You are on page 1of 13

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Perilaku seksual Pra Nikah Pada Remaja Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP


TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA
REMAJA DI INDONESIA
Oleh
Iswarati* , T.Y. Prihyugiarto*
*
Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi, BKKBN

ABSTRAK
Secara umum tujuan dari analisis mendalam adalah untuk mengetahui faktor-faktor
yang menjadi predictor sikap dan perilaku melakukan hubungan seksual pra nikah.
Sampel Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) dirancang untuk
menghasilkan perkiraan yang dapat dipercaya pada tingkat nasional. Jumlah
sampel dari survei adalah 1.815 perempuan belum kawin dan 2.341 pria belum
kawin. Lima belas provinsi yang dicakup dalam SKRRI 2002-2003 adalah: Riau,
Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo. Unit sampel yang digunakan
dalam analisis semua perempuan dan pria belum kawin. Analisis dilakukan dengan
bivariat dan multivariat. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat dan menguji
hubungan antara variabel pengaruh dengan variabel terpengaruh, sedangkan
analisis multivariat dilakukan untuk melihat hubungan beberapa variabel pengaruh
terhadap variabel terpengaruh, berdasarkan data kategorik dilakukan dengan
regresi logistic sederhana.. Temuan relevan hasil studi menunjukkan bahwa
variabel jenis kelamin,tempat tinggal, punya teman yang telah melakukan
hubungan seksual pra nikah, dan adanya dorongan dari teman yang pernah
melakukan hubungan seksual pra nikah merupakan variabel paling berpengaruh
secara bermakna terhadap sikap remaja melakukan hubungan seksual pra nikah.
Variabel lain seperti pengetahuan tentang kesehatan reproduksi ternyata tidak
berpengaruh terhadap sikap remaja melakukan hubungan seksual pra nikah,
artinya remaja yang tahu atau tidak tahu tentang kesehatan reproduksi tidak
berpengaruh terhadap sikap remaja melakukan hubungan seksual pra nikah.
Remaja laki-laki cenderung 2 kali lebih besar untuk bersikap setuju jika remaja
melakukan hubungan seksual pra nikah dibanding remaja perempuan, sedangkan
remaja dari perkotaan cenderung 1,4 kali lebih banyak untuk bersikap setuju
melakukan hubungan seksual pra nikah dibanding remaja dari perdesaan. Remaja
yang mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual pra nikah cenderung
3 kali lebih banyak bersikap setuju jika remaja melakukan hubungan seksual pra
nikah daripada remaja yang tidak mempunyai teman yang pernah melakukan
hubungan seksual pra nikah. Sementara remaja yang mempunyai teman pernah
melakukan hubungan seksual pra nikah dan mendorongnya untuk melakukan
hubungan seksual pra nikah cenderung 1,8 kali lebih banyak bersikap setuju jika
remaja melakukan hubungan seksual pra nikah daripada remaja yang tidak
mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual pra nikah dan
mendorongnya untuk melakukan hubungan seksual pra nikah.

Kata Kunci: Perilaku seksual, remaja pria, tempat tinggal, dorongan teman

Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Tahun II, No. 2, 2008 18
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Perilaku seksual Pra Nikah Pada Remaja Indonesia

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masa remaja pada dasarnya merupakan masa hubungan seksual di luar nikah di kalangan
transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. remaja.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO,
1975) masa remaja sebagai masa dimana peru- Perilaku seksual sebelum menikah juga me-
bahan fisik, mental, dan sosial ekonomi terjadi. ningkat sejalan dengan modernisasi dan glo-
Secara fisik diartikan sebagai terjadinya peru- balisasi sosial saat ini. Umur pertama kali mela-
bahan karakteristik jenis kelamin sekunder kukan hubungan seksual juga menurun, hal ini
menu-ju kematangan seksual dan reproduksi. menjadi penyebab terjadi kehamilan sebelum
Proses perubahan mental dan identitas usia menikah dan induced aborsi. Estimasi kejadian
dewasa berkembang pada masa remaja, sedang- aborsi pada perempuan belum kawin berkisar
kan secara ekonomis masa remaja adalah masa antara 25-50 persen dari seluruh total kasus
transisi dari ketergantungan sosial ekonomi se- aborsi.
cara menyeluruh ketergantungan yang relatif
lebih rendah. Tujuan Analisis
Tujuan Umum:
Dalam Program Pembangunan Nasional (Prope- Tujuan umum analisis lanjutan ini untuk
nas) tahun 2000-2004, kesehatan reproduksi re- mengetahui faktor-faktor yang menjadi predictor
maja merupakan salah satu program pemerintah sikap dan perilaku remaja melakukan hubungan
di dalam sektor pembangunan sosial budaya seksual sebelum menikah.
(Republik Indonesia, 2000). Tujuan program
adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, Tujuan khusus:
dan perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi. • Mengetahui hubungan antara faktor sosial
Lima target utama kebijakan kesehatan repro- demografi terhadap sikap mengenai hu-
duksi remaja yang dimulai pada Tahun 2001 bungan seksual sebelum menikah;
adalah sebagai berikut: • Mengetahui hubungan antara pengetahuan
1. Mengurangi jumlah penduduk yang menikah kesehatan reproduksi remaja terhadap sikap
muda mengenai hubungan seksual sebelum meni-
2. Meningkatkan pemahaman mengenai kah;
kesehatan reproduksi remaja
• Mengetahui hubungan antara faktor sosial
3. Mengurangi angka kehamilan remaja
ekonomi, dan pengetahuan kesehatan repro-
4. Mengurangi angka kehamilan sebelum duksi terhadap sikap remaja mengetahui pe-
menikah rilaku hubungan seksual sebelum menikah.
5. Meningkatkan pengetahuan remaja
mengenai penyakit menular seksual (PMS). Manfaat Analisis
Akhir-akhir ini perilaku seksual dikalangan • Menyajikan atau memberikan bahan ad-vokasi
remaja menjadi popular, hal tersebut dapat bagi para penentu kebijakan, terutama yang
dilihat dengan meningkatnya kejadian keha- berkaitan dengan faktor-faktor yang mem-
milan sebelum menikah, perkawinan dini, pengaruhi sikap dan perilaku hubungan
melahirkan usia muda, aborsi, bahkan penyakit seksual di luar nikah di kalangan remaja.
menular seksual. Kehamilan sebelum menikah • Dengan mempelajari faktor-faktor yang mem-
dan induced aborsi tidak hanya berdampak pengaruhi perilaku seksual sebelum menikah
negatif pada kesehatan remaja tetapi juga akan bermanfaat bagi intervensi program
menjadi masalah sosial yang berkepanjangan. untuk penanganan remaja. Untuk itu perlu
Diperolehnya infor-masi tentang faktor-faktor adanya identifikasi sikap remaja terhadap
yang mempenga-ruhi sikap terhadap perilaku

Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Tahun II, No. 2, 2008 19
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Perilaku seksual Pra Nikah Pada Remaja Indonesia

perilaku seksual sebelum menikah dan meng- dan menguji hubungan antara variabel pengaruh
gali prediktor dari sikap tersebut. dengan variabel terpengaruh, disamping itu juga
• Dengan melakukan analisis mendalam dari untuk mengetahui keeratan hubungan antara
hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja variabel satu dengan yang lainnya. Sedangkan
tahun 2002-2003, akan diperoleh jawaban dari analisis multivariat dilakukan untuk melihat
pertanyaan apakah remaja yang mengaku hubungan beberapa variabel pengaruh (inde-
pernah melakukan hubungan seksual di luar pendent variable) terhadap variabel terpengaruh
nikah, pengetahuan tentang kesehatan repro- (dependent variable) berdasarkan data kategorik
duksinya sudah baik dibandingkan remaja dilakukan dengan regresi logistic sederhana.
yang pe-ngetahuan kesehatan reproduksinya Dengan melakukan pengujian ini selain dapat
masih rendah, atau sebaliknya diketahui rasio kecenderungan (odds ratio)
variabel-variabel pengaruh, juga dapat diketahui
METODOLOGI keeratan hubungan antara independent variable
dan dependent variable.
Rancangan Sampel
Salah satu tujuan Survei Kesehatan Reproduksi Variabel sosial demografi seperti tempat tinggal,
Remaja Indonesia (SKRRI) 2002-2003 adalah tingkat kesejahteraan, umur, jenis kelamin dan
untuk mengukur tingkat aktivitas seksual pendidikan merupakan variabel pengaruh, se-
remaja. SKKRRI 2002-2003 adalah sub sampel dangkan variabel terpengaruh adalah sikap dan
dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia perilaku remaja mengenai hubungan seksual se-
(SDKI) 2002-2003, yang dilaksanakan oleh BPS belum menikah.Variabel antara adalah penge-
dan ORC Macro. SKRRI mengumpulkan data tahuan remaja, yang meliputi : pengetahuan
dari sampel yang mewakili perempuan belum masa subur, risiko hamil apabila berhubungan
kawin umur 15-24 tahun dan pria belum kawin walaupun sekali, KB, penyakit infeksi menular
umur 15-24 tahun, untuk mengukur tingkat seksual dan HIV/ AIDS, dan keterpaparan faktor
pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan lingkungan, seperti keterpaparan media masa,
reproduksi, dan disamping itu juga mengukur pernah pacaran, dan punya teman yang pernah
tingkat perilaku seksual remaja. melakukan hubungan seksual.

Sampel SKRRI dirancang untuk menghasilkan


perkiraan yang dapat dipercaya pada tingkat
nasional. Jumlah sampel dari survei tersebut
1.815 perempuan belum kawin dan 2.341 pria HASIL ANALISIS
belum kawin. Lima belas provinsi yang dicakup
dalam SKRRI 2002-2003 adalah Riau, Sumatera Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku
Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Seksual Pra Nikah
Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Ban- Pendapat atau sikap remaja mengenai hubungan
ten, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, seksual sebelum menikah dipengaruhi oleh
Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara
Selatan, dan Gorontalo. Unit sampel yang di- lain sosial budaya, demografi dan lingkungan.
gunakan dalam analisa semua perempuan dan Mengingat keterbatasan data, maka dalam ana-
pria belum kawin. lisis ini hanya menggunakan variabel-variabel
yang tersedia saja pada data Survei Kesehatan
Metode analisis Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2002-
Dalam analisis ini akan dilihat hubungan antara 2003.
variabel pengaruh (independent variable), va-
riabel antara (intermediate variable), dan Variabel sosial demografi seperti tempat tinggal,
variabel terpengaruh (dependent variable). tingkat kesejahteraan, umur, jenis kelamin dan
pendidikan diduga berpengaruh terhadap sikap
Analisis dilakukan dengan bivariat dan multi- dan perilaku remaja mengenai hubungan seksual
variat. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat sebelum menikah. Dalam analisis ini variabel

Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Tahun II, No. 2, 2008 20
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Perilaku seksual Pra Nikah Pada Remaja Indonesia

umur dibedakan menjadi dua katagori yakni usia


15-19 tahun dan 20-24 tahun, pendidikan di- Tabel 1.
kelompokkan menjadi dua yakni remaja yang Hubungan karakteristik latar belakang responden terhadap
berpendidikan dari tidak sekolah sampai tidak pengetahuan masa subur, Indonesia 2002-2003
Tahu masa subur
tamat SLTP dikatagorikan pendidikan rendah, Karakteristik latar
Tidak Jumlah
dan remaja yang berpendidikan lulus SLTP ke belakang Ya (%)
(%)
atas di katagorikan berpendidikan tinggi. Umur **
15- 19 tahun 37.0 63.0 2591
Tingkat kesejahteraan remaja ditetapkan ber- 20- 24 tahun 48.3 51.7 1565
dasarkan tingkat kesejahteraan keluarga yang di Daerah T. Ttinggal **
ukur dengan indek kekayaan kuantil (wealth Perkotaan 47.6 52.4 2440
index). Tingkat kesejahteraan dikelompokkan Perdesaan 32.3 67.7 1716
menjadi dua katagori, katagori miskin meliputi Pendidikan **
keluarga yang mempunyai indek kekayaan Di bawah SLTP 33.0 67.0 2363
kuantil rendah sampai menengah kebawah, dan Tamat SLTP+ 52.2 47.8 1793
katagori kaya meliputi keluarga yang mem- Jenis kelamin **
punyai indek kekayaan kuantil menengah Laki-laki 32.3 67.7 2341
Perempuan 52.8 47.2 1815
sampai teratas.
Tkt. kesejahteraan **
Miskin 29.2 70.8 1442
Variabel tersebut diduga berpengaruh secara
Menengah ke atas 47.7 52.3 2714
tidak langsung terhadap sikap dan perilaku ** ) Secara statistik ada perbedaan yang bermakna pada p < 0.01
remaja melakukan hubungan seksual sebelum
menikah, tetapi melalui suatu variabel antara Hasil analisis Tabel 1 menunjukkan bahwa
yaitu pe-ngetahuan remaja. variabel sosial demografi seperti umur remaja,
tempat tinggal, tingkat pendidikan, jenis kelamin
a. Hubungan variable umur, tempat tinggal, dan tingkat kesejahteraan sangat berpengaruh
pendidikan, jenis kelamin dan tingkat terhadap pengetahuan remaja tentang masa
kesejahteraan terhadap variabel Antara subur perempuan. Remaja yang tinggal di
perkotaan, remaja yang berpendidikan tinggi,
remaja yang mempunyai tingkat kesejahteraan
lebih baik, dan remaja umur 20-24 tahun akan
lebih terpapar dengan informasi mengenai kese-
Pengetahuan masa subur hatan reproduksi, sehingga pengetahuan tentang
masa subur lebih tinggi dibandingkan dengan re-
Dalam siklus menstruasi perempuan ada masa maja yang tinggal di perdesaan, remaja dengan
subur, yakni di antara satu siklus dengan siklus pendidikan lebih rendah, remaja yang ke-
berikutnya terdapat hari-hari tertentu dimana luarganya mempunyai tingkat kesejahteraan
apabila perempuan melakukan hubungan seksual kurang, serta remaja dengan usia lebih muda
dengan pria hampir dipastikan akan hamil. (15-19 tahun). Perbedaan tersebut cukup signi-
Pengetahuan dan pemahaman remaja mengenai fikan dan secara statistik menunjukkan perbe-
masa subur diduga berpengaruh terhadap sikap daan yang bermakna.
dan perilaku remaja melakukan hubungan
seksual sebelum menikah. Untuk memperoleh Pengetahuan remaja tentang risiko hamil
informasi tersebut kepada responden ditanyakan
apakah mereka tahu masa subur dari suatu
periode haid. Mereka yang secara positip
menjawab tahu sebesar 41 persen. Namun lebih
lanjut ditanyakan ’kapan hari-hari subur’
tersebut, dan dari mereka yang menjawab tahu,
hanya 13 persen yang menjawab dengan benar
kapan hari-hari tersebut.

Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Tahun II, No. 2, 2008 21
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Perilaku seksual Pra Nikah Pada Remaja Indonesia

Tabel 2.
Pengetahuan remaja tentang risiko menjadi Hubungan karakteristik latar belakang responden terhadap
hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan pengetahuan tentang risiko hamil, Indonesia 2002-2003
seksual tampaknya juga dipengaruhi oleh faktor Risiko Hamil dengan
sosial de-mografi remaja, seperti umur remaja, Karakteristik latar sekali hubungan
Jumlah
tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan tingkat belakang seksual
kesejahteraan. Ya (%) Tidak (%)
Umur **
15- 19 tahun 43.1 56.9 2591
Seperti terlihat pada Tabel 2, remaja usia 20-24
20- 24 tahun 54.0 46.0 1565
tahun, remaja yang tinggal di perkotaan, remaja Daerah T. Ttinggal **
yang berpendidikan tinggi, dan remaja yang Perkotaan 54.2 45.8 2440
mempunyai tingkat kesejahteraan lebih baik, Perdesaan 37.3 62.7 1716
proporsi yang tahu tentang risiko menjadi hamil Pendidikan **
hanya dengan sekali melakukan hubungan Di bawah SLTP 40.6 59.4 2363
seksual lebih tinggi dibandingkan dengan remaja Tamat SLTP+ 55.9 44.1 1793
yang berumur lebih muda (15-19 tahun), remaja Jenis kelamin **
dengan pendidikan lebih rendah dan remaja Laki-laki 45.5 54.5 2341
yang tinggal di perdesaan, dan secara statistik Perempuan 49.5 50.5 1815
terdapat perbedaan yang bermakna. Tkt. kesejahteraan **
Miskin 36.1 63.9 1442
Pengetahuan tentang alat/cara KB Menengah ke atas 53.1 46.9 2714
** ) Secara statistik ada perbedaan yang bermakna pada p < 0.01

Metoda pengaturan kehamilan atau keluarga


Tabel 3 menunjukkan bahwa remaja umur 20-24
berencana sangat beragam mulai dari alat/cara
tahun, remaja yang tinggal di perkotaan, remaja
KB modern, seperti metoda operasi mantap
yang berpendidikan tinggi, dan remaja yang
(sterilisasi), alat kontrasepsi dalam rahim/ spiral,
mem-punyai tingkat kese-jahteraan bagus,
susuk KB, suntikan KB, dan pil KB, sampai
tingkat pengetahuannya tentang KB lebih baik
cara/ metoda KB tradisional, misalnya system
dibandingkan dengan remaja yang lebih muda
kalender, pantang berkala, dan senggama
(15-19 tahun), remaja dengan pendidikan lebih
terputus. Tampaknya pengetahuan remaja ten-
rendah dan remaja yang tinggal di perdesaan.
tang alat/ cara KB ini dipengaruhi oleh faktor
sosial demografi, dan secara statistik menunjuk-
Pengetahuan tentang HIV/AIDS
kan pengaruh yang bermakna.
Pengetahuan tentang HIV/AIDS merupakan
Tabel 3. salah satu faktor yang cukup penting untuk me-
Hubungan karakteristik latar belakang responden terhadap rubah sikap atau perilaku seksual. Dengan
pengetahuan mengenai alat/cara KB, Indonesia 2002-2003
Tahu alat/cara KB
mengetahui dan memahami konsekuensi jangka
Karakteristik latar panjang dari praktek seksual yang tidak aman
Ya (%) Tidak Jumlah
belakang akan merubah menjadi perilaku seksual yang
(%)
Umur ** sehat. Tabel 4 menunjukkan hubungan karak-
15- 19 tahun 91.0 9.0 2591 teristik latar belakang terhadap pengetahuan
20- 24 tahun 95.3 4.7 1565
Daerah T. tinggal **
tentang HIV/AIDS.
Perkotaan 95.0 5.0 2440
Perdesaan 89.2 10.8 1716 Tabel 4.
Pendidikan ** Hubungan karakteristik latar belakang responden terhadap
Di bawah SLTP 89.0 11.0 2363 pengetahuan tentang HIV/AIDS, Indonesia 2002-2003
Tamat SLTP+ 97.5 2.5 1793 Karakteristik latar Tahu HIV/AIDS Jumlah
Jenis kelamin ** belakang Ya (%) Tidak
Laki-laki 91.1 8.9 2341 (%)
Perempuan 94.6 5.4 1815 Umur **
Tkt kesejahteraan **
15- 19 tahun 59.8 40.2 2591
Miskin 86.9 13.1 1442
Menengah ke atas 95.7 4.3 2714 20- 24 tahun 75.2 24.8 1565

** ) Secara statistik ada perbedaan yang bermakna pada p < 0.01


Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Tahun II, No. 2, 2008 22
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Perilaku seksual Pra Nikah Pada Remaja Indonesia

