Professional Documents
Culture Documents
Akrilamida diketahui sebagai penyebab kanker pada hewan dan kemungkinan pada
manusia, dan pada dosis tertentu dapat meracuni sistem syaraf hewan maupun manusia.
Pada bulan April 2002, pertama kali dipublikasikan, bahwa para peneliti dari Otoritas
Pangan Nasional Swedia dan Universitas Stockholm melaporkan keberadaan akrilamida
pada beberapa makanan yang diolah dengan suhu tinggi, seperti kentang goreng dan
kentang panggang. Semenjak itu, akrilamida juga dilaporkan keberadaan pada makanan
yang dimasak dan diolah dengan suhu tinggi di negara Eropa lainnya dan Amerika
Serikat (Tabel 1).
Table 1. Acrylamide levels in different foods and food product groups from Norway, Sweden,
Switzerland, the United Kingdom and the United States of America
Proses Mikrobiologis
Selain penggunaan enzim secara langsung untuk menurunkan asparagin, penelitian juga
mengarah pada proses mikrobiologis untuk menurunkan kandungan asparagin di dalam
makanan. Ada dua jenis hasil penelitian yang dikemukakan dalam tulisan ini, yaitu
fermentasi yeast pada adonan roti dan penggunaan bakteri asam laktat pada kentang
untuk menurunkan kandungan akrilamida di dalam produk olahan.
Kandungan asparagin bebas di dalam tepung gandum mencapai 0,5 g/kg, bahkan
kandungan tertinggi terdapat pada germ gandum (4,9 g/kg). Kandungan asparagin pada
gandum tersebut akan berubah menjadi akrilamida selama proses baking. Proses
fermentasi adonan dengan yeast dapat menurunkan kandungan asparagin bebas di dalam
adonan. Secara umum, sebagian besar asparagin dimanfaatkan setelah 2 jam fermentasi
dengan yeast (Gambar 1). Setelah diketahui bahwa terjadi penurunan asparagin di dalam
adonan selama pengembangan dengan yeast, maka percobaan dilanjutkan dengan proses
baking dan mengamati penurunan akrilamida pada roti akibat lama fermentasi adonan.
Ternyata, semakin lama proses fermentasi maka roti yang dihasilkan mengandung
akrilamida yang semakin rendah. Pada fermentasi pengembangan adonan dalam waktu
yang lama, yaitu 180 menit pada suhu 33oC dan 180 menit pada suhu 39oC, dapat
menurunkan kandungan akrilamida di dalam roti sebesar 87%. Dengan demikian,
fermentasi adonan yang ekstensif dengan yeast merupakan satu cara yang dapat
dilakukan untuk menurunkan kandungan akrilamida di dalam roti.
Gambar 1. Kandungan asparagin bebas di dalam adonan selama proses fermentasi
(Fredriksson et al., 2004).
Adonan roti dibuat dengan tepung gandum halus (sifted wheat flour) dan tepung
gandum kasar (whole grain wheat flour), kemudian difermentasi menggunakan yeast
dengan waktu yang berbeda (waktu pendek/15-15 dan waktu panjang/180-180). Proses
fermentasi memperlihatkan penurunan kandungan asparagin di dalam adonan (Tabel 2).
Selanjutnya, adonan dipanggang dengan kondisi standar dan dianalisis kandungan
akrilamida di dalam roti yang dihasilkan. Ternyata, kandungan akrilamida di dalam roti
hasil dari fermentasi adonan lebih lama lebih rendah dibandingkan dengan fermentasi
dengan waktu pendek, yaitu berturut-turut 4 µg/kg dan 33 µg/kg. Hasil ini
memperlihatkan korelasi yang positif antara penurunan asparagin di dalam adonan dan
kandungan akrilamida di dalam roti yang dihasilkan. Kandungan akrilamida di dalam
crust roti lebih tinggi dibandingkan dengan bagian crumb roti. Lebih dari 94% akrilamida
di dalam roti terdapat pada crust roti. Dengan Proses mikrobiologis (fermentasi yeast),
kandungan akrilamida di dalam crust roti dapat diturunkan. Kandungan akrilamida di
dalam crust roti yang dihasilkan melalui proses fermentasi yeast adalah 180 µg/kg dan 24
µg/kg berturut-turut dengan lama fermentasi pendek dan panjang.
Table 2. Asparagine Content in Doughs Made from Sifted Wheat Flour and Wheat
or Rye Milling Fractions, Before and After Fermentation (6 hr)
Asparagine Content
a
Milling Fractions Before Fermentation After Fermentation
(g/kg, dmb) (g/kg, dmb) Reduction (%)
Wheat