Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Sebuah rencana bisnis adalah peta dalam menjalankan bisnis anda. Ini
adalah rencana yang akan menuntun anda mengenai APA yang akan anda
kerjakan, KAPAN dan BAGAIMANA mengerjakannya. Sebuah rencana bisnis juga
akan membantu anda dalam melihat lebih jelas mengenai tipe bisnis yang akan
anda rintis, siapa saja yang akan menjadi pelanggan anda, dan apa produk atau
jasa yang akan anda tawarkan.
BAB II
PEMBAHASAN
kompeten di bidangnya. Dari contoh produk yang dibuat, jika ada yang dirasa
buruk produknya atau akan mengalami kendala produksi di masa depan sebaiknya
tidak dilanjutkan atau dilakukan perbaikan dengan kembali ke tahap-tahap
sebelumnya untuk diperbaiki.
5. Uji Coba Pemasaran
Produk yang telah lulus uji model prototipe, selanjutnya dilakukan
pengujian pemasaran dengan memilih beberapa sampel pasar yang kurang lebih
mewakili kondisi segmen pasar yang akan dituju oleh produk perusahaan. Lihat
bagaimana reaksi pasar terhadap produk baru tersebut.
Jika hasilnya ternyata positif maka produk tersebut layak untuk lanjutkan
ke tahap berikutnya. Sebaliknya apabila ternyata negatif atau mendapat respon
yang buruk dari target pasat terbatas maka sebaiknya dilakukan evaluasi kembali
atau menggugurkan produk. Baik hasil positif dan negatif sebaiknya dipelajari
kelebihan dan kekurangan agar hasil di pasar yang sesungguhnya dapat
dimaksimalkan.
6. Komersialisasi Produk Baru
Tahap yang terakhir dari rangkaian pengembangan produk baru adalah
menawarkannya kepada seluruh pasar yang dituju. Produk baru tersebut sebaiknya
terus dilakukan monitoring dan dilakukan berbagai evaluasi dari yang ada di
lapangan dan perbaikan baik pada produk, target konsumen, harga, promosi, dan
lain sebagainya sehingga mampu memaksimalisasi keuntungan yang diperoleh
Jasa diproduksi dan dikonsumsi dalam waktu yang sama artinya penghasil
jasa hadir secara fisik pada saat konsumsi berlangsung.
2.2 Meningkatkan Produktivitas Jasa
Ada tujuh pendekatan untuk meningkatkan produktivitas, yaitu :
1. Bekerja keras dengan keterampilan yang tinggi
2. Meningkatkan kuantitas
3. Menindustrikan jasa, maksudnya lebih memperluas aktivitas bisnis jasa
tersebut dengan menggunakan peralatan yang lebih canggih.
4. Memodernisasi peralatan jasa yang dibutuhkan
5. Merancang jasa yang lebih efektif
6. Produktifitas tinggi tanpa mengurangi mutu
7. Memberikan insentif pada pelanggan
2.4
Standarized Service Quality
Industri jasa cenderung dibedakan berdasarkan orang (people based) dan
peralatan (equipment based). Hasil jasa orang kurang memiliki standarisasi
dibandingkan dengan hasil jasa yang menggunakan peralatan.Dengan
karakteristik jasa seperti diatas maka bagi konsumen akan menimbulkan kesulitan
yang lebih besar dalam mengevaluasi kualitas jasa (service quality) dibanding
kualitas barang (good quality).
Bagaimana konsumen mengevaluasi investasi jasa /pelayananyang
ditawarkan lebih rumit dan beragam dari pada mereka mengevaluasi penggunaan
bahan/material. Konsumen tidak mengevaluasi kualitas jasa hanya pada hasilnya
saja, tetapi juga mempertimbangkan penyampaiannya. Misalnya orang yang
makan disebuah rumah makantidak hanya menilai enaknya makanan yang
tersedia, tetapi juga akan menilai bagaimanapelayanan yang diberikan, keramahan
para pelayannya dan juga kecepatan dalam memberikan pelayanan, dan
1. Reliabilitas,
meliputi dua aspek utama, yaitu kosistensi kinerja (performance) dansifat dapat
dipercaya (dependability). Hal ini berarti perusahaan mampumenyampaikan
jasanya secara benar sejak awal (right from the first time),memenuhi janjinya
secara akurat dan andal (misalnya, menyampaikan jasa sesuaidengan janji yang
disepakati), menyampaikan data (record) secara tepat, danmengirimkan tagihan
yang akurat.
