You are on page 1of 6

Front Pembela Islam

7/10/2008 6:21:49

HABIB RIZIEQ MENJAWAB

26 Juni 2008

Fakta Sejarah Penegakan Amar Ma'ruf Nahi Munkar


.
Muqaddimah
Hidup Mulia 1. Namun perlu dicatat dan diperhatikan bahwa pada periode Makkah, di dari
atau
sekitar kota Makkah marak berbagai kema’siatan dan kemunkaran. Selama Al-Habib
Mati Syahid
tidak kurang dari 12 tahun Rasulullah SAW mengedepankan amar ma’ruf Muhammad Rizieq
dari nahi munk ar untuk menguatkan aqidah, kalau pun beliau SAW Syihab
TERKINI menegakkan nahi munkar sebatas dengan lisan tanpa aksi fisik. Nah, jika
BERITA FPI Nabi SAW memulai gerakan nahi munkarnya dengan melakukan amar Sejak Front Pembela
PERNYATAAN PERS ma’ruf yang penuh dengan kelembutan dan kesantunan selama 12 tahun, Islam ( FPI )
mencanangkan Gerakan
maka kalau kini kita tiba-tiba langsung melakukan gerakan nahi munkar
SIKAP & Nasional Anti Ma'siat
PENJELASAN FPI
dengan tegas dan keras, apakah tidak terkesan terlalu terburu-buru ? pada saat deklarasi
pendirian organisasi,
LIPUTAN PERS & tanggal 25 Robî 'uts Tsâni
Rasulullah SAW adalah pribadi yang sempurna. Kepiawaian Nabi SAW dalam
KLIPING 1419 Hijriyyah / 17
berda’wah telah membawa ke puncak keberhasilan secara menakjubkan. Agustus 1998 Mîlâdiyyah,
OPINI berbagai kritik, kecaman,
TAUSYIAH Dalam waktu yang relatif singkat (23 tahun), dengan izin Allah SWT, beliau tuduhan, tudingan, fitnah
dan caci maki, bahkan
CATATAN HABIB berhasil menyempurnakan kewajiban da’wahnya. Dan tidaklah beliau tinggalkan teror, ancaman dan
RIZIEQ umat, kecuali dalam kondisi telah sempurna penyampaian aqidah, syari’at dan intimidasi, kerap kali
akhlaq Islamnya. dialamatkan ke organisasi
ini.
PUSTAKA FPI Pada saat Haji Wadá’, yaitu haji yang terakhir dilakukan oleh Rasulullah SAW,
Allah SWT menurunkan wahyu-Nya sebagaimana tertera dalam Q.S. 5. Al – Mâ- Selanjutnya, berbagai
HABIB RIZIEQ
ujian dan cobaan
MENJAWAB idah ayat 3: menghantam FPI dan
PRO & KONTRA para aktivisnya. Pada
" ••••••••• •••••••••• •••••• •••••••••• •••••••••••• •••••••••• •••••••••• •••••••••• •••••• tanggal 3 Sya'ban 1419 H /
KISAH PEJUANG FPI 22 November 1998 M,
•••••••••••• ••••••• "
terjadi Peristiwa Ketapang,
SUKA DUKA LASKAR Artinya : ” Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah yang menyeret FPI ke
DAKWAH & SOSIAL Aku cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Aku ridhoi Islam itu jadi agama dalam tragedi berdarah
bagimu ”. yang menggemparkan
KOLEKSI FOTO dunia.
SEJARAH AKSI FPI Dua belas tahun periode Makkah, merupakan pelajaran penting tentang tahapan
da’wah. Dan menjadi keharusan bagi kita untuk meneladani da’wah Rasulullah BACA SELENGKAPNYA
SAW.
Habib Rizieq
Dan Alhamdulillah, tahapan da’wah dimaksud telah berlangsung di Indonesia Menjawab
sejak masuknya Islam di negeri ini, bukan lagi belasan atau puluhan tahun, bahkan berbagai pertanyaan
ratusan tahun. Namun itulah, karena lemahnya kita, khususnya generasi yang seputar aksi FPI
datang belakangan saat ini, tidak mampu menyempurnakan da’wah yang sudah
dimulai para pendahulu sejak ratusan tahun yang lalu.
Maraknya aksi FPI yang
diwarnai kekerasan telah
Dalam 12 tahun Rasulullah SAW berhasil memupuk benih kekuatan aqidah umat menimbulkan kekerasan di
yang menjadi fondasi pelaksanaan syari’at dalam kehidupan bermasyarakat dan tengah masyarakat dan
bernegara. Sedang kita sudah 12 abad jatuh bangun menanamkan aqidah namun membentuk imej yang tidak
belum berhasil menerapkan syari’at dalam kehidupan bermasyarakat dan baik terhadap gerakan
Islam, apalagi banyak
bernegara. laskar FPI dalam aksinya
suka membawa dan
Perlu kita sadari, bahwa gerakan amar ma’ruf nahi munkar di Indonesia sudah memamerkan berbagai
jenis senjata tajam,
dimulai bersamaan dengan masuknya Islam ke Nusantara pada awal abad kedua
bukankah ini merugikan
Hijriyyah / kedelapan Miladiyyah, yang kemudian melahirkan kerajaan Islam perjuangan dan sekaligus
Perlak di Aceh pada tanggal I Muharram 225 H di bawah pimpinan Sultan bertentangan dengan sifat
Alâiddin Sayyid Maulana ‘Abdul ‘Azîz Syâh bin ‘Ali Al-Hâris Al-Mu’tabar bin rahmatan lil 'alamin bagi
Muhammad Ad-Dîbâj bin Al-Imâm Ja’far Ash-Shâdiq bin Al-Imâm Muhammad ajaran Islam?
Al-Bâqir bin Al-Imâm ‘Ali Zainal ‘Âbidîn bin Sayyidinâ Husein cucu Rasulullah
SAW. Bacalah kitab ” Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan sekitarnya ” terbitan Bila sikap keras dan tegas
Lentera, karya Al-Ustâdz Al-Hâjj Muhammad Syamsu As. harus dilakukan oleh FPI,
maka kemunkaran yang

