Professional Documents
Culture Documents
Dengan dasar klasifikasi tersebut di atas, definisi dari berbagai ahli akan dibagi
(dikluster) sesuai dengan lapis pemaknaan tersebut. Namun, secara luas, penulis
membagi definisi--baik definisi langsung maupun dari artikel-- berdasarkan fokus
efisiensi kerjanya sebuah kebijakan publik. Artinya, di ranah mana sebuah formula
kebijakan diperkuat. Dari pemerintah, pelaku (legislasi), ataukah pada masyarakatnya,
sehingga kebijakan tersebut dapat berjalan sesuai kebutuhan.
1 Empat klasifikasi tersebut adalah klasifikasi umum yang disampaikan oleh Bp. Purwo Santoso dalam mata kuliah
Kebijakan Publik.
2 Drs. Hessel Nogi S. Tangkilisan, MSi, 2003, Kebijakan Publik Yang Membumi, Lukman Offset & YPAPI, Yogyakarta,
Hlm. 1
2. Easton (1969)
3. Anderson (1975)
3) kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi
bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan;
4) kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan
pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam
arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu;
Dari definisi Anderson, kebijakan publik merupakan serangkaian fase kerja pejabat
publik (kebijakan publik sebagai proses manajemen). Dan itu artinya, penekanan
atau fokus efisiensinya ada pada ranah legislasi (pelaku kebijakan).
3 Ibid, Hlm. 2
4 Ibid, Hlm. 2
4. Arief Ramelan Karseno, MA.,Ph.D.
Kebijakan publik dipahami sebagai kebijakan, baik politik, ekonomi, dan sosial yang
diambil secara kolektif, demi kepentingan/keuntungan masyarakat secara bersama-
sama (kolektif). Kebijakan Publik itu bisa berbentuk “aturan atau rambu-rambu”
perdagangan dalam hubungan ekonomi antara anggota masyarakat; bisa berbentuk
pembuatan atau penyediaan barang yang akan dipakai bersama (disebut barang
publik) atau bahkan, bisa berbentuk hukum dan kode etik hubungan antara manusia
sebangsa yang sering kita sebut dengan budaya yang diterima secara umum dalam
masyarakat itu. 5
Kebijakan publik sebagai apa yang tidak dilakukan maupun yang dilakukan oleh
pemerintah. 6
Dari definisi Dye, jelas bahwa kebijakan publik masuk dalam klasifikasi decision
making.
5 Lih. Dari Jogja Untuk Indonesia : Sebuah Wacana Kebijakan Publik, PT. Hanindita Graha Widya dan INSPECT,
Yogyakarta, Hlm. 2. Arief Ramelan Karseno, M.A., Ph.D. (Ed.), 2003 dalam pendahuluan.
6 op.cit hal. 1
7 Ibid hal 15. Lih. Artikel Sosialisasi Kebijakan Publik oleh Dharma Gupta
7. Ratih Pratiwi Anwar, S.E. M.Si
Dari artikelnya, dapat dilihat bahwa Ratih cenderung mengartikan kebijakan publik
sebagai proses pengambilan keputusan. Dia menitikberatkan sebuah kebijakan pada
cara pemerintah menciptakan sebuah kebijakan yang menguntungkan bagi rakyat
banyak. Dicontohkan dalam artikelnya tentang perlindungan terhadap obat lokal.
Masuknya obat-obat modern dan gaya hidup masyrakat yang mulai menimbulkan nilai
lokalitas membuat Ratih berpikir harus ada institusi yang berani menciptakan kebijakan
yang melindungi pembuat obat tradisional. Dan di situlah negara dan pejabat publik
diperlukan.8
Kebijakan publik masuk dalam klasifikasi intervensi pemerintah. Cukup jelas dalam
tulisannya, dicontohkan maslah pendidikan. Di sini pendidikan adalah proses
pengenalan terhadap kebijakan itu sendiri. Dengan menjadikan masyarakat sebagai
manusia yang berpendidikan, diharapkan masyarakat menjadi sosok yang mampu
menghargai atau memberi apresiasi terhadap sebuah profesi—sehingga tidak perlu
banyak kebijakan untuk membuatnya tetap diterima. Kebijakan publik kemudian
menjadi lebih fokus pada prosedur kerja sistem sosial, bukan pada prosedur tatanan
orang-orang yang melakukan kebijakan tersebut. Dengan masyarakat yang
berpendidikan, artinya, intervensi pemerintah dalam sebuah perubhan struktur
masyarakat begitu besar. Dan itu artinya, langsung atau tidak, akan ada efek kebijakan
untuk problem solving sebuah struktur masyarakat. Intinya, pendidikan itu sendiri
harus mampu menyesuaikan dengan sistem sosial yang tepat untuk menghasilkan
kebijakan yang tepat pula.9
8 Ibid hal 122. Lih. Artikel Sehat dengan Obat Lokal oleh Ratih Pratiwi Anwar
9 bid hal 25. Lih. Artikel Degradasi Sosial Dunia Pendidikan oleh Djoko Wintolo
Referensi
Karseno, Arief Ramelan, M.A., Ph.D. (Ed.). 2003. Dari Jogja Untuk Indonesia; Sebuah
Wacana Kebijakan Publik. PT. Hanindita Graha Widya & INSPECT. Yogyakarta.
Tangkilisan, Hessel Nogi S. Drs. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Lukman Offset &
YPAPI. Yogyakarta.