Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
I Wayan Wiriawan
070115B036
LAPORAN PENDAHULUAN
ASAM URAT PADA Tn.K KELUARGA Tn. K
DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA LANSIA
DI DUSUN JIMBARAN DESA JIMBARAN
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat
oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).Menurut
Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari suatu
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.
Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya
(1997) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung
karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah
tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan
menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
Menurut WHO (1969) keluarga merupakan anggota rumah tangga
yang saling berhubungan melalui pertalian darah , adopsi atau perkawinan
(Setiadi, 2008). Sedangkan menurut Depkes RI ( 1988) keluarga adalah
inti terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2008).
2. Struktur Keluarga
Menurut Setiadi (2008), Struktur keluarga menggambarkan
bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya di masyarakat. Struktur
keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami
e. Keluarga kawin
Adalah hubungan sepasang suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara menjadi bagian keluaga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012)
membagi struktur keluarga menjadi empa elemen, yaitu komunikasi, peran
keluarga, nilai dan norma keluarga, dan kekuatan keluarga.
a. Struktur komunikasi keluarga.
Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional,
komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular. Komunikasi
emosional memungkinkan setiap individu dalam keluarga dapat
mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih, atau marah diantara
paran aggota keluarga. Pada komunikasi verbal anggota keluarga dapat
mengungkapkan apa yang diinginkan melalui kata-kata yang diikuti
dengan bahasa non verbal seperti gerakan tubuh. Komunikasi sirkular
mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga, misalnya
pada saat istri marah pada suami, maka suami akan mengklarifikasi
kepadai stri apa yang membuat istri marah.
b. Struktur peran keluarga.
Peran masingmasing anggaota keluarga baik secara formal maupun
informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga.
c. Struktur nilai dan norma keluarga.
untuk meneruskan
gizi
yang
seimbang,
memelihara
dan merawat
rangka
untuk
memberikan
pengetahuan,
keterampilan,
Memodifikasi
lingkungan
keluarga
untuk
menjamin
kesehatan
keluarga.
d. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi
keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan kesehatan yang ada).
5. Peran Keluarga
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem
(Kozier, 1995). Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam
maupun dari luar dan bersifat stabil.
Kemampuan
keluarga
dalam
berikut:
mengidentifikasi
mengenal masalah
masalah-masalah
kesehatan;
keluarga
mampu
keluarga
menggunakan
fasilitas
kesehatan
keluarga.
6. Kemampuan Keluarga
Perilaku manusia sangat kompleks yang terdiri dari 3 domain
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (Bloom, 1956 dalam Potter dan
Perry, 2005). Ketiga domain tersebut lebih dikenal pengetahuan, sikap
dan praktik.
biasanya
merupakan
strategi
adaptasi
positif
dan
sebagai hasil dari penggunaan strategi koping yang efektif dan sangat
berhubungan kompetensi keluarga
b. Koping Keluarga
Koping keluarga menunjuk pada analisa kelompok keluarga (analisa
interaksi). Koping keluarga didefinisikan sebagai respon positif yang
digunakan keluarga dalam menyelesaikan masalah (mengendalikan
stress). Berkembang dan berubah sesuai tuntutan/stressor yang
dialami. Sumber koping keluarga bisa internal yaitu dari anggota
keluarga sendiri dan eksternal yaitu dari luar keluarga.
c. Strategi adaptasi disfungsional
Dapat berupa penyangkalan dan ekploitasi terhadap anggota keluarga
seperti kekerasan terhadap keluarga, kekerasan terhadap pasangan,
penyiksaan anak, penyiksaan usia lanjut, penyiksaan orang tua, proses
pengkambinghitaman
dan penggunaan
ancaman.
Penyangkalan
1) Usia yang menyulitkan dimana suatu masa ketika anak tidak mau lagi
menuruti perintah dan ketika anak lebih dipengaruhi oleh teman
sebaya dari pada oleh orang tua dan anggota keluarga lain.
