Professional Documents
Culture Documents
Dosen : SUMARDIN, SE
BAB. 1
PENGANTAR
Perilaku Organisasi
1. Mendefinisikan Perilaku Organisasi (OB)
2. Mengidentifikasi disiplin-disiplin perilaku utama yang memberi kontribusi pada
OB
3. Menjabarkan tiga tujuan dari OB
4. Membuat daftar tantangan dan kesempatan bagi para manajer untuk
menggunakan konsep-konsep OB
5. Menjelaskan elemen-elemen kunci dalam Manajemen Mutu Terpadu (Total
Quality Management)
6. Membahas mengapa keragaman tenaga kerja menjadi masalah penting dalam
manajemen
7. Menjelaskan bagaimana para manajer dan organisasi bereaksi terhadap
permasalahan dilema-dilema etis karyawan
1
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
Definisi
Perilaku organisasi (organizatiotial behavior-OB) adalah studi sistematis
tentang tindakan dan sikap yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam organisasi.
Mari kita lihat bagian-bagian yang penting dari definisi ini.
Masing-masing dari kita secara teratur menggunakan intuisi, atau "perasaan," dalam
menjelaskan suatu fenomena. Sebagai contoh, seorang teman menderita flu dan kita
segera mengingatkan bahwa dia "tidak meminum vitaminnya," "tidak memakai
pakaian yang tepat," atau "ini terjadi setiap tahun pada perubahan musim." Kita
sebenamya tidak yakin mengapa ia menderita flu, namun hal ini tidak membuat kita
berhenti menawarkan analisis intuitif kita. Bidang OB mencoba menggantikan
penjelasan intuitif dengan studi sistematis: yakni, dengan menggunakan bukti-bukti
ilmiah yang dikumpulkan dalam kondisi yang terkontrol, diukur, dan diinterpretasikan
dengan hati-hati untuk menjelaskan hubungan sebab dan akibat. Tujuannya, tentu saja,
untuk membuat kesimpulan yang akurat. Jadi, bidang OB—teori dan kesimpulannya—
didasarkan pada sejumlah besar studi-studi penelitian yang dirancang secara sistematis.
Apakah yang dimaksud dengan studi OB secara sistematis? Tindakan (atau
perilaku) dan sikap! Namun, tidak semua tindakan dan sikap. Tiga jenis perilaku
yang terbukti sebagai penentu utama kinerja karyawan adalah: produktivitas,
ketidakhadiran, dan turnover. Pentingnya produktivitas sudah jelas. Setiap manajer
sangat peduli dengan kuantitas dan kualitas output yang dihasilkan oleh setiap
karyawan. Namun, ketidakhadiran dan turnover—terutama yang tingkatannya terlalu
tinggi—dapat sangat mempengaruhi output ini. Dalam hal ketidakhadiran, sulit bagi
seorang karyawan untuk produktif jika ia tidak berada di tempat kerja. Selain itu, tingkat
turnover kar yawan yang tinggi meningkatkan biaya dan cenderung menempatkan
individu yang kurang berpengalaman ke dalam pekerjaan.
2
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
Perilaku organisasi juga terkait dengan kepuasan kerja karyawan, yang merupakan
sebuah sikap. Para manajer seharusnya memperhatikan kepuasan kerja karyawan mereka
untuk tiga alasan. Pertama, terdapat kaftan antara kepuasan dan produktivitas. Kedua,
kepuasan berhubungan secara negatif dengan ketidakhadiran dan turnover. Terakhir,
tidak dapat disangkal bahwa para manajer memiliki tanggung jawab kemanusiaan;
untuk memberi pekerjaan yang menantang, penghargaan, dan kepuasan terhadap
karyawan mereka.
Bagian terakhir dari definisi OB yang memerlukan penjelasan yang lebih rinci adalah
istilah organisasi. Bidang psikologi dan sosiologi merupakan disiplin ilmu yang dikenal
mempelajari perilaku, tetapi tidak semata-mata memusatkan pada masalah-masalah yang
berkaitan dengan pekerjaan. Sebaliknya, OB secara khusus memperhatikan perilaku yang
berkaitan dengan pek-erjaan—dan hal-hal yang terjadi dalam. organisasi. Organisasi
merupakan struktur koordinasi terencana yang formal, melibatkan dua orang atau lebih,
dalam rangka mencapai tujuan bersama. Organisasi dicirikan dengan adanya hubungan
kewenangan dan tingkatan pembagian tenaga kerja. jadi, OB mencakup perilaku
individu dalam organisasi yang begitu beragam, seperti perusahaan manufaktur dan jasa;
sekolah; rumah sakit; gereja; unit militer; organisasi aural; serta agen-agen pemerintah
federal, pemerintah negara bagian, dan pemerintah lokal.
3
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
clan terns memberikan masukan pada OB adalah ahli teori pembelajaran, ahli teori
kepribadian, ahli psikologi konseling, dan yang paling penting, ahli psikologi industri dan
organisasi.
Ahli psikologi industri pada masa lalu sangat memperhatikan masalahmasalah
kelelahan, kebosanan, dan faktor lain yang relevan dengan kondisi kerja yang dapat
menghambat efisiensi prestasi kerja. Baru-bare ini, kontribusi mereka semakin meluas,
yang meliputi pembelajaran, persepsi, kepribadian, pelatihan, efektivitas, kepemimpinan,
kebutuhan dan motivasi tenaga kerja, kepuasan kerja, proses pengambilan keputusan,
penilaian kinerja, pengukuran sikap, teknik melakukan seleksi karyawan, desain
pekerjaan, dan tekanan kerja.
Sosiologi. Para psikolog memfokuskan perhatiannya pada individu,
sementara para sosiolog mempelajari sistem sosial, di mana individu mengisi peran-peran
mereka; jadi, sosiologi mempelajari individu dalam hubungannya antarsesama
manusia. Para ahli sosiologi telah memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap
OB melalui studi mereka tentang perilaku kelompok dalam organisasi, terutama
organisasi yang formal dan kompleks. Wilayah ilmu OB yang telah menerima input
berharga dari para sosiolog meliputi dinamika kelompok, desain tim kerja, budaya
organisasi, teori dan struktur organisasi formal, birokrasi, komunikasi, status, kekuasaan,
dan konflik.
4
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
Pengukuran sikap
Desain kerja
Tekanan kerja
Dinamika kelompok
Tim kerja
Komunikasi
Status
Kekuatan
Konflik
Sosiologi Teori organisasi formal Kelompok Sudi Prilaku Organisasi
Birokrasi
Perubahan organism!
