You are on page 1of 12

Asuhan keperawatan; Laryngitis

Judul; Askep Laryngitis


Umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis akut atau manifestasi dan radang
saluran napas atas. Pada anak dapat menimbulkan sumbatan jalan napas dengan
cepat karena tima glotisnya relatif lebih sempit.
Laryngitis adalah infalamasi laring akibat terlalu banyak menggunakan suara,
pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi asap dan polutan lainnya atau bagian dari
saluran nafas atas.
Laryngitis merupakan peradangan pada laring yang dapat menyebabkan suara
parau.pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis dan menebal dan kadangkadang pada pemeriksaan patologik terdapat metaplasi skuamosa
Klasifikasi laryngitis
Laryngitis di bagi atas 2 bagian yaitu:
-Laryngitis akut: pada orang dewasa hanya penyakit ringan saja,tetapi pada anak
berbeda karena disertai batuk keras,suara serak sampai afoni,sesak napas dan stridor.
Hal ini disebabkan :
-rima glotis relative lebih kecil dibandingkan dengan orang dewasa
-mengandung lebih banyak pembuluh darah/getah bening
-ikatan mukosa dengan jaringan dibawahnya masih lebih longgar
Laryngitis kronis: Faktor eksogen (rangsangan fisik oleh penyalahgunaan
suara,kimia,infeksi kronis salurannapas atas dan bawah, asap rokok). Factor endogen
(bentuk tubuh dan kelainan metabolic)
ETIOLOGI
Bakteri (local) atau virus (sistemik). Biasanya merupakan perluasan radang saluran
napas atas oleh bakteri Haemophilus influenzae. Stafilokok, streptokok, dan
pneumokok.

FAKTOR FREDISPOSISI
Perubahan cuaca/suhu, gizi kurang malnutrisi, imunisasi tidak lengkap, dan pemakaian
suara berlebihan.
MANIFESTASI KLINIS
Demam, malaise, gelaja rinigaringitis, suara parau sampai afoni, nyeri ketika
menelan atau berbivara, rasa kering ditenggorokan, batuk kering yang kelamaan
disertau dahak kental, gejala sumbatan laring sampai sianosis.
Pada pemeriksaan, tampak mukosa laring hiperemis, membengkak, terutama di
atas dan bahwa pita suara. Biasanya tidak terbatas di laring, juga ada tanda radang
akut dihitung sinus peranasak, atau paru
Pada bayi dengan kelainan congenital laring disebabkan gejala sumbatan jalan
napas,suara tangis melemah sampai tidak ada sekali serta kadang-kadang ada juga
dispagia.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan dengan laringoskopi direk atau indirek dapat membantu menegakkan
diagnosis
Defenisi
Laringoskopi adalah suatu tindakan medis yang dilakukan untuk melihat daerah larinks
(pita suara).
Deskripsi
Tujuan dan keuntungan pemeriksaan ini adalah melihat langsung larinks untuk
mendeteksi adanya tumor, benda asing, kerusakkan saraf atau struktur lain atau
kelainan-kelainan lain. Ada dua cara pemeriksaan ini agar dapat memeriksa larinks
secara langsung. Pertama, dengan menggunakan selang yang lentur (fleksibel) dengan
suatu alat serat optik yang disusupkan melalui hidung dan dimasukkan terus hingga
masuk ke dalam tenggorokan. Metode lainnya adalah menggunakan selang kaku yang
dimasukkan langsung dari mulut hingga ke dalam larinks. Kedua metode ini, pada
endoskopnya terdapat sebuah lampu dan lensa. Selang endoskopik ini juga dilengkapi

dengan alat penyedot lendir atau kotoran. Disamping itu juga dapat berfungsi sebagai
biopsi untuk mengambil contoh jaringan. Salah satu jenis pemeriksaan lainnya adalah
bronkoskopi. Prosedur pemeriksaan bronkoskopi lebih dalam lagi, dimana selang
dimasukkan lebih jauh dari larinks hingga mencapai trakea dan bronchus.
Persiapan
Prosedur

