You are on page 1of 30

BAB I

DEFINISI BETON PRACETAK


1. DEFENISI PRECAST CONCRETE ( BETON PRACETAK )
Precast ConcreteBeton pracetak adalah beton yang dibuat dengan metode percetakan
komponen secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dan dipasang /install
kelapangan /site setelah beton cukup umur. Beton pracetak dapat diberi tulangan ataupun
prategang.
Beda beton pracetak dengan beton konvensional antara lain :
-

Beton konvensional cast in situ dibuat dengan cara tradisional dilapangan atau

dengan ready mix.


Memerlukan perancah /formwork saat pengecoran
Memerlukan tenaga kerja lebih banyak
Produk pracetak dibuat secara masal dan berulang (repetitive)

Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel frabrikasi), maka mutunya dapat
terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan, maka beton pra-cetak
hanya akan diproduksi jika jumlah bentuk typical-nya mencapai angka minimum tertentu,
sehingga tercapai break-event-point-nya. Bentuk typical yang dimaksud adalah bentukbentuk yang repetitif, dalam jumlah besar.

2. KEUNTUNGAN DAN KENDALA BETON PRACETAK


Keuntungan menggunakan sistem pracetak antara lain waktu yang lebih efisien,
memang sangat efisien jika jenis pekerjaannya tipikal. Sementara pekerjaan precast disiapkan
kita bisa bekerja untuk bagian yang lain. Selain memiliki kelebihan sistem ini juga memiliki
kekurangan, antara lain system precast memerlukan analisa yang lebih rumit dibanding
dengan cetak langsung ditempat. Kita harus memperhitungkan sistem sambungan, pertemuan
tulangan apakah sudah memenuhi panjang penyaluran atau belum serta saat perencanaan
sudah harus memikirkan lokasi pembuatan sistem pengangkutan dan sistem istallasi.

Keuntungan Beton Pracetak


1. Pengendalian mutu teknis dapat dicapai, karena proses produksi dikerjakan di pabrik
2.
3.
4.
5.

dan dilakukan pengujian laboratorium


Waktu pelaksanaan lebih singkat
Dapat mengurangi biaya pembangunan
Tidak terpengaruh cuaca
Penyelesaian finishing mudah. Variasi finishing permukaan struktur pracetak
dilakukan saat pembuatan komponen; termasuk coating untuk attack hazard seperti

korosif, kedap udara.


6. Lahan proyek tidak luas, mengurangi kebisingan, lebih bersih dan ramah lingkungan,
karena komponen pracetak dibuat ditempat lain / factory.
b. Kendala Precast
1. Membutuhkan investasi awal yang besar dan teknologi maju
2. Dibutuhkan kemahiran dan ketelitian yang tinggi agat=r tidak terjadi deviasi yang
besar antara elemen yang satu dengan elemen yang lain, shingga tidak menyulitkan
dalam pemasangan di lapangan.
3. Diperlukan peralatan produksi ( transportasi dan ereksi )
4. Panjang dan bentuk elemen yang terbatas, sesuai dengan kapasitas alat angkat dan alat
angkut. Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan menggunakan truk
adalah antara 150 sampai 350 km,tetapi ini juga tergantung tipe produknya.
Sedangkan untuk angkutan laut, jarak maksimum transportasi dapat sampai diatas
1000 km.
5. Hanya dapat dilaksanakan di daerah yang sudah tersedia peralatan untuk handling dan
erection.
6. Di Indonesia sering timbul gempa dengan kekuatan besar. Konstruksi beton pracetak
cukup berbahaya terutama pada daerah sambungannya.
7. Diperlukan ruang yang cukup untuk pekerja dalam mengerjakan sambungan pada
beton pracetak
8. Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan (stock yard)
9. Yang menjadi perhatian utama dalan perencanaan komponen beton pracetak seperti
pelat lantai, balok, kolom dan dinding adalah sambungan. Selain berfungsi
menyalurkan beban yang bekerja, sambungan juga harus berfungsi menyatukan
masing-masing komponen beton pracetak tersebut menjadi satu kesatuan yang
monolit sehingga dapat mengupayakan stabilitas struktur bangunan.

BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN BETON PRACETAK

1. SEJARAH PERKEMBANGAN SISTEM PRACETAK


Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika dibandingkan
dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal ini bisa dimaklumi, karena bahan-bahan
pembentukannya mudah terdapat di Indonesia, cukup awet, mudah dibentuk dan harganya
relative terjangkau. Ada beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian dalam sistem beton
konvensional, antara lain waktu pelaksanaan yang lama dan kurang bersih, control kualitas
yang sulit ditingkatkan serta bahan-bahan dasar cetakan dari kayu dan triplek yang semakin
lama semakin mahal dan langka.
Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di era ini.
Pada dasarnya system ini melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di permukaan
tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi ) untuk disusun menjadi suatu struktur
utuh (ereksi). Keunggulan system ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi dan
pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi dengan kualitas produk yang baik.
Perbandingan kualitatif antara strutur kayu, baja serta beton konvensional dan pracetak dapat
dilihat pada table :

Sistem pracetak telah banyak diaplikasikan di Indonesia, baik yang sistem dikembangkan di
dalam negeri maupun yang didatangkan dari luar negeri. Sistem pracetak yang berbentuk
komponen, seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom plat pantai.

2. PERKEMBANGAN SISTEM PRACETAK DI DUNIA


Sistem pracetak berkembang mula-mula di negara Eropa. Struktur pracetak pertama kali
digunakan adalah sebagai balok beton precetak untuk Casino di Biarritz, yang dibangun oleh
kontraktor Coignet, Paris 1891. Pondasi beton bertulang diperkenalkan oleh sebuah
perusahaan Jerman, Wayss & Freytag di Hamburg dan mulai digunakan tahun 1906. Tahun
1912 beberapa bangunan bertingkat menggunakan system pracetak berbentuk komponenkomponen, seperti dinding .kolom dan lantai diperkenalkan oleh John.E.Conzelmann.
Struktur komponen pracetak beton bertulang juga diperkenalkan di Jerman oleh Philip
Holzmann AG, Dyckerhoff & Widmann G Wayss & Freytag KG, Prteussag, Loser dll. Sstem
pracetak taha gempa dipelopori pengembangannya di Selandia Baru. Amerika dan Jepang
yang dikenal sebagai negara maju di dunia, ternyata baru melakukan penelitian intensif
tentang system pracetak tahan gempa pada tahun 1991. Dengan membuat program penelitian
bersama yang dinamakan PRESS ( Precast seismic Structure System).

3. PERKEMBANGAN SISTEM PRACETAK DI INDONESIA


Indonesia telah mengenal system pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang
pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970an. misalnya dengan
pembangunan rumah susun di Sarijadi Bandung sebagai satu contoh. Sistem pracetak
semakin berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi seperti Sistem Column
Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All Load Bearing Wall (1997), Sistem
Beam Column Slab (1998), Sistem Jasubakim (1999), Sistem Bresphaka (1999) dan sistem TCap (2000). Belakangan, sering diterapkan sistem beton pracetak yang diimport dari
mancanagara, seperti misalnya sistem Mivan dan Utinord.
Sekitar tahun 1995an, pembangunan rumah berlapis dilaksanakan dengan
menggunakan sistem waffle-crete, misalnya dalam proyek Cilincing, Cengkareng dan Batam.
Tahun 1999 didirikan Ikatan Ahli Pracetak dan Prategang Indonesia (IAPPI) sebagai asosiasi
yang mewadahi perusahaan dan individual yang berkiprah dalam pekerjaan dan penelitian
5

sistem beton pracetak. Dalam tahun-tahun pendahuluan, terdapat beberapa sistem beton
pracetak sebagai paten penemuan putra-putri Indonesia
yang diterapkan dalam proyek rusun. Kini, dalam hanya beberapa tahun setelah itu, telah ada
sekitar 40an sistem beton pracetak yang diterapkan, terutama dalam mendukung program
1000 tower yang telah diluncurkan pemerintah.