2) Usia tidak rapi, suatu masa ketika anak cenderung
tidak
peran
orang
tua
dan
guru
sangat
besar
untuk
mengikuti
kegiatan
bermain,
sehingga
kehilangan
2) Bahaya emosi
Anak masih menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang kurang
menyenangkan seperti marah yang meledak-ledak, cemburu sehingga
kurang disenangi orang lain.
3) Bahaya konsep diri
Anak mempunyai konsep diri yang ideal, biasanya merasa tidak puas
pada diri sendiri dan pada perlakuan orang lain. Anak cenderung
berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang
lain.
4) Bahaya yang menyangkut minat
Tidak minat pada hal-hal yang dianggap penting oleh teman sebaya
dan mengembangkan.
5. Tugas Perkembangan Sesuai dengan Tahap Perkembangan Usia Sekolah
a. Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah
dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehta.
b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
c. Memenuhi kebutuhan fisik keluarga
d. Sebagai keluarga muslim, hendaknya memahamkan pada anak sejak dini
tentang Islam
C. Konsep Teori Karies gigi
1. Pengertian Karies Gigi
Karies gigi adalah suatu proses penghancuran setempat jaringan
kalsifikasi yang dimulai pada bagian permukaan gigi melalui proses
dekalsifikasi lapisan email gigi yang diikuti oleh lisis struktur organik secara
enzimatis sehingga terbentuk kavitas (lubang) yang bila didiamkan akan
menembus email serta dentin dan dapat mengenai bangian pulpa (Dorland,
2010).
Karies gigi merupakan proses kerusakan gigi yang dimulai dari
enamel terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor
(multiple factors) di dalam rongga mulut yang berinteraksi satu dengan yang
lain. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor gigi, mikroorganisme, substrat
dan waktu (Chemiawan, 2004).
2. Etiologi Terjadinya Karies Gigi
Ada yang membedakan faktor etiologi dengan faktor risiko karies
yaitu etiologi adalah faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi
biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva)
dan faktor risiko karies adalah faktor modifikasi yang tidak langsung
mempengaruhi biofilm dan dapat mempermudah terjadinya karies. Karies
terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular
lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa
kurun waktu. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu
adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies
(Chemiawan, 2004). Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu
faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet
dan ditambah faktor waktu, yang digambarkan sebagai tiga lingkaran yang
bertumpang-tindih (Gambar 2.1). Untuk terjadinya karies, maka kondisi
setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan,
mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama
(Chemiawan, 2004).
a. Faktor Host Atau Tuan Rumah
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan
rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk
gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada
gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan
mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam.
Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak
mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel
merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang
gigi
memegang
peranan
peranan
penting
dalam
makan gula (sukrosa), maka yang terbentuk hanya sedikit. Tapi bila
konsumsi gula (sukrosa) dilakukan berkali-kali atau sering maka akan
terbentuk asam hingga pH mulut menjadi 5 (Chemiawan, 2004).
Asam dengan pH 5 ini dapat masuk ke dalam email melalui ekor
enamel port (port dentre). Tapi permukaan email lebih banyak mengandung
kristal fluorapatit yang lebih tahan terhadap serangan asam sehingga asam
hanya dapat melewati permukaan email dan akan masuk ke bagian bawah
permukaan email. Asam yang masuk ke bagian bawah permukaan email
akan melarutkan kristal hidroksiapatit yang ada. Apabila asam yang masuk
kebawah permukaan email sudah banyak, maka reaksi akan terjadi berulang
kali. Maka jumlah Ca yang lepas bertambah banyak dan lama kelamaan Ca
akan keluar dari email. Proses ini disebut dekalsifikasi, karena proses ini
terjadi pada bagian bawah email maka biasa disebut dekalsifikasi bagian
bawah permukaan. Ringkasan terjadinya karies gigi menurut Schatz
(Chemiawan, 2004) : Sukrosa + Plak = Asam, Asam + Email = Karies
5. Komplikasi karies gigi
Jika tidak ditangani, karies gigi biasanya menghancurkan sebagian
besar gigi dan menyebar ke jaringan sebelahnya, menyebabkan rasa sakit.
