You are on page 1of 19

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal
diri ( Stuart, 2006 ).
Gangguan harga diri atau harga diri rendah adalah perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri dan merasa gagal mencapai
keinginan ( Sujono dan Teguh, 2009 ).
NANDA mendefinisikan harga diri rendah adalah evaluasi diri atau
perasaan kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang
lama (http://shanti.staff.umy.ac.id?p=9, diunduh tanggal 15 Desember 2010).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri
rendah adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa kesesuaian antara perilaku dengan ideal diri berupa perasaan
negatif terhadap kemampuan diri.

B. Komponen Konsep diri


Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan
kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak berbentuk
waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam

dirinya sendiri dengan orang terdekat dan dengan realitas kehidupan ( Stuart,
2006 ).
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
1. Gambaran diri.
Sikap seseorang terhadap tubuhnya baik secara sadar atau tidak sadar.
Persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan serta
potensi tubuh saat ini dan masa lalu. Jika individu menerima dan
menyukai dirinya, merasa aman dan bebas dari rasa cemas disebut self
esteem meningkat ( Kusumawati dan Hartono, 2010 ).
2. Ideal diri
Persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku
berdasarkan standar pribadi. Dibentuk oleh gambaran tipe orang yang
diinginkan. Sejumlah aspirasi, nilai dan tujuan yang dicapai. Berdasarkan
norma masyarakat dan usaha individu untuk memenuhi. Dipengaruhi oleh
budaya, keluarga dan kemampuan individu ( Kusumawati dan Hartono,
2010 ).
3. Harga diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri.
Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri
sendiri tanpa syarat, walupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan
kegagalan, tetap merasa sebagai orang yang penting dan berharga
(Stuart, 2006 ).

4. Performa peran
Serangkain pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran
yang ditetapkan adalah peran yang dijalani dan seseorang tidak
mempunyai pilihan. Peran yang diambil adalah peran yang terpilih atau
dipilih oleh individu ( Stuart, 2006 ).
5. Identitas pribadi
Prinsip penorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap
kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. Prinsip
tersebut sama artinya dengan otonomi dan mencakup persepsi seksualitas
seseorang. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus
berlangsung sepanjang kehidupan, tetapi merupakan tugas utama pada
masa remaja (Stuart, 2006).

C. Rentang Respon Konsep Diri


Respon adaptif
Aktualisasi
diri

Respon maladaptif
Konsep
diri positif

Harga diri
rendah

Keracunan
identitas

Depersonalisasi
asi

Gambar 1. Rentang Respon Konsep Diri


Sumber : (Stuart, 2006).

Keterangan:
1. Aktualisasi diri

Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata sukses dan diterima.
2.

Konsep diri

Apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam


beraktualisasi diri.

Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai

personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku


dirinya dengan ideal diri. Harga diri rendah adalah menolak sesuatu
yang berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan
sendiri akibat gagal menyesuaikan tingkah laku dengan cita-cita
3.

Kerancuan identitas : Kegagalan aspek individu mengintegrasikan


berbagai identifikasi masa kanak-kanak ke dalam kepribadian
psikososial, kepribadian dewasa yang harmonis.

4.

Depersonalisasi

: perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap

diri sendiri.
(Stuart, 2006).

D. Etiologi
1. Faktor predisposisi
a. Biologi

Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti

suhu dingin atau panas, suara bising, rasa nyeri atau sakit, kelelahan
fisik, lingkungan yg tidak memadai dan pencemaran (polusi) udara atau
zat kimia.
b. Psikologi
Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
yang

berulang,

kurang

mempunyai

tanggung

jawab

personal,

ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
Stressor yang lain adalah konflik, tekanan, krisis dan kegagalan.
c. Sosio kultural
Stereotipi peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya,
tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.
(http://elerning.unimus.ac.id/, diunduh 15 Mei 2011).
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari
luar individu (internal or external sources) yang terdiri dari:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran adalah berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada 3 jenis
transisi peran :
1) Perkembangan transisi, yaitu perubahan normatif yang berkaitan
dengan

pertumbuhan.

Pertumbuhan

ini

termasuk

tahap

10

perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan normanorma budaya, nilai-nilai, serta tekenan untuk menyesuaikan diri.
2) Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahorang penting dalam kehidupan individu
melalui kelahiran atau kematian .
3) Transisi peran sehat sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan
sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh :
a)

Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.

b)

Perubahan fisik yang berkaitan dengan tumbuh kembang


normal.

c)

Prosedur medis dan perawatan.

E. Tanda dan Gejala


Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah (Stuart, 2006)
mengemukakan 20 (dua puluh) cara individu mengekspresikan secara
langsung harga diri rendah yaitu :
Mengkritik diri sendiri dan orang, penurunan produktivitas, destruktif yang
diarahkan pada orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting
yang berlebihan, perasaan yang tidak mampu, rasa bersalah, mudah
tersinggung atau marah yang berlebihan, perasaan negatif tentang tubuhnya
sendiri, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang pesimis,
keluhan fisik, pandangan hidup yang bertentangan, penolakan terhadap
kemampuan personal, destruktif terhadap diri sendiri, pengurangan diri,

11

menarik diri secara sosial, penyalahgunaan zat, menarik diri dari realitas dan
khawatir.

