You are on page 1of 59

KATA PENGANTAR

Maksud dan tujuan penerbitan pedoman teknis ini dalam rangka


memberikan acuan dan panduan bagi para petugas Dinas lingkup
Pertanian (Tanaman Pangan dan Hortikultura, Perkebunan) baik
Propinsi, Kabupaten/kota maupun petugas lapangan untuk
melaksanakan Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar pada lahan Rawa
Lebak TA. 2009.
Para petugas terkait diharapkan dapat mempelajari dan mencermati
pedoman ini dengan saksama, karena didalamnya memuat uraian
tentang pengelolaan lahan tanpa bakar dan pemanfaatan limbahnya
sebagai salah satu upaya dalam melaksanakan pembangunan
pertanian yang ramah lingkungan. Diharapkan tidak akan terjadi
keragu-raguan dalam implementasi kegiatan dilapangan serta
kendala /hambatan yang ada akan dapat diatasi yang pada akhirnya
kinerja yang diperoleh dapat tercapai secara optimal.
Muatan pedoman teknis ini bersifat umum karena berlaku secara
nasional, oleh karenanya apabila diperlukan pihak Dinas lingkup
Pertanian Propinsi dapat menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan dan
Dinas lingkup Pertanian Kabupaten/Kota dapat menerbitkan Petunjuk
teknis yang akan menjabarkan secara lebih rinci Pedoman Teknis ini
sesuai dengan kondisi spesifik daerah masing-masing.
Akhirnya, sangat diharapkan komitmen berbagai pihak untuk
melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya dalam bingkai
waktu yang telah ditentukan, agar hasil pembangunan melalui
kegiatan ini benar-benar dapat dinikmati manfaatnya sebesar-
besarnya bagi kesejahteraan petani di Indonesia.
Jakarta, Januari 2009
Direktur Pengelolaan Lahan

Ir, Suhartanto, MM
NIP. 080.048.854

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................. 1


A. Latar Belakang ......................................... 1
B. Tujuan ..…................................................ 3
1. Tujuan Pedoman Teknis ................. 3
2. Tujuan Kegiatan ........................... 3
3. Sasaran ........................................ 4
4. Pengertian .................................... 4

BAB II. RUANG LINGKUP KEGIATAN ..................... 8


A. Persiapan Pelaksanaan........................... 8
B. Pelaksanaan Fisik .................................. 8

BAB III. SPESIFIKASI TEKNIS .................................... 9


A. Norma .................................................. 9
B. Standar Teknis .................................. 9
C. Kriteria .................................................. 10

BAB IV. PELAKSANAAN KEGIATAN .......................... 11


A. Persiapan Pelaksanaan............................ 11
B. Pelaksanaan Fisik ................................... 15
C. Pendanaan ........................................... 22

BAB V. PEMANFAATAN LIMBAH POHON


DAN SEMAK ................................................. 23
A. Pembuatan Kompos................................ 24
B. Pembuatan Arang.................................... 25
C. Pembuatan Arang Briket ......................... 32

ii
BAB V. PEMBINAAN, MONITORING, EVALUASI
DAN PELAPORAN........................................ 34

A. Tugas Propinsi dan Kabupaten.................. 34


B. Alur Pelaporan ........................................... 35
C. Format Laporan ………........................... 40

BAB VI. INDIKATOR KINERJA.................................... 43


A. Indikator Masukan/Input ......................... 43
B. Indikator Keluaran/Output ........................ 43
C. Indikator Hasil/Outcome .......................... 44
D. Indikator Manfaat/Benefit ....................... 44
E. Indikator Dampak/Impact ........................ 44

BAB.VII.PENUTUP ....................................................... 45

LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Desain
2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
3. Sebaran Lokasi Kegiatan PLTB TA 2009
4. Contoh RUKK
5. Format Laporan (Form 01, 02, 03, 04)
6. Format Laporan Akhir
7. Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA) dan SKB
Menhut, Mentan dan MenPU.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembersihan lahan yang dilakukan dengan cara membakar dapat


mengakibatkan kebakaran lahan/hutan yang bahkan dapat meluas
sehingga menimbulkan pencemaran dan kerusakan fungsi
lingkungan berskala nasional, regional maupun global baik dalam
segi sosial maupun ekonomi. Dampak negatif yang terjadi meliputi
antara lain : (1) Meningkatnya pencemaran udara, baik di Indonesia
juga di Negara tetangga. Hal ini mengakibatkan protes yang sangat
keras dari negara tetangga kita. 2) Secara ekonomi, yaitu dengan
ditutupnya beberapa lapangan terbang dan terganggunya
transportasi darat dan laut. (3) Secara sosial, selain terganggunya
kesehatan masyarakat juga terhalanginya berbagai kegiatan sosial
antara lain ditutupnya sekolah-sekolah dan aktifitas masyarakat di
Iuar rumah menjadi terhambat.

Masalah kebakaran lahan/hutan dan lahan di Indonesia semakin


meningkat dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini. Banyak
pihak merasa berkepentingan untuk menanggulangi masalah
kebakaran lahan dan hutan di Indonesia. Dalam upaya
meminimalisasi kejadian kebakaran hutan dan lahan serta dampak
asap terutama di tingkat masyarakat, maka perlu dibangun
komitmen yang tumbuh diantara masyarakat, sehingga ada

Pedoman PLTB 2009 1


perhatian dan kepedulian baik secara individu maupun kelompok
terhadap keberadaannya dalam rangka pencegahan dan
penanggulangan dini kebakaran hutan dan lahan.

Dalam peristiwa kebakaran hutan dan atau lahan, terdapat


beberapa faktor yang menjadi penyebabnya. Faktor tersebut
adalah penyiapan lahan yang tidak terkendali dengan cara
membakar, termasuk juga karena kebiasaan masyarakat dalam
membuka lahan, kebakaran yang tidak disengaja, kebakaran yang
disengaja, dan kebakaran karena sebab alamiah pada daerah yang
mengandung batu bara atau bahan lain yang mudah terbakar.

Meskipun beberapa faktor tersebut di atas dapat berpengaruh


terhadap terjadinya kebakaran, tetapi faktor yang paling dominan
penyebab terjadinya kebakaran adalah karena tindakan manusia
Berkaitan dengan hal tersebut, sektor pertanian telah melakukan
upaya-upaya pencegahan terjadinya kebakaran hutan dan lahan
melalui berbagai program dan kegiatan seperti : penyuluhan;
sosialisasi dan koordinasi; pelatihan, pemberdayaan
masyarakat dan penguatan kelembagaan. Khusus dalam rangka
pengembangan usahatani konservasi lahan, mendukung tanaman
pangan, hortikultutra, perkebunan sudah seharusnya dilakukan
dengan metode pembukaan lahan pertanian tanpa bakar yang
ramah lingkungan. Oleh karena itu buku pedoman ini diharapkan
menjadi salah satu referensi/acuan bagi seluruh stake holder dalam
melaksanakan tahapan kegiatan pembukaan/penyiapan lahan.