Budaya organisasi
Perubahan perilaku
Perubahan sikap
Komunikasi
Psikologi Sosial ___ Pengambilan keputusan
kelompok
Proses kelompok
Niai-nilai kompartif
Sikap-sikap komparatif
Antropologi Analisis lintas-budaya Sistem
Budaya organisasi Organisasi
Lingkungan organisasi
Konflik
Ilmu Politik Politik intraorganisasi
Kekuasaan
Peraga 1-1
Menuju Disiplin Ilmu OB
Psikologi Sosial. Psikologi sosial adalah suatu bidang dalam psikologi, Yang
5
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
6
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
Dari sudut pandang manajemen, tujuan ini dipandang kurang ;-egitu penting
dibandingkan dengan tiga sasaran lainnya, karena sasaran :ersebut terjadi setelah
adanya fakta. Namur, jika kita ingin memahami sebuah fenomena, kita hares
memulai dengan mencoba menjelaskannya. Selanjutnya, kita dapat menggunakan
pemahaman ini untuk menentukan penyebabnya. Sebagai contoh, ketika sejumlah
karyawan penting mengundurkan diri, tentu kita ingin tahu mengapa, untuk melihat
apakah hal tersebut merupakan sesuatu yang dapat dicegah atau tidak. Tentu saja,
karyawan yang berhenti dari pekerjaan mereka tentunya memiliki banyak alasan, tetapi
jika penjelasan untuk angka pengunduran diri yang tinggi tersebut disebabkan oleh
bayaran yang tidak memadai atau pekerjaan yang membosankan, para manajer
dapat dengan segera mengambil tindakan untuk memperbaiki situasi seperti ini di masa
yang akan datang.
Prediksi
Sasaran dari melakukan prediksi adalah untuk memfokuskan diri pada
kejadian di masa mendatang. Prediksi berusaha menentukan hasil apa yang akan
didapatkan dari suatu tindakan tertentu. Seorang manajer sebuah pabrik kecil yang
berusaha memperkirakan bagaimana reaksi para karyawan terhadap pemasangan
peralatan robot barn, telah melakukan prediksi. Berdasarkan ilmu OB, manajer
tersebut dapat meramalkan reaksi perilaku terhadap perubahan. Tentu saja terdapat
berbagai cara untuk mengimplementasikan perubahan besar tersebut. jadi, manajer
dapat memperkirakan tanggapan para karyawan terhadap beberapa intervensi
perubahan. Dengan cara ini, manajer dapat mengantisipasi pendekatan mana yang akan
menghasilkan tingkat resistensi karyawan yang paling rendah dan menggunakan
informasi ini dalam pengambilan keputusan.
pengendalian
Sasaran OB yang paling kontroversial adalah menggunakan ilmu OB untuk
mengendalikan perilaku. Contohnya, ketika seorang manajer bertanya, "Apa yang dapat
saga lakukan untuk membuat Dave bekerja lebih keras dalam pekerjaannya?" manajer
tersebut berpikir tentang pengendalian. Mengapa masalah pengendalian bersifat
kontroversial? Sebagian besar dari masyarakat Amerika hidup dalam masyarakat
demokratis, yang dibangun di atas konsep kebebasan pribadi. Oleh sebab itu, gagasan
7
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
bahwa seseorang harus berusaha membuat orang lain untuk berperilaku tertentu, jika
orang yang dimanipulasi tersebut tidak menyadari bahwa perilaku mereka sedang
dimanipulasi, dalam lingkungan pekerjaan tertentu, memanipulasi perilaku
orang lain tersebut dipandang tidak etis dan menjijikkan. Bahwa OB menawarkan
teknologi-teknologi yang dapat mengendalikan individu, mer-upakan sebuah fakta.
Namun Anda harus tabu, bahwa tujuan dari pengendalian seringkali dilihat oleh para
manajer sebagai kontribusi yang paling berharga dari OB untuk meningkatkan
efektivitas pekerjaan mereka.
8
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
9
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
10
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
Hasil rekayasa ulang tersebut, yang tidak terlalu terlihat seperti sepatu-roda tradisional,
terbukti unggul di seluruh dunia. Selebihnya, tentu saja, adalah sejarah. In-line skate
telah merevolusi bisnis sepatu-roda.
Poin kita adalah bahwa para manajer saat ini mengerti bahwa keberhasilan
dalam upaya meningkatkan kualitas dan produktivitas harus mengikutsertakan karyawan
mereka. Para karyawan ini bukan hanya akan menjadi tenaga utama dalam membawa
perubahan tetapi akan semakin berpartisipasi secara aktif dalam perencanaan perubahan
tersebut. OB menawarkan pemahaman yang penting dalam membantu para manajer
untuk menghadapi perubahan-perubahan ini.
11
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
Kita biasa mengambil pendekatan "wadah pembauran" (melting pot) untuk perbedaan-
perbedaan dalam organisasi, dengan asumsi bahwa orangorang yang berbeda bagaimanapun secara
otomatis akan mau berasimilasi. Tetapi sekarang kita memahami bahwa karyawan tidak terpisah
dari nilainilai budaya dan preferensi gaya hidup mereka ketika bekerja. Oleh sebab itu, tantangan
bagi organisasi adalah untuk membuat diri mereka lebih bisa mengakomodasi kelompok yang
beraneka ragam dengan mengarahkan perhatian pada perbedaan gaya hidup, kebutuhan keluarga,
dan gaya bekerja mereka. Asumsi wadah pembauran telah digantikan oleh asumsi yang
mengakui dan menghargai perbedaan.
Tidakkah organisasi selalu memasukkan anggotanya dari kelompokkelompok yang
beragam? Ya, tetapi mereka mewakili persentase yang kecil dari tenaga kerja yang tidak
banyak diperhatikan orang. Lebih lanjut, diasumsikan bahwa golongan minoritas ini akan
mencoba untuk membaur dan berasimilasi. Sebagian besar tenaga kerja pada awal tahun 1980-an
adalah pria Caucasian yang bekerja purnawaktu untuk menghidupi istri yang tidak bekerja dan
anak-anak usia-sekolah. Saat ini karyawan yang seperti itu benarbenar merupakan golongan
minoritas! Sekarang ini, empat puluh lima persen dari tenaga kerja A.S. adalah wanita.
Golongan minoritas dan imigran meningkat menjadi dua puluh dua persen.3 Sebagai contoh
kasus, tenaga kerja Hewlett-Packard terdiri dari sembilan belas persen golongan minoritas dan
empat puluh persen wanita. Sebuah pabrik Digital Equipment Corporation di Boston
memberikan contoh pandangan ke masa depan. Tiga ratus lima puluh karyawan pabrik meliputi
pria dan wanita dari 44 negara yang berbicara Sembilan belas bahasa. Ketika manajemen
pabrik mengeluarkan pengumuman tertulis, maka pengumuman itu akan dicetak dalam
bahasa Inggris, Cina, Perancis, Portugis, Vietnam, dan Haitian Creole.
