Kes. selaku ketua program studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember,
2. Ns. Peni Perdani J., M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Klinik 3B,
3. teman - teman yang selalu memberikan dukungan pada saat penulisan
makalah, dan
4. semua pihak yang memberikan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak deni
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
ii
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................
ii
DAFTAR ISI.................................................................................................
iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................
1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................
1
1.2 Tujuan.....................................................................................................
1
1.3 Implikasi Keperawatan.........................................................................
2
BAB 2 TINJAUAN TEORI.........................................................................
2.1 Pengertian...............................................................................................
2.2 Epidemiologi...........................................................................................
2.3 Etiologi....................................................................................................
2.4 Tanda dan Gejala...................................................................................
2.5 Patofisiologi............................................................................................
2.6 Klasifikasi...............................................................................................
2.7 Komplikasi dan Prognosis.....................................................................
2.8 Penatalaksanaan....................................................................................
2.9 Pemeriksaan Diagnostik........................................................................
2.10 Pencegahan...........................................................................................
BAB 3 PATHWAY........................................................................................
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................
4.1 Pengkajian..............................................................................................
4.2 Diagnosa..................................................................................................
4.3 Perencanaan...........................................................................................
4.4 Pelaksanaan............................................................................................
4.5 Evaluasi...................................................................................................
BAB 5 PENUTUP........................................................................................
5.1 Kesimpulan.............................................................................................
5.2 Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
LAMPIRAN..................................................................................................
iii
3
3
4
4
5
5
5
7
8
10
11
12
13
13
19
19
32
40
44
44
44
45
46
BAB 1 PENDAHULUAN
Tengah Khusunya di semarang yaitu sekitar 50% dalam kurun waktu tahun 20072009, di RS Dr. Kariadia Semarang terdapat 20% pasien dengan kasus atresia ani,
khususnya dirawat di ruang bedah A2 (bedah wanita dan anak).
Menyikapi kasus yang muncul tentang atresia ani maka penulis
mengangkat kasus atresia ani sebagai bahasan agar lebih memahami perawatan
pada pasien dengan atresia ani. Dan juga, mempermudah perawat dalam membuat
asuhan keperawatan pada pasien dengan atresia ani. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk membuat makalah dengan judul Asuhan Keperawatan pada Pasien
Atresia Ani untuk mempermudah mengatasi masalah atresia ani dan dapat
digunakan sebagai bahan bacaan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu menggambarkan dan membuat asuhan keperawatan pada pasien
atresia ani.
1.2.2
Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang teori Atresia ani.
atresia ani.
Mempermudah dalam penulisan asuhan keperawatan pada pasien atresia
ani.
2.1 Pengertian
2
Secara umum, atresia ani lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada
perempuan. Fistula rektouretra merupakan kelainan yang paling banyak ditemui
pada bayi laki-laki, diikuti oleh fistula perineal. Sedangkan pada bayi perempuan,
jenis atresia ani yang paling banyak ditemui adalah atresia ani diikuti fistula
rektovestibular dan fistula perineal (Oldham K, 2005).
Hasil penelitian Boocock dan Donna di Manchester menunjukkan bahwa
atresia ani letak rendah lebih banyak ditemukan dibandingkan atresia letak tinggi (
Boocock G, 1987).
2.3 Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa factor, antara lain:
2.3.1
putusnya saluran pencernaan atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
usus, rectum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu
keempat sampai keenam usia kehamilan.
2.3.4
bulan.
Atresia ani memiliki etiologi yang multifaktorial. Salah satunya adalah
komponen genetik. Pada tahun 1950an, didapatkan bahwa risiko malformasi
meningkat pada bayi yang memiliki saudara dengan kelainan atresia ani yakni 1
dalam 100 kelahiran, dibandingkan dengan populasi umum sekitar 1 dalam 5000
kelahiran. Penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara atresia ani
dengan pasien dengan trisomi 21 (Down's syndrome). Kedua hal tersebut
menunjukkan bahwa mutasi dari bermacam-macam gen yang berbeda dapat
menyebabkan atresia ani atau dengan kata lain etiologi atresia ani bersifat
multigenik (Levitt M, 2007).
