You are on page 1of 26

Evaluasi Pelaksanaan Pemilihan

Kepala Daerah Secara Langsung di


Kabupaten/Kota

Local leaders election directly is one of the political change and lead
to two different perspectives, democracy consolidation or political
elite consolidation for power. Even with some weaknesses, local
leaders election seems to be democracy consolidation. Research
result or evaluation showed that 92 percent of all local government
since June 2005, have successfully conducted direct election. On the
other hand, evarage community participation in direct election
reached 73 percent, with the lowest participation 49, 64 percent
and the highest participation 99,79 percent.

Key words: Direct election, local leaders, evaluation.

Oleh M. Ikhsan

Keberhasilan pelaksanaan pilkada tugas dan wewenang KPU, seperti


bila dilihat dari indikator kuantitatif pelaksana sosialisasi dan fasilitasi,
belum mencerminkan kualitas pelak- penanganan perkembangan politik
sanaan pilkada yang sebenarnya. dan Kamtibnas, serta advokasi
Pelaksanaan pilkada menyimpan pilkada. Namun pada sisi lain,
akar perselisihan mendasar baik di keberadaan Desk Pilkada juga dapat
tingkat kebijakan maupun pada rana dipandang sebagai salah satu usaha
kelembagaan. Salah satunya adalah pemerintah untuk menegaskan
pembentukan Desk Pilkada yang oleh posisinya sebagai fasilitator Pilkada
sebagian kalangan dipandang sebagai yang juga patut dihargai.
lembaga tandingan Komisi Pemilihan Tahapan-tahapan dalam pelaksa-
Umum (KPU). Hal ini sebagai akibat naan pilkada juga memiliki potensi
dari besarnya tugas dan wewenang bagi terjadinya konflik, yang dimulai
yang dimiliki yang sejenis dengan konflik tertutup (latent conflict) yang

1
masih belum nampak, beranjak perangkat politik yang minim,
menjadi konflik yang mencuat sehingga harapan pelaksanaan
(emerging conflict) yang permasalahan Pilkada sebagai sebuah solusi bisa
dan pihak-pihak yang berselisih dinegasikan. Jika tidak dicarikan
semakin jelas, dan berujung pada solusinya yang terbaik, maka konflik-
konflik terbuka (manifest conflict), konflik Pilkada semacam itu akan
dimana pihak-pihak yang berselisih dapat mengarah kepada pertikaian
mulai aktif. terus menerus dan menjurus pada
Konflik Pilkada bermuara pada lingkaran spiral dari suatu konflik
tiga titik. Pertama, konflik struktural, destruktif dan bahkan dapat berkem-
yang terjadi sebagai akibat bang menjadi suatu kerusuhan
ketimpangan dalam akses dan massal.
kontrol terhadap sumber daya Pelaksanaan Pilkada juga membe-
pilkada. Kedua, konflik kepentingan, rikan gambaran yang cukup mence-
yang terjadi sebagai akibat dari ngangkan dan bersifat ambivalen,
terjadinya persaingan kepentingan yakni adanya gejala terjadinya
yang bertentangan dengan masalah penurunan politik kultural dan
psikologis. Ketiga, konflik hubungan, meningkatnya politik kepentingan,
yang terjadi sebagai akibat adanya serta sikap rasionalitas dan
kesalahan persepsi atau salah obyektivitas pemilih. Bukti paling
komunikasi akibat terbatasnya sederhana adalah koalisi antar partai
sumber daya dalam mencapai tujuan politik yang dibangun dengan tidak
bersama. lagi mengindahkan norma ideologi
Intensitas konflik ketiga merupa- yang dipegang sebagaimana yang
kan yang paling tinggi karena konflik terjadi pada koalisi antara PKS
tersebut terjadi di tingkat paling dengan PDI-P. Pilkada juga
bawah dan terjadi karena adanya menunjukkan bahwa ternyata tidak
ketidaksetaraan dalam pola hubung- ada korelasi yang signifikan antara
an dalam mengakses sumber daya. pemenang pemilu 2004 dengan
Contoh yang paling nyata dari kemenangan pilkada baik di daerah
konflik dalam pelaksanaan Pilkada Provinsi maupun daerah Kabupa-
adalah kerusuhan yang terjadi di ten/Kota. Hal ini misalnya terlihat
Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu. pada beberapa daerah dimana Partai
Konflik di Kabupaten Kaur telah Golkar keluar sebagai pemenang
membuktikan terjadinya konsolidasi dalam Pemilu, ternyata tidak bisa
konflik yang bermula dari konflik menunjukkan kekuatannya dan ke-
tertutup menjadi konflik terbuka. mudian juga menjadi pemenang
Konflik ini sekaligus juga meng- dalam Pilkada. Kalaupun menjadi
gambarkan dampak Pilkada yang pemenang, namun kemenangannya
terjadi di daerah pemekaran yang diperoleh dengan berkoalisi dengan
masih memiliki infrastruktur atau partai lain.

2
Selain itu, terdapat pula gejala internal Parpol dalam rangka
bahwa kemenangan dalam Pilkada pencalonan, masalah pada KPUD
tidak ditentukan oleh partai sebagai penyelenggara Pilkada,
pendukung calon. Hal ini karena masalah pada pemerintah pusat, serta
partai ternyata hanya menjadi pintu masalah pada aturan main Pilkada.
masuk bagi calon untuk memenuhi Sedangkan pada tahap pelaksanaan,
prasyarat minimal menurut hukum permasalahan terjadi pada berbagai
untuk mengikuti Pilkada. Meskipun titik, diantaranya masalah pendaf-
koalisi politik antar elit politik telah taran pemilih, masalah pendaftaran
dibangun dan dilegal-formalkan, dan penetapan calon, masalah
namun hal itu tidak secara otomatis kampanye, masalah pemungutan
diikuti oleh para pemilih untuk suara, masalah penghitungan suara,
melaksanakannya. Pemilih lebih masalah penetapan pengesahan dan
mengutamakan rasionalitas dan pelantikan calon, serta masalah
obyektivitasnya dalam menjatuhkan sengketa hasil Pilkada.
pilihan politik dibanding mendahu- Pelaksanaan Pilkada sebagai
lukan kepentingan para elit partai. bagian dari demokrasi lokal akan
Hal lain yang muncul adalah terus bergulir pada waktu-waktu
kesadaran mengenai penyelesaian mendatang. Namun berbagai gejala
konflik Pilkada secara hukum yang dikemukakan di atas menun-
meskipun kadang-kadang masih jukkan bahwa meskipun pelaksanaan
sering disertai dengan tindakan- Pilkada telah berjalan dengan relatif
tindakan anarkis. Kasus penolakan baik, masih terdapat berbagai kendala
hasil Pilkada di Kota Depok menjadi dan permasalahan serius yang mesti
bukti nyata bahwa masih terdapat diatasi karena berpotensi untuk
celah permasalahan dalam proses mengganggu pelaksanaan Pilkada
Pilkada yang memerlukan penyele- pada masa-masa yang akan datang.
saian hukum. Tanpa penyelesaian Oleh karena itu maka evaluasi yang
yang tuntas, maka pelaksanaan bersifat komprehensif diperlukan
Pilkada yang demokratis bisa gagal untuk mengidentifikasi berbagai per-
sebagai akibat tidak adanya legitimasi soalan dalam pelaksanaan Pilkada
hukum. secara lebih detil untuk kemudian
Selain berbagai permasalahan mencari alternatif pemecahannya.
tersebut, berdasarkan fakta di Penelitian ini membatasi fokus
lapangan menunjukkan bahwa berba- kajiannya pada dua hal, yakni
gai permasalahan pelaksanaan evaluasi terhadap peran lembaga-
Pilkada tahun 2005 dapat ditemui lembaga yang terkait dengan pelak-
mulai dari tahap persiapan hingga sanaan Pilkada, dan evaluasi
tahap pelaksanaan. Pada tahap terhadap pelaksanaan tahapan-
persiapan terdapat berbagai masalah, tahapan dalam Pilkada, yakni sejak
diantaranya adalah masalah pada tahap persiapan, tahap pelaksanaan,

3
serta tahap pengesahan dan pelan- di Indonesia merupakan hasil ciptaan
tikan. Sedangkan, lokus kajiannya pemerintah melalui proses desen-
dibatasi pada beberapa Daerah tralisasi. B. C. Smith (1985) mengemu-
Kabupaten/Kota yang telah melak- kakan bahwa desentralisasi mensya-
sanakan pemilihan Kepala Daerah ratkan adanya pendelegasian kekua-
pada tahun 2005. saan (power) kepada pemerintah
Tujuan penelitian ini adalah untuk bawahan dan pembagian kekuasaan
mengevaluasi pelaksanaan pemilihan kepada daerah. Pemerintah pusat
Kepala Daerah di Kabupaten/Kota disyaratkan untuk menyerahkan
dalam rangka mengidentifikasi per- kekuasaan kepada pemerintah daerah
masalahan dan kendala yang sebagai wujud dari pelaksanaan
dihadapi dalam pelaksanaan pemili- desentralisasi.
han Kepala Daerah di Kabupa- PBB membagi desentralisasi da-
ten/Kota. Sedangkan, manfaat pene- lam dua bentuk: (1) Dekonsentrasi
litian ini adalah teridenfitikasinya yang juga disebut desentralisasi
berbagai aspek yang terkait dengan administratif; dan (2) Devolusi yang
pelaksanaan pemilihan Kepala Dae- juga sering disebut sebagai desentra-
rah di Kabupaten/Kota dalam upaya lisasi demokrasi atau desentralisasi
peningkatan kualitas pemilihan politik, yang mendelegasikan wewe-
Kepala Daerah di Kabupaten/Kota nang pengambilan keputusan kepada
pada masa yang akan datang. Hasil badan perwakilan yang dipilih
penelitian ini diharapkan dapat melalui pemilihan lokal. Dalam de-
digunakan sebagai rekomendasi bagi sentralisasi demokrasi atau desentra-
para pengambil kebijakan terkait lisasi politik, terdapat dua asumsi
dalam upaya bagi peningkatan mendasar. Pertama, desentralisasi me-
kualitas pemilihan Kepala Daerah di rupakan pendelegasian wewenang
Kabupatean/Kota pada masa yang pengambilan keputusan kepada
akan datang. badan perwakilan rakyat daerah
(DPRD). Kedua, lembaga perwakilan
(DPRD) yang diserahi wewenang
A. Desentralisasi dan Demokrasi adalah hasil pemilu lokal. Desen-
Lokal tralisasi kekuasaan juga dimaksudkan
sebagai upaya memperkecil sentra-
Menurut Bhenyamin Hoessein lisasi pemerintahan.
(1993) desentralisasi adalah pemben- Terwujud atau tidaknya desentra-
tukan daerah otonom dan/atau pe- lisasi dapat dilihat dari adanya
nyerahan wewenang tertentu kepa- penyerahan wewenang dari peme-
danya oleh pemerintah pusat. Pe- rintah kepada daerah otonom untuk
ngertian ini didasarkan pada kasus mengambil keputusan dan berkreasi
empirik Indonesia, dimana kelahiran secara mandiri sesuai dengan
daerah otonom dan otonomi daerah kepentingan politiknya. Di samping

