Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 6
Behaviour & Psychiatric Problems
Anggota:
Tutor:
dr. B.Y. Hadiman A.I.F
Neurotransmitter
Informasi yang dijalarkan di dalam sistem saraf pusat terutama dalam bentuk potensial aksi saraf yang
disebut impuls saraf. Impuls saraf ini akan melewati serangkaian neuron-neuron, dari satu neuron ke
neuron berikutnya.
Sinyal-sinyal saraf dijalarkan dari satu neuron ke neuron berikutnya melalui batas antar neuron
(interneuronal junctions) yang disebut sinaps. Terdapat 2 macam sinaps, yaitu sinaps kimia dan sinaps
listrik. Hampir semua sinaps yang dipakai untuk menjalarkan sinyal pada SSP manusia adalah sinaps
kimia. Pada sinaps kimia ini, neuron pertama akan menghasilkan atau mensekresikan bahan kimia yang
disebut neurotransmitter pada sinaps, dan bahan ini akan bekerja pada reseptor protein dalam
membran neuron berikutnya sehingga neuron tersebut dapat terangsang atau terhambat. Neuron
pertama yang menghasilkan neurotransmitter akan disebut sebagai neuron presinaps, dan neuron
berikutnya akan disebut sebagai neuron postsinaps.
Neurotransmitter adalah substansi kimia endogen yang dihasilkan oleh badan sel (mitokondria) dan
akan disalurkan ke ujung presinaps oleh mikrotubul yang terdapat pada sepanjang akson (neurit).
Neurotransmitter akan dibungkus dalam vesikel yang akan disebut transmitter vesicles / vesicles
synaptic pada ujung presinaps. Jika ada potensial aksi, maka terjadi depolarisasi membrane dan
transmitter vesicles akan mengeluarkan neurotransmitter ke dalam celah sinaps, dan selanjutnya akan
merangsang atau menghambat neuron postsinaps sesuai dengan reseptornya.
Mekanisme Pelepasan Neurotransmitter pada ujung presinaps:
Membran sel yang menutupi ujung presinaps yang disebut sebagai membrane presinaps, mengandung
banyak sekali voltage-gated calcium channels. Bila ada potensial aksi yang mendepolarisasi terminal,
maka sebagian besar ion kalsium akan mengalir masuk ke dalam ujung tadi melalui saluran kalsium
tersebut. Ion-ion ini akan berikatan dengan molekul protein pada permukaan sisi dalam membrane
presinaps. Hal ini akan menyebabkan transmitter vesicles akan berikatan dan menyatu pada membrane,
sehingga akhirnya akan terjadi proses eksositosis. Setelah itu, neurotransmitter akan dilepaskan ke celah
sinaps (synaptic cleft).
Membran neuron postsinaps mengandung banyak sekali protein reseptor. Reseptor ini memiliki dua
komponen penting, yaitu komponen pengikat dan komponen ionofor. Komponen pengikat menonjol
keluar dari membrane dan masuk ke dalam celah sinaps. Komponen inilah yang akan berikatan dengan
neurotransmitter yang berasal dari ujung presinaps.
Komponen ionofor merupakan salah satu dari kedua hal ini: saluran ion atau activator second
messenger. Saluran ion memungkinkan berjalannya ion jenis khusus untuk melewati saluran, sedangkan
activator second messenger bukan berupa saluran ion melainkan penonjolan ke dalam sitoplasma sel
dan mengaktivasi satu atau lebih bahan di bagian dalam neuron postsinaps yang akan mengubah fungsi
selular yang khas.
Efek Neurotransmitter dapat bersifat inhibisi maupun eksitasi, bergantung pada saluran ion yang
terbuka. Saluran ion pada postsinaps terdiri attas dua jenis, yaitu saluran kation dan saluran anion.
Saluran kation terutama akan memungkinkan ion natrium lewat, juga ion kalium atau kalsium. Saluran
anion terutama memungkinkan ion klorida untuk lewat dan juga sedikit anion yang lain.
Neurotransmitter dapat bersifat eksitasi apabila saluran natrium yang terbuka sehingga terjadi
pelepasan listrik bermuatan positif dalam jumlah besar ke bagian anterior dari postsinaps dan terjadi
penekanan hantaran melalui saluran klorida sehingga menurunkan difusi ion klorida ke bagian dalam
dan mnurunkan difusi ion bermuatan positif ke bagian luar. Kedua hal ini akan meningkatkan potensial
membrane kearah positif menuju nilai rangsang untuk menyebabkan eksitasi. Pada neuron postsinaps
yang tereksitasi akan terjadi berbagai perubahan metabolism internal untuk merangsang aktivitas sel,
meningkatkan jumlah reseptor membrane eksitasi atau menurunkan jumlah reseptor membrane
inhibisi.