tindakan

laringoskopi

dilakukan

di

rumah

sakit,

dilakukan

dengan

menggunakan bius lokal (cairan obat bius yang disemprotkan) untuk mengurangi rasa
tidak nyaman dan refleks muntah pada saat selang dimasukkan ke dalam larinks.
Pasien diharuskan tidak makan (puasa) beberapa jam sebelum tindakan.
Perawatan Setelah Tindakan
Jika tenggorokan mengalami luka lecet yang perih, maka rasa nyeri dapat diatasi
dengan cairan penyejuk ataupun obat isap.
Resiko
Tindakan pemeriksaan laringoskopi tidak menyebabkan masalah yang serius, walaupun
pasien mengalami luka lecet perih pada tenggorokan atau batuk dengan sedikit darah
akibat luka lecet dari daerah yang mengalami iritasi tersebut.
Hasil Normal
Hasil pemeriksaan dikatakan normal jika tidak ada tanda-tanda penyakit ataupun
kerusakkan
Hasil Abnormal

jaringan.

Hasil laringoskopi dikatakan abnormal jika ditemukan tumor ataupun kelainan pada
jaringan; dan pada keadaan ini harus dilakukan pengambilan contoh jaringan untuk
pemeriksaan lebih lanjut.

Selang Endotrakhea
Selang EndoskopiAdalah selang yang dimasukkan ke dalam organ yang berongga agar
dapat dilihat dan dinilai organ yang akan diperiksa secara langsung oleh dokter.
PENATALAKSANAAN
Istirahat bicara dan bersuara selama 2-3 hari menghirup udara lemab dan
menghindari iritasi pada laring dan faring. Untuk terapi mendikamentosa diberikan
antibiotic penisilin anak 3 x 0 kg BB dan dewasa 3 x 500 mg. bila alergi dapat diganti
eritromisin atau basitrasin. Dan diberikan kortikosteroid untuk mengatasi edema.
Dipasang pipa endotrakea atau trakeostomi bila terdapat sumbatan laring.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan pasien yang lengkap yang menunjukkan kemungkinan tanda
dan gejala sakit kepala, sakit tenggorok, dan nyeri sekitar mata dan pada kedua sisi
hidung, kesilutan menelan, batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat, dan rasa
tidak nyeman umum dan keletihan. Menetapkan kapan gejala mulai timbul, apa yang
menjadi pencetusnya, apa yang bisa menghilangkan atau meringankan gejala tersebut,
dan apa yang memperburuk gejala tersebut adalah bagian dari pengkajian, juga
mengidentifikasi

setiap

riwayat

alergi

atau

adanya

penyakit

yang

timbul

bersamaan.Inspeksi menunjukkan pembengkakan, lesi atau asimetris hidung, juga


pendarahan atau rabas. Mukosa hidung diinspeksi terhadap temuan abnormal seperti
warna kemerahan, pembengkakan, atau eksudat dan polip hidung, yang mungkin
terjadi dalam rhinitis kronis.
Sinus frontal dan maksilaris dipalpasi terhadap nyeri tekan, yang menunjukkan
inflamasi. Tenggorok diamati Dengan meminta klien membuka mulutnya lebar-lebar dan

nafas dalam. Tonsil dan faring diinspeksi terhadap temuan abnormal seperti warma
kemerahan, asimetris, atau adanya drainase, ulserasi, atau pembesaran.
Trakea dipalpasi terhadap posisi garis tengah dalam leher, dan setiap massa
atau deformitas diidentifikasi. Nodus limfe leher juga dipalpasi terhadap pembesaran
dan nyeri tekan yang berkaitan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan Dengan sekresi berlebihan sekunder akibat
proses inflamasi
2. Nyeri yang berhubungan dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi.
Kemungkinan dibuktikan oleh : sakit kepala, nyeri otot dan sendi, perilaku
distraksi,gelisah.
3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan iritasi jalan napas atas
sekunder akibat infeksi atau pembengkakan.
4.Defisit kekurangan cairan yang berhungan dengan peningkatan kekurangan cairan
sekunderakibat diaphoresis yang berkaitan dengan demam.
INPLEMENTASI
Tujuan :
pasien dapat mencakup pemeriksaan potensi jalan nafas,menghilangkan
nyeri,pemeliharaan efektif komunikasi, tidak terjadi deficit volume cairan
INTERVENSI
1. Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan Dengan sekresi berlebihan sekunder
akibat

