You are on page 1of 13

Front Pembela Islam

7/10/2008 6:24:15

HABIB RIZIEQ MENJAWAB

26 Juni 2008

Amar ma’ruf nahi munkar


.
Muqaddimah
Hidup Mulia 1. Apa pengertian amar ma’ruf nahi munkar? dari
atau
Al-Habib
Mati Syahid
Amar ma’ruf nahi munkar, kalimat bahasa Arab yang telah meng-Indonesia. Muhammad Rizieq
Asalnya adalah •••••••• •••••••••••••• •• ••••••••• •••• ••••••••••" " ( Al-Amru bil ma’rûf Syihab
TERKINI wan Nahyu ‘anil munkar ).
BERITA FPI Sejak Front Pembela
Memperhatikan berbagai kamus bahasa Arab, seperti : Islam ( FPI )
PERNYATAAN PERS
mencanangkan Gerakan
SIKAP & Nasional Anti Ma'siat
PENJELASAN FPI
1. Lisânul ‘Arab karya Asy-Syeikh Abu Al-Fadhl Jamâluddîn ibnu Mukrom ibnu pada saat deklarasi
Manzhûr Al-Mishrî rhm. pendirian organisasi,
LIPUTAN PERS & 2. Al-Qâmûs Al-Muhîth karya Asy-Syeikh Majduddîn Muhammad ibnu Ya’qûb Al- tanggal 25 Robî 'uts Tsâni
KLIPING Fairûzabâdî rhm. 1419 Hijriyyah / 17
Agustus 1998 Mîlâdiyyah,
OPINI 3. Al-Mu’jam Al-Wasîth karya Lembaga Bahasa Arab Mesir berbagai kritik, kecaman,
TAUSYIAH
4. Ar-Râid karya Jubron Mas’ûd. tuduhan, tudingan, fitnah
5. Qâmûs Al-Murbawi karya Al-Ustâdz Muhammad Idrîs ‘Abdurro-ûf Al- dan caci maki, bahkan
CATATAN HABIB Murbawi. teror, ancaman dan
RIZIEQ 6. Kamus Arab – Indonesia karya Prof. H. Mahmud Yunus. intimidasi, kerap kali
dialamatkan ke organisasi
7. Kamus Al-Munawwir karya Al-Ustadz Ahmad Warson Munawwir. ini.
8. Al-Munjid karya Louis Ma’luf yang terus dikembangkan oleh Lembaga Katholik
PUSTAKA FPI
Libanon. Selanjutnya, berbagai
HABIB RIZIEQ
ujian dan cobaan
MENJAWAB menghantam FPI dan
Maka berikut ini kami simpulkan pengertian amar ma’ruf nahi munkar secara
PRO & KONTRA ringkas : para aktivisnya. Pada
tanggal 3 Sya'ban 1419 H /
KISAH PEJUANG FPI 22 November 1998 M,
SUKA DUKA LASKAR Al-Amru artinya menuntut pengadaan sesuatu, sehingga pengertiannya mencakup; terjadi Peristiwa Ketapang,
perintah, suruhan, seruan, ajakan, himbauan serta lainnya yang menuntut yang menyeret FPI ke
DAKWAH & SOSIAL dalam tragedi berdarah
dikerjakannya sesuatu. Sedang Al-Ma’rûf artinya sesuatu yang dikenal baik
yang menggemparkan
KOLEKSI FOTO ( kebajikan ), yaitu segala perbuatan baik menurut Syari’at Islam dan dunia.
SEJARAH AKSI FPI
mendekatkan pelakunya kepada Allah SWT. Jadi Al-Amru bil Ma’rûf artinya
adalah menuntut mengadakan segala kebajikan.
BACA SELENGKAPNYA

An-Nahyu artinya mencegah pengadaan sesuatu, sehingga pengertiannya


mencakup; melarang, menjauhkan, menghindarkan, menentang, mengancam, Habib Rizieq
melawan, peringatan, teguran, menyudahi serta lainnya yang mencegah Menjawab
dikerjakannya sesuatu. Sedang Al-Munkar artinya sesuatu yang diingkari berbagai pertanyaan
( kemunkaran ), yaitu segala perbuatan munkar menurut Syari’at Islam dan seputar aksi FPI
menjauhkan pelakunya dari pada Allah SWT. Jadi An-Nahyu ‘anil Munkar
artinya adalah mencegah mengadakan segala kemunkaran. Maraknya aksi FPI yang
diwarnai kekerasan telah
Dalam istilah fiqih, amar ma’ruf nahi munkar biasa disebut dengan istilah " menimbulkan kekerasan di
•••••••••• " ( Al-Hisbah ). Lihat Mu’jam Lughoh Al-Fuqahâ’ karya guru saya tengah masyarakat dan
membentuk imej yang tidak
tercinta, Prof. DR. Muhammad Rowwâs Qol’ahji, Guru Besar Fiqih di King Saud baik terhadap gerakan
University, Riyadh – Saudi Arabia. Lihat pula Al-Qâmûs Al-Fiqhi, karya Asy- Islam, apalagi banyak
Syeikh Sa’di Abu Jaib, serta Ensiklopedi Islam terbitan PT. Ichtiar Baru Van laskar FPI dalam aksinya
Hoeve. suka membawa dan
memamerkan berbagai
jenis senjata tajam,
Dengan demikian secara sederhana maksud istilah ”Amar ma’ruf nahi munkar” bukankah ini merugikan
yang telah meng-Indonesia tersebut adalah menyerukan kebajikan dan mencegah perjuangan dan sekaligus
kemunkaran. bertentangan dengan sifat
rahmatan lil 'alamin bagi
ajaran Islam?
2. Bagaimana dalil syar’i amar ma’ruf nahi munkar?
Bila sikap keras dan tegas
Amar ma’ruf nahi munkar memiliki Dalil Syar’i yang sangat kuat, baik dari Al- harus dilakukan oleh FPI,
Qur’an mau pun As-Sunnah. Bahkan setiap nash ( redaksi ) Al-Qur’an mau pun As- maka kemunkaran yang

http://fpi.or.id/artikel.asp?oy=jaw-24 (1 of 13)10/07/2008 18:27:58


Front Pembela Islam

Sunnah yang menyangkut suruhan berbuat baik termasuk dalam konteks amar bagaimanakan yang harus
ditindak dengan tegas dan
ma’ruf, dan nash yang terkait dengan larangan berbuat buruk termasuk dalam
keras? Dan apa pula syarat
konteks nahi munkar. Sehingga semua nash tersebut pada saat yang sama secara pelaku amar ma'ruf nahi
implisit ( tersirat ) merupakan dalil syar’i untuk menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar dalam perjuangan
munkar. FPI?
BACA SELENGKAPNYA
Ada pun nash Al-Qur’an dan As-Sunnah yang secara eksplisit ( tersurat ) menjadi
dalil syar’i bagi amar ma’ruf nahi munkar, antara lain : KLIK DISINI UNTUK
MELIHAT TANYA
I. Dalîl Qur’âniy JAWAB LAINNYA

Sejumlah ayat suci Al-Qur’an secara eksplisit menerangkan tentang amar ma’ruf
nahi munkar, di antaranya :

1. Q.S.3. Âli-‘Imrân : 104

" •••••••••• •••••••• ••••••• •••••••••• ••••• ••••••••• •••••••••••••• ••••••••••••••• ••••••••••••
•••• ••••••••••••• , •••••••••• •••• ••••••••••••••• "
Artinya : ” Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung ” .

2. Q.S.3. Âli-‘Imrân : 110

" •••••••• •••••• ••••••• •••••••••• ••••••••• •••••••••••• ••••••••••••••• •••••••••••• ••••
••••••••••• •••••••••••••• ••••••••"
Artinya : ”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah SWT”.

