Professional Documents
Culture Documents
Penegakan diagnosa dari keracunan seringkali dengan mudah dapat ditegakkan karena
keluarga atau pengantar penderita sudah mengatakan penyebab keracunan atau membawa tempat
bahan beracun kepada dokter.Tapi kadang-kadang kita menemui kesulitan dalam menentukan
penyebab keracunan terutama bila penderita tidak sadar dan tidak ada saksi yang mengetahui
kejadiannya. Diagnosa dari keracunan terutama didasarkan pada anamnesa yang diambil dari
orang tua, keluarga,pengasuh atau orang lain yang mengetahui kejadiannya.
Pada anamnesa ditanyakan kapan dan bagaimana terjadinya, tempat kejadian dan kalau
mungkin mencari penyebab keracunan. Ditanya pula kemungkinan penggunaan obat-obatan
tertentu atau resep yang mungkin baru didapat dari dokter. Diusahakan sedapat mungkin agar
tempat bekas bahan beracun diminta untuk melihat isi bahan beracun dan kemudian diselidiki
lebih lanjut. Pemeriksaan fisik sangat penting terutama pada penderita-penderita yang belum
jelas penyebabnya. Selain pemeriksaan fisik rutin dicari pula tanda-tanda khusus pada
keracunan-keracunan tertentu seperti :
· BAU:
a. Aceton : Methanol, isopropyl alcohol, acetyl salicylic acid
b. Coal gas : Carbon monoksida
c. Buah per : Chloralhidrat
d. Bawang putih : Arsen, fosfor, thalium, organofosfat
e. Alkohol : Ethanol, methanol
f. Minyak : Minyak tanah atau destilat minyak
· KULIT:
a. Kemerahan : Co, cyanida, asam borax, anticholinergik
b. Berkeringat : Amfetamin, LSD, organofosfat, cocain, barbiturat
c. Kering : Anticholinergik
d. Bulla : Barbiturat, carbonmonoksida
e. Ikterus : Acetaminofen, carbontetrachlorida, besi, fosfor, jamur
f. Purpura : Aspirin,warfarin, gigitan ular
g. Sianosis : Nitrit, nitrat,fenacetin, benzocain
SUHU TUBUH :
a. Hipothermia : Sedatif hipnotik, ethanol, carbonmonoksida,clonidin, fenothiazin
b. Hiperthermia : Anticholinergik, salisilat, amfetamin, cocain, fenothiazin,theofilin
. TEKANAN DARAH :
a. Hipertensi : Simpatomimetik, organofosfat, amfetamin .
b. Hipotensi : Sedatif hipnotik, narkotika, fenothiazin, clonidin, beta-blocker
. NADI:
a. Bradikardia : Digitalis, sedatif hipnotik, beta-blocker, ethchlorvynol.
b. Tachikardia : Anticholinergik, amfetamin, simpatomimetik, alkohol, cokain, aspirin,
theofilin
c. Arithmia : Anticholinergik,organofosfat,fenothiazin,carbonmonoksida,cyanida,beta-
blocker
. SELAPUT LENDIR :
a. Kering : Anticholinergik
b. Salivasi : Organofosfat, carbamat
c. Lesi mulut : Bahan korosif, paraquat
d. Lakrimasi : Kaustik, organofosfat, gas irritan
. RESPIRASI :
a. Depressi : Alkohol, narkotika, barbiturat, sedatif hipnotik
b. Tachipnea : Salisilat, amfetamin, carbonmonoksida
c. Kussmaull : Methanol, ethyliene glycol, salisilat
SAL.PENCERNAAN :
Muntah,diare, : Besi,fosfat,logam berat, jamur,lithium,flourida,organofosfat nyeri perut
ORGANOFOSFAT
Organofosfat menyenabkan fosforilasi dari ester acetylcholine esterase (sebagai choline
esterase inhibitor ) yang bersifat irreversibel sehingga enzim ini menjadi inaktif dengan akibat
terjadi penumpukan acetylcholine. Efek klinik yang terjadi adalah terjadi stimulasi yang
berlebihan oleh acetylcholine.
Gejala klinis :
2. Miosis
3. Bronchokonstriksi dengan sekresi berlebihan, anak tampak sesak dan banyak mengeluarkan
lendir dan mulut berbusa dan bau organofosfat yang tertelan ( bawang putih/garlic)
Penatalaksanaan :
1. Lepaskan baju dan apa saja yang dipakai, dicuci dengan sabun dan siram dengan air yang
mengalir bahkan meskipun keracunan sudah terjadi
sampai 6 jam.
3. Atropinisasi
Atropin berfungsi untuk menghentikan efek acetylcholine pada reseptor muscarinik, tapi tidak
bisa menghentikan efek nikotinik. Pada usia < 12 th pemberian atropin diberikan dengan dosis
0,05 mg/kg BB IV pelan-2 dilanjutkan dengan 0,02 -0,05mg/kg BB setiap 5 - 20 menit sampai
atropinisasi sudah adekwat atau dihentikan bila :
· Pupil dilatasi
6. Pemberian oksigen kalau ada distres nafas,kalau perlu dengan pernafasan buatan.
7. Pengobatan supportif :
KARMAMAT ( Baygon )
Seperti organofosfat tetapi efek hambatan cholin esterase bersivat reversibel dan tidak
mempunyai efek sentral karena tidak dapat menembus blood brain barrier. Gejala klinis sama
dengan keracunan organofosfat tetapi lebih ringan dan waktunya lebih singkat.
