Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
NOFIAN ARFIAN DINATA
NPM: 07.01.0693
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayahnyalah kami dapat menyelesaiakan makalah ini tentang GANGGUAN PSIKOSOSIAL
PADA LANSIA sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik. Kami berharap
semoga makalah yang kami buat ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
Kami menyadari betul bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itulah kami mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II PEMBAHASAN
I. Aspek Psikososial
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
2. Penyebab
3. Faktor Predisposisi
4. Faktor Prespitasi
5. Tanda dan Gejala
6. Rentang Respon
7. Karakteristik Prilaku
B. Permasalahan
1. Permasalahan Umum
2. Permasalahan Khusus
II. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
B. Intervensi
C. Diagnosa
D. Evaluasi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik,
psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus
pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas
pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu
ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis,
sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain. Menurut Setiawan (1973), timbulnya perhatian pada
orang-orang usia lanjut dikarenakan adanya sifat-sifat atau faktor-faktor khusus yang
mempengaruhi kehidupan pada usia lanjut.
Lansia merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu yang berumur
panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek biologis, tetapi juga psikologis dan sosial. Menurut
Laksamana (1983:77), perubahan yang terjadi pada lansia dapat disebut sebagai perubahan
`senesens` dan perubahan ’senilitas’. Perubahan `senesens’ adalah perubahan-perubahan normal
dan fisiologik akibat usia lanjut. Perubalian ’senilitas’ adalah perubahan¬-perubahan patologik
permanent dan disertai dengan makin memburuknya kondisi badan pada usia lanjut. Sementara
itu, perubahan yang dihadapi lansia pada amumnya adalah pada bidang klinik, kesehatan jiwa
dan problema bidang sosio ekonomi. Oleh karma itu lansia adalah kelompok dengan resiko
tinggi terhadap problema fisik dan mental.
Proses menua pada manusia merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan.
Seinakin baik pelayanan kesehatan sebuah bangsa makin tinggi pula harapan hidup
masyarakatnya dan padan gilirannya makin tinggi pula jumlah penduduknya yang berusia lanjut.
Demikian pula di Indonesia. Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lansia
sangat perlu ditekankan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik, psikologis, spiritual dan
sosial. Hal tersebut karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan
kesehatan pada lansia yang membutuhkan suatu pelayanan yang komprehensif.
Usia lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja, tapi
juga permasalahan gangguan mental dalam menghadapi usia senja. Lansia sebagai tahap akhir
dari siklus kehidupan manusia, sering diwarnai dengan kondisi hidup yang tidak sesuai dengan
harapan. Banyak faktor yang menyebabkan seorang mengalami gangguan mental seperti menarik
diri.
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-
faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua
mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat
mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:
o Penurunan kondisi fisik
o Penurunan fungsi dan potensi seksual
o Perubahan aspek psikososial
o Perubahan yang berkaitan dengan pekcrjaan
o Perubahan dalam peran sosial di masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
2. Penyebab
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, yang ditandai dengan adanya
perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan
sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang, dan juga dapat mencederai diri
(Carpenito,L.J,1998:352)
3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan
keinginan dan merasa tertekan. Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam
perasaan yang parah. Teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor penyebab yang mungkin
bekerja sendiri atau dalam kombinasi.
A. Pengkajian
o Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal MRS ,
informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
o Orang-orang terdekat
Status perkawinan, kebiasaan pasien di dalam tugas-tugas keluarga dan fungsi-fungsinya,
pengaruh orang terdekat, proses interaksi dalam keluarga.
o Kultural
Latar belakang etnis, tingkah laku mengusahakan kesehatan (sistem
rujukan penyakit), nilai-nilai yang berhubungan dengan kesehatan dan
keperawatan, faktor-faktor kultural yang dihubungkan dengan penyakit
secara umum dan respons terhadap rasa sakit, kepercayaan mengenai
perawatan dan pengobatan.
o Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau
tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan
kegiatan sehari – hari , dependen.
o Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan /frustasi berulang,
tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba
misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami ,putus sekolah ,PHK, perasaan malu
karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan ,dituduh KKN, dipenjara tiba – tiba)
perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.
o Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhafisik yang dialami oleh klien.
a) Aspek Psikososial
1. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2. Konsep diri
Citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima
perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan
tubuh , persepsi negatip tentang tubuh. Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang ,
mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan
tidak mampu mengambil keputusan
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit ,
proses menua , putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan
hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri.
3. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga sosialdengan orang lain
terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
4. kenyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)
o Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat
memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan denga
orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
o Kebutuhan persiapan pulang.
1. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
2. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan
membersihkan WC, membersikan dan merapikan pakaian.
3. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat
rapi
4. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat
beraktivitas didalam dan diluar rumah
5. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan
benar.
o Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakan nya pada orang orang lain ( lebih sering
menggunakan koping menarik diri)
o Aspek Medik
i.Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy
farmakologi ECT, Psikomotor,therapy
okopasional, TAK , dan rehabilitas.
ii.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau
penilaian pola respons baik aktual maupun
potensial (Stuart and Sundeen, 1995)
Masalah keperawatan yang sering muncul yang
dapat disimpulkan dari pengkajian adalah
sebagai berikut :
• Isolasi sosial : menarik diri
• Gangguan konsep diri: harga diri rendah
• Resiko perubahan sensori persepsi
• Koping individu yang efektif sampai dengan
ketergantungan pada orang lain
• Gangguan komunikasi verbal, kurang
komunikasi verbal.