F. Mekanisme Koping
Individu akan memberikan reaksi yang berbeda-beda untuk mengatasi
stres. Proses koping terhadap stres menjadi pedoman untuk mengatasi reaksi
stres. Koping sebagai proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak
yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik tuntutan itu yang berasal dari individu
maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya
yang

mereka

gunakan

dalam

menghadapi

situasi

penuh

stres

( Gustiarti,2002 )
Mekanisme koping terdiri dari pertahanan jangka pendek atau jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri
sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Mekanisme koping
pada klien dengan gangguan konsep diri dibagi dua yaitu:
1. Koping jangka pendek
a. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri
( misalnya : konser musik, bekerja keras, dan obsesi nonton televisi).
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya:
ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau
genk).

12

c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau menigkatkan perasaan diri


tak menentu ( misalnya : olah raga yang kompetitif, prestasi akademik,
kontes untuk mendapatkan popularitas).
d. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat
identitas

diluar

dari

hidup

yang

tidak

bermakna

saat

ini

(misalnya penyalahgunaan obat).


2. Koping jangka panjang
Mekanisme jangka panjang meliputi :
a.

Penutupan identitas merupakan adopsi identitas prematur yang


diinginkan oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan,
aspirasi, atau potensi diri individu.

b.

Identitas negatif merupakan asumsi identitas yang tidak sesuai dengan


nilai dan harapan yang diterima masyarakat.

Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,


isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement), splitting, berbalik marah
terhadap diri sendiri, dan amuk (Stuart, 2006).
G. Akibat
1. Perubahan penampilan peran
Mekanisme

: berubah atau berhentinya fungsi peran seseorang yang

disebabkan oleh penyakit merupakan akibat dari harga diri rendah.

13

2. Keputuasaan
Mekanisme

: merupakan persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan

mempengaruhi hasil karena kurang percaya diri dengan kemampuannya


karena menganggap dirinya tidak mampu.
3. Menarik diri
Mekanisme

: perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk

menghindari interaksi dengan oarang lain, karena menganggap dirinya


tidak pantas berada di lingkungan tersebut yang merupakan akibat dari
harga diri rendah ( Keliat, 1998 ).
H. Pohon masalah
Gambar 2. Pohon Masalah
Perubahan sensori persepsi

Isolasi sosial : Menarik diri

Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah

Gangguan citra tubuh

Ideal diri tidak realistik

Sumber : Keliat, 2005


I. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Isolasi sosial : Menarik diri
3. Perubahan sensori persepsi : halusinasi

14

J. Perencanaan keperawatan
Menurut Keliat dkk ( 2005 ) intervensi pada diagnosa klien dengan.
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah sebagai berikut :
Tujuan Umum

: Klien memiliki konsep diri yang positif.

Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi teraupetik.
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan.
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama oanggilan yang disukai klien.
4) Jelaskan tujuan pertemuan.
5) Jujur dan menepati janji.
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
7) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien buat
daftarnya.
2) Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif.
3) Utamakan memberikan pujian realistik pada kemampuan dan aspek
positif klien.

15

c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.


Tindakan :
1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan selama
sakit.
2) Diskusikan kemapuan yang dapat dilanjutkan pengunaannya di
rumah sakit.
3) Berikan pujian.
d. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
Tindakan:
1) Meminta klien untuk memilih suatu kegiatan yang mau dilakukan
di rumah sakit.
2) Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.
3) Beri pujian atas keberhasilan klien.
4) Diskusikan jadual kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.
e. Klien dapat melakukan tindakan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuannya.
Tindakan:
1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
2) Beri pujian atas keberhasilan klien.
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

16

1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien


dengan harga diri rendah.
2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
4) Jelaskan cara pelaksanaan jadual kegiatan klien di rumah.
5) Anjurkan memberi pujian pada klien setiap berhasil.
2. Isolasi sosial : Menarik diri
Tujuan Umum

: klien dapat berinteraksi dengan orang lain.

Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi teurapetik.
a) Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal.
b) Perkenalkan diri bengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f)

Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g) Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar


klien.

b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

17

1) Kaji pengetahuan klien


2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
yang menyebabkan klien tidak mau bergaul.
3) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan beinteraksi dengan orang lain dan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
1)

Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan memiliki teman

2) Beri kesempatan kepada klien untuk berinteraksi dengan orang lain


3) Diskusikan dengan klien tentang keuntungan berhubungan dengan
orang lain
4) Beri penguatan positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
5) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berinteraksi
dengan orang lain
6) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain
7) Diskusikan dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain
8) Beri penguatan positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

d. Klien dapat melaksanakan interaksi sosial secara bertahap

18

1) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain


2) Bermain peran tentang cara berhubungan/berinteraksi dengan orang
lain
3) Dorong dan bantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain melalui
tahap :
a) klien-perawat
b) klien-perawat-perawat lain
c) klien-perawat-perawat lain-klien lain
d) klien-keluarga/kelompok/masyarakat
4) Beri penguatan positif terhadap keberhasilan yang dicapai
5) Bantu klien mengevaluasi keuntungan menjalin hubungan sosial
6) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu, yaitu berinteraksi dengan orang lain
7) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
8) Beri penguatan positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
e. Klien dapat mengungkapkan perasaannya
1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berinteraksi
dengan orang lain
2) Diskusikan dengan klien tentang perasaan keuntungan berinteraksi
dengan orang lain
3) Beri penguatan positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
f. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga

19

1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :


a) Salam, perkenalkan diri
b) Jelaskan tujuan
c) Buat kontrak
d) Eksplorasi perasaan klien
2) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
a) Perilaku menarik diri
b) Penyebab perilaku menarik diri
c) Akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak
ditanggapi
d) Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
3) Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien
dalam berkomunikasi dengan orang lain
4) Anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin bergantian menjenguk
Klien minimal satu kali seminggu
5) Beri penguatan positif atas hal-hal yang telah dicapai keluarga
3. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
Tujuan umum : Tidak terjadi perubahan persepsi sensori : halusinasi
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi teraupetik.
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.

20

b) Perkenalkan diri dengan sopan.


c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien.
d) Jelaskan tujuan pertemuan.
e) Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
f) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien
b. Klien dapat mengenal halusinasinya
1) Adakan kontrak sering dan singkat secara bertahap.
2) Observasi tingkah laku klien yang terkait dengan halusinasinya :
bicara dan tertawa sendiri tanpa stimulus dan memandang ke kiri/ke
kanan/ke depan seolah-olah ada teman bicara.
3) Bantu klien mengenal halusinasinya.
a) Jika menemukan klien sedang berhalusinasi, tanyakan apakah
ada suara yang didengarnya.
b) Jika klien menjawab ada, lanjutkan apa yang dikatakan suara itu.
c) Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu,
namun perawat sendiri tidak mendengarkannya ( dengan nada
bersahabat tanpa menuduh dan menghakimi ).
d) Katakan bahwa klien lain ada yang seperti klien.
e) Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
4) Diskusikan dengan klien :

21

a) Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi ( jika


sendiri, jengkel, atu sedih )
b) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi ( pagi, siang, sore,
dan malam; terus menerus atau sewaktu-waktu )
5) Diskusikan dengan klien tentang apa yang dirasakannya jika terjadi
halusinasi ( marah, sedih, takut, senang ), beri kesempatan kepada
klien untuk mengungkapkan perasaannya.
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
1) Identifikasi dengan klien tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri )
2) Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika bermanfaat
beri pujian kepada klien.
3) Diskusikan

dengan

klien

tentang

cara

baru

mengontrol

halusinasinya:
a) Menghardik/mengusir/tidak memedulikan halusinasinya.
b) Bercakap-cakap dengan orang lain jika halusinasinya muncul.
c) Melakukan kegiatan sehari-hari.
4) Beri contoh cara menghardik halusinasi seperti : pergi saya tidak
mau mendengar kamu, saya mau mencuci piring/bercakap-cakap
dengan suster.
5) Minta klien mengikuti contoh yang berikan dan minta klien untuk
mengulangnya.
6) Beri pujian atas keberhasilan klien.

22

7) Susun jadwal latihan klien dan minta klien mengisi jadwal kegiatan.
8) Tanyakan kepada klien : bagaimana perasaannya setelah
menghardik?apakah halusinsinya berkurang?
9) Beri contoh percakapan dengan orang lain. Suster saya dengar
suara-suara, temani saya bercakap-cakap.
10) Minta klien mengikuti contoh percakapan dan mengulanginya.
11) Beri pujian atas keberhasilan klien.
12) Susun jadwal klien untuk melatih diri, mengisi kegiatan dengan
bercakap-cakap dan mengisi jadwal kegiatan
d. Klien

mendapat

dukungan

dari

keluarga

dalam

mengontrol

halusinasinya.
1) Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung/pada
saat kunjungan rumah) :
a) Gejala halusinasi yang dialami klien.
b) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk
memutuskan halusinasi (sama seperti yang diajarkan kepada
klien).
c) Cara merawat anggota keluarga yang berhalusinasi di rumah :
beri kegiatan jangan biarkan sendiri, jika klien sedang sendirian
dirumah lakukan kontak dengan sering via telepon.
2) Diskusikan dengan keluarga tentang jenis obat, dosis, waktu
pemberian, manfaat dan efek samping obat.

23

3) Anjurkan keluarga untuk berdiskusi dengan dokter tentang manfaat


dan efek samping obat.

24

You might also like