You are on page 1of 21

ATRESIA

ESOFAGUS
Dr. Rovels Agber Maywell Iroth Atresia Esofagus 2010

ATRESIA ESOFAGUS

PENDAHULUAN

Atresia esofagus merupakan suatu kelainan kongenital dimana esofagus tidak

terbentuk secara sempurna. Pada kebanyakan kasus, kelainan ini disertai dengan

terbentuknya hubungan antara esofagus dengan trakea yang disebut fistula

trakeoesophageal (Tracheoesophageal Fistula/TEF). Prematuritas merupakan hal

umum dan lebih dari 50% penderita disertai dengan berbagai kelainan lain seperti

penyakit jantung kongenital, kelainan traktus urinarius dan kelainan traktus

gastrointestinal. Atresia esofagus ataupun fistula trakeoesofageal ditangani dengan

tindakan bedah. Diagnosis ini harus diperhatikan pada setiap neonatus yang

mengeluarkan banyak mukus dan saliva, dengan atau tanpa tanda-tanda gangguan

pernapasan.(1)

DEFINISI

Atresia esofagus adalah sekelompok kelainan kongenital yang mencakup gangguan

kontinuitas esofagus disertai atau tanpa adanya hubungan dengan trakea.(2)

SEJARAH

Pertama sekali kasus atresia esofagus yang didokumentasikan ialah pada suatu

dokumen post-mortem oleh Thomas Gibson (1967) yang berisi "About November

1696, I was sent for to an infant that would not swallow. The child seemed very

desirous of food, and took what was offered it in a spoon with greediness; but when

it went to swallow it, it was liked to be choked, and what should have gone down

1
Dr. Rovels Agber Maywell Iroth Atresia Esofagus 2010

returned by the mouth and nose, and it fell into a struggling convulsive sort of fit

upon it."(1)

Dokumentasi berikutnya ialah sekitar 150 tahun yang lalu oleh Thomas Hill (1840)

yang “dipanggil pada malam hari untuk mengunjungi rumah keluarga Dr.Webster”.

Seorang bayi yang baru lahir tidak dapat menelan, tetapi justru tiba-tiba kejang dan

minuman yang diberikan keluar kembali melalui mulut dan hidung, bercampur

dengan lendir berdarah. Dia menyarankan untuk mencoba menstimulasi rektum.

Akan tetapi didapati bahwa bayi tersebut tidak memiliki anus. Ini adalah dokumen

pertama yang berkaitan dengan kelainan lain yang menyertai atresia esofagus. (1)

Pada 1913, Richter mengajukan suatu proposal rencana operasi berisikan tindakan
(1)
ligasi dari fistula trakeoesofageal dan anastomosis dari kedua ujung esofagus.

Lanman (1936) pertama sekali melakukan extrapleural repair. Pasiennya hanya

bertahan selama 3 jam dan pada 1940 dia sudah melakukan 30 operasi kasus ini,

dimana semuanya meninggal. (1)

Cameron Haight pada 1941 berhasil melakukan perbaikan primer. Pasiennya ialah

seorang bayi perempuan berumur 12 hari yang ditransportasikan sejauh 500 mil ke

Ann Arbor, Michigan. Operasi dengan pendekatan extrapleural mencakup ligasi dari

fistula trakeoesofageal dan anastomosis kedua ujung esofagus. Anak tersebut

bertahan hidup walaupun mengalami kendala kebocoran anastomosis dan striktur (1).

Sesudah itu, terjadi peningkatan luar biasa dari tingkat kelangsungan hidup.

Waterston (1950) melaporkan tingkat kelangsungan hidup 57,6% dari 113 Bayi Baru

Lahir yang dirawat. (1)

2
Dr. Rovels Agber Maywell Iroth Atresia Esofagus 2010

Pada pertengahan 1980, tingkat kematian turun sampai dibawah 15% dengan

tingkat keberhasilan dilaporkan dari beberapa daerah mencapai 90%. (1)

EPIDEMIOLOGI

Insidensi atresia esofagus terjadi pada sekitar 1 dari 2500-3000 kelahiran. Kelainan

ini tidak diturunkan, walaupun terdapat kaitan dengan abnormalitas kromosomal.