4
itu dalam desentralisasi harus litik, dan mewujudkan demokrasi
terdapat kemauan politik (political sistem pemerintahan di daerah. Se-
will) yang serius dari pemerintah mentara, bila dilihat dari sisi kepen-
yang menyerahkan kewenangan tingan daerah desentralisasi memiliki
dalam mendukung setiap kebijakan tiga tujuan, yakni pertama, mewujud-
politik pemerintah daerah dan kan political equality. Kedua, mencip-
aspirasi politik kelompok masyarakat takan lokal accountability. Ketiga,
setempat. mewujudkan lokal responsive-ness.
Desentralisasi politik dinilai dapat Desentralisasi politik biasanya di-
meningkatkan dan memperkuat ac- kaitkan dengan demokratisasi. Arti-
countability, capability, dan responsibi- nya, rakyat diikutsertakan dalam pe-
lity masyarakat di daerah serta ngambilan kebijakan politik, baik
tumbuh dan berkembangnya demok- secara langsung maupun tidak lang-
rasi dalam pemerintahan dengan sung melalui lembaga perwaki-lan
adanya partisipasi politik masyara- (DPRD). Kebijakan pemerintah dae-
kat. Dengan demikian, desentralisasi rah maupun keputusan politik De-
pada esensinya merupakan wahana wan Perwakilan Rakyat Daerah
bagi terciptanya partisipasi masyara- (DPRD) akan lebih legitimate apabila
kat dan terbentuknya kepemimpinan didasarkan pada aspirasi politik rak-
politik, baik di tingkat daerah mau- yat, disesuaikan dengan kepentingan
pun nasional (Maskun, 2000). Pada politik rakyat dan diatur bersama
tingkat daerah, masyarakat membe- rakyat, tidak berdasarkan kepenting-
rikan partisipasi politik dalam me- an politik pemerintah atau partai
rencanakan dan mengambil keputus- politik secara sepihak. Dasar pemiki-
an politik. Rakyat diikutsertakan rannya adalah kebijakan pemerintah
dalam pemerintahan negara dengan daerah maupun keputusan politik
menggunakan saluran tertentu yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
lembaga perwakilan rakyat sesuai (DPRD) dapat terselenggara dengan
batas wilayah administratif yang baik apabila rakyat yakin bahwa
telah ditentukan (Logeman dalam mereka adalah bagian dari keputusan
Pide, 1999). atau kebijakan politik itu dan aspirasi
B. C. Smith (dalam Hidayat, 2000) politik mereka terpenuhi.
melihat tujuan desentralisasi pada Apabila pemerintah dan pemerin-
dua sudut pandang, yakni kepenting- tah daerah punya kemauan politik
an pemerintah pusat dan kepentingan yang serius untuk menciptakan “sense
daerah. Dilihat dari sisi kepentingan of belonging” dari kalangan masya-
pemerintah pusat, sedikitnya ada em- rakat, maka desentralisasi adalah sua-
pat tujuan utama dari kebijakan tu keharusan dalam setiap proses
desentralisasi dan otonomi daerah, pengambilan keputusan, baik di
meliputi: pendidikan, pelatihan kepe- bidang politik maupun di bidang
mimpinan, menciptakan stabilitas po- lain. Dalam ilmu pemerintahan, ma-

5
syarakat yang demikian disebut satu infrastruktur politik untuk me-
sebagai masyarakat yang modern dan milih kepala daerahnya secara lang-
pemerintahan yang menempuh me- sung melalui mekanisme pemungut-
kanisme ini disebut sebagai pemerin- an suara. Hal ini akan mendorong
tahan yang demokratis. terjadinya keseimbangan antara infra-
struktur politik dengan suprastruktur
politik, karena melalui pilkada lang-
B. Demokrasi dan Pemilihan Kepala sung maka rakyat dapat menentukan
Daerah Secara Langsung jalannya pemerintahan dengan memi-
lih pemimpin yang dikehendaki
Upaya untuk mewujudkan de- secara bebas dan rahasia.
mokratisasi di Indonesia ditempuh Meskipun rakyat tidak terlibat
melalui berbagai cara, salah satunya secara langsung dalam pengambilan
adalah dengan menjalankan desen- keputusan pemerintahan sehari-hari,
tralisasi, termasuk di dalamnya Pil- namun mereka dapat melakukan
kada langsung. Desentralisasi meru- kontrol atas jalannya pemerintahan
pakan bagian dari proses demok- yang sudah mendapat mandat lang-
ratisasi. Dengan desentralisasi maka sung dari rakyat. Dengan demikian
kepada daerah, baik pemerintahan- terjadi mekanisme check and balance
nya, rakyatnya, maupun wakil-wakil yang mendorong dicapainya akunta-
rakyat, diberi kemungkinan dan bilitas publik dalam penyelenggaraan
kesempatan untuk memformulasikan pemerintahan daerah. Sedangkan,
dan mengimplementasikan kebijakan dalam arti negatif, Pilkada langsung
publik yang sesuai dengan kepen- sebagai lompatan demokrasi yang
tingan masyarakat setempat (Nadap- merupakan pestanya rakyat daerah,
dap, 2005). Pilkada langsung meru- diartikan sebagai kebebasan rakyat
pakan salah satu bentuk imple- untuk berbuat apa saja, termasuk
mentasi desentralisasi dalam perspek- melakukan tindakan-tindakan anarki
tif politik, dimana terjadi proses dalam pelaksanaan Pilkada serta me-
transfer lokus kekuasaan dari pusat ngambil keuntungan pribadi dari
ke daerah (Romli, 2005). pelaksanaan Pilkada tersebut.
Pemilihan kepala daerah secara Dalam konteks konsolidasi dan
langsung di Indonesia dimulai pada penguatan demokrasi, Pilkada lang-
tahun 2005, tepatnya pada bulan Juni sung bisa menjadi pilar yang bersifat
2005. Pilkada langsung di Indonesia memperkukuh bangunan demokrasi
sering dikatakan sebagai suatu lom- secara nasional. Terlaksananya Pilka-
patan demokrasi yang dapat berkono- da langsung menunjukkan adanya
tasi positif maupun negatif (Kristiadi, peningkatan demokrasi. Kadar de-
2006). Dalam arti positif, Pilkada mokrasi suatu negara ditentukan
langsung memberikan kesempatan antara lain oleh seberapa besar peran-
kepada rakyat di daerah sebagai salah an masyarakat dalam menentukan

6
siapa diantara mereka yang dijadikan berarti bahwa demokrasi akan
pejabat negara. Semakin banyak berkembang subur dan terbangun
pejabat negara, baik di tingkat lokal kuat di aras nasional apabila di
maupun nasional, yang dipilih lang- tingkatan yang lebih rendah (local)
sung oleh rakyat, maka semakin nilai-nilai demokrasi berakar kuat.
tinggi kadar demokrasi di negara Pilkada langsung akan mewujudkan
tersebut (Fitriyah, 2005). Hal ini makna tersebut (Legowo, 2005).
sesuai dengan pendapat Dahl (1989) Dengan pemahaman seperti itu maka
yang menyatakan bahwa demokra- penyelenggaraan Pilkada langsung
tisasi pada tingkat nasional hanya dipandang dapat memberikan dam-
mungkin terbangun jika demokrasi pak positif terhadap penguatan
juga berlangsung pada tingkat lokal. demokrasi di Indonesia. Terdapat
Sedangkan, menurut Beetham lima alasan mengenai hal itu, yaitu:
(1996), Manor (1998), Gaventa and Pertama, partisipasi politik. Dalam
Valderrama (1999), Cornwall and Pilkada langsung rakyat terlibat
Gaventa (2001), pemerintah lokal langsung dalam menentukan siapa
memiliki potensi dalam mewujudkan yang layak (memiliki kredibilitas dan
demokratisasi karena proses desen- kapabilitas memperjuangkan aspirasi
tralisasi mensyaratkan adanya tingkat dan memenuhi kepentingan rakyat)
responsivitas, keterwakilan dan akun- menjadi pelayan (pejabat publik)
tabilitas yang lebih besar (Antlov, mereka. Melalui proses semacam itu
2004). Sementara Smith, Dahl mau- dapat tumbuh kesadaran bahwa
pun Mawhood mengatakan bahwa merekalah (rakyat) pemegang kedau-
untuk mewujudkan local accounta- latan politik yang sebenarnya. Ter-
bility, political equity, dan local respon- masuk dalam kesadaran ini adalah
siveness, yang merupakan tujuan de- kehati-hatian dalam menentukan pi-
sentralisasi, diantara prasyarat yang lihan, sebab kesalahan memilih dapat
harus dipenuhi adalah bahwa peme- membawa akibat buruk terhadap
rintah daerah harus memiliki legal kehidupan mereka.
authority of power (teritorial kekuasaan Kedua, kompetisi politik lokal.
yang jelas), local own income (memiliki Pilkada langsung membuka ruang
pendapatan daerah sendiri), dan local untuk berkompetisi secara fair dan
representative body (lembaga perwaki- adil diantara para kontestan yang
lan rakyat) yang berfungsi untuk ada. Dengan demikian, diharapkan
mengontrol eksekutif daerah, serta tidak ada lagi suatu kontestan dari
adanya kepala daerah yang dipilih partai politik tertentu yang mendo-
langsung oleh masyarakat melalui minasi secara terus menerus proses
mekanisme pemilihan umum yang berlangsung dan menutup
(Hidayat, 2002). ruang bagi kelompok lainnya untuk
Sebagaimana dikatakan Tip turut berkompetisi secara fair.
O’Neill, ‘all politics is lokal’, yang

