Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
produsen teknologi yang didukung oleh sumber daya manusia berkualitas dan
antara 4 dan 5 untuk semua jenjang pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa
prestasi belajar matematika masih rendah dibanding mata pelajaran yang lain.
(Media Indonesia; 1999). Hal ini dapat kita lihat pada tabel sebagai berikut:
1
2
Tabel 1. Nilai Rata-rata Nem/EBTA di Wilayah DIY pada Tingkat SD, SMP dan
SMA Periode 1987-1998.
(BASIS.2004:19)
wakil Indonesia selalu pada ranking bawah kecuali tahun 2003 yang naik agak
MATEMATIKA SAINS
NEGARA RANKING SKOR NEGARA RANKING SKOR
Singapura 1 dari 38 604 Cina,Taipei 1 dari 38 569
Indonesia 34 dari 38 403 Indonesia 32 dari 38 435
Afrika Selatan 38 dari 38 275 Afrika Selatan 38 dari38 243
Sumber data:http://nces.ed.gov/timss/result.asp
1 Finlandia 546
1 Hongkong 560
Cina
1 Korea 552
1 Luxemberg 48.239
39 Indonesia 371
39 Indonesia 367
38 Indonesia 393
41 Indonesia 3.043
41 Peru 327
41 Peru 292
41 Peru 333
40 Albania 3.506
Sumber data:OECD/UNESCO-UIS 2001
(Marpaung.BASIS,2004:17-18)
telah menunjukkan hasil nyata seperti dasar bagi disain ilmu tehnik misalnya
sosial dan ekonomi dan dapat memberikan warna kepada kegiatan seni lukis,
proses dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan yang
pembentukan konsepsi tentang alam suatu hakikat dan tujuan manusia dalam
5
sangat besar dalam hal memacu terjadinya perkembangan secara cermat dan
pula.
Kalau tidak, siswa akan menghadapi banyak masalah karena hampir semua
nilainya rendah
yang dicari dan disenangi siswa. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa
dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu faktor diantaranya adalah proses
belajar -mengajar.
belajar yang optimal. Media dan sumber belajar yang digunakan dalam proses
belajar mengajar dipilih atas dasar tujuan dan bahan yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu guru sebagai subjek belajar harus dapat memilih media dan
sumber belajar yang tepat sehingga bahan yang disampaikan dapat diterima
siswa agar belajarnya optimal. Dengan kata lain mengajar tidak semata-mata
berorientasi pada hasil (by product) tetapi juga berorientasi pada proses (by
proses) dengan harapan semakin tinggi pula hasil yang dicapai. Dengan
menggunakan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), dalam hal ini tidak terlepas
belajar mengajar. Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut
tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi
belajar mengajar yang efektif. Suatu proses belajar mengajar yang tidak
menggunakan media akan merupakan suatu "proses belajar yang kering" yang
bilangan (number sense) yang tidak hanya bermakna mengenal dan terampil
pengetahuan bilangan.
visual. Di sisi lain anak-anak kelas III SD cenderung memiliki sifat hiperaktif,
sulit untuk diam, cenderung ribut dan daya tangkap terhadap pelajaran sangat
heterogen (ada yang cepat dan ada yang sangat lambat) (Bonasir, 2003 : 177).
runtutan materi pada buku acuan, selain itu guru lebih aktif dilain pihak siswa
cenderung pasif dan kurang kreatif. Hal itu dapat menyebabkan guru pengajar
objek yang digunakan untuk berlatih belajar matematika yang lazim disebut
pembelajaran agar lebih menarik dan menyenangkan. Hal ini dapat dilakukan
media pembelajaran.
itu media kartu akselerasi nampaknya belum banyak dikembangkan oleh para
kartu pecahan belum tersedia, guru harus membuat sendiri. Kartu ini sudah
2004/2005.
9
B. Identifikasi Masalah
minat perhatian siswa selama pelajaran berlangsung dan cara membantu siswa
lainnya.
3. Pelajaran matematika selama ini menjadi momok dan ditakuti oleh para
siswa.
membosankan.
C. Rumusan Masalah
pembelajaran matematika ?.