Neurotransmitter dapat bersifat inhibisi jika saluran ion klorida akan terbuka sehingga memungkinkan
ion klorida bermuatan negative untuk berdifusi secara cepat dari bagian luar ke bagian dalam dan
meningkatkan hantaran ion kalium melalui reseptor sehingga ion kalium bermuatan positif akan
berdifusi ke bagian eksterior. Muatan pada neuron postsinaps akan bersifat negative sehingga akan
terjadi inhibisi. Pada neuron postsinaps yang terinhibisi akan terjadi aktivasi enzim reseptor yang
menhambat fungsi metabolic selular atau yang meningkatkan jumlah respetor sinaps inhibisi atau
menurunkan jumlah reseptor eksitasi.
Banyak fungsi sistem saraf (sebagai contoh: proses memori), memerlukan perubahan cukup lama dalam
neuron selama beberapa detik sampai bulan setelah substansi neurotransmitter menghilang. Saluran ion
tidak sesuai untuk hal ini akan saluran ion akan tertutup dalam waktu milidetik, tetapi hal ini dapat
dilakukan dengan mengaktifkan second messenger.
Neurotransmitter akan mengaktivasi reseptor protein membrane. Protein-G dilekatkan pada bagian
protein reseptor yang menonjol ke bagian inferior sel. Protein-G terdiri dari 3 komponen: komponen alfa
yang merupakan activator sebagian protein-G dan komponen beta serta gamma yang melekatkan
protein-G ke bagian dalam membrane sel yang berdekatan dengan reseptor protein. Pada proses
aktivasi oleh impuls saraf, bagian alfa protein-G memisahkan diri dan kemudian bebas bergerak dalam
sitoplasma.
Di dalam sitoplasma, komponen alfa terpisah membentuk satu atau lebih fungsi majemuk, bergantung
pada gambaran khas dari setiap jenis neuron. Ada empat perubahan yang dapat terjadi:
Neurotransmitter dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu neurotransmitter molekul besar (neuropeptida)
dan neurotransmitter molekul kecil. Neurotransmitter golongan molekul kecil bekerja secara cepat
sedangkan neurotransmitter golongan molekul besar (neuropeptida) akan bekerja secara lambat.
Golongan molekul kecil adalah salah satu yang menyebabkan sebagian besar respons cepat dari sistem
saraf, seperti penjalaran sinyal sensorik ke otak dan sinyal motorik kembali ke otot. Neurotransmitter
molekul kecil dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu: Kelas I: Asetilkolin; Klas II (Amina): Norepinefrin,
Epinefrin, Dopamin, Serotonin, Histamin; Klas III (Asam Amino): GABA, Glisin, Glutamat, Aspartat; Klas
IV: Nitrat Oksida (NO).
Golongan molekul besar atau neuropeptida menyebabkan kerja yang lebih lambat, seperti perubahan
jangka panjang jumlah reseptor, pembukaan atau penutupan jangka panjang dari saluran ion tertentu,
perubahan jangka panjang jumlah sinaps atau ukuran sinaps. Contoh-contoh neuropeptida:
C. Peptida yang bekerja pada usus dan otak: Leusin enkefalin, Metionin Enkefalin, Substansi P,
Gastrin, Kolesistokinin, Polipeptida vasoaktif intestinum, Neurotensin, Insulin, Glukagon
D. Dari jaringan-jaringan lain: Angiotensin II, Bradikinin, Kamosin, Peptida tidur, Kalsitonin
Glutamat mempunyai efek eksitasi terhadap sinaps di otak dan medulla spinalis. Juga mempunyai efek
pada sinaps yang memiliki efek yang dapat dimodifikasi seperti untuk mengurangi atau menambah
kekuatan tubuh.
GABA mempunyai efek inhibisi pada setiap bagian otak. Obat-obat sedative mempunyai efek
meningkatkan efek GABA.
Asetilkolin merupakan transmitter pada neuromuscular junction yang menghubungkan saraf motorik
dengan otot. Curare bekerja dengan menghambat transmisi neurotransmitter pada sinaps ini. Asetilkolin
juga bekerja pada beberapa region pada otak, tapi dengan reseptor yang berbeda.
Dopamin mempunyai beberapa fungsi penting dalam otak. Disfungsi dari sistim dopamine ini akan
mengakibatkan penyakit Parkinson dan Schizophrenia.
Serotonin (5-hydroxytryptamine):
Serotonin, termasuk golongan amina, diproduksi dan ditemukan paling banyak pada traktus
gastrointestinalis yang berfungsi meregulasi pergerakan intestinal dan sisanya terdapat pada neuron SSP
yang berfungsi meregulasi nafsu makan, tidur, memori dan pembelajaran, suhu tubuh, mood, perilaku,
kontraksi otot dan fungsi dari sistem kardiovaskular dan sistem endokrin. Serotonin dipercaya
mempunyai peran dalam keadaan depresi, karena pada pasien depresi, ditemukan metabolit dari
serotonin dalam jumlah rendah pada cairan cerebrospinal dan jaringan otaknya.
Reseptor serotonin merupakan 5-HT reseptor. Terletak pada membrane sel saraf. Selain 5-HT3 yang
merupakan ligand gated ion channel, seluruh 5-HT reseptor lainnya adalah G protein coupled reseptor
yang akan mengaktivasi kaskade second messenger intraselular.
