You are on page 1of 5

DEVI NURVIDA AD

0310233019-23

SIAPA YANG MELAKUKAN FRAUD dan MENGAPA

A. TUJUAN PEMBAHASAN
Setelah membaca dan mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk: (1) Mengerti
mengapa orang-orang terlibat dalam fraud, (2) Mengerti tentang triangle (segitiga) fraud, (3) Mengerti
bagaimana tekanan kehidupan dapat memicu timbulnya fraud, (4) Mengerti mengapa kesempatan
selalu ada dan datang untuk terlibat dalam fraud, (5) Mengidentifikasi beberapa pengendalian yang
dapat mencegah dan mendeteksi adanya perilaku fraud, (6) Mengidentifikasi faktor-faktor non-
pengendalian yang dapat menimbulkan kesempatan untuk melakukan fraud, (7) Mengerti mengapa
orang-orang sangat rasional.
B. URAIAN
Siapa Saja yang Terlibat dalam Fraud
Pelaku fraud biasanya tidak dapat dibedakan dengan orang-orang yang lain dilihat dari segi
karakteristik psikologi maupun demografi. Penelitian beberapa tahun yang lalu melakukan studi
dengan membandingkan pelaku fraud dengan (1) narapidana yang dijebloskan di penjara karena
pelanggaran hak properti dan (2) contoh yang non-kriminal dari mahasiswa/pelajar. Hasilnya, para
pelaku fraud sangat berbeda dengan perbandingan nomor satu (narapidana pelanggaran hak properti).
Pelaku fraud umumnya lebih berpendidikan, lebih beragama, dan sedikit dari mereka yang memiliki
catatan kriminalitas. Mereka juga memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik. Sedangkan untuk
perbandingan yang nomor dua, yaitu dengan pelajar, mereka hanya berbeda tipis. Dimana pelaku
fraud cenderung lebih tidak jujur, lebih mandiri, lebih dewasa, lebih memiliki penyimpangan sosial,
serta lebih empatik daripada pelajar/mahasiswa.
Sangat peting untuk mengerti tentang karakteristik dari pelaku fraud, karena mereka kelihatan seperti
orang yang memiliki sifat atau perangai yang dicari oleh perusahaan dalam mencari karyawan,
mencari konsumen, dan memilih pemasok. Pengetahuan ini membantu kita untuk mengerti bahwa (1)
kebanyakan pegawai, konsumen, pemasok, dan partner bisnis memiliki kesesuaian atau cocok dengan
karakteristik yang dimiliki oleh pelaku fraud dan memiliki kemampuan untuk terlibat dalam fraud, (2)
sangat sulit untuk memprediksi apa yang menyebabkan pegawai, pemasok, klien, dan konsumen akan
menjadi tidak jujur.
Mengapa Orang-Orang Terlibat Fraud
Ada tiga alasan utama mengapa orang-orang melakukan fraud, yaitu: (1) tekanan (2) kesempatan dan
(3) suatu cara untuk merasionalisasi bahwa tindakan fraud diperbolehkan. Ketiga elemen itulah yang
kita sebut dengan fraud triangle. Disini akan dijelaskan masing-masing pengertian dari ketiga elemen
tersebut.
1. Elemen Pertama: Tekanan
Tekanan dapat dibagi menjadi empat tipe, yaitu:
Tekanan Financial
Tekanan finansial merupakan alasan yang paling umum yang menyebabkan banyak orang terlibat
dalam fraud. Misal melakukan kesalahan dalam melakukan investasi yang menyebabkan mereka
kehilangan uang mereka. Sayangnya, hanya sedikit dari pelaku fraud yang mau mengaku bahwa
mereka memiliki masalah keuangan. Faktanya, beberapa dari pelaku fraud adalah seorang
karyawan yang jujur sebelumnya. Salah satu studi menunjukkan bahwa 30% perilaku fraud mulai
ditunjukkan pelaku ketika mereka telah berpengalaman bekerja selama 3 tahun pertama sebagai
karyawan. 70% pegawai terlibat ketika mereka berpengalaman bekerja selama 4-35 tahun. Dan
kelompok umur pegawai yang menduduki peringkat tertinggi dalam perilaku fraud adalah mereka
yang telah berumur 35 dan 44 tahun.
Biasanya, ketika manajemen fraud terjadi, perusahaan melebih-lebihkan aktiva dalam neraca dan
pendapatan bersih dalam laporan keuangan. Perusahaan biasanya merasa ditekan untuk melakukan
hal tersebut, karena melemahnya posisi kas, banyak piutang yang tak tertagih, kehilangan
konsumen, persediaan banyak yang usang, penurunan pasar, dan membatasi kontrak atau
perjanjian pinjaman yang mana perusahaan melanggarnya.

