You are on page 1of 5

Defibrilasi (Kejut Jantung)

Defibrilasi adalah suatu tindakan terapi dengan cara memberikan


aliran listrik yang kuat dengan metode asinkron ke jantung pasien melalui
elektroda yang ditempatkan pada permukaan dada pasien. Tujuannya
adalah untuk koordinasi aktivitas listrik jantung dan mekanisme
pemompaan, ditunjukkan dengan membaiknya cardiac output,
perfusi jaringan dan oksigenasi.
American Heart Association (AHA) merekomendasikan agar defibrilasi
diberikan secepat mungkin saat pasien mengalami gambaran VT non-
pulse atau VF, yaitu 3 menit atau kurang untuk setting rumah sakit
dan dalam waktu 5 menit atau kurang dalam setting luar rumah
sakit. Defibrilasi dapat dilakukan diluar rumah sakit karena sekarang ini
sudah ada defibrillator yang bisa dioperasikan oleh orang awam yang
disebut automatic external defibrillation (AED).
AED adalah defibrillator yang menggunakan system computer yang
dapat menganalisa irama jantung, mengisi tingkat energi yang sesuai
dan mampu memberikan petunjuk bagi penolong dengan
memberikan petunjuk secara visual untuk peletakan elektroda.

Indikasi defibrilasi
Defibrilasi merupakan tindakan resusitasi prioritas utama
(rekomendasi class I) yang ditujukan pada:
- Ventrikel fibrilasi (VF)
- Ventrikel takikardi tanpa nadi (VT non-pulse)

Meskipun defibrilasi merupakan terapi definitive untuk VF dan VT non-


pulse, penggunaan defibrilasi tidak berdiri sendiri tetapi disertai dengan
resusitasi. kardiopulmonari (RKP). Peran aktif dari penolong atau tenaga
kesehatan pada saat mendapati pasien dengan cardiac arrest, dimana
sebagian besar menunjukkan VF dan VT, untuk bertahan terbukti
meningkat.
Dikutip dari AHA dalam ACLS: principle and practice, dalam 4 studi
disebutkan bahwa terdapat hubungan antara interval dari kolaps dengan
dimulainya pemberian RKP

Prinsip Defibrilasi Kejutan


memberikan energi dalam jumlah banyak dalam waktu yang sangat
singkat (beberapa detik) melalui pedal positif dan negative yang
ditekankan pas dinding dada atau melalui adhesive pads yang
ditempelkan pada sensing dada pasien. Arus listrik yang mengalir
sangat singkat ini bukan merupakan loncatan awal bagi jantung untuk
berdetak, tetapi mekanismenya adalah aliran listrik yang sangat singkat ini
akan mendepolarisasi semua miokard, menyebabkan berhentinya
aktivitas listrik jantung atau biasa disebut asistole. Beberapa saat
setelah berhentinya aktivitas listrik ini, sel-sel pace maker akan
berrepolarisasi secara spontan dan memungkinkan jantung untuk
pulih kembali. Siklus depolarisasi secara spontan dan repolarisasi sel-sel
pacemaker yang reguler ini memungkinkan jantung untuk mengkoordinasi
miokard untuk memulai aktivitas kontraksi kembali.
Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan defibrilasi
1. Lamanya VF Kesuksesan defibrilasi tergantung dari status
metabolisme miokards dan jumlah miokard yang rusak selama
periode hipoksia karena arrest. Semakin lama waktu yang
digunakan untuk memulai defibrilasi maka semakin banyak
persediaan ATP yang digunakan miokard untuk bergetar sehingga
menyebabkan jantung memakai semua tenaga sampai habis dan
keadan ini akan membuat jantung menjadi kelelahan.
2. Keadaan dan kondisi miokard Hipoksia, asidosis, gangguan elektrik,
hipotermi dan penyakit dasar jantung yang berat menjadi penyulit
bagi pemulihan aktivitas kontraksi jantung.
3. besarnya jantung Makin besar jantung, makin besar energi yang
dibutuhkan untuk defibrilasi.
4. Ukuran pedal Ukuran diameter pedal dewasa yang dianjurkan
adalah 8,5-12 cm dan untuk anak-anak berkisar 4,5-4,8 cm.
ukuran pedal terlalu besar membuat tidak semua permukaan pedal
menempel pada dinding dada dan menyebabkan banyak arus yang
tidak sampai ke jantung. Untuk itu, penggunaan pedal pada anak-
anak bisa disesuaikan dengan ukuran tubuhnya.
5. Letak pedal Hal yang sangat penting tetapi sering kali diabaikan
adalah peletakan pedal pada dinding dada saat dilakukan
defibrilasi. Pedal atau pad harus diletakkan pada posisi yang tepat
yang memungkinkan penyabaran arus listrik kesemua arah
jantung. - posisi sternal, pedal diletakkan dibagian kanan atas
sternum dibawah klavikula - pedal apeks diletakkan disebelah kiri
papilla mamae digaris midaksilaris. Pada wanita, posisi pedal apeks
ada di spasi interkosta 5-6 pada posisi mid-axilaris. Pada pasien
yang terpasang pacemaker permanent, harus dihindari peletakan
padel diatas generator pacemaker, geser pedal setidaknya 1 inchi
dari tempat itu. Defibrilasi langsung ke generator pacemaker dapat
menyebabkan malfungsi pace maker secara temporary atau
permanent. Setelah dilakukan defibrilasi atau kardioversi, PPM
harus dicek ambang pacing dan sensinya serta dilihat apakah alat
masih bekerja sesuai dengan setting program. Hal yang harus
diperhatikan pada saat melakukan defibrilasi adalah posisi pedal
atau pads, keduanya tidak boleh saling menyentuh atau harus
benar-benar terpisah.
6. Energi Pada defibrilator monofasik energi yang diberikan 360 joule,
sedangkan pada defibrilator bifasik 200J. Untuk anak-anak, energi
yang diperlukan adalah 1-2 joule/kg BB, maksimal 3 j/kg BB
7. Jelli/Gel Saat menggunakan pedal, jangan lupa memberikan jelli
khusus untuk defibrilasi atau kardioversi pada pedal. Jelli berfungai
sebagai media konduksi untuk penghantar arus listrik. Tujuan dari
pemberian gel adalah untuk mengurangi resistensi transtorakal dan
mencegah luka bakar pasien. Yang harus diperhatikan juga adalah
jangan sampai gel tersebut teroles dikulit diantara sternum dan
apeks, atau jelli dari salah satu atau ekdua pedal mengalir
menghubungkan keduanya pada saat ditekan ke dada pasien. Jika
ini terjadi akan mengakibatkan arus hanya mengalir dipermukaan
dinding dada, aliran arus ke jantung akan missing memancarkan
bunga api yang menyebabkan sengatan listrik pasien pada pasien
dan alat-alat operator.