10
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai ataupun yang diharapkan adalah:
E. Penegasan 1stilah
1. Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tepat guna. Efektivitas
4. Pembelajaran Matematika
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
b. Dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini pula dapat dijadikan
G. Sistematika Skripsi
lembar pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, sari, daftar isi,
Bab II : Landasan teori dan hipotesis berisi mengenai tinjauan pustaka yang
hipotesis.
13
Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan berisi penyajian data secara garis
pembahasan hasilnya.
penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
produsen teknologi yang didukung oleh sumber daya manusia berkualitas dan
antara 4 dan 5 untuk semua jenjang pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa
prestasi belajar matematika masih rendah dibanding mata pelajaran yang lain.
(Media Indonesia; 1999). Hal ini dapat kita lihat pada tabel sebagai berikut:
15
Tabel 1. Nilai Rata-rata Nem/EBTA di Wilayah DIY pada Tingkat SD, SMP dan
SMA Periode 1987-1998.
(BASIS.2004:19)
wakil Indonesia selalu pada ranking bawah kecuali tahun 2003 yang naik agak
MATEMATIKA SAINS
NEGARA RANKING SKOR NEGARA RANKING SKOR
Singapura 1 dari 38 604 Cina,Taipei 1 dari 38 569
Indonesia 34 dari 38 403 Indonesia 32 dari 38 435
Afrika Selatan 38 dari 38 275 Afrika Selatan 38 dari38 243
Sumber data:http://nces.ed.gov/timss/result.asp
1 Finlandia 546
1 Hongkong 560
Cina
1 Korea 552
1 Luxemberg 48.239
39 Indonesia 371
39 Indonesia 367
38 Indonesia 393
41 Indonesia 3.043
41 Peru 327
41 Peru 292
41 Peru 333
40 Albania 3.506
Sumber data:OECD/UNESCO-UIS 2001
(Marpaung.BASIS,2004:17-18)
telah menunjukkan hasil nyata seperti dasar bagi disain ilmu tehnik misalnya
sosial dan ekonomi dan dapat memberikan warna kepada kegiatan seni lukis,
proses dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan yang
pembentukan konsepsi tentang alam suatu hakikat dan tujuan manusia dalam
18
sangat besar dalam hal memacu terjadinya perkembangan secara cermat dan
pula.
Kalau tidak, siswa akan menghadapi banyak masalah karena hampir semua
nilainya rendah
yang dicari dan disenangi siswa. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa
dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu faktor diantaranya adalah proses
belajar -mengajar.
belajar yang optimal. Media dan sumber belajar yang digunakan dalam proses
belajar mengajar dipilih atas dasar tujuan dan bahan yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu guru sebagai subjek belajar harus dapat memilih media dan
sumber belajar yang tepat sehingga bahan yang disampaikan dapat diterima
siswa agar belajarnya optimal. Dengan kata lain mengajar tidak semata-mata
berorientasi pada hasil (by product) tetapi juga berorientasi pada proses (by
proses) dengan harapan semakin tinggi pula hasil yang dicapai. Dengan
menggunakan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), dalam hal ini tidak terlepas
belajar mengajar. Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut
tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi
belajar mengajar yang efektif. Suatu proses belajar mengajar yang tidak
menggunakan media akan merupakan suatu "proses belajar yang kering" yang
bilangan (number sense) yang tidak hanya bermakna mengenal dan terampil
pengetahuan bilangan.
visual. Di sisi lain anak-anak kelas III SD cenderung memiliki sifat hiperaktif,
sulit untuk diam, cenderung ribut dan daya tangkap terhadap pelajaran sangat
heterogen (ada yang cepat dan ada yang sangat lambat) (Bonasir, 2003 : 177).
runtutan materi pada buku acuan, selain itu guru lebih aktif dilain pihak siswa
cenderung pasif dan kurang kreatif. Hal itu dapat menyebabkan guru pengajar
objek yang digunakan untuk berlatih belajar matematika yang lazim disebut
pembelajaran agar lebih menarik dan menyenangkan. Hal ini dapat dilakukan
media pembelajaran.
itu media kartu akselerasi nampaknya belum banyak dikembangkan oleh para
kartu pecahan belum tersedia, guru harus membuat sendiri. Kartu ini sudah
2004/2005.
