You are on page 1of 16

SINTESIS IODOFORM

TUJUAN PERCOBAAN : Membuat Iodoform Dari Aseton Melaui Reaksi Substitusi Elektrofilik

DASAR TEORI
Pengertian Iodoform
Iodoform adalah senyawa yang dibentuk dari reaksi antara iodin dengan etanol / aseton
dan asetaldehida dalam suasana basa.

Pembuatan Iodoform
Pembuatan Iodoform serupa dengan pembuatan kloroform, karena merupakan analog
iodinnya. Akan tetapi berbeda dengan pembuatan kloroform, pada pembuatan iodoform
pereaksi yang digunakan adalah natrium hipoiodit. Reaksinya terjadi antara senyawa
karbonil yang memiliki gugus asetil (CH3CO-) dan natrium hipoidoit (NaOI). Iodoform yang
diperoleh berupa kristal berwarna kuning, dengan titik leleh 1200C dan mempunyai bau
yang khas. Iodoform dapat digunakan sebagai desinfektan dan antiseptik luar.

Reaksi Iodoform
Reaksi Iodoform adalah reaksi haloform dimana dalam reaksi tersebut digunakan iodida
dari larutan alkali hidroksida (NaOH dan KOH) sehingga menghasilkan Iodoform.

SIFAT-SIFAT IODOFORM
a. Sifat Kimia Iodoform
 Kondensasi lipidine ethiodide dari alkil menghasilkan cis-( 1-ethylguinoline-4-)
trimetinaiomine.
 Iodoform dan kalium poidat membentuk CL4 – (tetraidometane)
 Iodoform dapat di hidrogenasi di itomenasi (metilan iodida)
 Iodoform bila dipanaskan dengan campuran anilin dan larutan NOH alkoholat
karbilamine membentuk isosianida.

 Iodoform dapat di hidrolisis dengan kuat.


 Iodoform bila direduksi dengan Na2As2O4 akan membentuk metilen iodida.
 Iodoform bila direaksikan dengan dan NaOH akan menghasilkan warna merah ungu pada
lapisan piridin, setelah di panaskan sebentar.
 Jika iodoform di panaskan dalam satu tabung kering, akan timbul uap yang berwarna
violet dari iodium.
 Test larutan AgHO3 reaksi dengan larutan AgHO3 (argentum nitrat) tidak memberikan
endapan kuning perak iodida (Agl).
 Tidak bereaksi dengan kolomel, HgO.

b. Sifat Fisika Iodoform


 Bentuk berupa kristal kuning berkilauan
 Bentuk bangun merupakan heksagonal dengan I sebagai pusatnya
 Titik lebur 119-1230C
 Berat jenis 4,00 gr/mil
 Berat molekul 393,73
 Komposisi C=3,05g; H=6,266; I=96,496
 Mudah menguap (meyublim) pada suhu kamar
 Terurai oleh pengaruh panas cahaya dan udara membentuk CO2, CO, I2, H2O
 Memiliki bau yang khas
 Sukar larut dalam air tapi mudah laut dalam akohol
 Berguna dan acetor
 Perlahan-lahan larut dalam petaoida atom

Kegunaan Iodoform
 Sebagai pemusnah baktei iodoform digunakan sebagai antiseptik terhadap luka-luka
lecet, karena membebaskan I2
 Sebagai pencegah keluarnya nanah dan pencegah pertumbuhan bakteri.

Pembuatan Iodoform
Iodoform dapat dihasilkan dari :
1. Alkohol
Alkohol direaksikan dengan I2 dan KOH, maka mula-mula alkohol direaksika dengan
alkanal.
H-C-CH3 + I2
H-C-CH3 + 2HI

CH
O

Etanol kemudian
beeaksi dengan I
sehingga terbentuk
triiodeotanol.
O
O
H-C-CH3 + I2
H-C-CH3 + 3HI

Dalam lingkungan KOH


maka triodetanal berubah
menjadi iodoform dan
kalium metanoat

O
O
H-C-Cl3 + KOH
CH3 + H-C-OH

2. Aseton
Aseton
direaksikan
dengan I2 dan
KOH, maka I2 akan mengoksidasi aseton.Dalam lingkungan basa (KOH) H 3C-C-Cl3 di
ubah menjadi iodoform dan kalium asetat

O
O
H-C-CH3 + 3I2
H3C-C-Cl3 + 3HI

Dalam lingkungan basa (KOH) H3C-C-Cl3 di ubah menjadi iodoform dan kalium asetat.