2.4.1
Perut kembung
2.4.2
2.4.3
Mekoneum tidak keluar melalui anus tetapi melalui flustula atau anus yang
salah letaknya
2.4.4
2.4.5
2.4.6
Distensi terhadap adanya tanda-tanda obruksi usus (bila tidak ada fistula)
2.5 Patofisiologi
Kelainan ini diawali karena kegagalan pembentukan septum urorektal
secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari
tonjolan embrionik sehingga anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian
belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang
merupakan bakal genitourinari dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena
adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak ada
kelengkapan dan perkembangan struktur kolon antara 7-10 minggu dalam
perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam
agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan
usus besar yang keluar melalui anus sehingga menyebabkan fekal tidak dapat
dikeluarkan
sehingga
intestinal
mengalami
obstruksi.
Putusnya
saluran
pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi baru lahir tanpa lubang
anus.
2.6 Klasifikasi
Klasifikasi atresia ani ada 4 yaitu :
2.6.1 Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses
tidak dapat keluar.
2.6.2 Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
2.6.3 Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum
dengan anus.
Anomali tinggi
Letak tinggi, rektum berakhir diatas muskulus levator ani (muskulus
Anomali intermediate
Letak intermediet, akhiran rektum terletak di muskulus levator ani.
Rectum berada atau di bawah tingkat otot puborektalis, lesung anal dan
spingterbeksternal berada pada posisi yang normal.
2.6.3
Anomali rendah
Letak rendah apabila akhiran rektum berakhir bawahmuskulus levator ani.
Ujung rectum diatas otot puborektalis, dan spingter internal tidak ada. Hal ini
biasanya berhubungan dengan fistula genitourinarius rektouretral (pria) atau
rektovaginalis (wanita).
Gambar 4. Atresia ani pada laki-laki
Gambar 5. Atresia ani pada perempuan
Menurut klasifikasi Wingspread (1984) yang dikutip oleh Hamami, atresia
ani dibagi 2 golongan yang dikelompokkan menurut jenis kelamin. Pada laki
laki golongan I dibagi menjadi 5 kelainan yaitu kelainan fistel urin, atresia
rektum, perineum datar, fistel tidak ada dan pada invertogram: udara > 1 cm dari
kulit. Golongan II pada laki laki dibagi 5 kelainan yaitu kelainan fistel
perineum, membran anal, stenosis anus, fistel tidak ada. dan pada invertogram:
udara < 1 cm dari kulit. Sedangkan pada perempuan golongan I dibagi menjadi 6
kelainan yaitu kelainan kloaka, fistel vagina, fistel rektovestibular, atresia rektum,
fistel tidak ada dan pada invertogram: udara > 1 cm dari kulit. Golongan II pada
6
perempuan dibagi 4 kelainan yaitu kelainan fistel perineum, stenosis anus, fistel
tidak ada. dan pada invertogram: udara < 1 cm dari kulit (Hamami A.H, 2004).
2.7 Komplikasi dan Prognosis
2.7.1 Komplikasi
Menurut
antara lain:
a.
b.
c.
d.
2.7.2
yang tepat dan juga tergantung kelainan letak anatomi saat lahir. Namun
berprognosis buruk apabila klien atresia ani tidak segera mendapatkan
penatalaksanaan yang tepat. Pada Atresia Ani letak tinggi, banyak anak
mempunyai masalah pengontrolan fungsi usus. Kebanyakan juga mengalami
konstipasi. Pada atresia ani letak rendah, anak-anak umumnya memiliki kontrol
buang air besar yang baik, tetapi masih mungkin mengalami sembelit. Bila atresia
ani tidak segera ditangani makan akan terjadi komplikasi seperti obruksi
intestinal, konstipasi, dan inkontinensia feses.
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan atresia ani tergantung klasifikasinya. Pada atresia ani
letak tinggi harus dilakukan kolostomi terlebih dahulu. Pada waktu lalu
penanganan atresia ani menggunakan prosedur abdominoperineal pullthought,
tetapi metode ini banyak menimbulkan inkontinen feses dan prolaps mukosa usus
yang lebih tinggi.
dengan
membatasi
anak
untuk
bowel
disini
maksudnya
yaitu
dengan
dilakukan
enema/irigasi kolon satu kali sehari untuk membersihkan kolon. Hal ini
dilakukan untuk mencegah obstruksi sisa pencernaan makanan kesaluran
organ lainnya.