3. Q.S.3. Âli-‘Imrân : 114

"•••••••••••• ••••••••• ••••••••••• ••••••• •••••••••••••• ••••••••••••••• •••••••••••• •••• •••••••••••


••••••••••••••• ••• •••••••••••• ••••••••••• •••• •••••••••••••• "
Artinya : ” Mereka beriman kepada Allah dan Hari Penghabisan, mereka
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan bersegera
kepada pelbagai kebajikan. Mereka itu termasuk orang-orang yang shaleh ”.

4. Q.S.7. Al-A’râf : 157

" •••••••••••• ••••••••••••••• ••••••••••••• •••• ••••••••••• ••••••••• •••••• ••••••••••••• •••••••••••
•••••••••• •••••••••••• "
Artinya : ”Ia ( Nabi ) menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang
mereka dari mengerjakan yang munkar, dan menghalalkan bagi mereka segala
yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk”.

5. Q.S.9. At- Taubah : 71

" ••••••••••••••••• •••••••••••••••• •••••••••• ••••••••••• •••••• , •••••••••••• •••••••••••••••


•••••••••••• •••• ••••••••••• ••••••••••••• •••••••••• •••••••••••• •••••••••• •••••••••••••• •••••••
••••••••••• , ••••••••• •••••••••••••• ••••••• , ••••• ••••••• •••••••• •••••••• "
Artinya : ” Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka adalah menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”.

6. Q.S.22. Al-Hajj : 41

" •••••••••• •••• ••••••••••••• ••• •••••••• •••••••••• •••••••••• •••••••••• •••••••••• •••••••••••
••••••••••••••• ••••••••• •••• ••••••••••• , ••••••••• ••••••••• •••••••••• "
Artinya : ” ( orang mu’min yaitu ) orang-orang yang jika Kami teguhkan
kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan
zakat, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan
kepada Allah lah kembali segala urusan”.

http://fpi.or.id/artikel.asp?oy=jaw-24 (2 of 13)10/07/2008 18:27:58


Front Pembela Islam

7. Q.S.31. Luqmân : 17

" •••••••••• •••••• •••••••••• •••••••• ••••••••••••••• ••••••• •••• ••••••••••• ••••••••• ••••• •••
••••••••• , ••••• •••••• •••• •••••• •••••••••• "
Artinya : ” ( Luqman berkata ) Hai anakku, dirikanlah shalat, dan suruhlah
( manusia ) mengerjakan yang ma’ruf dan cegahlah ( mereka ) dari perbuatan yang
munkar, dan sabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan ( oleh Allah ) ”.

II. Dalîl Nabawiy

Hadits-hadits yang secara eksplisit menegaskan tentang amar ma’ruf nahi munkar
banyak tak terhingga, berikut ini beberapa hadits yang termaktub dalam Al-
Kutubus Sittah, yaitu enam kitab Hadits terpercaya di kalangan Ahlus Sunnah wal
Jamâ’ah :

1. Shahîh Al-Imâm Al-Bukhâri rhm, Kitâb Al-Mazhâlim, Bab 22 tentang duduk di


serambi dan jalan, Hadîts ke - 2.465, dan Kitâb Al-Isti’dzân, Bab 2 tentang firman
Allah SWT dalam Q.S.24. An-Nûr ayat 27, Hadits ke - 6.229, bersumber dari Abu
Sa’îd Al-Khudri ra :

•••••••• : " ••••• ••••• ••••••••••• ••• •••••••• ••••• • “ ••••• •••••• ••••• •••••••• •••••••
••••••••• : “••••• •••••••• , ••••••• ••••••• , ••••••• •••••••••• , •••••••••• •••••••••••••• •••••••••••
•••• •••••••••• "
Artinya : ” Mereka ( para Shahabat ) bertanya : ”Apa sajakah hak jalan itu wahai
Rasulullah ? ” Beliau SAW pun menjawab : ”Menahan pandangan, meniadakan
gangguan, menjawab salam, menyerukan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar
”.

2. Shahîh Al-Imâm Muslim rhm, Kitâb Al-Fitan, Bab tentang Ad-Dajjâl, Hadits ke
- 116, bersumber dari ‘Abdullah ibnu ‘Amru ra, bahwasanya Rasulullah SAW
bersabda :

" ••••••••• ••••••• •••••••• ••• ••••••• ••••••••• ••••••••••• •••••••••• ••••••••••••••• •••••••••••
••••• •••••••••••• ••••••••• "
Artinya : ”Maka manusia-manusia jahat berada dalam keringanan burung
(kelicikan) dan impian binatang buas (kerakusan), mereka tidak mengenal yang
ma’ruf dan tidak mengingkari yang munkar ”.

3. Sunan Al-Imâm Abi Daud rhm, Kitâb Al-Malâhim, Bab Amar ma’ruf nahi
munkar, Hadits ke – 4.314, bersumber dari ‘Abdullâh ibnu Mas’ûd ra, Nabi SAW
bersabda :

" •••••• ••••••••• ••••••••••••• ••••••••••••••• ••••••••••••••• •••• ••••••••••• ••••••••••••••• •••••
•••••• •••••••••• ••••••••••••••••• ••••• •••••••• ••••••• ••••••••••••••••• ••••• •••••••• ••••••• "
Artinya : ” Sungguh, Demi Allah, Hendaknya engkau benar-benar menyerukan
yang ma’ruf, dan benar-benar mencegah yang munkar, dan sungguh-sungguh
menentang tangan-tangan orang Zholim, dengan benar-benar mengembalikannya
ke jalan yang Haq, dan benar-benar menjaganya di jalan yang Haq ”.

4. Jâmi’ Al-Imâm At-Tirmidzi rhm, Kitâb Al-Birr, Bab tentang menyayangi anak-
anak, Hadits ke- 15, bersumber dari ‘Abdullah ibnu ‘Abbâs ra, Rasulullah SAW
telah bersabda :

" •••••• •••••• •••• ••• •••••••• ••••••••••• •••••• ••••••••• ••••••••••• •••••••••• ••••••••••••••
•••••••• •••• ••••••••••"
Artinya : ” Bukan dari golongan kami mereka yang tidak menyayangi anak-anak
kami dan tidak menghargai orang tua kami, serta tidak menyerukan kema’rufan
dan tidak pula mencegah kemunkaran ”.

5. Sunan Al-Imâm An-Nasâ-i rhm, Kitab Al-Bai’ah, Bab 32, tentang Bithânathul
Imâm, bersumber dari Abu Hurairah ra dan Abu Ayyûb Al-Anshâri ra, telah
bersabda Rasulullah SAW :

" ••• •••••• ••••••• ••••• ••••• •••••••• •••• •••••••••• •••••• •••••• •••••••••••• , •••••••••

http://fpi.or.id/artikel.asp?oy=jaw-24 (3 of 13)10/07/2008 18:27:58


Front Pembela Islam

•••••••••• •••••••••••••• ••••••••••• •••• •••••••••• , ••••••••••• ••• •••••••••• •••••••• , •••••• •••••
••••••••• ••••••••• •••••• •••••• "
Artinya : ” Tidaklah diutus seorang Nabi, dan tidak pula seorang Kholîfah pun
setelahnya, melainkan baginya dua pengiring, satu pengiring yang mengajaknya
kepada yang ma’ruf dan mencegahnya dari yang munkar, dan satu pengiring lagi
tidak menjaganya dari kerusakan, maka barang siapa yang dijauhi (oleh Allah)
dari pengiring yang buruk berarti ia dijauhkan dari kerusakan ”.

