You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa dimasa depan sangat ditentukan oleh

kualitas Sumber Daya Manusia yg dimilikinya. Terkait dengan hal tersebut,

maka jumlah penduduk yang tinggi dan berkualitas dapat menjadi modal

pembangunan. Namun, tidak demikian halnya yang dialami oleh negara-negara

berkembang seperti Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang besar tanpa

diikuti kualitas penduduk telah menjadi masalah utama. (Khairati 2010)

Pada tahun 2008 lalu, jumlah penduduk Indonesia telah mencapai

227 juta jiwa, sementara itu laju pertumbuhan penduduk adalah sebesar 1,27%

per tahun untuk periode 2005-2010. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang

kurang lebih mencapai 3-4 juta pertahun, diproyeksikan pada 2010 penduduk

Indonesia akan mencapai 233,5 juta dan pada 2014 akan mencapai 244,8 juta

jiwa. Kondisi seperti inilah yang memposisikan Indonesia pada peringkat ke-4

dari 11 negara berpenduduk lebih dari 100 juta jiwa (Unjianto 2009).

1
2

Laju pertumbuhan penduduk yang besar tersebut, sudah sepatuhnya

diikuti dengan kualitas penduduk yang baik pula. Kualitas penduduk Indonesia

saat ini masih tergolong cukup rendah, sehingga menjadi beban dalam

pembangunan nasional. Agar dapat meningkatkan kualitas sumber daya

manusia, maka laju pertumbuhan penduduk harus diawasi dengan

pengendalian jumlah penduduk (Keluarga Berencana). Dalam hal ini,

pelaksanaan Program Keluarga Berencana harus menjadi prioritas utama

pemerintah (Syarif 2009).

Program KB sesungguhnya merupakan program yang sangat

strategis bagi pembangunan Sumber Daya Manusia. Sejak disepakatinya

konsep baru kesehatan reproduksi pada ICPD 1994, program KB terus

mengalami penyesuaian secara signifikan. Pemerintah Indonesia mengubah

kebijakan KB menjadi lebih luas lagi sehingga mencakup program KB,

kesehatan reproduksi, pembangunan, dan kependudukan serta jender. Visi

program KB yang semula adalah Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

(NKKBS), sekarang menjadi Keluarga Berkualitas tahun 2015. Dalam

memenuhi visi tersebut, baik pria maupun wanita berhak memperoleh

informasi dan pelayanan program KB, sehingga mereka dapat memilih

kontrasepsi yang efektif, aman dan terjangkau (Pinem 2009, h.195).


3

Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya

kehamilan (Wiknjosastro 2000, h.534). Kontrasepsi diklasifikasikan menjadi 3

macam, yaitu yang pertama metode sederhana dapat menggunakan alat,

contohnya kondom, diafragma cup, cream, jelly dan tanpa alat berupa

senggama terputus, pantang berkala, suhu basal dan metode barier lendir

serviks. Kedua, metode efektif dibagi menjadi dua yaitu kontrasepsi hormonal

seperti KB pil, KB suntik, alat kontrasepsi bawah kulit (implant) dan intra

uterina devices (IUD). Ketiga metode yang mantap dengan cara operasi

contohnya vasektomi dan tubektomi (Wiknjosastro 2005, h.535-564).

Salah satu faktor yang tidak kalah penting dalam peningkatan kualitas

manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). ASI merupakan makanan

utama bagi bayi dan telah siap setiap saat dalam keadaan steril dan mudah

dicerna. Kolostrum dan ASI mengandung antibodi yang dapat meningkatkan

kekebalan bayi terhadap infeksi dan dapat meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan bayi. Pemberian ASI sedini mungkin merupakan titik awal

kualitas SDM. Oleh sebab itu, sebaiknya pemberian ASI dimulai sedini

mungkin dan dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun. ASI yang diberikan

secara eksklusif pada enam bulan pertama dapat bersifat sebagai kontrasepsi

singkat (Manuaba 2001, h.15).


4

KB dan ASI mempunyai peranan penting dalam peningkatan mutu

SDM. Selain itu, KB dan ASI juga menjamin bahwa bayi akan mendapat

nutrisi yang cukup untuk waktu tertentu dengan cara mencegah kehamilan

yang terlampau dini setelah melahirkan. Seorang bayi yang sudah disapih

sebelum berusia empat bulan, akan mengalami keadaan nutrisi atau gizi yang

buruk dan daya tahan yang buruk terhadap penyakit. Hal ini sangat penting

karena ASI merupakan sumber nutrisi dan imunisasi yang paling baik untuk

bayi yang sedang tumbuh berkembang dan laktasi juga dapat menunda

kesuburan setelah melahirkan (Hartanto 2004, h.326).