7
Ketiga, legitimasi politik. Berbeda rakyat akan memberikan sanksi
dengan cara Pilkada tidak langsung dalam Pilkada berikutnya dengan
(melalui DPRD) seperti yang dilak- tidak memilihnya kembali.
sanakan sebelumnya, Pilkada lang- Menurut Romli (2005), sejalan
sung akan memberikan legitimasi dengan tujuan desentralisasi dari
yang kuat bagi kepemimpinan kepala Smith, Pilkada langsung pada gili-
daerah yang terpilih. Dalam mekanis- rannya akan memberikan pendidikan
me pemilihan langsung, kepemim- politik kepada rakyat di daerah untuk
pinan yang terpilih akan mereflek- memilih dan menentukan pemimpin-
sikan konfigurasi kekuatan politik nya sendiri tanpa adanya intervensi
dan kepentingan konstituen pemilih dari siapapun, termasuk pemerintah
(rakyat), sehingga dapat dipastikan pusat dan/atau elit-elit politik di
bahwa kandidat yang terpilih secara tingkat pusat. Pilkada langsung juga
demokratis akan mendapat dukung- akan memberikan latihan kepemim-
an dari sebagian besar masyarakat pinan bagi elit-elit lokal untuk
pemilih. mengembangkan kecakapannya da-
Keempat, minimalisasi manipulasi lam merumuskan dan membuat
dan kecurangan. Salah satu unsur kebijakan, mengatasi persoalan-
yang mendorong penyelenggaraan persoalan di masyarakat, komunikasi
Pilkada langsung adalah maraknya politik dengan masyarakat, serta
berbagai kasus money politics dan melakukan artikulasi dan agregasi
berbagai bentuk kecurangan lainnya kepentingan masyarakat. Dari penga-
dalam penyelenggaraan Pilkada yang laman-pengalaman inilah pada gili-
selama ini terjadi. Intervensi pemerin- rannya diharapkan akan dapat
tah dalam pemilihan kepala daerah dilahirkan politisi-politisi atau
memang menurun sejak diberlaku- pemimpin-pemimpin yang handal
kannya otonomi daerah, namun yang dapat bersaing di tingkat
permasalahan beralih ke lembaga nasional.
perwakilan di daerah yang melaksa- Pilkada langsung juga mencip-
nakan Pilkada tersebut dalam bentuk takan pola rekruitmen pimpinan lokal
money politics yang terjadi di hampir dengan standar yang jelas. Dengan
seluruh daerah. Pilkada langsung maka akan terjadi
Kelima, akuntabilitas. Dalam Pilka- rekruitmen pimpinan politik yang
da langsung oleh rakyat, akuntabi- berasal dari daerah (lokal), bukan
litas kepala daerah menjadi sangat didrop dari pusat. Dengan Pilkada
penting. Hal ini karena apabila rakyat langsung, rakyat ikut terlibat secara
sebagai pemilih menilai bahwa langsung dalam memilih pemimpin-
kepala daerah yang terpilih ternyata nya. Keterlibatan rakyat secara lang-
tidak dapat melaksanakan tugas- sung ini pada gilirannya akan
tugasnya secara baik dan bertang- meningkatkan demokratisasi di ting-
gung jawab kepada rakyat, maka kat lokal, dimana rakyat benar-benar

8
memiliki kedaulatan. Dengan kata merintahan daerah, sehingga peme-
lain tidak terjadi distorsi dalam rintahan daerah menjadi lebih efektif;
pelaksanaan kedaulatan rakyat. dan (4) mengurangi praktek money
Pilkada langsung juga dapat politics dalam proses Pilkada dan
menciptakan stabilitas politik dan proses pelaporan pertanggungjawa-
pemerintahan di tingkat lokal. Hal ini ban kepala daerah (Ramses, 2003).
karena kepala daerah yang terpilih Sedangkan dalam hal pelaksana-
memperoleh legitimasi kuat dari annya, tahap pelaksanaan Pilkada
rakyat secara langsung, sehingga meliputi tahap persiapan, tahap pe-
tindakan penghentian kepala daerah laksanaan, dan tahap pengesahan dan
yang dipilih langsung oleh rakyat pelantikan.
tidak dapat dilakukan oleh DPRD. 1. Tahap persiapan, yang meliputi:
Pilkada langsung sebagai pem- a) Pemberitahuan DPRD kepada
belajaran politik mencakup tiga aspek kepala daerah dan KPUD mengenai
pembelajaran, yakni: (1) meningkat- berakhirnya masa jabatan kepala
kan kesadaran politik masyarakat daerah; b) perencanaan penyelengga-
lokal; (2) mengorganisir masyarakat raan Pilkada, yang mencakup peneta-
ke dalam aktivitas politik yang pan tata cara dan jadual pelaksanaan
memberi peluang lebih besar pada Pilkada; c) pembentukan panwas,
setiap orang untuk berpartisipasi; dan PPK, PPS dan KPPS; dan d) pembe-
(3) memperluas akses masyarakat ritahuan dan pendaftaran pemantau.
lokal untuk mempengaruhi proses 2. Tahap pelaksanaan, yang melipu-
pengambilan keputusan yang me- ti: a) Penetapan daftar pemilih, yang
nyangkut kepentingan mereka. mencakup: transfer P4B, pemutahiran
Pilkada langsung sekaligus meru- daftar pemilih, pengumuman daftar
pakan upaya memperkuat sistem pemilih sementara, pengumuman
lokal dan memperkuat otonomi daftar pemilih tetap; b) pencalonan,
daerah sebagai suatu proses demok- yang mencakup: diusulkan parpol/
ratisasi karena: (1) mengurangi aro- gabungan parpol yang memperoleh
gansi DPRD melalui klaim sebagai kursi 15% di DPRD atau 15% dari
satu-satunya lembaga representasi akumulasi perolehan suara sah,
rakyat, karena pilkada langsung akan proses parpol menjaring pasangan
memposisikan kepala daerah juga calon, parpol mencalonkan/mendaf-
sebagai representasi masyarakat lo- tarkan, masa pendaftaran 7 hari sejak
kal; (2) membatasi pengaruh konfigu- diumumkan, penelitian paling lama 7
rasi politik DPRD kepada kepala hari, perbaikan atas usulan 7 hari,
daerah, karena akuntabilitas publik penelitian ulang 7 hari, pengumuman
kepala daerah tidak semata-mata pasangan calon yang sah paling lama
ditentukan oleh DPRD, tetapi juga 7 hari setelah selesai penelitian ulang,
oleh masyarakat lokal; (3) lebih undian nomor urut pasangan calon (1
menjamin terciptanya legitimasi pe- hari); c) pengadaan dan distribusi

9
logistik, yang mencakup: cheking kan data kualitatif yang diperoleh
bilik suara dan pengadaan bilik suara dari hasil wawancara mendalam.
yang rusak, pengecekan dan Melalui pendekatan kualitatif, akan
pengadaan kotak suara yang rusak, dilakukan interpretasi fenomena-
tinta, alat coblos, bantalan, alat tulis, fenomena yang ada untuk memper-
pembuatan film, pencetakan surat kaya analisis dan penarikan kesim-
suara, sertifikat, formulir-formulir la- pulan.
in, distribusi logistik; d) kampanye, Populasi pada penelitian ini
selama 14 hari; d) masa tenang, adalah seluruh daerah Kabupaten/
selama 3 hari; e) pemungutan suara; Kota yang telah melaksanakan pemi-
f) penghitungan suara; g) penetapan lihan Kepala Daerah pada tahun 2005.
pasangan calon terpilih atau peneta- Daerah sampel dipilih secara purposif
pan 2 pasangan calon yang mempero- dengan pertimbangan keseimbangan
leh suara terbanyak; dan h) pelak- antara wilayah Barat, Tengah dan
sanaan Pilkada putaran kedua. Timur dan antara daerah Kabupaten
3. Tahap pengesahan dan pelantikan. dengan daerah Kota. Daerah sampel
Pengaturan yang lebih rinci mengenai yang ditetapkan adalah 4 (empat)
tahapan-tahapan tersebut, khususnya Kota, yakni Kota Denpasar (Bali),
untuk hal-hal yang masih perlu Kota Manado (Sulawesi Utara), Kota
diatur lebih lanjut karena bersifat Banjarmasin (Kalimantan Selatan)
sangat teknis, dilakukan dengan ber- dan Kota Semarang (Jawa Tengah),
bagai kebijakan yang berupa Peratu- serta 4 (empat) Kabupaten, yakni
ran Mendagri, Keputusan Mendagri, Kabupaten Batang Hari (Jambi),
Keputusan KPUD, dan sebagainya. Kabupaten Timor Tengah Utara
(Nusa Tenggara Timur), Kabupaten
Pelalawan (Riau), dan Kabupaten
C. Metode Penelitian Konawe Selatan (Sulawesi Tenggara).
Data yang dikumpulkan menca-
Metode yang digunakan dalam kup data primer maupun data sekun-
penelitian ini adalah deskriptif evalu- der. Data primer dikumpulkan deng-
atif. Penelitian deskriptif yang dimak- an menggunakan teknik kuesioner
sud adalah bahwa penelitian ini dan wawancara mendalam (in depth
berupaya mendeskripsikan fenomena interview) dengan menggunakan ins-
tertentu. Sedangkan penelitian evalu- trumen yang berupa pedoman wa-
asi dimaksudkan untuk mengevaluasi wancara (interview guide). Sedangkan
pelaksanaan suatu sistem yang dilak- data sekunder diperoleh dari laporan
sanakan dan mencari keunggulan dan dinas dan dokumen. Data sekunder
kelemahannya demi perbaikan pada dikumpulkan dengan menggunakan
masa yang akan datang. Penelitian ini instrumen pedoman telaah dokumen
menggunakan pendekatan kualitatif (document review guide).
yang diterapkan dengan mengumpul-

