You are on page 1of 15

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Perspektif Keperawaan Anak”.
Makalah ini dibuat untuk memahami konsep dasar dan perspektif
keperawatan anak. Sekalipun penulis telah mencurahkan segenap pemikiran, tenaga,
dan waktu agar tulisan ini menjadi lebih baik, penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis dengan senang hati menerima
saran dan kritikan yang bersifat membangun demi untuk kesempurnaan makalah ini.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Akhirnya
pada-Nya jualah kita berserah diri semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi penulis.

Padang, 21 Februari 2010

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman depan ........................................................................................................i


Kata Pengantar ................……………………………………………………….....ii
Daftar Isi ...........................…………………………………………………….......iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........…………………………………………………………...1
1.2Rumusan Masalah ....………………………………………………………….....1
1.3 Tujuan .......……………………………………………………………………...1
BAB II ISI
2.1 Kesehatan Selama Masa Kanak-Kanak............................................................... 2
2.2 Masyarakat Sehat Tahun 2010.............................................................................2
2.3 Mortalitas dan Morbiditas pada Bayi dan Anak-Anak........................................ 2
2.4 Evolusi Pelayanan Kesehatan Anak Di Indonesia............................................... 5
2.5 Pengaruh Budaya, Agama Dan Kepercayaan Kesehatan Anak...........................5
2.6 Keperawatan Pediatrik......................................................................................... 6
2.7 Filosofi Asuhan....................................................................................................6
2.8 Peran Perawat Pediatrik....................................................................................... 7
2.9 Berpikir Kritis Dan Proses Keperawatan Anak Dan Keluarga............................9
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................11
3.2 Saran ...................................................................................................................11
DAFTAR KEPUSTAKAAN ..................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah suatu keadaan sejahterah fisik, mental, dan social yang
komplet bukan semata-mata terbebas dari penyakit. Selain definisi luas ini, kesehatan
secara tradisionil dinilai dengan memperhatikan mortalitas dan morbiditas selama
periode tertentu. Sebagai salah satu indikator kesehatan adalah derejat kesehatan anak
Derajat kesehatan anak ini tidak liuput dari peran dari seorang perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan baik pada anak, maupun keluarga atau orang tua
anak. Upaya asuhan keperawatan pada anak tidak hanya berfokus pada pemberian
asuhan kuratif dan rehabilitatif tetapi juga mencakup aspek promotif dan preventif.
Untuk menjadi seorang perawat profesional yang mampu menjalankan peran
dan fungsinya khususnya pada asuhan keperawatan anak, maka seorang calon
perawat perlu mengetahui perspektif dari keperawatan anak.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini masalah yang dibahas adalah :
1. Kesehatan selama masa kanak-kanak
2. Masyarakat sehat tahun 2010
3. Mortalitas dan morbiditas pada bayi dan anak-anak
4. Evolusi pelayanan kesehatan anak di indonesia
5. Pengaruh budaya, agama dan kepercayaan kesehatan anak
6. Keperawatan pediatrik
7. Filosofi asuhan
8. Peran perawat pediatrik
9. Berpikir kritis dan proses keperawatan anak dan keluarg
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami konsep dasar dan
perspektif keperawatan anak.
BAB II
ISI