Pedoman PLTB 2009 2


B. Tujuan
1. Tujuan Pedoman Teknis
Pedoman Teknis Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB)
bertujuan untuk memfasilitasi petugas Dinas lingkup Pertanian
Propinsi dan Kabupaten sebagai bahan acuan dalam
melaksanakan kegiatan penyiapan lahan dengan metode tanpa
bakar.

2. Tujuan Kegiatan
Kegiatan Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) bertujuan
untuk :
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam
menyiapkan lahan usahatani dengan metode tanpa bakar
b. Meningkatkan kesadaran petani untuk tidak melakukan
pembakaran lahan.
c. Memfasilitasi petani dalam melakukan pengelolaan lahan
tanpa dibakar dengan berbagai kegiatan dan teknologi.
d. Mencegah terjadinya kebakaran lahan dan hutan.

3. Sasaran
Sasaran kegiatan Pengelolaan Lahan Usahatani dengan Metode
Tanpa Bakar adalah daerah-daerah rawan kebakaran lahan
seluas 395 hektar (mendukung subsektor tanaman pangan 245
Hektar, Hortikultura 75 Hektar, perkebunan 75 Hektar) di 4
propinsi dan tersebar di 7 kabupaten. Daftar lokasi dapat dilihat
pada lampiran - 3.

Pedoman PLTB 2009 3


4. Pengertian
a. Kebakaran lahan dan hutan
Kebakaran lahan/hutan adalah suatu keadaan dimana
lahan/hutan dilanda api baik yang disebabkan oleh manusia
maupun faktor alam sehingga mengakibatkan kerusakan
lahan/ hutan dan atau hasil lahan pertanian/ hutan yang
menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan.

b. Pencegahan kebakaran lahan/ hutan


Pencegahan kebakaran lahan/ hutan adalah semua usaha,
tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk mencegah atau
mengurangi terjadinya kebakaran lahan/ hutan, sedangkan
pemadaman lahan/ hutan adalah semua usaha, tindakan atau
kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan atau
mematikan api yang membakar lahan/ hutan.

c. Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB)


Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar adalah suatu cara
pembukaan lahan pertanian (land clearing) tanpa melakukan
pembakaran. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
kebakaran lahan dan hutan. Sisa-sisa tanaman yang tidak
diperlukan, dapat dibuat kompos untuk menambah kesuburan
tanah.

d. Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK)


Merupakan rincian usulan kegiatan kelompok yang berisi
komponen bahan/material atau konstruksi yang di susun

Pedoman PLTB 2009 4


melalui musyawarah kelompok yang nantinya dipakai sebagai
dasar pencairan dan pembelanjaan dana bantuan sosial.

e. Bantuan Sosial (Bansos)


Merupakan jenis mata anggaran keluaran (MAK) dalam
bentuk transfer uang, barang atau jasa yang diberikan
langsung kepada masyarakat dan atau lembaga
kemasyarakatan non pemerintah guna melindungi dan
mengantisipasi kemungkinan terjadinya resiko sosial.

f. Dana Tugas Perbantuan (TP)


Merupakan dana yang berasal dari APBN, merupakan bagian
anggara kementerian negara/lembaga yang dialokasikan
berdasarkan rencana kerja dan anggaran
kementerian/lembaga dalam rangka pelaksanaan tugas
pembantuan.

g. Dana Dekonsentrasi
Merupakan dana yang berasal dari APBN, merupakan bagian
anggara kementerian / lembaga yang dialokasikan
berdasarkan rencana kerja dan anggaran kementerian /
lembaga dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi.

h. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)


Pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah

Pedoman PLTB 2009 5


yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Pertanian/
Gubernur / Bupati / Walikota.

i. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


Pejabat yang ditetapkan dengan Keputusan Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran yang tugasnya
membantu Kuasa Pengguna Anggaran dalam melaksanakan
anggaran sesuai dengan unit kerjanya.

j. Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO)


APPO terdiri dari alat pemotong/pencacah dan mesin
penggerak yang berfungsi untuk memotong bahan-bahan
organik (rumput, daun kering, jerami dan lain-lain) menjadi
ukuran lebih kecil agar lebih mudah diolah menjadi pupuk
organik.

k. Upah / Insentif Tenaga Kerja


Insentif yang diberikan Pemerintah kepada Petani untuk
melaksanakan suatu pekerjaan berupa penyiapan lahan,
pembuatan bangunan konservasi, penanaman, pemeliharaan
dan lain-lain.

l. Sarana produksi
Saprodi yang dimaksud di dalam POK TA 2009 mempunyai
pengertian sebagai sarana produksi pertanian (saprotan) yaitu
berupa input-input yang diperlukan dalam kegiatan usahatani
meliputi : benih/bibt, pupuk, obat-obatan dan peralatan
lainnya.

Pedoman PLTB 2009 6


BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN

Komponen utama kegiatan Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar adalah


sebagai berikut :
A. Persiapan Pelaksanaan
1. Pembuatan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
2. SK Tim Pelaksana
3. Penetapan CPCL
4. Desain
5. Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK)
6. Perjanjian Kerjasama dan Pembukaan Rekening
7. Pembukaan Rekening Kelompok
8. Transfer Dana
9. Sosialisasi kegiatan
10. Koordinasi instansi terkait

B. Pelaksanaan Fisik
1. Pembuatan saluran pembuangan
2. Penebasan dan pembersihan lahan
3. Pengadaan Ternak
4. Pengadaan Sarana Produksi (pupuk organik dan anorganik,
Pengadaan bibit Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan)
5. Pengadaan Alat Pengolahan Pupuk Organik
6. Pengomposan
7. Penanaman
8. Pemeliharaan
9. Jadwal Kegiatan

Pedoman PLTB 2009 7


BAB III
SPESIFIKASI TEKNIS

Pengelolaan lahan dengan cara tanpa bakar hendaknya mengacu pada


norma, standar teknis dan kriteria, sebagai berikut :

A. Norma
Kegiatan Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar diarahkan pada lahan
rawa lebak yang berpotensi jadi penyebab kebakaran lahan.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan menerapkan teknologi tepat guna
dan spesifik lokasi, sehingga lahan-lahan tersebut menjadi lebih
produktif dan dapat dipertahankan kesuburannya, tidak lagi
melakukan pembakaran lahan.

B. Standar Teknis
Standar teknis kegiatan pengelolaan lahan tampa bakar sebagai
berikut :
1. Lahan berupa lahan rawa lebak (maksimal mencapai 2 meter)
2. Terletak dalam satu hamparan minimal + 5 hektar.
3. Lahan cukup potensial untuk diusahakan

C. Kriteria
Kriteria lokasi kegiatan pengelolaan lahan tampa bakar sebagai
berikut :
1. Status pemilikan tanah jelas dan bukan merupakan kawasan
hutan lindung.