2. Responssivitas atau daya tanggap,
yaitu kesediaan dan kesiapan para karyawanuntuk membantu para pelanggan dan
menyampaikan jasa secara cepat. Beberapacontoh diantaranya : ketepatan waktu
pelayanan, pengiriman slip transaksisecepatnya, kecepatan menghubungi kembali
pelanggan, dan penyampaian layanansecara cepat.
3. Kompetensi,
yaitu penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkanagar dapat
menyampaikan jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Termasukdidalamnya
adalah pengetahuan dan keterampilan karyawan kontak, pengetahuandan
keterampilan personil dukungan operasional, dan kapabilitas riset organisasi.
4. Akses,
meliputi kemudahan untuk dihubungi atau ditemui (approachability)
dankemudahan kontak. Hal ini berarti lokasi fasilitas jasa mudah dijangkau,
waktumengantri atau menunggu tidak terlalu lama, saluran komunikasi
perusahaanmudah dihubungi (contohnya, telepon, surat, email, fax, dan
seterusnya), dan jamoperasi nyaman.
5. Kesopanan (courtesy),
meliputi sikap santun, respek, atensi, dan keramahan parakaryawan kontak
(seperti resepsionis, operator telepon, bell person, teller bank,kasir, dan lain-lain).
6. Komunikasi,
artinya menyampaiakan informasi kepada pelanggan dalam bahasayang mudah
mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhanpelanggan.
Termasuk didalamnya adalah penjelasan mengenai jasa/layanan yangditawarkan,
biaya jasa, trade off antara jasa dan biaya, serta proses penangananmasalah
potensial yang mungkin timbul.
7. Kredibilitas,
yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas mencangkup nama perusahaan,
reputasi perusahaan, karakter pribadi karyawan kontak, dan interaksi dengan
pelanggan (hard selling versus soft selling approach).
8. Keamanan (security),
yaitu bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan. Termasuk didalamnya adalah
keamanan secara fisik (physical safety), keamanan finansial(financial security),
privasi, dan kerahasiaan (confidentiality).
9. Kemampuan memahami pelanggan,
yaitu berupaya memahami pelanggan dankebutuhan spesifik mereka,
memberikan perhatian individual, dan mengenalpelanggan regular.
10. Bukti fisik (tangibles),
meliputi penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil, danbahan-bahan
komunikasi perusahaan (seperti kartu bisnis, kop surat, dan lain-lain).Dalam riset
selanjutnya Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1988) menemukan
adanyaoverlapping diantara beberapa dimensi diatas. Oleh sebab itu, mereka
menyederhanakansepuluh dimensi tersebut menjadi lima dimensi pokok.
Kompetensi, kesopanan, kredibilitas,dan keamanan disatukan menjadi jaminan
(assurance). Sedangkan akses, komunikasi, dankemampuan memahami pelanggan
diintregasikan menjadi empati (empathy). Dengandemikian, terdapat lima dimensi
utama yang disusun sesuai dengan urutan tingkat kepentinganrelatifnya, yaitu :
1. Reliabilitas (rebility),
berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan ayanan yang akurat
sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya
sesuai dengan waktu yang disepakati.
2. Daya tanggap (responssiveness),
berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu
para pelanggan dan merespons permintaan mereka, serta menginformasikan kapan
jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat.
3. Jaminan (assurance),
yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan
terhadap perusahaan dan perusahaan bias menciptakan rasa aman bagi para
pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan
dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani
setiap pertanyaan atau masalah pelanggan.
4. Empati (empathy),
berarti perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi
kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para
pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.
5. Komunikasi
Implementasi strategi kualitas dalam organisasi dipengaruhi oleh proses
komunikasi organisasi, baik dengan karyawan, pelanggan, maupun stakeholder
lainnya.
6. Total Human Reward
Reward dan recognition merupakan aspek krusial dalam implementasi strategi
kualitas. Setiap karyawan berprestasi perlu diberi imbalan dan prestasinya harus
diakui. Dengan cara seperti ini, motivasi, semangat kerja, rasa bangga dan rasa
memiliki (sense of belonging) setiap anggota organisasi dapat meningkat, yang
pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan produktifitas dan profitabilitas bagi
perusahaan, serta kepuasan dan loyalitas pelanggan.
2.8 Memahami Kualitas Jasa
Salah satu pendekatan kualitas pelayanan yang populer dijadikan acuan
dalam riset pemasaran adalah model SERVQUAL (Service Quality) yang
dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1996) dalam serangkaian
penelitian mereka terhadap 6 sektor jasa: Peralatan rumah tangga, Reparasi, Kartu
Kredit, Asuransi, Sambungan Telepon Jarak Jauh, Perbankan Ritel, dan Pialang
Sekuritas.