Tidak lebih dari 1% kasus dimana terdapat riwayat orang tua dengan kelainan yang

sama. Atresia esofagus terjadi 2 sampai 3 kali lebih sering pada anak kembar,

sementara tidak lebih dari 1% kasus dimana saudara penderita mengalami atresia

esofagus. (1)

ETIOLOGI

Etiologi atresia esofagus merupakan multifaktorial dan masih belum diketahui

dengan jelas.(2)

EMBRIOLOGI

Mekanisme yang mendasari malformasi trakeoesofageal masih belum jelas. Secara

umum diketahui bahwa primordium saluran pernapasan merupakan evaginasi

ventral dari foregut post faringeal pada awal minggu ke-4 dari kehamilan dan bakal

tumbuh dari paru-paru terdapat kaudal dari evaginasi ini. Selama periode

pertumbuhan yang cepat, trakea di ventral akan terpisah dengan esofagus di dorsal.

Satu teori mengatakan bahwa trakea terpisah akibat pertumbuhan longitudinal yang

cepat dari primordium menjauh dari foregut. Teori lain mengatakan trakea sejak awal

memang tumbuh terpisah dari foregut dan kemudian menjadi struktur yang terpisah

sebagai hasil dari suatu proses pemisahan. Proses ini dikaitkan dengan suatu gen

kunci yang disebut gen Sonic Hedgehog (Shh), dimana ekspresi dari sinyal

3
Dr. Rovels Agber Maywell Iroth Atresia Esofagus 2010

pertumbuhan dari gen ini penting dalam perkembangan foregut dan pemisahan dari

trakeoesofageal. Epitel foregut yang berpisah ditandai dengan meningkatnya jumlah

sel yang mengalami proses kematian sel. Kebanyakan studi menunjukkan bahwa

defek primer yang terjadi ialah tidak terpisahnya foregut sebagai akibat dari

kegagalan pertumbuhan trakea ataupun kegagalan dari trakea itu sendiri untuk

memisahkan diri dari esofagus.

Terdapat sekumpulan defek kongenital yang didapati pada lebih dari 50% kasus

atresia esofagus, antara lain(1,2,3,4,5):

 Sindroma VACTERL (Vertebral defect, Anorectal Malformation,

Cardiovascular defect, Tracheoesophageal defect, Renal anomalies and Limb

deformity):

 Vertebral defects – Hemivertebra, skoliosis, deformitas iga.

 Anorectal malformations – Imperforasi anus.

 Cardiovascular defects – Ventricular septal defect, tetralogy of Fallot,

patent ductus arteriosus, atrial septal defects, atrioventricular canal

defects, aortic coarctation, right-sided aortic arch, single umbilical

artery

 Tracheoesophageal defects – Esophageal atresia

 Renal anomalies – Renal agenesis including Potter syndrome, bilateral

renal agenesis or dysplasia, horseshoe kidney, polycystic kidneys,

urethral atresia, ureteral malformations.

 Limb deformities – Radial dysplasia, absent radius, radial-ray

deformities, syndactyly, polydactyly, lower-limb tibial deformities.

4
Dr. Rovels Agber Maywell Iroth Atresia Esofagus 2010

 CHARGE, mencakup:

 Coloboma

 Heart defects

 Atresia Choanae

 Developmental retardation

 Genital hypoplasia

 Ear deformities

 Kromosom abnormal

 Trisomy 13, 18 dan 21

 Kelainan lainnya

 Digeorge syndrome

 Neurologic defects – Neural tube defects, hydrocephalus, tethered

cord, holoprosencephaly

 GI defects – Duodenal atresia, ileal atresia, hypertrophic pyloric

stenosis, omphalocele, malrotation, Meckel diverticulum

 Pulmonary defects – Unilateral pulmonary agenesis, diaphragmatic

hernia

 Genitalia defects – Undescended testicles, ambiguous genitalia,

hypospadias

Secara keseluruhan kelainan-kelainan ini terdapat pada lebih dari 50% kasus.

Kelainan kardiovaskular mencakup 35% kasus, kelainan genitourinaria mencakup

20% kasus dan kelainan gastrointestinal mencakup 20% kasus.(3)

5
Dr. Rovels Agber Maywell Iroth Atresia Esofagus 2010

KLASIFIKASI

Atresia esofagus disertai dengan fistula trakeoesofageal distal adalah tipe yang

paling sering terjadi. Variasi anatomi dari atresia esofagus menggunakan sistem

klasifikasi Gross of Boston yang sudah populer digunakan. Sistem ini berisi antara

lain:(1)

 Tipe A – Atresia esofagus tanpa fistula; Atresia esofagus murni (10%)

 Tipe B – Atresia esofagus dengan TEF proximal (<1%)

 Tipe C – Atresia esofagus dengan TEF distal (85%)

 Tipe D – Atresia esofagus dengan TEF proximal dan distal (<1%)

 Tipe E – TEF tanpa atresia esofagus; Fistula tipe H (4%)

 Tipe F – Stenosis esofagus kongenital tanpa atresia (<1%) – Tidak

dibicarakan.