10
Sumber data sekunder adalah hak pilihnya, namun Pilkada berhasil
KPUD, Panwas, organisasi perangkat memilih pasangan yang memperoleh
daerah yang terkait dengan pelaksa- suara terbanyak yang kemudian
naan pemilihan Kepala Daerah, dan dilantik menjadi Kepala Daerah yang
lembaga terkait lainnya. Responden definitif.
utama penelitian ini adalah pejabat di Untuk mendukung pelaksanaan
lingkungan KPUD, Panwas, organi- Pilkada, KPUD di daerah sampel
sasi perangkat daerah yang terkait menetapkan tata cara pelaksanaan
dengan pelaksanaan pemilihan Kepa- Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil
la Daerah, serta pejabat di lembaga Kepala Daerah sesuai dengan tahap-
lainnya yang terkait dengan pemi- an yang diatur dalam pasal 66 ayat (1)
lihan kepala daerah. Sedangkan res- huruf s, Undang-Undang Nomor 32
ponden tambahan adalah pim-pinan Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
dan anggota DPRD, tokoh partai Daerah, Peraturan Pemerintah No-
politik, tokoh organisasi kemasyara- mor 06 Tahun 2005, beberapa Kepu-
katan, tokoh organisasi profesi, tusan KPU yang relevan, dan dengan
akademisi, tokoh LSM dan tokoh menyesuaikan dengan situasi dan
masyarakat. kondisi yang ada di daerah masing-
Data yang telah diperoleh masing, KPUD menyusun beberapa
dideskripsikan, diklasifikasi dan aturan (regulasi) tentang tata cara
kemudian dikategorisasikan, selanjut- pelaksanaan Pemilihan Kepala Dae-
nya dianalisis sesuai dengan fokus rah dan wakil Kepala Daerah. Aturan
permasalahannya. Sejalan dengan itu, dimaksud terdiri dari Keputusan
dilakukan penyelarasan antara data KPUD, Peraturan KPUD maupun Su-
primer dan sekunder, maupun antara rat Keputusan Ketua KPUD. Seluruh
data kuantitatif dan data kualitatif. partai politik di daerah sudah
Analisis dan interpretasi data dilaku- memahami ketentuan-ketentuan me-
kan secara deskripsi. ngenai syarat pencalonan yang
diamatkan oleh peraturan perundan-
gan yang berlaku mengenai Pilkada.
D. Hasil dan Pembahasan Oleh karena itu, seluruh proses
pencalonan tersebut dapat dilaksa-
Hasil penelitian menunjukkan nakan dengan baik dan tepat waktu.
bahwa pelaksanaan Pilkada di daerah Proses pengadaan logistik Pilkada
yang menjadi lokasi penelitian secara dilakukan dengan berpedoman pada
umum berjalan dengan baik, tertib, PP No 06 Tahun 2005 Tentang
aman, lancar dan demokratis. Pilkada Pelantikan, Pengesahan, Pengang-
diikuti oleh pasangan-pasangan calon katan dan Pemberhentian Kepala
yang telah terdaftar sebelumnya. Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Meski tidak semua masyarakat yang serta Keputusan Presiden Nomor 80
mempunyai hak pilih menggunakan Tahun 2003 tentang Pedoman Pelak-

11
sanaan Pengadaan Barang/Jasa bentuk dan jenis kampanye yang
Pemerintah. Pengadaan dan pendis- telah disepakati.
tribusian surat suara beserta Pemungutan suara dan penghi-
perlengkapan pelaksanaan Pilkada di tungan suara dilakukan dengan bebe-
daerah sampel dapat dilaksanakan rapa tahap, yakni tahap persiapan
dengan baik sehingga seluruh logistik dan tahap pelaksanaan. Pada tahap
Pilkada dapat sampai pada waktu- persiapan dilakukan beberapa hal,
nya. Proses pendistribusian logistik yakni pengecekan persiapan pemu-
Pilkada dilaksanakan KPUD dengan ngutan suara, pembentukan KPPS
melibatkan seluruh anggota dan dan sosialisasi, penyampaian salinan
Sekretariat KPUD dengan bantu-an daftar pemilih tetap untuk TPS dan
dari pemerintah daerah hingga ke PPS, pengumuman dan pemberitahu-
tingkat kecamatan, kelurahan dan an tempat dan waktu pemungutan
desa. suara, serta penyiapan TPS. Sedang-
Pelaksanaan kampanye Pilkada kan pada tahap pelaksanaan, kegiatan-
pada daerah-daerah yang diteliti kegiatan yang dilakukan meliputi: 1)
umumnya berlangsung dengan lan- pemungutan suara dan penghitungan
car. Meskipun terdapat indikasi suara di TPS serta penyusunan
adanya berbagai pelanggaran selama sertifikat hasil penghitungan suara
kampanye, namun tidak ditemukan oleh KPPS (yang terdiri dari kegiatan-
kasus-kasus pelanggaran serius sela- kegiatan penyusunan berita acara dan
ma masa kampanye yang harus rekapitulasi hasil penghitungan suara
diselesaikan lewat pengadilan. Pelak- di tingkat desa/kelurahan oleh PPS;
sanaan kampanye diawali dengan penyusunan berita acara dan rekapi-
pertemuan antara KPUD dengan tim tulasi hasil penghitungan suara di
kampanye pasangan calon Kepala tingkat kecamatan oleh PPK, serta
Daerah dan Wakil Kepala Daerah penyusunan berita acara dan rekapi-
untuk menyusun jadual dan bentuk tulasi hasil penghitungan suara di
kampanye, penetapan lokasi pemasa- tingkat kabupaten. 2) penetapan dan
ngan alat peraga kampanye, penga- pengumuman hasil pemilihan kepala
turan pemasangan iklan pada media daerah dan wakil kepala daerah.
cetak dan elektronik, pengaturan Secara keseluruhan, tingkat kesiapan
pengamanan kampanye dan masa penyelenggara Pilkada terutama di
tenang, serta pembentukan Posko TPS cukup bervariasi dan menam-
monitoring kampanye. Kampanye di- pilkan permasalahan yang beragam.
laksanakan selama 14 (empat belas) Puncak acara penyelenggaraan
hari dengan masa tenang selama 3 Pilkada berlangsung satu hari. Pada
hari menjelang hari pemungutan tanggal pemungutan suara, seluruh
suara. Kegiatan dilakukan dengan TPS secara serentak melaksanakan
kampanye terbuka sesuai dengan pemungutan suara. Tidak ada pemu-
ngutan suara susulan yang terjadi

12
karena faktor alam maupun gang- rendah. Pasangan-pasangan calon ter-
guan keamanan. Proses penyelengga- sebut kemudian ada yang melakukan
raan Pilkada relatif cukup aman, gugatan secara hukum terhadap
lancar dan tertib. Prosesi penyeleng- KPUD selaku penyelenggara Pilkada.
garaan Pilkada dimulai dengan Namun, pengadilan umumnya me-
pembukaan rapat pemungutan suara mutuskan menolak gugatan dan
oleh KPPS pada pukul 07.00 dan mengesahkan hasil perhitungan suara
diakhiri dengan penutupan pada yang dilakukan KPUD. Calon yang
pukul 13.00 Wib. memperoleh suara terbanyak diang-
Dari hasil perhitungan suara kat menjadi Bupati dan Wakil Bupati
terdapat gejala bahwa tidak semua terpilih secara definitif.
penduduk yang memiliki hak pilih Keberhasilan pelaksanaan Pilkada
menggunakan hak pilihnya. Dari langsung dilihat dari indikator kuan-
jumlah pemilih yang terdaftar tidak titatif dapat dianggap belum sepe-
seluruhnya datang ke tempat pemu- nuhnya mencerminkan kualitas pe-
ngutan suara dan menggunakan hak laksanaan Pilkada langsung yang
pilihnya. Jumlah pemilih yang tidak sebenarnya. Hal ini karena dibalik
menggunakan hak pilihnya relatif keberhasilan kuantitatif pelaksanaan
cukup besar. Demikian pula, terdapat Pilkada, terdapat berbagai permasa-
surat suara yang rusak atau keliru lahan yang masih menyertainya.
dicoblos, meskipun dalam jumlah Pada sisi kebijakan, meskipun
yang relatif kecil. Tidak datangnya terdapat banyak kebijakan mengenai
pemilih ke TPS disebabkan tiga hal. pelaksanaan Pilkada, namun ternyata
Pertama, adanya pemilih yang tercatat kebijakan-kebijakan tersebut mengan-
ganda pada dua TPS, atau karena dung masalah ketidakjelasan (adanya
nama pemilih yang tidak seharusnya peraturan perundangan menimbul-
tercatat namun tetap tercatat, seperti kan penafsiran yang berbeda-beda),
orang yang telah meninggal dunia, ketidaklengkapan (adanya peraturan
orang yang sudah pindah tempat perundangan yang masih harus
tinggal, dan lain sebagainya. Kedua, ditindaklanjuti dengan peraturan
waktu pelaksanaan yang bersamaaan yang lebih operasional), dan keter-
dengan hari kerja. Ketiga, sebab lain lambatan (adanya peraturan perun-
seperti sakit yang mengharuskan dangan yang lambat dikeluarkan,
pemilih tetap tinggal di rumah, sehingga pada saat diperlukan ter-
kesibukan lain atau karena jenuh nyata belum ada), serta kekakuan
menghadapai pemilu yang berulang (peraturan perundangan yang ada
kali. kurang dapat mengakomodasi kon-
Hasil perhitungan suara yang disi setempat yang berbeda-beda).
dilakukan KPUD memunculkan ada- Salah satu aturan yang masih diper-
nya ketidakpuasan dari pasangan lukan adalah aturan mengenai
calon yang jumlah suaranya lebih penyelenggaraan Pilkada putaran