Prekursor dari serotonin adalah L-tryptophan dan 5-hydroxytryptophan. Pemberian L-tryptophan dapat
meningkatkan produksi dari serotonin di otak. Konversi dari L-tryptophan menjadi serotonin
membutuhkan vitamin C. Sehingga dapat diberikan sebagai terapi depresi.
TEORI PSIKOBIOLOGIK
Teori psikoanalitik
Menurut Freud pasien depresi menderita kehilangan nyata atau imajiner atas obyek cinta yang
bersifat ambivalen. Pasien bereaksi dengan kemarahan yang kemudian diarahkan kepada diri
sendiri, dan ini menyebabkan penurunan harga diri dan terjadi depresi.
Teori kognitif menyebutkan suatu "tritunggal kognitif" tentang distorsi persepsi yaitu :
a. Interpretasi negatif seseorang tentang pengalaman hidupnya.
b. Menyebabkan devaluasi dirinya,
c. Yang akhirnya menyebabkan depresi.
Teori biologik memfokuskan pada abnormalitas norepinefrin (NE) dan serotonin (5-HT) serta
dopamin (D). Hipotesis katekolamin menyatakan bahwa depresi disebabkan oleh
rendahnya kadar NE otak dan dopamin. Walaupun demikian, pada beberapa pasien kadar MHPG
(metabolit utama NE) tetap rendah. Hipotesis indolamin menyatakan bahwa rendahnya 5-HT
otak (atau metabolit utama, 5-HIAA) dapat menyebabkan depresi. Mekanisme kerja antidepresan
yang diketahui, men-dukung teori ini trisiklik memblok ambilan NE dan 5-HT dan menghambat
oksidasi NE oleh monoamin oksidase inhibitor. Depresi juga dihubungkan dengan
ketidakseimbangan neuro-hormonal. Teori neurofisiologik penelitian terbaru menyatakan bahwa
mungkin terdapat hipometabolisme di lobus frontal atau menyeluruh pada depresi atau beberapa
abnormalitas funda-mental ritmik sirkadian pada pasien depresi.
Depresi
• Depresi adalah gangguan perasaan (afek) yang ditandai dengan afek disforik (kehilangan
kegembiraan/gairah) disertai dengan gejala-gejala lain seperti gangguan tidur dan
menurunnya selera makan.
• Depresi sulit dibedakan dari gangguan cemas (akan dibahas dalam artikel lain). Penderita
mungkin tampil dengan kecemasan yang mencolok sehingga gejala-gejala depresi yang
lebih ringan seperti kehilangan selera makan, gangguan tidur, dan capek sering kali
terlewatkan. Diagnosis banding lainnya adalah disthmia, gangguan afek organik dan
gangguan penyesuain dengan afek depresif.
Epidemiologi
Depresi adalah diagnosis pasien rawat jalan ketujuh tertinggi.
• AS dan UK: 20 % populasi memiliki sejarah gangguan depresi dalam hidupnya
• wanita : pria (5:2)
• Bisa terjadi pada setiap umur, tetapi paling banyak terjadi pada
• usia 25-44 tahun
• pasien depresi juga beresiko terhadap terjadinya alcoholism, penyalah-gunaan obat,
kejadian bunuh diri, gangguan kecemasan, dll.
• Ada kecenderungan hubungan famili dengan kejadian depresi
• 8-18% pasien depresi memiliki sedikitnya satu keluarga dekat
• (ayah, ibu, kakak atau adik) yang memiliki sejarah depresi
Indonesia
Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga yang dilakukan di 11
• kota oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri Indonesia tahun 1995 :
• 185 per 1.000 penduduk rumah tangga dewasa memperlihatkan
• gejala gangguan kesehatan jiwa.
• Studi Proporsi Gangguan Jiwa oleh Direktorat Kesehatan Jiwa,
• Departemen Kesehatan, di 16 kota selama kurun waktu 1996-
• 2000 menjumpai : gangguan disfungsi mental (kecemasan,
• depresi, dsb) sebanyak 16,2 %
• Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 oleh Badan
• Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes menunjukkan
• prevalensi gangguan mental emosional pada anggota rumah
• tangga dewasa (di atas 15 tahun) 140 per 1.000. Pada anak dan
• remaja (5-15 tahun) 104 per 1.000.
Klasifikasi Depresi
(menurut DSM-IV = Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders)
• Major depressive disorder,single episode
• Major depressive disorder,recurrent
• Dysthymic disorder Gejala lebih sedikit, tapi kronis, dg gejala terjadi hampir pada
sepanjang waktu sedikitnya 2 tahun
• Depressive disorder not otherwise specified
Subklasifikasi lain berdasarkan gejala:
melankolis lebih berat,kadang tanpa pemicu darilingkungan
atipikal BB naik hipersomnia
psikotik tjd halusinasi,delusi
Secara umum orang mengalami depresi karena salah satu kejadian atau situasi sebagai
berikut:
1. Kehilangan orang yang dicintai, mungkin karena kematian
2. Peristiwa traumatis atu stressfull, misalnya mengalami kekerasan, deprifasi sosial yang
kronik atau penolakan sosial.