6. Sunan Al-Imâm Ibnu Mâjah rhm, Kitab Al-Fitan, Bab tentang menjaga lisan
dalam fitnah, Hadits ke- 8, bersumber dari Ummu Habîbah ra, isteri Rasulullah
SAW, bahwasanya beliau SAW bersabda :

" ••••••• ••••• ••••• •••••••• , ••• •••• , •••••• •••••••• ••••••••••••••• •• ••••••••• •••• ••••••••••• ,
•• •••••• ••••• ••••• •• ••••• "
Artinya : ” Ucapan anak cucu Adam atasnya ( berbuah tuntutan ) bukan baginya
( berbuah pahala ) kecuali amar ma’ruf dan nahi munkar serta dzikir kepada
Allah” .

Keenam kitab hadits di atas disebutkan sesuai urutan kedudukannya di kalangan


Ahlus Sunnah wal Jamâ’ah, sebagaimana ditegaskan oleh para Ulama Hadits.
Lihat kitab ‘Ulûmul Hadîts wa Mushtholahuhu, karya DR. Shubhi Ash-Shâlih.

Dari uraian dalil-dalil syar’i di atas sudah cukup memberi gambaran bagi kita
tentang kewajiban amar ma’ruf nahi munkar. Apalagi sebagian dalil di atas ada
yang dengan tegas menggunakan sîghoh amr ( bentuk perintah ) secara mutlaq
tanpa ikatan / batasan. Kaidah ushul fiqih menyatakan :

" •••••••• ••• •••••••• •••••••••••• "


Artinya : ”Arti pokok dalam perintah adalah untuk menunjukkan wajib”

Dalam ungkapan lain dinyatakan :

"•••••••• •••••••• ••••••••• •••••••••• "


Artinya : ” Perintah yang mutlaq ( tanpa ikatan / batasan ) menunjukkan wajib ”.

Kaidah ini menjadi bahasan di hampir semua kitab Ushul Fiqih. Al-Imâm
Muhammad ibnu ‘Ali Asy-Syaukâni, dalam kitab Irsyâdul Fuhûl, halaman 83, Bab
Mabâhitsul Amr, Pasal ke – 3, membahas sejumlah perbedaan pendapat tentang
arti pokok perintah. Beliau mengakui, mayoritas Ulama berpegang kepada kaidah
di atas.

Demikian pula dengan Al-Imâm Abu Ishâq Ibrâhîm ibnu ‘Ali Asy-Syairâzi Al-
Fairûzabâdi, dalam kitab Al-Luma’ fî Ushûlil Fiqhi, halaman 7.

Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya, Ushûl Al-Fiqhi Al-Islâmi, Juz I
halaman 219, menyebutkan :

" ••••• •••••••••• ••••••••••• ••••• •••••••• ••••••• ••••• •••••••• •••••••••••• •••• , ••••• ••••••••
•••• •••••••••• ••••• •••••••• •••••• •••••••••••• •••• ••••••••••• ••••••• ••••• ••••• " •
Artinya : ” Kebanyakan Ulama berpendapat bahwasanya perintah itu
menunjukkan wajibnya perbuatan yang diperintahkan, dan perintah itu tidak
berpaling dari wajib kepada selainnya kecuali dengan faktor penghubung yang
menunjukkan ke arah itu ”.

3. Apa peran dan manfaat amar ma’ruf nahi munkar?

Amar ma’ruf nahi munkar merupakan :

1. Pintu gerbang keberuntungan ( Q.S.3. Âli-‘Imrân: 104 ).


2. Ciri umat yang terbaik ( Q.S.3. Âli-‘Imrân : 110 ).
3. Sendi pembangunan akhlaq sholihah ( Q.S.3. Âli-‘Imrân : 114 ).
4. Tugas mulia para Nabi (Q.S.7. Al-A’râf : 157).
5. Penyebab turunnya rahmat ( Q.S.9. At-Taubah: 71 ).
6. Sifat mu’min ( Q.S.22. Al-Hajj : 41 ).
7. Kewajiban dari Allah SWT( Q.S.31. Luqmân : 17 ).

http://fpi.or.id/artikel.asp?oy=jaw-24 (4 of 13)10/07/2008 18:27:58


Front Pembela Islam

Peran amar ma’ruf nahi munkar sangat penting, hingga Allah SWT
mengamanatkan sendiri kepada Rasulullah SAW lewat sebuah hadits qudsi, yang
disampaikan secara langsung saat Isrâ’ Mi’râj, sebagaimana diceritakan secara
rinci dan lengkap oleh As-Sayyid Muhammad ibnu ‘Alwi Al-Mâliki Al-Hasani hfz,
dalam kitabnya yang berjudul Al-Anwâr Al-Bahiyyah min Isrâ’ wal Mi’râj Khoiril
Bariyyah, hal 60-62. Firman Allah SWT kepada Nabi SAW :

" •••••••••••••• ••••••••••• •••••••• : •••••••••••, ••••••••••••, ••••••••••••, •••••••••••••, ••••••••


•••••••••, •••••••••• ••••••••••••••, ••••••••••• •••• •••••••••••, ••••••••• •••••• ••••••••
•••••••••••• ••••••••••• •••••••• •••••••• ••••••• ••••••••• •••••••••• ••••••• •••••• ••••• ••••••
••••••••••• "
Artinya : ” Aku berikan kepada engkau delapan perkara penting : (1) Islam, (2)
Hijrah, (3) Jihad, (4) Sedekah, (5) Puasa Ramadhan, (6) Amar Ma’ruf (7) Nahi
Munkar, (8) dan sesungguhnya Aku sejak hari Kuciptakan langit dan bumi, telah
aku wajibkan atasmu dan umatmu Lima Puluh Shalat, maka tegakkanlah olehmu
dan umatmu”.

Hadits Qudsi di atas sesaat sebelum Rasulullah SAW memohon keringanan shalat
bagi umatnya. Pada akhirnya Allah SWT mengabulkan permohonan beliau SAW,
sehingga hanya lima shalat yang diwajibkan sehari semalam.

Penegakan amar ma’ruf nahi munkar di suatu masyarakat akan mengantarkan


kepada penciptaan kondisi yang mendorong manusia untuk berlomba dalam
berbuat baik, dan saling menjaga serta melindungi dari segala bentuk kerusakan.

Penegakan amar ma’ruf nahi munkar adalah benteng yang kokoh untuk menjaga,
melindungi, memelihara, bahkan meningkatkan iman dan taqwa umat. Pada saat
iman dan taqwa umat itu baik, maka segala pintu keberkahan terbuka baginya.

Keberkahan yang dimaksud adalah kebahagiaan hidup yang mencakup berbagai


sektor kehidupan manusia. Keberkahan di bidang ibadah, mu’amalah, politik,
ekonomi, sosial, budaya, keamanan, ilmu pengetahuan, teknologi, industri, hasil
bumi, kekayaan alam dan sektor kehidupan lainnya. Bukankah Allah SWT telah
berjanji lewat firman-Nya dalam Q.S. 7. Al-A’râf : 96 yang berbunyi :

" •••••• ••••• •••••• •••••••• •••••••••• ••••••••••• ••••••••••• •••••••••• ••••••••• •••• ••••••••••
•••••••••• •••••••• •••••••••• ••••••••••••••• ••••• •••••••• •••••••••••• "
Artinya: ” Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa,
niscaya Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan ( ayat-ayat Kami ) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya ”.

Dan Rasulullah SAW pernah bersabda :

" •••••••• ••••••••• ••••• •••••••••• ••••••• ••••• ••••••, •••••••••• •••••••••••• •••••••••
•••••••••••••• ••••••••••••••• "
Artinya : ” Wajib atasmu bertaqwa kepada Allah, maka sesungguhnya taqwa itu
adalah himpunan segala kebajikan. Dan wajiblah atasmu berjihad, maka
sesungguhnya jihad itu adalah kepanditaan kaum muslimin ” .