22
I. Identifikasi Masalah
minat perhatian siswa selama pelajaran berlangsung dan cara membantu siswa
lainnya.
3. Pelajaran matematika selama ini menjadi momok dan ditakuti oleh para
siswa.
membosankan.
J. Rumusan Masalah
pembelajaran matematika ?.
23
K. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai ataupun yang diharapkan adalah:
L. Penegasan 1stilah
1. Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tepat guna. Efektivitas
4. Pembelajaran Matematika
M. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
b. Dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini pula dapat dijadikan
N. Sistematika Skripsi
lembar pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, sari, daftar isi,
Bab II : Landasan teori dan hipotesis berisi mengenai tinjauan pustaka yang
hipotesis.
26
Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan berisi penyajian data secara garis
pembahasan hasilnya.
penelitian
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakikat Belajar
1. Pengertian Belajar
latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku baik yang
diantaranya:
menetap dalam potensi tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari
akibat dari upaya-upaya atau latihan yang dilakukan secara sadar dan
b. Faktor-faktor sosial
2) Faktor-faktor sosial
a. Faktor Fisiologis
b. Faktor Psikologis
2. Pembelajaran Matematika di SD
a. Teori Thorndike
hukum ini belajar akan lebih berhasil bila respon murid terhadap
b. Teori Skinner
c. Teori Gagne
aturan.
dan prinsip adalah obyek yang paling abstrak yang berupa sifat
demonstrasi.
a. Teori Piaget
anak. Anak usia 11-12 tahun belum mencapai tahap ini. Tahap
kongkret adalah :
deduktif.
abstrak.(Suminarsih, 2003:4).
b. Teori Bruner
matematika formal.
c. Teori Dienes
konsep dan strukturnya, (2) terdapat proses yang wajar dan harus
dan dimulai dengan benda kongkret secara intuitif, kemudian pada tahap-
tahap yang lebih tinggi (sesuai kemampuan siswa ). Konsep ini diajarkan
dalam bentuk yang abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum
sebelumnya.
66).
hari.
kegiatan matematika.
(Depdikbud, 1994:111-112)
dimulai dari yang kongkret ke abstrak, dari hal yang mudah ke hal
terlebih dahulu. Dan guru memiliki peran yang sangat besar dalam
yang ada pada siswa atau ancaman yang datang dari pengajar atau
antara guru dan siswa dalam kelas harus dapat membuat siswa lebih
dengan lancar dan tujuan yang berupa hasil belajar bisa tercapai
berikut :
pemaduan berbagai metode secara tepat. Dalam hal ini perlu diingat
keterampilan matematika
8) penggunaan kalkulator
nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru (Purwodarminto, 1993:700).
pelajaran yang biasanya ditunjukan dengan nilai tes yang diberikan guru.
dengan SMA bahkan mungkin sampai perguruan tinggi belum bagus. Hal
43
ini dapat dilihat dari hasil prestasi belajar yang sangat rendah. Rata-rata
nasional NEM untuk matematika sejak beberapa tahun yang lalu sangat
rendah. Kurang dari 6 untuk SD, dan kurang dari 5 untuk SMA .Makin ke
atas makin rendah (Marpaung, 1999). Ada berbagai alasan yang masuk
pada siswa
c. Bekal yang dibawa guru dari dia dipersiapkan menjadi guru kurang
memadai.
tidak terlepas dari peran dan kompetensi guru dalam proses belajar-
belajar yang nyaman dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga
konsekuensi sbb:
44
sarana dan prasarana yang memadai dalam hal ini penggunaan media
biasanya didasarkan atas relevansinya dengan isi dan bahan ajar, tujuan
penggunaan media, karena media adalah salah satu faktor penting yang
B . Media Pembelajaran
1. Pengertian Media
atau chanel, mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan
waktu. Kini dengan bantuan media batas-batas itu hampir tidak ada.
alat untuk lalu lintas suatu pesan antara komunikator dan komunikan.