http://fpi.or.id/artikel.asp?oy=jaw-34 (1 of 6)10/07/2008 18:25:22


Front Pembela Islam

bagaimanakan yang harus


Kemudian dari Perlak, Islam merambah ke seluruh negeri, termasuk tanah Jawa ditindak dengan tegas dan
yang diislamkan oleh para Walisongo yang mulia. Mereka tidak lain dan tidak keras? Dan apa pula syarat
bukan adalah keturunan dari Al-Imâm ‘Abdul Mâlik Âli ‘Azhmatul Khân ibnu Al- pelaku amar ma'ruf nahi
Imâm ‘Alwi ‘Ammil Faqîh, keturunan ke – 17 dari Rasulullah SAW melalui mungkar dalam perjuangan
FPI?
cucunya Sayyidunâ Al-Husein ra. Lihat kitab dan monogram Silsilah Leluhur
‘Alawiyyin keturunan Al-Imâm Al-Husein ra, karya almarhum Sayyid Muhammad BACA SELENGKAPNYA
Hasan ‘Aidîd, keluaran Penerbit Amal Saleh. Kitab dan monogram tersebut
merupakan rangkuman sistematis dari kitab Samsyu Azh-Zhahîrah karya Al- KLIK DISINI UNTUK
Imâm ‘Abdurrahmân bin Muhammad Al-Masyhûr Ba ‘Alawi Al-Husaini rhm yang MELIHAT TANYA
telah ditahqiq oleh almarhûm As-Sayyid Muhammad Dhiyâ’ Syihâb. JAWAB LAINNYA

Menakjubkannya, saat para da’i pembawa Islam datang ke Nusantara 12 abad


yang lalu, negeri ini 100 % hidup dalam alam jâhiliyyah. Kemusyrikan dan
kebathilan ada di mana-mana. Tantangan yang mereka hadapi begitu dahsyat,
mulai dari rakyat yang musyrik hingga para raja yang kafir. Namun, Subhánalláh
wal Hamdulilláh, dengan izin Allah SWT, akhirnya mereka dan generasi berikut
yang meneruskan perjuangan mereka, berhasil mengislamkan 90 % penduduk
negeri ini.

Seharusnya tugas generasi yang ada saat ini hanya tinggal menyempurnakan apa
yang telah dilakukan pendahulunya. Namun apa yang terjadi ? Sedikit demi
sedikit, perlahan tapi terasa, umat ini sepertinya sedang digiring oleh suatu
kekuatan syaithániah agar kembali ke alam jáhiliyyah. Pemurtadan terjadi di
mana-mana, upaya deislamisasi begitu gencar dipropagandakan setiap saat.