O
O
H3C-C-Cl3 + KOH
H3C-C-OH + CHI3

3. Asam laktat
H3C – C - COOH + 4I2 - 7NaOH
CHI3 + 5NaI + C - C + 6H2O

O

HO

I

O

O

NaO

Ona

4. Secara elektrolisa
Aseton maupun atenal dapat di elektrolisa oleh KI an Na2CO 3, elektrolisa
dilakukan dengan elektroda platinum. Larutan yang ada mengandung K+, Na +, I-, CO2
dan H+ serta O- dari air. Ion-ion akan kehilangan muatan selama elektrolisa, H + pada
katoda, dan I- serta OH2 yang dibebaskan pada anoda, bereaksi bersama
menghasilkan iopoiodit CO-. Larutan menjadi mengandung ion NaOI yang bereaksi
dengan atenol atau asenal.
5. Iodoform dapat dibuat dengan semua zat bereaksi positif dengan positif dengan
iodoform test.

Iodoform Test
Senyawa yang mengandung salah satu dari gugus –I-CH 3 dan OH-CH3 akan bereaksi dengan I2
dalam NaOH memberikan endapan kuning iodoform. Reaksi ini adalah reaksi terhadap test.
Senyawa yang mengandung gugus –CHOHCH3 memberikan hasil positif pada iodoform test,
karena karena itu pertama kali di oksidasi menjadi metal keton. Metal keton kemudian bereaksi
dengan I2 dan ion Hidropodia menghasilkan iodoform. Gugus fungsional –COCH 3, atau CHOHCH3
dapat diserang oleh anil, alkil, atau hydrogen. Etanol, acetaldehid, acetor, alkohol sekunder,
aceta fenam, isopropyl alkohol, kunder, aceta fenon, metal keton yang lain, isopropyl alkohol
asam laktat, hidrat tekstabil dari acetadehid, CH 3 serta karbinal sekunder dimana satu gugusnya
yang diserang CH adalah metal semuanya membuat reaksi positif terhadap iodoform test.
Secara umum senyawa dimana gugus metilnya diserang oleh gugus –CH 3CO-, CH2 ICO-, atau
CH2CO- yang ketika bergabung dengan atom hydrogen atau atom hydrogen/gugus aktif akan
memberikan “sterie hindrance” (gangguan ruang) yang berlebihan.
Iodoform test akan bereaksi positif untuk senyawa apapun yang bereaksi dengan regent untuk
memberikan turunan yang mengandung satu dari gugus yang di syaratkan. Sebaliknya senyawa
yang mengandung satu dari gugus yang di syaratkan tidak akan memberikan iodoform bila
gugus tersebut dirusak oleh oksihidrolitik dari reagent sebelum iodonasi sempurna. Jenis-jenis
senyawa yang memberikan reaksi positif terhadap iodoform test: (R= radikal anil atau alkil,
kecuali anil di-ortho, tersubtitusi radikal). Hal ini disebabkan senyawa gugus asetil di atas
dipisahkan oleh reagent menjadi asam asetal yang menahan iodiasi. Iodoform test sering
digunakan pula untuk menentukan kebebasan suatu senyawa suatu zat, dimana senyawa itu
diketahui memberi reaksi positif terhadap test, sering digunakan untuk membedakan alkohol
primer, sekunder, sekunder dan tersier (terutama melihat ada tidaknya alkohol sekunder).
Struktur alkohol sekunder menghasilkan test positif terhadap iodoform test.
Tahap-tahap kerja rekristalisasi
 Pemilihan pelarut
 Melarutkan senyawa murni dalam senyawa padat atau dekat titik didihnya
 Penyaringan larutan masih dalam keadaan panas dari partikel zat yang tidak larut
 Pendinginan larutan yang masih panas tersebut, sehingga senyawa yang di larutkan
akan mengkristal kembali
 Pemisahan kristal dari larutan yang menyertainya
 Pengeringan kristal
Cara pemilihan pelarut
 Mempunyai daya pelarut yang tinggi untuk senyawa yang akan dimurnikanm pada suhu
tinggi, dan mempunyai daya larut yang rendah pada suhu yang rendah
 Titik didih rendah, untuk dapat mempermudah proses pengeringan setelah kristal
terbentuk
 Titik didih pelarut hendaknya lebih rendah dari titik lebur zat padat yang di larutkan
tidak murni terurai pada saat pelarutan
 Pelarut tidak bereaksi dengan pelarut yang akan di larutkan
 Dapat menghasilkan bentuk kristal senyawa yang dimurnikan
 Mudah dipisahkan dari senyawa yang mudah dimurnikan
 Dapat memisahkan kotoran dari senyawa murninya dengan cepat
 Ekonomis dan mudah diperoleh.