Metode kontrasepsi yang dapat dipilih untuk Ibu yang menyusui

antara lain KB alamiah, spermisid, metode barier, IUD, kontrasepsi mantap

wanita, pil oral (minipil), dan kontrasepsi berisi progestin saja (Hartanto 2004,

h.330). Sedangkan kontrasepsi kombinasi merupakan pilihan terakhir karena

dapat mengurangi produksi ASI, mempengaruhi tumbuh kembang bayi dan

meningkatkan resiko masalah pembekuan darah (Pinem 2009, h.215).

Kontrasepsi yang berisi progestin saja tidak mempunyai efek pada

laktasi dan dapat digunakan oleh Ibu-ibu yang menyusui segera setelah

melahirkan atau setiap saat selama laktasi. Kontrasepsi yang berisi progestin

saja antara lain minipil, suntik DMPA (Depo Medroksiprogesteron Asetat) dan

implan (Hartanto 2004, h.331).


5

Ibu postpartum, harus segera menggunakan kontrasepsi setelah

melahirkan atau pada saat 6 minggu postpartum tergantung metode kontrasepsi

apa yang dipilihnya. Kontrasepsi yang diberikan segera post-partum, tidak

boleh mengganggu laktasi. Konseling perihal kontrasepsi sudah harus

dilakukan pada periode pre-natal. Untuk itulah, penting bagi Ibu menyusui

untuk mengetahui dampak kontrasepsi pada laktasi (Hartanto 2004, h.329).

Dalam menentukan pilihan untuk menggunakan suatu metode kontrasepsi,

diperlukan pengetahuan yang cukup dan adanya dorongan untuk memilih

metode tersebut (Glasien, A dan Ailsa 2005, h.15).

Dorongan yang menggerakkan seseorang untuk berperilaku tertentu

merupakan suatu bentuk motivasi (Notoatmodjo 2005, h.120). Motivasi

berhubungan dengan hasrat, keinginan, dorongan dan tujuan. John Elder et. Al

1998 dalam Notoatmodjo (2005, h.120) mendefinisikan motivasi sebagai

interaksi antara perilaku dan lingkungan sehingga dapat meningkatkan,

menurunkan atau mempertahankan perilaku. Motivasi seseorang untuk

memilih metode kontrasepsi bisa berasal dari dalam diri individu, luar diri

individu maupun dalam keadaan terdesak (Nursalam 2002, h.94)

Berdasarkan data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana Kabupaten Pekalongan pada tahun 2009, didapatkan

jumlah akseptor KB suntik mencapai 68,90%, pil 17,53%, implant 7,73%,

IUD 1,83%, MOW 2,14%, MOP 1,17%. Jumlah peserta KB suntik terbanyak

adalah di wilayah Kesesi yaitu 9,77%.


6

Berdasarkan data yang diperoleh di Puskesmas Kesesi 1 pada

bulan April 2010, didapatkan jumlah ibu menyusui bayi usia 0 – 6 bulan

sebanyak 354 orang. Dari 354 ibu menyusui tersebut, 149 (42,09%) ibu

memakai KB suntik, 37 (10,45%) Ibu memakai KB pil, tidak ada ibu yang

memakai KB IUD dan implan, 21 (5,93%) Ibu menyusui berhubungan seksual

dengan kondom, dan 147 (41,53%) Ibu tidak memakai alat kontrasepsi. Data

tersebut menerangkan bahwa ibu menyusui yang memakai KB suntik kurang

dari 50%, sedangkan ibu menyusui yang tidak memakai KB berjumlah hampir

sama dengan ibu yang memakai KB suntik.

Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa ibu yang menggunakan

KB suntik selama menyusui hampir 50%, sehingga peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang ”Gambaran Motivasi Ibu Menyusui dalam

Memilih Kontrasepsi Suntik DMPA sebagai Alat Kontrasepsi di Wilayah

Kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan tahun 2010”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian KTI ini adalah “Bagaimana

gambaran motivasi ibu menyusui dalam memilih kontrasepsi suntik DMPA

sebagai alat kontrasepsi di wilayah kerja puskesmas kesesi I kabupaten

pekalongan tahun 2010”


7

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran motivasi ibu menyusui dalam memilih

kontrasepsi suntik DMPA sebagai alat kontrasepsi di wilayah kerja

Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan tahun 2010.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti dapat mengetahui

gambaran motivasi ibu menyusui dalam memilih kontrasepsi suntik

DMPA sebagai alat kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Kesesi I

Kabupaten Pekalongan tahun 2010

2. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar tindak lanjut

pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan untuk meningkatkan

program KB khususnya KB suntik pada Ibu menyusui.

3. Bagi Institusi Pendidikan


8

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan

pembaca di perpustakaan STIKES Muhammadiyah Pekajangan

khususnya mengenai KB suntik DMPA.

You might also like