Professional Documents
Culture Documents
PENGERTIAN
Hemorrhoid adalah suatu perubahan pada bantalan pembuluh-pembuluh darah di dubur ( corpus carvenosa recti
) berupa pelebaran dan pembengkakan pembuluh darah dan jaringan sekitarnya.
( http://infomedika.t35.com/blog arsip/info6.php. )
Hemorrhoid adalah pembengkakan jaringan yang mengandung pembuluh balik ( vena ) dan terletak didinding
rectum dan anus.
( http://infomedika.t35.com/blog arsip/info6.php. )
Hemorrhoid adalah pelebaran vena didalam pleksus vena hemoroidalis.
( Syamsuhidayat, 1998 )
Hemorrhoid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
( Suddart & Brunner, 2001 )
Hemorrhoid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidalis.
( Mansjoer, A, 2000 )
Hemorrhoid adalah timbul akibat pelebaran pembuluh darah vena disekitar anus sehingga timbul benjolan pada
anus.
(http://www.medicastore.com/cybermed/detail/ykt.php )
2.
ETIOLOGI
Tentang penyebab terjadinya wasir terdapat banyak pendapat yaitu antara lain :
A.
B.
C.
D.
E.
Faktor keturunan
Sikap tubuh manusia dalam berjalan dengan kaki sehingga tekanan kebawah lebih besar.
Kehamilan
Perubahan hormonal (waktu hamil)
Jenis pekerjaan.
( http://infomedika.t35.com/blog arsip/info6.php)
Kelainan organic
A.
Hepar, sirosis hepetis, dimana fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resisitensi aliran
darah vena ke hepar sehingga terjadi hipertensi portal, maka akan membentuk kolateral yang
antara lain ke vena hemoroidalis.
B.
Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis yang menekan vena, sehingga aliran darah
terganggu, misalnya tumor ovarium dan tumor rectum.
C.
Faktor idiopatik
i.
Keturunan, dalam hal ini yang menurun adalah kelemahan dinding pembuluh darah.
ii.
Kelainan anatomi vena didaerah mesenterium tidak mempunyai katup sehingga
menyebabkan meningkatnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
iii.
Pekerjaan yang memerlukan banyak duduk karena gaya gravitasi akan
memepengaruhi timbulnya hemoroid.
iv.
Tekanan intra abdomen yang akan meningkat secar kronik biasanya pada orang yang
sering mengejan.
3.
ANATOMI PATOLOGI
Secara histologi hemorid tadi pembuluh vena yang melebar dan tipis yang menonjol dibawah mukosa anus dan
rektum dalam keadaan yang tidak terlindung itu mudah terkena trauma.dan mungkin mengalami trombosis. Ini
mungkin benar terjadi pada hemorroid interna yang mungkin prolap, waktu defekasi dan menjadi terjebak
sementara dalam lingkaran yang kompresif dari sepingter ani atau stangulasi terjepit sebagai tambahan yang
sering dialami ( nyeri dan gatal ) kelaianan ini merupakan penyebab yang sering dari perdarahan rektum akan
tertutupi perdarahan rektum hampir selalu dihubungkan dengan hemorrhoid tanpa melakukan pengesampingan
yang teliti terhadap penyebab lain yang serius seperti karsinoma rektum.
Empat tingkatan hemorrhoid :
Tingkat I : vansa 1 atau lebih untuk hemorrhoidalis interna dengan gejala perdarahan ( warna merah segar )
Tingkat II : vansa 1 atau lebih untuk hemorrhodalis interna yang keluar dari dubur pada saat defekasi.
Tingkat III : seperti tingkat 2 tapi tidak dapat masuk spontan harus didorong kembali.
Tingkat IV :telah terjadi inkonserasi ( harus segera dioperasi )
( Robbin dan Kumar,1998; Syamsuhidayat,1997 )
4.
PATOFISIOLOGI
Drainase daerah anorektal adalah vena-vena hemorrhoidalis superior dan inferior. Vena hemorrhoidalis superior
mengembalikan darah ke vena mesentrika interna dan berjalan submukosa dimulai dari daerah anorektal dan
berada dalam bagian yang disebut kolumna morgagni, berjalan memanjang secara radial sambil mengandakan
anashomosis. Bila ini menjadi varises interna ( pasien berada pada posisi litotomi) terdapat tiga tempat yaitu
anterior kanan, posterior kanan dan lateral kiri. Hemorhaoid yang lebih kuat terjadi pada tempat-tempat tersebut.
Hemorhoid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh aliran balik dari vena hemoroidalis, penyakit hati
kronik yang disertai hipertensi portal sering menyebabkan hemorhoid, kerena vena hemorhoidalis superior
mengalirlan darh ke sistem portal. Selain itu sitem portal tidak mempunyai katup sehingga terjadi aliran balik.
Hemorrhoid interna diklasifikasikan sebagai derajat I, II, III, hemorhoid interna dan derajat I dini tidak menonjol
melalui anus dan hanya ditemukan praktuskopi. Lesi biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior
kanan mengikuti penyebaran cabang-cabang vena hemorhidalis superior dan tampak sebagai pembekakan
globulan kemerahan. Derajat II dapat mengecil secara spontal atau dapat direduksi ( dikembalikan secara
manual ). Hemorhoid derajat II dapat mengalami prolapsus melalui anus setelah defekasi, hemorhoid derajat III
mengalami prolapsus secara permanen. Gejala-gejala hemorhoid interna yang sering ditemui adalah perdarahan
tanpa nyeri. Karena tidak adanya serabut-serabut nyeri di daerah ini. Kebanyakan kasus hemorhoid adalah
hemorhoid campuran eksterna dan interna.