3. Penyakit fisik yang kronis
4. Obat- obatan atau narkoba
5. Adanya penyakit mental lain
6. Seseorang yang mempunyai orang tua atau saudara kandung yang mengalami depresi akan
mengalami peningkatan resiko mengalami depresi juga.
Secara khusus faktor- faktor yang menyebabkan depresi adalah sebagai berikut:
a. Organobiologik
Penyalahgunaan obat, seperti pemakaian narkotik, kokain, amfetamin, alkohol dapat
menyebabkan depresi. Ketidakseimbangan hormon, seperti pasca partus juga dapat
menyebabkan depresi.
Penyakit yang dapat menyebabkan depresi: Parkinson, stroke, multipel sklerosis, penyakit
kejang.
Faktor Genetik
Bukti penelitian pada orang kembar menunjukkan bahwa jika salah satu kembar indentik
didiagnosis menderita manik depresif kemungkinan 72% saudara kembarnya akan menderita
gangguan yang sama. Angka kesesuaian yang menderita depresi (40%) juga lebih tinggi dari
angka untuk kembar fraternal (11%), tetapi perbedaan antara kedua angka itu jauh lebih kecil
jika dibandingkan perbedaan untuk kembar manik depresif.
Meskipun penyebab depresif secara pasti tidak dapat ditentukan, faktor genetik mempunyai
peran terbesar. Gangguan alam perasaan cenderung terdapat dalam suatu keluarga tertentu. Bila
suatu keluarga salah satu orang tuanya menderita depresi, maka anaknya beresiko dua kali lipat
akan menderita depresi juga. Apabila kedua orang tuanya menderita depresi, maka resiko untuk
mendapatkan gangguan alam perasaan sebelum usia 18 tahun menjadi 4 kali lipat.
Pada kembar monozogit 75% akan mengalami gangguan afektif sedangkan apabila kembar
dizigot hanya 19%. Pricer (1968) dan Bertelsen et al (1977) melaporkan hasil yang hampir sama.
Bagaimana proses gen diwariskan, belum diketahui secara pasti. Bahwa kembar monozigot tidak
100% menunjukkan gangguan afektif, kemungkinan ada faktor non-genetik yang turut berperan.
Faktor biokimia
Bukti-bukti yang ada menyatakan bahwa mood kita diregulasi oleh neurotransmitter yang
mengirimkan impuls syaraf dari satu neuron ke neuron lain. Sejumlah zat kimia berfungsi
sebagai neurotransmitter di berbagai sistem syaraf yang berbeda, dan perilaku normal
memerlukan keseimbangan yang cermat diantaranya. Tiga neurotransmitter yang diyakini
memiliki peranan penting dalam gangguan mood adalah neuropinefrin, dopamine, dan serotonin.
Suatu hipotesis yang diterima secara luas adalah depresi berkaitan dengan defisiensi salah satu
atau ketiga neurotransmitter itu dan mania berkaitan dengan kelebihan salah satu atau ketiganya.
Serotonin (5-HT)
Serotonin merupakan salah satu neurotransmiter kunci yang berperan dalam pengontrolan mood.
Axon neuron serotonin berasal dari nuclei raphe di batang otak memanjang menuju nucleus
accumbens yang mengontrol motivasi dan untuk melaukan suatu tindakan, dan akhirnya
menyebar ke korteks serebral, sistem limbik, serebellum, dan medula spinalis.
Bila kekurangan serotonin menyebabkan dapat menyebabkan anxiety atau depresi. Oleh karena
itu, kini ada 5-HTP sebagai suplemen oral untuk meningkatkan serotonin dan adanya SSRI yang
menghambat reuptake.
Neuroepinefrin, yang terdiri atas epinefrin dan norepinefrin, yang terutama norepinefrin/
noradrenalin.
Reseptor spesifik dari epinefrin dan norepinefrin yaitu reseptor adrenergik.
Noradrenalin yang disintesis dari asam amino tirosin dari makanan, dipercaya memegang peran
utama dalam pengontrolan mood dan tingkah laku emosi.
Konsentrasi terbanyak neuron noradrenergik berada di lokus ceruleus di midbrain, khususnya
pons. Axonnya melewati forebrain menuju korteks cerebrum, sistem limbik, talamus, dan
hipokampus.
Dopamin
Ada 4 traktus dopaminergik utama:
1. Traktus nigrostriatial: substansia nigra striata
2. Traktus tuberoinfundibular: nucleus arcuata di hipotalamus infundibulum pituitari
3. Traktus mesolimbik: VTA banyak bagian dari sistem limbik
4. Traktus mesokortikal: VTA neocortex, khususnya area prefrontal.
Dopamine berperan dalam sistem motor, sistem reward (memotivasi individu supaya kerja
lebih keras untuk mendapat reward), kognitif, endokrin, dan nausea. Bila kekurangan dopamin
dapat menyebabkan depresi.
Beberapa studi menggambarkan bahwa sebagian depresi dan bunuh diri pada anak-anak dan
remaja mengakibatkan hipersekresi dari hormon pertumbuhan juga diperkirakan sebagai
penyebab pathogenesis dari depresi. Tingginya hormon pertumbuhan basal pada malam hari
ditemukan pada remaja yang depresi dan juga pada anak-anak yang depresi dibandingkan dengan
anak-anak yang tidak mempunyai gangguan tersebut.