Jadi berbagai usaha da’wah yang arif dan bijak telah dilakukan oleh para da’i
pembawa Islam ke negeri ini sejak ratusan tahun yang lalu. Bahkan tindakan tegas
dalam mencegah kemunkaran sudah sejak lama diambil oleh para pendahulu kita.
Lihatlah bagaimana saat Walisongo mengambil keputusan hukuman mati kepada
Syeikh Siti Jenar, karena ajaran wihdatul wujûd-nya yang dinilai telah menyimpang
dari Islam.

Kisah Syeikh Siti Jenar tersebut dipaparkan dengan rinci oleh Wiji Saksono, dalam
bukunya Mengislamkan Tanah Jawa, halaman 47 – 66. Dan diulas secara ringkas
oleh Ust. Maftuh Ahnan dalam bukunya Wali Songo, Hidup dan Perjuangannya,
halaman 65 – 68. Para Walisongo hidup sekitar akhir abad 14 M hingga awal abad
15 M. Sedang Achmad Chodjim memaparkan dengan panjang lebar tentang
pemikiran dan paham Syeikh Siti Jenar yang ditentang keras para Walisongo
dalam bukunya yang berjudul Syeikh Siti Jenar.

Pengambilan hukuman mati terhadap Syeikh Siti Jenar merupakan penegakan


Syari’at Islam dalam bentuk pelaksanaan hukum hudûd dalam masalah Ar-Riddah
( kemurtadan ), yang artinya pelaksanaan hukum had tersebut merupakan tonggak
sejarah bagi penegakan Hukum Pidana Islam di bumi Indonesia.

Tidak sampai di situ, bahkan di Indonesia jauh sebelum kedatangan para penjajah,
telah berdiri berbagai Kesultanan Islam yang menjadikan Islam sebagai agama
negara dan syari’atnya sebagai hukum negara. Semangat amar ma’ruf nahi
munkar dalam penegakan Syari’at Islam di Indonesia telah mampu mendorong
kaum muslimin Indonesia untuk mengobarkan perlawanan habis-habisan terhadap
para penjajah yang menzholimi bangsa Indonesia selama tidak kurang dari tiga
setengah abad.

Di hampir semua peperangan kaum muslimin melawan Belanda, Inggris dan


Portugis, nyata sekali semangat Jihad menegakkan Islam. Hal ini bisa kita ketahui
melalui bukti historis, seperti peninggalan sejarah, pernyataan para tokohnya,
gelar perjuangannya, tata cara pergerakannya, dan lain sebagainya dari simbol
Islam yang digunakannya. Ust. H. Muhammad Syamsu As dalam kitab Ulama
pembawa Islam di Indonesia dan sekitarnya memaparkan sejumlah bukti historis
keterkaitan perjuangan mereka dengan pergerakan Islam, antara lain :

1. Perang Palembang ( 1658 – 1851 M )

Kesultanan Palembang Darussalam sejak berdirinya pada sekitar tahun 1650 M


sudah menerapkan Hukum Islam. Gelar Sultannya adalah Khalifatul Mu’minin
Sayyidil Imam.

http://fpi.or.id/artikel.asp?oy=jaw-34 (2 of 6)10/07/2008 18:25:22


Front Pembela Islam

Sejak tahun 1658 M, Kesultanan melakukan perlawanan besar-besaran terhadap


Belanda dan Inggris hingga tahun 1851 M, sampai akhirnya jatuh setelah banyak
keluarga kesultanan dan rakyatnya yang dibuang dan dibunuh oleh musuh.

Semangat membela Islam dan umatnya telah mendorong para Sultan Palembang
berada di barisan terdepan memimpin rakyatnya dalam jihad melawan Belanda
selama hampir 200 tahun.

Hukum Islam yang diterapkan, sebutan Darussalam untuk Palembang dan gelar
Khalifah bagi Sultannya, merupakan bukti autentik keislaman negeri Palembang
dan perjuangannya.

2. Perang Bone ( 1814 – 1946 M )

Kerajaan Bone yang berdiri sejak tahun 1335 M, mulai mengenal Islam pada tahun
1611 M ketika Sultan Adam ( Raja Bone XI ) memeluk Islam.