6
Dr. Rovels Agber Maywell Iroth Atresia Esofagus 2010

Tipe C (85%) merupakan tipe yang paling umum dan sering ditemukan, dimana

proximal dari esofagus berdilatasi dan dinding muskularnya menebal, ujungnya

terletak di superior mediastinum kira-kira setinggi vertebra thorakal 3 atau 4.

Esofagus bagian distal yang lebih tipis dan sempit masuk ke dinding posterior dari

trakea pada carina atau lebih sering 1 cm atau 2 cm lebih proximal.

Tipe A (10%) didapati proximal dan distal esofagus berakhir tanpa adanya hubungan

dengan trakea. Segmen proximal esofagus dilatasi dan dindingnya menebal,

biasanya ujungnya terletak di posterior mediastinum setinggi vertebra thorakal 2.

Esofagus distal pendek dan berakhir pada jarak yang berbeda-beda diatas

diafragma.

Tipe E disebut juga fistel H atau N sesuai dengan gambarannya, didapati adanya

fistula antara esofagus dengan trakea. Fistula biasanya sangat sempit sekitar 3-5

mm lebarnya dan biasanya terletak setinggi daerah servikal bawah. Biasanya hanya

ada satu fistula, tetapi dua atau lebih fistula bisa dijumpai.

Tipe B (<1%) didapati adanya fistel trakeoesofagus, bukan pada ujung kantong

esofagus yang dilatasi, tetapi kira-kira 1-2 cm diatas dinding anterior esofagus.

Tipe D (<1%) didapati adanya fistel pada kedua ujung proximal dan distal esofagus.

PATOFISIOLOGI

Motilitas dari esofagus selalu dipengaruhi pada atresia esofagus. Gangguan

peristaltik esofagus biasanya paling sering dialami pada bagian esofagus distal.(2)

Janin dengan atresia tidak dapat dengan efektif menelan cairan amnion. Sedangkan

pada atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal distal, cairan amnion masuk

7
Dr. Rovels Agber Maywell Iroth Atresia Esofagus 2010

melalui trakea ke dalam usus. Polihidramnion bisa terjadi akibat perubahan dari

sirkulasi amnion pada janin.(3)

Neonatus dengan atresia tidak dapat menelan dan akan mengeluarkan banyak

sekali air liur atau saliva. Aspirasi dari saliva atau air susu dapat menyebabkan

aspirasi pneumonia. Pada atresia dengan distal TEF, sekresi dari gaster dapat

masuk ke paru-paru dan sebaliknya, udara juga dapat bebas masuk ke dalam

saluran pencernaan saat bayi menangis ataupun mendapat ventilasi bantuan.

Keadaan-keadaan ini bisa menyebabkan perforasi akut gaster yang fatal. Diketahui

bahwa bagian esofagus distal tidak menghasilkan peristaltik dan ini menyebabkan

disfagia setelah perbaikan esofagus dan dapat menimbukan reflux

gastroesofageal.(3)

Trakea juga dipengaruhi akibat gangguan terbentuknya atresia esofagus. Trakea

abnormal, terdiri dari berkurangnya tulang rawan trakea dan bertambahnya ukuran

otot transversal pada posterior trakea. Dinding trakea lemah sehingga mengganggu

kemampuan bayi untuk batuk yang akan mengarah pada munculnya pneumonia

yang bisa berulang-ulang. Trakea juga dapat kolaps bila diberikan makanan ataupun

air susu dan ini akan menyebabkan pernapasan yang tidak efektif, hipoksia atau

bahkan bisa menjadi apnoe.(3)

DIAGNOSIS

Antenatal

Atresia esofagus dapat dicurigai pada USG bila didapati polihidramnion pada ibu,

abdomen yang kecil pada janin, dan pembesaran ujung esofagus bagian atas.