Komplikasi defibrilasi
a. Henti jantung-nafas dan kematian
b. Anoxia cerebral sampai dengan kematian otak
c. Gagal nafas
d. Asistole
e. Luka bakar
f. Hipotensi
g. Disfungsi pace-maker

Persiapan Peralatan
- Defibrillator dengan monitor EKG dan pedalnya
- Jelly
- Obat-obat Emergency (Epinephrine, Lidocain, SA, Procainamid, dll)
- Oksigen
- Face mask
- Papan resusitasi
- Peralatan intubasi dan suction
- Peralatan pacu jantung emergency

Persiapan Pasien
a. Pastikan pasien dan atau keluarga mengerti prosedur yang akan
dilakukan
b. Letakkan pasien diatas papan resusitasi pada posisi supine
c. Jauhkan barang-barang yang tersebut dari bahan metal dan air disekitar
pasien
d. Lepaskan gigi palsu atau protesa lain yang dikenakan pasien untuk
mencegah obstruksi jalan nafas
e. Lakukan RKP secepatnya jika alat-alat defibrillator belum siap untuk
mempertahankan cardiac output yang akan mencegah kerusakan organ dan
jaringan yang irreversible.
f. Berikan oksigen dengan face masker untuk mempertahankan oksigenasi
tetap adekuat yang akan mengurangi komplikasi pada jantung dan otak
g. Pastikan mode defibrillator pada posisi asyncrone
h. Matikan pace maker (TPM) jika terpasang.

Prosedur Defibrilasi
1. Oleskan jelly pada pedal secara merata
2. Pastikan posisi kabel defibrillator pada posisi yang bisa menjangkau
sampai ke pasien
3. Nyalakan perekaman EKG agar mencetak gambar EKG selama
pelaksanaan defibrilasi
4. Letakkan pedal pada posisi apeks dan sternum
5. Charge pedal sesuai energi yang diinginkan (360 joule)
6. Pastikan semua clear atau tidak ada yang kontak dengan pasien, bed dan
peralatan pada hitungan ketiga (untuk memastika jangan lupa lihat posisi
semua personal penolong)
7. Pastikan kembali gambaran EKG adalah VT atau VF non-pulse
8. Tekan tombol pada kedua pedal sambil menekannya di dinding dada
pasien, jangan langsung diangkat, tunggu sampai semua energi listrik
dilepaskan.
9. Nilai gambaran EKG dan kaji denyut nadi karotis
10. Jika tidak berhasil, langsung charge pedal dengan energi 360 joule dan
ulangi langkah 4-9
11. jika kejutan kedua tidak berhasil, lakukan tahapan ACLS berikutnya
12. Bersihkan jelly pada pedal dan pasien

Monitoring Pasien Setelah Defibrilasi


a. Evaluasi status neurology. Orientasikan klien terhadap orang, ruang, dan
waktu
b. Monitor status pulmonary (RR, saturasi O2)
c. Monitor status kardiovaskuler (TD, HR, Ritme) setiap 15 menit
d. Monitor EKG
e. Mulai berikan obat anti disritmia intravena sesuai dengan anjuran dokter
f. Kaji apakah ada kulit yang terbakar
g. Monitor elektrolit (Na. K, Cl)

Dokumentasi dan laporan setelah tindakan


1. Print out EKG sebelum, selama dan sesudah defibrilasi
2. Status neurology, respirasi dan kardioversi sebelum dan sesudah
defibrilasi
3. Energi yang digunakan untuk defibrilasi
4. Semua hasil yang tidak diinginkan dan intervensi yang telah diberikan

You might also like