BAB III
PERATURAN SISTEM BETON PRACETAK DI INDONESIA
6

Sistem beton pracetak telah diterapkan sekian lama, Indonesia belum memiliki norma,
standard, pedoman maupun manual yang dapat digunakan sebagai acuan tertib pembangunan
sistem beton pracetak di Indonesia.
Berbicara mengenai pembangunan sistem beton (bertulang maupun prategang), tertib
pembangunan diatur oleh peraturan peninggalan Hindia Belanda. Belakangan, peraturan
tersebut diadopsi sebagai dasar dari Peraturan Beton Indonesia (PBI) tahun 1955. Peraturan
tersebut kemudian direvisi menjadi Peraturan Beton Indonesia (PBI) tahun 1971, yang
memperkenalkan metoda perencanaan kekuatan batas di samping metoda perencanaan
elastisistas (metoda beban kerja). Dibandingkan dengan PBI 1955 yang didasarkan atas
peraturan Belanda (VOSB), PBI 1971 mengadopsi beberapa muatan dari peraturan Eropa
(CEB). Kemudian, peraturan beton direvisi kembali tahun 2002 yang didasarkan atas ACI
318-99.
Betapapun peraturan atau pedoman beton Indonesia telah mengalami beberapa kali
perbaikan, hingga kini semua versi peraturan tersebut sangat minim dalam aspek system
beton prategang, sistem beton komposit, terutama dalam aspek sistem desain dan pengerjaan
beton pracetak. Selama ini, perekayasa melakukan desain maupun pelaksanaan konstruksi di
lapangan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman system beton monolit. Kemudian, sistem
beton pracetak didesain serupa dengan sistem monolit konvensional, dengan menerapkan
aturan rule of thumb, di mana sambungan antar
komponen pracetak didesain sama, kalau tidak lebih kuat dari pada sambungan monolit atau
penampang tanpa sambungan.
Keadaan seperti di atas terus berlaku hingga pada suatu tahap, para perekayasa
merasakan pentingnya memiliki suatu pedoman atau peraturan yang dijadikan dasar bagi
tertib desain dan tertib pelaksanaan di lapangan. Dalam tahun 2005 dibentuk tim pelaksana
penyusunan RSNI beton pracetak dan prategang. Setelah bekerja sekian lama, tim berhasil
menyusun RSNI dan telah dipra-konsensuskan. RSNI akhirnya diterima dalam konsensus
tanggal 16 Juni 2011.
Adalah wajar mempertanyakan, kenapa SNI yang baru didasarkan atas ACI 318.
Adapun alasannya antara lain sebagai berikut. Pertama, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung sebagai peraturan induk struktur beton, didasarkan atas ACI 318.
Kedua, ACI 318 merupakan standard yang lebih dikenal luas secara internasional. Kemudian,

peraturan ACI 318 secara konstan tetap direvisi sesuai dengan perkembangan pengetahuan
dan pengalaman lapangan, sehingga tidak pernah ketinggalan zaman.
Dengan memilih ACI 318 sebagai dasar atau acuan bagi penyusunan SNI yang baru,
perkembangan dunia beton pracetak Indonesia dapat dimasukkan ke dalam batang tubuh SNI
tersebut, sehingga kondisi dan karakteristik dunia rekayasa struktur pada umumnya dan
rekayasa beton pracetak tercermin di dalamnya.
Problem yang relatif sulit diputuskan dan memakan waktu lama dalam proses pengambilan
keputusan adalah, pertanyaan apakah dibutuhkan SNI yang khusus diperuntukkan bagi beton
pracetak, mengingat betapapun, beton pracetak tetap saja merupakan bahan beton yang sudah
diatur dalam Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-17262002.
Namun dalam kenyataan, dihadapi kondisi bahwa Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002 yang sudah efektif selama hampir satu
dekade, masih dalam penggodokan revisi menjadi SNI yang terbarukan. Dalam hal ini, tata
cara ini direncanakan akan didasarkan atas ACI 318 versi terbaru. Di lain fihak, kebutuhan
adanya suatu SNI yang khusus mengatur beton pracetak sangat mendesak, karena dalam
beberapa dekade belakangan ini, praktek perencanaan dan pelaksanaan struktur beton
pracetak belum didasarkan atas suatu SNI khusus yang lengkap. Kita mengetahui bahwa Tata
Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002 didasarkan
pada ACI 318-99, yang belum mengatur aspek pracetak secara lebih ekstensif.
Di lain fihak, revisi Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 031726-2002 masih dinantikan kerampungannya, sehingga disepakati bahwa SNI beton
pracetak yang baru akan segera diberlakukan. Jika pada gilirannya, Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002 telah selesai disusun dan
diberlakukan, SNI beton pracetak juga akan segera diperbaharui.