13
kedua, karena Undang-Undang No- terhadap hasil pemilihan kepala
mor 32 Tahun 2004 tentang Peme- daerah 27 Juni lalu, Mahkamah
rintahan Daerah dan Peraturan Peme- Agung telah mengeluarkan SEMA
rintahan No. 6 Tahun 2005 tidak Nomor 9 Tahun 2005. Sema ini
memuat ketentuan mengenai pelak- menjelaskan lebih terperinci isi
sanaan Pilkada putaran kedua. PerMA Nomor 2 Tahun 2005 tentang
Meskipun dalam UU Pemerintahan tata cara pengajuan upaya hukum
Daerah atau pun PP No 6 Tahun 2005 keberatan terhadap penetapan hasil
menyatakan bahwa jika tidak ada pemilihan kepala daerah dari KPU
pasangan calon yang mencapai 25% Provinsi dan KPU Kabupaten/kota
dari jumlah suara yang sah maka yaitu paling lambat 14 hari terhitung
akan dilakukan pemilihan putaran sejak berkas perkara diterima oleh
kedua, namun tidak diatur kapan majelis hakim agung atau majelis
pelaksanaan Pilkada putaran kedua hakim tinggi pengadilan tinggi yang
dilakukan setelah hasil putaran bersangkutan.
pertama. Pada sisi kelembagaan salah satu
Aturan mengenai Pilkada putaran masalahnya adalah pembentukan
kedua hanya terdapat dalam Surat Desk Pilkada yang oleh sebagian kala-
Edaran (SE) Mendagri No. 120/1808/ ngan dipandang sebagai lembaga
SJ tanggal 21 Juli 2005. Pelaksanaan tandingan Komisi Pemilihan Umum
Pilkada putaran kedua dilakukan (KPU). Hal ini sebagai akibat dari
selambat-lambatnya 60 hari terhitung besarnya tugas dan wewenang yang
mulai tanggal berakhirnya masa dimilikinya, yang sejenis dengan tu-
waktu pengajuan keberatan hasil gas dan wewenang KPU, seperti
penghitungan suara. Apabila terdapat pelaksana sosialisasi dan fasilitasi,
pengajuan keberatan terhadap hasil penanganan perkembangan politik
penghitungan suara, pelaksanaan Pil- dan kamtibmas, serta advokasi Pil-
kada putaran kedua selambat- kada. Namun pada sisi lain, ke-
lambatnya 60 hari dihitung dari tang- beradaan Desk Pilkada juga dapat
gal keputusan Mahkamah Agung/ dipandang sebagai salah satu usaha
Pengadilan Tinggi tentang sengketa pemerintah untuk menegaskan posi-
hasil pemungutan suara. Namun SE sinya sebagai fasilitator Pilkada yang
tersebut juga tidak menjelaskan apa- juga patut dihargai.
kah untuk pilkada putaran kedua Pelaksanaan Pilkada mengandung
akan dilakukan kampanye lagi atau berbagai permasalahan pada sisi ope-
tidak, bagaimana pengaturan dana- rasional, sejak pada masa persiapan
nya, dan sebagainya. Sementara itu pelaksanaan, masa pencoblosan,
untuk masalah pengaturan tenggang maupun masa pasca pencoblosan.
waktu bagi Mahkamah Agung atau Masalah-masalah tersebut muncul
Pengadilan Tinggi memeriksa dan baik pada sisi internal parpol, pada
memutuskan pengajuan keberatan KPUD selaku lembaga pelaksana

14
Pilkada, pada pemerintah pusat dan Salah satu masalah dalam penga-
daerah selaku fasilitator penyeleng- daan logistik pada Pilkada adalah
garaan Pilkada, maupun pada sisi adanya tarik menarik antara KPUD
masyarakat sebagai pemilih. Waktu dengan Pemda, dimana Pemda
persiapan penyelenggaraan Pilkada menginginkan agar proses pengada-
yang relatif pendek merupakan salah an logistik Pilkada dilakukan dengan
satu faktor utama munculnya persoa- cara tender yang transparan namun
lan-persoalan pelaksanaan Pilkada. KPUD menginginkan dengan cara
Akibat waktu persiapan penyeleng- penunjukan langsung mengingat
garaan yang pendek, sedangkan waktu penyelenggaraan Pilkada yang
tahapan-tahapan pelaksanaan Pilkada sudah sangat sempit. Keputusan yang
sangat banyak, maka persiapan pe- diambil kemudian adalah bahwa
laksanaan Pilkada menjadi kurang kebutuhan logistik untuk pelaksa-
maksimal. Pilkada belum mampu naan Pilkada harus tetap sejalan
menjamin masyarakat dapat menggu- dengan ketentuan Kepres No. 80
nakan haknya memilih kepala daerah tahun 2003 dimana kebutuhan lo-
secara bebas dan tanpa dihalang- gistik yang dapat dilakukan dengan
halangi atau dibatasi dan buruknya penunjukan langsung adalah untuk
administrasi pada tahapan tersebut yang bernilai sampai dengan lima
berakibat banyak masyarakat yang puluh juta rupiah. Masalah lain yang
kehilangan hak pilihnya. Masalah dihadapi dalam pengadaan logistik
lainnya yang menghambat pelaksa- khususnya pengadaan kartu pemilih
naan Pilkada adalah keterbatasan dan surat suara adalah tidak adanya
sumber daya manusia KPUD selaku perusahaan lokal yang mampu men-
penyelenggara Pilkada. Selain itu cetak surat suara dan kartu pemilih
keterbatasan dana yang tersedia bagi dalam jumlah banyak dan dengan
pelaksanaan Pilkada juga menjadi kualitas yang sesuai dengan keten-
permasalahan pelik yang harus tuan dalam waktu yang sangat
dihadapi KPUD selaku penyeleng- terbatas. Hal ini kemudian mengaki-
gara Pilkada. batkan proses pengadaan mengalami
Pada tahap pendaftaran pemilih kendala waktu karena perusahaan
terdapat beberapa masalah yang yang menjadi rekanan adalah
mengemuka, diantaranya adalah: (1) perusahaan yang berasal dari luar
Adanya nama pemilih yang tercan- daerah.
tum dalam Daftar Pemilih Tetap pada Kendala yang dihadapi dalam
pemilihan Gubernur, mempunyai pendistribusian logistik Pilkada ada-
Kartu Pemilih, namun tidak terdaftar lah karena adanya TPS yang berlokasi
dalam Daftar Pemilih Sementara di desa-desa terpencil di pegunungan
Pilkada; dan (2) Masih adanya pemi- dan di pulau-pulau kecil. Pendis-
lih yang namanya tidak terdaftar tribusian logistik di wilayah-wilayah
dalam Daftar Pemilih. tersebut mengalami hambatan karena

15
tidak adanya angkutan umum reguler ngan bagi pemilih terdaftar di
yang menghubungkan wilayah-wila- sejumlah TPS sehingga melewati
yah tersebut dengan ibukota keca- batas waktu selambat-lambatnya 2
matan dan atau ibukota kabupaten. (dua) hari sebelum hari pelaksanaan
Namun demikian, seluruh kendala pemungutan dan perhitungan suara.
tersebut pada akhirnya dapat diatasi Selain itu muncul juga masalah di
dan seluruh logistik Pilkada telah lapangan pada sejumlah lokasi TPS
tersedia pada waktunya. ketika pelaksanaan pemungutan
Permasalahan yang muncul dalam suara akan dimulai, dimana terjadi
pemungutan dan perhitungan suara kesalahpahaman antara saksi dengan
terutama adalah pada pendistribusian KPPS.
kartu Pemilih, dimana terdapat kartu Pada tahap pasca pencoblosan
pemilih yang tidak ada orangnya, masalah yang terjadi adalah pada
kesalahan nama pemilih, serta adanya administrasi hasil penghitungan sua-
pemilih yang tidak memperoleh kartu ra yang masih terdapat kekeliruan.
pemilih. Hal ini pada gilirannya Kekeliruan tersebut misalnya adanya
membuat para petugas KPPS, PPS selisih antara jumlah yang menggu-
dan PPK serta KPUD terpaksa harus nakan hak pilihnya dengan total surat
melakukan penyisiran kembali ter- suara yang terpakai. Hal ini terjadi
hadap data pemilih tetap dan kartu karena ketidakakuratan petugas
pemilih. Selain itu, juga distribusi KPPS dalam mencatat data pemilih
surat undangan bagi pemilih terdaf- yang hadir untuk memberikan suara
tar di sejumlah TPS masih ditemukan di TPS.
keterlambatan dari batas waktu Terdapat beberapa isu menarik
selambat-lambatnya 2 (dua) hari sebe- mengenai Pilkada yang mengemuka
lum hari pelaksanaan pemungutan dalam pelaksanaan tahapan-tahapan
dan perhitungan suara. pilkada di daerah sampel, baik pada
Pada pendistribusian kartu pemi- tahap persiapan maupun tahap
lih permasalahan yang muncul pelaksanaan pilkada. Isu-isu tersebut
adalah adanya kartu pemilih yang dideskripsikan sebagai berikut:
tidak ada orangnya, kesalahan
penulisan nama, dan ada yang 1. Peraturan Perundangan Pilkada
terdaftar sebagai pemilih namun
tidak memperoleh kartu pemilih. Hal Dari sisi peraturan perundangan
ini pada gilirannya persoalan ini menurut KPUD selaku pelaksana
membuat petugas KPPS, PPS dan Pilkada menyatakan adanya keku-
PPK serta KPUD harus melakukan rangcukupan peraturan perundangan
penyisiran kembali terhadap data mengenai Pilkada karena peraturan
pemilih tetap dan kartu pemilih. perundangan yang ada belum me-
Selain itu juga masih ditemukan ngatur secara detail pelaksanaan
keterlambatan distribusi surat unda- Pilkada hingga hal-hal yang bersifat