Keragaman tenaga kerja memiliki implikasi penting bagi praktik manajemen.
Para manajer harus menggeser filosofi mereka dari memperlakukan semua orang
dengan sama rata menjadi mengenali perbedaanperbedaan dan tanggap terhadap
perbedaan-perbedaan tersebut dengan cara yang akan menjamin karyawan untuk
bertahan dan mempertinggi produktivitas—sementara, pada saat yang sama, tidak
melakukan diskriminasi. Keragaman, jika dikelola secara positif, dapat meningkatkan
kreativitas dan inovasi dalam organisasi sekaligus meningkatkan pengambilan keputusan
dengan memberikan sudut pandang yang berbeda terhadap permasalahan.4 Jika
keragaman tidak dikelola dengan sebagaimana mestinya, terdapat potensi ke arah
12
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
turnover yang lebih tinggi, lebih banyak kesulitan komunikasi, dan lebih banyak
konflik antarpribadi.
Menanggapi Globalisasi
Manajemen tidak lagi terhambat oleh batas negara. Burger King dimiliki oleh
sebuah perusahaan Inggris, dan McDonald's menjual hamburger di Moskow.
Exxon, perusahaan Amerika yang ternama itu, memperoleh hampir tujuh puluh lima
persen pendapatannya dari penjualan di luar Amerika Serikat. Toyota membuat
mobil di Kentucky; General Motors membuat mobil di Brasil; dan Ford (yang memiliki
sebagian saham di Mazda) mengirim eksekutif-eksekutif dari Detroit ke Jepang untuk
membantu Mazda dalam mengelola operasi-operasinya. Contoh-contoh ini
menggambarkan bahwa dunia telah menjadi sate perkampungan global. Pada gilirannya,
para manajer harus mampu bekerja dengan orang-orang dari budaya yang
berbedabeda.
Globalisasi mempengaruhi keterampilan seorang manajer paling tidak dalam dua
cara. Pertama, jika Anda seorang manajer Anda semakin mungkin untuk mendapatkan
penugasan ke luar negeri. Anda akan dikirim ke cabang atau divisi operasi perusahaan
Anda di negara lain. Begitu tiba di sang, Anda harus mengelola tenaga kerja yang
mungkin berbeda baik kebutuhan, aspirasi, dan sikap dari orang-orang yang biasa Anda
hadapi di negara asal Anda. Kedua, bahkan di negara Anda sendiri, Anda akan
mendapati diri Anda bekerja dengan para atasan, rekan sejawat, dan bawahan yang
lahir dan dibesarkan dalam budaya yang berbeda. Apa yang dapat memotivasi Anda,
mungkin tidak dapat memotivasi mereka. Gaya komunikasi Anda mungkin terns terang
dan terbuka, tetapi mereka mungkin merasa gaya ini tidak nyaman dan menakutkan.
Untuk bekerja secara efektif dengan orangorang ini, Anda perlu memahami budaya
mereka, bagaimana budaya tersebut membentuk mereka, dan bagaimana mengadaptasi
gaya manajemen Anda dengan perbedaan yang ada pada mereka. Dalam bab berikutnya,
kami akan memberikan beberapa kerangka berpikir untuk dapat memahami perbedaan
budaya nasional. Lebih lanjut lagi, karena kita membahas konsep OB di keseluruhan
buku ini, kita akan memfokuskan diri pada bagaimana perbedaan budaya dapat
mewajibkan para manajer untuk memodifikasi praktikpraktiknya.
13
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
Memberdayakan Karyawan
Jika Anda mengambil terbitan bisnis populer apa saja scat ini, Anda akan membaca
tentang pembangunan kembali hubungan antara manajer dan mereka yang menjadi
tanggung jawabnya untuk dikelola. Anda akan menemui para manajer yang
disebut dengan pelatih, penasihat, sponsor, utau fasilitator. Dalam banyak organisasi,
karyawan sekarang disebut rekanan. Dan terdapat kekaburan antara pecan manajer dan
pekerja. Pengambilan keputusan ditekan ke bawah pada tingkat operasional, di mana
para pekerja Seri kebebasan untuk membuat pilihan mengenai jadwal dan prosedur
verta untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan. ?ada tahun
1980-an, para manajer diminta untuk mendorong para karyawan mereka agar
berpartisipasi dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan. Sekarang,
para manajer bergerak lebih jauh lagi dengan memper-olehkan karyawan mengendalikan
pekerjaan mereka sepenuhnya. Tim-tim swakelola, di mana sebagian besar orang bekerja
tanpa atasan, menjadi trend pada tahun 1990-an.
Apa yang sedang terjadi? Yang sedang terjadi adalah bahwa para manajer
memberdayakan karyawan (empowering employees). Mereka membiarkan karyawan
bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan. Dalam pelaksanaannya, manajer
harus belajar bagaimana menyerahkan kendali, dan karyawan harus belajar bagaimana
bertanggung jawab terhadap pekerjaan mereka dlan mengambil keputusan-
keputusan yang tepat. Dalam bab selanjutnya, kami akan memperlihatkan bagaimana
pendelegasian wewenang -mengubah gagasan kepemimpinan, hubungan kekuasaan,
cara perancangan kerja, dan cara penyusunan organisasi.
14
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
dan menguasai semi perubahan, atau organisasi-organisasi merebut akan punah di masa
mendatang. Kemenangan akan datang pada organisasi yang mempertahankan
fleksibilitas, perbaikan kualitas yang berkelanjutan, dan memenangkan persaingan di
pasaran dengan terus-menerus meluncurkan produk-produk dan jasa yang inovatif.
Bisnis tunggal pizza Domino menyebabkan kematian ribuan toko-toko pizza
kecil yang manajernya berpikir bahwa mereka bisa terns melakukan apa yang telah
mereka lakukan selama beberapa tahun. Fox Television telah berhasil mencuri bagian
terbesar pemirsa di bawah usia 25 tahun dari pesaingnya yang jauh lebih besar melalui
program inovatif termasuk The Simpsons, Beverly Hills -~-210, dan Melrose Place
Karyawan sebuah organisasi dapat menjadi daya pendorong bagi inovasi ian
perubahan atau mereka dapat pula menjadi bate penghalang. Tantangan para manajer
adalah untuk merangsang kreativitas dan toleransi karyawan terhadap perubahan.