(Darhim,1993 : 6).
secara baik oleh peserta didik. Jika pertama-tama disajikan dalam bentuk
pengalaman konkret.
membutuhkan alat bantu berupa alat peraga atau media. Dalam penelitian
“pecahan”.
sebagainya.
47
deduktif”
dan sebagainya.
umumnya siswa berpikir dari hal yang kongkret menuju hal-hal yang
abstrak, maka salah satu jembatannya agar siswa mampu berpikir abstrak
matematika mempunyai nilai atau fungsi yang telah khusus antara lain :
optimal.
berikut ini.
Akselerasi 3 Sama
diberikan
KARTU AKSELERASI
MATERI : PECAHAN
B. STUDI : MATEMATIKA
Nama : .............................
Kelas : .........................
50
berikut :
KARTU AKSELERASI
MATERI : PECAHAN
B. STUDI : MATEMATIKA
Nama : ................................
Kelas : ................................
Wow Nilaiku
Bagian Depan
Bagian Belakang
c) Membuat kartu yang sudah diisi dengan soal-soal dari materi yang
KARTU AKSELERASI
MATERI : PECAHAN
B. STUDI : MATEMATIKA
Menunjukan Pecahan Per berapakah daerah yang
Nama : ........................
…
…
…
Kelas : ........................
berbayang-bayang pada gambar berikut ini?
9
…
…
8
2
…
…
…
4
7
1
Bagian Depan
Bagian Belakang
Gambar 3. Kartu Akselerasi yang sudah diisi dengan soal-soal untuk siswa pria
53
d) Membuat kartu yang sudah diisi dengan soal-soal dari materi yang
KARTU AKSELERASI
MATERI : PECAHAN
B. STUDI : MATEMATIKA
…
…
Menunjukan Pecahan Per berapakah daerah yang
Nama : ...........................
berbayang-bayang pada gambar berikut ini?
9
Kelas : ...........................
…
…
8
2
…
…
Wow Nilaiku
4
7
1
Bagian Depan
Bagian Belakang
e) Berikut contoh kartu akselerasi yang telah diterapkan dan diisi oleh
siswa.
Bagian Depan
KARTU AKSELERASI
MATERI : PECAHAN
B. STUDI : MATEMATIKA
Bagian Belakang
5/6
3/4
=
=
2/4
3/6
+
+
1/4
2/6
Kerjakanlah!
minat siswa.
sendiri.
buku.(Bonasir, 2003:179).
siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga di perguruan tinggi. Berdasarkan
matematika di sekolah sebagai alat, pola pikir, dan ilmu pengetahuan atau
pengalaman..
yang sulit oleh sebagian besar siswa. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor
sebagai berikut:
Adanya tuntutan orang tua agar anaknya mendapatkan nilai yang baik
selama ini menjadi momok yang menakutkan dan tidak diminati siswa, untuk
yang nyaman dan menyenangkan. Sehingga siswa merasa senang dan tertarik
1) Bilangan bulat
2) Garis bilangan
4) Pecahan
6) Bilangan cacah
E. Kerangka Berpikir
yang menakutkan. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk dapat
memotivasi siswa untuk lebih tertarik dan tidak takut pada pelajaran
media pembelajaran dapat diharapkan siswa akan tertarik, senang, dan tidak
memahami dan mendalami materi yang diajarkan. Dengan kata lain proses
pembelajaran menggunakan kartu akselerasi lebih efektif dari pada yang tanpa
menggunakan kartu.
F. Hipotesis
meningkatkan hasil belajar bagi siswa kelas III SD Negeri Petompon I-II
BAB III
METODE PENELITIAN
(validitas, reabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda) dan teknik analisa data.