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Ya’lâ rhm yang bersumber dari Abu Sa’îd
Al-Khudri ra, sebagaimana dinukilkan oleh As-Sayyid Ahmad Al-Hâsyimi dalam
kitab Mukhtârul Ahâdîts, Bab huruf Al-‘Ain, Hadits ke 771.

Di kesempatan lain Rasulullah SAW berwasiat kepada Abu Dzarr Al-Ghiffâri ra :

" •••••••• ••••••••• ••••• •••••••• ••••••••• •••••• •••••••• ••••••• "
Artinya : ” Aku berwasiat kepadamu dengan taqwa kepada Allah SWT, maka
sesungguhnya taqwa itu kepala segala urusan ”.

Al-Imâm As-Suyûthi rhm memasukkan hadits tersebut dalam kitab Al-Jâmi’ Ash-
Shaghîr, Juz I hal. 111, dan disebutkan berasal dari riwayat Al-Imâm Ath-
Thabrâni dalam kitab Al-Mu’jam Al-Kabîr.

4. Lalu apa dampak meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar?

http://fpi.or.id/artikel.asp?oy=jaw-24 (5 of 13)10/07/2008 18:27:58


Front Pembela Islam

Meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar berarti meninggalkan peran dan


manfaatnya yang begitu besar bagi umat. Itu merupakan malapetaka bagi
kehidupan umat Islam khususnya, dan umat manusia pada umumnya.

Dalam Jâmi’ Al-Imâm At-Tirmidzi rhm, Kitâb Al-Fitan, Bab amar ma’ruf nahi
munkar, Hadits ke - 9, bersumber dari Hudzaifah ibnu Al-Yamân ra, Rasulullah
SAW bersabda :

" •••••••••• •••••••• •••••••• , ••••••••••••• •••••••••••••• ••••••••••••••• •••• •••••••••• , ••••
••••••••••••• ••••• •••• •••••••• •••••••••• •••••••• •••••• ••••• •••••••••••• ••••• ••••••••••• ••••••
"
Artinya: ” Demi Yang jiwaku ada di tangan - Nya, hendaklah engkau sungguh-
sungguh menyerukan kema’rufan dan mencegah kemunkaran, atau niscaya Allah
akan benar-benar mengirim atasmu sekalian siksa dari-Nya. Kemudian engkau
berdoa kepada-Nya dan Ia tidak mengabulkannya ”.

Hadits serupa diriwayatkan pula oleh Al-Imâm Ahmad rhm dan Al-Imâm Al-
Bazzâr rhm.

Dalam Al-Fathu Ar-Robbâniy, yang merupakan penyusunan sistematis dari


Musnad Al-Imâm Ahmad rhm, karya Asy-Syeikh Ahmad ibnu ‘Abdirrahmân Al-
Bannâ’, dikenal dengan julukan As-Sâ’ati, beliau adalah ayah kandung Al-Imâm
Hasan Al-Bannâ’ sang perintis dan pendiri gerakan Al-Ikhwân Al-Muslimûn,
disebutkan sebuah Hadits Qudsi dalam juz 19 hal 177, akhir Kitab amar ma’ruf
nahi munkar, Bab kehancuran umat yang tidak menegakkan amar ma’ruf nahi
munkar, yang bersumber dari ‘Âisyah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :

" ••• •••••••• •••••••• ! •••• ••••• ••••• ••••••• •••••••• : " ••••••• •••••••••••••• •••••••••• ••••
••••••••••, •••• •••••• •••• •••••••••••• ••••• •••••••••••• , •••••••••••••••• •••••••• •••••••••••• ,
•••••••••••••••••••• ••••• •••••••••••• ".
Artinya : ” Wahai manusia, sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ”
Serukanlah kema’rufan dan cegahlah kemunkaran, sebelum engkau semua berdo’a
kepada-Ku namun Aku tidak mengabulkannya, sebelum engkau semua meminta
kepada-Ku namun Aku tidak memberikannya, dan sebelum engkau semua mohon
pertolongan-Ku namun Aku tidak menolong engkau sekalian ”.

Nah, jadi jelas meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar mengundang petaka atas
kehidupan umat manusia. Bahkan jika malapetaka itu datang tidak hanya
menimpa orang-orang yang berbuat kemunkaran, orang lain di sekitarnya pun ikut
terkena getahnya. Allah SWT berfirman dalam Q.S.8. Al-Anfâl ayat 25 :

“ ••••••••••• •••••••• ••• ••••••••••• •••••••••• ••••••••• •••••••• •••••••• , •••••••••••• ••••• •••••
•••••••• ••••••••• “
Artinya : ” Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa
orang-orang yang zholim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat
keras siksaannya ”.

Dalam kitab Misykâtul Mashâbîh, karya Al-Imâm Al-Khothîb At-Tibrîzi rhm,


sebuah kitab yang bersumber dari kitab Mashâbîhus Sunnah karya Al-Imâm Al-
Baghowi rhm,Juz 3 Bab 22 Pasal 2 Hadits ke - 5.147, sebuah hadits yang dinukil
dari kitab Syarhus Sunnah, juga karya Al-Imâm Al-Baghowi rhm, didapat dari
‘Adiy ibnu ‘Adiy Al-Kindi rhm yang bersumber dari kakeknya yaitu ‘Umairoh Al-
Kindi Al-Hadhromi ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :

" ••••• ••••• •••••••• •••••••••••• ••••• ••••• •••••••• •••••••••• •••••• ••••••• •••••••••• ••••••
•••••••••••••• •••••• ••••••••••• ••••• •••• •••••••••••• ••••• ••••••••••• , ••••••• ••••••••• ••••••
••••••• ••••• •••••••••• •••••••••••• "
Artinya : ” Sesungguhnya Allah SWT tidak mengadzab umumnya manusia hanya
karena perbuatan khusus sebagian mereka, sehingga mereka melihat kemunkaran
di tengah mereka dan mereka mampu untuk menentangnya namun mereka tidak
menentangnya. Jika sudah demikian yang mereka perbuat maka Allah mengadzab
yang umum dan khusus dari mereka ” .

Dan pada Pasal 3 Hadits ke – 5.152, bersumber dari Jâbir ibnu ‘Abdillah ra,
Rasulullah SAW telah bersabda :

" ••••••• ••••• ••••• ••••••• ••••• •••••••••• •••••••• •••••••••• : " •••• ••••••• •••••••••• •••••

http://fpi.or.id/artikel.asp?oy=jaw-24 (6 of 13)10/07/2008 18:27:58


Front Pembela Islam

••••••• ••••••••••• ! " ••••• : " ••• •••• ! ••••• •••••••• •••••••• •••••••• •••• ••••••••• ••••••••
•••••• " ••••• •••••••• : " ••••••••••• •••••••• •••••••••••• , ••••••• •••••••• •••• ••••••••••• •••••
••••••• ••••• "
Artinya : ” Allah ‘Azza wa Jalla mewahyukan kepada Jibril as : ” Goncangkan
kota ini dan itu bersama penghuninya ! ” Jibrîl pun berkata :”Wahai Tuhanku,
sesungguhnya di tengah-tengah mereka ada hamba-Mu si Fulan yang tidak pernah
ma’siat kepada-Mu sesaat pun juga”. Rasulullah SAW melanjutkan : ” Allah
berfirman : ”Sesungguhnya wajahnya ( si hamba yang sholeh itu ) tidak pernah
berubah terhadap-Ku ( tidak marah melihat kema’siatan ) sesaat pun juga ”.