5.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda utama adalah perdarahan, darah yang keluar berwarna merah segar tidak bercampur dengan feses dan
jumlahnya bervariasi. Jika hemorhoid beretambah besar maka akan terjadi prolapsus. Kotoran di pakaian dalam
menjadi tanda hemorhoid yang mengalami prolapsus permanen. Kulit didaerah perianal akan mengalami iritasi.
Nyeri akan terjadi jika timbul trombosis dengan edema dan peradangan.
Anamnesis dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yang membutuhkan tekanan intraabdominal
tinggi ( mengejan ) dan disertai rasa nyeri yang merupakan gejala radang.
Hemorhoid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi, apalagi jika telah terjadi trombosis. Bila hemorhoid interna
mengalami prolapsus maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat terlihat pada satu atau
beberapa kuadran.
Hemorhoid menyebabkan rasa gatal dan nyeri serta sering menyebabkan perdarahan berwarna merah terang
pada saat defekasi. Hemorhoid interna tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemorhoid ini membesar dan
menimbulkan perdarahan atau prolapsus.
( Brunner dan Suddart, 2002; Mansjoer,A,2000 )
6.
1.
FOKUS PENGKAJIAN
Aktivitas/ istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise,cepat lelah, insomnia, tidak tidur semalaman karena diare, gelisah,
ansietas, penbatasan aktivitas/ kerja sehubungna dengna efek proses penyakit
1.
Sirkulasi
Tanda : takipnea( respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri, kemerahan, ekimosis)
1.
Eliminasi
Gejala : perubahn pola defekasi, defekasi berdarah/ pus / mukosa dengan atau tanpa keluar feses
perdarahan perectal
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi, menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik
1.
Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, mual muntah, penurunan BB, nyeri ulu hati
Tanda : muntah, berat urin meningkat, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk
1.
Higiene
Tanda : ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
1.
Nyeri / kenyaanan
Gejala : rasa ketidaknyaman, nyeri saat defekasi.
Tanda : Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, berkeringat
1.
Sirkulasi
Tanda : hipotensi, takikardi, disritmia, kelemahan, warna kulit lambat
(Doenges, 1999; 455-457)
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
8.
1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada jaringan kulit
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerantanan bakteri sekunder terhadap luka
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kekurangan suply O2 dengan kebutuhan
Resiko tinggi kekurangan volume caiaran berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui
hemoragik
Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus.
Kriteria Hasil :
a. Keluhan nyeri berkurang
b.Pasien dapat beristirahat tidur.
c. Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan
Intervensi dan Rasionalisasi
Intervensi
Rasionalisasi
Intervensi
Rasionalisasi
Intervensi
Rasionalisasi
Intervensi
Rasionalisasi
Intervensi
Rasionalisasi
1.
2.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerentanan bakteri sekunder terhadap luka
Kriteria Hasil :
1.
Pasien menunjukkan penyembuhan luka utuh
2.
Jaringan tampak bergranulasi
3.
Bebas tanda-tanda infeksi.
Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervensi
Rasionalisasi
: suhu meningkat pada malam harii memuncak dan kembali ke normal pada pagi hari adalah
karakteristik infeksi
Intervens
Rasionalisasi
Intervensi
Rasionalisasi
Intervensi
Rasionalisasi
Intervensi
Rasionalisasi
1.
3.
Kriteria Hasil :
1.
Menunjukkan tehnik/ perilaku yang mampu kembali melakukan aktivitas.
2.
Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervensi
Rasionalisasi
Intervensi
Rasionalisasi
Intervensi
Rasionalisasi
Intervensi
Rasionalisasi
Intervensi
Rasionalisasi
1.
4.
Resiko tinggi kekurangan volume caiaran berhubungan dengan kehilangan berlebihan
melalui hemoragik
Kriteria Hasil :
1.
Mempertahankan keseimbangan cairan
2.
Turgor kulit baik
3.
Hidrasi adekuat dibuktikan oleh menbran mukosa lembab
Intervensi dan Rasionalisai :
Intervensi
Rasionalisasi
Intervensi
Rasionalisasi
Intervensi
Rasionalisasi
Intervensi
Rasionalisasi
: diet tak adekuat dan penurunan absorpsi menimbulkan defisiensi dan vitamin K, potensial
resiko perdarahan
Intervensi
Rasionalisasi
Intervensi
Rasionalisasi
1.
5.
Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus.
Kriteria Hasil :
1.
Mempertahankan pola fungsi usus normal
Intervensi dan Rasionaisasi :
Intervensi
Rasionalisasi
: kembalinya fungsi GI mungkin terlambat oleh efek depresan, dari anestesi dan obat-obatan.
Adanya bunyi abnormal menunjukan adanya komplikasi.
Intervensi
Rasionalisasi
Intervensi
Rasionalisasi
1.
6.
Kriteria Hasil :
1.
Menunjukkan jaringan atau kulit utuh yang bebas akskoriasi.
2.
Melaporkan tak ada atau penurunan pruritus.
Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervensi
Rasionalisasi
Intervensi
Rasionalisasi
Intervensi
Rasionalisasi
Intervensi
Rasionalisasi
PATHWAYS