Thermometer

Corong buchner

Labu dasar datar

Erlenmeyer
ALAT DAN BAHAN
Batang pengaduk
Pendingin Liebig
Gelas ukur

Bahan :
 NaOH 10%
o NaOh merupakan
basa kuat
o Digunakan dalam
pembersihan
minyak tanah,
dalam pembuatan
sabun, plastik, dan bahan kimia lainnya.
 Aseton
o Keton yang paling sederhana
o Diperoleh dari peragian pati
o Bercampur sempurna dengan air
o Merupakan pelarut senyawa organik
 KI
 Etanol 95%
o Memiliki titik didih 78,50C
o Jika dipanaskan pada 1800C dengan sedikit asam hidroklorida pekat, hasil etilen
yang diperoleh cukup banyak.
 NaOCl 5%

CARA KERJA
Iod + 10g Aceton
Dimasukkan dalam labu alas datar
Ditambahkan sedikit demi sedikit 20 ml larutan NaOH melalui corong pisah
Kristal CHI3 warna kuning
Ditambah air 300 cc
Disaring dengan corong buchner
Dicuci kristal kuning dengan air sampai filtrate tidak bereaksi alkalis
Dikristalkan kembali dengan alkohol
Ditentukan titik leburnya
Kristal CHI3 tidak berwarna

HASIL PENGAMATAN
WAKTU PERLAKUAN PENGAMATAN
10 g NaOH dilarutkan dalam
Ditimbang 10 g iodium, 10 g aseton,
10.00 100 ml aquadest untuk
dan 10 g NaOH
diencerkan
10 g iodium ditambahkan 10 g
Terbentuk perubahan warna
10.20 aseton sambil dikocok sampai
merah kehitam-hitaman
iodiumnya larut
Ditambahkan NaOH 20 ml lewat
Warna kuning, dan terdapat
corong pisah sedikit demi sedikit,
10.30 endapan iodium dibagian
bila terjadi panas didinginkan
bawah larutan.
dengan lap basah atau air es
Larutan disaring dengan corong Pada endapan terdapat
11.30
buchner kristal CHI3 berwarna kuning
Endapan yang terdapat kristal CHI3Terbentuk kristal berwarna
warna kuning dicuci dengan air putih sebagai endapan dan
12.00
sampai filtrate tidak bereaksi alkalis
filtratnya sudah tidak
(filtrate tidak berwarna) bereaksi alkalis.
Terbentuk kristal CHI3 warna
Kristal CHI3 dikristalkan kembali
12.15 kuning dan filtratnya
dengan alkohol
berwarna kuning
12.27 Penentuan titik leleh iodoform Hasil titik leleh 106º C