Daerah T. tinggal ** lebih baik mempunyai tingkat pengetahuan


Perkotaan 75.8 24.2 2440 tentang penyakit menular seksual lebih tinggi
Perdesaan 51.1 48.9 1716 dibandingkan dengan remaja yang lebih muda
Pendidikan ** (15-19 tahun), remaja dengan pendidikan lebih
Di bawah SLTP 54.3 45.7 2363 rendah, remaja yang tinggal di perdesaan, dan
Tamat SLTP+ 80.5 19.5 1793
remaja yang tingkat kesejahteraan lebih rendah
Jenis kelamin **
(lihat Tabel 5).
Laki-laki 64.4 35.6 2341
Perempuan 67.1 32.9 1815
Tabel 5.
Tkt. kesejahteraan **
Hubungan karakteristik variabel latar belakang responden
Miskin 46.1 53.9 1442
terhadap pengetahuan penyakit menular seksual, Indonesia
Menengah ke atas 75.9 24.1 2714
** ) Secara statistik ada perbedaan yang bermakna pada p < 0.01 2002-2003
Karakteristik latar Tahu penyakit PMS Jumlah
belakang Ya (%) Tidak
Tingkat pengetahuan remaja tentang suatu cara (%)
yang dapat dilakukan seseorang untuk meng- Umur **
hindari penyakit AIDS atau virus yang me- 15- 19 tahun 28.9 71.1 2591
nyebabkan AIDS dipengaruhi oleh faktor sosial 20- 24 tahun 52.1 47.9 1565
demografi, dari analisis menunjukkan bahwa Daerah T. tinggal **
faktor umur, tempat tinggal, pendidikan, dan Perkotaan 47.3 52.7 2440
tingkat kesejahteraan keluarga remaja ber- Perdesaan 23.9 76.1 1716
pengaruh terhadap tingkat pengetahuan remaja, Pendidikan **
secara statistik menunjukkan perbedaan yang Di bawah SLTP 25.1 74.9 2363
bermakna. Tingkat pengetahuan remaja rumur Tamat SLTP+ 54.1 45.9 1793
20-24 tahun, remaja yang tinggal di perkotaan, Jenis kelamin **
Laki-laki 40.0 60.0 2341
remaja yang berpendidikan tinggi, dan remaja
Perempuan 34.5 65.5 1815
yang mempunyai tingkat kesejahteraan bagus
Tkt. kesejahteraan **
memberikan tingkat pengetahuan tentang
Miskin 25.4 74.6 1442
HIV/AIDS lebih tinggi dibandingkan dengan Menengah ke atas 44.1 55.9 2714
remaja yang lebih muda (15-19 tahun), remaja
dengan pendidikan lebih rendah dan remaja **) Secara statistik ada perbedaan yang bermakna pada p < 0.01
yang tinggal di perdesaan.

b. Hubungan variabel umur, tempat tinggal,


pendidikan, jenis kelamin dan tingkat
Pengetahuan tentang penyakit menular kesejahteraan terhadap sikap atas
seksual (PMS) hubungan seksual pra nikah

Pengetahuan tentang penyakit menular seksual Pada responden ditanyakan pendapat mereka
juga merupakan salah satu faktor yang cukup apakah setuju atau tidak apabila seorang pria
penting untuk merubah sikap atau perilaku atau perempuan melakukan hubungan seksual
seksual. Tingkat pengetahuan remaja tentang sebelum menikah.
penyakit menular seksual juga dipengaruhi oleh
faktor sosial demografi. Hasil analisis menun-
jukkan bahwa faktor umur, tempat tinggal,
pendidikan, dan tingkat kesejahteraan keluarga
remaja berpengaruh terhadap tingkat penge-
tahuan remaja, dan secara statistik menunjukkan
perbedaan yang bermakna. Tingkat pengetahuan
remaja umur 20-24 tahun, remaja yang tinggal di
perkotaan, remaja yang berpendidikan tinggi,
dan remaja dengan tingkat kesejahteraan yang

Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Tahun II, No. 2, 2008 23
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Perilaku seksual Pra Nikah Pada Remaja Indonesia

Tabel 6 menunjukkan pendapat remaja tentang Tabel 6.


hubungan seksual pra nikah menurut karak- Hubungan karakteristik latar belakang responden terhadap
teristik latar belakang umur, tempat tinggal, pendapat tentang sikap atas hubungan seksual pra nikah,
pendidikan, jenis kelamin, dan tingkat kese- Indonesia 2002-2003
Karakteristik latar Sikap terhadap hubungan Jumlah
jahteraan. Apakah faktor sosial demografi
belakang seks pra nikah
berpengaruh terhadap sikap remaja untuk Setuju Tidak setuju
menyetujui hubungan seksual sebelum menikah, (%) (%)
ternyata hasil analisis menunjukkan bahwa umur Umur
remaja, tempat tinggal, pendidikan dan tingkat 15- 19 tahun 4.6 95.4 2591
kesejahteraan keluarga menunjukkan tidak ada 20- 24 tahun 5.8 94.2 1565
hubungan secara langsung terhadap sikap remaja Daerah tempat tinggal
untuk menyetujui hubungan seksual pra nikah, Perkotaan 4.6 95.4 2440
tetapi harus melalui variabel antara, yang secara Perdesaan 5.6 94.4 1716
statistik tidak bermakna. Namun jenis kelamin Pendidikan
remaja nampaknya ada hubungan yang bermak- SLTP - 5.2 94.8 2363
na, dimana proporsi remaja laki-laki yang ber- Tamat SLTP+ 4.8 95.2 1793
Jenis kelamin **
sikap menyetujui lebih banyak dibandingkan
Laki-laki 6.5 93.5 2341
dengan remaja perempuan (7 persen berbanding
Perempuan 3.2 96.8 1815
3 persen), dan secara statistik menunjukkan Tkt kesejahteraan
hubungan yang signifikan. Miskin 5.1 94.9 1442
Menengah atas 5.0 95.0 2714
c. Hubungan variabel umur, tempat tinggal,
pendidikan, jenis kelamin dan tingkat ** ) Secara statistik ada perbedaan yang bermakna pada p < 0.01
kesejahteraan terhadap perilaku seksual
Tabel 7 menunjukkan bahwa remaja dengan
Dari 4.156 remaja hanya 5 persen yang me- pendidikan yang lebih tinggi (SLTP ke atas),
nyatakan pernah melakukan hubungan seksual remaja dengan umur lebih tua (20-24 tahun), dan
sebe-lum menikah. Tampaknya variabel tempat remaja dengan jenis kelamin pria, proporsi yang
tinggal di perkotaan ataupun di perdesaan tidak pernah melakukan hubungan seksual lebih tinggi
ada perbedaan yang bermakna, demikian juga dibandingkan remaja umur lebih muda (15-19),
dengan tingkat kesejahteraan keluarga. Sedang- remaja berpendidikan rendah (SLTP ke bawah),
kan variabel umur, pendidikan, dan jenis kela- dan remaja perempuan. Perbedaan tersebut
min menunjukkan hubungan yang bermakna. cukup signifikan dan secara statistik menun-
jukkan perbedaan yang bermakna.
Tabel 7. Hubungan karakteristik latar belakang responden
terhadap perilaku hubungan seksual pra nikah, d. Faktor yang mempengaruhi pendapat
Indonesia 2002-2003 remaja setuju melakukan hubungan
Karakteristik latar Perilaku hubseks Jumlah
belakang pra nikah
seksual
Ya Tidak
(%) (%) Seperti disampaikan di atas bahwa pendapat
Umur ** remaja apakah setuju dan tidak setuju melaku-
15- 19 tahun 1.6 98.4 2591 kan hubungan seksual sebelum menikah
20- 24 tahun 5.6 94.4 1565
Daerah tempat tinggal
dipengaruhi oleh banyak faktor. Variabel yang
Perkotaan 3.3 96.7 2440 diduga mempunyai pengaruh antara lain umur
Perdesaan 2.7 97.3 1716 remaja, tempat tinggal, tingkat pendidikan,
Pendidikan ** tingkat kesejahteraan, jenis kelamin, penge-
Di bawah SLTP 2.3 97.7 2363 tahuan masa subur, pengetahuan risiko hamil
Tamat SLTP+ 4.1 95.9 1793
Jenis kelamin ** apabila melakukan hubungan seksual, penge-
Laki-laki 4.9 95.1 2341 tahuan tentang KB, pengetahuan tentang HIV/
Perempuan 0.7 99.3 1815 AIDS dan PMS, pengalaman punya pacar, pu-
Tingkat kesejahteraan nya teman yang pernah melakukan hubungan
Miskin 2.9 97.1 1442
Menengah ke atas 3.2 96.8 2714
Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Tahun II, No. 2, 2008 24
** ) Secara statistik ada perbedaan yang bermakna pada p < 0.01
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Perilaku seksual Pra Nikah Pada Remaja Indonesia