Pedoman PLTB 2009 8


2. Maksimal kepemilikan lahan 2 Ha
3. Pada lokasi tersebut terdapat petani yang telah tergabung
dalam wadah kelompok tani.
4. Petani bersedia mengikuti kegiatan dan melakukan
pemeliharaan selanjutnya serta tidak menuntut ganti rugi.
5. Terdapat petugas lapangan (PPL, Mantri Tani) yang aktif.

Pedoman PLTB 2009 9


BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Persiapan Pelaksanaan

1. Pembuatan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis

Pedoman teknis Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar selanjutnya


akan dijabarkan lagi dan lebih disesuaikan dengan kondisi
setempat, dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan oleh Dinas
lingkup pertanian tingkat Propinsi. Begitupula ditingkat
Kabupaten akan dijabarkan lagi dan disesuaikan dengan
kondisi lapangan yang disebut Petunjuk Teknis.

2. SK Tim Pelaksanaan

Sebelum pelaksanaan kegiatan dimulai, terlebih dahulu dibuat


SK Pelaksana seperti :
a. Surat Keputusan (SK) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
b. SK Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
c. SK Bendahara
d. SK Tim Teknis
e. SK Koordinator Lapangan (Korlap)

Contoh SK-SK dapat dilihat pada Pedoman Pengelolaan Dana


Bantuan Sosial.

Pedoman PLTB 2009 10


3. Penetapan Calon Petani dan Calon Lokasi ( CPCL)
Kegiatan penetapan CPCL bertujuan untuk memperoleh lokasi
kegiatan Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) yang layak
sesuai dengan standar teknis dan kriteria yang telah ditetapkan.
Letak koordinat calon lokasi dapat ditentukan dengan
menggunakan alat Global Positioning System (GPS).
Calon Petani dan Calon Lokasi ditetapkan melalui Surat
keputusan (SK) Kepala Dinas lingkup pertanian
Kabupaten/Kota.
Contoh Penetapan CPCL dapat dilihat pada Pedoman
Pengelolaan Dana Bantuan Sosial.

4. Desain
Kegiatan pembuatan desain Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar
(PLTB) bertujuan untuk merancang suatu kawasan dengan
batas-batas pemilikannya yang akan dipergunakan sebagai
acuan teknis dalam pelaksanaan dilapangan.
Secara garis besar dalam desain perlu diuraikan beberapa hal
pokok sebagai berikut:
a. Batas-batas kepemilikan lahan petani yang dilengkapi
dengan nomor urut petani.
b. Daftar nama petani dalam kelompok.
c. Tata letak jalan usahatani, jalan desa, kandang ternak dan
bangunan penting lainnya.

Pedoman PLTB 2009 11


d. Desain yang telah dibuat dalam lembaran pengesahannya
harus ditandatangani oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota.

5. Rencana Ususlan Kegiatan Kelompok (RUKK)


Penyusunan RUKK disesuaikan dengan kebutuhan dan
permasalahan yang dihadapi oleh kelompok.

Contoh RUKK dapat dilihat pada Pedoman Pengelolaan Dana


Bantuan Sosial. Selanjutnya RUKK tersebut disampaikan
kepada Dinas lingkup Pertanian kabupaten dengan tembusan
kepada Dinas lingkup Pertanian Propinsi dan Direktorat
Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air.

6. Perjanjian Kerjasama
Sebelum pelaksanaan kegiatan di lapangan terlebih dahulu
dibuat Perjanjian Kerjasama antar ketua kelompok tani dengan
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang diketahui oleh Kepala
Dinas lingkup Pertanian. Perjanjian Kerjasama tersebut
merupakan ikatan hukum untuk memayungi penggunaan dana
oleh kelompok. Contoh Perjanjian kerjasama dapat dilihat pada
Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial.

7. Pembukaan rekening kelompok


Kegiatan Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar dilaksanakan
melalui pola bantuan sosial dimana dana tersebut di transfer
langsung ke rekening kelompok. Oleh karena itu, setiap

Pedoman PLTB 2009 12


kelompok pelaksana kegiatan harus mempunyai rekening
kelompok. Kalau belum memiliki rekening kelompok maka
segera membukan rekening kelompok

8. Transfer Dana
Transfer dana akan dilakukan oleh KPPN ke rekening kelompok
tani setelah semua persyaratan dipenuhi, yaitu: petani
membuat usulan permohonan pencairan dana dilampiri dengan
:

a. RUKK
b. Nama Ketua Kelompok
c. Nomor rekening dan Nama Bank
d. Jumlah dana bantuan sosial yang akan ditransfer dan
kuitansi yang telah ditandatangani oleh ketua kelompok.

9. Sosialisasi kegiatan
Kegiatan Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar merupakan kegiatan
baru maka sebelum pelaksanaan kegiatan tersebut perlu
disosialisasikan baik antar instansi terkait maupun kepada
petani yang akan melaksanakan kegiatan PLTB.

10. Koordinasi dengan instansi terkait


Koordinasi dilakukan antara lain Dinas Perkebunan, Dinas
Kehutanan, Balai Pengelolaan DAS, Dinas PU, Balai Besar
Sumber Daya Air, Bapedalda, Dinas Lingkungan Hidup dll.

Pedoman PLTB 2009 13


Secara rinci dapat mengacu kepada Pedoman Pengelolaan
Dana Bantuan Sosial Tahun 2009.

B. Pelaksanaan Fisik
Konstruksi atau pelaksanaan fisik Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar
(PLTB) terdiri dari kegiatan, Pembuatan Saluran pembuangan,
penyiapan lahan, pengolahan Lahan, penanaman. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan pola padat karya dengan melibatkan petani
peserta sebagai tenaga kerja.
Komponen kegiatan pelaksanaan fisik pengembangan usahatani
konservasi lahan terpadu adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan Saluran Pembuangan
Lokasi Lahan rawa lebak dengan kriteria dangkal, yaitu
ketinggian air pada lahan mencapai 0,50 meter pada musim
hujan. Untuk memanfaatkan lahan tersebut dapat dibuat
saluran pembuangan sehingga pada musim hujan air yang
tertampung dapat dibuang melalui saluran, sehingga lahan
tersebut dapat dimanfaatkan untuk tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan.
Pemanfaatan lahan rawa lebak untuk tanaman pangan dapat
dioptimalkan menjadi 2 kali tanam dalam setahun dengan
pengaturan pola tanam yaitu MT I pada bulan April – Juli dan
MT II pada bulan September – Nopember.

Pedoman PLTB 2009 14


ƒ Penebasan dan Pembersihan Lahan
Kegiatan penebasan dan pembersihan lahan dilaksanakan
pada areal yang telah didesain sebagai lokasi kegiatan
Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB).

Penebasan dilakukan pada awal musim kering dimana air


yang ada pada lahan rawa lebak sudah berkurang
sehingga lahan yang tergenang saat kemarau, dapat
ditanami dengan tanaman pangan, hortikultura.