Hipotesis lain menyatakan bahwa depresi yang terjadi erat hubungannya dengan perubahan
keseimbangan adrenergik-asetikolin yang ditandai dengan meningkatnya kolinergik, sementara
dopamin secara fungsional menurun.
Corticotropin-releasing factor (CRF), yang merupakan hormon stres dan merupakan
neurotransmiter, diperkirakan berpengaruh juga terhadap depresi dan kecemasan. Peningkatan
CRF tampak berinteraksi dengan serotonin dan telah dideteksi pada pasien depresi ataupun
kecemasan.
c. Faktor Psikologik
Yang dimaksud di sini adalah penyebab yang bersifat konstitusional atau endogen yang
berkaitan pada sifat individual, yakni sifat familier atau sifat herediter individu yang
bersangkutan. Sifat heredo-konstitusional, yang berarti watak dasar manusia juga bisa sebagai
penyebabnya. Juga mekanisme pertahanan mental individu.
Gejala klinis
a. Gejala Utama
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktifitas.
b. Gejala lainnya
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan depresi, diperlukan sekurang-kurangnya 2
minggu untuk penegakan diagnosis. Namun, periodenya dapat lebih pendek jika gejala luar biasa
beratnya dan berlangsung cepat/.
Komplikasi
- Kehilangan pekerjaan
- Kehilangan keluarga
- Self inflicted death
- Illness
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis depresi, perlu dilakukan pemeriksaan mengenai
kemungkinan penyebab yang berasal dari masalah medis, psikiatrik, atau disebabkan
karena obat/alcohol
Rasa tertekan/sedih karena kehilangan/kematian orang yang dicintai pada orang normal
akan sembuh dengan sendirinya sedangkan jika gejala tetap bertahan sampai 2 bulan dan diikuti
keinginan bunuh diri, kemunduran psikomotor, kegagalan fungsional, perasaan tidak berguna
dan gejala psikotik maka mengarah pada penyakit depresi(major depressive episode)
Gejala lainnya dapat berupa :
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang
Berkurangnya minat atau kesenangan dalam segala hal secara jelas, atau hampir
semua aktivitas
Perubahan rasa atau berat badan
Insomnia atau hipersomnia
Kelelahan atau hilangnya energi
Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi
Hilangnya kemampuan untuk menikmati kesenangan
Retardasi psikomotor atau agitasi (mungkin menyerupai serangan kecemasan)
Ide bunuh diri atau pikiran mati berulang
Gejala A
. Perasaan sedih (depresif), tidak bisa menikmati hidup
. Kurang atau tidak ada perhatian pada lingkungan
. Mudah lelah
Gejala B
. Konsentrasi dan perhatian kurang
. Harga diri dan kepercayaan diri kurang
. Perasaan bersalah/tidak berguna
Diagnosis ditegakan apabila ada gejala – gejala tersebut ataupun tanpa gejala somatik. Derajat
depresi:
1.Ringan : 2 gejala A dan 2 gejala B
2.Sedang : 2 gejala A dan 3 gejala B
3.Berat : 3 gejala A dan 4 gejala B
Dasar Diagnosis
Skenario
Seorang pasien peremuan,33 tahun, belum manikah datang ke poliklinik jiwa diantar oleh
ibunya dan seorang teman peremouan ibunya. Pasien tersebut mengeluh sejak 6 bulan
mengalami kesulitan tidur, kurang bersemangat, tidak nafsu makan,merasa bersalah dan
kesedihan yanng berkepanjangan. Sepanjang hari pasien lebih banyak termenung,mengurung diri
di kamar dan tidak berminat lagi terhada kegiatan bisnis, nonton televisi dan berkomunikasi.
Sebelumnya pasien merupakan seorang yang penuh inisiatif , berhubungan sosial dengan para
karyawati , lebih senang di rumah dan setiap minggu ke tempat ibadah secara rutin. Hubungan
dengan bekas teman-teman sekolah/kuliah terbatas. Ia sudah beberapa kali berobat ke ahli
akupuntur tetepai tidak ada perbaikan
Pasien merupakan anak tunggal, lulusan fakults ekonomi dengan prestasi akademik yang
cukuo baik sejak SD, saat ini ia tinggal dengan ibunya. Ayah pasein meninggal 20 tahun yang
lalu karena serangan jantung. Pasien cukup tabah menghadapi hal ini dan tidak mengalami
kesedihan berkepanjangan. Selama ini ia bekerja membantu ibu dalam bidang garmen dengan
dibantu oleh 10 karyawati yang semuanya tinggal bersama mereka
Sejak tradisi krisis keuangan global usaha ibunya menagalami penurunan yang cukup
besar namun tetap dapat berjalan sampai sekarang. Pasien merasa hal ini disebabkan
ketidakmampuannya membantu sehingga ia sering meyesali dirinya.