Bidang OB memberikan ide-ide dan teknikleknik yang berharga untuk membantu
merealisasikan tujuan ini.
Mengatasi "Ketemporeran"
Para manajer selalu memberikan perhatian yang besar terhadap perubahan. Namun,
di masa sekarang ini yang membedakannya adalah lamanya waktu dalam melaksanakan
perubahan tersebut. Pada masa lalu, manajer perlu memperkenalkan program
perubahan yang utama sebanyak satu atau dua kali dalam satu dekade. Pada masa kini,
perubahan merupakan suatu aktivitas yang terus-menerus bagi sebagian besar manajer.
Konsep perbaikan yang berkelanjutan, sebagai contoh, mengimplikasikan perubahan
yang terusmenerus.
Pengelolaan di masa lalu dapat dicirikan dengan periode stabilitas yang panjang,
sesekali diselingi dengan periode perubahan yang singkat. Pengelolaan pada
masa kini akan lebih tepat lagi jika digambarkan sebagai periode perubahan terus-
menerus yang panjang, sesekali diselingi oleh periode stabilitas yang singkat! Saat
ini, dunia yang dihadapi oleh sebagian besar manajer dan karyawan merupakan suatu
"ketemporeran" yang bersifat permanen. Pekerjaan nyata yang dilakukan oleh
karyawan berada dalam suatu ruang perubahan terus-menerus yang sifatnya permanen.
Jadi, para pekerja perlu memperbarui pengetahuan dan keterampilan mereka untuk
15
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
16
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
17
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
pekerjaan yang menuntut kecakapan teknis -*ang benar-benar tinggi, atau diambil oleh
para pekerja dari negara lain Tang bersedia melakukan pekerjaan yang sama dengan
upah yang jauh lebih --endah. Apa yang terjadi tepat sekali digambarkan sebagai
tenaga kerja birn-'71 (bermodus ganda), di mana para pekerja cenderung melakukan
pekerjaan ;tea dengan keterampilan yang rendah dan upah mendekati minimum atau
pekerjaan dengan keterampilan yang tinggi yang memberikan mereka jalan untuk
mempertahankan gaya hidup kalangan kelas menengah atau. kelas
Peraga 1-4 mengilustrasikan gejala bi-modal (bermodus ganda) ini. Hal itu terjadi
karena penurunan besar-besaran pekerjaan manufaktur buruh yang mendapat upah $25.000
sampai $40.000 per tahun dalam nilai dolar sekarang.
Kebanyakan perusahaan merancang cara untuk mempertahankan dan memotivasi
karyawan-karyawan pabrik dengan bayaran yang pantas dan pekerja yang terlatih dengan
18
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
bayaran yang tinggi. Bagaimanapun perusahaan tidak terlihat berjalan baik dengan
mempekerjakan pekerja yang kurang terlatih dengan bayaran rendah seperti yang terlihat
pada kurva di sebelah kiri dari Peraga 1-4.
Dengan upah $4,75 hingga $8,00 per jam, pekerja yang kurang terlatih saat ini tidak
dapat memasuki dunia kelas menengah. Lebih lanjut, kesempatan-kesempatan promosi
bagi mereka terbatas. Situasi ini merupakan tantangan utama bagi para manajer:
Bagaimana Anda memotivasi individuindividu yang mendapat upah sangat rendah dan
memiliki kesempatan kecil untuk mendapat kenaikan upah yang signifikan besarnya baik
dalam pekerjaan mereka sekarang maupun melalui promosi? Dapatkah kepemimpinan
yang efektif mengisi kehampaan ini? Dapatkah pekerjaan-pekerjaan karyawan ini
dirancang ulang agar lebih menantang? Haruskah para manajer menargetkan
agar pekerjaan-pekerjaan ini dihapuskan? Sampai dengan dua puluh tahun yang lalu,
manajer tidak memberikan perhatian yang serius untuk pertanyaan-pertanyaan seperti
ini.
19
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
didefinisikan dengan jelas. Lagi pula pada tahun-tahun terakhir ini, garis yang
membedakan yang benar dan yang salah telah semakin kabur. Para karyawan melihat
orang-orang di sekitar mereka terlibat dalam praktikpraktik yang tidak etis—
pejabat yang terpilih menambah-nambahi pengeluaran mereka atau menerima
suap; para pengacara yang mempunyai Kekuasaaan, yang tahu peraturan, didapati
menghindari pembayaran pajak Jaminan Sosial demi kepentingan pribadi mereka sendiri;
para eksekutif yang sukses menggunakan informasi dari orang dalam untuk
menclapatkan keuntungan keuangan pribadi; karyawan dari perusahaan lain
berpartisipasi untuk menutup-nutupi produk senjata militernya yang cacat.
Ketika tertangkap, mereka mendengar orang-orang ini berdalih, seperti "semua
orang melakukannya," atau "di masa kini Anda harus dapat menangkap semua
peluang yang menghasilkan keuntungan," atau "saga ticlak pernah menyangka akan
tertangkap."
Para manajer dan organisasi mereka merespons masalah ini dengan berbagai cara.
Mereka menulis dan mendistribusikan kode etika untuk menuntun karyawan yang
mengalami dilema etis. Mereka menawarkan seminar-seminar, lokakarya, dan program-
program pelatihan sejenis untuk mencoba memperbaiki perilaku-perilaku etis. Pada
banyak kasus yang anonim, mereka menyediakan penasihat yang ada dalam-
perusahaan (in-house), yang dapat dihubungi untuk membantu menghadapi isu-isu
etika. Dan mereka menciptakan mekanisme perlindungan bagi karyawan yang
membeberkan praktik-praktik ticlak etis dalam perusahaannya.
Manajer masa kini perlu menciptakan iklim etika yang sehat bagi karyawannya
sehingga mereka dapat melaksanakan pekerjaan secara produktif dan meminimalisasi
keragu-raguan berkaitan dengan apa yang dianggap perilaku yang benar dan yang salah.
Re ncan a Buku In i
Bagaimana buku ini membantu Anda menjelaskan, meramalkan, dlan
mengendalikan perilaku dengan lebih baik? Pendekatan kami menggunakan suatu proses
balok bangunan. Seperti digambarkan. dalam Peraga 1-5, ada tiga tingkat analisis
dalam OB. Begitu kita pindah dari level individu ke level sistem organisasi, berarti
pengertian kita mengenai perilaku dalam organisasi juga meningkat.