Sisa-sisa penebasan tidak dilakukan pembakaran tetapi


dikumpulkan untuk selanjutnya akan diolah menjadi bahan
baku pembuatan kompos untuk digunakan sebagai pupuk
organik yang dapat memperbaiki struktur tanah serta
meningkatkan kesuburan lahan. Sisa-sisa tanaman berupa
batang kayu dipotong kecil-kecil dan di proses lebih lanjut
menjadi arang.

ƒ Pengadaan Ternak
a. Jenis ternak adalah jenis rumimansia kecil
(kambing/domba)
b. Ternak harus dikelola secara kelompok sebagai usaha
bersama yang akan menjadi cikal bakal koperasi
petani.
c. Kandang ternak disiapkan secara swadaya oleh
kelompok.

Pedoman PLTB 2009 15


d. Kotoran ternak dimanfaatkan sebagai bahan campuran
pembuatan kompos yang dicampur dengan cacahan
jerami atau sisa hijauan lainnya dan dekomposer.

ƒ Penyediaan Sarana produksi


Penyediaan sarana produksi pertanian terdiri dari
pengadaan (a) bibit tanaman pangan, (b) bibit tanaman
hortikultura/buah-buahan (seperti durian, sawo, mangga,
jeruk, rambutan, dll), (c) tanaman perkebunan (kopi,
mete, kelapa dll) (d) ternak (kambing, domba), (e) pupuk
yang berupa pupuk organik/ kandang dan pupuk anorgaik
seperti urea, TSP, KCL, dan kapur pertanian, (f)
pestisida/herbisida yang akan digunakan tergantung jenis
gulma/tanaman yang terserang hama/penyakit. Dalam
pelaksanaannya kegiatan penyediaan sarana produksi
dilakukan oleh kelompok tani sendiri melalui pos belanja
sosial lainnya.

Pengusahaan ternak yang dikelola oleh kelompok


merupakan usaha yang dapat memberikan tambahan
penghasilan/ modal kelompok, sekaligus sumber bahan
organik.

Kandang ternak dapat dibuat secara swakelola oleh petani


setempat dengan menggunakan material/kayu/bambu yang
tersedia dan mudah didapat di lokasi setempat. Pada

Pedoman PLTB 2009 16


umumnya jenis ternak adalah ternak ruminansia kecil
seperti kambing/domba.

Pelaksanaan pengadaan Sarana produksi dilakukan oleh


kelompok tani secara swakelola melalui ”MAK 573119:
Belanja Lembaga Sosial Lainnya” yaitu dilaksanakan
dengan Pola Bantuan Sosial, yaitu dana akan ditransfer
langsung ke Rekening Kelompok. Proses pencairannya
adalah sebagai berikut:

Skema Alur Pencairan Dana Bantuan Sosial

K
Kelompok Dicek oleh
E Disetujui
membuat Korlap/Tim
L usulan oleh PPK
Teknis
O pencairan dana
M
P
O
K

T
Rekening Transfer Disetujui
A Kelompok oleh
N dana oleh
KPA
KPPN
I

Keterangan:
Contoh surat usulan pencairan dana serta syarat dan
kelengkapannya, mengacu pada Pedoman Pengelolaan Dana
Bantuan Sosial.

Pedoman PLTB 2009 17


ƒ Pengadaan Alat Pengolahan Pupuk Organik
Alat Pengolahan Pupuk Organik dimaksudkan untuk
mengolah sisa-sisa tanaman hasil penebasan baik berupa
rumput maupun batang pohon yang sudah di potong-
potong dan diproses lebih lanjut menjdadi kompos. Untuk
menjaga alat pengolahan kompos, maka dibuat rumah
kompos secara swadaya oleh kelompok.

ƒ Pengomposan
a. Pengomposan dipersiapkan berbasis kotoran ternak
dan sisa penebasan berupa rumput dan daunan.
b. Rumput dicacah dengan APPO
c. Kompos dimanfaatkan untuk meningkatkan
produktifitas lahan setempat atau sumber penghasilan
kelompok.

ƒ Penanaman
Penanaman tanaman pangan dapat dilakukan 2 kali musim
tanam yaitu (MT I) dilaksanakan pada awal musim
Kemarau (April – Juli) dan untuk penanaman MT II
dilakukan pada akhir kemarau (September – Nopember).
Jika diperlukan maka dapat dibuat saluran pembuangan
agar tanaman tidak terendam oleh air pada saat awal
musim hujan.

Pedoman PLTB 2009 18


ƒ Pemeliharaan
a. Ternak dan bibit tanaman yang telah dibagikan dan
ditanam perlu dilakukan upaya pemeliharaan.
b. Pemeliharaan perlu dilakukan hingga tanaman
menghasilkan dan ternak bereproduksi
c. Ternak adalah merupakan aset kelompok dan sumber
bahan organik/pupuk kandang.
d. Pengelolaan ternak sebagai usaha besama kelompok
diatur lebih lanjut secara musyawarah antar anggota.

ƒ Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan dituangkan dalam jadwal
palang/time schedule seperti contoh pada Lampiran 2.
Jadwal palang dibuat oleh kelompok bekerjasama dengan
Dinas lingkup Pertanian Kabupaten/Kota.
Selanjutnya jadwal tersebut disampaikan kepada Dinas
lingkup Pertanian kabupaten dengan tembusan kepada
Dinas lingkup Pertanian Propinsi dan Direktorat Jenderal
Pengelolaan Lahan dan Air.

C. Pendanaan
Biaya pelaksanaan kegiatan PLTB TA. 2009 terdiri dari:

1. Dana Tugas Perbantuan (TP)

Dana Tugas Perbantuan untuk kegiatan bersifat fisik di tingkat


Kabupaten/Kota sebesar Rp. 4.500.000,- per hektar untuk

Pedoman PLTB 2009 19


pengadaan sarana produksi berupa bibit/benih tanaman
pertanian dan penguat teras, pupuk, pestisida dan ternak serta
biaya pembuatan bangunan konservasi berdasarkan RUKK
dengan (MAK 573119: Belanja Lembaga Sosial Lainnya).

2. Dana APBD Kabupaten/Kota

Biaya kontribusi dari Kabupaten/Kota melalui APBD


diperuntukan bagi kegiatan bersifat non fisik seperti: koordinasi,
penetapan CPCL, sosialisasi, desain sederhana, pembinaan,
monitoring, evaluasi dan pelaporan.

3. Swadana Petani Penerima Manfaat

Petani sebagai penerima manfaat dari kegiatan ini diwajibkan


untuk menyediakan dana secara swakelola untuk
pemeliharaan/perawatan tanaman dan bangunan konservasi
yang telah dibangun.

Pedoman PLTB 2009 20


BAB V
PEMANFAATAN LIMBAH POHON DAN SEMAK

Pe!aksanaan pengembangan usahatani konservasi lahan dengan


metoda tanpa bakar (zero burning) atau pembukaan lahan baru lainnya
biasanya menghasilkan banyak limbah berupa serasah, yang terdiri dari
dedaunan dan ranting, maupun batang-batang pohon yang apabila
dibiarkan akan mongering dan berpotensi menjadi bahan bakar yang
mudah terbakar.

