Professional Documents
Culture Documents
Delirium
Penanganan Delirium
Dementia
Demensia yang dieimbulkan oleh HIV saat ini merupakan penyebab demensia
karena infeksi yang paling sering dan merupakan penyebab demensia paling sering
pada dewasa muda. Penyakit Creutzfeld-Jakob dan penyakit demensia yang
disebabkan oleh prion merupakan contoh penyebab demensia lain yang dapat
ditularkan. Infeksi nonviral biasanya lebih jarang muncul sebagai infeksi kronis
dibandingkan ensefalitis akut. Meningitis fungal kadangkala dapat muncul dengan
gejala demensia.
Diagnosis Diferensial
Gejala pertama demensia termasuk sering lupa, salah meletakkan barang, dan
kesulitan dalam menemukan kata. Seiring dengan proses penuaan terjadi, dan
membedakan penurunan kognitif karena usia tua dan demensia awal dapat
menyulitkan. Usaha telah dilakukan untuk menjelaskan perubahan kognitif yang
berhubungan dengan penuaan dan berbagai jenis kriteria telah menciptakan istilah
yang beragam, termasuk age-associated memory impairment (AAMI), age-related
cognitive change (ARCD), dan mild cognitive impairment (MCI). MCI dipergunakan
sebagai istilah kronis untuk menjelaskan transisi antara penuaan normal dan penyakit
alzheimer atau demensia lain. Kriteria MCI yang telah dipublikasikan mencakup
tidak adanya demensia dan terdapatnya keluhan gangguan memori sementara fungsi
kognitif umum dan aktivitas kehidupan sehari-hari tetap terjaga baik. Pemeriksaan
follow up dari individu dengan MCI mengindikasikan bahwa sebagian, tapi tidak
semua, mengalami demensia seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu,
sepertinya perubahan yang terjadi pada fungsi kognitif tidak dapat dihindari pada usia
tua, dan penyakit yang menimbulkan demensia pada tahap awal merupakan penyebab
yang menimbulkan penyakit tersebut, walaupun etiologi non demensia lain juga dapat
menyebab kan penurunan kognitif mengidentifikasi berbagai penyebab tersebut
masih sulit.
Diagnosis pada pasien dengan demensia dan depresi kadangkala dapat sulit.
Depresi dapat merupakan manifestasi awal dari penyakit Alzheimer. Pada depresi,
kehilangan memori biasanya menurun dan seiring dengan perburukan mood. Onset
masalah memori mungkin dapat lebih cepad daripada demensia dan sering bersifat
ringan, dan grafiknya cenderung melandai (tend to plateau). Hasil tes neuropsikologis
mungkin bersifat atipikal pada demensia.
Diagnosis diferensial pada demensia memerlukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik dan neurologis yang akurat. Riwayat tipikal pasien dengan penyakit Alzheimer
biasanya memiliki onset yang tidak disadari dan progresif lambat namun memiliki
sifat penurunan yang terus menerus pada individu yang tadinya sehat. Anamnesis
pasien dengan demensia vaskuler dapat memperlihatkan onset penyakit yang tiba-
tiba, riwayat stroke yang jelas, atau terdapatnya riwayat hipertensi atau penyakit
jantung. Riwayat alkoholisme seharusnya meningkatkan kecurigaan terhadap psikosis
Korsakoff.
CT scan dan MRI penting dalam mengidntifikasi tumor atau stroke sebagai
penyebab demensia. Atrofi, stroke, tumor otak, hematoma subdural, dan hidrosefalus
dapat didiagnosis dengan metode pencitraan otak terkini. Perubahan pada intensitas
substansia alba harus diinterpretasikan dengan hati-hati. Perubahan intensitas dapat
disebabkan oleh perubahan iskemik pembuluh darah kecil, penuaan normal, atau
dilatasi spatium Virchow-Robin yang ditimbulkan oleh penyakit Alzheimer.
Pencitraan otak fungsional dengan SPECT juga dapat membantu. Hipoperfusi
temporoparietal bilateral merupakan indikasi defisit metabolik, sugestif pada penyakit
Alzheimer atau penyakit Parkinson idiopatik dengan demensia. Hipometabolisme
frontal bilateral menandakan demensia frontotemporal, progressive supranuclear
palsy, atau depresi. Zona hipometabolik multipel di seluruh otek menandakan
demensia vaskuler atau demensia yang berhubungan dengan HIV. Functional
magnetic resonance imaging (fMRI) merupakan modalitas pencitraan fungsional
yang relatif baru namun belum disempurnakan untuk kegunaan diagnostik. EEG juga
berguna dalam mengidentifikasi dan membedakan penyakit Creutzfeld-Jakob, yang
memiliki tanda berupa lepasan (discharge) periodik dan juga perlambatan generalisata
(generalized slowing).
Item yang paling penting dan sensitif mungkin adalah orientasi waktu,
pengulangan serial, dan frase memori. Pemeriksaan mini-mental status exam
(MMSE) dilakukan sebagai standar pengukuran status kognitif untuk dipergunakan
untuk tujuan penelitian dan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan ini pendek, berlangsung
sekitar 10 menit, dan relatif mudah untuk dilakukan bahkan saat di samping tempat
tidur pasien (bedside exam). Skema penilaiannya digambarkan pada tabel 1.2, dan
skor maksimumnya adalah 30 poin. Skor yang kurang dari 24 dianggap konsisten
dengan demensia.