Professional Documents
Culture Documents
Beton konvensional cast in situ dibuat dengan cara tradisional dilapangan atau
Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel frabrikasi), maka mutunya dapat
terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan, maka beton pra-cetak
hanya akan diproduksi jika jumlah bentuk typical-nya mencapai angka minimum tertentu,
sehingga tercapai break-event-point-nya. Bentuk typical yang dimaksud adalah bentukbentuk yang repetitif, dalam jumlah besar.
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN BETON PRACETAK
Sistem pracetak telah banyak diaplikasikan di Indonesia, baik yang sistem dikembangkan di
dalam negeri maupun yang didatangkan dari luar negeri. Sistem pracetak yang berbentuk
komponen, seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom plat pantai.
sistem beton pracetak. Dalam tahun-tahun pendahuluan, terdapat beberapa sistem beton
pracetak sebagai paten penemuan putra-putri Indonesia
yang diterapkan dalam proyek rusun. Kini, dalam hanya beberapa tahun setelah itu, telah ada
sekitar 40an sistem beton pracetak yang diterapkan, terutama dalam mendukung program
1000 tower yang telah diluncurkan pemerintah.
BAB III
PERATURAN SISTEM BETON PRACETAK DI INDONESIA
6
Sistem beton pracetak telah diterapkan sekian lama, Indonesia belum memiliki norma,
standard, pedoman maupun manual yang dapat digunakan sebagai acuan tertib pembangunan
sistem beton pracetak di Indonesia.
Berbicara mengenai pembangunan sistem beton (bertulang maupun prategang), tertib
pembangunan diatur oleh peraturan peninggalan Hindia Belanda. Belakangan, peraturan
tersebut diadopsi sebagai dasar dari Peraturan Beton Indonesia (PBI) tahun 1955. Peraturan
tersebut kemudian direvisi menjadi Peraturan Beton Indonesia (PBI) tahun 1971, yang
memperkenalkan metoda perencanaan kekuatan batas di samping metoda perencanaan
elastisistas (metoda beban kerja). Dibandingkan dengan PBI 1955 yang didasarkan atas
peraturan Belanda (VOSB), PBI 1971 mengadopsi beberapa muatan dari peraturan Eropa
(CEB). Kemudian, peraturan beton direvisi kembali tahun 2002 yang didasarkan atas ACI
318-99.
Betapapun peraturan atau pedoman beton Indonesia telah mengalami beberapa kali
perbaikan, hingga kini semua versi peraturan tersebut sangat minim dalam aspek system
beton prategang, sistem beton komposit, terutama dalam aspek sistem desain dan pengerjaan
beton pracetak. Selama ini, perekayasa melakukan desain maupun pelaksanaan konstruksi di
lapangan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman system beton monolit. Kemudian, sistem
beton pracetak didesain serupa dengan sistem monolit konvensional, dengan menerapkan
aturan rule of thumb, di mana sambungan antar
komponen pracetak didesain sama, kalau tidak lebih kuat dari pada sambungan monolit atau
penampang tanpa sambungan.
Keadaan seperti di atas terus berlaku hingga pada suatu tahap, para perekayasa
merasakan pentingnya memiliki suatu pedoman atau peraturan yang dijadikan dasar bagi
tertib desain dan tertib pelaksanaan di lapangan. Dalam tahun 2005 dibentuk tim pelaksana
penyusunan RSNI beton pracetak dan prategang. Setelah bekerja sekian lama, tim berhasil
menyusun RSNI dan telah dipra-konsensuskan. RSNI akhirnya diterima dalam konsensus
tanggal 16 Juni 2011.
Adalah wajar mempertanyakan, kenapa SNI yang baru didasarkan atas ACI 318.
Adapun alasannya antara lain sebagai berikut. Pertama, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung sebagai peraturan induk struktur beton, didasarkan atas ACI 318.
Kedua, ACI 318 merupakan standard yang lebih dikenal luas secara internasional. Kemudian,
peraturan ACI 318 secara konstan tetap direvisi sesuai dengan perkembangan pengetahuan
dan pengalaman lapangan, sehingga tidak pernah ketinggalan zaman.