Untuk mengurangi tingkat bahaya kebakaran, limbah tebangan yang


tersisa/ tertinggal tersebut dapat dimodifikasi dengan memanfaatkan dan
mengolahnya menjadi kompos dan briket arang.

Dari serasah yang berupa dedaunan dan ranting-ranting kecil maupun


semak belukar dan rerumputan dapat dimanfaatkan menjadi kompos
(pupuk organik) dan dari limbah yang berupa batang, cabang serta
ranting dapat dibuat arang yang kemudian diolah lebih lanjut menjadi
beriket arang. Pemanfaatan limbah ini selain dapat meminimalkan resiko
bahaya kebakaran juga memberikan hasil yang Iebih bemanfaat dan
bernilai guna serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

A. Pembuatan Kompos

1. Bahan-Bahan

Bahan dan komposisi yang diperlukan dalam pembuatan


kompos adalah : 1) Limbah hasil tebangan berupa serasah

Pedoman PLTB 2009 21


yang terdiri dari paku-pakuan, gulma, tanaman pioner dan
lainnya (80 %); 2) Pupuk kandang (10 %); 3) Dedak/Bekatul
(10 %); 4) Dekomposer (100 ml); 5) Molase/Gula (25 Gram);
dan 6) Air secukupnya.

2. Cara membuatnya

Proses pembuatan kompos adalah sebagai berikut: 1) Limbah


hasil tebangan dicampur dengan pupuk kandang dan dedak ; 2)
Dekomposer, Molase/Gula dan air dilarutkan; 3) Campuran 1
diaduk dengan campuran 2 kemudian ditutup pakai plastik ; 4)
Setelah 3 hari diaduk supaya proses sempurna, lalu ditutup
kembali; dan 5) Setelah warnanya merata hitam kecoklatan dan
gembur kemudian di anginanginkan. Setelah dingin/suhunya
normal siap untuk dipakai atau dikemas dalam kantong plastik
untuk disimpan.

Gambar 1. Pengadukan
bahan agar proses sempurna

B. Pembuatan Arang
Pembuatan arang secara umum ada dua macam pembuatan yaitu
dengan cara jobongan arang sementara dan jobongan arang tetap.

Pedoman PLTB 2009 22


1. Pembuatan arang dengan jobongan sementara
Pembuatan arang dengan cara jobongan sementara langkah-
nya sebagai berikut :

a. Pembuatan lubang tempat proses pembuatan arang


Lubang pengarangan dibuat berbentuk setengah bola
dengan kedalaman 0,5 - 0,75 m dan diameter 1,0 - 1,5 m.
Jika lubang dipakai berulang, perlu dibersihkan dari bekas
pengarangan.

1,0 – 1,5 m

Gambar 2. Penampang alas lubang pengarangan


(pembuatan arang)

0,5 - 0,75

0,5 – 0,75

Gambar 3. Penampang samping lubang pengarangan


(pembuatan arang)

Pedoman PLTB 2009 23


b. Pemotongan kayu bahan arang.
Kayu dipotong sepanjang 1 m menggunakan alat potong .
c. Penumpukan kayu bahan arang di lubang.
Kayu bahan arang disusun diatas kayu galangan dalam
lubang tempat pembuatan arang. Kayu galangan berfungsi
sebagai tempat tumpuan kayu bahan arang dan juga
berfungsi sebagai lubang udara. Kayu yang berdiameter
besar diletakkan ditengah tumpukan. Penumpukan kayu
diusahakan benar-benar rapat agar lapisan tanah penutup
tidak turun sebelum waktunya.
Kebocoran (masuknya udara) dapat menyebabkan kayu
terbakar menjadi abu.

K
kayu galangan

Gambar-4 : Penumpukan dan penimbunan kayu bahan arang di lubang


pengarangan Kayu umpan

d. Kayu bakar yang sudah ditumpuk kemudian ditimbun dengan


dedaunan setebal 10-15 cm kemudian diatasnya diberi
lapisan tanah setebal 30 cm untuk tanah basah atau 20 cm

Pedoman PLTB 2009 24


untuk tanah kering. Lapisan tanah ini harus bisa bergerak
turun sesuai dengan tahap pengarangan. Pembakaran
dimulai dengan membakar kayu umpan. Setelah jobongan
dipastikan sudah nyala dan suhu dalam jobongan cukup
panas maka lubang tempat keluar masuknya udara dan kayu
umpan tersebut ditutup dengan tanah dan lapisan penutup
jobongan dipertebal. (lihat Gambar 4.)

e. Setelah 2-3 hari diperkirakan kayu bahan arang telah


berubah menjadi arang. Dalam selang waktu ini
pembongkaran jobongan dapat dilakukan (tidak menutup
kemungkinan untuk membongkarnya lebih cepat atau lambat
tergantung cepat lambatnya pengarangan terjadi). Bila
terjadi keboeoran udara dan tidak dapat ditanggulangi,
jobongan harus segera dibongkar agar tidak semua kayu
bahan arang terbakar menjadi abu. Setelah jobongan
dibongkar dan arang dikeluarkan lalu disiram dengan air
supaya benar-benar tidak ada bara api yang terdapat dalam
arang kemudian arang dimasukkan dalam karung yang telah
disiapkan.

2. Pembuatan arang dengan jobongan tetap

Yang dimaksud dengan jobongan tetap yaitu dapur arang yang


terbuat dari drum bekas berkapasitas 200 liter.

Pedoman PLTB 2009 25


a. Cara pembuatan jobongan
Drum bekas, tutup bagian atasnya dibuka, tutup bekas
bagian atas drum tersebut dilubangi tengahnya dengan
diameter 10 cm untuk dipasang cerobong asap setinggi 30
cm. Badan jobongan dibuat lubang udara 3 (tiga) baris terdiri
dari 4 lubang berukuran 13 mm dengan jumlah total lubang
ada 12 (dua belas) lubang rincian lihat gambar-5.

Gambar-5 : Jobongan Tetap

b. Bahan baku arang


Bahan baku arang dengan jobongan tetap dapat berupa
tempurung kelapa, kayu, serasah, daun, atau serbuk gergaji.
Bahan serbuknya dalam kondisi relatif kering sehingga
proses dapat lebih eepat dan tidak terlalu berasap.
c. Pengisian jobongan

Sebelum diisi letakkan paralon atau bambu yang


berdiameter 10 cm ditengah-tengah tegak lurus, baru bahan
baku dimasukkan hingga penuh seperti pada Gambar - 6.
.

Pedoman PLTB 2009 26


Pipa Paralon

Kayu bahan baku arang

Gambar-6: Cara pengisian jobongan tetap

d. Pembakaran

- Setelah jobongan diisi penuh dengan bahan arang


kemudian paralon atau bambu dicabut dan masukkan
kayu umpan yang telah dicelupkan ke minyak tanah.
Jika pembakaran sudah berlangsung dan diperkirakan
apinya tidak akan mati, maka tungku dapat ditutup dan
cerobong asap dapat dipasang.