8
Dr. Rovels Agber Maywell Iroth Atresia Esofagus 2010

Dugaan juga semakin jelas bila didapati kelainan-kelainan lain yang berkaitan

dengan atresia esofagus.(1)

Diagnosis Klinis

Bayi dengan sekresi air liur dan ingus yang sering dan banyak harus diasumsikan

menderita atresia esofagus sampai terbukti tidak ada. Diagnosis dibuat dengan

memasukkan kateter/NGT ke dalam mulut, berakhir pada sekitar 10 cm dari pangkal

gusi. Kegagalan untuk memasukkan kateter ke lambung menandakan adanya

atresia esofagus. Ukuran kateter yang lebih kecil bisa melilit di kantong proximal

sehingga bisa membuat kesalahan diagnosis adanya kontinuitas esofagus.

Radiografi dapat membuktikan kepastian bahwa selang tidak mencapai lambung.

Selang tidak boleh dimasukkan dari hidung karena dapat merusak saluran napas

atas. Dalam kedokteran modern, diagnosis dengan menunggu bayi tersedak atau

batuk pada pemberian makan pertama sekali, tidak disetujui lagi.(1)

Diagnosis Anatomis

Tindakan penanganan tergantung dari variasi anatomi. Penting untuk mengetahui

apakah ada fistula pada satu atau kedua segmen esofagus. Juga penting untuk

mengetahui jarak antara kedua ujung esofagus.(1,2,3)

Bila tidak ada fistula distal, pada foto thorax dengan selang yang dimasukkan

melalui mulut akan menunjukkan segmen atas esofagus berakhir diatas

mediastinum. Dari posisi lateral dapat dilihat adanya fistula dan udara di esofagus

distal. Dari percabangan trakea bisa dilihat letak dari fistula. (1,2,3)

9
Dr. Rovels Agber Maywell Iroth Atresia Esofagus 2010

Atresia Esofagus tanpa fistula.


Pandangan depan dada dan
abdomen, tampak kateter pada
kantong esofagus proximal.
Perhatikan ketiadaan udara pada
lambung.

Tidak adanya udara atau gas pada abdomen menunjukkan adanya suatu atresia

tanpa disertai fistula atau atresia dengan fistula trakeoesofageal proximal saja. Jika

didapati ujung kantong esofagus proximal, bisa diasumsikan bahwa ini adalah

atresia esofagus tanpa fistula. Adanya udara atau gas pada lambung dan usus

menunjukkan adanya fistula trakeoesofageal distal. (1,2,3)

10
Dr. Rovels Agber Maywell Iroth Atresia Esofagus 2010

Gam bar disamping


memperlihatkan atresia
esofagus dengan fistula
trakeoesofageal distal.
Perhatikan selang kateter
yang berakhir di esofagus
proximal dan udara pada
lambung.

Pada bayi dengan H-Fistula (Gross tipe E) agak berbeda karena esofagus utuh.

Anak dapat menelan, tetapi dapat tersedak dan batuk saat makan. Bila udara keluar

dari fistula dan masuk ke saluran pencernaan akan menimbulkan distensi abdomen.

Selain itu, aspirasi makanan yang berulang akan menyebabkan infeksi saluran

pernapasan. Diagnosis dapat diketahui dengan endoskopi atau penggunaaan

kontras. (1,2,3)

11
Dr. Rovels Agber Maywell Iroth Atresia Esofagus 2010

H-Fistula (Gross Tipe E). Barium


esofagogram menunjukkan
fistel dari anterior esofagus
menuju trakea secara
anteriosuperor.

Pemeriksaan Laboratorium

 Darah Rutin

Terutama untuk mengetahui apabila terjadi suatu infeksi pada saluran

pernapasan akibat aspirasi makanan ataupun cairan. (3)

 Elektrolit

Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai. (3)

 Analisa Gas Darah Arteri

12
Dr. Rovels Agber Maywell Iroth Atresia Esofagus 2010

Untuk mengetahui apabila ada gangguan respiratorik terutama pada bayi.

 BUM dan Serum Creatinin

Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai. (3)

 Kadar Gula Darah

Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai. (3)

Pemeriksaan lainnya

 USG : Prenatal, ginjal(3)

 X-Ray : Thorax, extremitas (3)

 Echocardiography(3)

PENATALAKSANAAN

Tindakan sebelum operasi

Atresia esofagus ditangani dengan tindakan bedah. Persiapan operasi untuk bayi

baru lahir mulai umur satu hari antara lain(2):

 Cairan intravena mengandung glukosa untuk kebutuhan nutrisi bayi.

 Pemberian antibiotik broad-spectrum secara intravena.

 Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan menggunakan inkubator, supine

dengan posisi fowler, kepala diangkat sekitar 45°.