BAB IV
PROSES PRODUKSI BETON PRACETAK
1. Tahap Design
Proses perencanaan suatu produk secara umum merupakan kombinasi dari ketajaman melihat
peluang, kemampuan teknis, kemampuan pemasaran. Persyaratan utama adalah struktur harus
memenuhi syarat kekuatan, kekakuan dan kestabilan pada masa layannya

2. Tahap Produksi
a. Moulding / membuat cetakan. Pabrik beton

pracetak biasanya telah memiliki workshop /


bengkel khusus untuk membuat dan
maintenance cetakan, tempat merakit tulangan
(Bar catching) dan sambungan.
b.Reinforcing. Tulangan yang telah dirakit ditempatkan kedalam cetakan.

c. Concreting. Pembuatan beton. Penakaran dan


pencampuran
beton,
biasanya
dipabrik
tersedia
concrete batching plant yang meiliki control
kualitas secara computer.

d. Compaction / pemadatan beton, memakai external


vibrator
dengan high
frequency.

e. Curing beton , dengan steam curing. Pada elemen-elemen beton yang besar steam
curing diberikan kedalam beton dengan

10

cara diselubungi suhu 60 70o C selama 2


3 jam.

3.

Tahap Pascaproduksi
Terdiri dari tahap penanganan ( handling ), penyimpanan ( storage ), penumpukan

(stacking ), pengiriman ( transport dan tahap pemasangan di lapangan ( site erection ).

a. Handling. Pasca umur beton memeuhi,


unit beton pracetak dipindahkan ke
storage / gudang disusun secara vertical
dan diberi bantalaan antar unit pracetak.
b. Transportasi unit pracetak ke lapangan

c.

Instal / Erection.
Memasang unit
pracetak pada
struktur, memasang

11

joint (Cast in site)

d. Finishing, no coating

4. Transportasi dan Alat Angkut

Transportasi adalah pengangkatan elemen pracetak dari pabrik ke lokasi pemasangan. Sistem
transportasi berpengaruh terhadap waktu, efisiensi konstruksi dan biaya transport.
Yang perlu diperhatikan dalam system transportasi adalah :
a. Spesifikasi alat transport : lebar, tinggi, beban maks, dimensi elemen
b. Route transport : jarak, lebar jalan, kepadatan lalu lintas, ruang bebas bawah
jembatan, perijinan dari instansi yang berwenang.

12

Pemilihan alat angkut dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :


a. Macam komponennya : linier atau plat
b. Ketinggian alat angkat : berhubungan dengan ketinggian bangunan yang akan
dibangun
c. Berat komponen : berdasarkan beban maksimum
d. Kondisi local : pencapaian lokasi dan topografi
Tahap pengiriman
a

Transportasi jalan raya sangat cocok untuk skala pembangunan dengan site yang
luas

Sangat tergantung pada persyaratan legal Negara setempat khususnya dalam


persyaratan : lebar, ketinggian, panjang dan beban objek yang diangkut

Desain yang dibuat harus mempertimbangkan keadaan ini. Apabila komponen


tidak memenuhi maka ia membutuhkan biaya tambahan dalam kesulitan
transportasi disamping membutuhkan pengawalan khusus petugas jalan raya

Panjang maximum unit precast yang diisyaratkan dalam satu angkutan tidak
melebihi 30 m

Transportasi angkutan yang rendah ( biasanya untuk panel dinding dan lantai
memiliki kemampuan angkut 250 ton

fUntuk objek angkut panel dinding dan lantai sangat cocok menggunakan kendaraan
yanmg dilengkapi dengan kerangka khusus yang dapat mendukung dan melindungi
objek angkut.
g