- Pada tahap awal pembakaran tersebut, hanya lubang


baris terbawah yang dibiarkan terbuka, yang lainnya
ditutup dengan tanah liat.

- Tahap berikutnya apabila di lubang pertama sudah


kelihatan membara maka lubang pertama ditutup dan
lubang kedua dibuka demikian seterusnya untuk lubang
ke tiga.

Pedoman PLTB 2009 27


- Bila terjadi pengurangan volume bahan akibat
pembakaran, maka dapat ditambahkan bahan baru dari
bagian atas jobongan.

- Penambahan bahan ini hendaknya tidak menutup


lubang bagian tengah. Pembakaran dianggap selesai
apabila asap dari cerobong sudah tipis dan berwarna
kebiruan dalam kondisi ini semua lubang udara ditutup
rapat dengan tanah liat dan dibiarkan jobongan
mendingin.

- Bahan baku tempurung kelapa membutuhkan waktu


proses 6-7 jam, sedangkan untuk serbuk gergaji dan
serasah, waktu yang dibutuhkan lebih lama (± 12 jam)
karena serbuk gergaji dan serasah mudah terbakar
sehingga perlu ditambahkan bahan terus menerus agar
tungku tetap penuh.

- Untuk proses selanjutnya pisahkan abu, bahan baku


yang belum jadi arang dan arang kemudian dimasukkan
ke dalam karung.

C. Pembuatan Briket Arang

Briket arang adalah arang yang telah diubah bentuk, ukuran dan
kecepatannya menjadi produk yang lebih praktis dalam
penyimpanan, transportasi dan penggunaanya.

Pedoman PLTB 2009 28


1. Bahan

Bahan yang diperlukan adalah : arang, dan tepung pati sebagai


perekat.

2. Peralatan

Peralatan yang diperlukan antara lain: mesin kempa briket


lumpang dan alu, saringan 40 mesh dan 60 mesh, nampan
plastik, panci, pengaduk, kuas, timbangan, oven dan kompor .

3. Cara Membuatnya

a. Arang ditumbuk dalam lumpang kemudian disaring.


b. Serbuk yang lolos saringan 40 mesh dan tertahan dalam
saringan 60 mesh adalah bahan yang siap digunakan.
c. Siapkan perekat pati dengan mencampur pati dan air
dengan perbandingan 1: 12, pati diperlukan sebanyak 2,5 -
5 % setiap gram arang kering.
d. Campurkan 50 gram serbuk kering dengan perekat secara
merata menjadi seperti adonan, kemudian masukkan ke
mesin pencetak briket arang.
e. Keringkan briket arang yang baru saja dibuat ± 24 jam
pada suhu 60 derajat Celsisus atau dijemur di panas
matahari.

Pedoman PLTB 2009 29


Gambar-7 : Briket arang dalam proses penjemuran

Pedoman PLTB 2009 30


BAB VI
PEMBINAAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Pelaksanaan pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan


Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) dengan tahapan sebagai
berikut :

A. Tugas Propinsi dan Kabupaten/kota

1. Tingkat Propinsi

Kegiatan bersifat non fisik di tingkat Propinsi dilaksanakan oleh


Dinas lingkup pertanian dengan tugas:
a. Menyusun petunjuk pelaksanaan sebagai penjabaran dari
pedoman teknis pusat.
b. Melakukan koordinasi secara vertikal dan horisontal dengan
instansi terkait.
c. Melakukan bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi.
d. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan, dan disampaikan
ke Pusat secara berkala.

2. Tingkat Kabupaten/Kota

Kegiatan fisik PLTB dilaksanakan oleh Dinas lingkup Pertanian


Kabupaten/Kota dengan tugas:
a. Menyusun petunjuk teknis sebagai penjabaran dari pedoman
teknis dan petunjuk pelaksanaan yang ada dan disesuaikan
dengan kondisi lokalita setempat.

Pedoman PLTB 2009 31


b. Melakukan koordinasi secara vertikal dan horisontal dengan
instansi terkait.
c. Melakukan persiapan (sosialisasi, CPCL, disain)
pengembangan usahatani konservasi lahan terpadu.
d. Melaksanakan bimbingan teknis kepada para petugas
lapangan dan petani peserta pelaksana kegiatan.
e. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan dan dilaporkan ke
Propinsi.

B. Alur Pelaporan

Laporan diperlukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan


kegiatan dan permasalahan serta upaya pemecahan dalam
mencapai sasaran yang ditetapkan.

Pelaporan adalah merupakan salah satu bentuk


pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan di lapangan. Beberapa
aspek penting yang perlu dilaporkan adalah perkembangan realisasi
fisik dan keuangan, gambaran umum lokasi, hasil penetapan calon
lokasi dan calon petani, desain sederhana, pelaksanaan padat
karya, pelaksanaan konstruksi dan penanaman, permasalahan
yang dihadapi, saran dan pemecahannya dll.

Alur laporan adalah sebagai berikut:


1. Laporan bulanan dibuat oleh petugas kabupaten/kota dan
dikirim ke propinsi untuk diolah lebih lanjut dengan tembusan ke
pusat.

Pedoman PLTB 2009 32


2. Laporan bulanan yang dibuat oleh Dinas Lingkup Pertanian
Kab/Kota selanjutnya direkapitulasi oleh Dinas Lingkup
Pertanian Propinsi.
3. Laporan bulanan yang dibuat oleh Dinas Lingkup Pertanian
Propinsi kemudian dikirim ke Pusat dengan alamat Direktorat
Pengelolaan Lahan, Ditjen. Pengelolaan Lahan dan Air, Kanpus
Departemen Pertanian - Gedung D Lt. 9 Jl. Harsono RM No. 3
Ragunan, Jakarta Selatan 12550.
4. Laporan akhir dibuat oleh petugas kabupaten/kota dan dikirim
ke propinsi untuk diolah lebih lanjut dengan tembusan ke pusat.
5. Laporan akhir dibuat oleh propinsi berdasarkan hasil laporan
dari kabupaten kemudian dikirim ke pusat.
6. Waktu pengiriman
• Laporan bulanan kabupaten/kota dikirim paling lambat
tanggal 5 bulan berikutnya.
• Laporan bulanan propinsi dikirim paling lambat tanggal 10
bulan berikutnya.

Pelaporan perlu dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi


pelaksanaan kegiatan di lapangan dan dikirimkan ke Propinsi
dan Pusat (Direktorat Pengelolaan Lahan, Ditjen Pengelolaan
Lahan dan Air, Departemen Pertanian) di Jakarta.

C. Format Pelaporan

Adapun jenis laporan adalah sebagai berikut :

Pedoman PLTB 2009 33


1. Laporan Bulanan
Dinas Lingkup Pertanian Kabupaten/Kota wajib membuat laporan
bulanan/ sesuai tahapan pelaksanaan kegiatan seperti pada
format Laporan form PLA 01, 02, 03 dan 04 sebagaimana
terdapat pada Lampiran 5.