16
operasional sehingga adakalanya me- Kelima, peraturan perundangan
nimbulkan perbedaan penafsiran mengenai Pilkada (PP. No. 6 Tahun
terhadap peraturan perundangan 2005 dan PP No. 17 Tahun 2005) tidak
yang ada. Terdapat beberapa masalah memuat apa yang harus dilakukan
dalam penerapan peraturan perunda- oleh calon, serta tidak mengandung
ngan mengenai Pilkada: rambu-rambu mengena apa yang
Pertama, aturan dalam PP No. 6 boleh dan apa yang tidak boleh
Tahun 2005 Bab II Pasal 2 ayat 1 dilakukan oleh para calon.
huruf a, b, dan pasal 2 ayat 4 yang Keenam, dihadapkan pada masa-
terkait dengan waktu pelaksanaan lah waktu dan kendala spesifik yang
pilkada yang dianggap terlalu dihadapi oleh masing-masing daerah,
singkat. peraturan perundangan yang ada
Kedua, sesuai dengan keputusan mengenai Pilkada terlalu kaku dan
MA sebagai respon dari gugatan tidak memberikan ruang bagi penye-
masyarakat (judicial review) terhadap lenggara Pilkada untuk melakukan
UU No. 32 Tahun 2004 tentang improvisasi demi mengatasi kendala-
Pemerintahan Daerah, KPUD dinya- kendala spesifik tersebut. Misalnya,
takan tidak bertanggungjawab kepa- pengadaan logistik Pilkada harus
da DPRD melainkan kepada publik, mengikuti ketentuan Keppres 80/
namun mekanisme pertanggungja- 2005 yang harus melalui mekanisme
wabannya tidak diatur secara jelas lelang yang memakan waktu lama,
bagaimana pelaksanaannya. sedangkan KPUD memiliki waktu
Ketiga, peraturan perundangan yang terbatas dalam pengadaan
Pilkada masih terlalu umum, kurang logistik dan harus segera mendistri-
lengkap dan kurang rinci. Hal ini busikannya ke tempat-tempat pemu-
terlihat dari perlunya diterbitkan ngutan suara.
Perpu tentang Pilkada untuk me-
ngatasi kekosongan aturan pada 2. Keterbatasan Waktu Persiapan
beberapa aspek penyelenggaraan Pilkada
Pilkada yang belum diatur oleh UU.
Karakter peraturan perundangan Pada aspek waktu penyeleng-
mengenai Pilkada yang terlalu umum garaan Pilkada, ditemukan perma-
mengakibatkan peraturan perunda- salahan pendeknya jangka waktu
ngan tersebut tidak dapat mengatasi yang tersedia bagi KPUD untuk
permasalahan-permasalahan yang se- mempersiapkan penyelenggaraan Pil-
cara spesifik dihadapi oleh daerah. kada, khususnya Pilkada yang digelar
Keempat, peraturan perundangan pada pertengahan Juli 2005. Kondisi
mengenai Pilkada terlambat diterima itu kemudian mengakibatkan persia-
oleh penyelenggara Pilkada sehingga pan-persiapan yang dilaksanakan da-
tidak dapat segera disosialisasikan lam penyelenggaraan Pilkada dilaku-
kepada stakeholder. kan tidak maksimal atau apa adanya.

17
Selain masalah waktu penyelengga- misalnya melalui proses lelang atau
raan Pilkada yang sangat sempit, tender, yang seluruhnya membutuh-
proses atau tahapan penyelenggaraan kan waktu yang tidak sedikit. Belum
Pilkada juga juga harus dilaksanakan lagi pendistribusian logistik Pilkada
sesuai dengan peraturan perundang- ke tempat-tempat pemungutan suara
an yang berlaku. Akibatnya, KPUD yang tersebar ke seluruh wilayah
tidak memiliki ruang yang cukup kecamatan dan desa, yang adaka-
luas untuk berimprovisasi dalam arti lanya terletak di daerah pegunungan,
melakukan tindakan-tindakan atau- pulau terpencil, dan sebagainya.
pun mengambil keputusan tertentu Pendistribusian logistik Pilkada ke
yang tidak sesuai dengan peraturan daerah-daerah seperti itu seringkali
perundangan dalam mengatasi ber- terkendala oleh masalah angkutan
bagai kendala yang dihadapi. yang sulit untuk mengakses daerah-
Pembentukan Panwas misalnya, daerah tersebut. Waktu yang pendek
dilakukan secara terburu-buru oleh tersebut membuat KPUD harus
DPRD. Demikian pula pembentukan memutar otak untuk menggunakan
PPK, PPS maupun KPPS. Rekrutmen segala cara agar logistik Pilkada
personil lembaga-lembaga penyeleng- sampai di tempat-tempat pemu-
gara Pilkada tersebut tidak dapat ngutan suara tepat pada waktunya.
dilakukan secara maksimal pula Karena kendala waktu tersebut,
untuk mendapatkan personil penye- kinerja KPUD dalam penyeleng-
lenggara Pilkada yang memiliki garaan Pilkada seringkali tidak
integritas, kemampuan maupun maksimal dan tidak jarang menim-
komitmen. Selain itu, sosialisasi me- bulkan ketidakpuasan atau protes
ngenai Pilkada kepada berbagai dari berbagai pihak.
pihak yang terlibat (stakeholders) se-
perti partai politik dan masyarakat 3. Desk Pilkada
juga tidak dapat dilakukan secara
maksimal, khususnya dari segi subs- Salah satu lembaga yang terlibat
tansinya. Akibatnya substansi materi namun banyak dikritik dalam pe-
peraturan perundangan mengenai nyelenggaraan Pilkada adalah Desk
Pilkada tidak dipahami secara utuh Pilkada yang dibentuk oleh peme-
dan menimbulkan penafsiran yang rintah melalui Peraturan Mendagri
beragam dari berbagai pihak yang No. 9 Tahun 2005 tentang Pedoman
terlibat. Bagi Pemerintah Daerah Dalam Pe-
Pada sisi lain penyiapan logistik laksanaan Pemilihan Kepala Daerah
Pilkada juga menghadapi kendala dan Wakil Kepala Daerah. Keber-
serius terkait dengan masalah waktu. adaan Desk Pilkada dianggap
Hal ini karena penyediaan logistik merupakan institusi tandingan yang
Pilkada harus dilaksanakan melalui dibuat pemerintah sebagai reaksi atas
suatu proses atau tahapan tertentu, ketidakpuasan terhadap posisi, eksis-

18
tensi dan protes KPU terhadap aturan Dengan Kepmendagri No. 120 - 81
Pilkada. Sesuai dengan Permendagri Tahun 2005 tentang Pedoman Fasi-
tersebut, Desk Pilkada dibentuk untuk litasi Penyelenggaraan Pilkada dan
pengendalian pelaksanaan pilkada di Permendagri No. 9 Tahun 2005 ten-
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Desk tang Pedoman Bagi Pemerintah
pilkada Provinsi dibentuk oleh Daerah dalam Melaksanakan Pilkada,
Gubernur yang diketuai oleh Sekre- Pemerintah terkesan telah menja-
taris Daerah Provinsi dan anggotanya dikan dirinya bukan lagi sebagai
terdiri dari unsur Pemerintah Daerah fasilitator dan pendukung, namun
Provinsi, Kepolisian Daerah Provinsi, telah menjadi penyelenggara.
dan Kejaksaan Tinggi. Sedangkan Melalui peraturan-peraturan ini
Desk Pilkada Kabupaten/Kota diben- Desk Pilkada berperan juga dalam
tuk oleh Bupati/Walikota yang sosialisasi, memberi bantuan teknis,
diketuai oleh Sekretaris Kabupaten/ monitoring dan evaluasi. Dalam UU
Kota dan anggotanya terdiri dari No. 32/ 2004, seperti juga pada UU
unsur Pemerintah Daerah Kabu- No. 12/2003 dan UU No. 23/2003,
paten/Kota, Kepolisian Resort Dae- kegiatan-kegiatan tersebut merupa-
rah Kabupaten/Kota dan Kejaksaan kan tugas dan wewenang, serta
Negeri. tanggungjawab penyelenggara yang
Kritik terhadap keberadaan Desk mandiri dan imparsial, yaitu KPUD
Pilkada oleh berbagai kalangan ada- dan Panwas. Forum sosialisasi dan
lah karena dianggap sebagai salah pemberian informasi pada pemilih
satu bentuk campur tangan atau dianggap dapat membuka kesem-
intervensi langsung pemerintah patan pada Gubernur/Bupati/
dalam pelaksanaan Pilkada. Dalam Walikota untuk memanfaatkannya
Kepmendagri No. 120 – 81/2005 dan sebagai kampanye terselubung bagi
No. 120.05–110/ 2005, dikemukakan dirinya atau peserta pilkada yang
bahwa Desk Pilkada berperan mela- didukungnya. Keuntungan ini kemu-
kukan sosialisasi, bimbingan teknis, dian dapat menciptakan ketidak-
monitoring, evaluasi, dan advokasi adilan bagi peserta Pilkada lainnya,
dalam pelaksanaan Pilkada. Hal yang melanggar prinsip keadilan
inilah yang kemudian ditafsirkan dalam pemilihan Kepala Daerah yang
sebagai intervensi atau campur demokratis sebagaimana diamanat-
tangan pemerintah terhadap peran kan oleh Pasal 18 (4) UUD '45 dan
lembaga lain seperti KPUD dan sebagaimana telah dijabarkan lebih
Panwas yang sebetulnya telah diatur lanjut dalam Pasal 56 ayat (1) UU 32
dalam UU No. 32/2005. Tahun 2004.
Melalui pembentukan Desk Pil-
kada, Pemerintah dianggap telah 4. Money Politics dalam Pilkada
menetapkan dirinya sebagai "aktor
pemeran utama" dalam Pilkada.

