You are on page 1of 8

1

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TROMBOSIS VENA DAN ARTERI

A. PENDAHULUAN

Trombosis merupakan pembentukan bekuan (clotting) pada darah atau


thrombus pada sistem vaskuler. Bekuan tersebut dapat terjadi pada
pembuluh darah vena atau arteri. Trombosis vena (deep venous trombosis)
merupakan komplikasi dari insufisiensi vena, yang sering dikaitkan dengan
stasis vena yang umumnya dapat terjadi pada pasien setelah pembedahan ,
obesitas, kehamilan, adanya riwayat penyakit jantung, pasien dengan riwayat
penggunaan antikoagulan dan pasien yang berbaring lama setelah terjadi
trauma, atau karena ketidak mampuan/ kelemahan. Dampak DVT tersebut
dapat mengancam kehidupan yaitu dengan berkembangnya kearah emboli
pulmoner. Timbulnya masalah sering sekali tidak terprediksi sebelumnya,
padahal masalah ini dapat dicegah dengan mengadakan pengkajian dini
terhadap kelompok risiko untuk terjadinya trombosis selain itu juga kita yakini
bahwa tindakan pencegahan lebih mudah dari pada tindakan perawatan pada
kasus-kasus pasien yang mengalami trombosis . Pada makalah sebelumnya
sudah dibahas tentang tindakan keperawatan yang bertujuan untuk
pencegahan terjadinya trombosis, sedangkan pada makalah ini difokuskan
pada asuhan keperawatan pasien yang mengalami trombosis dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan

B. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TROMBOSIS

1. PENGKAJIAN

Gejala –gejala adanya arterial trombosis tergantung ukuran trombosis ,


organ yang terlibat, dan adanya pembuluh darah kolateral. Trombosis ini
dapat terjadi pada pasien : yang mengalami stasis vena yang umumnya
terjadi pada pasien setelah pembedahan, obesitas, kehamilan, pasien post
partum, adanya riwayat penyakit jantung, pasien dengan riwayat
penggunaan antikoagulan,pasien yang berbaring lama/penyakit kronik .
Pada saat mengalami trombosis maka data yang didapatkan,sbb:

a. Trombosis arteri:
♦ Gejala umum yang menunjukkan emboli,seperti:
-nyeri,
-pucat pada area yang terkena
-denyut nadi berkurang
-adanya rasa baal
-dan paralysis
2

♦ Pada pemeriksaan fisik area trombosis :


Pada bagian yang mengalami oklusi ditandai dengan adanya
perabaan dingin, dan pucat akibat adanya iskemia

b. Trombosis vena:
Pada pengkajian trombosis vena , didapatkan data sebagai
berikut:
♦ Separuh dari jumlah penderita trombosis tidak merasakan
gejala-gejala yang ada; tanda dan gejalanya nonspesifik
♦ Pada pemeriksaan fisik didapatkan data tentang adanya
tanda-tanda obstruksi vena deep yang ditandai :
-edema dan pembengkakan pada ekstrimitas yang terkena
-pada area yang terkena teraba hangat dan tenderness
-adanya tanda Homans’ sign (nyeri pada daerah betis
setelah dilakukan dorsofleksi pada kaki)
-bila trombosis tersebut akibat thrombus vena superficial
maka akan didapatkan data:
-nyeri
-tenderness
-redness
-teraba hangat pada area yang terlibat
♦ Bila trombosis vena tersebut terjadi secara massif , maka
akan didapatkan data,sebagai berikut:
-pembengkakan massif pada area yang terkena
-teraba tegang/mengeras pada area vena yang terkena
-nyeri
-teraba dingin
♦ Selain itu juga ditunjang dengan hasil yang diperlihatkan
dari pemeriksaan diagnostik seperti:
-venography
-doppler ultrasonography

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien yang mengalami trombosis ,


maka diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan adalah:
1. potensial penurunan cardiac output berhubungan dengan
penurunan sirkulasi
Ditandai adanya:
• tekanan darah menurun
• nadi meningkat
• kapilari refill menurun(pengembalian darah kapiler)
• teraba bagian akral dingin
• mukosa pucat
3