A. Rancangan Penelitian
penelitian ini termasuk penelitian eksperimen. Dengan cara ini peneliti sengaja
benar untuk melihat hubungan sebab akibat dan perlakuan terhadap variabel
61
bebas dilihat hasilnya pada variabel terikat (Ruseffendi dan Achmad Sanusi,
1994 : 27-32)
ii. Paling tidak ada dua kelompok/ kondisi yang berbeda pada saat yang sama
dengan menggunakan media kartu akselerasi. Selain itu ada pula kelompok
siswa kelas I SD Negeri Petompon I sedangkan kontrol adalah siswa kelas III
Designs”. Matched Groups Designs” , atau disebut dengan singkat pola M-G,
dahulu diadakan matching antara group eksperimen dan group kontrol. Antara
sehingga dua-duanya berangkat dari titik tolak yang sama (Sutrisno Hadi : 475).
matematika semester II. Untuk itu peneliti, menyusun treatment dalam bentuk
dan perempuan, umur siswa yang sebaya, dan nilai semester II. Program
satuan pelajaran, daftar nama siswa, dan umur, serta nilai ulangan semester II
(Terlampir).
63
berikut:
Eksperimen E X Ye
Kontrol K - Yk
1. Populasi
populasi dalam penelitian ini adalah mempunyai usia yang sebaya, artinya
perbedaan usia tidak terlalu jauh, waktu belajar yang sama, dan
2. sampel
tertentu yang dipandang ada kaitannya dengan sifat populasi yang sudah
diketahui sebelumnya.
adalah seluruh siswa kelas III SD N Petompon I dan II. Dalam penelitian
kelompok kontrol.
C. Variabel Penelitian
sebagai berikut:
65
1. Variabel eksperimen
a. Situasi Kelas
b. Langkah-Langkah Pembelajaran:
pembelajaran.
matematika.
7) Pembahasan evaluasi
66
membandingkan 2 pecahan.
diuraikan dimuka. Oleh karena itu penelitian membutuhkan dua group atau
seperti yang dimaksud dalam penelitian, untuk itu peneliti menyusun paket
pola eksperimen yang dipilih pola M-G atau matching group design, maka
matching.
67
hasil eksperimen.
b. Umur siswa
3. Variabel ekstra
adalah: kegiatan siswa diluar sekolah yang bersifat ekstra, cara belajar
siswa dirumah, gizi siswa, kesehatan siswa, presensi siswa dan lain-
1. Metode Dokumentasi
tentang nama siswa, data umur siswa, dan data nilai semester II
(Terlampir).
2. Metode tes
Selanjutnya data hasil tes dianalisis dengan rumus yang telah ditentukan.
mempengaruhi.(Arikunto,1999:164-165)
Setelah soal tersusun, kemudian dilakukan uji coba perangkat tes serta
3X pertemuan.
sebagai alat bantu mengajar yang terbuat dari kertas tebal berwarna-
(Bonasir, 2003:177).
batasan materi yang akan diajarkan. Pada penelitian ini bahan yang
kesukaran.
1. Validitas Tes
atau validitas butir soal. Hal ini karena peneliti ingin mengetahui
valid dan tidaknya instrumen atas dasar kevalidan soal setiap butir
72
efektif.
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rxy =
{N ∑ X 2
− (∑ X )}{N ∑ Y − (∑ Y )}
2 2 2
Keterangan :
Y = Skor total
(Arikunto, 2002:162)
2. Reliabilitas Tes
memberikan hasil yang tetap. Reliabel tes dalam penelitian ini diuji
berikut:
K Vt − ∑ pq
r11=
K − 1 Vt
Keterangan :
Vt = Varians total
(Arikunto, 2002:163)
dengan taraf signifikansi tertentu. Jika r11> rtabel, maka instrumen tersebut
reliabel.