19
Sejumlah kasus Pilkada di daerah untuk massa kampanye, amplop
sampel mengandung indikasi politik tunai, hingga serangan fajar dari
uang, tetapi tidak pernah ada proses kampung satu ke kampung lain.
hukum terkait tindak pidana politik Praktek pembelian suara sendiri tidak
uang. Secara umum terdapat empat sekadar terjadi pada saat kampanye
bentuk praktek penyimpangan yang pemilu dan pada saat pencoblosan
dilakukan. Pertama, beli kursi (seat suara, tapi juga umum dilakukan
buying) yang muncul karena penca- dengan cara mendompleng acara-
lonan hanya boleh dilakukan melalui acara tertentu yang menyedot keha-
pintu partai politik tanpa membe- diran banyak orang, seperti acara
rikan peluang bagi kandidat inde- pengajian, arisan, pertandingan olah-
penden untuk turut serta sebagai raga, ataupun pertemuan warga di
calon. tingkat RT, RW, dan kelurahan.
Kedua, praktek beli pengaruh Praktek curang lain yang juga
(influence buying), yang dilakukan banyak terjadi dalam pilkada di
dengan ’membeli’ tokoh masyarakat daerah sampel adalah penggunaan
seperti pemuka agama dan pemuka fasilitas pemerintah untuk kepen-
adat untuk mempengaruhi pemilih tingan calon tertentu, yang terutama
dalam menentukan pilihan politik dilakukan oleh calon incumbent. Hal
mereka dengan cara merekrutnya ini karena calon incumbent memiliki
untuk menjadi juru kampanye. akses besar terhadap anggaran
Ketiga, praktek pembelian penye- sekaligus kewenangan untuk meng-
lenggara pemilu, yang dilakukan alokasikan anggaran tersebut bagi
dengan menyuap para penyelenggara kepentingan pemenangan Pilkada
pemilu, dari tingkat desa, kecamatan, secara terselubung melalui program-
kelurahan, dan seterusnya, serta program populis yang mengalir ke
pengawas pemilu untuk melakukan kantong-kantong pemilih seperti
praktek-praktek curang seperti meng- pembuatan jalan, pembangunan ru-
gandakan jumlah pemilih, mema- mah ibadah, pembagian bahan
sukkan surat suara ilegal, memba- kebutuhan pokok gratis, pemberian
talkan suara sah, dan memanipulasi secara gratis bibit kepada petani, dan
perhitungan suara. sebagainya yang dilakukan menje-
Keempat adalah praktek pembelian lang Pilkada.
suara, yang dilakukan kandidat Berdasarkan pembahasan di atas
dengan memberikan uang atau dapat dikatakan bahwa meski pera-
bentuk bantuan lainnya kepada calon turan perundangan telah mengatur
pemilih. Pada pelaksanaan pilkada di sedetil mungkin hal-hal teknis me-
berbagai daerah, banyak ditemukan ngenai pelaksanaan Pilkada, namun
praktek-praktek politik uang yang potensi permasalahan dalam Pilkada
berupa praktek pembelian suara, dari tetap saja bisa muncul. Berbagai
pemberian door prize, kupon bensin permasalahan sebagaimana dikemu-

20
kakan di atas melengkapi apa yang minim; (2) masalah anggaran; (3)
dikatakan Harris (2005) yang men- tafsir demokratisasi; (4) politik uang
catat beberapa problem esensial (money politics); (5) konflik horizontal;
Pilkada, yakni masalah Pilkada yang serta (6) konflik hukum.
dianggap bukan sebagai pemilu, Dalam hal yang terakhir, yakni
masalah regulasi dan kelembagaan konflik hukum, Surbakti (2005)
pelaksana Pilkada, masalah distorsi menyatakan bahwa terdapat sejumlah
peran pemerintah, dan masalah ketentuan yang tidak taat azas dalam
legitimasi. Selain itu, Harris (2005) UU No. 32 Tahun 2004. Pertama,
juga menyatakan bahwa terdapat pemilihan kepala daerah dan wakil
lima sumber konflik potensial baik kepala daerah secara langsung oleh
menjelang, saat penyelenggaraan, rakyat tidak dikategorikan sebagai
maupun pengumuman hasil Pilkada. pemilihan umum. Kedua, Pilkada
Sumber konflik tersebut adalah: (1) tidak dikategorikan sebagai pemilih-
mobilisasi politik atas nama etnik, an umum namun diselenggarakan
agama, daerah, dan darah; (2) konflik oleh KPUD yang merupakan aparat
yang bersumber dari kampanye bawahan KPU sebagai penyelenggara
negatif antar pasangan calon kepala pemilu. Ketiga, penyerahan tugas dan
daerah; (3) konflik yang bersumber wewenang penyelenggaraan Pilkada
dari premanisme politik dan pemak- kepada KPUD tetapi tanpa hubungan
saan kehendak; (4) konflik yang apapun dengan KPU sebagai institusi
bersumber dari manipulasi dan induk yang membentuknya memiliki
kecurangan penghitungan suara hasil dasar hukum yang lemah. Keempat,
Pilkada; dan (5) konflik yang bersum- ketentuan yang mengharuskan KPUD
ber dari perbedaan penafsiran bertanggungjawab kepada DPRD,
terhadap aturan main penyeleng- yang pada akhirnya dianulir oleh
garaan Pilkada. Mahkamah Konstitusi.
Berbagai permasalahan Pilkada Berbagai masalah di atas juga
yang mengemuka di daerah sampel dicatat oleh Asfar (2005) yang menge-
juga relevan dengan pernyataan Isra mukakan beberapa problem yang
(2005) yang menyatakan bahwa pe- merupakan titik rawan dalam meng-
nyelenggaraan Pilkada mengandung implementasikan sistem pemilihan
beberapa isu krusial, yakni masalah kepala daerah secara langsung.
rezim pilkada, calon independen, Pertama, akibat aturan dan mekanis-
penetapan calon kepala daerah, seng- me proses pencalonan kepala daerah,
keta hasil pemilihan kepala daerah, kemungkinan hanya ada satu calon
serta partai politik kecil pasca kepala daerah. Kedua, sistem pemilu
putusan MK. Siregar (2005) menya- dua putaran yang dianut ternyata
takan terdapat sejumlah masalah atau dijadikan sarana bagi beberapa dae-
kendala dalam pelaksanaan pilkada, rah untuk mengajukan anggaran
yakni: (1) persiapan yang sangat Pilkada secara besar-besaran. Ketiga,

21
adanya PP yang dikeluarkan oleh untuk menerima kekalahan calon
pemerintah untuk mengatur penye- pendukungnya sebagai akibat sistem
lenggaraan Pilkada mendorong pemilihan dua tahap yang memung-
KPUD untuk bersikap tidak indepen- kinkan calon dengan suara terbesar
den. Keempat, sengketa Pilkada dise- kedua keluar sebagai pemenang pada
lesaikan di tingkat MA. Kelima, tahap kedua. Kelima, sebagai konse-
adanya PP yang memberi kewena- kuensi memilih orang, banyak split
ngan kepada KPUD untuk menam- voting pada pemilihan kepala daerah.
bah jumlah TPS melebihi ketentuan.
Keenam, adanya ketentuan bahwa bila
terdapat lebih dari satu pasangan E. Kesimpulan
calon yang jumlah perolehan suara-
nya sama, maka penentuan calon Pelaksanaan Pilkada di daerah
terpilih dilakukan berdasarkan wila- yang menjadi lokasi penelitian secara
yah peroleh suara yang lebih luas. umum berjalan dengan baik, tertib,
Ketujuh, sulitnya memunculkan calon aman, lancar dan demokratis. Untuk
independen dalam Pilkada. Kedelapan, mendukung pelaksanaan Pilkada,
persyaratan calon yang tidak menja- KPUD menetapkan tata cara pelaksa-
min terpilihnya kepala daerah yang naan Pemilihan Kepala Daerah dan
bersih, jujur dan baik track recordnya. Wakil Kepala Daerah sesuai dengan
Kesembilan, maraknya praktek- tahapan yang diatur dalam peraturan
praktek money politics dalam Pilkada. perundang-undangan. Seluruh partai
Terlepas dari berbagai permasa- politik di daerah sudah memahami
lahan di atas, penyelenggaraan sistem ketentuan-ketentuan mengenai syarat
pilkada saat ini membawa berbegai pencalonan yang diamatkan oleh
implikasi sosial politik (Asfar, 2005). peraturan perundangan yang berlaku
Pertama, besarnya daerah pemilihan, mengenai Pilkada.
yaitu seluruh wilayah kabupaten, Seluruh proses pencalonan terse-
menyebabkan proses kampanye sulit but dapat dilaksanakan dengan baik
dikendalikan. Kedua, cara pemilihan dan tepat waktu. Proses pengadaan
kepala daerah dengan memilih orang logistik Pilkada dilakukan dengan
menempatkan figur sebagai pertim- berpedoman ketentuan peraturan
bangan utama dalam menentukan perundangan, pengadaan dan pendis-
pilihan kepala daerah. Ketiga, sebagai tribusian surat suara beserta perleng-
konsekuensi memilih orang, bentuk- kapan pelaksanaan Pilkada dilaksa-
bentuk black propaganda akan banyak nakan tepat waktu.
mewarnai kampanye kepala daerah Proses pendistribusian logistik
ketimbang model kampanye yang Pilkada dilaksanakan oleh KPUD
berupa upaya membangun imej dengan bantuan Pemerintah Daerah
positif masing-masing pasangan melalui jajarannya hingga ke tingkat
calon. Keempat, ketidaksiapan pemilih kecamatan, kelurahan dan desa