Penatalaksanaannya juga sama seperti pada keracunan organofosfat.
Diagnosis Banding
KERACUNAN HIDROKARBON
Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan adalah minyak tanah,bensin,
minyak cat ( tinner ) dan minyak untuk korek api. Gejala klinik : terutama terjadi sebagai akibat
dari irritasi pulmonal dan depressi susunan saraf pusat.
1. Irritasi pulmonal :
batuk,sesak,retraksi,tachipneu,cyanosis,batuk darah dan udema paru.Pada pemeriksaan foto
thorak bisa didapatkan adanya infiltrat di kedua lapangan paru, effusi pleura atau udema paru.
2. Depressi CNS : Terjadi penurunan kesadaran mulai dari patis sampai koma,kadang-kadang
disertai kejang.
Penatalaksanaan :
1. Rangsangan muntah pada keracunan hidrokarbon masih merupakan kontroversi karena
bahaya terjadinya aspirasi pneumonia, karena itu rangsang muntah tidak dianjurkan pada
keracunan hidrokarbon,kecuali bila yang ditelan cukup banyak > 1 ml/kg BB atau bila
hidrokarbon yang ditelan tercampur atau merupakan bahan pelarut dari bahan beracun yang
berbahaya seperti pada pestisida maka rangsangan muntah atau kumbah lambung harus segera
Dilakukan dengan perlindungan jalan nafas.
3. Pemberian oksigen kalau ada tanda-tanda distres nafas atau kalau berat bisa dilakukan
intubasi dan pemberian nafas buatan dengan ventilator.
4. Antibiotika
Pemberian antibiotika masih merupakan kontroversi pada keracunan hidrokarbon. Antibiotika
hanya diberikan bila keadaan penderita memang sangat berat, membutuh kan bantuan pernafasan
dengan alat atau anak-anak dengan immunocompromized.
5. Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid juga masih merupakan kontroversi, hanya diberikan pada keadaan-
keadaan yang sangat berat,sangat sesak atau udema paru.
KERACUNAN MAKANAN
Keracunan makanan dapat terjadi karena :
1. Makanan tersebut memang mengandung zat-zat kimia yang berbahaya (singkong, jamur
dsb.)
Gejala klinis :
· Tergantung pada kandungan HCN, kalau banyak dapat menyebabkan kematian dengan
cepat
· Penderita merasa mual, perut terasa panas, pusing, lemah dan sesak
· Pernafasan cepat dengan bau khas ( bitter almond )
· Warna kulit merah bata ( pada orang kulit putih ) dan sianosis
Penatalaksanaan :
Bebaskan jalan nafas,perbaiki sirkulasi dan beri oksigen. Eliminasi racun ( rangsang muntah,
kumbah lambung, pemberian norit ) Pemberian antidotum Sodium thiosulfat 10 % 0,5
ml/kg/BB/kali IV pelan-pelan Sodium nitrit 3 x 10 ml IV pelan-pelan
KERACUNAN JENGKOL
Pada keracunan jengkol terjadi penumpukan kristal asam jengkolat di tubuli,ureter dan urethrae.
Keluhan terjadi 5 - 12 jam sesudah makan jengkol.
Gejala klinik :
Penatalaksanaan :
· Rangsang muntah
· Kumbah lambung
· Beri norit
· Alkalinisasi : Nabic 3 - 5 meq /kgBB, bila penderita masih bisa minum dapat diberi Nabic
per oral 4 x 500 mg
· Pemberian cairan
Gejala klinik :
· Mata kabur,refleks cahaya menurun atau negatif,midriasis dan kelumpuhan otot-otot mata
· Dysphagia, dysarthria
Penatalaksanaan :
· Eliminasi racun
· Guanidine hidrochloride 15 - 35 mg/kg BB/ hari dibagi dalam 3 dosis, berguna untuk
melawan efek blokade neuromuskular.
SALISILAT
Merupakan keracunan obat-obatan yang paling sering dijumpai pada anak. Faktor-faktor yang
mempermudah terjadinya keracunan salisilat adalah :
· Kemasan salisilat yang dibuat dengan bentuk yang menarik dengan rasa yang disukai
anak-anak ditambah dengan gencarnya usaha promosi melalui media massa.
· Penggunaan obatt-obatan yang mengandung salisilat secara berlebihan oleh orang tua
yang tidak mengetahui bahaya salisilat.
· Obat-obatan salisilat bisa didapatkan dengan mudah dan harga yang murah.
· Irritasi G I Tract
· Stimulasi CNS
· Udema paru
· Hiperthertmia
Gejala klinik :
. Gangguan koagulasi :
· Thrombositopenia
Pemeriksaan laboratorium :
· Tes Ferrichloride : tambahkan ferri chloride 10% pada urine. Tes positif bila urine
kemudian berwarna ungu
Terapi supportif :
Dialisis dilakukan hanya pada kasus-kasus berat yang tidak berhasil dengan tindakan-
tindakan diatas.