• Intoleransi aktifitas.
• Kekerasan resiko tinggi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah berhubungan dengan
merasakan/mengantisipasi kegagalan pada
peristiwa-peristiwa kehidupan.
2. Koping individu tidak efektif berhubungan
dengan ketidakseimbangan sistem saraf;
kehilangan memori; ketidakseimbangan
tingkah laku adaptif dan kemampuan
memecahkan masalah.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis
situasional/maturasional.
4. Ketidakpatuhan berhubungan dengan sistem
penghargaan pasien; keyakinan
kesehatan,nilai spiritual, pengaruh kultural.
C. Intervensi keperawatan
1. Intervensi Diagnosa 1:
a. Dorong pengungkapan perasaan, menerima apa yang dikatakannya.
Rasionalnya: membantu pasien/orang terdekat untuk memulai menerima perubahan dan
mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi/gaya hidup.
b. Bantu pasien dengan menjelaskan hal-hal yang diharapkan dan hal-hal tersebut mungkin
di perlukan untuk dilepaskan atau dirubah.
Rasionalnya: memberi kesempatan untuk mengidentifikasi kesalahan konsep dan mulai
melihat pilihan-pilihan; meningkatkan orientasi realita.
c. Berikan informasi dan penyerahan ke sumber-sumber komunitas.
Rasionalnya: memungkinkan pasien untuk berhubungan dengan grup yang diminati
dengan cara yang membantu dan perlengkapan pendukung, pelayanan dan konseling.
2. Intervensi Diagnosa 2:
a. Kaji munculnya kemampuan koping positif, misalnya penggunaan teknik
relaksasi keinginan untuk mengekspresikan perasaan.
Rasionalnya: jika individu memiliki kemampuan koping yang berhasil
dilakukan dimasa lampau, mungkin dapat digunakan sekarang untuk
mengatasi tegangan dan memelihara rasa kontrol individu.
b. Perbaiki kesalahan konsep yang mungkin dimiliki pasien
Rasionalnya: membantu mengidentifikasi dan membenarkan persepsi realita
dan memungkinkan dimulainya usaha pemecahan masalah.
3. Intervensi diagnosa 3:
a. Pahami rasa takut/ansietas
Rasionalnya: perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk terbuka sehingga dapat
mendiskusikan dan menghadapinya.
b. Kaji tingkat realita bahaya bagi pasien dan tingkat ansietas.
Rasionalnya: respon individu dapat bervariasi tergantung pada pola kultural yang
dipelajari. Persepsi yang menyimpang dari situasi mungkin dapat memperbesar perasaan.
c. Dorong pasien untuk berbicara mengenai apa yang terjadi saat ini dan apa yang telah
terjadi untuk mengantisipasi perasaan tidak tertolong dan ansietas.
Rasionalnya: menyediakan petunjuk untuk membantu pasien dalam mengembangkan
kemampuan koping dan memperbaiki ekuilibrium.
a. Intervensi diagnosa 4:
Tentukan kepercayaan kultural, spiritual dan kesehatan.
Rasionalnya: memberikan wawasan mengenai pemikiran/faktor-faktor yang
berhubungan dengan situasi individu. Kepercayaan akan meningkatkan
persepsi pasien tentang situasi dan partisipasi dalam regimen keperawatan.
b. Kaji sistem pendukung yang tersedia bagi pasien.
Rasionalnya: adanya keluarga/orang terdekat yang memperhatikan/peduli
dapat membantu pasien dalam proses penyembuhan.
D. Evaluasi
1. Pasien mampu mengidentifikasi adanya kekuatan dan pandangan diri
sebagai orang yang mampu mengatasi masalahnya.
2. Pasien mampu menunjukkan kewaspadaan dari koping
pribadi/kemampuan memecahkan maslah.
3. Pasien mampu melakukan relaksasi dan melaporkan berkurangnya
ansietas ke tingkat yang dapat diatasi.
4. Pasien dapat menunjukkan pengetahuan yang akurat akan penyakit
dan pemahaman regimen pengobatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menarik diri adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri pencapaian ideal diri /cita-cita /harapan langsung
menghasilkan perasaan berharga .Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan diri sendiri
maupun dari orang lain.Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan
diterima,dicintai,dihormati oleh orang lain,serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam
hidupnya.
B. Saran
1. Mengingat kondisi psikososial lansia yang tidak berbeda di antara lokasi pemukiman,
maka lansia dapat tinggal di mana saja asalkan tetap mendapatkan perhatian atau
dukungan, baik dari keluarga, masyarakat maupun pemerintah.
2. Dapat dibentuk wadah tempat lansia bersosialisasi bersama peer groupnya. Untuk
meningkatkan aktifitas fisik dan perilaku kesehatan, hendaknya difasilitasi dengan
memberi kesejahteraan berupa dukungan moril dan sprituil kepada kelompok lansia
berupa perbaikan ekonomi, kesehatan, transportasi, dan perumahan serta memberikan
gizi yang baik dan obat-obatan untuk mencegah terjadinya penyakit yang bisa
mempercepat proses penuaa.
3. Menghindari sikap menarik diri sebagai lansia.
4. Mengembangkan perspektif yang lebih jelas mengenai hidup lansia.
5. Menggantikan kepuasan-kepuasan yang hilang.
6. Mengembangkan hubungan yang bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Setiabudhi, Tony dan Hardywinoto. 2005. Panduan Gerontologi: Tinjauan dari Berbagai Aspek.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.