proses inflamasi

Intervensi
Kaji frekwensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
R/: Takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
Auskultasi area paru, catat area penurunan, atau tak ada aliran udara dan bunyi
nafas adventisius, mis: krekels, mengi.
R/: Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi Dengan cairan.
Bunyi nafas bronchial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area
konsolidasi. Krekels, ronkhi, dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi

pada respon terhadap pengumpulan cairan, secret kental, dan spasme jalan nafas/
obstuksi.
Bantu pasien latihan nafas sering, tunjukkan atau Bantu pasien mempelajari,
melakukan batuk, mis: menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.
R/: Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih
kecil.
Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk
mempertahankan jalan nafas paten. Penekana menurunkan ketidaknyamanan badan
dan posisi duduk memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesic.
R/: Alat untuk menurunkan spasme bronkus Dengan mobilisasi secret.
Analgesik
diberikan
untuk
memperbaiki
batuk
Dengan

menurunkan

ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan


upaya batuk atau menekanpernafasan.
2. Nyeri yang berhubungan dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi.
Kemungkinan dibuktikan oleh : sakit kepala, nyeri otot dan sendi, perilaku distraksi,gelisah.
Intervensi :
Berikan tindakan nyaman mis : pijitan punggung, perubahan posisi, perbincangan,
relaksasi/latihannafas.
R/: Tindakan non analgetik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
ketidaknyamanan dan memeperbesar efek terapi analgetik.
Tawarkan pembersihan mulut dengan sering
R/: Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan
membran mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
Kolaborasi
Berikananalgesikdanantitusif sesuai indikasi.
R/: Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/paroksismal atau
menurunkan mukosa berlebihan,meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.
3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan iritasi jalan napas atas
sekunder akibat infeksi atau pembengkakan.

Intervensi:
Berikan

pilihan

cara

komunikasi

yang

lain

seperti

papan

dan

pencil

R/: Cara komunikasi yang lain dapat mengistirahatkan laring untuk berkomunikasi
secara verbal sehingga dapat meminimalkan penggunaan pita suara.
Berikan komunikasi non verbal, contoh sentuhan dan gerak fisik, antisipasi
kebutuhan.
R/: Sentuhan diyakini untuk memberikan peristiwa kompleks biokimia Dengan
kemungkinan pengeluaran endokrin yang menurunkan ansietas.
4. Defisit kekurangan cairan yang berhungan dengan peningkatan kekurangan cairan
sekunderakibat diaphoresis yang berkaitan dengan demam.
Intervensi
Berikan cairan sedikitnya 2500 mL /hari (kecuali kontraindikasi) Tawarkan air
hangat, atau dingin.
R/: untuk dapat memenuhi cairan tubuh yang keluar akibat demam (khusus cairan yang
hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret.

EVALUASI
Hasil yang diharapkan :
1. Mempertahankan jalan nafas tetap paten dengan mengatasi sekresi

Melaporkan penurunan kongesti


Mengambil posisi terbaik untuk memudahkan drainase sekresi

2. Melaporkan perasaan lebih nyaman

Mengikuti tindakan untuk mencapai kenyamanan analgesic, kumur, istirahat

Mempertahankan hygiene mulut yang adekuat

3. Menunjukkan kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan,keinginan dan tingkat


kenyamanan
4. Mempertahankan masukan cairan yang adekuat

5. Mengidentifikasi strategi untuk mencegah infeksi jalan nafas atas dan reaksi alergi
6. Menunjukkan tingkat pengetahuan yang cukup dan melkukan perawatan diri secara
adekuat