20
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
Bab 3 hingga Bab 6 menyinggung tentang individu dalam organisasi. Kita awali
dengan melihat pondasi dari perilaku individu—sikap, kepribadian, persepsi, dan
pembelajaran. Kemudian kita bergerak ke isu-isu motivasi dan topik pengambilan
keputusan individu.
Level sistem
organisasi
Level kelornpok. Z . L e
Carnal individu
Peraga 1-5
Level Analisis OB
Perilaku orang-orang dalam kelompok adalah sesuatu yang lebih dari :ekadar jumlah
total dari tindakan individu dengan caranya sendiri-sendiri. Perilaku orang dalam
kelompok berbeda dari perilaku mereka bila mereka sendirian. Bab 7 hingga Bab 12
diarahkan pada perilaku kelompok. Kami memperkenalkan sebuah model perilaku
kelompok, membahas cara agar lebih efektif, memperhatikan isu-isu komunikasi
dan pengambilan seputusan kelompok, dan kemudian meneliti topik penting tentang
kepemimpinan, kekuasaan, politik, dan konflik serta negosiasi.
Perilaku organisasi mencapai tingkat kecanggihan tertingginya ketika cta
menambahkan sistem organisasi formal ke dalam pengetahuan kita tentang perilaku
individu dan kelompok. Karena kelompok lebih dari sekadar penjumlahan anggota-
anggota, organisasi pun sesungguhnya tidak semata--iata penjumlahan perilaku dari
anggota kelompok. Dalam Bab 13 hingga 3,ab 17, kita membahas bagaimana
struktur organisasi, teknologi, dan 7ancangan kerja mempengaruhi perilaku, efek dari
sistem penghargaan, dan -vnghargaan kinerja formal dari organisasi terhadap orang-
orang, bagaimana --etiap organisasi memiliki budayanya sendiri yang berfungsi dalam
-vmbentukan perilaku anggotanya, dan berbagai perubahan dan teknik.ieknik
pengembangan organisasi yang dapat digunakan oleh para manajer .zrituk mempengaruhi
perilaku demi keuntungan organisasi.
Namun demikian, sebelum kita memulai analisis kita tentang perilaku -nJividu, kita
harus membahas pentingnya menempatkan perilaku organisasi dalam konteks global.
Perilaku organisasi berbeda di setiap negara. Apa yang memotivasi karyawan di
21
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
22
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
23
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
Perusahaan Multinasional
Kebanyakan perusahaan yang sekarang berada dalam daftar Fortune 500
adalah perusahaan multinasional, yaitu perusahaan yang menjalankan operasinya di dua
negara atau lebih secara simultan.
Walaupun dunia usaha internasional telah berlangsung selama berabadabad
lamanya, perusahaan multinasional merupakan fenomena yang relatif barn. Perusahaan
multinasional merupakan akibat alamiah dari ekonomi global. Perusahaan
multinasional memanfaatkan operasinya yang mendunia untuk mengembangkan strategi
global. Daripada membatasi diri pada batas negaranya, perusahaan multinasional
menelusuri dunia untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Hasilnya? Manufaktur,
assembling, penjualan, dan fungsi-fungsi lainnya dialokasikan secara strategic untuk
24
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
25
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
26
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
belas tahun.
NAFTA menekankan pada adanya saling ketergantungan antara ekonomi Amerika
Serikat, Meksiko, clan Kanada. Walaupun ketiga negara tersebut memiliki sistem politik
dan sejarah budaya yang berbeda, kedekatan secara geografis mendorong persekutuan
ekonomi mereka untuk berkompetisi dengan lebih baik di pasar global.
Eropa Timur Baru. Perang dingin sudah berakhir, komunisme menghilang dengan cepat,
dan kapitalisme menyebar ke seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, Jerman telah
bersatu kembali, negara-negara seperti Polandia dan Rumania telah memperkenalkan
pemerintahan demokrasi, clan Uni Soviet lama telah menjadi negara-negara independen
yang sedang mencoba menerapkan reformasi berdasarkan pasar.
Sejalan dengan perubahan lingkungan global, penyebaran kapitalisme
menjadikan dunia semakin kecil. Dunia usaha memiliki pasar-pasar barn untuk
ditaklukkan. Kemudian pekerja yang terlatih dengan baik dan dapat diandalkan di
negara-negara seperti Hungaria dan Slovakia memberikan sumber-sumber tenaga kerja
murah yang berlimpah. Implementasi pasar bebas di Eropa Timur selanjutnya
menekankan pada tumbuhnya saling ketergantungan antarnegara dan potensi semakin
mudahnya pergerakan barang, tenaga kerja, clan modal untuk melintasi perbatasan
negara.
27
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
Amerika Serikat, Bering mendapatkan kesulitan dalam mengelola orang di tanah asing.
Bias Orang Amerika
Orang-orang Amerika dianggap menderita parochialisme; artinya, mereka
melihat dunia semata-mata hanya melalui kacamata dan perspektif mereka sendiri.
Orang-orang dengan perspektif parochial tidak mengenali bahwa orang lain
memiliki cara hidup dan cara kerja yang berbeda. Kita lihat gejala ini sangat jelas dalam
pengetahuan bahasa asing orang Amerika. Merupakan hal yang biasa bagi orang
Eropa untuk berbicara dalam tiga atau empat bahasa, tetapi orang Amerika hampir
semuanya monolingual. Alasannya mungkin karena pasar domestik yang sangat besar di
Amerika Serikat, terpisahnya Amerika. Serikat dari Eropa dan Asia secara geografis, dan
ken, ataan bahwa bahasa Inggris telah menjadi bahasa bisnis intemasional di berbagai
belahan dunia.
Orang Amerika juga Bering dikritik karena menganut pandangan
etnosentris. Mereka percaya bahwa kebiasaan dan nilai-nilai budaya mereka lebih baik
dari yang lainnya. Kepercayaan ini mungkin memberikan penjelasan lain
mengapa orang-orang Amerika tidak belajar bahasa asing. Banyak yang berpikir bahwa
bahasa merekalah yang paling unggul sehingga menjadi kewajiban bagi dunia lain untuk
mempelajari bahasa Inggris.
Banyak sekali cerita yang menggambarkan masalah yang muncul karena para
manajer Amerika gagal memahami perbedaan budaya. Perhatikan contoh berikut.2
Seorang manajer Amerika yang dipindahkan ke Arab Saudi berhasil mendapatkan
kontrak $1 juta dari suatu perusahaan manufaktur Arab Saudi. Perwakilan manufaktur
terlambat tiba di tempat pertemuan selama beberapa jam, namun eksekutif Amerika
tersebut menganggap hal itu tidak penting. Orang Amerika tersebut benar-benar terkejut
dan frustasi ketika kemudian mengetahui bahwa pihak Arab Saudi tidak bermaksud
melaksanakan kontrak tersebut. Dia menandatanganinya hanya untuk menunjukkan
sikap sopan atas keterlambatannya datang pada perjanjian.