2.9 Pemeriksaan Diagnostik
10
BAB 3. PATWAY
Gang. Pertumbuhan
Pembentukan anus dari tonjolan
embrionik
Fusi
Penumpukan
feses
Tekanan
intra
abdominal
Atresia ani
Ansietas
Kontipasi b.d. penyakit
atresia ani
Reabsorbsi sisa
metabolisme oleh tubuh
Fistula di
rektovaginal
Fistula di
rekturetralis
Feses masuk ke
uretra
Mikrorganisme
11masuk ke
saluran kemih
Keracunan
Operasi anoplasti
atau colostomi
Mual dan
muntah
Gang. Eleminasi
Urine
anoreksia
Perubahan
defekasi
Trauma
jaringan
(pelukaan)
Pengeluaran
tidak
terkontrol
Iritasi mukosa
pada area anal
Dysuria
Nyeri akut
nyeri
Gang. Rasa
nyaman
Resiko
infeksi
Abnormalitas
spingter rektal
Inkontinensia
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN
defekasi
Resiko tinggi
integritas kulit
4.1 Pengkajian
12
13
14
c. Pola istirahat/tidur
Karena pasien bisa mengalami konstipasi dan perut kembung pola
istirahatnya akan terganggu. Terutama pos operasi yang bisa
menimbulkan rasa nyeri pada anak ataupasien. Informasi bisa diperoleh
dari keterangan keluarga jika pasiennya bayi
d. Pola nutrisi metabolik
Pasien mengkonsumsi ASI eksklusif atau susu pendamping ASI atau
makanan yang dikonsumsi anak.
e. Pola eliminasi
Klien tidak dapat buang air besar dan atau dalam urin ada mekonium.
f.
Pola kognitif perseptual
Pasien belum mampu berkomunikasi, berespon, dan berorientasi dengan
baik pada orang lain karena usianya yang masih bayi. Jika pasiennya
anak-anak yang sudah mampu berkomunikasi, bagaimana cara dia
mengungkapkan rasa tidak nyamannya atau nyeri yang dirasakan.
g. Pola konsep diri
Pola ini terdiri dari identitas diri, ideal diri, gambaran diri, peran diri dan
harga diri.
h. Pola seksual Reproduksi
pasien masih bayi dan belum menikah
i.
Pola nilai dan kepercayaan
Bayi tidak bisa dikaji pola nilai dan kepercayaannya karena masih anaanak.
j.
Pola peran hubungan
Pasien bayi akan memiliki hubungan yang dekat dengan ibunya.
Sehingga saat berada didekat ibunya pasien akan merasa lebih tenang.
mandiri
k. Pola koping
Pasien anak-anak akan menangis untuk menunjukan apa yang dirasakan
supaya mendapat bantuan atau pertologan dari sekitarnya.
Head to toe
15
1. Tanda-tanda vital
Nadi
Respirasi
Suhu axila
2. Kepala
Kepala simetris, tidak ada lesi, kulit kepala bersih, , tidak ada caput
succedanium, dan tidak ada chepal hematom.
3. Mata
Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ada perdarahan pada subkonjungtiva,
tidak ikterus, tidak nistagamus/ tidak episnatus, pada pasien atresia ani biasanya
conjungtiva agak pucat.
4. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka atau secret, tidak ada pernafasan cuping
hidung, tidak ada pus dan lendir.
5. Mulut
Bibir simetris, tidak macrognatia, micrognatia, tidak macroglosus, tidak
Cheilochisis.
6. Telinga
Telinga simetris dan matur tulang kartilago berbentuk sempurna.
7.
Leher
16
9. Jantung
Tidak terdengarmur-mur atau suara abnormal lainnya saat auskultasi dan
frekuensi jantung teratur .
10. Abdomen
Simetris, tidak ada massa atau tumor , tidak terdapat perdarahan pada
umbilicus, terdengar suara hiperperistaltik. Pada pemeriksaan palpasi pada daerah
usus akan terdengar pekak (konstipasi).
11. Genitalia
Terdapat lubang uretra, tidak ada epispandia pada penis, tidak ada hipospandia
pada penis, tidak ada hernia sorotalis. Pada penderita atresia ani bisa
terjadi meconium keluar bersamaan dengan urin.
12. Anus
Tidak terdapat anus, anus nampak merah, usus melebar, kadang-kadang
tampak ileus obstruksi. Thermometer yang dimasukan kedalam anus tertahan oleh
jaringan.
13. Ektrimitas atas dan bawah
Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan maupun kaki dan
kukunya tampak agak pucat.
14. Punggung
Tidak ada penonjolan spina gifid.