Di tahun 1814 M, Kesultanan Bone melakukan perlawanan terhadap Inggris dan


Belanda yang mencoba menjajah Bone. Bahkan hingga Sultan Bone yang terakhir
( 1931 – 1946 M ), dengan gagahnya sang Sultan memimpin rakyatnya
mengobarkan perlawanan terhadap penjajah. Lebih dari 130 tahun, api Jihad
berkobar di tanah Bugis tanpa henti.

Satu ungkapan terkenal dalam bahasa Bugis dari Raja Bone XXXI ketika
ditangkap dan dibuang Belanda pada tahun 1905 berbunyi :

” Mauna sia labelateppa ri saliweng langi rekkua tellesang muni ada assituru kenna
kitta naturungede Nabi Muhammad Nabiku, apa iya ri watakku nanggalo sia tubuhku
temanggolo sia bela atikku ri Kompeni ”.

Artinya : ” Kendati saya akan terdampar di luar bumi sekali pun, asalkan tidak
goyah imanku kepada kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad Nabiku,
biar tubuhku menghadap atau tertawan tetapi hatiku pantang menyerah kepada
kompeni ”.

Ini salah satu bukti keteguhan Kesultanan Bone dalam membela Islam dan
menegakkan ajarannya.

3. Perang Paderi ( 1821 – 1837 M )

Muhammad Shahab diberi gelar Peto Syarif oleh masyarakatnya. Arti Peto Syarif
adalah Ulama yang mulia. Di awal tahun 1800-an Miladiyyah, ia membangun
sebuah kampung di Bukit Gunung Jati - Padang, yang kemudian dikenal dengan
nama kampung Bonjol. Selanjutnya beliau pun lebih dikenal dengan sebutan
Tuanku Imam Bonjol. Beliau berhasil menjadikan Bonjol sebagai pusat
penyebaran Islam ke seluruh Minangkabau.

Dalam rangka membela diri dan menjaga keamanan da’wah Islam dari gangguan
dan serangan Kaum Adat yang senang ma’siat. Imam Bonjol membentuk barisan
amar ma’ruf nahi munkar yang berseragam serba putih. Barisan ini dikenal
dengan sebutan Kaum Paderi.

Dalam waktu singkat Kaum Paderi berhasil mengalahkan Kaum Adat dan
menguasai hampir seluruh Minangkabau. Mereka pun membuat Undang-Undang
Paderi yang melarang segala bentuk ma’siat yang selama ini telah membudaya di
Minang seperti menyabung ayam, minum tuak, berjudi dan menghisap madat.

Di tahun 1821 M, Belanda membantu Kaum Adat untuk memerangi Kaum Paderi
yang dianggap berbahaya bagi kekuasaan Kompeni. Perang pun pecah, Kaum
Paderi banyak memetik kemenangan di berbagai pertempuran.

Di tahun 1833 M, Belanda membuat selebaran dengan sebutan Pelakat Panjang


yang menyerukan bahwasanya Belanda dan Islam itu satu tuhan dan tidak ada
permusuhan. Selebaran itu untuk membujuk Kaum Paderi, namun gagal, perang
pun tetap berlanjut.

http://fpi.or.id/artikel.asp?oy=jaw-34 (3 of 6)10/07/2008 18:25:22


Front Pembela Islam

Di tahun 1837 M, Belanda dengan licik menyerbu tempat tinggal keluarga Imam
Bonjol dan melukai istri serta anak beliau. Akhirnya, Imam Bonjol terpancing
kembali dari medan tempur untuk menyelamatkan keluarganya, beliau pun
terkepung dan tertangkap. Kemudian beliau dibuang dari satu tempat ke tempat
lainnya, terus berpindah-pindah hingga beliau wafat pada usia 92 tahun di tahun
1864 M.

Mulai dari nama, gelar, pakaian, bentuk perjuangan dan pemberantasan


kema’siatan hingga Jihad melawan Belanda oleh Imam Bonjol dan pengikutnya,
adalah murni merupakan perjuangan Islam sejati. Bahkan dari hasil perjuangan
Kaum Paderi inilah lahir filsafat islami kehidupan masyarakat Minang yang sangat
terkenal, yaitu :

”Adat bersendi Syara’, dan Syara’ bersendi Kitabullah ”.

Artinya : ” Adat harus berdasarkan Syari’at, dan Syari’at harus berdasarkan


Kitab Allah ( Al-Qur’an ) ”.