1
DEVI NURVIDA AD
0310233019-23

Kejahatan/Pelanggaran
Gaya hidup bebas-tanpa kendali biasanya disebut-sebut sebagai pemicu orang-orang jujur dapat
terlibat dalan fraud. Contohnya, berjudi, memakai obat-obatan terlarang/narkoba, minum alkohol,
atau berbakat mencuri sejak umur yang masih dini. Hal-hal seperti itu dapat memicu tekanan
finansial, karena orang-orang akan membutuhkan uanng yang lebih banyak dari seharusnya untuk
memenuhi kebutuhannya itu.
Tekanan yang Berhubungan dengan Pekerjaan
Faktor-faktor yang memicu timbulnya fraud yang berhubungan dengan tekanan pekerjaan, yaitu
seperti tidak adanya penghargaan terhadap pekerjaan yang telah dilakukannya, ketidakpuasan
terhadap pekerjaan, ketakutan akan kehilangan pekerjaan, sedang mencari-cari promosi kenaikan
jabatan, serta kurangnya upah atau gaji yang diberikan.
Tekanan-tekanan yang Lain
Terkadang, fraud juga dapat dipicu oleh tekanan-tekanan yang lain, seperti keinginan istri/suami
yang menginginkan peningkatan gaya hidup yang lebih mewah serta keinginan untuk
menggerakkan atau memimpin system yang sedang berjalan, seperti perusahaan suami/istri
mereka. Kita terkadang sulit untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Biasanya kita
hanya dilatari oleh nafsu dan keinginan biasa untuk dapat meningkatkan kehidupan kita menjadi
lebih baik. Mengapa? Karena kita selalu berpersepsi bahwa orang yang “sukses” adalah orang
yang kaya, memiliki rumah besar, mobil, dan seabrek kemewahan lain. Tetapi kita tidak melihat
ke”sukses”an yang sebenarnya ada pada kehormatan, harga diri, kejujuran dan integritas kita. Dan
bagi sebagian orang kesuksesan dalam artian kaya lebih penting dibanding kejujuran. Jika tiap-tiap
individu memiliki integritas tinggi dan kesempatan yang rendah, mereka membutuhkan tekanan
yang tinggi atau sulit untuk dapat menjadi tidak jujur.
2. Elemen Kedua: Kesempatan
Setidaknya ada enam faktor utama yang dapat meningkatkan kesempatan bagi individu-individu
untuk dapat terlibat dalam tindakan fraud, yaitu: Kurangnya pengendalian yang mengitari untuk
dapat mencegah atau mendeteksi adanya perilaku kecurangan/fraud; Ketidakmampuan untuk
menilai kualitas dari performa kinerja. ;Gagal untuk mendisiplinkan pelaku fraud.; Kurangnya
akses informasi. ;Ketidak mampuan, ketidak cakapan, serta sikap apatis. ;Kurangnya jejak audit.
Faktor Pengendalian: Pengendalian yang Dapat Mencegah dan Mendeteksi Adanya Fraud.
Ada tiga komponen dalam struktur pengendalian perusahaan, yaitu:
• Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan atmosfir kinerja dari perusahaan yang dibangun untuk
para karyawan. Elemen paling utama dari lingkungan pengendalian yang layak adalah aturan
manajemen dan contoh. Menjadi contoh manajemen yang baik merupakan elemen pertama
dari pencegahan fraud. Dimana jika manajemen memberikan contoh yang tidak jujur maka
akan ditiru oleh karyawannya. Berkomunikasi dengan baik dengan karyawan adalah elemen
kedua paling penting untuk menjalankan lingkungan pengendalian yang efektif. Contoh-contoh
dari komunikasi yang baik adalah mengadakan manajemen perilaku, orientation meeting,
pelatihan, diskusi dengan supervisor/karyawan, serta pertemuan untuk membahas perbedaan
antara perilaku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima. Elemen ketiga yang
terpenting adalah dengan perekrutan karyawan dengan kulaifikasi yang layak. Misal, jika
dalam kualifikasinya terdapat catatan kriminal, kesalahan calon karyawan, temperamental yang
tidak terkontrol, alkoholik, ketergantungan obat-obatan terlarang, dan pola-pola yang
menyebabkan dia dipecat dari perusahaan sebelumya, maka lebih baik jika perusahaan tidak
menerimanya bekerja. Elemen keempat adalah struktur organisasi yang jelas, tiap-tiap
individu dalam organisasi tahu pasti siapa yang bertanggungjawab atas tiap-tiap aktivitas
bisnis.dengan struktur organisasi yang jelas kita akan dengan mudah mengetahui adanya asset-
aset yang hilang dan menelusurinya. Elemen kelima terpenting adalah bagian audit internal
yang efektif yang dikombinasikan dengan tindakan keamanan dan pencegahan
kehilangan. Meskipun internal auditor hanya dapat mendeteksi sekitar 20% dari karyawan
2
DEVI NURVIDA AD
0310233019-23