2. Laporan Akhir
Laporan akhir akan lebih informatif dan komunikatif bila
dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi (sebelum, sedang dan
selesai pelaksanaan kegiatan).
Format laporan akhir dan outline sebagaimana tedapat pada
Lampiran 6.

3. Pembobotan Fisik.
Untuk mempermudah monitoring tingkat kemajuan pelaksanaan
kegiatan di lapangan perlu dilakukan pembobotan fisik sesuai
dengan tahap-tahap pelaksanaan mulai dari tahap persiapan
sampai dengan tahap pelaksanaan.
Skoring pembobobotan pelaksanaan kegiatan PLTB ada 2
bagian yaitu :

1) Persiapan dan
2) Pelaksanaan.

Skoring pembobotan tersebut lebih rinci dapat dilihat pada Tabel


1.

Pedoman PLTB 2009 34


Tabel 1. Pembobotan fisik pelaksanaan kegiatan PLTB

No T AHAP PELAKSANAAN BOBOT FISIK


(%)
A PERSIAPAN 20
1 SK Tim Pelaksana 2
2 Penetapan CPCL 3
3 Disain 4
4 RUKK 4
Perjanjian Kerjasama & Pembukaan
5 4
Rekening
6 Transfer Dana 3
B PELAKSANAAN 80
1. Pengadaan Sarana produksi 40
2. Pembersihan Lahan 10
3. Pengolahan/Penyiapan Lahan 10
4. Pemanfaatan Limbah 10
5. Penanaman 10
TOTAL 100

Pedoman PLTB 2009 35


BAB VII
INDIKATOR KINERJA

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan


Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) maka diperlukan indikator
kinerja sebagai tolok ukur keberhasilannya.
Adapun indikator kinerja kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
A. Indikator Masukan/Input
1. Penyediaan anggaran baik berasal dari pemerintah (APBN,
APBD), bantuan luar negeri, pihak swasta maupun masyarakat.
2. Perangkat peraturan pemerintah, perda, kebijakan dan
pedoman.
3. Sumber Daya Manusia (SDM)

B. Indikator Keluaran (Outputs)


Terlaksananya kegiatan Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar 500 ha

C. Indikator Keberhasilan (Outcomes)


Indikator keberhasilan (outcomes) adalah :
1. Berkembangnya usahatani tanaman Pangan, hortikultura dan
perkebunan bernilai ekonomis tinggi dan usaha peternakan.
2. Terjadinya perobahan pola pikir petani untuk tidak melakukan
pembakaran lahan saat pengolahan lahan.

D. Indikator Manfaat (Benefit)


Indikator manfaat (benefits) adalah adalah :
1. Berkurangnya jumlah kebakaran lahan.

Pedoman PLTB 2009 36


2. Meningkatnya produktivitas lahan.

E. Indikator Dampak (Impacts)


Indikator dampak (impacts) adalah:
1. Berkurangnya pencemaran udara
2. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani dan
kesejahteraan para petani.

Pedoman PLTB 2009 37


BAB VII
PENUTUP

Pengelolaan lahan dengan metode tanpa bakar terutama pada lahan


rawa lebak adalah merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya
kebakaran lahan dan pemanfaatan lahan secara optimal dengan
memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan.

Dengan menggunakan teknologi pengolahan limbah atau sisa-sisa


tanaman hijau yanit dapat dibuat kompos, arang dll maka dapat
memberikan penamabahan pendapat bagi petani diluar bidang usaha
pertanian.

Sudah barang tentu upaya penerapan metoda tanpa bakar ini diperlukan
komitmen bersama seluruh stake holder, khususnya mesyarakat yang
terlibat langsung di lapangan.

------------------------------------------------------------------

Pedoman PLTB 2009 38


LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1.

CONTOH DISAIN
Lampiran 2.

JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


PLTB
JADWAL Kegiatan Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar

TAHUN 2009

Bulan

No. Jenis Kegiatan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1 Penerbitan Juklak & Juknis

2 Koordinasi Instansi terkait

3 Inventarisas (CPCL)

4 Penetapan Lokasi

5 Sosialisasi kegiatan

6 Desain Sederhana

7 Penyusunan RUKK

8 Pembukaan Rekening Kelompok

9 Pengadaan sarana produksi

10 Pengadaan Ternak

11 Pembersihan Lahan

12 Penanaman

13 Pemeliharaan

14 Panen
Lampiran 3.

SEBARAN LOKASI KEGIATAN PLTB TA


2009
REKAPITULASI RENCANA KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN
TANPA BAKAR (PLTB) TA. 2009

Mendukung
No Propinsi Nama DAS Kabupaten TP Horti Bun Jml Luas
(ha) (ha) (ha)

1 Riau Indragiri 1 Rokan Hulu 50 50

2 Jambi Batanghari 2 Tanjab Barat 20 25 45


3 Tanjab Timur 25 25 50

3 Sumsel Musi 4 Ogan Komiring Ilir 50 50


5 Ogan Ilir 100 100

4 Kalbar Kapuas 6 Sambas 25 25 50


7 Sanggau 25 25 50

Jumlah 245 75 75 395


Lampiran 4.

CONTOH R U K K
Contoh
RENCANA USULAN KEGIATAN KELOMPOK (RUKK)
PENGELOLAAN LAHAN TANPA BAKAR (PLTB)

Jumlah Biaya & Sumber Dana (Rp)


Harga Per Metode
Jenis Pekerjaan Satuan/ Volume Tugas APBD Swadaya
Satuan Petani Pelaksanaan
Pembantuan

a Penyediaan Sarana Produksi Pertanian

- Benih/Bibit tanaman ……… Kg

- Urea ……… Kg

- SP-36 ……… Kg

- KCL ……… Kg

- Pestisida ……… Ltr

- Pupuk organik ……… Kg

- Peralatan ……… Buah

- APPO/Chopper/Pencacah ……… Unit

- Lain-lain ………………….(sebutkan) ………

b Pelaksanaan Fisik

- Pembukaan dan pembersihan lahan ……… HOK

- Pengolahan lahan sampai siap tanam ……… HOK

- Pembuatan guludan/petakan dan lain-lain ……… HOK

- Penanaman ……… HOK

- Pemeliharaan ……… HOK

- Lain-lain ………………….(sebutkan) ………

TOTAL DANA

…….…………………...….,………………. 2009

Mengetahui,

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) TimTeknis/ Korlap Ketua Kelompok Tani

( ) ( ) ( )
Lampiran 5.

FORMAT LAPORAN
(FORM 01, 02, 03, 04)
Form PLA.01
LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN
KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR
T.A. 2009

Dinas : ……………………………..
Kabupaten : ……………………………..
Provinsi : ……………………………..
Subsektor : ……………………………..
Program : ……………………………..
Bulan : ……………………………..