Bila siswa yang pandai lebih banyak menjawab benar dari pada
siswa yang kurang pandai maka soal itu mempunyai daya pembeda yang
74
baik. Sebaliknya jika siswa yang kurang pandai menjawab lebih banyak
benar dari pada siswa yang pandai maka soal itu mempunyai daya
pembeda yang jelek. Untuk menentukan daya pembeda soal, diambil 50%
BA BB
D= − = PA − PB
JA JB
Keterangan :
D = Indeks diskriminasi
dengan benar
dengan benar
(Arikunto, 1996:213-214)
3. Indeks Kesukaran
gagal menjawab benar atau memperoleh skor nilai dibawah lulus untuk
B
P =
JS
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
kesukaran yaitu :
(Arikunto, 1997:208-210)
Tingkat
Validitas Daya Pembeda
No Kesukaran Ket
rhitung rtabel Kriteria DP Kriteria IK Kriteria
1 0.566 0.349 Valid 0.25 Cukup 0.69 Sedang Dipakai
2 0.593 0.349 Valid 0.50 Baik 0.69 Sedang Dipakai
3 0.297 0.349 Tidak 0.19 Jelek 0.84 Mudah Dibuang
4 0.429 0.349 Valid 0.50 Baik 0.69 Sedang Dipakai
5 0.327 0.349 Tidak 0.19 Jelek 0.28 Sukar Dibuang
6 0.556 0.349 Valid 0.38 Cukup 0.44 Sedang Dipakai
7 0.393 0.349 Valid 0.19 Jelek 0.28 Sukar Dibuang
8 0.658 0.349 Valid 0.31 Cukup 0.84 Mudah Dipakai
9 0.557 0.349 Valid 0.25 Cukup 0.88 Mudah Dipakai
10 0.319 0.349 Tidak 0.25 Cukup 0.81 Mudah Dibuang
11 0.488 0.349 Valid 0.25 Cukup 0.63 Sedang Dipakai
12 0.588 0.349 Valid 0.31 Cukup 0.84 Mudah Dipakai
13 0.251 0.349 Tidak 0.13 Jelek 0.25 Sukar Dibuang
14 0.329 0.349 Tidak 0.06 Jelek 0.91 Mudah Dibuang
15 0.447 0.349 Valid 0.50 Baik 0.69 Sedang Dipakai
16 0.617 0.349 Valid 0.50 Baik 0.75 Mudah Dipakai
17 0.412 0.349 Valid 0.31 Cukup 0.78 Mudah Dipakai
18 0.502 0.349 Valid 0.25 Cukup 0.69 Sedang Dipakai
19 0.455 0.349 Valid 0.25 Cukup 0.88 Mudah Dipakai
20 0.560 0.349 Valid 0.44 Baik 0.66 Sedang Dipakai
77
memenuhi kriteria yaitu no soal 3,5,7, 10,13, 14, 21,23, 25 dan 38 sehingga
Karena r11 > rtabel maka disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel dan
data yang diperoleh dari hasil tes dan data dokumentasi. Data penelitian
berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Dalam penelitian ini menggunakan
Design atau M-G, ke titik tolak pada Group Matching. Sebelum suatu
sehingga kedua duanya berangkat dari titik yang sama (Hadi, 1995:475).
a. Mean matching
∑ Xe
Me =
ne
∑ Xk
Mk =
nk
b. Varians matching
berikut:
Vb
f (n b − 1, n k − 1) =
Vk
Keterangan :
(Hadi, 1995:477)
atau tidak. Jika Fdata< Ftabel maka dikatakan kedua kelompok berasal
c. t-matching
80
Mk − Me
t=
SD 2 Mk + SD 2 Me
SD 2 k SD 2 M e
SD 2 M k = , SD 2 Me =
n k −1 ne −1
Keterangan :
(Hadi, 1995:480)
Ho : σ12 = σ22
Ha : σ12 ≠ σ22
81
2
S1
F= 2
S2
(Sudjana, 1992:249).
kontrol.
berikut.
t=
X1 − X 2 (n1 − 1)S1 2 + (n2 − 1)S 2 2
dengan S =
1 1 n1 + n2 − 2
S +
n1 n2
X1 - X 2
t 1hitung =
s12 s 22
+
n1 n 2
w 1t 1 + w 2 t 2
t1 ≥ dan terima Ho jika terjadi sebaliknya,
w1 + w 2
s12 s2
dengan w1 = dan w 2 = 2
n1 n2
t1 = t (1 -α ), ( n 1 - t );
t2 = t (1 -α ), ( n 2 -1 )
α = taraf nyata
83
BAB IV
Data kondisi awal siswa dapat dilihat dari hasil matching yang
meliputi jenis kelamin, umur dan prestasi siswa semester II. Analisis matching
terhadap jenis kelamin dan umur siswa menggunakan uji chi kuadrat
sedangkan prestasi belajar siswa menggunakan rumus mean matching, varians
matching dan t matching.