PEMBAHASAN
Iodoform merupakan senyawa yang dibentuk dari treaksi antara iodin dengan etanol/
aseton dan asetildehida dalam suasan basa. Untuk membuat iodoform dari aseton
digunakan reaksi elektrofilik.
10 gram aseton ditambah 10 gram iod dimasukkan ke dalam labu dasar datar.
Penggunaan labu dasar datar supaya dapat berdiri tanpa dipegang. Kemudian ,
ditambahkan 20 ml NaOH sedikit demi sedikit (lewat corong pisah). Hal yang harus dihindari
ialah jangan sampai terlalu banyak menambahkan NaOH sebab, dapat menyebabkan panas.
Namun, apabila terjadi panas, segera dinginkan dengan lap basah atau dengan mengalirkan
air kran atau air es. Fungsi dari penambahan NaOH adalah untuk menghasilkan kristal
iodoform berwarna kuning. Setelah itu, dengan segera ditambahkan 300 cc air.
Penambahan segera 300 cc air setelah terbentuk kristal kuning maksudnya untuk
mengencerkan NaOH yang mungkin berlebih dan unutk mencegah kecepatan
terhidrolisisnya iodoform yang terbentuk. Hasil kristal kuning yang diperoleh dan telah
ditambahakan air segera disaring dengan corong buchner. Kemudian kristal dicuci sampai
filtrat tidak bereaksi alkalis, atau bebas NaOH karena sisa NaOH dikristal dapat
menyebabkan penguraian iodoform pada waktu kristalisasi dengan alkohol. Setelah itu
dicuci dengan alkohol dan ditentukan titik lebur/ titik leleh. Pada percobaan diatas, titik
leleh yang diperoleh yaitu 1060C.
KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum, maka dapat diketahui bahwa iodoform dapat disintesis
atau dibuat dari aseton melalui reaksi elektorilik. Titik leleh yang diperoleh adalah 1060C.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi Suminar.______. Kimia dasar prinsip dan terapan modern._____:____
Akhmadi Suminar.______. Kimia organik edisi ke enam._____:_________
Direktorat Jendral POM. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI
Tim Asistensi Kimia Organik II. 1993. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Bandung: Fakultas
MIPA Bandung

Tujuan Percobaan
Diharapkan mahasiswa dapat memahami metoda sintesis ester dengan melalui reaksi
esterifikasi pada percobaan ini.

Teori Dasar

Golongan analgesik non-narkotik seperti asam asetil salisilat ternyata memiliki khasiat anti
inflamasi sehingga dapat digunakan untuk mengobati arthitis. Mekanisme Kerja obat ini belum
jelas, walaupun diperkirakan dengan hubungan produksi atau penghantar hormon.
Asam salisilat tersedia di alam dalam bentuk ester pada glikosida dan minyak atsiri. Metil ester
terkandung dalam minyak gandapura dan minyak aromatik tumbuhan lainnya.
Pada percobaan ini akan disintesis metil salisilat. Ester dapat diperoleh langsung dari asam
karboksilat dengan alkohol dengan adanya katalis asam dan dapat diperoleh juga dari alkoholis
asam klorida, asam anhidrat dan nitril.
Tahapan reaksi esterifikasi dapat diilustrasikan asam asetat dan etanol:
1. Protonisasi gugus karbonil
2. Adisi alkohol dan pemindahan suatu proton ke salah satu gugus hidroksil.
3. Eliminasi air dan deprotonisasi.
Reaksi pada percobaan ini bersifat reversibel maka kesetimbangan harus dibuat condong ke
kanan untuk diperoleh ester dalam jumlah banyak.
Pada kondisi ideal, komposisi campuran kesetimbangan tidak dipengaruhi ada tidaknya katalis,
tapi percobaan telah menunjukkan bahwa nilai konstanta kesetimbangan akan menjadi dua kali
lipat. Jika ditambahkan sejumlah besar katalis asam maka katalis ini akan mengubah lingkungan
dalam sistem dan sebagian dihilangkan melalui hidrasi air yang terbentuk dalam reaksi ini.
Asam salisilat berupa hablur putih biasanya jarum halus serta rasanya agak kemanis-manisan,
tajam dan stabil di udara. Warnanya putih dan tidak berbau serta sukar larut dalam air dan
benzen namun mudah larut dalam etanol dan eter atau air yang mendidih. Jarak titik leburnya
158 derajat Celcius dan 161 derajat Celcius.
Struktur Kimia Asam Salisilat

Alat dan Bahan

Alat:
1. Corong Pisah
2. Labu Erlenmeyer
3. Batang Pengaduk
4. Pipet Tetes
5. Gelas Kimia
6. Kertas Saring
7. Corong Gelas
8. Labu Bundar 50 mL
9. Kondensor
10. Batu Didih
11. Alat Destilasi
Bahan:
1. 3 mL Asam Sulfat Pekat
2. 14 gr Asam Salisilat
3. 50 mL Metanol
4. Diklorometan
5. Air atau Aquadest
6. Magnesium Sulfat
7. Natrium Bikarbonat