Pagu DIPA Realisasi Terhadap Pagu DIPA Lokasi Kegiatan


Ket
No. Aspek/Kegiatan Keuangan Fisik Keuangan Fisik Nama Desa/ Koordinat
(Rp) (Ha/Km/Unit) (Rp) (%) (%) Kelompok Kecamatan
A. Pengelolaan Air
1. JITUT
2. JIDES
3. dst……….

B. Pengelolaan Lahan
1. PUKLT
2. PLTB
3. Konservasi DAS Hulu
4. dst ……..

C. Perluasan Areal
1. Peral sawah
2. Peral lahan kering
3. Peral hortikultura
4. dst….

Catatan :
1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 5 setiap bulan
2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan
Jakarta Selatan via Fax : 021-7816086 atau E-mail : simonevpla@deptan.go.id

………………………., ……………………. 2009


Penanggung jawab kegiatan Kabupaten
Form PLA.02
LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN
KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR
T.A. 2009

Dinas : ……………………………..
Propinsi : ……………………………..
Subsektor : ……………………………..
Program : ……………………………..
Bulan : ……………………………..

Pagu DIPA Realisasi Terhadap Pagu DIPA


No.Dinas Kabupaten/Kota* Aspek/Kegiatan Keuangan Fisik Anggaran Fisik Keterangan
(Rp) (Ha/Km/Unit) (Rp) (%) (%)
1 Dinas……………………Pengelolaan Air
Kab/Kota ………………1. JITUT
2. JIDES
3. dst ……

Pengelolaan Lahan
1. PUKLT
2. PLTB
3. Konservasi DAS Hulu
4. dst ……..

Perluasan Areal
1. Peral sawah
2. dst ……..
2 Dinas……………………*)
Kab/Kota …………………

1. JUT
JUMLAH 2. Optimasi Lahan
3. Peral sawah
4. dst ……..
Catatan :
1. Laporan dikirim ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulan
2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3
Ragunan, Jakarta Selatan via Fax : 021-7816086 atau E-mail : simonevpla@deptan.go.id
*) Diisi nama Dinas Kabupaten/Kota yang melaksanakan kegiatan PLA

………………………., ……………………. 2009


Penanggung jawab kegiatan Propinsi
Form PLA.03
LAPORAN MANFAAT
KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR
TA. 2006/2007/2008*)

Dinas : ………………………………..
Kabupaten : ………………………………..
Provinsi : ………………………………..
Subsektor : ………………………………..
Tahun : ………………………………..

Target Fisik Realisasi


No. Kegiatan Manfaat
DIPA Fisik

A. Aspek Pengelolaan Air


1. JITUT
2. JIDES
3. TAM
4. dst ……

B. Aspek Pengelolaan Lahan


1. PUKLT
2. PLTB
3. Konservasi DAS Hulu
4. dst ……..

C. Aspek Perluasan Areal


1 Cetak Sawah
2 Perluasan Areal Hortikultura
3 Perluasan Areal Perkebunan
4 dst

Catatan :
1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PLA pada akhir Tahun Anggaran
2. Laporan ke Ditjen PLA cq. ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8
Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Jaksel via Fax : 021-7816086 atau E-mail : simonevpla@deptan.go.id
3. Manfaat harus terukur, contoh :
a. Kegiatan JITUT/JIDES seluas 500 Ha, menaikan IP 50 % dengan produktivitas 5 ton/Ha,
sehingga manfaat kegiatan berupa peningkatan produksi sebanyak 500 X 0,5 X 5 Ton = 1.250 ton
b. Rehab JUT/JAPROD
Manfaat mengurangi ongkos angkut Rp. 25; / Kg atau Rp. 25.000; / Ton pada areal dgn tingkat produksi
1.000 ton sehingga manfaat kegiatan dapat mengurangi ongkos angkut Rp. 25.000 X 1.000 = Rp. 25.000.000;
c. Cetak Sawah Seluas 200 Ha
Menyebabkan perluasan areal tanam seluas 200 Ha dengan produktivitas 2,5 ton/Ha dan IP 150 %,
sehingga manfaat kegiatan cetak sawah berupa peningkatan produksi = 200 X 2,5 ton X 1,5 = 750 ton
4. *) coret yang tidak perlu

……………………….., …….……………. 2009


Penanggungjawab Kegiatan Kabupaten
Form PLA.04
REKAPITULASI LAPORAN MANFAAT
KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR
TA. 2006/2007/2008*)

Dinas : ………………………………..
Provinsi : ………………………………..
Subsektor : ………………………………..

Target Fisik Realisasi


No. Kegiatan Manfaat
DIPA Fisik

A. Aspek Pengelolaan Air


1. JITUT
2. JIDES
3. TAM
4. dst ……

B. Aspek Pengelolaan Lahan


1. PLTB
2. PUKLT
3. KDH
4. dst ……..

C. Aspek Perluasan Areal


1 Cetak Sawah
2 Perluasan Areal Hortikultura
3 Perluasan Areal Perkebunan
4 dst

Catatan :
1. Laporan dikirim ke Ditjen PLA pada akhir Tahun Anggaran
2. Laporan ke Ditjen PLA cq. ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8
Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Jaksel via Fax : 021-7816086 atau E-mail : simonevpla@deptan.go.id
3. Manfaat harus terukur, contoh :
a. Kegiatan JITUT/JIDES seluas 500 Ha, menaikan IP 50 % dengan produktivitas 5 ton/Ha,
sehingga manfaat kegiatan berupa peningkatan produksi sebanyak 500 X 0,5 X 5 Ton = 1.250 ton
b. Rehab JUT/JAPROD
Manfaat mengurangi ongkos angkut Rp. 25; / Kg atau Rp. 25.000; / Ton pada areal dengan tingkat produksi 1.000 ton
sehingga manfaat kegiatan dapat mengurangi ongkos angkut Rp. 25.000 X 1.000 = Rp. 25.000.000;
c. Cetak Sawah Seluas 200 Ha
Menyebabkan perluasan areal tanam seluas 200 Ha dengan produktivitas 2,5 ton/Ha dan IP 150 %, sehingga manfaat
kegiatan cetak sawah berupa peningkatan produksi sebesar 200 X 2,5 ton X 1,5 = 750 ton
4. *) coret yang tidak perlu

……………………….., …….……………. 2009


Penanggungjawab Kegiatan Popinsi
Lampiran 6.

FORMAT LAPORAN AKHIR


DAN LAMPIRAN
Lampiran Laporan Akhir
PENGELOLAAN LAHAN TANPA BAKAR
(PLTB) TA. 2009

Propinsi :

No. Kabupaten/ Kecamatan/ Luas Nama Jml Jml Kegiatan Komoditi Permasalahan
DAS Desa (ha) Kelompoktani Petani Tenaga Kerja Jenis Jml Jenis Jml
Peserta (HOK) (m/ unit) (kg, btg, stek)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

…………,………………… 2009

Kepala Dinas Pertanian/ TPH/ BUN


Kabupaten …………………………………

( ……………………………………………)
NIP. …………………………
Lampiran 7.

SKB GNKPA

You might also like