Untuk objek yang panjang dan beban yang lebih besar dapat menggunakan dua
gerobak yang dihubungkan oleh beton precast itu sendiri

Menurut tempat pembuatan beton pracetak dibagi 2 yaitu :


Dicor di tempat disebut Cast In Situ
Dicor di pabrik
Menurut perlakuan terhadap bajanya dibagi 2 yaitu :
Beton pracetak biasa

13

Beton prategang pracetak


Ada 2 prinsip yang berbeda pada beton prategang ;
Pre-tensioned Prestressed Concrete
Post-tensioned Prestressed Concrete
Alat angkat yaitu memindahkan elemen dari tempat penumpukan ke posisi penyambungan
(perakitan). Peralatan angkat untuk memasang beton pracetak dapat dikategorikan sebagai
berikut :
1.Keran mobile
2.Keran teleskopis
3.keran menara
4.Keran portal

5. Erection

Nilai ekonomi : Merupakan 15 20 % dalam struktur pembiayaan bangunan

Masih terbatasnya kemungkinan rasionalisasi secara proses produksi di pabrik

Terdiri dari 3 kegiatan pokok :


a

Menghandle dari kendaraan transport atau gudang dan lay down area ke tempat
pemasangan

Penyetelan

Pengikatan

Alat Pengangkat

Diusahakan agar alat pengangkat tidak dibebani dengan waktu penyetelan dan waktu
pengikatan.

14

Karena mahalnya sambungan sebaiknya komponen berjumlah sesedikit mungkin


dengan berat sebesar mungkin sehingga jumlah sambungan menjadi sesedikit
mungkin.

Harus diusahakan dalam perencanaan agar kapasitas crane dapat dimanfaatkan


sebaik mungkin.
Kriteria pemilihan alat pengangkat

Berat komponen precast

Jenis komponen : dim,ensi, linear atau slab type

tinggi alat berkaitan dengan ketinggian bangunan

Kuantitas / jumlah komponen

Local condition : aksessibilitas, topografi

Gerakan alat

Cara kerja
8

Frekuensi

Jenis alat pengangkat


1

Truck mobile cranes

Derricks

Tower Cranes

Goliath Cranes

Hydraulics - Jack Blocks

Metode dan jenis pelaksanaan konstruksi precast diantaranya adalah :


A. Dirakit per elemen
1.
Cara pemasangan perbagian ( vertical )
a) Dilakukan trave per trave
b) Cocok untuk bangunan dengan luas lantai besar
c) Perlu landasan yang cukup kuat, Mobil crave bias bergerak memenuhi jarak
jangkau
d) Lengan momem untuk crane tidak terlalu besar sehingga berat komponen

2.

lebih leluasa
e) Biasanya untuk 3-5 tingkat
Cara pemasangan perlapis ( horizontal )
a) Dilakukan lantai perlantai
15

b)
c)
d)
e)

Perlu alat pengangkat yang dapat mencari seluruh bagian bangunan


Karena besarnya momen crane, berat komponen terbatas terutama palt lantai
Crane yang biasa digunakan Tower CXrane Putar
Diperlukan penunjang kolom selama pemasangan

B. Lift Slab system


Adalah pengikatan elemen lantai ke kolom dengan menggunakan dongkrak hidrolis.
Cara pemasangan Lift Slab :
a) Kolom menerus pelat lantai di cor satu diatas yang lain
b) Alat pengangkat Hidraulis
c) Perlu pasak untuk pengunci dalam pemasangan
Prinsip konstruksinya sebagai berikut :
1. Lantai menggunakan plat-plat beton bertulang yang dicor pada lantai bawah
2. Kolom merupakan penyalur beban vertical dapat sebagai elemen pracetak atau cor
di tempat.
3. Setelah lantai cukup kuat dapat diangkat satu persatu dengan dongkrak hidrolis.
C. Slip Form System
Pada system ini beton dituangkan diatas cetakan baja yang dapat bergerak memanjat ke
atas mengikuti penambahan ketinggian dinding yang bersangkutan.
D. Push Up / Jack Block System
Pada system ini lantai teratas atap di cor terlebih dalu kemudian diangkat ke atas dengan
hidranlic jack yang dipasang di bawah elemen pendukung vertical.