yang melakukan fraud, tetapi kehadiran dari internal auditor dapat memberikan efek deteksi
yang signifikan.
• Sistem Akuntansi
Setiap fraud terdiri atas tiga elemen uatama, yaitu (1) pencurian aset-aset, (2) merahasiakan
atau menyembunyikan fraud dan aset-aset yang telah dicurinya, dan (3) pelaku menukarkan
asset yang telah dicurinya menjadi uang kas dan dihabiskan untuk digunakan. Sistem akuntansi
yang efektif dapat menyediakan jejak audit untuk menelusuri adanya pencurian dan
penyembunyian aset-aset. Selain itu, sistem akuntansi juga harus melakukan pencatatan
transaksi akuntansi. Dan catatan transaksi tersebut harus: (1) valid (2) diotorisasi dengan baik
(3) lengkap (4) diklasifikasikan dengan baik (5) dilaporkan dalam periode yang tepat (6) dinilai
dengan baik (7) telah diringkas dengan baik.
• Prosedur atau Aktivitas Pengendalian
Ada lima prosedur atau aktivitas pengendalian uatama:
1) Pemisahan tugas/wewenang
Meliputi pembagian tugas menjadi dua bagian, jadi tidak ada individu yang memiliki
pengendalian secara penuh terhadap 1 tugas. Dual custody mengacu pada dua individu
bekerja dalam satu tugas. Biasanya pemisahan wewenang ini adalah yang paling mahal dari
aktivitas dan prosedur pengendalian yang lain.
2) Sistem Otorisasi
Sistem otorisasi yang layak dapat dilihat dari berbagai bentuk. Otorisasi password untuk
tiap-tiap individu yang ingin membuka komputer dan mengakses database perusahaan,
otorisasi tandatangan untuk tiap individu yang ingin memasuki tabungan perusahaan di
bank, melakukan pemeriksaan kas, menunjukkan fungsi lain dari institusi keuangan.
Otorisasi terbatas bagi individu yang ingin mengambil uang dari perusahaan sesuai dengan
hak dari begiannya.
3) Pemeriksaan Independen
Tiap-tiap orang diharapkan untuk tahu dan mengerti bahwa aktivitas dan performa kinerja
mereka telah dan sedang dimonitor oleh seseorang yang dipercaya oleh perusahaan. Seperti
ketika sementara karyawan mereka pergi, yang lainnya mengecek performa kinerja mereka,
rotasi kerja secara berkala, perhitungan dan sertifikasi kas, review supervisor,
memberlakukan aturan-aturan yang ketat bagi karyawan, dan menggunakan auditor.
4) Pengamanan Fisik
Melindungi aset-asetnya dengan misal, menyimpan uangnya di bank, menguncinya di
brankas, peralatan dan perlengkapan disimpan dan dikunci di lemari, dan lain sebagainya.
5) Dokumen dan Pencatatan
Dokumen dan pencatatan dapat digunakan sebagai alat pendekteksi adanya penyimpangan
aktivitas. Seperti, di bank disediakan laporan bulanan mengenai aktivitas yang terjadi di
tabungan perusahaan, siapa saja yang mengambil dan menyimpan akan dilaporkan di sana,
serta dokumen penjualan, pembelian, dan transaksi yang lain.
Faktor Non-Pengendalian: Ketidakmampuan untuk menilai kualitas dari performa kinerja
Jika kita meminta orang untuk memperbaiki pagar, kita dapat melihat performa dan kualitas
kinerja dari pekerja tadi apakah baik atau tidak, sesuai atau tidak dengan kontrak yang dijanjikan
dan apakah kita layak memberikannya bayaran yang pantas seperti perjanjian di kontrak. Tetapi
jika kita menilai kinerja dari pengacara, dokter, akuntan, ahli mesin, maupun mekanik, terkadang
masih sulit bagi kita untuk mengetahui performa mereka dan apakah kita pantas jika memberikan
bayaran sekian atau tidak pada mereka.
Faktor Non-Pengendalian: Gagal untuk mendisiplinkan pelaku fraud
Individu yang terlibat fraud tersebut tidak dihukum atau hanya diberhentikan saja tanpa ganjaran
yang berat sehingga terkadang mereka tidak kapok melakukan kegiatan fraud, karena hukumannya
ringan. Perasaan terhina atau rendah diri biasanya menjadi factor utama terjadinya perulangan