4. Perang Diponegoro ( 1825 – 1830 M )

Pangeran Diponegoro dengan gagah berani memimpin kaum muslimin Jawa


melawan keangkuhan Belanda di tahun 1825 M. Ikut bergabung bersama beliau
sekitar 23 Pangeran dan 53 Bangsawan Jawa. Para Ulama pun tidak ketinggalan
berjihad bersamanya, seperti Kyai Maja dan Ki Sentot Ali Basyah Prawiradirdja,
keduanya menjadi Panglima Perang Pangeran Diponegoro.

Diponegoro dinobatkan sebagai Sultan oleh para pengikutnya dan diberi gelar
Sultan Ngabduhamid Herucokro Amirul Mu’minin Panotogomo Jowo. Artinya Sultan
Abdulhamid Pemimpin Kaum Mu’minin Pengatur Agama Masyarakat Jawa. Gelar
ini menjelaskan bahwasanya Diponegoro adalah pejuang Islam yang menegakkan
ajaran Islam bagi rakyat Jawa.

Sebutan Amirul Mu’minin ditambah dengan corak pakaian Diponegoro dan para
panglima perangnya yang lekat dengan budaya Islam, semakin memperkuat bukti
keislaman perjuangan dan perlawanannya terhadap Belanda.

Selama 5 tahun, Diponegoro mengobarkan perlawanan terhadap Belanda. Sekali


pun banyak anggota keluarga Keraton dan pengikut setianya yang mati atau
ditangkap oleh Belanda, Diponegopro tetap meneruskan perjuangannya tanpa
mengenal lelah.

Akhirnya di tahun 1830 M, Belanda menggunakan cara licik untuk menangkap


Diponegoro. Lewat jebakan perundingan, Diponegoro pun ditangkap dan dibuang
ke Menado, kemudian Ujung Pandang. Selama 25 tahun Diponegoro dikurung,
hingga beliau wafat dalam pengasingan di tahun 1855 M.

5. Perang Aceh ( 1873 – 1942 )

Undang-Undang Dasar Kerajaan Aceh Darussalam yang disebut dalam ”Kanun


Maukuta Alam” adalah berdasarkan Hukum Islam yang bersumber pada Al-
Qur’an, Al-Hadits, Al-Ijma’ dan Al-Qiyas.

Filsafat kehidupan rakyat Aceh yang amat terkenal di antaranya adalah salah satu
ungkapan dalam Hadih Maja yang berbunyi :

” Hukoom ngon adat, lague zat ngon sifeut ”

Artinya : ” Hukum agama dengan hukum adat, laksana zat dengan sifat ”.

Ungkapan lainnya :

” Al-Jihadu wajibun ‘alaikum, that muphon wehe syedara : Phon cahdat, ngon
seumayang, teulhee tamuprang ngon Holanda ”.

Artinya : ” Jihad itu wajib atas kamu sekalian, pahamilah baik-baik wahai sahabat.

http://fpi.or.id/artikel.asp?oy=jaw-34 (4 of 6)10/07/2008 18:25:22


Front Pembela Islam

Yang pertama Syahadat, dan ( yang kedua ) Shalat, yang ketiga perang dengan
(melawan ) Belanda ”.

Semangat Jihad menegakkan Islam telah membuat kaum muslimin Aceh begitu
gigih melakukan perlawanan terhadap Belanda, sehingga tiada hari tanpa jihad di
Aceh sejak upaya Belanda menguasai Aceh pada tahun 1873 hingga kekalahan
Belanda dari Jepang di tahun 1942. Selama 70 tahun, kaum muslimin Aceh
mengobarkan api Jihad melawan kaum kafirin Belanda.

Islam sebagai dasar hukum Kerajaan Aceh, sebutan Darussalam baginya, filsafat
Islami kehidupan rakyatnya, semua itu menjadi bukti tak terpungkiri bagi
keislaman Aceh yang begitu mendasar dalam tiap langkah perjuangannya.

6. Perang Riau ( 1782 – 1784 M )

Dalam buku Salasilah Indra Sakti yang ditulis oleh Luqmanul Hakim Putra, saya
mendapatkan keterangan bahwa Kesultanan Riau berdiri pada tahun 1722 M di
bawah kepemimpinan Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, cucu dari Raja Abdul
Jalil Riayatsyah yang menjadi Raja Johor ( 1699 – 1719 M ). Sebelumnya adalah
bagian dari Kerajaan Johor.