Invasi mikroba ke pulpa gigi mempercepat respons radang (pulpitis) yang
dapat menimbulkan rasa sakit (sakit gigi). Pulpitis dapat memburuk menjadi
nekrosis, dengan invasi bakteri ke tulang alveolus (abses gigi; abses
periapikal). Proses ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat dan disertai
komplikasi sepsis serta infeksi pada daerah muka. infeksi periapikal gigi
susu dapat menggangu perkembangan gigi tetap penggantinya
6. Diagnosis
Diagnosis pertama memerlukan inspeksi atau pengamatan pada
semua permukaangigi dengan bantuan pencahayaan yang cukup, kaca gigi, dan
eksplorer.Radiografi gigi dapat membantu diagnosis, terutama pada kasus
kariesinterproksimal. Karies yang besar dapat langsung diamati dengan mata
telanjang.Karies yang tidak ekstensif dibantu dulu dengan menemukan daerah lunak
padagigi dengan eksplorer..
Beberapa peneliti gigi telah memperingatkan agar tidak menggunakan.
eksplorer untuk menemukan karies. Pada kasus dimana sebuah daerah kecil pada gigi
telahmulai terjadi demineralisasi namun belum membentuk lubang, tekanan
melaluieksplorer dapat merusak dan membuat lubang..
Teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosis karies awal yang
belum berlubang adalah dengan tiupan udara melalui permukaan yang disangka,
untuk membuang embun, dan mengganti peralatan optik. Hal ini akan
membentuk sebuah efek "halo" dengan mata biasa. Transiluminasi serat
optik direkomendasikan untuk mendiagnosis karies kecil.
7. Penatalaksanaan karies gigi
a. Pengobatan karies gigi
Penanganan klinis terhadap nyeri dan infeksi akibat karies gigi
yang tidak di obati bervariasi, seiring dengan tingkat/perluasan
keterlibatan dan status medis penderita.
Pada umumnya, penanganan dapat dilakukan dengan cara
pencabutan dan pulpektomi. Antibiotika biasanya tidak diindikasikan,
kecuali
pada
penderita
dengan
daya
tahan
tubuh
terganggu,
berubah posisinya pada lengkungan gigi. Hal ini terutama penting dalam
pertumbuhan gigi permanen.
b. Penambalan karies gigi
Higiene mulut yang sangat baik dan pengobatan fluorida yang
optimal hanya sedikit berpengaruh dalam mengatasi karies pada
permukaan oklusal gigi. Penggunaan bahan tambalan terbukti efektif.
Tambalan adalah lapisan plastis yang secara profesional digunakan untuk
permukaan oklusal gigi posterior. Fisura gigi merupakan tempat-tempat
karies gigi yang paling umum karena fisura terlalu sulit untuk
dibersihkan secara mekanik, tetapi di fisura tersebutlah tempat
terkumpulnya produksi asam bakteri.
Bila sudah terjadi karies yang besar dan telah meluas ke arah
aproksimal, penggunaan tambalan lapisan plastis sudah tidak efektif.
Maka biasanya digunakan tambalan inlay.
Tambalan inlay merupakan tambalan yang dibentuk di luar mulut
dengan membuat modelnya terlebih dahulu (dapat bersifat logam atau
non logam) kemudian disemen pada kavitas.
fasilitas
mempunyai
pengalaman
yang
kurang
bulan sekali.
5) Minta keluarga untuk mengawasi makanan yang dikonsumsi anak.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, 2002. Ilmu Kesehatan Anak NELSON. Vol. II. Ed. 15. Jakarta: EGC
Hamrui,
2009. Faktor-Faktor
MakananKariogenik
Yang
Dengan
Mendukung
Terjadinya
Karies
Kebiasaan
Gigi
Makan-
Pada
Anak
Prasekolah.
Harris and Christen, 1995. Karies Gigi Pada Anak. Jakarta:EGC
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam Praktik.
Jakarta : EGC