15. Pemeriksaan Reflek
Suching +
Rooting +
Moro +
17
4.2
4.2.1
4.2.2
4.2.3
4.2.4
4.2.5
Grip +
Plantar +
Diagnosa
Gangguan eleminasi urine b.d dysuria
Inkontenensia defekasi b.d abnormalitas sfingter rectal
Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan
Resiko infeksi b.d perawatan tidak adequat, trauma jaringan post operasi
Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit, dysuria, trauma jaringan
post operasi
4.2.6 Kerusakan integritas kulit b.d kolostomi
4.2.7 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah.
4.2.8 Ansietas b.d pembedahan dan kurangnya pengetahuan dari keluarga tentang
penyakit.
4.2.9 Resiko kekurangan volume. cairan b.d. intake yang tidak adekuat, muntah.
4.2.10 Kontipasi b.d. penyakit atresia ani.
4.2.11 Diskontinuitas pemberian ASI b.d. atresia ani
4.3
Perencanaan
No. Diagnosa
1.
Gangguan
eleminasi
urine
dysuria
Kriteria Hasil
Tujuan :
setelah 1.
Intervensi
Penilaian
dilakukan perawatan
urine
b.d 2x24
jam
eleminasi
fungsi
berfokus
urine
pada
berjalan baik
inkonteninsia
Kriteria hasil :
1. Kandung
kemih
Rasional
1.Menghitung
output
urine,
pola
dari
harus
obat
yang
dihentikan
penggunaannya
4.membantu
kosong sempurna
2. Tidak ada residu 2.
berkemih)
Memantau
proses
penggunaan
urine
5.Menghitung
obat dengan
rentang normal
4. Tidak ada spasme
bladder
5. Balance
sifat
antikolinergi
cairan
seimbang.
atau
properti
3.
alpha agonis
Memonitor
eleminasi
output urine
6.agar
tidak
terjadi konstipasi
7.melihat apakah
ada penumpukan
urin pada kandung
kemih
18
efek
dari
obat-obatan
yang
4.
diresepkan
Memasang
5.
kateter
Catat input
dan
6.
output
urin
Instruksikan
cara-cara
menghindari
7.
konstipasi
Pantau
asupan
8.
dan
keluaran
Pantau
tingkat
distensi
kandung
9.
kemih
Menerapkan
katerisasi
2.
intermitten
setelah Bowel inkontinen 1. Supaya
Inkontenen
Tujuan
sia
dilakukan perawatan
care
tepat
defekasi
Perkirakan
penangananny
b.d
kesulitan BAB.
penyebab
a.
abnormalit
Kriteria hasil :
fisik
as sfingter 1.
BAB teratur
2.
Defekasi
rectal (post
lunak
operasi)
3.
Penurunan
inkontenensia
4.
Status nutrisi
dan minuman adequat
2.
bisa
Karena
atau
penyebab fisik
psikologi dari
dan psikologis
inkontinensia
bisa memiliki
fekal
Jelaskan
penanganan
yang berbeda
2. Pasien tidak
penyebab
maslah
dan
cemas
19
5.
Integritas
jaringan
rasional dari
kulit
membran
mukosa
baik
mengungkapk
kepada
an apa yang
atau
keluarga
Jelaskan
feses
managemen
bowel
pada
pasien
atau
keluarga.
Diskusikan
dan
kriteria
hasil
yang
diharapkan
5. Mengetahui
efek
yang
diberikan
obat
6. Mengetahui
peningkatan
atau
penurunan
konstipasi
bersama
pasien
5.
diinginkan
4. Memudahkan
pengeluaran
tujuan
4.
bisa
tindakan
pasien
3.
3. Pasien
atau
keluarga
Kolaborasi
pemberian
supositoria
jika
memungkink
6.
an
Monitor efek
samping obat
yang
7.
diberikan
Evaluasi
status
3.
BAB
secara rutin.
setelah Pain management Pain management
dilakukan perawatan 1.
Lakukan
pengkajian
1&2.Mengetahui
tingkat nyeri
20
trauma
berkurang
nyeri
jaringan
tidak rewel
2.
3.
secara 3.mengurangi
pasien
dan
keluarga
pemberian
untuk
obat
menemukan
4.
kesalahan
4&5. mengevaluasi
dukungan
efek
setelah
dalam
pemberian
mengurangi
obat
nyeri
Kontrol
lingkungan
yang
dapat
mempengaru
5.
hi nyeri
Lakukan
6.
kontor nyeri
Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri
Analgesic
administratio
n
1.