DAFTAR PUSTAKA
Suzanne C. Smeltzert & Brenda G. Bare 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta
: EGC
Hermani B. Kartosudiro S. & Absdurrahman B. 2003. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Twelinga Hidung
dan Tenggorok Kepala leher. Jakarta : FKUI
Abdurrahman MH. 2003 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak edisi ke 2. Jakarta :FKUI
Cody R Thane. Kwern B Lungene Pearson W Bruce. 1991 Buku Penyakit Telinga Hidung dan
Tenggorokan. Jakarta : EGC
Arief mansjoer. Suprohaita. Wahyu Ika Wardhani. & Wiwiek Setiowulan.2000 Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 1. Jakarta : FKUI
http://www.jevuska.com
http://doktermu.com/foto/alat-medis/laringoskopi
Read more: Asuhan keperawatan; Laryngitis http://nandarnurse.blogspot.com/2012/01/asuhankeperawatan-laryngitis.html#ixzz42ktpjmhs
Under Creative Commons License: Attribution
Follow us: nHandar on Facebook

Pendahuluan Laring memiliki tiga fungsi penting yakni sebagai proteksi jalan nafas, pengaturan
pernafasan dan menghasilkan suara. Kerusakan pada laring akibat trauma dapat sangat parah.
Untungnya, trauma laring ini sangatlah jarang ditemukan dan hanya ditemukan pada sebagian
kecil dari keseluruhan kejadian trauma. Penatalaksanaan yang terstandarisasi telah
dikembangkan untuk membantu dalam mengevaluasi dan mengidentifikasi kerusakan yang
membutuhkan intervensi bedah. Diagnosis dan perawatan dini sangat penting untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut termasuk kematian.
Trauma pada laring dapat berupa trauma tumpul atau trauma tajam akibat luka sayat, luka tusuk
dan luka tembak. Trauma tumpul pada daerah leher selain dapat merusak struktur laring juga
menyebabkan cedera pada jaringan lunak seperti otot, saraf, pembuluh darah, dan seterusnya.
Hal ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari seperti leher terpukul oleh tangkai pompa air,
leher membentur dash board dalam kecelakaan mobil, tertendang atau terpukul waktu
berolahraga bela diri, berkelahi, dicekik atau usaha bunuh diri dengan menggantung diri
(strangulasi) atau seorang pengendara motor terjerat tali yang terentang di jalan (clothesline
injury). Fraktur laring dapat terjadi pada trauma yang mengenai daerah leher dan seringkali
menimbulkan obstruksi jalan nafas yang membutuhkan perawatan seumur hidup. Oleh karena
itu, pasien-pasien yang diduga mengalami fraktur laring harus diperlakukan sebagai pasien gawat
darurat.
Read more at: http://www.medicinestuffs.com/2010/03/trauma-laring.html
Copyright MedStuffs
Permasalahan Pasien dengan trauma seringkali datang dengan berbagai kerusakan yang
menyulitkan. Terapi yang tepat pada pasien seperti ini haruslah menempatkan keutuhan jalan
nafas sebagai prioritas utama. Cedera pada laring dapat bervariasi dari cedera mukosa hingga
fraktur dan pecahnya tulang rawan. Berbagai kombinasi cedera sepanjang saluran akan berakibat
pada kagawatdaruratan jalan nafas. Meskipun kemajuan dalam teknik foto radiologi telah
menyempurnakan diagnosis, angka kejadian trauma laring yang jarang disertai terbatasnya
jumlah spesialis tht yang berpengalaman dengan trauma ini, telah membuat trauma laring
menjadi sangat sulit untuk diatasi. Pendekatan trauma laring yang terorganisir dapat mencegah
dari kesalahan diagnosis dan penatalaksanaan yang tidak adekuat.
Read more at: http://www.medicinestuffs.com/2010/03/trauma-laring.html
Copyright MedStuffs
Frekuensi Trauma laring jarang ditemukan, hanya terdapat 1 dari 137.000 kunjungan pasien, 1
dari 14000-42000 kasus gawat darurat dan kurang dari 1% dari keseluruhan kejadian trauma
tumpul. Jarangnya trauma ini ditemukan kemungkinan berkaitan dengan struktur laring yang
terlindungi oleh organ di sekitarnya. Misalnya oleh spina servikalis di posterior dan mandibula
yang tergantung di superior dan anteriornya serta oleh mekanisme refleks fleksi dari leher.
Proteksi laring ini lebih besar lagi pada kanak-kanak dimana laringnya lebih superior dan
sifatnya yang masih elastis. Sebagai tambahan, berkurangnya trauma laring pada pengendara
kendaraan bermotor oleh karena penggunaan sabuk pengaman dan pengaman berkemudi
lainnya.Kurang dari 50 % dari keseluruhan trauma laring diperkirakan adalah hasil dari trauma
krikoid. Wanita cenderung memiliki leher yang lebih panjang dan jenjang, membuat mereka
lebih rawan untuk terkena trauma laring., khususnya trauma supraglottik. Namun secara
keseluruhan pria lebih sering ditemukan mendapatkan trauma ini (77% vs 23 %), Hal ini
dikarenakan aktivitas yang digeluti kaum pria jauh lebih berbahaya seperti olahraga ekstrim dan