2.1 Kesehatan Selama Masa Kanak-Kanak

WHO mendefinisikan kesehatan adalah suatu keadaan sejahterah fisik,


mental, dan social yang komplet bukan semata-mata terbebas dari penyakit. Selain
definisi luas ini, kesehatan secara tradisionil dinilai dengan memperhatikan mortalitas
dan morbiditas selama periode tertentu.
Informasi mengenai mortalitas dan morbiditas penting bagi perawat. Data
tersebut memberikan informasi signifikan tentang :
1. Penyebab kesakitan dan kematian
2. Kelompok usia beresiko tinggi terhadap gangguan atau bahaya
tertentu
3. Kemajuan pengobatan dan pencegahan
4. Area tertentu dalam konseling kesehatan
2.2 Masyarakat Sehat Tahun 2010
Masyarakat sehat 2010 ditetapkan berdasarkan inisiatif untuk melanjutkan
masyarakat sehat 2000. Tujuan dan sasaran untuk masyarakat sehat 2010 ini
dikembangkan melalui suatu proses konsultasi luas yang dicirikan oleh kolaborasi
dan partisipasi masyarakat.
Dua tujuan yang saling tumpang tindih telah diajukan untuk masyarakat
sehat 2010 yaitu (1) meningkatkan usia hidup sehat (2) menghilangkan kesenjangan
kesehatan. Dua tujuan ini akan didukung oleh empat tujuan yang berkaitan dengan
meningkatkan prilaku sehat, perlindungan kesehatan, menjamin akses ke pelayanan
kesehatan berkualitas dan menekankan pencegahan di komunitas.
2.3 Mortalitas dan Morbiditas pada Bayi dan Anak-Anak
MORTALITAS
Gambaran tingkat kejadian untuk peristiwa seperti kematian pada anak sering disebut
sebagai statistik vital. Statistik mortalitas menggambarkan insiden atau jumlah
individu yang meninggal selama periode waktu tertentu. Ini biasanya disajikan
sebagai angka per 100000 karena frekuensi kejadiannya yang rendah.
Mortalitas Bayi
Angka mortalitas bayi adalah jumlah kematian per 1000 kelahiran hidup selama tahun
pertama kehidupan. Angka ini kemudian dibagi menjadi mortalitas neonatal (usia <
28 hari) dan mortalitas pascanatal (usia 28 hari sampai 11 bulan).
Berat badan lahir dianggap sebagai penentu utama kematian neonatus di negara
teknologi maju dan sangat berkaitan dengan usia gestasi (Ventura dkk,1998).
Hubungan antara berat badan lahir (dan usia gestasi) dan mortalitas menunjukkan
bahwa makin rendah berat badan lahir, makin tinggi mortalitasnya.
Akses dan penggunaan asuhan pranatal kualitas tinggi adalah strategi pencegahan
satu-satunya yang paling menjanjikan untuk menurunkan kelahiran dini dan
mortalitas bayi. Faktor lain yang meningkatkan resiko mortalitas bayi meliputi ras
kulit hitam, gender laki-laki, gestasi pendek atau panjang, urutan kelahiran (semua
kecuali urutan kedua), usia maternal (sangat muda atau tua), dan tingkat pendidikan
ibu rendah (Avery dan First, 1994).
Jumlah kematian yang terjadi dalam tahun pertama kehidupan secara proporsional
masih tinggi jika dibandingkan dengan angka kematian usia lain. Empat penyebab
utama kematian bayi berusia kurang dari 1 tahun : anomali kongenital, gangguan
yang berhubungan dengan gestasi pendek dan berat badan lahir rendah yang tidak
khas, sindrom kematian bayi mendadak, dan sindrom distres pernafasan.
Mortalitas masa kanak-kanak
Untuk anak berusia lebih dari 1 tahun, angka kematiannya lebih kecil dari angka
kematian bayi. Anak usia 5 sampai 14 tahun mempunyai angka kematian yang lebih
rendah. Namun, peningkatan tajam terjadi selama masa remaja akhir, terutama karena
cedera, pembunuhan, dan bunuh diri.
Setelah usia 1 tahun terdapat perubahan dramatik dalam penyebab kematian, yaitu
cedera yang tidak disengaja. Selain itu, kematian akibat kekerasan telah meningkat
secara tetap di antara individu usia muda 10 sampai 25 tahun.
Penurunan utama angka kematian dalam masa kanak-kanak adalah kematian yang
disebabkan oleh penyakit gastrointestinal, penyakit infeksi, kondisi perinatal,
neoplasma dan cedera. Tidak adanya penyalit infeksi sebagai penyebab utama
kematian membuktikan bahwa agens antibiotik dan imunisasi telah berperan dalam