• sianosis
2. potensial terjadi gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
menurunnya aliran darah(stasis vena), melambatnya pengembalian
aliran darah perifer.
Ditandai adanya :
• nyeri
• eritema
• teraba dingin pada daerah akral ekstrimitas
• menurunnya denyut nadi daerah perifer
• adanya rasa terbakar pada daerah yang terlibat
• kepucatan pada area yang terkena akibat kurangnya
oksigen pada daerah perifer
• sianosis
• perasaan baal,atau kesemutan
• paralisis(bila terjadi iskemi nervus)

3. potensial terjadi injury(perdarahan) berhubungan pemberian


antikoagulan
ditandai adanya:
• masa beku darah yang memanjang(clotting time)
• trombositopenia
• hematuria

4. gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kurangnya


sirkulasi arteri ,jaringan yang mengakibatkan meningkatnya produksi
asam laktat di jaringan
ditandai dengan:
• adanya rasa terbakar
• penyimpangan perilaku
• merasa lelah
• terlihat adanya gangguan fungsi terhadap ekstrimitas yang
terkena
• tenderness
• nyeri/ rasa terbakar

5. kurang pengetahuan tentang proses penyakit


ditandai adanya:
• pernyataan tentang persepsi masalah
• ketidakmampuan dalam mengikuti instruksi
• berkembangnya /tendensi untuk terjadinya komplikasi
4

3. PERENCANAAN /IMPLEMENTASI
Prinsip tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami trombosis,
sebagai berikut:
1. Mempertahankan perfusi tetap adekuat
2. meningkatkan rasa nyaman secara optimal
3. mencegah komplikasi
4. memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis dan cara
penggunaan obat-obatan yang diberikan
Berdasarkan rumusan diagnosa keperawatan yang ada, maka rencana
tindakan keperawatan yang perlu dibuat sebagai berikut:

• Untuk Diagnosa Keperawatan 1


a. monitor tanda-tanda vital terutama peningkatan denyut nadi yang
diikuti dengan penurunan tekanan darah,catat dan laporkan
perubahan
b. observasi tanda dan gejala terjadinya perdarahan dari mulut maupun
dari rektum, perdarahan merupakan masalah komplikasi yang sangat
serius pada pasien yang mendapat terapi trombolitik.
c. kolaborasi dalam pemberian asam amino kaproic untuk
menghentikan perdarahan
d. cek secara ketat perdarahan aktif selama 24 jam setelah terapi
trombolitik dihentikan, 1 jam pertama 15 menit sekali, 8 jam
berikutnya tiap 30 menit dan selanjutnya setiap jam
e. observasi tanda reaksi alergi terhadap streptokinase seperti gatal,
demam, sesak nafas, bronkospasme, hipertensi.
f. hindari pemberian aspirin atau obat-obat yang bersifat hemolitik
selama pemberian trombolitik
g. monitor EKG untuk mendeteksi adanya reperfusi disritmia akibat
pemberian trombolitik dan kemungkinan diberikannya anti disritmia

• Untuk Diagnosa Keperawatan 2


a. observasi warna dan perubahan temperatur pada ekstrimitas: edema
mulai dari pangkal paha sampai dengan kaki, catat adanya ketidak
simetrisan betis, ukur dan catat lingkar betis. Lapor segera bila ada
proses inflamasi yang progresif, dan lokasi nyeri yang berpindah-
pindah
b. kaji daerah ekstrimitas untuk melihat kejelasan dari kondisi vena yang
yang potensial terjadi trombosis, palpasi tekanan lokal area yang
mungkin terkena, adanya keregangan kulit. Dan kaji adanya
penonjolan vena.
c. kaji kapilari refiil dan cek adanya tanda-tanda Homan ( Homans’ sign)
d. tingkatkan bedrest selama fase akut
e. tinggikan kaki bila sedang tidur atau sedang duduk dibangku
5