Al-Imâm Ahmad rhm dalam Musnad-nya, Juz 1, Hadits ke - 2, 5 dan 9. Al-Imâm


At-Tirmidzi rhm dalam Jâmi’-nya, Kitâb Al-Fitan, Bab turunnya adzab jika tidak
mencegah kemunkaran. Dan Al-Imâm Ibnu Mâjah dalam Sunan-nya, Kitâb Al-
Fitan, Bab amar ma’ruf nahi munkar. Semuanya bersumber dari Abu Bakar Ash-
Shiddîq ra, berkaitan dengan firman Allah SWT dalam Q.S.5. Al-Mâ-idah ayat
105, beliau ra berkata :

" ••• •••••••• •••••••• , ••••••••• •••••••••••• ••••• ••••••• •••••••••••••••••• ••••• •••••••
••••••••••••• ( ••••••••••• ••••••••• ••••••••• •••••••••• •••••••••••• ••• ••••••••••• •••• ••••• •••••
••••••••••••• ) •••••••• ••••••••• •••••••• ••••• •••••••• : " ••••• •••••••• ••••• ••••••• •••••••••• •••
••••••••••••••• , •••••••• •••• ••••••••••• ••••• ••••••••••• ".
Artinya : ” Wahai manusia ! Sesungguhnya engkau sekalian membaca ayat ini dan
engkau menta’wilkannya bertentangan dengan ta’wil sebenarnya : ( ”Hai orang-
orang yang beriman, jagalah dirimu. Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi
mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk” ). Sesungguhnya aku
telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: ”Sesungguhnya manusia jika mereka
melihat orang yang berbuat zhalim dan tidak mencegahnya, maka sudah dekat
Allah meratakan mereka semua dengan siksa dari-Nya ”.

Dalam hadits ini, bukan saja Abu Bakar ra mengingatkan akan kewajiban
berjuang menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, tetapi juga mengingatkan bahwa
resiko apa pun dalam perjuangan tersebut tidak boleh dijadikan alasan untuk
melarikan diri dari kewajiban. Sekaligus peringatan agar tidak bersikap ”cuek”
terhadap kesesatan dengan anggapan bahwa kesesatan orang lain tidak akan
mendatangkan bencana baginya selama ia berbuat baik. Padahal, kesesatan
tersebut akan berdampak membahayakan bila dibiarkan.

Sementara sebuah hadits yang muttafaqun ‘alaih, bersumber dari Ummul


Mu’minîn, Zainab binti Jahsy ra, menceritakan :

" •••• •••••••••• •••••• ••••• •••••••• ••••••• •••••••• •••••• ••••••••• ••••••• •••••••• : " ••• •••••
•••••• ••••• , •••••• •••••••••• •••• ••••• •••• ••••••••• , •••••• •••••••• •••• •••••• •••••••• •••••••
•••••• •••••• ". ••••••••• •••••••••••••• ••••••••••• ••••••••• ••••••••• ••••••••: "•••••••••• •••••
•••••••••• ••••••••• •••••••••••••• •• " ••••• : " •••••• ••••• ••••• ••••••••• "
Artinya : ” Suatu hari Nabi SAW masuk ke rumahnya dalam keadaan ketakutan
sambil berkata : ” Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah. Celakalah
bangsa Arab dari bahaya yang hampir tiba ! Kini telah terbuka tirai bendungan
Ya’juj dan Ma’juj sebesar lobang ini ” . Nabi pun melingkarkan jari telunjuk ke
ibu jarinya. Saya bertanya : ”Wahai Rasulullah, mungkinkah kami binasa padahal
di tengah-tengah kami masih ada orang-orang yang sholeh ?!” Beliau pun
menjawab : ”Ya, apabila kebejatan sudah merajalela” .

Merinding bulu roma saat membaca / mendengar hadits ini. Bagaimana tidak ?
Ternyata sekali pun di sekitar kita banyak ulama dan orang shaleh, namun tak
dapat mencegah malapetaka, manakala keberadaan mereka tidak mampu
mencegah kemunkaran.

Hadits tersebut dinukilkan oleh Al-Imâm Abu Zakariyâ’ Yahyâ ibnu Syarf An-
Nawawi rhm dalam kitab Riyâdhush Shâlihîn, Bab amar ma’ruf nahi munkar,
Hadits ke 189.

Dan jika kita mengkaji ulang sejarah umat manusia terdahulu, maka kita bisa
mendapatkan begitu banyak bukti autentik tentang bahaya meninggalkan amar
ma’ruf nahi munkar. Di antaranya apa yang diriwayatkan oleh Al-Imâm Abi Daud
rhm dalam Sunan-nya, Kitâb Al-Malâhim, Bab Amar ma’ruf nahi munkar, Hadits
ke - 4.314, bersumber dari ‘Abdullâh ibnu Mas’ûd ra, Nabi SAW bersabda :

http://fpi.or.id/artikel.asp?oy=jaw-24 (7 of 13)10/07/2008 18:27:58


Front Pembela Islam

" ••••• ••••••• ••• •••••• ••••••••• ••••• ••••• ••••••••••••• ••••• ••••••••• ••••••• •••••••••
•••••••••• : " ••• ••••• ! •••••• ••••• •••••• ••• •••••••• ••••••••• ••• ••••••• •••• " ••••• •••••••••
•••• ••••• ••••• •••••••••• , •••••• •••• ••••••• •••••••••• •• •••••••••• •• •••••••••• , ••••••••
••••••••• •••••• •••••• •••• •••••••• •••••••••• •••••••• ".
Artinya : ” Sesungguhnya awal mula masuknya kekurangan ( terjadinya
kesalahan ) dalam Bani Isrâil adalah dahulu seseorang ( yang baik ) bertemu
dengan orang lain ( yang berbuat buruk ) seraya berkata : ” Hei orang ini !
Takutlah kepada Allah, dan tinggalkan apa yang kau lakukan, sesungguhnya itu
tidak halal bagimu ”. Kemudian esoknya ia bertemu lagi dengan orang itu namun
tidak lagi ia melarangnya, bahkan ia justru menjadi teman makan, minum dan
duduknya. Maka tatkala mereka lakukan itu Allah pun menghitamkan hati
sebagian mereka ( yang baik ) dengan sebab sebagian mereka ( yang buruk ) ”.

Selanjutnya Rasulullah SAW membaca Q.S. 5. Al-Mâ-idah ayat 78 -81 :

" •••••• •••••••••• ••••••••• •••• ••••• ••••••••••••• ••••• ••••••• ••••••• •••••••• ••••• •••••••• ,
•••••• ••••• ••••••• •••••••••• •••••••••••• c •••••••• ••• ••••••••••••• •••• •••••••• •••••••••• ,
•••••••• ••• •••••••• •••••••••••• c ••••• •••••••• •••••••• ••••••••••••• •••••••••• ••••••••• ,
•••••••• ••• ••••••••• •••••• •••••••••••• •••• •••••• ••••••• •••••••••• ••••• •••••••••• ••••
••••••••••• c •••••• •••••••• •••••••••••• ••••••••• •••••••••••• ••••• •••••••• •••••••• •••
•••••••••••••• ••••••••••• ••••••••• •••••••• •••••••• ••••••••••• c"
Artinya : ” Telah dila’nati orang-orang kafir dari Banî Isrâil dengan lisan Daud
dan ‘îsâ putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan
selalu melampaui batas.

Mereka satu sama lain selalu tidak saling melarang dari tindakan kemunkaran
yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka
perbuat itu.

Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang kafir


( musyrik ). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri
mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka. Dan mereka akan kekal dalam
siksaan.

