Seorang pengangguran yang kerjaannya selalu kumpul-
kumpul dan menghabiskan waktunya bersama tiga orang
temannya di sebuah Pos ronda tepatnya di bukit sanggar buana, mereka bersenda gurau dengan hati yang tanpa beban tanpa memikirkan kehidupan yang benar-benar kejam, Mereka merasa enjoy dan tenang. Kopi dan rokok yang sudah menjadi teman mereka berempat, mereka adalah KETUT, WONGO, ALI,dan UDENG. Bermula dari seorang anak pelukis terkenal dikampung Sanggar Buana tepatnya di Bali, ia mempunyai bakat seperti ayahnya bahkan lebih dari ayahnya sendiri, tetapi ia sangat pemalas dan tidak menekuni bakatnya sendiri yang ada hanya berkumpul dan menghabiskan waktunya dengan teman-temanya. Ayahnya pun pusing melihat anaknya menjadi seorang pengangguran padahal ia seorang sarjana lulusan seni lukis, berhubung ia pemalas sehingga ia susah mendapatkan pekerjaan. Setiap pagi ayah dan ibunya selalu membicarakan dia, agar menjadi seorang laki-laki yang benar-benar mempunyai tanggung jawab untuk masa depannya. Setelah lama berbulan- bulan bahkan bertahun-tahun ia masih saja seperti itu dan orang tuanya merasa letih, akan tetapi di samping kemalasannya itu ada sifat keprihatinan dan patuh terhadap orang tuanya, dan setiap pagi ia mengantarkan lukisan ayahnya kepelanggan-pelanggan dan kegaleri tempat berbisnis ayahnya dan selepas itu iya melanjutkan rutinitasnya yang disebut Meeting di pos ronda.