penurunan angka mortalitas.
Cedera penyebab utama kematian pada anak berusia lebih dari 1 tahun, bertanggung
jawab untuk lebih banyak kematian dan kecacatan pada anak daripada kombinasi
semua penyebab penyakit. Terdapat tuntutan untuk mengenal cedera dan
pencegahannya dalam istilah host (orang yang dikenai), lingkungan (waktu dan
tempat), dan agens (objek yang menjadi penyebab langsung).
Tenggelam adalah penyebab utama kedua kematian akibat cedera pada anak laki-laki
dan ketiga pada anak perempuan usia 1 sampai 24 tahun. Luka bakar adalah
penyebab utama kematian kedua akibat cedera pada anak perempuan dan ketiga pada
anak laki-laki usia 1 sampai 14 tahun
Penggunaan senjata apai yang tidak tepat adalah penyebab utamakeempat kematian
akibat cedera pada anak laki-laki dan perempuan usia 5 sampai 24 tahun. Asfiksia
mekanis seringkali menjadi penyebab utama kematian akibat cedera pada bayi.
Keracunan menyebabkan sejumlah besar cedera pada anak di bawah usia 4 tahun,
tetapi keracunan adalah penyebab utama ketiga kematian akibat cedera pada laki-laki
dan kedua pada perempuan (biasanya karena bunuh diri) pada kelompok usia 15
sampai 24 tahun.
Tanggung jawab keperawatan yang utama adalah mengantisipasi dan mengenali
kapan tindakan keselamatan dilakukan. Aspek preventif dalam asuhan anak adalah
bagian dari promosi kesehatan yang terus menerus selama masa kanak-kanak.
MORBIDITAS
Prevalensi penyakit khususdalam populasi pada waktu tertentu dikenal sebagai
statistik morbiditas.
Morbiditas masa kanak-kanak
Penyakit akut dapat didefinisikan sebagai gejala cukup berat sehingga membatasi
aktivitas atau memerlukan pertolongan medis. Morbiditas masa kanak-kanak
disebabkan antara lain oleh penyakit pernafasan, infeksi dan parasit, cedera dan pilek
sebagai penyakit utama masa kanak-kanak.
Kelompok anak khusus yang mengalami peningkatan morbiditas – anak tunawisma,
anak yang hidup miskin, anak berat badan lahir rendah, anak dengan penyakit kronik,
anak yang diadopsi berasal dari negara lain, dan anak di pusat day care. Aspek paling
penting dari morbiditas adalah derajat ketidakmampuan yang diakibatkannya
(disabilitas).
Pendidikan orang tua mengenai tipe penyakit di masa kanak-kanak dan pengenalan
gejala yang memerlukan pengobatan adalah bagian penting dalam asuhan
keperawatan.
Morbiditas baru
Anak menghadapi masalah prilaku, sosial (keluarga), dan pendidikan yang dapat
mengganggu kesehatan mereka secara bermakna. Masalah ini disebut sabagi
morbiditas baru atau penyakit sosial pediatrik.
2.4 Evolusi Pelayanan Kesehatan Anak Di Indonesia
Sebelum abad ke-19, kesehatan anak kurang mendapat perhatian dari berbagai pihak.
Jumlah tenaga kesehatan terutama dokter dan bidan sangat sedikit, sementara
epidemik terjadi di banyak tempat dan tidak ada kontrol. Selain itu, buku - buku
informasi tentang kesehatan anak sangat sedikit.
Hambatan serius dalam pelayanan kesehatan anak adalah :
1. Hambatan finansial yang menghambat keterjangkauan pelayanan
2. Hambatan sistem, seperti melakukan perjalanan jauh untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan
3. Hambatan pengetahuan, seperti kurang memahami perlunya mengawasi
pranatal atau anak atau ketidaksadaran tentang ketersediaan pelayanan.
Tujuan pelayanan kesehatan saat ini adalah memperbaiki akses anak dan keluarga ke
pelayanan kesehatan.
2.5 Pengaruh Budaya, Agama Dan Kepercayaan Kesehatan Anak
Nilai budaya sangat berpengaruh pada kesehatan anak,contohnya pada pemberian
makanana,pakaian,sekolah ,pola asuh dan pola didik.Masih banyak yang memiliki
anggapan yang salah dalam pemberian makanan pada anak ,separti pantangan makan
telur,pantangan makan ikan,dan sebagainya. Agama sangat berpengaruh dalam
kesehatan anak, contohnya untuk kesehatan mental,jasmani dan rohani anak tersebut.
2.6 Keperawatan Pediatrik