Cara Kerja

Masukkan 14 gr Asam Salisilat dan 50 mL Metanol ke dalam labu bundar 50 mL dan aduk
campuran itu. Tambahkan dengan ekstra hati-hati asam sulfat pekat sebanyak 3 mL (bersifat
korosif !!!).
Masukkan batu didih ke dalm labu tadi dan sambungkan dengan kondensor tegak lalu reflux
kira-kira selama 1 1/2 jam. Setelah direflux, dinginkan larutan pada suhu kamar dan dekantasi
ke dalam corong pisah. Yang didalamnya terdapat 5 mL air dan 5 mL diklorometan.
Bilas labu bundar tadi dengan 2-3 mL diklorometan dan tuang bilasan lalu kocok campuran.
Pisahkan cairan organik dengan kurang lebih 20 mL air/ aquadest dan kurang lebih 20 mL
natrium bikarbonat (hati-hati berbusa). Pisahkan lapisan organik dan masukkan ke dalam labu
erlenmeyer. Tambahkan sedikit magnesium sulfat, aduk dan buka penutup biarkan 20 menit.
Saring larutan tersebut ke dalam destilasi kecil, tambahkan batu didih dan suling diklorometan.
Setelah tidak ada lagi pelarut yang tersuling, biarkan labu dingin pada suhu ruangan.

Data Pengamatan

Setelah ditimbang, asam salisilat yang digunakan sebanyak 14,0045 gr. Ketika ditambah dengan
50 mL metanol, asam salisilat ini larut dengan cepat dan berwarna bening larutannya.
Penambahan 3 mL asam sulfat pekat ke dalam larutan tadi merubah warnanya menjadi
kemerahan walaupun sebentar dan berwarna bening kembali.
Ketika dimasukkan batu didih dan dipasang kondensor tegak lalu direflux selama 1 1/2 jam
terjadi pemisahan metanol yang dapat digunakan kembali.
Setelah di dekantasi ke dalam corong pisah yang terdapat 5 mL air dan 5 mL diklorometan
didalamnya terjadi pemisahan cairan organik dan air. Namun secara kasat mata, cairan organik
dan air tidak dapat terlihat terpisah karena larutannya yang sama-sama berwarna bening.
Untuk yang penambahan natrium bikarbonat serta magnesium sulfat dan penyulingan, tidak
dilakukan karena keterbatasannya waktu sehingga produk belum dihasilkan secara murni.

Pembahasan

Pada pembuatan metil salisilat ini mula-mula dicampurkan 14,0045 gr asam salisilat dengan 50
mL metanol ke dalam labu bundar. Asam salisilat ini larut dengan cepat karena pelarutnya
menggunakan metanol. Asam salisilat akan larut dengan cepat jika dilarutkan dalam senyawa
etanol.
Penambahan asam sulfat pekat sebanyak 3 mL berfungsi untuk sebagai katalis yang sifatnya
asam dan hanya untuk memepercepat laju reaksi dengan menurunkan energi aktivasinya.
Penambahan asam sulfat ini dilakukan diawal atau terdahulu pada percobaan ini bertujuan agar
tidak terjadinya prematur, yaitu terbentuk metil salisilat sebelum waktu yang diinginkan.
Dalam percobaan ini tujuannya untuk mensintesis metil salisilat yang artinya memebentuk
metil salisilat.
Reaksi pembentukan metil salisilat:
Struktur kimia untuk katalis asam atau asam sulfat (H2SO4) :

Pemasukkan batu didih ke dalam larutan tadi dan pemasangan kondensor secara tegak dapat
dinamakan sebagai reaksi soxlet yang cara kerja atau mekanisme kerjanya sama dengan reaksi
destilasi namaun bedanya pada efisiensi pelarut. Metanol yang digunakan pada percobaan ini
dapat dipergunakan oleh percobaan yang selanjutnya secara layak karena dengan reaksi soxlet,
pelarut dapat terpisah secara efisiensi.

Setelah methanol terpisah secara efisien, larutan yang tadi hanya mengandung asam salisilat,
metil salisilat serta air didekantasi tuang dari labu bundar ke dalam corong pisah. Dekantasi ini
bertujuan untuk memisahkan pengotor yang dapat terlihat secara kasat mata baik itu pengotor
dari dalam alat ataupun dari bahan-bahan yang digunakan.