f. anjurkan untuk melakukan exercises pasif maupun aktif di atas


tempat tidur, bantu pasien untuk ambulasi segera setelah pasien
diizinkan turun dari tempat tidur
g. informasikan pasien agar tidak menyilangkan kaki atau hiprfleksi lutut
h. cegah pasien untuk mengurut/masase bagian ekstrimitas yang
terkena
i. anjurkan pasien untuk latihan nafas dalam
j. anjurkan pasien untuk banyak minum selama itu tidak
bertentangan dengan kondisi pasien(minimal 2000 ml/hari)
k. kolaborasikan untuk pemberikan kompres hangat pada area
yang terkena
l. memberikan obat-obatan antikoagulan sesuai program( heparin
secara continuous atau intermiten IV/ pemberian
coumarin/coumadin)
m. memberikan obat-obatan trombolitik sesuai program (spt:
streptokinase, urokinase
n. monitor hasil pmeriksaan laboratorium,spt:prothrombin time(PT),
partial thromboplastin time(PTT), activated partial thromboplastin
time(APTT), CBC
o. persiapan pasien untuk pembedahan thrombektomi(bila ada
indikasi)

• Untuk Diagnosa Keperawatan 3


a. Monitor tanda vital untuk peningkatan nadi
diikuti peningkatan tekanan sistolik karena menurunnya volume
darah, akibat perdarahan internal dan eksternal.
b. Cek Protrombin time pada pemberian warfarin
dan PTT untuk pemberian heparin sebelum pemberian
anticoagulan. Protombin time seharusnya 1,25 s/d 2,4. Jumlah
platelet harus dimonitor sebab pemberian anti coagulan dapat
menurunkan jumlah platelet.
c. Cek perdarahan dari mulut, hidung
( epistaksis), urine ( hematuria), kulit(petechie, purpura)
d. Cek stool ( feses ) untuk mengetahui adanya
perdarahan di intestinal.
e. Khusus untuk pasien usila yang mendapat
wafarin monitor harus lebih ketat, sebab kulit sangat tipis dan
pembuluh darah sangat rapuh. Pemeriksaan PT harus lebih teratur.
f. Harus selalu ada persediaan antagonis
anticoagulan( protamine, vitamin K1 atau vitamin K3) sewaktu dosis
obat maningkat atau pada kondisi terjadinya perdarahan meningkat.
Disamping itu persediaan plasma mungkin diperlukan untuk
antisipasi diperlukannya transfusi.
6

g. Ingatkan pada pasien untuk memberitahu


dokter giginya bila memerlukan kontrol terhadap gigi bahwa pasien
sedang dalam pengobatan anti coagulan.
h. Anjurkan pasien untuk menggunakan sikat gigi
yang lembut untuk mencegah terjadinya perdarahan gusi.
i. Anjurkan pasien ( pria ) untuk menggunakan
alat cukur elektrik saat bercukur.
j. Anjurkan pasien untuk selalu membawa kartu
identitas sebagai pasien yang sedang dalam terapi anti coagulant.
k. Anjurkan pasien untuk tidak merokok, karena
merokok dapat meningkatkan metabolisme, selanjutnya dosis
warfarin mungkin perlu ditingkatkan bila saat itu pasien masih aktif
merokok.
l. Ingatkan pasien untuk tidak menggunakan
aspirin, gunakan obat analgesik yang mengandung asetaminofen.
m. Ajarkan pada pasien untuk mengontrol
perdarahan eksternal dengan cara penbekuan langsung pada
daerah luka selama 5-10 menit dengan kasa bersih atau sterill.
n. Anjurkan pada pasien untuk tidak
mengkonsumsi alkohol yang dapat meningkatkan terjadinya
perdarahan. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi sayuran hijau,
ikan, hati, kopi atau teh yamg kaya akan vitamin K.
o. Jelaskan pada pasien untuk melaporkan
perdarahan seperti : ptechie, echymosis, purpura, perdarah gusi,
melena.

• Untuk Diagnosa Keperawatan 4:


a. Kaji tingkat rasa sakit atau ketidak nyamanan,
catat kekuan pada kaki dan palpasi kaki yang tertekan, karena
derajat rasa sakit menunjukan tingkat gangguan sirkulasi, proses
inflamasi,tingkat hipoksia dan perkembangan edema pada saat
trombosis.
b. Pertahankan bed rest pada fase akut, sebab
kontraksi otot dan pergerakan dapat meningkatkan rasa sakit.
c. Tinggikan ekstremitas yang terkena, karena
dapat meningkatkan veous return ( arus balik darah ke jantung ) dan
menurunkan stasis vena, serta pembentukan edema
d. Berikan penyangga kaki pada kaki yang
terkena, sebab dapat menghindari tekanan langsung dari laken
tempat tidur yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman.
e. Anjurkan pasien untuk merubah posisi tidur
secara teratur dimana hal ini dapat menurunkan / mencegah
kelemahan pada otot dan meminimalkan spasme pada otot.
7