Keperawatan bayi dan anak sesuai dengan definisi keperawatan yaitu ”diagnosis dan
penanganan respons manusia terhadap masalah kesehatan aktual atau potensial”.
Definisi ini mencakup empat gambaran esensial tentang praktik keperawatan
kontemporer :
1. Perhatian pada rangkaian pengalaman dan respons manusia terhadap
kesehatan dan penyakit tanpa terbatas pada orientasi berfokus-masalah.
2. Integrasi data objektif dengan pengetahuan yang didapat dari pemahaman
tentang pengalaman subjektif pasien atau kelompok.
3. Penerapan pengetahuan ilmiah pada proses diagnosis dan pengobatan.
4. Penetapan hubungan caring yang menfasilitasi kesehatan dan penyembuhan.
2.7 Filosofi Asuhan
1. Perawatan Berfokus pada anak
• Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak, mengingat anak
bagian dari keluarga.
• Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, untuk itu
keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau
sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong, perry, 2002)
• Perawat yang bertindak sebagai pemberi pelayanan keperawatan hendaknya
berfokus pada keluarga, dengan memperhatikan kemampuan dalam
menentukan kekuatan dan kelemahan untuk dijadikan acuan dalam
pemberian pelayanan keperawatan.
• Untuk itu dalam pemberian askep diperlukan keterlibatan keluarga. Hal ini
sangat penting, mengingat anak selalu membutuhkan orangtua selama di
rumah sakit.
• Perawat dengan menfasilitasi keluarga dapat membantu proses penyembuhan
pada anak yang sakit selama di rumah sakit.
2. Atraumatic Care
• Atraumatic Care adalah perawatan yang tidak menimbulkan adanya trauma
pada anak dan keluarga.
• Atraumatic Care sebagai bentuk perawatan terapeutik dapat diberikan kepada
anak dan kelurga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan
keperawatan yang diberikan, seperti memperhatikan dampak tindakan yang
diberikan dengan melihat prosedur tindakan yang kemungkinan berdampak
adanya trauma.
• Untuk mencapai perawatan ada beberapa prinsip yang dapat dilakukan oleh
perawat antara lain :
♦ Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga.
♦ Meningkatkan kemampuan orangtua dalam mengontrol perawatan
pada anak.
♦ Mencegah atau mengurangi cedera dan nyeri
♦ Tidak melakukan kekerasan pada anak.
♦ Modifikasi lingkungan fisik.
3. Manajemen Kasus
 Pengelolaan kasus secara komprehensif adalah bagian utama dlm
pemberian askep secara utuh, melalui upaya pengkajian, penentuan
diagnosis, perencanaan, pelaksnaan , dan evaluasi dari berbagai kasus
baik akut maupun kronis.
 Kemampuan perawat dalam mengelola kasus secara baik tentu
berdampak dalam proses penyembuhan pada anak, mengingat anak
memiliki kebutuhan yang spesifik dan berbeda satu dengan yang lain.
 Keterlibatan orangtua dalam pengelolaan kasus sangat dibutuhkan,
karena proses perawatan di rumah adalah bagian tanggung jawabnya
dgn meneruskan program di rumah sakit.
2.8 Peran Perawat Pediatrik
1. Hubungan terapeutik
Dalam hubungan terapeutik, caring, batasan yang didefinisikan dengan baik,
memisahkan perawat dari anak dan keluarga. Batasan ini bersifat positif dan
profesionaldan akan meningkatkankendali keluarga atas perawatan kesehatan anak
(Rushton, McEnhill dan Amstrong, 1996; Barnsteiner dan Gillis-Donovan, 1990).
Keduanya, baik perawat maupun keluarga diberdayakan, dan komunikasi yang
terbuka dipertahankan.
2. Advokasi/caring keluarga
Sebagai advokat, perawat membantu anak-anakdan keluarga mereka dalam
menentukan berbagai pilihanyang diberitahukandan bertindak dalam memberikan
yang terbaik kepada anak. Advokasi itu meliputi jaminan bahwa keluarga akan
mengetahui semua pelayanan kesehatan yang tersedia, diinformasikan secara tepat
tentang pengobatan dan prosedurnya, dilibatkan dalam perawatan anak, dan
didorong untuk berubah atau mendukung praktik pelayanan kesehatan yang ada.
3. Pencegahan penyakit / Promosi kesehatan