Dengan memilih ACI 318 sebagai dasar atau acuan bagi penyusunan SNI yang baru,
perkembangan dunia beton pracetak Indonesia dapat dimasukkan ke dalam batang tubuh SNI
tersebut, sehingga kondisi dan karakteristik dunia rekayasa struktur pada umumnya dan
rekayasa beton pracetak tercermin di dalamnya.
Problem yang relatif sulit diputuskan dan memakan waktu lama dalam proses pengambilan
keputusan adalah, pertanyaan apakah dibutuhkan SNI yang khusus diperuntukkan bagi beton
pracetak, mengingat betapapun, beton pracetak tetap saja merupakan bahan beton yang sudah
diatur dalam Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-17262002.
Namun dalam kenyataan, dihadapi kondisi bahwa Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002 yang sudah efektif selama hampir satu
dekade, masih dalam penggodokan revisi menjadi SNI yang terbarukan. Dalam hal ini, tata
cara ini direncanakan akan didasarkan atas ACI 318 versi terbaru. Di lain fihak, kebutuhan
adanya suatu SNI yang khusus mengatur beton pracetak sangat mendesak, karena dalam
beberapa dekade belakangan ini, praktek perencanaan dan pelaksanaan struktur beton
pracetak belum didasarkan atas suatu SNI khusus yang lengkap. Kita mengetahui bahwa Tata
Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002 didasarkan
pada ACI 318-99, yang belum mengatur aspek pracetak secara lebih ekstensif.
Di lain fihak, revisi Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 031726-2002 masih dinantikan kerampungannya, sehingga disepakati bahwa SNI beton
pracetak yang baru akan segera diberlakukan. Jika pada gilirannya, Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002 telah selesai disusun dan
diberlakukan, SNI beton pracetak juga akan segera diperbaharui.
BAB IV
PROSES PRODUKSI BETON PRACETAK
1. Tahap Design
Proses perencanaan suatu produk secara umum merupakan kombinasi dari ketajaman melihat
peluang, kemampuan teknis, kemampuan pemasaran. Persyaratan utama adalah struktur harus
memenuhi syarat kekuatan, kekakuan dan kestabilan pada masa layannya
2. Tahap Produksi
a. Moulding / membuat cetakan. Pabrik beton
e. Curing beton , dengan steam curing. Pada elemen-elemen beton yang besar steam
curing diberikan kedalam beton dengan
10
3.
Tahap Pascaproduksi
Terdiri dari tahap penanganan ( handling ), penyimpanan ( storage ), penumpukan
c.
Instal / Erection.
Memasang unit
pracetak pada
struktur, memasang
11
d. Finishing, no coating
Transportasi adalah pengangkatan elemen pracetak dari pabrik ke lokasi pemasangan. Sistem
transportasi berpengaruh terhadap waktu, efisiensi konstruksi dan biaya transport.
Yang perlu diperhatikan dalam system transportasi adalah :
a. Spesifikasi alat transport : lebar, tinggi, beban maks, dimensi elemen
b. Route transport : jarak, lebar jalan, kepadatan lalu lintas, ruang bebas bawah
jembatan, perijinan dari instansi yang berwenang.
12
Transportasi jalan raya sangat cocok untuk skala pembangunan dengan site yang
luas
Panjang maximum unit precast yang diisyaratkan dalam satu angkutan tidak
melebihi 30 m
Transportasi angkutan yang rendah ( biasanya untuk panel dinding dan lantai
memiliki kemampuan angkut 250 ton
fUntuk objek angkut panel dinding dan lantai sangat cocok menggunakan kendaraan
yanmg dilengkapi dengan kerangka khusus yang dapat mendukung dan melindungi
objek angkut.
g
Untuk objek yang panjang dan beban yang lebih besar dapat menggunakan dua
gerobak yang dihubungkan oleh beton precast itu sendiri
13
5. Erection
Menghandle dari kendaraan transport atau gudang dan lay down area ke tempat
pemasangan
Penyetelan
Pengikatan
Alat Pengangkat
Diusahakan agar alat pengangkat tidak dibebani dengan waktu penyetelan dan waktu
pengikatan.