.Cara Pemasangan Jack Block:


1. Lantai teratas disiapkan diatas permukaan tanah Hidraulis Jack dipasang di bawah
komponen pendukung vertical
2. Dengan mengatur secara berganti penggunaan hydraulic Jack dan penempatan
penunjang ( dari blok beton ) seluruh komponen diangkat ke atas
16

3. Setelah mencapai ketinggian lantai yang diinginkan, lantai berikutnya


dipersiapkan di permukaan tanah
4. Demikian seterusnya
E. Box System
Konstruksi menggunakan dimensional berupa modul-modul kubus beton.
F. Cara Pemasangan Kombinasi
Penggunaan cara pemasangan dengan berbagai cara,ini cara yang paling lazim

BAB V
PRINSIP-PRINSIP DALAM PRODUKSI BETON PRACETAK
Berikut prinsip-prinsip yang dapat diterapkan untuk desain struktural :

17

1. Struktur terdiri dari sejumlah tipe-tipe komponen yang mempunyai fungsi seperti
balok, kolom, dinding, plat lantai dll
2. Tiap-tipe komponen sebaiknya mempunyai sedikit perbedaan
3. Sistem sambungan harus sederhana dan sama satu dengan yang lain, sehingga
komponen-komponen tersebut dapat dibentuk oleh metode yang sama dan
menggunakan alat bantu yang sejenis
4. Komponen harus mampu digunakan untuk mengerjakan beberapa fungsi
5. Komponen-komponenharus cocok untuk berbagai keadaan dan tersedia dalam
berbagai macam-macam ukuran produksi
6. Komponen komponen harus mempunyai berat yang sama sehingga mereka bisa
secara hemat disusun dengan menggunakan peralatan yang sama
Ada tiga macam konstruksi prefabrikasi :
1. Pembuatan didalam sebuah pabrik, dimana komponen-komponen mudah untuk dibuat
dan nyaman untuk pengangkutan
2. Pembuatan pada site dengan menggunakan alat-alat mekanik
3. Rangkaian dari komponen dirakit ke dalam komponen-komponen yang lebih luas
Yang menjadi perhatian utama dalam perencanaan komponen betonpracetak seperti pelat
lantai, balok, kolom dan dinding adalah sambungan. Selainberfungsi untuk menyalurkan
beban-beban yang bekerja, sambungan juga harusberfungsi menyatukan masing-masing
komponen beton pracetak tersebut menjadisatu kesatuan yang monolit sehingga dapat
mengupayakan stabilitas strukturbangunannya. Beberapa kriteria pemilihan jenis sambungan
antara komponenbeton pracetak diantaranya meliputi:
1. Kekuatan (strength). Sambungan harus memilki kekuatan untuk dapatmenyalurkan gayagaya yang terjadi ke elemen struktur lainnya selamawaktu layan (serviceability), termasuk
adanya pengaruh dari rangkak dansusut beton.
2. Daktalitas (ductility)

18

Kemampuan dari sambungan untuk dapat mengalami perubahan bentuktanpa mengalami


keruntuhan. Pada daerah sambungan untuk mendapatkandaktilitas yang baik dengan
merencanakan besi tulangan yang melelehterlebih dahulu dibandingkan dengan keruntuhan
dari material betonnya.
3. Perubahan volume (volume change accommodation)
Sambungan dapat mengantisipasi adanya retak, susut dan perubahantemperature yang dapat
menyebabkan adanya tambahan tegangan yangcukup besar.
4. Ketahanan (durability)
Apabila kondisi sambungan dipengaruhi cuaca langsung atau korosidiperlukan adanya
penambahan bahan-bahan pencegah seperti stainlesssteel epoxy atau galvanized.
5. Tahan kebakaran (fire resistance)
Perencanaan sambungan harus mengantisipasi kemungkinan adanyakenaikan temperatur
pada sistem sambungan pada saat kebakaran,sehingga kekuatan dari baja maupun beton dari
sambungan tersebut tidakakan mengalami pengurangan.
6. Mudah dilaksanakan dengan mempertimbangkan bagian-bagian berikut inipada saat
merencanakan sambungan :
a. Standarisasi produksi jenis sambungan dan kemudahan tersedianyamaterial lapangan.
b. Hindari keruwetan penempatan tulangan pada derah sambungan
c. Hindari sedapat mungkin pelubangan pada cetakan
d. Perlu diperhatikan batasan panjang dari komponen pracetak dantoleransinya
e. Hindari batasan yang non-standar pada produksi dan pemasangan.
f. Gunakan standar hardware seminimal mungkin jenisnya
g. Rencanakan sistem pengangkatan komponen beton pracetaksemudah mungkin baik di
pabrik maupun dilapangan
19