Setiap perawat yang terlibat dalam perawatan anak harus mempraktikkan
kesehatan preventif. Tanpa memerhatikan masalah yang telah diidentifikasi, peran
perawat adalah untuk merencanakan asuhan yang mengembangkan setiap aspek
pertumbuhan dan perkembangan.
Ketika masalah teridentifikasi, perawat bertindak untuk mengintervensi secara
langsung atau merujuk keluarga ke individu atau lembaga kesehatan lainnya.
Pendekatan terbaik untuk pencegahan adalah pendidikan dan pedoman antisipasi.
4. Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan ini melibatkan transmisi informasi pada tingkat pemahaman anak dan
keluarga dan kebutuhan mereka terhadap informasi. Perawat berfokus pada
pemberian penyuluhan kesehatan yang tepat dengan umpan balik dan evaluasi
yang tulus untuk meningkatkan pembelajaran.
5. Dukungan / konseling
Dukungan dapat diberikan dengan cara mendengar, menyentuh, dan kehadiran
fisik. Konseling melibatkan pertukaran pendapat dan ide yang memberi dasar
untuk pemecahan masalah bersama. Konseling melibatkan dukungan, penyuluhan,
teknik untuk mendorong ekspresi perasaan dan pikiran, dan pendekatan untuk
membantu keluarga mengatasi stres.
6. Peran restoratif
Perawat secara langsung terlibat dalam pemenuhan kebutuhan fisik dan emosi
anak, termasuk makan, mandi, toiletting, berpakaian, keamanan, dan sosialisasi.
Aspek penting restorasi kesehatan adalah pengkajian dan evaluasi status fisik yang
berkesinambungan.
7. Koordinasi / kolaborasi
Perawat, sebagai anggota tim kesehatan, berkolaborasi dan mengkoordinasi
pelayanan keperawatan dengan aktivitas profesional lain. Konsep ”asuhan holistik”
hanya dapat direalisasi melalui penyatuan pendekatan interdisiplin.
8. Pengambilan keputusan etis
Dilema etis muncul ketika pertentangan dari pertimbangan moral mendasari
berbagai alternatif. Orang tua, dokter, perawat dan anggota tim kesehatandapat
memperoleh keputusan berbeda pada nilai moral yang menentangnya. Pertentangan
nilai moral ini meliputi autonomi (hak pasien mengatur diri sendiri), nonmalefience
(kewajiban untuk memperkecil atau mencegah bahaya), beneficence (kewajiban
untuk mempromosikan kesejahteraan pasien), dan keadilan (konsep kesamaan).
Metode pemecahan masalah kesehatan secara sistematis pada keperawatan dikenal
dengan proses keperawatan.
9. Riset
Penekanan saat ini pada hasil yang dapat diukuruntuk menentukan efektivitas
intervensi (sering kali kaitannya dengan biaya) menuntut agar perawat mengetahui
apakah intervensi klinis menimbulkan hasil positif untuk klien mereka. Tuntutan
ini telah mempengaruhi tren saat ini ke arah praktik berdasarkan penelitian.
10. Perencanaan pelayanan kesehatan
Di masa depan, keperawatan harus memasukkan komponen politik ke dalam
identitas profesional merekadan berupaya untuk mempengaruhi lembaga
pemerintah yang membuat keputusan (Brown, 1996). Standar praktik adalah
tingkat kinerja yang diharapkan dari seorang profesional.
11. Tren masa depan
Pergeseran fokus saat ini dari pengobatan penyakit menjadi promosi kesehatan
akan memperluas peran perawat dalam asuhan ambulatori, dengan pencegahan dan
penyuluhan kesehatan yang mendapat penekanan besar. Fokus asuhan keperawatan
tidak lagi apa yang kita lakukan untuk keluarga, tetapi apa yang kita lakukan dalam
kemitraan dengan mereka (Plotnick dan Presler, 1996).
2.9 Berpikir Kritis Dan Proses Keperawatan Anak Dan Keluarga
Berpikir kritis
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi seorang
profesional. Berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuandan mengarah sasaran yang
membantu individu membuat penilaian berdasarkan data bukan perkiraan (Alfaro-
LeFevre, 1995). Berpikir kritis dan proses keperawatan adalah krusial untuk
keperawatan profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk
pemecahan masalah. Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas
tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi,