Corong pisah yang tadi didalamnya sudah terdapat 5 mL

air dan 5 mL diklorometan yang tujuannya untuk memisahkan cairan-cairan organik dengan air
karena sifat kepolaran dan perbedaan massa jenisnya. Dalam percobaan ini diklorometan
bersifat non polar yang dapat bereaksi atau mengikat metil salisilat. Sedangkan air itu bersifat
polar sehingga akan terpisah dengan sendirinya setelah dikocok dan didiamkan. Pengocokan
corong pisah tidak boleh kuat-kuat karena untuk mencegah terjadinya pembentukan emulsi.
Setelah dikocok dan didiamkan, cairan-cairan organik akan terpisah dengan air namun hal ini
tidak dapat dilihat secara kasat mata. Maka dari itu dilakukan pengujian dengan meneteskan air
ke dalam corong pisah untuk mengetahui keberadaan air, serta keberadaan diklorometan.

Cairan-cairan organik tadi dpisahkan ke dalam labu Erlenmeyer dan setelah terpisah
ditambahkan 20 mL natrium bikarbonat yang berfungsi sebagai penghilang senyawa yang
mengandung CH2 CR2.

Natrium bikarbonat + Metil salisilat

Natrium salisilat + CO2 + H2O

Setelah lapisan organik dipisahkan kembali, ditambahkan magnesium sulfat (MgSO4) yang
bertujuan untuk mengikat air (polar) yang terbawa ketika pemisahan lapisan organik ke dalam
labu Erlenmeyer.

Untuk asam salisilat yang belum teresterifikasi dapat dilakukan destilasi vakum yaitu dengan
adanya tekanan yang benar-benar menekan.
Campuran yang telah ditambah MgSO4 dan dibiarkan 20 menit itu dilakukan penyaringan ke
dalam destilasi kecil untuk memisahkan pengotor-pengotor yang masih terbawa.

Untuk memurnikan produk atau hasil metil salisilat dilakukan penyulingan diklorometan.

Reaksi penambahan natrium bikarbonat dan magnesium sulfat serta pemurnian dengan cara
penyulingan tidak dilakukan oleh praktikan karena keterbatasan waktu.

Gambar 1 Soxlet ketika reaksi reflux

Berkaitan dengan hasil metil salisilat yang dihasilkan kurang memuaskan ada beberapa hal,
diantaranya:

1. Keterbatasan waktu praktikum,

2. Alat-alat yang tidak tercuci sempurna,

3. Keterlambatan penambahan asam salisilat atau penambahan asam sulfat yang didahulukan,

4. Terbuangnya asam salisilat di dalam labu bundar, ataupun dialat-alat yang lainnya.

Kesimpulan

Sintesis itu adalah pembuatan suatu zat secara kimiawi. Sintesis metil salisilat adalah
pembuatan metil salisilat dengan cara reaksi kimia.
Dari pembuatan metil salisilat ini dapat disimpulkan:

1. Metil salisilat dapat dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan metanol dan asam
sulfat sebagai katalis.

2. Ester dapat diperoleh dari reaksi esterifikasi langsung dari asam salisilat dengan metanol
dengan katalis asam sulfat.

3. Pemisahan cairan-cairan organik dapat dilakukan dengan cara soxlet dan perbedaan
kepolarannya serta perbedaan titik didih (destilasi).

4. Pemisahan pelarut secara efisien dapat dilakukan dengan cara soxlet.

5. Pemurnian metil salisilat dari diklorometan dapat dilakukan dengan cara penyulingan, namun
reaksi ini tidak dilakukan karena waktu yang terbatas.

6. Produk atau hasil yang diperoleh tidak murni metil salisilat karena praktikum hanya dilakukan
pada sampai penambahan diklorometan. Namun wanginya telah tercium walaupun hasilnya
belum murni.

Daftar Pustaka

1. http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/sifat_senyawa_organik/alkohol1/reaksi_pengesteran_esterifikasi/ diakses
pada tanggal 01 November 2009.

2. American Medical Associated. Drug Evaluations Annual 1993. Chicago: TheAssociation, 1993.
p. 1587.

3. Goodman LS, Gilman A, editors. The Pharmacological Basis of 3rd ed. New York: The
Macmillan Company, 1966.p. 1052.

4. http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Riski%20Septiadevana
%200606249_IE6.0/halaman_11.html diakses pada tanggal 01 Novemeber 2009.

You might also like