seksual, dan pengaruh teman yang pernah mela- menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, tingkat
kukan hubungan seksual. kesejahteraan, pengetahuan risiko hamil apabila
melakukan hubungan seksual, pengetahuan
Tabel 8. Hasil analisis antara variabel sikap (dependen) tentang KB, dan pengetahuan tentang HIV/
dengan variabel sosial demografi dan pengetahuan AIDS tidak berpengaruh terhadap pendapat
kesehatan reproduksi (variabel bebas)
setuju atau tidak setuju remaja melakukan
VARIABEL Sig.
hubungan seksual sebelum menikah. Sedangkan
Umur .092
variabel jenis kelamin, pengetahuan masa subur,
Tempat tinggal pengetahuan tentang PMS, pengalaman punya
.162
Tingkat pendidikan
pacar, punya teman yang pernah melakukan
.618
hubungan seksual, dan pengaruh teman
Tingkat kesejahteraan .900
nampaknya berpengaruh terhadap sikap tersebut.
Jenis kelamin .000 Variabel tempat tinggal dan kelompok umur
Pengetahuan masa subur .056 masih dianggap penting untuk dipertimbangkan
Pengetahuan risiko hamil bila melakukan masuk dalam model regresi, mengingat nilai p
.773
hubungans seksual sekali
Pengetahuan KB uji wald masih dibawah 0.2.
.251
Pengetahuan HIV/AIDS .298
Variabel variabel yang diduga berpengaruh ter-
Pengetahuan penyakit PMS .004
Tabel 10. Odds ratio hasil analisa multivariat dengan model
sebut dimasukkan dalam suatu model logistic
Punya pacar .001
regresi logistic mengenai sikap remaja terhadap regresi (variabel satu dengan variabel yang lain
Punya teman yang telah melakukan hubungan
perilaku seksual pra nikah (variabel dependen).000 saling mengontrol), ternyata hanya variabel jenis
seksual dengan variabel prediksi (variabel independen)
Pengaruh adanya teman pernah melakukan .000 kelamin (p=0.00), tempat tinggal (p=0.02),
95.0% C.I.for remaja punya teman yang pernah melakukan
hubungan seksual Sig.
VARIABEL OR OR
hubungan seksual (p=0.00), dan adanya do-
Lower Upper
rongan karena pengalaman teman (p=0.00) yang
Jenis kelamin 1.874 1.352 2.596 .000
berpengaruh terhadap sikap melakukan hu-
Tempat tinggal .706 .529 .944 .019
bungan seksual pra nikah. Sedangkan variabel
Punya teman yang 3.155 2.262 4.400 .000
pernah melakukan
pengetahuan masa subur (p=0.47), pengetahuan
hubungan seksual tentang PMS (p=0.80), umur remaja (p=0.64)
Dorongan adanya 1.811 1.244 2.635 .002 dan punya pacar (p=0.14) menjadi tidak ber-
teman telah melakukan pengaruh terhadap sikap tersebut (lihat Tabel 9).
hubungan seksual
Odds ratio hasil multivariat dengan model
Dari hasil analisis bivariat secara independen (ti- regresi logistic (Tabel 10) dari keempat varia-bel
dak dikontrol variabel latar belakang dan menunjukkan bahwa remaja laki-laki cenderung
variabel antara), seperti terlihat pada Tabel 8 2 kali lebih tinggi untuk bersikap setuju bahwa
Tabel 9. Hasil analisis multivariat antara variabel sikap (dependen) dengan variabel remaja melakukan hu-bungan
sosial demografi dan pengetahuan (variabel bebas) seksual sebelum me-nikah dari
Exp 95.0% C.I.for pada remaja perem-puan.
B Wald Sig.
VARIABEL (B) EXP(B) Remaja yang mempunyai
Lower Upper teman pernah melakukan hu-
Jenis kelamin .677 15.68 . 1.96 1.407 2.750 bungan seksual cenderung 3
3 000 7 kali lebih tinggi daripada rema-
Pengetahuan masa subur .133 .514 . 1.12 .822 1.527 ja yang tidak punya teman yang
473 0
Umur .071 .211 . 1.07 .792 1.456
melakukah hubungan seksual.
646 4
Remaja yang mempunyai te-
Tempat tinggal -.350 5.323 . .704 .523 .949 man yang sudah melakukan hu-
021 bungan seksual sebelum
Pengetahuan penyakit PMS -.041 .062 . .960 .693 1.328 menikah akan ber-pengaruh
803 kepada bersangkutan untuk
Punya pacar .287 2.166 . 1.33 .909 1.951 melakukan hubungan seksual,
141 2
Punya teman yang telah melakukan 1.10 38.63 . 3.00 2.123 4.249
Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Tahun II, No. 2, 2008 25
hubungan seksual 0 4 000 4
Pengaruh adanya teman pernah .561 8.264 . 1.75 1.195 2.569
melakukan hubungan seksual 004 2
Constant -.701 1.412 . .496
235
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Perilaku seksual Pra Nikah Pada Remaja Indonesia