22
dalam pendistribusian logistik Pil- maupun permasalahan money politics
kada. Pelaksanaan kampanye Pilkada dalam Pilkada.
pada daerah-daerah yang diteliti
umumnya berlangsung dengan
lancar. Tidak ditemukan kasus-kasus F. Rekomendasi
pelanggaran serius selama masa
kampanye, yang kemudian harus Pertama, agar persiapan dan
diselesaikan lewat pengadilan. pelaksanaan Pilkada pada masa yang
Pemungutan suara dan penghi- akan datang dapat lebih baik,
tungan suara dilakukan satu hari. Presiden perlu mengeluarkan Perpu
Tidak ada pemungutan suara susulan tentang beberapa pengaturan teknis
yang terjadi karena faktor alam yang dibutuhkan oleh KPUD sebagai
maupun gangguan keamanan. Hasil penyelenggara Pilkada, khususnya
perhitungan suara menunjukkan bah- untuk mengatasi masalah waktu yang
wa tidak semua penduduk yang mendesak. Mendagri perlu mengelu-
memiliki hak pilih menggunakan hak arkan keputusan bahwa indeks harga
pilihnya baik karena adanya pemilih yang telah dikeluarkan hanyalah
yang tercatat ganda pada dua TPS, merupakan pedoman, sedangkan
nama pemilih yang tidak seharusnya besar akhirnya ketetapan harga untuk
tercatat namun tetap tercatat, pindah kebutuhan barang dan jasa Pilkada
tempat tinggal, waktu pelaksanaan adalah merupakan wewenang KPUD
yang bersamaaan dengan hari kerja, masing–masing. Menteri PAN perlu
dan sebab lain seperti sakit yang mengeluarkan keputusan bahwa SE
mengharuskan pemilih tetap tinggal hanya berlaku untuk daerah yang
dirumah, kesibukan lain atau karena KPUD-nya belum membentuk kepa-
jenuh menghadapai pemilu yang nitiaan pemilihan saat surat tersebut
berulang kali. diterima. Selain itu, diperlukan ber-
Keberhasilan pelaksanaan Pilkada bagai upaya perbaikan pada
langsung dilihat dari indikator penyelenggaraan Pilkada, baik aturan
kuantitatif dapat dianggap belum main penyelenggaraan Pilkada, ke-
sepenuhnya mencerminkan kualitas lembagaan penyelenggara Pilkada,
pelaksanaan Pilkada langsung yang personil penyelenggara Pilkada mau-
sebenarnya. Hal ini karena dibalik pun dari sisi peserta Pilkada.
keberhasilan kuantitatif pelaksanaan Kedua, untuk mengatasi perma-
Pilkada, terdapat berbagai permasa- salahan politik uang dalam Pilkada
lahan baik dari sisi kebijakan, antara lain adalah: a) Memberikan
kelembagaan, maupun operasional, peluang kepada calon independen; b)
serta masalah peraturan perundang- Partai politik memunculkan calon
an, pendeknya waktu persiapan kepala daerah dari kadernya sendiri,
Pilkada, keberadaan Desk Pilkada, sehingga dapat menghindarkan jual
beli “tiket pencalonan”, sekaligus

23
menghindarkan konflik internal par- mengambil kebijakan yang sesuai
tai yang diakibatkan dari munculnya bagi kelancaran pelaksanaan pilkada;
kekecewaan kader; c) Memperkuat b) aturan main yang juga diperlukan
keuangan partai sehingga partai adalah mengenai kampanye yang
mampu membiayai sebagian besar sangat rawan dengan pelanggaran; c)
kebutuhan dana kampanye untuk aturan mengenai kampanye perlu
pemilihan kepala daerah, dengan dibuat seketat mungkin untuk
demikian partai menjadi lebih menghindari terjadinya berbagai pe-
independen; d) Transparansi proses nyimpangan dan atau pelanggaran
penentuan atau proses rekrutmen kampanye yang dilakukan para pasa-
calon kepala daerah dengan melibat- ngan calon. Aturan main yang ketat
kan partisipasi konstituen secara mengenai kampanye juga diperlukan
langsung; dan e) Program partai untuk membatasi munculnya black
harus jelas, sehingga calon kepala propaganda, baik melalui rapat
daerah yang diusung oleh partai tertutup, kampanye terbuka, leaflet,
tersebut juga membawa program internet, SMS dan sebagainya; dan d)
partai dan bila menang program aturan mengenai kemungkinan ter-
partai tersebut dapat diimplemen- jadinya pilkada putaran kedua karena
tasikan. Undang-undang Nomor 32 Tahun
Ketiga, diperlukan aturan yang 2004 tentang Pemerintahan Daerah
lebih jelas untuk mengatasi banyak- diakui tidak mengantisipasi adanya
nya masalah mengenai sengketa putaran kedua dalam pemilihan
Pilkada. Selain itu, aturan yang juga kepala daerah.
diperlukan adalah Perpu yang
memuat dua hal; a) untuk daerah- Drs. M. Ikhsan, M.Si adalah Dosen
daerah dimana hanya ada satu pasa- Tetap Universitas Negeri Medan dan
ngan calon, maka partai politik Dosen Tidak Tetap STIA LAN Jakarta.
peserta pemiliu 2004 mempunyai hak Email: eks_shan@yahoo.com
untuk mengajukan calonnya; dan b)
aturan main yang memuat mekanis-
me munculnya calon-calon indepen-
den di daerah yang peserta Pilka-
danya hanya satu pasangan calon.
Aturan main lainnya yang diperlukan
adalah: a) aturan yang memberi
perlakuan khusus bagi daerah-daerah
dengan karakteristik tertentu dalam
mengatasi berbagai hambatan yang
diakibatkan oleh kondisi tertentu
(misalnya kondisi alam yang
berkarakteristik kepulauan) untuk

24
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin dan A. Zaini Bisri. 2005. Legge, J. D. 1961. Central Authority and
Pilkada Langsung Problem dan Regional Autonomy in Indonesia: A
Prospek Sketsa Singkat Perjalanan Study in Local Administration 1950-
Pilkada 2005. Yogyakarta: Pustaka 1960. New York: Cornell
Pelajar. University Press.
Asfar, Muhammad. 2005. ’Sistem Legowo, Tommy A. 2005. ‘Pemilihan
Pilkada Langsung: Beberapa Kepala Daerah Secara Langsung,
Problem, Implikasi Politik dan Good Governance dan Masa Depan
Solusinya.’ Jurnal Politika, Vol. 1, Otonomi Daerah.’ Jurnal
No. 1. Desentralisasi, Vol. 6, No. 4.
Chandler, J. A. 1993. Local Government Mawhood, Philip (Ed). 1983.
in Liberal Democracies: An Decentralization: the Concept and
Introductory Survey. London and the Practice. Local Government in
New York: Routledge. the Third World. Chicester: John
Cheema, G. Shabbir and Dennis A. Willey & Sons.
Rondinelli. 1983. Decentralization Muis, Abdul. 2005. ‘Critical Issue:
and Development: Policies Pilkada Langsung sesuai UU No.
Implementation in Developing 32 Tahun 2004 dan PP No. 6
Countries. London: Sage Tahun 2005.’ Jurnal Desentralisasi,
Publications. Vol. 6, No. 4.
Fitriyah. 2005. ‘Sistem dan Proses Nadapdap, Binoto. 2005. ‘Pasang
Pilkada Langsung.’ Analisis CSIS, Surut Otonomi Daerah dan
Vol. 34, No. 3. Pemilihan Kepala Daerah Secara
Harris, Syamsuddin. 2005. ’Pilkada Langsung.’ Sociae Polites Jurnal
Langsung dan Masa Depan Ilmiah Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Otonomi Daerah.’ Jurnal Politika, Vol. V, No. 22.
Vol. 1, No. 1. Norton, Alan. 1994. International
Hoessein, Bhenyamin. 1997. Handbook of Local and Regional
’Tantangan Global dan Tanggap Government: A Comparative
Lokal: Desentralisasi Demokrasi Analysis of Advanced Democracies.
dan Efisiensi.’ Manajemen Hants: Edward Elgar Ltd.
Pembangunan, No. 19/V. Peraturan Pemerintah Nomor 6
Isra, Saldi. 2005. ’Pilkada Langsung: Tahun 2005 tentang Pemilihan,
Catatan Kritis atas Beberapa Isu Pengesahan Pengangkatan dan
Krusial dalam UU No. 32 Tahun Pemberhentian Kepala Daerah
2004.’ Jurnal Politika, Vol. 1, No. 1. dan Wakil Kepala Daerah.

25
Romli, Lili. 2005. ‘Pilkada Langsung,
Otonomi Daerah dan Demokrasi
Lokal.’ Analisis CSIS, Vol. 34, No.
3.
Rondinelli A. Dennis et al. 1983.
Decentralization in Developing
Countries: A Riview of Recent
Experience. New York: World
Bank.
Silitonga, Benget. 2005. ‘Pilkada dan
Pembajakan Demokrasi.’ Kompas,
21 Februari .
Siregar, R. H. 2005. ‘Pilkada, Pil Pahit
atau Manis.’ Suara Pembaruan, 25
Februari.
Surbakti, Ramlan. 2005. ‘Pilkada
adalah Pemilu.’ Kompas, 4
Februari.
Urbaningrum, Anas. 2005. ‘Antisipa-
si Masalah-masalah Dalam Penye-
lenggaraan Pilkada Langsung.’
Jurnal Politika, Vol. 1, No. 1.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan
Daerah.

26

You might also like