Sekiranya mereka beriman kepada Allah dan kepada Nabi ( Mûsâ ) serta kepada
apa yang diturunkan kepadanya, niscaya mereka tidak akan mengambil orang-
orang musyrikin itu menjadi penolong–penolong, tapi kebanyakan dari mereka
adalah orang-orang yang fasiq ”.

Kemudian Rasulullah SAW bersabda kembali :

" •••••• ••••••••• ••••••••••••• ••••••••••••••• ••••••••••••••• •••• ••••••••••• ••••••••••••••• •••••
•••••• •••••••••• ••••••••••••••••• ••••• •••••••• ••••••• ••••••••••••••••• ••••• •••••••• ••••••• "
Artinya : ” Sungguh, Demi Allah, Hendaknya engkau benar-benar menyerukan
yang ma’ruf, dan benar-benar mencegah yang munkar, dan sungguh-sungguh
menentang tangan-tangan orang Zhâlim, dengan benar-benar mengembalikannya
ke jalan yang Haq, dan benar-benar menjaganya di jalan yang Haq ”.

Bila bencana terjadi jangan menyalahkan siapa pun kecuali diri mereka sendiri
yang telah melanggar kewajiban amar ma’ruf nahi munkar. Allah SWT berfirman
dalam Q.S.4. An-Nisâ’ ayat 79 :

" ••• ••••••••• •••• •••••••• •••••• ••••••• , ••••• ••••••••• •••• ••••••••• •••••• •••••••• "
Artinya : ” Apa saja ni’mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja
bencana yang menimpamu, maka dari ( kesalahan ) dirimu sendiri”.

Dalam Q.S.42. Asy-Syûrâ : 30 Allah SWT berfirman :

" ••••• ••••••••••• •••• ••••••••• ••••••• •••••••• •••••••••••• ••••••••• •••• ••••••••"
Artinya : ” Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan
oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar ( dari
kesalahan-kesalahanmu ) ”.

Dalam Q.S. 29. Al-‘Ankabût : 40, Allah SWT menyebut sejumlah bentuk adzab
yang ditimpakannya bagi mereka yang durhaka :

http://fpi.or.id/artikel.asp?oy=jaw-24 (8 of 13)10/07/2008 18:27:58


Front Pembela Islam

" •••••••• ••••••••• •••••••••• , •••••••••• •••• ••••••••••• •••••••• •••••••• •••••••••• ••••
•••••••••• ••••••••••• •••••••••• •••• ••••••••• •••• ••••••• •••••••••• •••• ••••••••••• , ••••• •••••
••••••• •••••••••••••• •••••••• •••••••• •••••••••••• •••••••••••• ".
Artinya : ” Maka masing-masing ( mereka itu ) Kami siksa disebabkan dosanya,
maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil,
dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di
antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka
ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya
mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri ”.

Dalam Q.S.16. An-Nahl ayat 45 – 47, Allah SWT mengingatkan bahwasanya adzab
bagi mereka yang berbuat jahat bisa datang setiap saat, kapan saja dan di mana
saja :

" •••••••••• •••••••••• ••••••••• ••••••••••••• •••• •••••••• ••••••• •••••• •••••••• •••• ••••••••••••
•••••••••• •••• •••••• ••• •••••••••••• c •••• •••••••••••• ••• ••••••••••••• ••••• •••• ••••••••••••••
c•••• •••••••••••• ••••• ••••••••• ••••••• ••••••••• •••••••••• •••••••• c ".
Artinya : ” Maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu,
merasa aman ( dari bencana ) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama
mereka, atau datangnya adzab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka
sadari.

Atau Allah mengadzab mereka di waktu mereka dalam perjalanan, maka sekali-
kali mereka tidak dapat menolak ( adzab itu ).

Atau Allah mengadzab mereka dengan ketakutan ( berangsur-angsur sampai


binasa ), maka sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang ”.

Dan ingat, bagaimana umat terdahulu banyak yang diadzab oleh Allah karena dosa-
dosa mereka, seperti kaum Nabi Nûh as yang ditenggelamkan oleh Allah SWT
dengan air bah yang dahsyat, dan kaum Nabi Lûth yaitu bangsa Sadum yang
dihancurkan oleh Allah SWT karena penyimpangan pergaulan dan homosex yang
merajalela.

Dan ingat pula, jika Nûh as dan Lûth as diberitahukan oleh Allah SWT tentang
bencana yang akan datang kepada kaumnya, bahkan mereka diajarkan pula oleh
Allah SWT tentang cara menyelamatkan diri bersama pengikut setianya dari
bencana tersebut. Lalu siapa yang akan memberitahu kita tentang kapan
datangnya bencana ? Siapa pula yang akan mengajarkan kita agar bisa keluar
dengan selamat dari bencana tersebut ?!

Karenanya, mencegah datangnya bencana adalah cara terbaik. Allah SWT telah
berfirman dalam Q.S.8.Al-Anfâl : 33, kepada Rasulullah SAW:

" ••••• ••••• ••••••• ••••••••••••••• •••••••• •••••••• , ••••• ••••• ••••••• ••••••••••••• ••••••
••••••••••••••••"
Artinya : ”Dan Allah tidak sekali-kali mengadzab mereka sedang engkau ( Ya
Muhammad ) berada di tengah mereka. Dan tidak sekali-kali Allah mengadzab
mereka sedang mereka beristighfar (memohon ampun)”.

Ayat ini menjelaskan dua kunci keselamatan untuk mencegah bencana, yaitu :

1. Rasulullah SAW

Sebesar apa pun dosa dan kesalahan yang dilakukan umat Rasulullah SAW, selama
beliau masih hidup, maka Allah SWT tidak akan mengadzab mereka di dunia
dengan cara membinasakannya sebagaimana umat terdahulu.

Lalu bagaimana sepeninggal beliau ?! Sebagian Ulama berkeyakinan bahwa kunci


ini masih tetap bisa kita miliki selama sunnah Nabi SAW tetap dihidupkan dalam
kehidupan umatnya dengan menegakkan segala ajaran dan tuntunan syari’atnya.
Jadi menghidupkan Syari’at Islam yang dibawa Nabi SAW berarti
menghidupkannya di tengah umat.

2. Istighfâr

http://fpi.or.id/artikel.asp?oy=jaw-24 (9 of 13)10/07/2008 18:27:58


Front Pembela Islam

Istighfâr yang dimaksud adalah taubat yang sejati, yaitu menyesali segala dosa dan
kesalahan, kemudian memohon ampunan Allah SWT, serta ber’azam untuk tidak
mengulanginya lagi.

Nah, beristighfar dari segala kemunkaran yang merajalela adalah dengan


menegakkan amar ma’ruf nahi munkar di setiap sektor kehidupan. Sedang
bertaubat dari segala bentuk kezholiman dan kebathilan adalah dengan
menegakkan hukum Allah SWT secara kâffah.

5. Mana yang harus didahulukan, amar ma’ruf atau nahi munkar?

Dalam kondisi tertentu, amar ma’ruf harus didahulukan dari nahi munkar, namun
terkadang sebaliknya. Dan terkadang pula amar ma’ruf lebih manfaat, di lain
kesempatan nahi munkar yang lebih bermanfaat. Bahkan pada suatu kondisi, bisa
terjadi keduanya kurang atau tidak bermanfaat.