 NGT dimasukkan secara oral dan dilakukan suction rutin.

 Monitor vital signs.

Pada bayi prematur dengan kesulitan bernapas, diperlukan perhatian khusus. Jelas

diperlukan pemasangan endotracheal tube dan ventilator mekanik. Sebagai

tambahan, ada resiko terjadinya distensi berlebihan ataupun ruptur lambung apabila

13
Dr. Rovels Agber Maywell Iroth Atresia Esofagus 2010

udara respirasi masuk ke dalam lambung melalui fistula karena adanya resistensi

pulmonar. Keadaan ini dapat diminimalisasi dengan memasukkan ujung

endotracheal tube sampai ke pintu masuk fistula dan dengan memberikan ventilasi

dengan tekanan rendah.(2)

Echocardiography atau pemeriksaan EKG pada bayi dengan atresia esofagus

penting untuk dilakukan agar segera dapat mengetahui apabila terdapat adanya
(2)
kelainan kardiovaskular yang memerlukan penanganan segera.

Tindakan selama operasi

Pada umumnya, operasi perbaikan atresia esofagus tidak dianggap sebagai hal

yang darurat. Tetapi satu pengecualian ialah bila bayi prematur dengan gangguan

respiratorik yang memerlukan dukungan ventilatorik. Udara pernapasan yang keluar

melalui distal fistula akan menimbulkan distensi lambung yang akan mengganggu

fungsi pernapasan. Distensi lambung yang terus menerus kemudian bisa

menyebabkan ruptur dari lambung sehingga mengakibatkan tension

pneumoperitoneum yang akan lebih lagi memperberat fungsi pernapasan.(2)

Pada keadaaan diatas, maka tindakan pilihan yang dianjurkan ialah dengan

melakukan ligasi terhadap fistula trakeoesofageal dan menunda tindakan

thoracotomy sampai masalah gangguan respiratorik pada bayi benar-benar teratasi.

Targetnya ialah operasi dilakukan 8-10 hari kemudian untuk memisahkan fistula dan

memperbaiki esofagus.(2)

Pada prinsipnya tindakan operasi dilakukan untuk memperbaiki abnormalitas

anatomi. Tindakan operasi dari atresia esofagus mencakup(1,2,3,4,5):

14
Dr. Rovels Agber Maywell Iroth Atresia Esofagus 2010

 Operasi dilaksanakan dalam general endotracheal anesthesia dengan

akses vaskular yang baik dan menggunakan ventilator dengan tekanan

yang cukup sehingga tidak menyebabkan distensi lambung.

 Bronkoskopi pre-operatif berguna untuk mengidentifikasi dan

mengetahui lokasi fistula.

 Posisi bayi ditidurkan pada sisi kiri dengan tangan kanan diangkat di

depan dada untuk dilaksanakan right posterolateral thoracotomy. Pada

H-Fistula, operasi dilakukan melalui leher karena hanya memisahkan

fistula tanpa memperbaiki esofagus.

 Operasi dilaksanakan thoracotomy, dimana fistula ditutup dengan cara

diikat dan dijahit kemudian dibuat anastomosis esofageal antara kedua

ujung proximal dan distal dari esofagus.

 Pada atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal, hampir selalu

jarak antara esofagus proximal dan distal dapat disambung langsung.

Ini disebut dengan primary repair, yaitu apabila jarak kedua ujung

esofagus dibawah 2 ruas vertebra. Bila jaraknya 3-6 ruas vertebra,

dilakukan delayed primary repair. Operasi ditunda selama paling lama

12 minggu, sambil dilakukan suction rutin dan pemberian makanan

melalui gastrostomy, maka jarak kedua ujung esofagus akan

menyempit kemudian dilakukan primary repair. Apabila jarak kedua

ujung esofagus lebih dari 6 ruas vertebra, maka dicoba dilakukan

tindakan diatas, apabila tidak bisa juga maka esofagus disambung

dengan menggunakan sebagian kolon.

15
Dr. Rovels Agber Maywell Iroth Atresia Esofagus 2010

Anastomosis esofageal.
Jahitan dilakukan di
seluruh dinding esofagus
(A). Penting untuk
memastikan bahwa
lapisan mukosa ikut
terjahit (B). Kateter
digunakan sebagai rangka
anastomosis
menghubungkan kedua
ujung esofagus (C).
Anastomosis kedua ujung
esofagus dengan jahitan
benang 5-0 absorbable
selesai dilakukan (D).