3
DEVI NURVIDA AD
0310233019-23

aktivitas fraud di masa depan. Karena itulah hukuman atau ganjaran yang berat sesuai besarnya
fraud yang dilakukannya dirasa pantas dan harus dijalankan.
Faktor Non-Pengendalian: Kurangnya akses informasi
Banyak fraud terjadi karena korban tidak memiliki akses informasi yang dimiliki oleh pelaku
fraud. Biasanya terjadi di manjemen fraud yang dilakukan oleh pelaku terhadap pemegang saham,
investor, dan debt holders, karena mereka adalah pihak ekstern perusahaan yang tidak memiliki
akses penuh untuk melihat informasi perusahaan seperti yang dipunyai oleh pelaku. Korban bias
saja untuk melindungi mereka dari perbuatan fraud dengan meminta dengan tegas pengungkapan
penuh, termasuk di dalamnya adalah pernyataan keuangan auditan, sejarah bisnis, dan informasi
lain yang mungkin berhubungan dengan tindakan fraud.
Faktor Non-Pengendalian: Ketidak mampuan, ketidak cakapan, serta sikap apatis
Orang-orang tua, individu dengan kesulitan atau keterbatasan bahasa, dan warga yang gampang
tersinggung sangat mudah sekali menjadi korban fraud, karena pelaku tahu bahwa orang-orang
semacam itu tidak memiliki kapasitas atau pengetahuan untuk mendeteksi perilaku illegal mereka.
Faktor Non-Pengendalian: Kurangnya jejak audit
Organisasi melakukan langkah yang tepat dengan membuat dokumen dan menyediakan jejak audit
sehingga transaksi dapat direkonstruksi dan ditelaah lagi lain waktu. Banyak fraud yang
melibatkan pembayaran kas dan manipulasi pencatatan yang tidak dapat diikuti, karena mereka
harus merahasiakannya dari umum. Ketika berhadapan dengan keputusan untuk mengambil
pencatatan keuangan yang mana yang harus mereka manipulasi, kebanyakan mereka para pelaku
memilih pernyataan pendapatan, karena mereka tahu bahwa jejak auditnya akan segera dihapus.
3. Elemen Ketiga: Rasionalisasi
Rasionalisasi disini maksudnya adalah pelaku fraud meyakinkan diri mereka sendiri bahwa fraud
tersebut diperbolehkan dengan berbagi argumentasi yang mereka berikan. Semisal seperti Robin
Hood, dia melakukan tindakan fraud, yaitu mencuri harta orang kaya. Seharusnya hal demikian
tidak boleh dilakukan, tetapi dia berargumentasi bahwa dia memberikan harta yang dicurinya
