Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Stella Widjaja
2007 10 038
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
2007
[Type text]
KATA PENGANTAR i
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang
diharapkan. Dalam makalah ini saya membahas “TBC pada anak”, suatu
permasalahan yang banyak terjadi pada anak yang masih banyak sampai sekarang
karena tertular orang dewasa.
Penulis
[Type text]
DAFTAR ISI ii
Judul………………………………………………...……………………………...i
Kata pengantar………………….…………………………………………………ii
Daftar isi……………..…………………………………..…..…………………...iii
Bab I. Pendahuluan…………………………..……………………………………1
A. Latar Belakang…………………………………………………………1
B. Tujuan…………………………………………………………………..1
Bab II. Isi………………………………………………………………...………..2
1. Pemeriksaan…………………………….………………………………2
2. Diagnosis TBC Anak……………………………..…………………….3
3. DD………………………………………….…………………………..5
4. WD……………………………………………………………………..7
5. Definisi…………………………………………………………………7
6. Epidemiologi……………………………………………...……………7
7. Etiologi………………………………………………………...……….8
8. Patogenesis……………………………………………………..………9
9. Faktor Penghambat Dalam Pemberantasan TBC………...……………10
10. Perbedaan TBC Anak dan Dewasa…………………...……………...10
11. Klasifikasi TBC Anak………………………………...……………...10
12. Klinis……………………………………………………….………...11
13. Komplikasi…………………………………………………………...11
14. Tatalaksana Pengobatan TBC Anak……………………………..…..11
15. Pencegahan Tuberkulosis Anak……………………………………..14
16. Intervensi Siklus Infeksi Tuberkulosis Anak………………………..17
17. Prognosis…………………………………………………………….18
Bab III. Kesimpulan………………………………………………………….…19
Daftar Pustaka…………………….…………………………………………….20
[Type text]
BAB I. PENDAHULUAN
iii
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Penulisan ini bertujuan agar angka penderita TBC dapat ditekan. Selain
itu, tujuan lainnya yaitu agar penderita TBC dapat terdeteksi sedini mungkin,
dirawat dengan pengelolaan yang sesuai supaya komplikasinya dapat dicegah.
Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya tulisan ini, masyarakat dapat
mengetahui TBC secara lebih mendalam, komplikasinya, dapat melakukan
langkah-langkah pencegahan, dan langkah-langkah pengelolaan. Diharapkan juga
agar semua orang dapat lebih mewaspadai penyakit TBC. Semoga tulisan ini
berguna dalam menambah wawasan para pembaca.
[Type text]
BAB II. ISI 1
1. PEMERIKSAAN
A. Anamnesis
-. Keluhan awal.
B. Pemeriksaan Sistemik
Nadi normal pada anak :
[Type text]
Frekuensi napas : berkisar antara 20-40 kali/menit.
BB : kurang lebih 5xBBL.
TB : kurang lebih 100 cm. 2
2
C. Pemeriksaan Fisik
-. Inspeksi : saat bernapas ada bagian yang tertinggal atau tidak, ada
tonjolan atau tidak, dan sebagainya.
-. Palpasi : meningkatnya fremitus menandakan adanya konsolidasi.
-. Perkusi : normal adalah sonor; hipersonor ditemukan pada hiperinflasi
paru; dan redup ditemukan pada konsolidasi paru/efusi pleura.
-. Auskultasi : berkurangnya intensitas saluran napas pada kedua bidang
paru menunjukkan adanya obstruksi saluran napas; ronki kasar dan
nyaring sesuai dengan obstruksi parsial/penyempitan saluran napas;
ronki basah halus terdengar pada parenkim paru yang berisi cairan. 1
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : bilas lambung , pemeriksaan dahak (jarang) →
gram, BTA, biakan. Lavase lambung harus dilakukan 3 hari berturut-turut, dini
hari, dan pasien berpuasa serta berbaring telentang. Kultur konvensional
membutuhkan waktu 3-4 minggu untuk pertumbuhan yang dapat dideteksi.