Tindakan setelah operasi

Pasca operasi pasien diventilasi selama 5 hari. Suction harus dilakukan secara rutin.

Selang kateter untuk suction harus ditandai agar tidak masuk terlalu dalam dan

mengenai bekas operasi tempat anastomosis agar tidak menimbulkan kerusakan.

Setelah hari ke-3 bisa dimasukkan NGT untuk pemberian makanan.(2)

16
Dr. Rovels Agber Maywell Iroth Atresia Esofagus 2010

Gambaran operasi
perbaikan dari Atresia
esofagus dengan Fistula
trakeoesofageal distal.

KOMPLIKASI

Komplikasi dini, mencakup(1,2,3):

 Kebocoran anastomosis

Terjadi 15-20% dari kasus. Penanganan dengan cara dilakukan thoracostomy

sambil suction terus-menerus dan menunggu penyembuhan dan penutupan

anastomosis secara spontan, atau dengan melakukan tindakan bedah darurat

untuk menutup kebocoran.

 Striktur anastomosis

Terjadi pada 30-40% kasus. Penanganannya ialah dengan melebarkan

striktur yang ada secara endoskopi.

 Fistula rekuren

terjadi pada 5-14% kasus.

17
Dr. Rovels Agber Maywell Iroth Atresia Esofagus 2010

Komplikasi lanjut, mencakup(1,2,3):

 Reflux Gastroesofageal

Terjadi pada 40% kasus. Penanganan mencakup medikamentosa dan

fundoplication, yaitu tindakan bedah dimana bagian atas lambung dibungkus

ke sekitar bagian bawah esofagus.

 Trakeomalasia

Terjadi pada 10% kasus. Penanganannya ialah dengan melakukan

manipulasi terhadap aorta untuk memberikan ruangan bagi trakea agar dapat

mengembang.

 Dismotility Esofagus.

terjadi akibat kontraksi esofagus yang terganggu. Pasien disarankan untuk

makan diselingin dengan minum.

PROGNOSIS

 Prognosis bergantung pada jenis kelainan anatomi dari atresia dan adanya

komplikasi.(1,2,3)

 Saat ini tingkat keberhasilan operasi atresia esofagus mencapai 90%

 Adanya defek kardiovaskular dan berat badan lahir rendah mempengaruhi

ketahanan hidup(3)

 Berdasarkan klasifikasi Spitz untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup

berdasarkan berat badan lahir dan kelainan kardiovaskular, yaitu(1,2,3)

1. Grup I – Berat Badan Lahir >1500 gram TANPA kelainan

kardiovaskular, tingkat mortalitas 3%.

2. Grup II – Berat Badan Lahir <1500 gram ATAU terdapatnya kelainan

kardiovaskular mayor, tingkat mortalitas 41%

18
Dr. Rovels Agber Maywell Iroth Atresia Esofagus 2010

3. Grup III – Berat Badan lahir <1500 gram DENGAN terdapatnya

kelainan kardiovaskular mayor, tingkat mortalitas 78%

Kelainan kardiovaskular mayor disini maksudnya ialah kelainan-kelainan

kardiovaskular kongenital yang memerlukan tindakan bedah segera agar

tidak terjadi gagal jantung.

 Kematian dini biasanya disebabkan kelainan kardiovaskular dan abnormalitas

kromosom.(3)

 Kematian lanjut biasanya akibat gangguan pernapasan. (3)

19
Dr. Rovels Agber Maywell Iroth Atresia Esofagus 2010

DAFTAR PUSTAKA

1. Oldham Keith T, Colombani Paul M, Foglia Robert P, Skinner Michael A,

Principle and Practice of Pediatric Surgery Volume 2, Chapter 65 :

Esophageal Atresia and Tracheoesophageal Fistula, Lippincott Williams &

Wilkins: 2005.

2. Spitz Lewiz, Orphanet Journal of Rare Disease, Oesophageal Atresia,

BioMed Central: 2007.

Available at: http://www.ojrd.com/content/2/1/24

3. Oesophageal Atresia With or Without Tracheoesophageal Fistula

Available at: http://emedicine.medscape.com/article/935858-print

4. Oesophageal Atresia

Available at: http://www.patient.co.uk/printer.asp?doc=40000402

5. Esophageal Atresia/Tracheoesophageal Fistula

Available at: http://emedicine.medscape.com/article/414368-print

6. Esophageal Atresia

Available at: http://en.wikipedia.org/wiki/Esophageal_atresia

20

You might also like