Dalam riwayat keluarga tidak dijumoai yang pernah menederita gangguan serupa yang
dialamai pasien dan kejadian ini baru pertama kalinya
Pemeriksaan fisik dan laboratorium rutin dalam batas normal
Pemeriksaan Pskiatrik
Ketika masuk ke ruang periksa pasien berjalan lambat sambil dituntun oleh ibunya dan
temannya. Selama wawancara ia sering kali meneteskan air mata
Roman muka : Murung
Orientasi : Baik
Memori : Baik
Persepsi : Halusinasi dan ilusi disangkal
Pikiran : Bentuk :autistik
Arus : Melambat
Isi : waham bersalah dan waham curiga
Wawasan penyakit : buruk
Mood /afek : depresif
Tingkah laku : Retardasi
Bicara : Perlahan dan terbatas
Dekorum : cukup baik
Kematangan jiwa : Matur
Pemeriksaan Penunjang
1. Wawancara Pskiatrik
- Teknik wawancara yang umum
- Penatalaksanaan waktu
- Tempat periksa dokter
- Susunan tempat duduk
- Membuat catatan
- Melakukan wawancara
- Mewawancara keluarga
2. Riwayat pskiatrik
- Data identifikasi
- Keluhan utama
- R.Penyakit sekarang
- R.Penyakit dahulu
- Riwayat Keluarga
- Riwayat Hidup pasien
3. Pemeriksaan Status Mental
- Gambaran umum
- Mood dan afek
- Bicara
- Gangguan persepsi
- Pikiran
- Kognisi
4. Pemeriksaan Medis Fisik
5. Pemeriksaan Laboratorium
6. Hb, Ht, leukosit, ureum, kreatin, gula darah, tes fungsi hati, urin lengkap AGD, K, Na, Ca,
T3,T4, TSH,sesuai indikasi bila perlu foto toraks
7. Ini tes yang paling umum adalah: Hamilton Skala Rating Depresi (Ham-D-7),
Montgomery Depresi Asberg Skala Rating (MADRS),Kegelisahan dan Depresi Rumah
Sakit Skala (HADS), Kesehatan Pasien Questionnaire - PHQ-9
MEDIKAMENTOSA
ANTIDEPRESAN
1. Selective Serotonin Re-uptake Inhibitors (SSRIS)
Mekanisme kerja :
Menghambat ambilan kembali serotonin sel syaraf yang akan meningkatkan kadar
serotonin dalam celah sinaps sehingga meningkatkan aktivitas neuron paska sinaps.
ES : GIT, kelemahan, gangguan tidur, disfungsi seksual dan interaksi obat.
Cth : Paroxetine (Paxil), Fluoxetine (Prozac)
2. Antidepresan atipik
Mekanisme kerja :
1. Mirtazapine
Menghambat reseptor 5-HT2 dan α2 serta berefek sedatif karena aktivitas
antihistamin (efektif untuk pasien gangguan tidur)
1. NON-SELEKTIF
a. Derivat hidrazid : fenelzin, isokarboxazid
b. Derivat non hidrazid : tranilsipromin
2. SELEKTIF
Moklobemid
ES : perangsangan SSP berlebihan, merusak sel hepar, mengantuk, hipotensi,
pandangan kabur, mulut kering, diuria dan konstipasi.
PSIKOTERAPI
Psikoterapi yaitu terapi yang digunakan untuk menghilangkan keluhan-keluhan dan mencegah
kambuhnya gangguan psikologik atau pola perilaku maladaptif.
Terapi ini berlangsung lebih kurang 12-16 sesi dengan tiga fase yaitu:
1. Fase awal (sesi 1-4) membentuk hubungan terapeutik dengan pasien. Mengajarkan pasien
tentang bentuk kognitif yang salah dan pengaruhnya terhadap emosi dan fisik. Menentukan
tujuan dan goal terapi. Mengajarkan pasien untuk mengevaluasi pikiran-pikirannya yang
otomatis.
2. Fase pertengahan (sesi 5-12) mengubah secara berangsur-angsur kepercayaan yang salah.
Membantu pasien mengenal akar kepercayaan diri. Pasien diminta mempraktekkan ketrampilan
berespons terhadap hal-hal yang depresogenik dan memodifikasinya.
3. Fase akhir (sesi 13-16) menyiapkan pasien untuk terminasi dan memprediksi situasi berisiko
tinggi yang relevan untuk kekambuhan dan mengkonsolidasikan pembelajaran melalui tugas-
tugas terapi sendiri.
2. Terapi perilaku
Intervensi perilaku terutama efektif untuk pasien yang menarik diri dari lingkungan sosial dan
anhedonia. Terapi ini sering digunakan bersama-sama terapi kognitif. Tujuannya adalah
meningkatkan aktivitas pasien, mengikutkan pasien dalam tugas-tugas yang dapa tmeningkatkan
perasaan yang menyenangkan.
Fase awal pasien diminta memantau aktivitasnya, menilai derajat kesulitan aktivitasnya,
kepuasannya terhadap aktivitasnya. Pasien diminta melakukan sejumlah aktivitas yang
menyenangkan. Latihan ketrampilan sosial, asertif, dapat me-ningkatkan hubungan interpersonal
dan dapat menurunkan interaksi submisif.