Beberapa system yang lebih baru, seperti BACTEC, dapat memperpendek waktu
hingga 10 hari. Penggunaan PCR untuk diagnosis masih dalam tahap percobaan,
tetapi sepertinya menjanjikan keberhasilan. Jaringan kelenjar bening dapat
diperoleh melalui biopsy, eksisi, atau melalui aspirasi jarum halus.3
Radiologi : foto thorax PA.1,3,4
[Type text]
3
bawah.Reaksi dilihat 48 – 72 jam setelah penyuntikan.4 Eritema tanpa
indurasi tidaklah bermakna. Tes positif bila indurasi >5mm/ lebih pada
anak yang kontak dengan pasien infeksius, mereka yang terkena infeksi
HIV/penyakit immunosupresan lain dan mereka yang foto thoraxnya
menunjukkan tuberculosis. Indurasi >10 mm adalah positif pada sebagian
besar grup anak yang mempunyai faktor risiko epidemiologi, seperti
kemiskinan, lahir di Negara berprevalensi tinggi, dan tinggal di daerah
yang prevalensi tuberkulosisnya tinggi. Bagi mereka yang tidak
mempunyai faktor risiko, positif bila indurasinya >15mm. Pada anak yang
mendapat imunisasi BCG, indurasi 10 mm/ > harus dipertimbangkan
positif. 3
b. Keadaan umum anak
Curiga adanya TBC anak bila :
- Sering panas
- Batuk yang tidak sembuh-sembuh
- Nafsu makan menurun
- Berat badan tidak naik 4
c. Laboratorium hematologi
Tidak banyak membantu. Laju endap darah meninggi pada
keadaan aktif dan kronik. Pada stadium akut bisa terjadi leukositosis
dengan sel polimorfonuklear, yang meningkat selanjutnya limfositosis.
Gambaran hematologik dapat membantu mengamati perjalanan
penyakitnya. Gambaran darah yang normal, tidak / belum dapat
menyingkirkan diagnosis tuberkulosis. 4
d. Foto Roentgen PA
Kelainan Roentgen akibat penyakit ini dapat berlokasi di mana saja dalam
paru-paru, namun sarang dalam parenkim paru-paru sering disertai oleh
pembesaran kelenjar limfe regional (kompleks primer). Foto Rontgen
thoraks tidak dapat digunakan sebagai alat diagnostik tunggal. 5
b. Pemeriksaan bakteriologis
Merupakan diagnosis pasti bila ditemukan kuman basil tahan asam, tetapi
sulit pada bayi dan anak. Bahan pemeriksaan dapat diambil dari sputum
[Type text]
(pada anak besar), bilasan lambung pagi hari atau dari cairan lain : LCS,
cairan pleura, cairan pericardium. Pemeriksaan dapat dilakukan cara BTA,
biakan, PCR, serologi, dan lain-lain.4
c. Pemeriksaan histopatologi
Jarang dilakukan pada anak, dilakukan dengan biopsi misalnya dari
4
4
kelenjar limfe.
d. Pemeriksaan fungsi paru
Pada umumnya fungsi paru tak terganggu kecuali pada bronkhiektasis
hebat. Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada TBC anak yang memerlukan
tindakan operatif.4
e. Pemeriksaan terhadap sumber penularan
Dicari sumber infeksi baik dari keluarga maupun orang lain, dilakukan
pemeriksaan sputum, foto paru, pemeriksaan darah. Bila positif sebaiknya
diisolasi untuk mengurangi kontak dan dilakukan pengobatan.4
3. D.D
- Penyakit paru karena MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis).
Etiologi : MOTT kecuali M. leprae.
Klinis : gejala paru sama dengan yang disebabkan M. tuberculosis.