Seorang eksekutif Amerika yang beroperasi di Peru dipandang oleh para manajer
Peru sebagai orang yang dingin dan tidak dapat dipercaya, karena dalam diskusi-diskusi
tatap muka, manajer Amerika tersebut selalu berdiri -asing menutupi. Dia tidak
mengerti bahwa di Peru kebiasaannya adalah berdiri sangat dekat dengan orang yang
28
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
diajak berbicara.
Seorang manajer Amerika di Jepang melukai perasaan seorang eksekutif level
atas Jepang dengan kegagalannya memberikan penghormatan yang layak sesuai
dengan posisi eksekutif tersebut. Manajer Amerika tersebut diperkenalkan dengan
eksekutif Jepang tersebut dalam kantor eksekutif Jepang. la mengasumsikan bahwa
eksekutif tersebut adalah seorang manajer tingkat bawah dan kurang memberikan
perhatian padanya karena kantornya kecil dan memiliki perabot yang sederhana. Dia
tidak menyadari bahwa eksekutif-eksekutif Jepang tidak memamerkan simbol-simbol
status seperti rekannya di Amerika.
Parochialisme dan etnosentrisme A.S. mungkin tidak berkurang dalam periode
setelah Perang Dunia II, ketika Amerika memegang tujuh puluh lima persen dari
produk domestik bruto (GDP) dunia. Namun hal ini merupakan suatu "penyakit
pengancam kehidupan" saat ini, di mana perusahaanperusahaan A.S. hanya
memproduksi kira-kira dua puluh dua persen dari GDP dunia. Intinya adalah bahwa
dunia tidak lagi didominasi oleh kekuatan ekonomi A.S. Jika para manajer Amerika
tidak mampu mengatasi parochialisme dan etnosentrisme mereka, mereka ticlak akan
menclapat keuntungan dari kesempatan barn di pasar global.
29
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
terutama yang berasal dari budaya yang relatif homogen, memiliki sikap yang
ketinggalan zaman, yaitu stereotipikal terhadap wanita dan kaum minoritas yang
menyebabkan perasaan sakit hati. Banyak pekerja Amerika mengeluh bahwa mereka
merasa tidak diikutsertakan dalam jaringan pribadi dalam perusahaan tradisional
Eropa dan Asia yang mengambil alih perusahaan Amerika. Manajer-manajer Jepang,
dalam kasus ini, bekerja sepuluh hingga dua belas jam sehari dan kemudian
bersosialisasi hingga tengah malam. Banyak bisnis-bisnis penting dilakukan pada
pertemuan-pertemuan sosial seperti ini, namun manajer-manajer Amerika tidak
diikutsertakan, sehingga menciptakan perasaan terluka dan ketidakpercayaan. Cara orang
Jepang menyikapi orang lain juga mengacaukan orang-orang Amerika. Komunikasi,
sebagai contoh, seringkah sulit dilakukan. Orang Amerika relatif lebih terbuka—
mereka cenderung mengatakan apa yang sebenarnya mereka maksudkan. Orang Jepang
menggunakan gaya yang halus clan melihat keterusterangan ini sebagai hal yang
tidak sopan dan kasar. Orang Jepang menekankan pada kesepakatan kelompok yang
ticlak sesuai dengan praktik yang ada di Amerika Serikat. Orang Amerika, yang biasa
membuat keputusan dengan cepat, menjadi frustasi dengan apa yang mereka
terjemahkan sebagai penundaan yang tak perlu dalam pengambilan keputusan.3
30
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
homogen? Dalam batas tertentu, ya.4 Penelitian menunjukkan bahwa teknologi, struktur,
dan strategi organisasi menjadi semakin mirip, namun masih terdapat perbedaan antara
orang-orang di dalam organisasi pada budaya yng berbeda.1 Dengan kata lain, budaya
nasional akan terns menjadi pandangan yang paling menonjol dalam menjelaskan
sebagian besar perilaku organisasi. Untuk mendukung suclut pandang ini, riset yang
membandingkan karyawan di empat puluh negara menyimpulkan bahwa budaya
nasional menjelaskan kurang lebih lima puluh persen dari perbedaan sikap dan perilaku
karyawan.1
Jika negara-negara menjadi semakin homogen, kita dapat mengambil suatu
pendekatan bebas-budaya bagi perilaku organisasi. Namun pendekatan -eperti ini
tampaknya ticlak dibenarkan saat ini, karena alasan-alasan berikut: 1) Terdapat
perbedaan lintas budaya nasional dalam perilaku organisasi. (2) Perbedaan ini
menjelaskan sebagian besar keragaman sikap clan perilaku. (3) Untuk saat ini, paling
ticlak, clan mungkin untuk beberapa tahun mendatang, perbedaan ini ticlak akan
berkurang pada tingkat yang signifikan. Akhirnya, kits mungkin mempertimbangkan
bahwa, meskipun terclapat peningkatan dalam komunikasi lintas budaya, kebiasaan dan
tradisi khusus negara yang unik yang membentuk sikap dan perilaku individu di negara
tersebut masih tetap berlangsung.
31
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
bagian dari tim kerja, dengan keputusan dan penghargaan yang berbasis kelompok.
Relatif mudah untuk mempelajari budaya Jepang. Lusinan buku dan ratusan
artikel telah ditulis mengenai subjek tersebut. Namun, bagaimana Anda mendapatkan
pemahaman tentang budaya nasional Venezuela atau Denmark? Gagasan yang populer
adalah berbicara dengan orang-orang dari negara tersebut. Namun, bukti menunjukkan
bahwa metode ini jarang berhasil karena orang yang lahir dan dibesarkan di suatu
negara terbentuk dalam budaya yang tertanam sewaktu mereka masih remaja. Mereka
memahami bagaimana sesuatu hal dilakukan dan dapat berhasil dengan cara yang
sesuai dengan norma negara mereka yang tidak tertulis, tetapi mereka tidak dapat
menjelaskan budaya mereka kepada orang lain. Budaya telah begitu saja meresap,
tetapi tersembunyi. Kebanyakan orang tidak menyadari bagaimana budaya mereka
telah membentuk mereka. Budaya bagaikan air bagi ikan. Selalu ada sepanjang
waktu, namun ikan tak menyadari hal itu. Jadi, satu hal yang membuat frustasi tentang
perpindahan ke dalam budaya yang berbeda adalah "penduduk asli" seringkali kurang
mampu menjelaskan karakteristik unik mereka pada orang luar.