Di zaman Tartar, Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rhm bersama para sahabatnya
pernah berjalan melalui sekelompok orang yang sedang pesta minuman keras. Para
sahabat beliau berusaha untuk mencegah kemunkaran tersebut, tapi oleh beliau
dilarang, seraya berkata :

" ••••••••• ••••••• ••••• ••••••••• •••• •••••• ••••••• •••• •••••• ••••• •••••• ••••••••••. •••••••••••
••••••••••• ••••••••• •••• •••••• ••••••••••• •••••••• ••••••••••••• •••••••••••••••••••. •••••••••••• ••
•••••••••• "
Artinya : ”Sesungguhnya Allah mengharamkan khomer, karena khomer
menghalangi dari mengingat Allah dan dari mendirikan shalat. Sedang mereka
justru dihalangi oleh khomer dari perbuatan membunuh orang, menawan anak-
anak dan merampas harta. Biarkan mereka bersama khomernya”.

Peristiwa di atas diceritakan oleh Asy-Syeikh Asy-Syahid ‘Abdul Qâdir ‘Audah rhn
dalam kitabnya At-Tasyrî’ Al-Jinâ-î Al-Islâmî, yang dinukilkan dari kitab-kitab :
Ihyâ ‘Ulûmiddîn, A’lâmul Mûqi’în dan Majmû’ah Ar-Rasâil.

Al-Imâm Ibnu Taimiyyah rhm dalam makhthûthât ( transkrip ) nya yang disalin
dan disebar luaskan oleh DR.Muhammad As-Sayyid Al-Jâlinîd dengan judul Al-
Amru bil Ma’rûf wa An-Nahyu ‘anil Munkar, menyebutkan bahwa menghitung
kemaslahatan dan kemafsadatan amar ma’ruf nahi munkar harus dengan standar
syari’at, artinya bukan dengan pertimbangan akal semata.

Secara umum, amar ma’ruf nahi munkar harus dilaksanakan secara bersamaan,
karena keduanya merupakan kesatuan yang tak terpisahkan. Kurang tepat kalau
ada orang yang mengatakan amar ma’ruf lebih penting dari nahi munkar, atau
sebaliknya. Yang tepat keduanya sama penting diperhatikan, sama wajib
dilaksanakan dan sama harus disegerakan.

Dan tidak benar kalau ada orang yang hanya melaksanakan amar ma’ruf tanpa
menegakkan nahi munkar, atau sebaliknya. Yang benar harus ada keseimbangan
antara keduanya sehingga tercipta hubungan harmonis yang pada akhirnya
mengantarkan kepada hasil kerja yang maksimal sesuai dengan tuntutan Syari’at
Islam.

Kita bisa mengambil perumpamaan; amar ma’ruf adalah menanam padi, sedang
nahi munkar adalah memberantas hama. Jika kita hanya menanam padi tanpa
memberantas hama yang merusak, jangan mimpi bisa mendapat panen yang baik.
Dan jika kita hanya memberantas hama tanpa ada yang ditanam, apa yang mau
dipanen ?!

Petani yang baik dan cerdas adalah yang menanam padi, memupuk dan
memeliharanya, sambil memberantas hama mulai dari saat penanaman hingga saat
panen tiba. Insya Allah, sang petani akan mendapat panen yang memuaskan.
Kalau pun si petani hanya menanam padi, dan ia tidak ingin atau tidak punya
kemampuan memberantas hama, maka ia bisa meminta bantuan pihak lain untuk
memberantas hamanya.

Parahnya, jika ada orang yang hanya amar ma’ruf sambil menyalahkan orang lain

http://fpi.or.id/artikel.asp?oy=jaw-24 (10 of 13)10/07/2008 18:27:58


Front Pembela Islam

yang nahi munkar, atau sebaliknya. Padahal, yang amar ma’ruf adalah penanam
padinya, sedang yang nahi munkar adalah pemberantas hamanya, betapa indah
kalau mereka saling bekerja sama tanpa harus saling menuding dan menghujat,
apalagi saling bermusuhan.

Jadi jelas, segala kema’rufan seperti ta’mir masjid, tadarus Al-Qur’an, majelis
ta’lim, halaqah dzikir, pelaksanaan istighotsah, penyampaian nasihat, pagelaran
tabligh, pembangunan pesantren, pengembangan madrasah, pendidikan santri,
pembinaan aktivis, pelatihan da’wah, santunan faqir miskin, bea siswa yatim,
sedekah dan lain sebagainya, adalah menanam padi dengan harapan memanen
hasilnya di kemudian hari.

Ada pun mencegah segala kemunkaran seperti memerangi pemurtadan, menentang


perdukunan, menghapuskan korupsi, menutup sarang ma’siat, melarang
pelacuran, melenyapkan pornografi, memberangus pornoaksi, melawan perjudian,
menghancurkan narkoba, memusnahkan minuman keras dan lain sebagainya
adalah memberantas hama untuk menjaga harapan panen di kemudian hari tadi.

Karenanya, kerja sama dan saling pengertian antara pihak-pihak yang beramar
ma’ruf dan nahi munkar menjadi suatu keharusan.

Allah SWT berfirman dalam Q.S.5. Al-Mâ-idah ayat 2 :

" •••••••••••••• ••••• •••••••• •••••••••••• ••••• •••••••••••• ••••• •••••••• ••••••••••••••
••••••••••• ••••••• ••••• ••••••• •••••••• •••••••••• "
Artinya : ” Dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa, dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya ”.

Perlu dicatat, bahwa pemilahan antara amar ma’ruf dan nahi munkar hanya
sebatas sistematika pembelajaran sesuai dengan pemahaman masyarakat awam
selama ini. Ada pun dalam praktek pengamalan tak ada pemisahan antara
keduanya. Artinya, di dalam amar ma’ruf pasti ada unsur nahi munkar, begitu
pula sebaliknya.

Pendidikan teori tentang halal dan haram adalah amar ma’ruf, yang sekaligus
mengandung unsur nahi munkar, yaitu memerangi kebodohan dan melarang umat
mendekati yang haram. Penutupan sarang ma’siat adalah nahi munkar, yang
sekaligus mengandung amar ma’ruf, yaitu pendidikan praktek tentang urgensi
pelarangan kema’siatan.

Dengan demikian, tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk memisahkan antara
amar ma’ruf dan nahi munkar, apalagi meninggalkan keduanya. Setiap muslim
berkewajiban menegakkan amar ma’ruf nahi munkar secara bersamaan sesuai
dengan kemampuannya. Segala alasan yang dibuat untuk menghindarkan diri dari
kewajiban ini adalah mengada-ada dan tertolak berdasarkan syari’at.

Menyoal berbagai alasan bathil dalam meninggalkan kewajiban amar ma’ruf nahi
munkar, Al-Imâm ‘Abdullah ibnu ‘Alwi Al-Haddâd rhm dalam kitab An-Nashâ-ih
Ad-Dîniyyah wa Al-Washâyâ Al-îmâniyyah, Bab At-Taqwa, Pasal tentang alasan
bathil dalam meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, halaman 15, mengatakan :