perkelahian. Pada kelompok umur yang lebih tua, trauma laring sering berkaitan dengan proses
penuaan seperti telah terjadinya kalsifikasi pada tulang-tulang mereka. Cedera yang paling sering
terkait dengan trauma laring adalah cedera intrakrania (13%), cedera leher terbuka (9%), fraktur
tulang servikal (8%) dan cedera esofagus (3%).
Read more at: http://www.medicinestuffs.com/2010/03/trauma-laring.html
Copyright MedStuffs
Etiologi Ballanger membagi penyebab trauma laring atas : 1. Trauma mekanik eksternal (trauma
tumpul, trauma tajam, komplikasi trakeostomi atau krikotirotomi ) dan mekanik internal (akibat
tindakan endoskopi, intubasi endotrakea atau pemasangan pipa nasogaster). 2. Trauma akibat
luka bakar oleh panas (gas atau cairan yang panas) dan kimia (cairan alcohol, amoniak, natrium
hipoklorit dan lisol) yang terhirup. 3. Trauma akibat radiasi pada pemberian radioterapi tumor
ganas leher. 4. Trauma otogen akibat pemakaian suara yang berlebihan (vocal abuse), misalnya
akibat berteriak, menjerit keras dan bernyanyi dengan suara keras. Cedera laring secara khusus
dapat dikategorikan berdasarkan kausanya, yakni cedera tajam atau tumpul dan kemudian
dikategorikan lagi dalam kecepatan tinggi atau kecepatan rendah. Sebagian besar trauma laring
adalah akibat dari kecelakaan kendaraan bermotor atau akibat cedera terjerat tali yang terentang
di jalan (clothesline injury). Sebagian kecil kasus disebabkan oleh cedera olahraga, korban tindak
kejahatan, tergantung, tercekik, menelan benda korosif, inhalasi asap dan kasus-kasus efek
samping pengobatan (iatrogenik).
Read more at: http://www.medicinestuffs.com/2010/03/trauma-laring.html
Copyright MedStuffs
Anatomi Laring adalah organ khusus yang mempunyai sfingter pelindung pada pintu masuk
jalan nafas dan berfungsi dalam pembentukan suara. Di bagian superiornya membuka ke dalam
laringofaring, dan di inferiornya bersambung dengan trakea. Kerangka laring dibentuk oleh
beberapa tulang rawan (yaitu: hioid, epiglottis, tiroid, aritenoid dan krikoid) yang dihubungkan
oleh ligamentum dan digerakkan oleh otot. Tulang rawan tiroid merupakan tulang rawan terbesar
dalam laring. Bentuknya yang seperti perisai memberikan perlindungan terhadap komponen
internal dari laring. Kedua sayap quadrilateralnya (lamina dekstra dan sinistra) saling bertemu
membentuk tonjolan laring (adams apple). Bagian superior dari tonjolannya membetuk takik
tiroid. Di bagian bawah, tonjoan laring mebentuk takik tiroid inferior. Kornu superior dan
inferior berasal dari margin posterior di masing-masing sisi. Kornu yang lebih rendah
berartikulasi dengan sisi lateral dari tulang rawan krikoid dan membentuk sendi krikotiroid.
Ligamentum tirohyoid tersambung antara kornu superior tiroid dengan kornu besar dari tulang
hyoid. Membran tirohyoid membentang diantara tulang hyoid dengan permukaan atas kartilago
tiroid. Membran krikotiroid membentang diantara kartilago tiroid dan krikoid. Garis oblique,
tempat perlekatan dari sternohyoid, tirohyoid dan muskulus konstriktor faring inferior, berlokasi
di permukaan luar dari kartilago tiroid. Seperti halnya kartilago tiroid, kartilago krikoid juga
memproteksi struktur lain dalam laring. Kartilago krikoid merupakan satu-satunya struktur
pendukung dari rangka laring yang berbentuk cincin yang utuh. Di bagian depan, kartilago ini
membentuk pita yang relatif sempit sementara di bagian belakangnya membentuk lamina yang
lebih besar yang tingginya kurang lebih 2-3 cm. Articulatio krikotiroid terjadi antar masingmasing persambungan dari lamina dan arkus. Tanduk inferior dari kartilago tiroid berartikulasi
sisi demi sisi dengan kartilago krikoid. Tulang hyoid menyediakan dukungan tambahan terhadap
laring. Membran yang melekat pada tulang hyoid berfungsi mengangkat laring dan mencegahnya