h. Pergunakan sistem sambungan yang tidak mudah rusak pada saatpengangkatan


i. Diantisipasi kemungkinan adanya penyesuaian di lapangan.
Jenis sambungan antara komponen beton pracetak yang biasadipergunakan dapat
dikategorikan menjadi 2 kelompok sebagai berikut :
Sambungan kering (dry connection)
Sambungan kering menggunakan bantuan pelat besi sebagai penghubungantar komponen
beton pracetak dan hubungan antara pelat besi dilakukandengan baut atau dilas. Penggunaan
metode sambungan ini perlu perhatiankhusus dalam analisa dan pemodelan komputer karena
antar elemenstruktur bangunan dapat berperilaku tidak monolit.

2. Sambungan basah (wet connection)


Sambungan basah terdiri dari keluarnya besi tulangan dari bagian ujungkomponen beton
pracetak yang mana antar tulangan tersebut dihubungkandengan bantuan mechanical joint,
mechanical coupled, splice sleeve ataupanjang penyaluran. Kemudian pada bagian
sambungan tersebut dilakukanpengecoran beton ditempat. Jenis sambungan ini dapat
berfungsi baikuntuk mengurangi penambahan tegangan yang terjadi akibat rangkak,susut dan
perubahan temperatur. Sambungan basah ini sangat dianjurkanuntuk bangunan di daerah
rawan gempa karena dapat menjadikan masing-masing komponen beton pracetak menjadi
monolit.

20

Bentuk dan jenis sambungan merupakan bagian penting pada konstruksi beton
precast. Pada sambungan basah, penyambungan dilakukan dengan cara grouting atau
pengecoran di tempat. Penyambungan ini bertujuan mendapatkan kekuatan sambungan
balok-balok beton pracetak dengan pembebanan statis dan kemampuan struktur yang
disambung untuk meredam gaya luar yang bekerja dari pengujian dinamis. Metode
penyambungan elemen beton pracetak menggunakan bahan beton polimer dengan kecepatan
pengeringan 15 menit. Dengan metode ini kecepatan kostruksi struktur pracetak akan lebih
cepat dibanding dengan cor di tempat. Selain itu mutu material elemen struktur menggunakan
beton pracetak akan lebih baik.
Keuntungan utama yang diperoleh pada penggunaan pracetak adalah
penghematandalam acuan dan penopangnya. Manfaat yang diperoleh bergantung pada jumlah
pengulanganpekerjaan, dimana sebagai patokan penggunaan 50 kali atau lebih cetakan unit
beton pracetakmemberikan nilai ekonomis (Murdock dan Brook,1991, h.383).
Struktur beton bertulang yang dicor ditempat cenderung bersifat monolit dan
menerus.Sebaliknya, struktur pracetak terdiri dari sejumlah komponen yang dibuat di pabrik,
kemudiandisambung di lokasi bangunan sampai akhirnya membentuk struktur utuh. Pada
strukturpracetak, hubungan yang menghasilkan kontinuitas dengan memakai bantuan
perangkat keraskhusus, batang tulangan dan beton untuk menyalurkan semua tegangan tarik,
tekan dan geserdisebut sambungan keras (Winter dan Wilson, 1993, h.519). Hampir semua
sambunganpracetak menggunakan plat penahan untuk memastikan terjadinya tekanan reaksi
yangseragam dan sesuai dengan pehitungan. Apabila plat penahan terbuat dari baja dan plat
darikedua batang yang hendak disambung dihubungkan dengan baik memakai sambungan
lasatau sambungan lainnya, maka akan diperoleh sambungan keras yang dapat
menyalurkangaya vertikal dan gaya horizontal.
Struktur pracetak akan mengalami perubahan dimensi akibat rangkak, susut
dankehilangan prategang, disamping akibat terjadinya perubahan temperatur. Pada
awalperkembangan konstruksi pracetak ada kecenderungan untuk menggunakan sambungan
lunaksupaya memungkinkan terjadinya perubahan dimensi tanpa menyebabkan
terjadinyatambahan gaya pada batang-batang dan sambungan-sambungannya. Tetapi
pengalamanmemperlihatkan kurangnya stabilitas terhadap gaya lateral seperti angin dan
gempa. Olehkarena itu pembuatan struktur pracetak cenderung menggunakan sambungan
keras, yaitumemakai las atau baut, yang menghasilkan kontinuitas tinggi.
21