Fase akhir fokus berpindah ke latihan mengontrol diri dan pemecahan masalah. Diharapkan ilmu
yang didapat dalam terapi dapat digeneralisasi dan dipertahankan dalam lingkungan pasien
sendiri
.
3. Psikoterapi suportif
Psikoterapi ini hampir selalu diindikasikan. Memberikan kehangatan, empati, pengertian dan
optimisme. Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan emosinya dan bantu untuk
ventilasi. Mengidentifikasi faktor-faktor presipitasi dan membantu mengoreksi. Bantu
memecahkan problem eksternal (misalnya masalah pekerjaan, rumah tangga). Latih pasien untuk
mengenal tanda-tanda dekompensasi yang akan datang. Temui pasien sesering mungkin (mula-
mula 1-3 kali per minggu) dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau selamanya.
Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan terapis (melalui
kemarahan, hostilitas, tuntutan yang tak masuk akal, dan lain-lain).
4. Psikoterapi psikodinamik
Dasar terapi ini adalah teori psikodinamik yaitu kerentanan psikologik terjadi akibat konflik
perkembangan yang tak selesai. Terapi ini dilakukan dalam periode jangka panjang. Perhatian
pada terapi ini adalah defisit psikologik yang menyeluruh yang diduga mendasari gangguan
depresi. Misalnya, problem yang berkaitan dengan rasa bersalah, rasa rendah diri, berkaitan
dengan pengalaman yang memalukan, peng-aturan emosi yang buruk, defisit interpersonal akibat
tak adekuatnya hubungan dengan keluarga.
6. Terapi kelompok
Tidak ada bentuk terapi kelompok yang spesifik. Ada beberapa keuntungan terapi kelompok.
1. Biaya lebih murah
2. Ada destigmatisasi dalam memandang orang lain dengan problem yang sama
3. Memberikan kesempatan untuk memainkan peran dan mempraktekkan ketrampilan perilaku
interpersonal yang baru
4. Membantu pasien mengaplikasikan ketrampilan baru Terapi kelompok sangat efektif untuk
terapi jangka pendek pasien rawat jalan juga lebih efektif untuk depresi ringan. Untuk depresi
lebih berat terapi individu lebih efektif.
Prognosis
Gangguan depresi secara fundamental merupakan gangguan siklis dengan periode sakit diselingi
oleh periode sehat. Sekitar 50 – 85%pasien depresi mengalami episode depresi kedua, setelah 4 –
6 bulan. Resiko berulangnya episode depresi meningkat dengan adanya distymia, alkohol dan
penyalahgunaan obat, gejala ansietas, dan riwayat episode depresi lebih dari satu kali.Sekitar
50% pasien sehat secara mental pada pengamatan jangka panjang, 30% mempunyai
ketidakmampuan sedang dan 20% mempunyai ketidakmampuan berat.
Demensia
Demensia ialah kondisi keruntuhan kemampuan intelek yang progresif setelah mencapai
pertumbuhan & perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena gangguan otak organik, diikuti
keruntuhan perilaku dan kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk gangguan fungsi kognitif
seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan pikiran konseptual. Biasanya kondisi ini
tidak reversibel, sebaliknya progresif. Diagnosis dilaksanakan dengan pemeriksaan klinis,
laboratorlum dan pemeriksaan pencitraan (imaging), dimaksudkan untuk mencari penyebab yang
bisa diobati. Pengobatan biasanya hanya suportif. Zat penghambat kolines terasa (Cholinesterase
inhibitors) bisa memperbaiki fungsi kognitif untuk sementara, dan membuat beberapa obat
antipsikotika lebih efektif daripada hanya dengan satu macam obat saja.
Demensia bisa terjadi pada setiap umur, tetapi lebih banyak pada lanjut usia (l.k 5% untuk
rentang umur 65-74 tahun dan 40% bagi yang berumur >85 tahun). Kebanyakan mereka dirawat
dalam panti dan menempati sejumlah 50% tempat tidur.
* Menurut Umur:
1. Demensia senilis (>65th)
2. Demensia prasenilis (<65th)
* Menurut perjalanan penyakit:
Reversibel
Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B Defisiensi,
Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.
* Menurut kerusakan struktur otak
Tipe Alzheimer
1. Tipe non-Alzheimer
2. Demensia vaskular
3. Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)
4. Demensia Lobus frontal-temporal
5. Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)
6. Morbus Parkinson
7. Morbus Huntington
8. Morbus Pick
9. Morbus Jakob-Creutzfeldt
10. Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
11. Prion disease
12. Palsi Supranuklear progresif
13. Multiple sklerosis
14. Neurosifilis
15. Tipe campuran
* Menurut sifat klinis:
- Demensia proprius
- Pseudo-demensia
Dari semua pasien dengan demensia, 50 – 60 % memiliki demensia tipe ini. Orang yang pertama
kali mendefinisikan penyakit ini adalah Alois Alzheimer sekitar tahun 1910. Demensia ini
ditandai dengan gejala :
Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi
eksekutif,
Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
Kehilangan inisiatif.
Kerusakan dari neuron menyebabkan penurunan jumlah neurotransmiter. Hal ini sangat
mempengaruhi aktifitas fisiologis otak.