1. Jenis kelamin siswa
laki yaitu sebanyak 10 orang juga. Dari hasil uji chi kuadrat diperoleh
2. Umur siswa
84
hasil uji chi kuadrat diperoleh χ2hitung = 1,444 dengan signifikansi 0,486 >
bahwa kedua kelompok mempunyai kondisi yang sama ditinjau dari jenis
a. Mean Matching
85
rata-rata nilai semester II pada kelompok kontrol yaitu 7,60. Dari hasil
b. Varian Matching
pada lampiran diperoleh Fhitung = 0,00 < F0,025 (37:41) = 2,53. Karena
Fhitung < Ftabel sehingga dapat disimpulkan nilai semester II dari kedua
c. t Matching
2,02. Dengan demikian diketahui bahwa thitung < ttabel dan terletak pada
daerah penerimaan 2,02 < t < 2,02. Hal ini menunjukkan bahwa Ho
diterima yang berarti tidak ada perbedaan rata-rata nilai semster II dari
homogen.
hasil uji kenormalan data hasil belajar mata pelajaran matematika pada
maka data hasil belajar mata pelajaran matematika pada siswa kelas III
berdistribusi normal.
Hasil uji kesamaan dua varians data hasil belajar mata pelajaran
8,17 dan pada kelompok kontrol 7,47. Setelah dilakukan analisis data
2,02. Karena thitung > t(0,975)(38) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak
yang berarti bahwa ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika kelas
kartu akselerasi yaitu 8,17 sedangkan hasil belajar siswa yang tidak
belajar siswa.
B. Pembahasan
yaitu adanya perbedaan rata-rata hasil belajar yang signifikan dan kelompok
89
mempunyai rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi atau lebih baik daripada
rata-rata hasil belajar dari kelompok kontrol yang tidak menggunakan kartu
akselerasi.
sifatnya abstrak dapat disajikan secara kongkret dan melibatkan seluruh panca
indera siswa. Melalui alat bantu ini siswa menjadi lebih termotivasi, tertarik,
berminat dan pada akhirnya mampu meningkatkan keaktifan siswa saat proses
belajar yang tinggi pada siswa dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
prestasi belajar.Hal ini juga didukung dari hasil penelitian sebelumnya oleh
“Kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar,
30% dari apa yang kita lihat, 50 % dari apa yang kita lihat dan dengar, 70%
dari apa yang kita katakan dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan”.
maka hasil yang diprediksi dapat mencapai 70%, sebab siswa tidak hanya
90
mendengarkan, melihat apa yang diajarkan guru, namun mereka lebih aktif,
lebih didominasi oleh guru, siswa relatif memfungsikan indra penglihatan dan
kepada siswa dan kurangnya kesiapan siswa untuk mengikuti evaluasi di tiap
sederhana dan berisi materi-materi yang sedang dipelajari siswa pada setiap
materi yang komplek yaitu seluruh materi yang telah disampaikan kepada
siswa seperti yang terjadi pada penelitian ini kurang dapat mengungkap
siswa karena siswa banyak yang tidak siap untuk menyelesaikan soal yang
kendala-kendala yang harus dihadapi antara lain: banyaknya guru yang enggan
membuatnya sendiri dan kartu tersebut mudah hilang karena tidak dalam
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
sebagai berikut :
Saran
dikembangkan oleh guru pada konsep lain yang memiliki permasalahan yang
sama.
93
LKS, serta menambah populasi yang lebih luas sehingga hasilnya dapat
DAFTAR PUSTAKA
Bahri Jamarah, Syaful dan Zain Aswan, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta
: Rineka Cipta
Haryanto, Slamet. 1994. Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Jakarta : Duta
Nusindo
Sriningsih Satmoko, Retno . 1999. Proses Belajar Mengajar II. Semarang : IKIP
Semarang Press.