tantangan, dan dukungan (Paul,1993). Berpikir kritis mentransformasikan cara
individu memandang dirinya sendiri, memahami dunia, dan membuat keputusan
(Chafee, 1994).
Proses keperawatan
Proses keperawatana adalah suatu metode identifikasi masalah dan pemecahan
masalah yang menggambarkan apa yang sebenarnya dilakukan perawat.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu proses kontinu yang dilakukan semua fase pemecahan
masalah dan menjadi dasar untuk pengambilan keputusan.
2. Diagnosis keperawatan
Tahap kedua dari proses keperawatan adalah identifikasi masalah dan diagnosis
keperawatan. Pada fase ini, perawat harus menginterpretasi dan membuat
keputusan tentang data yang dikumpulkan.
Praktik keperawatan terdiri dari 3 dimensi : aktivitas dependen adalah area praktik
keperawatan yang mengandalkan tanggung gugat perawat untuk
mengimplementasikan tindakan yang ditetapkan. Aktivitas interdependen adalah
area praktik keperawatan yang tanggung jawab dan gugat keperawatannya
tumpang tindih dengan disiplin lain seperti kedokteran dan memerlukan kolaborasi
diantara kedua disiplin tersebut. Aktivitas independen adalah area praktik
keperawatan yang merupakan tanggung jawab langsung dari perawat.
3. Perencanaan
Setelah diagnosis keperawatan teridentifikasi, suatu rencana asuhan dibuat dan
hasil atau tujuannya ditetapkan. Rencana asuhan standar adalah rencana yang
cukup luas untuk menghadapi situasi yang dapat dialami pasien dengan masalah
tertentu. Rencana asuhan individual adalah rencana yang ditekankan hanya pada
diagnosis yang berlaku pada situasi pasien tertentu.
4. Implementasi
Fase implementasi dimulai ketika perawat menempatkan intervensi tertentu ke
dalam tindakan dan mengumpulkan umpan balik mengenai efeknya.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah akhir dalam proses pembuatan keputusan. Perawat
mengumpulkan, menyortir, dan menganalis data untuk menetapkan apakah (1)
tujuan telah tercapai (2) rencana memerlukan modifikasi (3) alternatif baru harus
dipertimbangkan.
6. Dokumentasi
Meskipun dokumentasi bukan salah satu dari lima tahap proses keperawatan,
proses ini penting untuk evaluasi. Evaluasi dilakukan paling baik dengan bukti
tertulis tentang kemajuan pencapaian hasil.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masyarakat sehat 2010 ditetapkan berdasarkan inisiatif untuk melanjutkan
masyarakat sehat 2000. Tujuan dan sasaran untuk masyarakat sehat 2010 ini
dikembangkan melalui suatu proses konsultasi luas yang dicirikan oleh kolaborasi
dan partisipasi masyarakat.
Informasi mengenai mortalitas dan morbiditas penting bagi perawat. Data
tersebut memberikan informasi signifikan tentang penyebab kesakitan dan kematian,
kelompok usia beresiko tinggi terhadap gangguan atau bahaya tertentu, kemajuan
pengobatan dan pencegahan dan area tertentu dalam konseling kesehatan.
Peran perawat pediatrik mencakup hubungan terapeutik, advokasi keluarga,
pencegahan penyakit, penyuluhan kesehatan, konseling, koordinasi, kolaborasi,
pembuat keputusan etis, riset dan perencanaan pelayanan kesehatan. Seorang perawat
pediatrik harus memiliki kemampuan berpikir kritis dalam memberikan asuhan
keperawatan.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
dalam memahami konsep dasar dan perspektif keperawatan anak.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anonim. 2010. Perspektif Perawatan Anak. (http://blog perawat indonesia.com


diakses tanggal 17 Februari 2010)

Anonim. 2008. Peran Perawat Menuju Indonesia Sehat 2010. (http://blog go


nursing.com diakses tanggal 17 Februari 2010)

Hidayat, A Azis. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Salemba Medika:


Jakarta.

Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

Wong, Dona l, dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. EGC : Jakarta.

You might also like