SERVQUAL dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama, yaitu
persepsi pelanggan atas layanan yang nyata mereka terima (Perceived Service)
dengan layanan yang sesungguhnya yang diharapkan/diinginkan (Expected
Service). Jika kenyataan lebih dari yang diharapkan, maka layanan dapat
dikatakan bermutu, sedangkan jika kenyataan kurang dari yang diharapkan, maka
layanan dikatakan tidak bermutu. Dan apabila kenyataan sama dengan harapan
maka layanan tersebut memuaskan. Dengan demikian service quality dapat
didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan
pelanggan atas pelayanan yang mereka terima/peroleh.
Harapan para pelanggan pada dasarnya sama dengan layanan seperti
apakah seharusnya diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan. Harapan para
pelanggan ini didasarkan pada informasi dari mulut ke mulut, kebutuhan pribadi,
pengalaman di masa lampau, dan komunikasi eksternal (iklan dan berbagai bentuk
promosi perusahaan lainnya).
DIMENSI KUALITAS PELAYAN SERVQUAL
Dalam salah satu studi mengenai SERVQUAL oleh Parasuraman (1998) yang
melibatkan 800 pelanggan (yang terbagi dalam 4 perusahaan) berusia 25 tahun ke
atas disimpulkan terdapat 5 dimensi SERVQUAL sebagai berikut:
1. Tangibles, atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam
menunjukkan eksistensinya pada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan
sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah
bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. ini meliputi fasilitas
fisik (Gedung, Gudang, dan lainnya), teknologi (peralatan dan perlengkapan yang
dipergunakan), serta penampilan pegawainya.
2. Reliability, atau keandalan yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan
pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Harus sesuai
dengan harapan pelanggan berarti kinerja yang tepat waktu, pelayanan tanpa
kesalahan, sikap simpatik dan dengan akurasi tinggi.
3. Responsiveness, atau ketanggapan yaitu suatu kemauan untuk membantu dan
memberikan pelayanan yang cepat (responsive) dan tepat kepada pelanggan,
dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu
tanpa alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas
pelayanan.
4. Assurance, atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan, kesopan santunan,
dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya
pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari komponen: komunikasi
(Communication), kredibilitas (Credibility), keamanan (Security), kompetensi
(Competence), dan sopan santun (Courtesy).
5. Empathy, yaitu memberikan perhatian dan tulus dan bersifat individual atau
pribadi yang diberikan kepada pelanggan dengan berupaya memahami keinginan
konsumen. dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki suatu pengertian dan
pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik,
serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Jasa diproduksi dan dikonsumsi dalam waktu yang sama artinya penghasil
jasahadir secara fisik pada saat konsumsi berlangsung.
Industri jasa cenderung dibedakan berdasarkan orang (people based) dan
peralatan (equipment based). Hasil jasa orang kurang memiliki standarisasi
dibandingkan dengan hasil jasa yang menggunakan peralatan.Dengan
karakteristik jasa seperti diatas maka bagi konsumen akan menimbulkan kesulitan
yang lebih besar dalam mengevaluasi kualitas jasa (service quality) dibanding
kualitas barang (good quality).
Bagaimana konsumen mengevaluasi investasi jasa /pelayananyang
ditawarkan lebih rumit dan beragam dari pada mereka mengevaluasi penggunaan
bahan/material. Konsumen tidak mengevaluasi kualitas jasa hanya pada hasilnya
saja, tetapi juga mempertimbangkan penyampaiannya. Misalnya orang yang
makan disebuah rumah makantidak hanya menilai enaknya makanan yang
tersedia, tetapi juga akan menilai bagaimanapelayanan yang diberikan, kermahan
para pelayannya dan juga kecepatan dalam memberikanpelayanan, dan
lainnya.Dan juga kriteria yang digunakan konsumen dalam mengevaluasi kualitas
jasa/pelayanan menjadi lebih sulit bagi pemasar (marketer) untuk memahami.
Dari beberapa pengalaman menunjukan bahwa atas pemberian suatu
kualitas jasa/pelayanan tertentu akanmenimbulkan penilaian yang berbeda dari
setiap konsumen, karena tergantung dari bagaimana konsumen mengharapkan
kualitas jasa/pelayanan tersebut. Sehingga kualitas jasa/pelayanan yang diterima
konsumen (perceived service quality) diartikan oleh Valerie A. Zeithmal,
dkk(1990:19) sebagai perbedaan antara harapan atau keinginan konsumen
(expected service) dengan persepsi mereka (perceived service).
DAFTAR PUSTAKA