Semula pusat pemerintahan Kesultanan Riau ada di Daik, pulau Lingga, yang
dikenal dengan sebutan Tanah Bunda Melayu. Baru pada tahun 1900 M dipindah ke
pulau Penyengat yang letaknya berhadapan dengan Tanjung Pinang di pulau
Bintan.

Selama puluhan tahun Belanda berusaha menguasai Riau, namun benteng


pertahanan laut di Kepulauan Riau sangat kokoh dan tangguh hingga sulit
ditembus oleh musuh. Akhirnya meletus perang besar selama dua tahun antara
Kesultanan Riau dan Belanda pada tahun 1782 hingga 1784 M. Namun demikian
semangat jihad masyarakat Riau bersama para Sultannya membuat Belanda tetap
belum mampu menguasai Riau. Baru pada tahun 1911 M, setelah perang habis-
habisan, Belanda menguasai Kesultanan Riau secara mutlak.

Kesultanan Riau sejak berdiri sudah menjadikan Islam sebagai identitasnya.


Bahkan tercatat dalam sejarah bahwa Kesultanan Riau pernah memiliki seorang
Ulama besar yang menjadi Yang Dipertuan Muda dari tahun 1844 hingga 1857 M,
yaitu Raja Ali Haji.

Raja Ali adalah seorang Ulama, Pujangga, Budayawan, Ahli Siasat dan
Pemerintahan. Dari tangannya dihasilkan karya-karya besar, antara lain :

1. Ats-Tsamarat Al-Muhimmah, yaitu kitab pegangan para pejabat pemerintahan.


2. Muqaddimah fil Intizham, yaitu kitab undang-undang kesultanan. 3. Bustanul
Katibin, yaitu kitab Kamus Bahasa Melayu.
4. Tuhfatun Nafis, yaitu kitab sastra sejarah.
5. Gurindam Dua Belas, yaitu kitab syair melayu tentang nasihat agama.

Semua ini menjadi bukti tak terpungkiri tentang kelekatan Kesultanan Riau
dengan ajaran dan perjuangan Islam. Bahkan jika kita perhatikan isi kandungan
Gurindam Dua Belas yang kini menjadi filsafat kehidupan bangsa Melayu, tidak
lain dan tidak bukan adalah intisari ajaran Islam. Di sini kita kutip beberapa
diantaranya :

a. Pada pasal pertama bait pertama :

Barang siapa tiada memegang agama


Segala-gala tiada boleh dibilangkan nama

b. Pada pasal keempat bait pertama :


Hati itu kerajaan di dalam tubuh
Jika zalim segala anggota pun rubuh

c. Pada pasal kelima bait pertama :


Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihatlah kepada budi dan bahasa

http://fpi.or.id/artikel.asp?oy=jaw-34 (5 of 6)10/07/2008 18:25:22


Front Pembela Islam

d. Pasal kedua belas bait ketiga :


Hukum ‘adil atas rakyat
Tanda Raja beroleh ‘inayat

Dengan demikian, tidak benar kalau dikatakan kita tergesa-gesa dalam


perjuangan, karena gerakan amar ma’ruf nahi munkar yang ada saat ini hanya
merupakan tindak lanjut dari perjuangan sebelumnya yang jauh sejak lama telah
dilakukan oleh para ulama pembawa Islam di Indonesia.

Jadi kita bukan perintis mau pun pelopor, kita hanya penerus perjuangan para
pendahulu.

Gerakan amar ma’ruf nahi munkar yang mulia ini dimaksudkan untuk
membendung sekaligus melawan gelombang arus syetan yang sedang berusaha
menggiring umat menuju jurang kehancuran.

artikel sebelumnya

Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam, Jalan Petamburan 3/17, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Telp:021-534-1250.
Salurkan dana anda untuk mendukung FPI dalam perjuangan penegakan Amar Ma'ruf Nahi Munkar melalui Bank Muamalat No. Rekening 301.00360.15 Atas Nama
DPP-FPI.
Copyright@2008, All Rights Reserved. Comment and Suggestion, send to admin@fpi.org.
Developed By OYiE Creative.

http://fpi.or.id/artikel.asp?oy=jaw-34 (6 of 6)10/07/2008 18:25:22

You might also like