Walaupun budaya-budaya asing sulit dimengerti dari apa yang diceritakan oleh
penduduk aslinya kepada Anda, ada badan penelitian yang dapat menjelaskan pada kita
tentang keragaman budaya dan perbedaan-perbedaan mendasar antara, katakanlah,
Amerika Serikat dan Italia. Mari kita lihat pada dua kerangka penelitian yang terkenal.
Kerangka Kluckhohn-Strodtbeck
Salah satu pendekatan yang paling banyak dijadikan acuan untuk
menggunkan analisis variasi antarbudaya adalah kerangka Kluckhohn-
Strodtbeck.7 Kerangka ini mengidentifikasi enam dimensi budaya dasar: hubungan
dengan lingkungan, orientasi waktu, sifat dasar manusia, orientasi kegiatan, fokus
akan tanggung jawab, dan konsepsi ruang.
Hubungan dengan Lingkungan. Apakah orang ditaklukkan oleh lingkungan
mereka, berjalan selaras dengannya, atau mampu mendominasinya? Di banyak negara
Timur Tengah, orang memandang bahwa kehidupan pada dasarnya sudah ada takdimya.
Bila sesuatu terjadi, mereka cenderung melihat hal ini sebagai "kehendak Tuhan."
Sebaliknya, orang-orang Amerika dan Kanada percaya bahwa mereka dapat
32
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
33
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
..........
DIMENSI NILAI VARIASI-VARIASI*
Hubungan dengan lingkungan i Dominasi Harmoni
34
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
Subjugasi
Orientasi waktu Masa lampa—u— Sekarang Masa depan
Sifat dasar manusia Baik i C a suran Buruk
Orientasi aktivitas Masa kini Pengendalia lakukan sesuatu
Fokus pads tanggung jawab ln:Odualistik Kelompok Hierarkis
Konsepsi ruang Pribadi Campuran iPublik
*Garin patch-patch menunjukkan posisi AS di antara dimensi-dimensi tersebut.
Peraga 2-1
Variasi pads Dimensi Nilai Kluckhohn-Strodtbeck
organisasi seperti desain pekerjaan dan komunikasi.
Rangkuman. Peraga 2-1 merangkum enam dimensi budaya dalam kerangka Kluckhohn-
Strodtbeck dan variasi bagi masing-masing kerangka.
Kerangka Hofstede
Suatu analisis yang lebih komprehensif tentang keragaman budaya telah
dilakukan oleh Geert Hofstede.8 Berbeda dengan kebanyakan studi organisasi terdahulu,
yang meliputi sejumlah negara yang terbatas atau menganalisis perusahaan-perusahaan
yang berbeda di negara yang berbeda, analisis Hofstede mensurvei lebih dari
116.000 karyawan di empat puluh negara yang semuanya bekerja untuk satu
perusahaan multinasional. Data ini menghapuskan perbedaan-perbedaan yang mungkin
diaplikasikan dalam berbagai praktik dan kebijakan dalam perusahaan. jadi, variasi-
variasi yang ditemukannya di negara yang berbeda diyakini merupakan akibat
dari perbedaan budaya nasional.
Apa yang ditemukan oleh Hofstede? Database raksasanya menegaskan bahwa
budaya nasional mempunyai pengaruh penting dalam nilai-nilai dan sikap karyawan
yang berkaitan dengan pekerjaan. Pada kenyataannya, hal ini lebih menjelaskan
perbedaan-perbedaan daripada usia, jenis kelamin, profesi, atau posisi dalam organisasi.
Lebih penting lagi, Hofstede menemukan bahwa para manajer dan karyawan berbeda
dalam empat dimensi budaya nasional: (1) individualisms versus kolektivisme; (2)
distansi kekuasaan; (3) penghindaran ketidakpastian; dan (4) kemaskulinan versus
kefemininan.
Individualisme versus Kolektivisme. Individualisme mengacu pada suatu
35
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
kerangka sosial di mana individu cenderung menjaga kepentingan mereka sendiri dan
kepentingan keluarga dekat mereka. Sebuah masyarakat individualistic memberikan
kebebasan yang luas pada individu. Kolektivisme, sebaliknya, dicirikan dengan
kerangka social yang ketat, di mana individu mengharapkan orang lain dalam kelompok
mereka (seperti sebuah organisasi) untuk menjaga dan melindungi bila mereka berada
dalam masalah. Sebagai gantinya, mereka merasa bahwa mereka sungguh berutang budi
kepada kelompok.
Hofstede menemukan bahwa tingkat individualisms sebuah negara sangat
berkaitan dengan kekayaan negara itu. Negara kaya seperti Amerika Serikat, Inggris
Raya, dan Belanda sangat individualistic. Negara miskin seperti Kolombia dan Pakistan
sangat kolektif.
Distansi Kekuasaan. Secara alami manusia berbeda dalam hal fisik dan
kemampuan intelektual. Perbedaan ini, pada gilirannya, menciptakan perbedaan dalam
kekayaan dan kekuasaan. Bagaimana masyarakat menghadapi ketidakmerataan ini?
Hofstede menggunakan istilah distansi kekuasaan (power distance) sebagai suatu
ukuran untuk melihat sejauh mana masyarakat dapat menerima kenyataan bahwa
kekuasaan dalam lembaga dan organisasi didistribusikan secara tidak merata.
Masyarakat dengan distansi kekuasaan yang sangat tinggi menerima perbedaan yang
luas dalam kekuasaan pada organisasi. Karyawan memperlihatkan rasa hormat yang
besar pada mereka yang memiliki wewenang. Gelar, kedudukan, dan status membawa
banyak muatan. Ketika bernegosiasi dengan negara yang memiliki distansi kekuasaan
yang tinggi, perusahaan mendapati bahwa akan sangat membantu untuk mengirim
perwakilan dengan gelar yang paling tidak sama tingginya dengan yang akan berunding
dengan mereka. Negara-negara dengan distansi kekuasaan yang tinggi meliputi Filipina,
Venezuela, dan India. Sebaliknya, masyarakat dengan distansi kekuasan yang rendah
mengurangi ketidakmerataan serendah mungkin. Atasan tetap memiliki otoritas,
tetapi bawahan tidak takut atau hormat terhadap atasan. Denmark, Israel, dan Austria
merupakan contoh negara-negara dengan skor distansi kekuasaan yang rendah.
Penghindaran Ketidakpastian. Kita hidup dalam dunia ketidakpastian. Masa
yang akan datang sebagian besar tidak diketahui dengan pasti dan akan selalu begitu.