Sambungan yang hanya berdasarkan gaya friksi yang ditimbulkan oleh beban gravitasitidak
dapat digunakan (BSN, 2002, h.167). Perencanaan komponen struktur beton pracetakdan
sambungannya harus mempertimbangkan semua kondisi pembebanan dan
kekangandeformasi mulai dari saat fabrikasi awal hingga selesainya pelaksanaan struktur,
termasukpembongkaran cetakan, penyimpangan, pengangkutan dan pemasangan. Apabila
elemenpracetak membentuk diafragma atap dan lantai, maka sambungan antara diafragma
dengankomponen-komponen struktur yang ditopang secara lateral oleh diafragma tersebut
harusmempunyai kekuatan tarik nominal yang mampu menahan sedikitnya 4,5 kN/m (BSN,
2002,h.166). Kolom pracetak harus mempunyai kekuatan nominal tarik minimum sebesar
satusetengah kali luas efektif tereduksi (1,5 Ag). Panel dinding pracetak harus
mempunyaisedikitnya dua tulangan pengikat per panel, dengan kuat tarik nominal tidak
kurang dari 45kN per tulangan pengikat. Apabila gaya-gaya rencana tidak menimbulkan tarik
di dasarstruktur, maka tulangan pengikat yang diperlukan boleh diangkur ke dalam fondasi
pelatlantai beton bertulang (BSN, 2002, h.167).
Elliott (2002, h.216) menulis bahwa panjang lekatan setidaknya tiga puluh kalidiameter
tulangan. Kait digunakan kalau panjang penyaluran yang diperlukan terlalu panjang.Panjang
pengangkuran yang didapat dari eksperimen adalah antara 8 kali diameter sampai 15kali
diameter pada sisi yang tidak mengalami retak. Guna mengatasi kondisi terburuksebaiknya
digunakan tiga puluh kali diameter tulangan (Elliott, 2002, h.218).
ACI Committe 355 (1997, h.R-4 dan 5) mengusulkan beberapa macam
pengangkuranpada beton. Beban yang mungkin bekerja pada angkuradalah gaya tarik, gaya
geser, kombinasi gaya tarik dan geser, serta momen lentur (ACICommitte 355, 1997, h.R-10).

22

23

24

25

26

27

28

Hubungan antar komponen beton pracetak dapatmenggunakan tulangan yang


diangkurkan ke dalam beton yang kemudian baja tulangan disambung dengan beberapa cara.
Lekatan antara beton dengan angkur sangat menentukankekuatan sambungan, sehingga
panjang lekatan minimum harus dicari agar tidak terjadikeruntuhan karena lolosnya angkur.

29

BAB III
DAFTAR PUSTAKA
http://sukamabar.blogspot.co.id/2014/08/metode-pelaksanaan-beton-pracetak.html
https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF8#q=beton%20pracetak
http://adhipersadabeton.co.id/news/23-beton-pracetak-precast-beton-adalah-beton-pracetakyang-di-buat-dicetakan-dengan-ukuran-yang-sudah-ditentukan.html

30

You might also like