dari aspirasi. Korpus anterior dan 2 kornu yang lebih besar mengarah ke posterior sementara 2
kornu yang lebih kecil mengarah ke superior. Epiglottis bersifat fleksibel, seperti daun, elastis
dan memiliki struktur tulang rawan yang meruncing ke bawah membentuk ekstensi yang mirip
kapur tulis disebut petiole. Petiole merupakan tempat perlekatan dari ligamen tiroepiglottic yang
menghubungkan epiglottis dengan tonjolan laring. Bagian superior dari epiglottis berlokasi di
posterior lidah dan di depan aditus laringis dan tidak dilindungi oleh tulang rawan tiroid.
Sementara di bagian lateralnya, lipatan ariepiglottik melekatkan epiglottis pada tulang rawan
arytenoid. Ligamen hyoepiglottik dan tiroepiglottis membantu menstabilkan tulang rawan
epiglottis ini. Sepasang tulang arytenoid berada di perbatasan supero-posterior dari lamina tulang
rawan krikoid. Dasar segitiga dari kartilago arytenoid memiliki 3 permukaan (posterior,
anterolateral, medial) untuk tempat melekatnya otot dan ligamen. Otot arytenoid transversal
melekat pada permukaan posterior. Ligamen vestibular, dan otot arytenoid serta otot vokalis
melekat di permukaan anterolateralnya. Sementara pada permukaan medialnya mengandung
kelenjar mukus laring. Dasar dari masing-masing arytenoid juga memiliki prosessus muskular
(dimana otot-otot krikooarytenoid posterior dan lateral melekat) dan sebuah prosessus vokalis
antero-caudal (dimana ligamen vocalis melekat). Sendi krikoaryteoid berada di dasar dari
masing-masing tulang rawan arytenoid. Kartilago kornikulata (santorini) berlokasi di superior
dari kartilago arytenoid. Kartilago kuneiformis (Wrisberg) berlokasi di lateral dan superior dari
kartilago kornikulata. Kartilago triticeous berlokasi didalam ligamen tirohyoid. Membran
quadrangular merupakan jaringan elastis yang membentuk ligamen intrinsik dari laring salah
satunya adalah ligamen vokalis. Membran quadrangular melekat di bagian posterior dari
arytenoid bagian atas dan kartilago kornikulata. Ia kemudian berjalan ke bagian atas laring ke
bagian lateral dari epiglottis. Batas bawah dari membran ini adalah ligamen ventrikular
sementara batas atasnya merupakan bagian dari lipatan aryepiglottik. Membran konus elastikus
(membran krikotiroid) menjembatani rongga diantara krikoid dan tiroid. Di bagian belakangnya,
konus elastikus melekat pada arytenoid dan prosessus vokalis pada masing-masing sisi.
Prosessus vokalis terproyeksi keluar membentuk ligamen vokalis., yang kemudian membentuk
komissura anterior. Ligamen ventrikularis melekat pada bagian superior dari tulang arytenoid
dan menyeberangi laring untuk melekat pada tulang rawan tiroid sedikit di atas ligamen vokalis.