Masyarakat menanggapi ketidakpastian ini dengan cars yang berbeda-beda. Beberapa
36
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
kelompok mensosialisasikan anggotanya untuk menerima hal ini dengan rasa tenang.
Individu dalam masyarakat seperti ini bisa merasa lebih atau kurang nyaman dengan
risiko. Secara relatif mereka juga bersikap toleran terhadap perilaku dan opini-opini
yang berbeda dengan mereka karena mereka tidak merasa terancam dengan hal-hal
tersebut. Hofstede menggambarkan masyarakat seperti ini sebagai masyarakat yang
memiliki penghindaran ketidakpastian (uncertainty avoidance) yang rendah. Yaitu,
orang-orang yang secara relatif merasa aman. Negara-negara yang masuk ke dalam
kategori ini antara lain adalah Singapura, Swiss, dan Denmark.
Suatu masyarakat dengan penghindaran ketidakpastian yang tinggi dicirikan
dengan tingkat kecemasan yang tinggi di antara orang-orangnya, yang memanifestasikan
diri mereka pada kegelisahan, stres, dan keagresifan. Karena orang-orang merasa
terancam dengan ketidakpastian dan kebimbangan dalam masyarakat ini,
diciptakanlah mekanisme untuk memberikan aturan-aturan formal, dan di sana hanya
terdapat sedikit toleransi terhadap ide-ide dan perilaku-perilaku yang menyimpang,
dan anggota-anggotanya juga akan berusaha keras untuk percaya pada kebenaran-
kebenaran mutlak. Tidak mengherankan jika organisasi di negara-negara dengan
penghindaran ketidakpastian yang tinggi, para karyawan menunjukkan mobilitas kerja
yang relatif rendah, dan bekerja di satu tempat seumur hidupnya merupakan suatu
hal yang umum. Negara-negara dalam kategori ini meliputi Jepang, Portugal, dan
Yunani.
Kemaskulinan versus Kefemininan. Dimensi keempat, seperti individualisms
dan kolektivisme, merupakan suatu dikotomi. Hofstede menyebutnya kemaskulinan
versus kefemininan. Walaupun pilihannya terhadap istilah sangat disayangkan (seperti
yang Anda lihat, Hofstede memberikan konotasi gender yang sangat kuat), untuk
mempertahankan integritas pekerjaannya kita akan menggunakan label yang
diberikannya ini.
Menurut Hofstede, beberapa negara memperbolehkan pria maupun wanita
untuk mengambil sejumlah peran yang berbeda. Masyarakat lainnya bersikukuh dengan
pendapatnya bahwa orang-orang berperilaku sesuai dengan peran gender yang
kaku. Ketika masyarakat membuat pemisahan yang tajam antara kegiatan laki-laki dan
perempuan, Hofstede menyatakan, 'Distribusinya sepertinya selalu bahwa pria
37
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
mengambil peran yang lebih tegas dan dominan, dan wanita mengambil peran-
peran yang lebih berorientasi pada pelayanan dan pemeliharaan".1 Dia menempatkan
kategori kemaskulinan pada masyarakat yang menekankan ketegasan dan penguasaan
akan uang dan hal-hal yang bersifat materi, namun tidak berempati pada orang lain.
Sebaliknya, dia menempatkan kategori kefemininan pada masyarakat-masyarakat yang
menekankan hubungan dengan sesama, memperhatikan orang lain, dan kualitas hidup
secara keseluruhan. Tempat di mana kefemininan mendominasi, anggota-anggotanya
meletakkan hubungan antarmanusia lebih penting daripada uang, dan
memperhatikan kualitas hidup, menjaga lingkungan, Berta menolong sesama.
Hofstede menemukan bahwa Jepang merupakan negara yang paling maskulin.
Di Jepang, hampir semua wanita diharapkan tinggal di rumah Jan menjaga anak-
anak. Pada titik ekstrem lain, is mendapati negara-negara Skandinavia dan Belanda
merupakan yang paling feminin. Di sana merupakan hal yang biasa melihat laki-laki
tinggal di rumah sebagai bapak rumah tangga sementara istri mereka bekerja, dan laki-
laki pekerja ditawarkan cuti untuk menjaga bayi mereka yang barn lahir.
Amerika Serikat dan Negara Lain dalam Dimensi Hofstede. Dengan
membandingkan empat puluh negara dalam empat dimensi, Hofstede menemukan
bahwa pada budaya A.S. terdapat tingkat sebagai berikut:
• Individualisme / kolektivisme: Tertinggi dari semua negara dalam individualisms.
• Distansi kekuasaan: Di bawah rata-rata.
• Penghindaran ketidakpastian: Jauh di bawah rata-rata.
• Kemaskulinan/kefemininan: Jauh di atas rata-rata pada kemaskulinan.
Hasilnya sesuai dengan citra Amerika Serikat di mata dunia. Skor di bawah
rata-rata pada distansi kekuasaan sejalan dengan apa yang diperkirakan orang dari jenis
pemerintahan dengan idealisme demokrasi. Dalam kategori ini, Amerika Serikat
diberi rating di bawah negara-negara yang memiliki sedikit peraturan dan banyak
pelaku–pelaku tak berkuasa, dan di atas negara-negara yang memiliki komitmen sangat
kuat kepada nilai-nilai egalitarian. Ranking jauh di bawah rata-rata dalam penghindaran
ketidakpastian juga sesuai dengan jenis pemerintah yang memiliki idealisme
demokrasi. Orang Amerika merasa diri mereka relatif bebas dari ancaman
ketidakpastian. Etika individualistis merupakan satu dari stereotip yang paling
38
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
39
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
Amerika sangat individualistic tetapi rendah dalam distansi kekuasaan. Pola yang
sama juga diperlihatkan oleh Inggris Raya, Australia, Kanada, Belanda, dan Selandia
Baru. Yang paling tidak menyerupai Amerika Serikat dalam dimensi-dimensi ini adalah
Venezuela, Kolombia, Pakistan, Singapura, dan Filipina. Amerika Serikat
mempunyai skor yang rendah dalam penghindaran ketidakpastian dan tinggi
dalam kemaskulinan. Pola yang sama ditunjukkan oleh Irlandia, Inggris Raya,
Filipina, Kanada, Selandia Baru, Australia, India, dan Afrika Selatan. Yang paling tidak
menyerupai Amerika Serikat dalam dimensi-dimensi ini adalah Cile, Portugal, dan bekas
Republik Yugoslavia Macedonia.
40
Materi Kuliah PRILAKU ORGANISASI
Dosen : SUMARDIN, SE
41