Cek
dengan
2.
benar
Cek
obat
6
apa
21
punya alergi
3.
dengan obat
Tentukan
pilihan
obat
analgesic
sesuai tingkat
4.
nyeri
Monitar TTV
sebelum dan
sesudah
pemberian
5.
obat
Evaluasi
keefektifan
pemberian
4.
Resiko
Tujuan
obat
setelah Infection control
Infection control
Instruksikan
1.menjaga
perawatan
1x
pengunjung
dan
tidak
menunjukan
untuk
kontaminasi
adequat,
penurunan
mencuci
bakteri
trauma
tangan
jaringan
post
sesudah
operasi
infeksi
berkunjung
Pertahan
24
jam
dapat
resiko
2.
lingkungan
3.
dan
4.
gejala infeksi
Batasi
5.
pengunjung
Dorong
nutrisi
mengurangi
atau
atau
pengunjung
2.menghindari
infeksi
3.melihat adanya
tanda infeksi
4.mengurangi
aseptik
Monitor
tanda
sepsis
factor perpindahan
bakteri
atau
kuman
5.meningkatkan
daya tahan tubuh
yang sehingga
tidak
22
cukup
5.
mudah
terserang
kuman
setelah Anxiety reduction Anxiety reduction
Gangguan
Tujuan
rasa
dilakukan perawatan 1.
Gunakan
1.mengurangi
pendekatan
gejala
tidur
yang
persepsi tegang
2.agar pasien tidak
terkait
tidak rewel
penyakit,
Kriteria hasil :
dysuria,
1.
trauma
terlihat cemas
2.
Status
jaringan
nyenyak
dan
2.
Pasien
tidak
lingkungan nyaman
3.
Kualitas tidur
post
operasi
terkejut
menenangkan
3.menilai seberapa
Jelaskan
tingkat kecemasan
semua
pasien
prosedur dan
4.agar
pasien
apa
yang
merasa tenang
akan terjadi
setelah
tindakan
pada
3.
pasien
atau keluarga
Identifikasi
tingkat
4.
kecemasan
Ciptakan
suasana yang
nyaman dan
6.
Tujuan
integritas
dilakukan perawatan
kulit
tenang
setelah Pressure
Kerusakan
management
kolostomi
kulit
pasien
Pressure
management
Anjurkan
1.tidakmenekan
pasien
tubuh
2.agar tidak terjadi
membaik.
menggukan
Kriteria hasil :
pakain
decubitus
3&4.menghindari
1.
longgar
Hindari
infeksi
Integritas
2.
dipertahankan
2.
Tidak ada lesi
3.
Perfusi
3.
jaringan baik
kerutan pada
tempat tidur
Jaga
kebersihan
terjadinya
kulit
tetap
4.
dan kering
Monitor
adanya
kemerahan
Monitor
2.
tanda infeksi
Monitor
proses
kesembuhan
3.
area insisi
Bersihkan
area
4.
bekas
jahitan
Ganti balutan
sesuai
interval
7.
Ketidak
Tujuan
seimbanga
dilaukan
nutrisi 1x24
waktu
setelah Nutition
perawatan
jam
management
pasien 1.
Kaji
nutrisi
kemampuan
kebutuhan
terpenuhi.
pasien untuk
tubuh
Kriteria hasil :
menelan dan
berhubung
1.
2.
menguyah
an dengan
mual
muntah.
BB normal
Tidak
ada
tanda-tanda
malnutrisi
3.
Tidak
2.
dengan
terjadi
penurunan BB yang
berarti
makanan
Kolaborasi
gizi
ahli
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan
24
nutrisiyang
dibutuhkan
3.
pasien
Berikan
informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi pasien
kepada
pasien
atau
keluarga
Nutrition
monitoring
1.
Monitor
adanya
penurunan
2.
BB
Monitor
interaksi
anak
dan
orang
tua
selama
makan
atau
3.
menyusu
Monitor
4.
turgor kulit
Monitor mual
5.
muntah
Monitor
intake nutrisi
8.
dan kalori
setelah Anxiety
Ansietas
Tujuan:
b.d
dilakukan perawatan
Reduction
(penurunan
pembedaha
selama
(penurunan
kecemasan) :
1.agar
pasien
1x24
jam
Anxiety Reduction
25
kurangnya
pengetahua
n
dari
keluarga
tentang
penyakit.
ansietas hilang.
Kreteria hasil:
1.
Klien mampu
1.
mengidentifikasi dan
gejala cemas.
2.
2.