Ligamen ventrikularis membentuk batas bawah dari membran quadrangular dan turut membentul
kord ventrikularis. Batas dari aditus laringis meliputi epiglottis di anterior, kartilago kornikulata
di posterior dan lipatan aryepiglottis di lateralnya. Batas bawah dari laring adalah kartilago
krikoid. Laring sendiri kemudian dibagi atas regio supraglottis (vestibulus), glottis (ventrikel)
dan subglottis. Supraglottis membentang dari ceruk laryngeal ke lipatan vestibular. Lipatan
vestibular (meliputi kord vokalis palsu dan kord vokalis superior) melekat di bagian depan
thyroid sedikit di bawah tempat perlekatan epiglottis. Di bagian belakangnya, lipatan ini melekat
pada arytenoid. Ventrikel laring (ventrikel Morgagni) merupakan sebuah rongga di antara
vestibular dan Plica vokalis sejati. Segmen anterior dari ventrikel ini memanjang hingga ke
dalam divertikulum yang disebut sakulus laring atau apendiks ventrikel laring. Kord vokalis
sejati berlokasi di bagian inferior dari ventrikel ini. Daerah di antara korda vokalis sejati di sebut
glottis. Glottis merupakan bagian laring yang paling sempit. Celah glottis (rima glottis)
merupakan celah yang memisahkan kord vokalis sejati dengan kartilago arytenoid. Daerah
subglottis memanjang dari glottis hingga krikoid. Konus elastik membentuk batas lateral dari
subglottis. Kord vokalis sejati terutama terdiri dari otot-otot tiroarytenoid yang menghubungkan
arytenoid dengan bagian dalam dari kartilago tiroid. Masing-masing otot ini berjalan paralel.
Bagian medialnya disebut otot vokalis dan bagian lateralnya memanjang ke superior dan masuk

ke dalam tiroid. Otot-otot krikoarytenoid sangat penting untuk fungsi laring yang sempurna. Otot
krikoarytenoid lateral membentang dari prosesus muskularis dari arytenoid ke bagian
superolateral dari krikoid. Sementara otot krikoarytenoid posterior membentang dari prosessus
muskularis arytenoid ke bagian posterior krikoid. Otot-otot ini merupakan satu-satunya yang
dapat mengabduksi kord vokalis. Otot-otot di interarytenoid melekatkan satu arytenoid dengan
lainnya. Krikoaritenoid lateral dan interarytenoid memediasi adduksi dari kord vokalis. Otot
interarytenoid merupakan satu-satunya kelompok otot yang memiliki inervasi bilateral dari
nervus laring rekurren. Nervus ini menginervasi seluruh otot intrinsik lainnya. Otot krikotiroid
merupakan satu-satunya otot yang di persarafi oleh cabang eksternal dari nervus laring
superior( cabang kranial dari nervus X ). Otot ini berasal dari bagian bawah kartilago tiroid dan
berorigo di kartilago krikoid.
Read more at: http://www.medicinestuffs.com/2010/03/trauma-laring.html
Copyright MedStuffs

You might also like