peluang untuk melakukan hal tersebut adalah 1,8 pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
kali lebih besar. Remaja yang tinggal di daerah dilihat pendapat atau sikapnya terhadap hu-
perdesaan peluang untuk bersikap menyetujui bungan seksual pra nikah. Sebetulnya dengan
melakukan hubungan seksual pra nikah 0.7 kali adanya sikap terhadap hubungan seksual pra
dibandingkan dengan remaja yang tinggal nikah ini akan dianalisis lebih lanjut tentang
diperkotaan. Dengan kata lain bahwa remaja perilaku hubungan seksual pra nikah, namun
yang tinggal diperkotaan 1,4 kali bersikap setuju karena jumlah sampel yang kecil tidak me-
untuk melakukan hubungan seksual pra nikah mungkinkan secara statistik. Meskipun de-
daripada remaja di perdesaan. mikian, dapat diasumsikan bahwa mereka yang
setuju pada aktifitas hubungan seksual pra nikah
PEMBAHASAN HASIL kemungkinan besar akan setuju pula untuk me-
lakukan hubungan seksual pra nikah.
Globalisasi dan kemajuan di bidang komunikasi
demikian pesatnya sehingga di satu sisi telah Bila dilihat dari pengetahuan remaja tentang
mempercepat kemajuan di banyak sektor kesehatan reproduksi, seperti masa subur, risiko
pembangunan. Di sisi lain akibat globalisasi dan kehamilan, HIV/AIDS, PMS, alat/cara KB,
arus informasi yang bebas mengakibatkan ter- pacaran, dan pengalaman seksual di antara
jadinya perubahan perilaku yang menyimpang teman umumnya seperti telah diduga adalah
dari nilai-nilai yang sudah ada, yang seringkali remaja yang berusia lebih tua (20-24 tahun),
memberi pengaruh terhadap perilaku seksual remaja tinggal di daerah perkotaan, remaja yang
pada remaja. Berkaitan dengan kajian ini, yang berpen-didikan lebih tinggi (SLTP+), dan
mengulas tentang faktor-faktor yang mempenga- umumnya remaja perempuan lebih banyak
ruhi sikap terhadap perilaku hubungan seksual mengetahui kesehatan reproduksi dibanding
pra nikah, meskipun tidak secara langsung me- remaja pria. Namun untuk remaja pria umumnya
ngaitkan isu globalisasi dan komunikasi, namun lebih banyak tahu tentang penyakit PMS di-
sebagai akibat adanya globalisasi dan kemajuan banding remaja perempuan. Ada hubungan yang
dibidang komunikasi menimbulkan sikap dan erat antara pengetahuan dengan perilaku tentang
perilaku remaja pada aktifitas seksualnya. kesehatan reproduksi, sebagai contoh pe-
ngetahuan tentang HIV/AIDS di antara remaja
Pendapat atau sikap remaja pada hubungan perempuan dan pria, dimana penge-tahuan
seksual sebelum menikah dipengaruhi oleh perempuan lebih tinggi dibanding pria, maka
beberapa faktor, antara lain faktor latar belakang kejadian HIV/AIDS lebih banyak pada pria.
sosial demografi dan pengetahuan tentang ke- Berdasarkan data terakhir dari Depkes sampai
sehatan reproduksi. Variabel latar belakang so- bulan Maret 2002 telah ditemukan kasus HIV/
sial demografi seperti tempat tinggal, tingkat AIDS sebesar 2.876 kasus, yang terdiri dari
kesejahteraan, umur, jenis kelamin dan pen- 80,55 persen laki-laki dan 19,44 persen perem-
didikan diduga mempengaruhi sikap terhadap puan. Berlainan dengan HIV/AIDS, informasi
perilaku remaja mengenai hubungan seksual se- tentang penyakit menular seksual lain (PMS)
belum menikah. Akan tetapi variabel sosial de- atau penyakit kelamin sangat sedikit, remaja
mografi tersebut tidak langsung dapat mem- yang mendapat informasi tentang PMS dari
pengaruhi sikap remaja terhadap hubungan sek- radio, televisi, dan media cetak, masing-masing
sual pra nikah, tapi harus melalui variabel an- kurang dari 10 persen. Kelihatannya masyarakat
tara, yakni pengetahuan tentang kesehatan seolah-olah menutup mata dan enggan mem-
reproduksi yang meliputi pengetahuan tentang bicarakan penyakit ini, kemungkinan hal ini
masa subur, risiko hamil, alat/cara KB, HIV/ berkaitan dengan penyakit para pekerja seks dan
AIDS, PMS, serta pengalaman pacaran, punya pelanggannya. Namun demikian penyakit ini
teman yang melakukan hubungan seksual pra merupakan masalah sosial yang perlu mendapat
nikah, dan frekuensi terpapar media televisi. perhatian khusus untuk memberi informasi
Analisis ini pertama mencoba mengaitkan latar tentang IMS kepada remaja, dan kenyataannya
belakang sosial demografi terhadap pengetahuan iklan nya terlihat tidak segencar promosi
tentang kesehatan reproduksi, kemudian dengan pencegahan HIV/AIDS.

Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Tahun II, No. 2, 2008 26
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Perilaku seksual Pra Nikah Pada Remaja Indonesia