Tiga neurotransmiter yang biasanya terganggu pada Alzheimer adalah asetilkolin, serotorin dan
norepinefrin. Pada penyakit ini diperkirakan adanya interaksi antara genetic dan lingkungan yang
merupakan factor pencetus. Selain itu dapat berupa trauma kepala dan rendahnya tingkat
pendidikan.
Stadium I (amnesia)
Berlangsung 2-4 tahun
Amnesia menonjol
Gangguan : - Diskalkulis
Memori jangka penuh
Perubahan emosi ringan
Memori jangka panjang baik
Keluarga biasanya tidak terganggu
Stadium II (Bingung)
Berlangsung 2 – 10 tahun
Kemunduran aspek fungsi luhur (apraksia, afasia, agnosia, disorientasi)
Episode psikotik
Agresif
Salah mengenali keluarga
Stadium III (Akhir)
Setelah 6 - 12 tahun
Memori dan intelektual lebih terganggu
Akinetik
Membisu
Inmontinensia urin dan alvi
Gangguan berjalan
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Pengobatan /
pencegahan hanya dalam bentuk paliatif yaitu : nutrisi tepat, latihan, pengawasan aktifitas,
selain itu bisa diberikan obat Memantine (N-metil) 25 mg/hr, propanolol (InderalR), Holoperidol
dan penghambatan dopamin potensi tinggi untuk kendali gangguan eprilaku akut. Selain itu bisa
diberikan “Tracine Hydrocloride” (Inhibitor asetilkolinesterose kerja sentral) untuk gangguan
kognitif dan fungsionalnya.
Pencegahan antara lain bagaimana cara kita lebih awal untuk mendeteksi AD (Alzheimer
Disease) serta memperkirakan siapa yang mempunyai faktor resiko terkena penyakit ini sehingga
dapat dicegah lebih awal. Pencegahan dapat juga berupa perubahan dari gaya hidup (diet,
kegiatan olahraga, aktivitas mental)
B. Demensia Vaskuler
Penyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama dengan Alzheimer tetapi terdapat
gejala-gejala / tanda-tanda neurologis fokal seperti :
Peningkatan reflek tendon dalam,
Respontar eksensor,
Palsi pseudobulbar,
Kelainan gaya berjalan,
Kelemahan anggota gerak.
Demensia vaskuler merupakan demensia kedua yang paling sering pada lansia, sehingga perlu
dibedakan dengan demensi Alzheimer. Pencegahan pada demensia ini dapat dilakukan dengan
menurunkan faktor resiko misalnya ; hipertensi, DM, merokok, aritmia. Demensia dapat
ditegakkan juga dengan MRI dan aliran darah sentral.
C. Demensia Pick
Penyakit Pick disebabkan penurunan fungsi mental dan perilaku yang terjadi secara progresif dan
lambat. Kelainan terdapat pada kortikal fokal pada lobus frontalis. Penyakit ini juga sulit
dibedakan dengan Alzheimer hanya bisa dengan otopsi, dimana otak menunjukkan inklusi
intraneunoral yang disebut “badan Pick” yang dibedakan dari serabut neurofibrilaris pada
Alzheimer.
Penyakit ini dsiebabkan oleh virus infeksius yang tumbuh lambat. (misal transplantasi kornea).
Trias yang sangat mengarah pada diagnosis penyakit ini :
Demensia yang progresif merusak.
Penyakit piramidal dan ekstrapiramidal dengan mioklonus.
Elektroensephalogram yang khas.
Terapi :
Neurotransmiter dopaminergik (L-Dopa).
Amantadine (symnetral R).
Bromocriptine (Parlodel R).
Gejala Klinik
Diagnosis
Diagnosis difokuskan pada 3 hal:
Terapi
Pertama perlu diperhatikan keselamatan pasien, lingkungan dibuat senyaman mungkin, dan
bantuan pengasuh perlu.
Obat anti-demensia
Obat anti-demensia pada kasus demensia stadium lanjut sebenarnya sudah tak berguna lagi,
namun bila diberikan dapat mengefektifkan obat terhadap BPSD:
Nootropika:
o Pyritinol (Encephabol) 1 x100 - 3 x 200 mg
o Piracetam(Nootropil) 1 x 400 - 3 x 1200 mg
o Sabeluzole (Reminyl)
Ca-antagonist:
o Nimodipine (Nimotop 1 - 3 x 30 mg)
o Citicholine (Nicholin) 1 - 2 x 100 - 300 mg i.v / i.m.
o Cinnarizine(Stugeron) 1 - 3 x 25 mg
o Pentoxifylline (Trental) 2 - 3 x 400 mg (oral), 200 - 300 mg infuse
o Pantoyl-GABA
Acetylcholinesterase inhibitors
o Tacrine 10 mg dinaikkan lambat laun hingga 80 mg. Hepatotoxik
o Donepezil (Aricept) centrally active reversible cholinesterase inhibitor, 5 mg
1x/hari
o Galantamine (Riminil) 1 - 3 x 5 mg
o Rivastigmin (Exelon) 1,5, 3, 4, 5, 6 mg
o Memantine 2 x 5 - 10 mg