You are on page 1of 5

ANATOMI

Laring, faring, trakea dan paru-paru merupakan derivat foregut embrional


yang terbentuk sekitar 18 hari setelah konsepsi. Tak lama sesudahnya, terbentuk
alur faring median yang berisi petunjuk-petunjuk pertama sistem pernapasan dan
benih laring. Sulkus atau alur laringotrakeal menjadi nyata pada sekitar hari ke-21
kehidupan embrio. Perluasan ke arah kaudal merupakan primordial paru. Alur
menjadi lebih dalam dan berbentuk kantung dan kemudian menjadi dua lobus pada
hari ke-27 atau ke-28. bagian yang paling proksimal dari tuba yang membesar ini
akan menjadi laring. Pembesaran aritenoid dan lamina epitelial dapat dikenali
menjelang 33 hari, sedangkan kartilago, otot dan sebagian besar pita suara (plika
vokalis) terbentuk dalam tiga atau empat minggu berikutnya. Hanya kartilago
epiglotis yang tidak terbentuk hingga masa midfetal. Karena perkembangan laring
berkaitan erat dengan perkembangan arakus brankialis embrio, maka banyak
struktur laring merupakan derivat dari aparatus brankialis. Gangguan perkembangan
dapat berakibat berbagai kelainan yang dapat didiagnosis melalui pemeriksaan
laring secara langsung.1
Laring merupakan struktur kompleks yang telah berevolusi yang menyatukan
trakea dan bronkus dengan faring sebagai jalur aerodigestif umum. Laring memiliki
kegunaan penting yaitu (1) ventilasi paru, (2) melindungi paru selama deglutisi
melalui mekanisme sfingteriknya, (3) pembersihan sekresi melalui batuk yang kuat,
dan (4) produksi suara. Secara umum, laring dibagi menjadi tiga: supraglotis, glotis
dan subglotis. Supraglotis terdiri dari epiglotis, plika ariepiglotis, kartilago aritenoid,
plika vestibular (pita suara palsu) dan ventrikel laringeal. Glotis terdiri dari pita suara
atau plika vokalis. Daerah subglotik memanjang dari permukaan bawah pita suara
hingga kartilago krikoid. Ukuran, lokasi, konfigurasi, dan konsistensi struktur
laringeal, unik pada neonatus.4

Laring dibentuk oleh kartilago, ligamentum, otot dan membrana mukosa.


Terletak di sebelah ventral faring, berhadapan dengan vertebra cervicalis 3-6.
Berada di sebelah kaudal dari os hyoideum dan lingua, berhubungan langsung
dengan trakea. Di bagian ventral ditutupi oleh kulit dan fasia, di kiri kanan linea
mediana terdapat otot-otot infra hyoideus. Posisi laring dipengaruhi oleh gerakan
kepala, deglutisi, dan fonasi.9

Kartilago laring dibentuk oleh 3 buah kartilago yang tunggal, yaitu kartilago
tireoidea, krikoidea, dan epiglotika, serta 3 buah kartilago yang berpasangan, yaitu
kartilago aritenoidea, kartilago kornikulata, dan kuneiform. Selain itu, laring juga
didukung oleh jaringan elastik. Di sebelah superior pada kedua sisi laring terdapat
membrana kuadrangularis. Membrana ini membagi dinding antara laring dan sinus
piriformis dan dinding superiornya disebut plika ariepiglotika. Pasangan jaringan
elastik lainnya adalah konus elastikus (membrana krikovokalis). Jaringan ini lebih
kuat dari pada membrana kuadrangularis dan bergabung dengan ligamentum
vokalis pada masing-masing sisi.1,9

Otot-otot yang menyusun laring terdiri dari otot-otot ekstrinsik dan otot-otot
intrinsik. Otot-otot ekstrinsik berfungsi menggerakkan laring, sedangkan otot-otot
intrinsik berfungsi membuka rima glotidis sehingga dapat dilalui oleh udara respirasi.
Juga menutup rima glotidis dan vestibulum laringis, mencegah bolus makanan
masuk ke dalam laring (trakea) pada waktu menelan. Selain itu, juga mengatur
ketegangan (tension) plika vokalis ketika berbicara. Kedua fungsi yang pertama
diatur oleh medula oblongata secara otomatis, sedangkan yang terakhir oleh korteks
serebri secara volunter.9
Rongga di dalam laring dibagi menjadi tiga yaitu, vestibulum laring, dibatasi
oleh aditus laringis dan rima vestibuli. Lalu ventrikulus laringis, yang dibatasi oleh
rima vestibuli dan rima glotidis. Di dalamnya berisi kelenjar mukosa yang
membasahi plika vokalis. Yang ketiga adalah kavum laringis yang berada di sebelah
ckudal dari plika vokalis dan melanjutkan diri menjadi kavum trakealis.9

Laring pada bayi normal terletak lebih tinggi pada leher dibandingkan orang
dewasa. Laring bayi juga lebih lunak, kurang kaku dan lebih dapat ditekan oleh
tekanan jalan nafas. Pada bayi laring terletak setinggi C2 hingga C4, sedangkan
pada orang dewasa hingga C6. Ukuran laring neonatus kira-kira 7 mm
anteroposterior, dan membuka sekitar 4 mm ke arah lateral.1
Laring berfungsi dalam kegiatan Sfingter, fonasi, respirasi dan aktifitas refleks.
Sebagian besar otot-otot laring adalah adduktor, satu-satunya otot abduktor adalah
m. krikoaritenoideus posterior. Fungsi adduktor pada laring adalah untuk mencegah
benda-benda asing masuk ke dalam paru-paru melalui aditus laringis. Plika
vestibularis berfungsi sebagai katup untuk mencegah udara keluar dari paru-paru,
sehingga dapat meningkatkan tekanan intra thorakal yang dibutuhkan untuk batuk
dan bersin. Plika vokalis berperan dalam menghasilkan suara, dengan
mengeluarkan suara secara tiba-tiba dari pulmo, dapat menggetarkan (vibrasi) plika
vokalis yang menghasilkan suara. Volume suara ditentukan oleh jumlah udara yang
menggetarkan plika vokalis, sedangkan kualitas suara ditentukan oleh cavitas oris,
lingua, palatum, otot-otot facial, dan kavitas nasi serta sinus paranasalis.9

You might also like