remaja umur lebih tua, tempat tinggal di


Pengalaman pacaran bagi remaja yang sudah perdesaan, berpendidikan lebih rendah, dan
atau pernah pacaran serta pengalaman seksual di berjenis kelamin laki-laki. Selanjutnya kepada
antara teman remaja juga banyak dialami remaja remaja juga ditanyakan tentang apakah pernah
yang berusia lebih tua, tinggalnya di daerah per- melakukan hubungan seksual pra nikah, ternyata
kotaan, berpendidikan lebih tinggi, dan umum- menunjukkan bahwa kebanyakan yang pernah
nya remaja perempuan lebih banyak mengetahui melakukan hubungan seksual pra nikah adalah
kejadian hubungan seksual pra nikah di antara t- remaja berumur lebih tua, berpendidikan lebih
man-temannya dibanding remaja pria. tinggi, dan remaja laki-laki. Daerah tempat
tinggal (desa atau kota) ternyata tidak mem-
Persentase yang tinggi dari variabel punya pengaruhi remaja melakukan hubungan seksual
teman yang melakukan hubungan seksual, dalam pra nikah. Dengan melihat kenyataan ini dapat
hal ini harus disikapi secara hati-hati, hasilnya diketahui bahwa adanya perkembangan di
bisa over estimate, karena informasinya di- bidang komu-nikasi secara global telah pula
peroleh secara tidak langsung. Mungkin yang sampai pada kehidupan remaja kita sampai ke
melakukan dalam satu klaster sampel hanya satu perdesaan. Pa-paran media televisi dan tentunya
orang dan kebetulan orang yang dimaksud juga media elektronik yang lain seperti internet
dikenal oleh beberapa remaja yang kebetulan serta media cetak turut berkontribusi memberi
menjadi sampel (responden), sehingga jumlah- informasi pada remaja.
nya seakan-akan banyak padahal kenyataannya
hanya satu orang yang melakukan hubungan Lebih jauh, faktor-faktor apa saja yang mem-
seksual pra nikah. Sementara itu, rendahnya pengaruhi sikap remaja terhadap hubungan
remaja melakukan hubungan seksual pra nikah seksual pra nikah, apa benar bahwa remaja yang
juga perlu diwaspadai, karena metode untuk pengetahuan kesehatan reproduksinya sudah
mendapatkan informasi tersebut yang lemah, baik akan melakukan hubungan seksual pra
sehingga responden remaja cenderung tidak nikah atau ada faktor lain (sosial demografi)
jujur untuk mengung-kapkan yang sebenarnya, yang lebih dominan yang mempengaruhinya.
dan hal ini bisa di-mengerti karena adat budaya Dengan menggu-nakan data yang terbatas
timur yang tabu membicarakan hal tersebut. dilakukan analisis multivariat untuk menilai
Sebanyak 5 persen pria dan 1 persen perempuan variabel-variabel yang diduga berpengaruh
yang mengaku pernah melakukan hubungan terhadap sikap remaja terhadap premarital
seksual pra nikah, diperkirakan under estimate seksual. Pertama-tama melakukan analisis
karena kelemahan-kelemahan di atas. Demikian secara bi-variate terhadap semua variabel yang
pula dengan variabel ”punya teman yang pernah diduga berpengaruh, apakah masing-masing
melakukan hubungan seksual dan adanya variabel tersebut berpengaruh secara bermakna
dorongan atau pengaruh teman yang pernah tanpa dikontrol oleh variabel lainnya. Hasil
melakukan hubungan seksual untuk melakukan analisis menunjukkan bahwa faktor yang
hubungan seksual pra nikah” tidak dianalisis mempengaruhi pendapat remaja terhadap
secara khusus, namun dalam analisis multivariat hubungan seksual pra nikah adalah umur, tempat
variabel tersebut perlu dipertimbangkan untuk tinggal, jenis kelamin, pengetahuan masa subur,
dimasukkan dalam analisis. Perlu diketahui pengetahuan penyakit menular seksual (PMS),
bahwa 39 persen perempuan dan 37 persen pria pengalaman punya atau pernah punya pacar,
belum kawin umur 15-24 tahun mengaku punya teman telah melakukan hubungan seksual,
mempunyai teman yang mempunyai penga- dan do-rongan adanya teman yang pernah
laman hubungan seksual pra nikah. melakukan hubungan seksual. Sedangkan
variabel tingkat pendidikan, tingkat
Ketika remaja pria dan perempuan ditanyakan kesejahteraan, pengetahuan tentang kesehatan
mengenai sikap mereka terhadap hubungan reproduksi seperti risiko hamil apabila
seksual pra nikah yang dilakukan remaja, melakukan hubungan seksual, alat/cara KB, dan
umumnya menunjukkan bahwa yang setuju HIV/AIDS, ternyata pengaruhnya terhadap sikap
terhadap hubungan seksual pra nikah adalah (setuju, tidak setuju) remaja melakukan

Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Tahun II, No. 2, 2008 27
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Perilaku seksual Pra Nikah Pada Remaja Indonesia

hubungan seksual sebelum menikah tidak diperkotaan 1.4 kali bersikap setuju untuk
signifikan. melakukan hubungan seksual pra nikah
(premarital seksual) dari pada remaja di
Setelah dilakukan analisis multivariat antara perdesaan.
variabel sosial demografi dan pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi dengan sikap Berkaitan dengan temuan di atas dimungkinkan
terhadap hubungan seksual pra nikah secara bahwa remaja yang mempunyai pendapat positif
bersamaan menunjukkan bahwa hanya variabel tentang melakukan hubungan seksual pra nikah
jenis kelamin, tempat tinggal, punya teman yang akan melakukan hal yang sama seperti yang
pernah melakukan hubungan seksual pra nikah, pernah dilakukan oleh temannya. Dari beberapa
dan adanya dorongan karena pengalaman teman, studi tentang seksual remaja didekati dengan
yang berpengaruh pada remaja melakukan cara menanyakan pengalaman seksual pra nikah
hubungan seksual pra nikah. Sedangkan umur dari teman remaja, hal ini dilakukan karena per-
dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi tanyaan yang langsung tentang perilaku seksual
di antara remaja tidak memperlihatkan penga- remaja akan sulit diperoleh karena menyangkut
ruhnya terhadap hubungan seksual pra nikah. masalah yang sensitif. Seperti kita ketahui
Oleh karena itu, adanya banyak pendapat bahwa bahwa sesuai dengan adat timur perilaku seks
mengetahui Kesehatan Reproduksi Remaja akan bebas masih tabu dan akan mendapat tantangan
meningkatkan risiko melakukan perbuatan yang kuat dari masyarakat Indonesia pada
hubungan seksual pra nikah, ternyata hal ter- umumnya. Namun pada kenyataannya perilaku
sebut tidak tepat. Odds ratio hasil model regresi seks bebas memang sudah terjadi dan akan
logistic menunjukkan sebagai berikut: semakin banyak terjadi karena pengaruh media
elektronik dan media cetak yang demikian pesat,
1. Remaja laki-laki cenderung 2 kali lebih sampai pemerintah banyak mengalami kesulitan
banyak untuk bersikap setuju remaja untuk mencegahnya. Akses internet yang mudah
melakukan hubungan seksual pra nikah didapat, paparan film-film porno semakin luas,
dibanding remaja perempuan. bahan bacaan berupa buku porno juga banyak,
2. Remaja yang mempunyai teman pernah yang seringkali orang tua sendiri tidak menge-
melakukan hubungan seksual pra nikah tahuinya.
cenderung 3 kali lebih banyak untuk Melihat jumlah penduduk usia remaja yang
bersikap setuju remaja melakukan hubungan semakin banyak dimasa mendatang, maka per-
seksual pra nikah daripada remaja yang masalahan remaja tidak akan ada habisnya,
tidak mempunyai teman yang pernah ditambah lagi dengan adanya isu globalisasi
melakukan hubungan seksual pra nikah. akan menambah pelik permasalahan remaja.
3. Remaja yang mempunyai teman pernah Untuk itu perlu dilakukan berbagai intervensi,
melakukan hubungan seksual pra nikah dan karena jika tidak dilakukan intervensi akan
mendorongnya untuk melakukan hubungan muncul banyak permasalahan. Dengan adanya
seksual pra nikah cenderung 1,8 kali lebih pengaruh dari luar yang semakin deras, terutama
banyak untuk bersikap setuju remaja informasi yang dapat merugikan kehidupan
melakukan hubungan seksual pra nikah dari kesehatan reproduksi, maka remaja akan
pada remaja yang tidak mempunyai teman dihadapkan pada perma-salahan reproduksi tidak
pernah melakukan hubungan seksual pra sehat, seperti hubungan seksual pra nikah, yang
nikah dan mendorongnya untuk melakukan bisa berarti pergantian pasangan, menambah
hubungan seksual pra nikah. jumlah remaja yang putus sekolah, mening-
4. Remaja yang tinggal di daerah katnya jumlah kehamilan remaja, serta me-
perdesaan peluang untuk bersikap setuju ningkatnya perkawinan pada usia muda.
melakukan hubungan seksual pranikah 0.7
kali lebih banyak dibandingkan dengan KESIMPULAN
remaja yang tinggal diperkotaan. Dengan
kata lain bahwa remaja yang tinggal a. Dalam analisis bivariat variabel jenis ke-
lamin, tempat tinggal, umur, pengetahuan

Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Tahun II, No. 2, 2008 28
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Perilaku seksual Pra Nikah Pada Remaja Indonesia

masa subur, pengetahuan tentang penyakit melakukan premarital seksual daripada


IMS, pengalaman punya pacar, punya teman remaja di perdesaan.
yang pernah melakukan hubungan seksual,
dan dorongan teman yang pernah melakukan SARAN
hubungan seksual pra nikah berpengaruh
secara signifikan terhadap sikap remaja a. Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja,
melakukan hubungan seksual pra nikah. seperti masa subur, risiko kehamilan, dan
b. Hasil analisis multivariat dengan model penyakit IMS, relatif masih rendah, untuk
logistic regresi menunjukkan bahwa variabel itu perlu pemberian pengetahuan kepada
demografi jenis kelamin, tempat tinggal, remaja secara merata, baik melalui jalur
punya teman yang telah melakukan sekolah maupun luar sekolah.
hubungan seksual pra nikah, dan adanya do- b. Remaja laki-laki cenderung 2 kali lebih
rongan dari teman yang pernah melakukan banyak untuk bersikap setuju terhadap
hubungan seksual pra nikah merupakan remaja yang melakukan hubungan seksual
variabel paling berpengaruh secara ber- pra nikah dibanding remaja perempuan,
makna terhadap sikap remaja melakukan untuk itu perlu KIE secara khusus pada
hubungan seksual pra nikah.Sedangkan remaja laki-laki tentang kesehatan repro-
umur, dan pengetahuan tentang kesehatan duksi.
reproduksi ternyata tidak berpengaruh c. Pengaruh teman yang pernah melakukan
terhadap sikap remaja melakukan hubungan hubungan seksual pra nikah dan dorongan
seksual pra nikah. dari teman untuk melakukan hubungan
c. Remaja laki-laki cenderung 2 kali lebih seksual pra nikah merupakan faktor yang
banyak untuk bersikap setuju terhadap sangat berpengaruh terhadap sikap dan
remaja yang melakukan hubungan seksual perilaku remaja untuk melakukan hubungan
pra nikah dibanding remaja perempuan. seksual pra nikah, untuk itu perlu dilakukan
Remaja yang mempunyai teman pernah KIE tentang risiko akibat hubungan seksual
melakukan hubungan seksual pra nikah yang tidak aman.
cenderung 3 kali lebih banyak untuk ber- d. Dalam program Kesehatan Reproduksi
sikap setuju terhadap remaja yang me- Remaja (KRR) yang menggunakan pen-
lakukan hubungan seksual pra nikah dari dekatan peer group, seleksi terhadap
pada remaja yang tidak mempunyai teman pendidik sebaya perlu ditekankan adanya
yang pernah melakukan hubungan seksual kriteria bahwa calon-calon pendidik sebaya
pra nikah. Remaja yang mempunyai teman harus orang-orang yang tidak setuju
pernah melakukan hubungan seksual pra terhadap hubungan seksual pra nikah dan
nikah dan mendorongnya untuk mela-kukan tidak mendorong temannya untuk melaku-
hubungan seksual pra nikah cenderung 1,8 kan hubungan seks pranikah.
kali lebih banyak untuk bersikap setuju e. Penyebarluasan KIE tentang kesehatan
terhadap remaja yang melakukan hubungan reproduksi (HIV/AIDS, IMS, masa subur,
seksual pra nikah daripada remaja yang risiko hubungan seksual) agar lebih
tidak mempunyai teman pernah melakukan diperbanyak dan diperluas jangkauannya,
hubungan seksual pra nikah dan mendo- terutama melalui media visual dalam bentuk
rongnya untuk melakukan hubungan seksual drama/film.
pra nikah. f. Melibatkan orang tua, guru, pemuka agama,
d. Remaja yang tinggal di daerah dan peer group untuk berpartisipasi dalam
perdesaan cenderung untuk bersikap setuju menangani masalah kesehatan reproduksi
melakukan hubungan seksual pranikah 0.7 remaja.
kali lebih rendah dibandingkan dengan g. Dalam pelaksanaan program KRR harus
remaja yang tinggal diperkotaan. Dengan didasarkan pada segmentasi sasaran yang
kata lain bahwa remaja yang tinggal dibuat berdasarkan substansi khusus,
diperkotaan 1,4 kali bersikap setuju untuk

Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Tahun II, No. 2, 2008 29
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Perilaku seksual Pra Nikah Pada Remaja Indonesia

misalnya untuk remaja laki-laki lebih fokus


pada substansi seksualitas.
h. Perlu adanya upaya untuk meningkatkan
jumlah remaja dan orang tua yang men-
dapat-kan informasi dan konseling KRR me-
lalui PIK-KRR (Pusat Informasi dan
Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja).
i. Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan
Reproduksi Remaja (PIK-KRR) diperluas
keberadaannya, minimal 1 PIK-KRR di
setiap kecamatan, yang kegiatannya di-
lakukan secara aktif di masyarakat.

PUSTAKA

Achmad, S.I. dan S.B. Westley. 1999.


Indonesian Survey Looks at Adolescent
Reproductive Health. Asia Pacific Population
and Policy No. 51. Honolulu, HI, USA: East-
West Center.
BKKBN, UNFPA. 2005. Keluarga Berencana,
kesehatan Reproduksi, Gender, dan
Pembangunan Kependudukan. Buku Sumber
untuk Advokasi. Penyunting Iswarati &
Rahmadewi. Edisi Revisi 2005. Jakarta,
Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS). 1992. Hasil Sensus
Penduduk Tahun 1990, Series L2. Jakarta,
Indonesia: BPS.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2001. Hasil Sensus
Penduduk Tahun 2000, Series L2.2. Jakarta,
Indonesia: BPS.
Badan Pusat Statistik (BPS), dan ORC Macro, Republik Indonesia. 2000. Undang-Undang
2003. Survei Demografi dan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000,
Indonesia 2002-2003. Calverton, Maryland, tentang Program Pembangunan Nasional
USA: BPS dan ORC Macro. (Propenas) Tahun 2000-2004. Jakarta,
Badan Pusat Statistik (BPS), dan ORC Macro, Indonesia: Departemen Kesehatan.
2003. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja World Health Organization (WHO). 1975.
Indonesia 2002-2003. Calverton, Maryland, Pregnancy and abortion in Adolescent.
USA: BPS dan ORC Macro. Report of WHO Meeting. WHO Technical
Depkes. 2002. Data Laporan Pengidap Infeksi Report Series Nomor 583. Geneva: WHO.
dan Kasus AIDS. Jakarta, Indonesia:
Departemen Ke-sehatan.
Lembaga Demografi (LD), Universitas
Indonesia. 1999. Indonesia Young Adult
Reproductive Welfare Survey : English
Executive Summary. Jakarta, Indonesia: LD.

Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Tahun II, No. 2, 2008 30

You might also like