Mengidentifik
asi, menunjukkan dan
mengungkapkan
untuk
mengontrol cemas.
3.
Tanda-tanda
vital
dalam
3.
bahasa
tingkat
nyaman
2&3. Pasien tidak
yang
cemas
.
Nyatakan
dengan jelas
dan
akan
dilakukan
kepadanya
harapan
sebelumnya
4-13. mengurangi
prilaku
tingkat kecemasan
pasien
Jelaskan
pasien
apa
yang
dirasakan
selama
dan
aktivitas
pendekatan
prosedur dan
wajah,
tubuh
dan
semua
batas
normal.
4.
Postur tubuh,
ekspresi
tenang
mengungkapkan
tehknik
kecemasan) :
Gunakan
4.
menunjukkan
prosedur.
Pahami
prespektif
berkurangnya
pasien
kecemasan.
terhadap
5.
situasi stress.
Temani
pasien untuk
memberikan
keamanan
dan
mengurangi
6.
takut.
Dorong
keluarga
untuk
menemani
26
7.
anak.
Lakukan
back/neck
8.
rub.
Dengarkan
dengan
penuh
9.
perhatian.
Identifikasi
tingkat
kecemasan.
10. Bantu pasien
mengenal
situasi
yang
menimbulkan
kecemasan.
11. Dorong
pasien untuk
mengungkap
kan perasaan,
ketakutan,
persepsi.
12. Intruksikan
pasien
menggunaka
n
teknik
relaksasi.
13. Berikan obat
untuk
mengurangi
9.
Resiko
kecemasan.
setelah Fluid
Tujuan:
selama
1x24
jam
1.
Management
Timbang
popok
jika
Fluid Management
1.Mengetahui
output cairan
2.supaya hasilnya
valid
27
intake,
dan
status
2.
urine
dan
output 3.
dan BB.
2.
Tekanan nadi,
(kelembaban
membrane
tubuh
mukosa, nadi
4.
tanda-tanda dehidrasi.
4.
Elastisitas
turgor
kulit
baik,
adekuat),
Monitor
tanda-tanda
5.
yang
yang akurat.
Monitor
status hidrasi
suhu
perubahan
terjadi
output 6.menambah input
darah,
3-5.menilai
catatan intake
diperlukan.
Pertahankan
vital.
Monitor
status nutrisi.
Dorong
masukan oral
Monitor berat
Kontipasi
badan.
Monitor
b.d.
tanda
penyakit
memperliatkan bowel
gejala
atresia ani.
elimination
konstipasi
2.
menilai
yang
baik.
Kriteria hasil:
1.
Mempertahan
kan
bentuk
2.
karakteristik feses
3.pasien
atau
keluarga
frekuensi,
konsistensi
3.
ketidaknyamanan
kontipasi.
3.
Feses
kontipasi.
Monitor
feses:
feses
1.melihat apakah
dan volume.
Jelaskan
etiologi
dan
rasionalisasi
lunak
tindakan
dan berbentuk.
4.
Kolaborasi
terhadap
pemberian laksatif
4.
tidak
dengan
gizi
pasien
pasien
Dukung
28
5.
intake cairan
Timbang
pasien secara
11.
Tujuan:
itas
dilakukan perawatan
badan
pemberian
1x24jam
jika
ASI
setelah 1.
teratur
Pantau berat 1.menilai
Diskontinu
pasin
atresia ani
2.
dengan baik.
Kriteria hasi:
1.
Pertumbuhan
terpenuhi
3.menilai
diperlukan
Beri
untuk
perkembangan
bayi
dalam
normal
2.
Berat
bayi bayi
2.agar gizi bayi
keberhasilan
dorongan
dan
cairan
masuk
kedalam
pencernaan pasien
menyusui
sepulang
badan
bayi=masa tubuh
3.
Tanda-tanda
tetap
melanjutkan
batas
nutrisi
3.
kerja.
Monitor atau
evaluasi
refleks
normal
menelan
sebelum
memberikan
susu.
4.4
Pelaksanaan
Tanggal
15 Maret 2016
Jam
08.00 WIB
Paraf
Implementasi
Perawat
penilaian Ns. Ani
1. Mencatat
urine
yang
berfokus
pada
inkonteninsia
(output
urine,
pola
berkemih)
2. Memantau penggunaan
obat
dengan
antikolinergik
sifat
atau
3. Memonitor
efek
obat-obatan
dari
yang
diresepkan
4. Memasang kateter
5. Catat input dan output
urin
6. Memberi edukasi caracara
menghindari
konstipasi
pada
keluarga
7. Memantau asupan dan
keluaran
8. Memantau antau tingkat
distensi kandung kemih
9. Memasang
katerisasi
15 Maret 2016
01.00 WIB
intermitten
1. menjelaskan penyebab Ns. Efi
masalah dan rasional
dari tindakan kepada
pasien atau keluarga
2. menjelaskan
tujuan
managemen bowel pada
pasien atau keluarga.