Gejala yang ditimbulkannya bervariasi dan tidak spesifik, misalnya batuk
produktif, sesak, malaise, lemah, dan batuk darah. Gejala-gejala
konstitusional seperti demam, keringat malam, berat badan menurun
kurang menonjol. Membedakan MOTT dengan M.tuberculosis :
1. Uji Niasin : (+) : warna kuning : M. tuberculosis.
(-) : tidak berubah warna : MOTT.
2. Uji katalasa : (+) : ada gelembung busa : M. tuberculosis.
(-) : tidak ada gelembung busa : MOTT.
3. Uji PNB : (+) : tumbuh : MOTT
(-) : tidak tumbuh : M. tuberculosis.1
[Type text]
5
Definisi : gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3x dalam 3 bulan
dengan atau tanpa gejala respiratorik lainnya.
Klinis : batuk produktif/kering, nyeri dada, kadang wheezing, dan
gejala bertambah malam hari.
Untuk membedakannya dilakukan reaksi serologi, pewarnaan
gram, dan deteksi laboratorium (bila penyebabnya bakteri biasanya ada
leukositosis). 1
sianosis.1
-. Pertusis :
Etiologi : Bordetella pertusis.
Klinis : masa inkubasi 7-14 hari. Penyakit dapat berlangsung
selama 6 minggu atau lebih yang terdiri dari 3 stadium :
1. Stadium kataralis
Stadium ini berlangsung 1-2 minggu ditandai dengan adanya
batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari, pilek, serak, anoreksia, dan
demam ringan. Stadium ini menyerupai influenza.
2. Stadium spasmodic
6
[Type text]
Berlangsung selama 2-4 minggu, batuk semakin berat sehingga
pasien gelisah dengan muka merah, dan sianotik. Batuk keras terus
menerus. Diawali batuk 5-10 kali selama ekspirasi diikuti inspirasi
mendadak dan panjang (whoop) lalu muntah.
3. Stadium konvalesensi
Berlangsung selama 2 minggu sampai sembuh. Jumlah dan
serangan batuk berkurang, muntah berkurang, nafsu makan muncul
kembali.1
5. DEFINISI
Penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Sistemis
sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di
paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. 1-7
6. EPIDEMIOLOGI
Tuberkulosis (TBC) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah
mencanangkan tuberkulosis sebagai « Global Emergency ». Laporan WHO tahun
2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun
2002, 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk
dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah
terbesar kasus TBC terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TBC di
dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000
penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per
100.000 penduduk.
Diperkirakan angka kematian akibat TBC adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3
juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar
kematian akibat TBC terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka
mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortalitas tertinggi
7
[Type text]
terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, prevalensi HIV yang cukup
tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TBC yang muncul.
Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TBC
setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TBC dan sekitar
140.000 kematian akibat TBC. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor
satu diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan
usia.6
7. ETIOLOGI : M. tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit
melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Dinding M. tuberculosis sangat
kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding
sel M. tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa
dimikolat yang disebut cord factor, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan
dalam virulensi. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah
polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang
kompleks tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam,
yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat
warna tersebut dengan larutan asam – alkohol. Komponen antigen ditemukan di
dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen lipid, polisakarida dan protein.6
[Type text]
8. PATOGENESIS
Destruksi makrofag
[Type text]
9
9. FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PEMBERANTASAN TBC
1. Sosial Ekonomi
- Makanan yang kurang baik dalam kualitas dan kuantitas
mengakibatkan daya tahan tubuh anak turun dan mudah terjadi
infeksi.
- Obat yang mahal dan dibutuhkan waktu yang relatif lama.
2. Perumahan : kurangnya udara ventilasi, dan biasanya “over crowded”
3. Kurangnya pengetahuan kesehatan dan kurangnya pengertian mengenai
sifat dan cara penularan TBC.4
10
[Type text]
12. KLINIS
Gejala umum tuberculosis anak :
1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas / tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi.
2. Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat
(failure to thrive).
3. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau
infeksi saluran napas akut), dapat disertai keringat malam.
4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multiple.
5. Batuk lama lebih dari 30 hari.
6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.