14
Gerakan alat
Cara kerja
8
Frekuensi
Derricks
Tower Cranes
Goliath Cranes
2.
lebih leluasa
e) Biasanya untuk 3-5 tingkat
Cara pemasangan perlapis ( horizontal )
a) Dilakukan lantai perlantai
15
b)
c)
d)
e)
BAB V
PRINSIP-PRINSIP DALAM PRODUKSI BETON PRACETAK
Berikut prinsip-prinsip yang dapat diterapkan untuk desain struktural :
17
1. Struktur terdiri dari sejumlah tipe-tipe komponen yang mempunyai fungsi seperti
balok, kolom, dinding, plat lantai dll
2. Tiap-tipe komponen sebaiknya mempunyai sedikit perbedaan
3. Sistem sambungan harus sederhana dan sama satu dengan yang lain, sehingga
komponen-komponen tersebut dapat dibentuk oleh metode yang sama dan
menggunakan alat bantu yang sejenis
4. Komponen harus mampu digunakan untuk mengerjakan beberapa fungsi
5. Komponen-komponenharus cocok untuk berbagai keadaan dan tersedia dalam
berbagai macam-macam ukuran produksi
6. Komponen komponen harus mempunyai berat yang sama sehingga mereka bisa
secara hemat disusun dengan menggunakan peralatan yang sama
Ada tiga macam konstruksi prefabrikasi :
1. Pembuatan didalam sebuah pabrik, dimana komponen-komponen mudah untuk dibuat
dan nyaman untuk pengangkutan
2. Pembuatan pada site dengan menggunakan alat-alat mekanik
3. Rangkaian dari komponen dirakit ke dalam komponen-komponen yang lebih luas
Yang menjadi perhatian utama dalam perencanaan komponen betonpracetak seperti pelat
lantai, balok, kolom dan dinding adalah sambungan. Selainberfungsi untuk menyalurkan
beban-beban yang bekerja, sambungan juga harusberfungsi menyatukan masing-masing
komponen beton pracetak tersebut menjadisatu kesatuan yang monolit sehingga dapat
mengupayakan stabilitas strukturbangunannya. Beberapa kriteria pemilihan jenis sambungan
antara komponenbeton pracetak diantaranya meliputi:
1. Kekuatan (strength). Sambungan harus memilki kekuatan untuk dapatmenyalurkan gayagaya yang terjadi ke elemen struktur lainnya selamawaktu layan (serviceability), termasuk
adanya pengaruh dari rangkak dansusut beton.
2. Daktalitas (ductility)
18
20
Bentuk dan jenis sambungan merupakan bagian penting pada konstruksi beton
precast. Pada sambungan basah, penyambungan dilakukan dengan cara grouting atau
pengecoran di tempat. Penyambungan ini bertujuan mendapatkan kekuatan sambungan
balok-balok beton pracetak dengan pembebanan statis dan kemampuan struktur yang
disambung untuk meredam gaya luar yang bekerja dari pengujian dinamis. Metode
penyambungan elemen beton pracetak menggunakan bahan beton polimer dengan kecepatan
pengeringan 15 menit. Dengan metode ini kecepatan kostruksi struktur pracetak akan lebih
cepat dibanding dengan cor di tempat. Selain itu mutu material elemen struktur menggunakan
beton pracetak akan lebih baik.
Keuntungan utama yang diperoleh pada penggunaan pracetak adalah
penghematandalam acuan dan penopangnya. Manfaat yang diperoleh bergantung pada jumlah
pengulanganpekerjaan, dimana sebagai patokan penggunaan 50 kali atau lebih cetakan unit
beton pracetakmemberikan nilai ekonomis (Murdock dan Brook,1991, h.383).