3. mendiskusikan
dan
kriteria
hasil
diharapkan
yang
bersama
supositoria
jika memungkinkan
5. Monitoring
efek
samping
obat
diberikan
6. Mengevaluasi
15 Maret 2016
20.00 WIB
yang
status
Ns. Ani
nyeri
30
secara
komprehensif
dengan PQRST
2. mengobservasi
reaksi
pada
area
dengan
berada
disampingnya
5. mengevaluasi
keefektifan
nyeri
6. Mengukur
vital
kontrol
tanda-anda
sebelum
dan
sesudah tindakan
Analgesic administration
1. Cek
obat
dengan
benar
2. Cek apa punya alergi
dengan obat
3. Tentukan pilihan obat
analgesic sesuai tingkat
nyeri
4. Monitar TTV sebelum
dan sesudah pemberian
obat
5. Evaluasi
16 Maret 2016
09.00 WIB
keefektifan
pemberian obat
1. Instruksikan
pengunjung
mencuci
Ns. Ani
untuk
tangan
31
aseptik
3. Monitor
tanda
dan
gejala infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Dorong nutrisi yang
16 Maret 2016
14.00 WIB
cukup
Anxiety reduction
Ns. Efi
1. Anjurkan
ibu
berada
didekat
pasien
atau
terjadi
setelah
suasana
nyaman
dan
21.00 WIB
di dekat pasien
Pressure management
1. Memakaikan
Ns. Ani
pakaian
kulit
kemudian
berikan
lotion
atau
minyak
kayu
putih
untuk menghangatkan
4. Monitoring
adanya
kemerahan
Insision site care
1. Monitoring
tanda
32
infeksi
2. Monitoring
proses
dengan
steril
4. mengganti
17 Maret 2016
07.00 WIB
konsep
balutan
Ns. Efi
kolaborasi
jumlah
kebutuhan
ibu
adanya
penurunan BB
3. Monitoring
interaksi
anak dan orang tua
selama
makan
atau
menyusu
4. Monitoring turgor kulit
5. Mengkaji adanya mual
muntah
6. Monitoring
17 Maret 2016
12.00 WIB
intake
33
pendekatan
yang
menenangkan.
2. Menyatakan
dengan
semua
selama
prosedur.
4. Memahami
prespektif
dengan
penuh perhatian.
9. Mengidentifikasi
tingkat kecemasan.
10.
Membantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan.
11.
Mendorong pasien
untuk mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi.
12.
Mengintruksikan
pasien
menggunakan
teknik relaksasi.
13.
Memberikan
untuk
obat
mengurangi
34
17 Maret 2016
07.00 WIB
kecemasan.
1. Menimbang popok jika Ns Efi
diperlukan.
2. Mempertahankan
catatan
intake
dan
(kelembaban
membrane
mukosa,
nadi adekuat),
4. Memonitor tanda-tanda
18 Maret 2016
04.00 WIB
vital.
5. Memonitor
status
nutrisi.
6. Mendorong
masukan
oral
7. Memonitor berat badan.
1. Memonitor tanda dan Ns. Ani
gejala kontipasi.
2. Memonitor
feses:
frekuensi,
konsistensi
dan volume.
3. Menjelaskan
dan
etiologi
rasionalisasi
tindakan
pasien
4. mendukung
terhadap
intake
cairan
5. memantau tanda-tanda
dan gejala kontipasi.
6. Menimbang
pasien
secara teratur
7. Berkolaborasi
18 Maret 2016
09.00 WIB
pemberian laksatif
1. Memantau berat badan Ns. Efi
bayi jika diperlukan
2. Memberikan dorongan
untuk tetap melanjutkan
35
menyusui
sepulang
kerja.
3. Memonitor
atau
evaluasi
refleks
menelan
sebelum
memberikan susu.
4.5
Evaluasi
No.
Diagnosa
1.