tersebut kepada orang miskin. Sehingga menurut dia hal tersebut (fraud) diperbolehkan karena
bertujuan baik. Ada beberapa rasionalisasi yang biasanya digunakan oleh para fraudsters/pelaku
fraud, yaitu: ‘perusahaan meminjamkannya padaku’; ‘aku hanya meminjam-nanti akan
kukemablikan lagi’; ‘tidak ada orang yang terluka’; ‘aku pantas mendapatkan lebih’; ‘ini untuk
tujuan baik’; ‘kami akan memperbaiki pencatatan secepatnya setelah kesulitan ekonomi kami
selesai’; ‘sesuatu harus dikorbankan, entah tiu integritasku atau reputasiku’.
C. Simpulan
Pelaku fraud umumnya lebih berpendidikan, lebih beragama, dan sedikit dari mereka yang memiliki
catatan kriminalitas. Mereka juga memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik. Pengetahuan ini
membantu kita untuk mengerti bahwa (1) kebanyakan pegawai, konsumen, pemasok, dan partner
bisnis memiliki kesesuaian atau cocok dengan karakteristik yang dimiliki oleh pelaku fraud dan
memiliki kemampuan untuk terlibat dalam fraud, (2) sangat sulit untuk memprediksi apa yang
menyebabkan pegawai, pemasok, klien, dan konsumen akan menjadi tidak jujur. Ada tiga alasan
utama mengapa orang-orang melakukan fraud, yaitu: (1) tekanan (2) kesempatan dan (3) suatu cara
untuk merasionalisasi bahwa tindakan fraud diperbolehkan. Ketiga elemen itulah yang kita sebut
dengan fraud triangle. Tekanan dapat dibagi menjadi empat tipe, yaitu: tekanan finansial, tekanan
kejahatan, tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan, dan tekanan lain-lain. ada enam faktor utama
yang dapat meningkatkan kesempatan bagi individu-individu untuk dapat terlibat dalam tindakan
fraud, yaitu: Kurangnya pengendalian yang mengitari untuk dapat mencegah atau mendeteksi adanya
perilaku kecurangan/fraud; Ketidakmampuan untuk menilai kualitas dari performa kinerja. ;Gagal
untuk mendisiplinkan pelaku fraud.; Kurangnya akses informasi. ;Ketidak mampuan, ketidak cakapan,
serta sikap apatis. ;Kurangnya jejak audit. Ada lima prosedur atau aktivitas pengendalian utama:
Pemisahan tugas/wewenang, Sistem Otorisasi, Pemeriksaan Independen, Pengamanan Fisik, Dokumen
dan Pencatatan

4
DEVI NURVIDA AD
0310233019-23

You might also like