Struktur beton bertulang yang dicor ditempat cenderung bersifat monolit dan
menerus.Sebaliknya, struktur pracetak terdiri dari sejumlah komponen yang dibuat di pabrik,
kemudiandisambung di lokasi bangunan sampai akhirnya membentuk struktur utuh. Pada
strukturpracetak, hubungan yang menghasilkan kontinuitas dengan memakai bantuan
perangkat keraskhusus, batang tulangan dan beton untuk menyalurkan semua tegangan tarik,
tekan dan geserdisebut sambungan keras (Winter dan Wilson, 1993, h.519). Hampir semua
sambunganpracetak menggunakan plat penahan untuk memastikan terjadinya tekanan reaksi
yangseragam dan sesuai dengan pehitungan. Apabila plat penahan terbuat dari baja dan plat
darikedua batang yang hendak disambung dihubungkan dengan baik memakai sambungan
lasatau sambungan lainnya, maka akan diperoleh sambungan keras yang dapat
menyalurkangaya vertikal dan gaya horizontal.
Struktur pracetak akan mengalami perubahan dimensi akibat rangkak, susut
dankehilangan prategang, disamping akibat terjadinya perubahan temperatur. Pada
awalperkembangan konstruksi pracetak ada kecenderungan untuk menggunakan sambungan
lunaksupaya memungkinkan terjadinya perubahan dimensi tanpa menyebabkan
terjadinyatambahan gaya pada batang-batang dan sambungan-sambungannya. Tetapi
pengalamanmemperlihatkan kurangnya stabilitas terhadap gaya lateral seperti angin dan
gempa. Olehkarena itu pembuatan struktur pracetak cenderung menggunakan sambungan
keras, yaitumemakai las atau baut, yang menghasilkan kontinuitas tinggi.
21
Sambungan yang hanya berdasarkan gaya friksi yang ditimbulkan oleh beban gravitasitidak
dapat digunakan (BSN, 2002, h.167). Perencanaan komponen struktur beton pracetakdan
sambungannya harus mempertimbangkan semua kondisi pembebanan dan
kekangandeformasi mulai dari saat fabrikasi awal hingga selesainya pelaksanaan struktur,
termasukpembongkaran cetakan, penyimpangan, pengangkutan dan pemasangan. Apabila
elemenpracetak membentuk diafragma atap dan lantai, maka sambungan antara diafragma
dengankomponen-komponen struktur yang ditopang secara lateral oleh diafragma tersebut
harusmempunyai kekuatan tarik nominal yang mampu menahan sedikitnya 4,5 kN/m (BSN,
2002,h.166). Kolom pracetak harus mempunyai kekuatan nominal tarik minimum sebesar
satusetengah kali luas efektif tereduksi (1,5 Ag). Panel dinding pracetak harus
mempunyaisedikitnya dua tulangan pengikat per panel, dengan kuat tarik nominal tidak
kurang dari 45kN per tulangan pengikat. Apabila gaya-gaya rencana tidak menimbulkan tarik
di dasarstruktur, maka tulangan pengikat yang diperlukan boleh diangkur ke dalam fondasi
pelatlantai beton bertulang (BSN, 2002, h.167).
Elliott (2002, h.216) menulis bahwa panjang lekatan setidaknya tiga puluh kalidiameter
tulangan. Kait digunakan kalau panjang penyaluran yang diperlukan terlalu panjang.Panjang
pengangkuran yang didapat dari eksperimen adalah antara 8 kali diameter sampai 15kali
diameter pada sisi yang tidak mengalami retak. Guna mengatasi kondisi terburuksebaiknya
digunakan tiga puluh kali diameter tulangan (Elliott, 2002, h.218).
ACI Committe 355 (1997, h.R-4 dan 5) mengusulkan beberapa macam
pengangkuranpada beton. Beban yang mungkin bekerja pada angkuradalah gaya tarik, gaya
geser, kombinasi gaya tarik dan geser, serta momen lentur (ACICommitte 355, 1997, h.R-10).
22
23
24
25
26
27
28
29
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
http://sukamabar.blogspot.co.id/2014/08/metode-pelaksanaan-beton-pracetak.html
https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF8#q=beton%20pracetak
http://adhipersadabeton.co.id/news/23-beton-pracetak-precast-beton-adalah-beton-pracetakyang-di-buat-dicetakan-dengan-ukuran-yang-sudah-ditentukan.html
30