f. Monito tanda vital, dan cata peningkatan suhu


tubuh, karena peningkatan denyut jantung mengindikasikan
meningkatnya rasa sakit dan ketidaknyamanan. Peningkatan suhu
tubuh juga akan meningkatkan rasa ketidaknyamanan pada pasien.
g. Selidiki data laporkan bila terjadi rasa sakit
menusuk pada dada, hal ini terkait dengan adanya dyspnea,
takikardi yang merupakan tanda munculnya emboli sebagai
komplikasi dari deep venous thrombosis.

• Untuk Diagnosa Keperawatan 5


a. Jelaskan tentang patofisiologi, kondisi, tanda
dan gejala, serta komplikasi ( pulmonari emboli, chronic venous
insufisiency, venous stasis ulcer.
b. Jelaskan tujuan pembatasan aktivitas dan
perlunya kesimbangan antara aktivitas dan istirahat.
c. Tentukan program aktifitas yang tepat yang
harus dilakukan oleh pasien.
d. Jelaskan tentang cara mengatasi faktor resiko
terjadinya trombosis pada pasien seperti : pasien yang bekerja yang
memerlukan waktu duduk yang lama, sering menggunakan pakaian
yang ketat , penggunaan kontrasepsi oral, obesitas, istirahat yang
lama di tempat tidur, dehidrasi.
e. Diskusikan dengan pasien tujuan , dosis
pemberian anticoagulan dan penekanan pentingnya meminum obat
sesuai dengan program pengobatan.
f. Identifikasi, faktor-faktor pencegahan terjadinya
perdarahan seperti : penggunaan sikat gigi yang lembut, alat cukur
elektrik, alat tajam lainnya ( tusuk gigi ) berjalan dengan telanjang
kaki, menghembuskan hidung dengan keras.
g. Jelaskan pada pasien untuk menghindari
penggunaan obat-obat atau makanan yang dapat menurunkan
potrombin seperti : salisilat dan alkohol dapat menurunkan aktivitas
protrombine, sedangkan makakan yang banyak mengandung
vitamin K ( multivitamin, pisang, sayauran hijau akan meningkatkan
aktivitas protrombin.
h. Jelaskan pentingnya follow-up untuk
pengobatan dan pemeriksaan laboratorium.
i. Anjurkan pasien untuk menggunakan identitas
seperti : kartu atau gelang, untuk memudahkan bila terjadi keadaan
emergency dalam pemberian pertolongan pertama.
j. Anjurkan pasien untuk melakukan perawatan
yang teliti terhadap ekstremitas bawah.
8

EVALUASI
Setelah tindakan keperawatan diberikan pada pasien trombosis ,maka
hasil evaluasi yang diharapkan,sebagai berikut:
1. perfusi adekuat
2. rasa nyaman terpenuhi
3. komplikasi tidak terjadi
4. pengetahuan pasien meningkat tentang asuhan keperawatan
trombosis baik yang bersifat pencegahan maupun pengobatan yang
sedang dilakukan

C. PENUTUP
Trombosis merupakan pembentukan bekuan (clotting) pada darah atau
thrombus pada sistem vaskuler. Hal ini dapat terjadi pada pasien yang
berbaring lama /kronis, paska pembedahan , trauma, kehamilan, paska
persalinan, pasien yang mempunyai riwayat penyakit jantung , pasien
dengan riwayat penggunaan antikoagulan dan obesitas. Untuk ini maka perlu
tindakan keperawatan yang prosfesional dimulai dari pengkajian tentang
trombosis yang sedang terjadi, penentuan diagnosa dan penetapan
perencanaan/implementasi serta evaluasi yang adekuat . Tindakan tersebut
diatas bertujuan untuk mempertahankan perfusi adekuat, rasa nyaman
pasien adekuat, pengetahuan pasien meningkat serta komplikasi kearah
yang lebih fatal tidak terjadi.

You might also like