13. KOMPLIKASI
Dapat terjadi penyebaran secara limfogen/ hematogen yang akan
mengakibatkan TBC milier, meningitis TBC, bronkogenik, pleuritis, peritonitis,
perikarditis, TBC tulang dan sendi. 4
11
[Type text]
B. Prinsip Pengobatan TBC Anak
- Kombinasi lebih dari satu macam obat. Hal ini untuk mencegah
terjadinya resistensi terhadap obat.
- Jangka panjang, teratur, dan tidak terputus. Hal ini merupakan
masalah kadar kepatuhan pasien.
- Obat diberikan secara teratur tiap hari.4
[Type text]
(SM)
RIF
PZA
EMB
SM
PRED
[Type text]
e. Pengamatan terhadap perbaikan radiologik dilakukan pada akhir
pengobatan.
f. Mencari sumber infeksi pada keluarga dan masyarakat sekitarnya.4
[Type text]
khusus yang telah disediakan secara terpisah. Penyimpanan sediaan vaksin
BCG diletakkan pada ruang atau tempat bersuhu 2 – 8oC serta terlindung
dari cahaya. Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi
intradermal/intrakutan (tidak secara subkutan) pada lengan bagian atas
atau injeksi perkutan sebagai alternatif bagi bayi usia muda yang mungkin
sulit menerima injeksi intradermal. Dosis yang digunakan adalah sebagai
berikut:
15
2. Wanita hamil dan menyusui, walaupun belum ada data yang
menunjukkan efek bahaya dari pemberian vaksin BCG terhadap wanita
hamil dan menyusui.
Beberapa adverse reaction yang mungkin terjadi setelah pemberian vaksin BCG
antara lain:
[Type text]
Nyeri pada tempat injeksi, terjadi ulcer atau keloid karena kesalahan pada
saat injeksi.
Kelebihan dosis dan pemberian vaksin pada pasien dengan tuberculin
positif.
Sakit kepala, demam, dan timbul reaksi alergi
Beberapa contoh vaksin BCG yang tersedia di Indonesia adalah : Vaksin BCG
kering (Bio Farma) dan BCG Vaccine SSI (Statent Serum Institut – Denmark). 4
[Type text]
- Menghindari penyakit / sumber penyakit.
- Profilaksis infeksi (kemoprofilaksis primer).
2. Profilaksis penyakit (kemoprofilaksis sekunder).
3. Pengobatan penyakit.
4. Mempertahankan daya tahan tubuh, meningkatkan gizi, menghindarkan
sumber penyakit. 4
Tuberkulosis
dewasa
Kuman RE
BTA (+) INFEKSI
(1) (4)
ANAK ANAK
INFEKSI SEMBUH
TUBERKULIN
(+) (3)
(2) ANAK
SAKIT
17. PROGNOSIS
17
Semakin dini deteksi, penanganannya, kerja sama yang baik dari pasien,
semakin baik prognosisnya. Begitu sebaliknya.
[Type text]
BAB III. KESIMPULAN 18
[Type text]
Dalam pengelolaan TBC anak harus diingat bahwa TBC primer
merupakan penyakit sistemik. Komplikasi dapat terjadi terutama dalam 1 – 1,5
tahun perjalanan penyakit, kadang baru dalam 5 tahun.
Kesukaran dalam diagnosis TBC anak karena gejala klinik dan radiologik
tidak khas, sedang pemeriksaan bakteriologis tidak banyak dapat diharapkan.
Vaksinasi BCG yang langsung dikerjakan dan memberi reaksi yang cepat
dalam 7 hari pertama (terjadi indurasi) harus dicurigai adanya infeksi tuberkulosis
yang aktif. Jadi vaksinasi BCG secara massal selain untuk memberikan imunitas
bisa digunakan sebagai uji tapis walaupun bersifat terbatas.
DAFTAR PUSTAKA 19
[Type text]
No.3. Jakarta : FK Ukrida, 2008.
20
[Type text]