" •• ••• •••••••• ••••• •••••••• ••••••••• •• • •••••••••• •• ••••••••••••• •• ••••••••••• •••••••
••••••••••• ••••• ••••••••• •••••••• •• ••••••••• •••••••• •••••••••••••• ••••••••••• •••• •••••••••• ,
•••••••• •••••••••••• : ••••••• ••••••••••• ••••••• ••••••• ••••••••• •••••••••••••. •••• ••••••• ••••••••
••••• ••••• •••••• •••••••• ••••••••••• ••••• ••• ••••••••• •, ••••••••••• •••••• •••• •••••••••••• ••••
••• •••••••••• ••••, ••••• •••••••• ••••• •••••• ••••• . •••••••••• •••••••• ••••••••••• •••••• •••••••••
•••••••• ••••••• ••••••••••, ••••••••••••• •••••• ••••••••••••••••• •••••••• ••••• •••••••••• •••••••••••
•••••••• ••••••••• , •••••• ••••••• •••••••• •••••••••• . •••••••••• ••••• •••••••••• ••••• •••••• ••••
•••••• •••• ••••••• •••••• ••••••• ••••••••• •••••••• •••••••• •••••••••• •••••••••••••••• ••••••••••• ,
•••••••••••••••• •••••••• •••• •••••• ••••••••••••••• ••••••• •••••••••••••• ••••• ••• ••••••••••• •••••
••••••••••••• . •••••• ••••••• •••••••• , •••• •••••• , ••••• •••• ••••••••••••• ••••••••••••••• •••••••
•••••••••• •••• •••••••••• !"
Artinya : ” Allah SWT tidak akan menerima segala udzur tidak logik dan alasan
dusta yang dibuat-buat oleh generasi zaman ini dalam meninggalkan amar ma’ruf
nahi munkar. Misalnya dengan berkata : ” Mereka tidak akan menerima da’wah
kami, meski kami menyeru atau pun melarang ”. Atau dengan berkata : ” Kami

http://fpi.or.id/artikel.asp?oy=jaw-24 (11 of 13)10/07/2008 18:27:58


Front Pembela Islam

akan mendapat bahaya yang kami tidak akan sanggup menanggungnya jika ber-
amar ma’ruf nahi munkar ”. Dan ungkapan senada lainnya yang timbul dari
keraguan mereka yang tidak memiliki penglihatan nurani dan tidak memiliki
ghiroh ( gairah kecemburuan ) terhadap agama Allah ”.

Sesungguhnya memang dibolehkan berdiam diri saat telah nyata datang bahaya
besar atau telah yakin akan tertolak seruan itu. Namun demikian, menegakkan
amar ma’ruf nahi munkar tetap lebih baik dan lebih utama, hanya saja dalam
kondisi tersebut gugurlah kewajiban.

Anehnya, jika seseorang dari mereka dicela atau dicuri hartanya meski sedikit saja,
maka dunia menjadi sempit baginya ( marah besar ) hingga ia tidak bisa berdiam
diri. Dan ia tidak lagi membuat- buat alasan seperti yang dibuatnya kala berdiam
diri dari kemunkaran.

Apakah bagi sikap ini ada alasan ? Selain kehormatan dan harta benda mereka
lebih mulia dari pada agama !

Kemudian pada halaman 143, Al-Imâm Al-Haddâd rhm membuat Bab Khusus
tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Dalam pembahasannya, beliau menceritakan
tentang suatu negeri yang pernah diadzab Allah SWT, padahal di dalam negeri
tersebut terdapat 18.000 penghuni yang amalannya seperti amalan para Nabi..
Hanya saja, mereka tidak pernah marah apabila perintah Allah SWT dilanggar di
depan mata mereka.

Disana Al-Imâm Al-Haddâd rhm juga menyatakan bahwa betapa mulianya derajat
seorang hamba yang dipukul, dipenjara atau dicerca karena tugas mendirikan hak-
hak Allah SWT, yaitu menyuruh manusia mematuhi-Nya dan melarangnya dari
perbuatan melanggar hukum-hukum-Nya, karena itu adalah perjalanan para Nabi
dan Rasul, para Wali dan Orang-Orang Saleh, serta para Ulama ‘Amilin
sebagaimana terekam dalam sejarah hidup dan perjuangan mereka.

Selanjutnya Al-Habîb ‘Abdullah bin ‘Alwi Al-Haddâd dalam kitab tersebut dengan
panjang lebar menguraikan tentang kewajiban amar ma’ruf nahi munkar.

6. Sepakat ulama bahwa amar ma’ruf nahi munkar harus dengan cara yang
ma’ruf, maksudnya?

Benar. Amar ma’ruf nahi munkar harus dilakukan dengan cara yang ma’ruf. Ini
harga mati yang tidak bisa ditawar. Sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Imâm Al-
Baihaqi rhm, bersumber dari ‘Amru ibnu Syu’aib yang didapat dari ayahnya lalu
dari kakeknya, menyatakan :

" •••• •••••• •••••••••••• •••••••••• •••••••• •••••••••••• "


Artinya : ” Barangsiapa yang menyerukan kema’rufan, maka hendaknya seruan
itu dilakukan dengan cara yang ma’ruf ”

Pengertian dengan cara yang ma’ruf adalah cara yang baik dan benar sesuai
dengan aturan Syari’at Islam. Sehingga tidak dibenarkan menegakkan amar
ma’ruf nahi munkar dengan menghalalkan segala cara, karena hanya akan
mengantarkan kepada kemunkaran yang lebih besar dan mudharat yang lebih
parah lagi.

Penegakan amar ma’ruf nahi munkar harus dengan cara tetap menghalalkan yang
halal dan mengharamkan yang haram, menghaqkan yang haq dan membathilkan
yang bathil, sebagaimana tugas yang pernah dilaksanakan oleh para Nabi yang
mulia. Perhatikan kembali firman Allah SWT dalam Q.S.7. Al-A’râf ayat 157:

" •••••••••••• ••••••••••••••• ••••••••••••• •••• ••••••••••• ••••••••• •••••• ••••••••••••• •••••••••••
•••••••••• •••••••••••• "
Artinya : ” Ia ( Nabi ) menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang
mereka dari mengerjakan yang munkar, dan menghalalkan bagi mereka segala
yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk ”.

Dan para Salaf pernah berpesan :

http://fpi.or.id/artikel.asp?oy=jaw-24 (12 of 13)10/07/2008 18:27:58


Front Pembela Islam

" • ••••••• ••••••• ••••••••• "


Artinya : ” Menangkanlah yang haq dengan cara yang haq ”.

Oleh karenanya, untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dibutuhkan


pengetahuan tentang Syari’at Islam secara baik, sehingga di dalam menetapkan
yang halal dan yang haram tidak bersandarkan kepada hawa nafsu. Allah SWT
berfirman dalam Q.S.38. Shâd ayat 26 :

" ••••• ••••••••• •••••••• ••••••••••• •••• •••••••• ••••••• ••••• •••••••••• ••••••••••• •••• ••••••••
••••••• •••••• ••••••• •••••••• ••••• ••••••• •••••• •••••••••• "
Artinya : ”Jangan kamu mengikuti hawa nafsu, niscaya hawa nafsu akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari
jalan Allah akan mendapat adzab yang berat, karena mereka melupakan Hari
Perhitungan ”.

Di samping itu, harus ada pula kemampuan membaca situasi dan kondisi untuk
menghitung besar manfaat dan mudharat dari amar ma’ruf nahi munkar tersebut,
serta harus memiliki kepiawaian memenej strategi yang jitu untuk menekan dan
mengeliminir tingkat kerugian perjuangan. Dengan demikian baru bisa diambil
keputusan yang tepat lagi benar. Ingat kaidah perjuangan yang cukup populer :

" ••••••• •••••••• •••••••••• •••••••••• ••••••••• •••••••••••• “


Artinya : ” Yang Haq tanpa sistem akan dikalahkan oleh Bathil yang tersistem ”.

artikel berikutnya

Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam, Jalan Petamburan 3/17, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Telp:021-534-1250.
Salurkan dana anda untuk mendukung FPI dalam perjuangan penegakan Amar Ma'ruf Nahi Munkar melalui Bank Muamalat No. Rekening 301.00360.15 Atas Nama
DPP-FPI.
Copyright@2008, All Rights Reserved. Comment and Suggestion, send to admin@fpi.org.
Developed By OYiE Creative.

http://fpi.or.id/artikel.asp?oy=jaw-24 (13 of 13)10/07/2008 18:27:58

You might also like