Gangguan eleminasi
urine b.d dysuria
Evaluasi
Paraf Perawat
S= keluarga mengatan bayi tidak Ns. Ani
lagi menangis ketika pipis
O= pipis teratur
A=gangguan
eleminasi
urin
teratasi
2.
Inkontenensia
defekasi
b.d
abnormalitas
teratasi
P= intervensi dihentikan
sfingter rectal
3.
P= intervensi dihentikan
S= pasien BAB dengan teratur
Ns. Efi
O=distensi abdomen nerkurang
A=
Inkontenensia
defekasi
Nyeri
akut
berhubungan dengan
trauma jaringan
4.
perawatan
menangis
O= area insersi sedikit memerah
A= resiko infeksi pada trauma
adequat,
tidak
trauma
5.
Gangguan
rasa
36
terkait
penyakit,
dysuria,
trauma
lingkungan
tetap
mengatakan
nyaman
6.
Kerusakan integritas
S=keluarga
insersi
(post
op)
mulai
mengering
O= suhu=370 C, terlihat tanda
penyembuhan
pada
insersi
A=kerusakan
integritas
daerah
kulit
teratasi sebagian
P=intervensi dilanjutkan 3, dan 5
7.
Ketidak seimbangan
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan
mual muntah.
8.
Ansietas
berhubungan dengan
pembedahan
ani
O=keluarga terlihat lebih tenang
A=masalah ansietas teratasi
P=intervensi dihentikan
dan
kurangnya
pengetahuan
keluarga
tentang
penyakit.
9.
Resiko kekurangan
intake
yang
tidak
adekuat, muntah
37
Kontipasi
b.d.
11.
Diskontinuitas
pemberian ASI b.d.
atresia ani
teratasi
total.
P=hentikan intervensi.
S=keluarga mengatakan pasien Ns. Efi
mutah setiap disusui.
O= Tanda-tanda vital bayi dalam
batas normal, Pertumbuhan dan
perkembangan bayi dalam batas
normal.
A=masalah
diskontinuitas
38
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penulis menyimpulkan bahwa, atresia ani adalah kelainan kongenital
dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena terjadi
gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Atresia ani atau
malforasi anorektal berdasarkan garis pubokoksigeus dan garis yang melewati
ischii kelainan yaitu letak tinggi, letak inter mediet, dan letak rendah.
Penatalaksanaan atresia ani tergantung klasifikasinya. Pada atresia ani letak tinggi
harus dilakukan kolostomi terlebih dahulu. Keberhasilan penatalaksanaan atresia
ani dinilai dari fungsinya secara jangka panjang, meliputi anatominya, fungsinya,
bentuk kosmetik serta antisipasi trauma psikis.
5.2 Saran
Perawat merupakan salah satu dari parameter keberhasilan dari suatu
rumah sakit. Kepuasan yang dirasakan oleh pasien dan keluarga bisa dipengaruhi
oleh layanan yang diberikan perawat. Sebagai seorang perawat harus bisa
memberikan
atresia ani. Pendekatan yang digunakan kepada pasien anak-anak melalui ibu atau
ayah yang dekat dengannya, supaya ketika memberikan intervensi pasien tidak
merasa terganggu dan tidak nyaman. Selain itu pengetahuan dan diagnose tentang
atresia ani harus dikuasai dengan baik, supaya tepat dalam memberikan
perawatan.
39
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul Hidayat, A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk
Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisike-3. Jakarta : EGC.
Faradilla, Nova Dkk. 2009. Anestesi pada Tindakan Posterosagital
Anorektoplasti pada Kasus Malformasi Anorectal. Pekanbaru: FK
UNRI yang di akses pada http://www.files-of-drsmed.tk
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-heldanilag-5416-2babii.pdf diakses pada 27 Februari 2016 pukul 21.30 WIB.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-adibrofiud-6318-2babii.pdfdiakses pada 2 maret 2016 pukul 21.05 WIB
http://dokteryudabedah.com/atresia-ani-bayi-lahir-tanpa-anus/ diakses pada 01
Maret 2016 pukul 09.45 WIB.
http://mediskus.com/penyakit/atresia-ani diakses pada 28 Februari 2016 pada
pukul 09.30 WIB.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23480/3/Chapter%20II.pdf
diakses pada 02 Maret 2016 pukul 05.45 WIB.
https://www.academia.edu/8685826/ASKEP_PADA_PASIEN_ATRESIA_ANIdia
kses pada 2 maret 2016 pukul 19.33 WIB
Huda Nurarif, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta:
MediAction.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
40
LAMPIRAN
41
42