You are on page 1of 2

Laporan Kegiatan Pesantren Mahasiswa

SDM IPTEK

Artikel

Bulan : Nopember
Disusun oleh : Agus Budi Raharjo

Membentuk Pribadi Adaptif, Tanggap Dan Prestatif

Life is never flat! Itulah kehidupan mahasiswa sejatinya. Sebagai seorang


pemikir muda dan kritis, mahasiswa sering dihadapkan pada berbagai masalah, baik
masalah sehari-hari sampai tak jarang mereka ikut menyelesaikan masalah krusial yang
menyangkut hajat hidup orang banyak. Dari sejarah Indonesia, terlihat jelas bagaimana
peran serta mahasiswa dalam memperjuangkan kemerdekaan. Mahasiswa merintis,
mengelola dan hingga kini tetap memperjuangkan kemerdekaan sejati bagi bangsa ini.

Namun tak sedikit pula mahasiswa dengan pemikiran pragmatis


melakukan hal yang melukai esensi mahasiswa itu sendiri. Mereka terlibat aksi anarkhis
antar mahasiswa maupun dengan dunia di luar mahasiswa. Oleh karena itu mahasiswa
memerlukan sebuah pribadi yang menjunjung tinggi nilai moral dan budaya bangsa di
tengah kedinamisan dunia dengan segala perkembangannya. Pribadi yang adaptif,
tanggap dan prestatif.

Mahasiswa harus memiliki sebuah pribadi adaptif karena mereka


menghadapi masalah yang berbeda-beda. Mahasiswa dituntut untuk bisa beradaptasi
dengan masalah yang mereka hadapi. Bukan saatnya lagi mereka melihat sebelah mata
karena mereka dididik untuk bisa masuk ke dalam kehidupan yang krusial. Hal itu dapat
dilatih dengan membiasakan diri untuk berlatih menghadapi berbagai macam sifat orang
yang berbeda dan masalah kecil yang muncul di sekitar kehidupan mahasiswa. Ketika
mereka sudah terbiasa untuk beradaptasi dengan masalah yang ada, mahasiswa harus
tanggap dengan masalah itu sendiri. Ketika mereka telah beradaptasi dengan suatu
persoalan tetapi tidak tanggap dan hanya pasif mengikuti alur, mereka tidak lebih baik
dengan orang lain. Pribadi tanggap ini diperlukan agar mahasiswa yang telah

1
Laporan Kegiatan Pesantren Mahasiswa
SDM IPTEK

mengetahui permasalahannya dapat menjadi kunci penyelesaian dari masalah tersebut.


Terkadang kita harus mengikuti aturan sesuai dengan birokrasi yang ada, namun tak
jarang pula kita harus melawan birokrasi karena kecacatan birokrasi itu sendiri. Namun
satu hal penting, mahasiswa bukanlah ahli otot dalam menyelesaikan masalah. Mereka
menggunakan seni penyelesaian yang cantik untuk menghadapi sebuah masalah yang
diberikan.

Prestatif. Ketika kita mendengar kata ini mungkin pemikiran kita hanya
berpaku pada kemampuan untuk memenangkan kompetisi, baik di kelas, maupun dalam
tingkat yang lebih tinggi. Memang itu hukumnya wajib bagi mahasiswa, namun pribadi
prestatif tidak hanya terbatas itu. Ketika mahasiswa telah tanggap namun tidak
konsisten dalam menyelesaikan sebuah masalah, usaha mereka akan mengalami
degradasi seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu pribadi prestatif diperlukan agar
mereka termotivasi untuk berkompetisi melawan waktu dalam menyelesaikan masalah
tanpa masalah. Mereka tidak akan berhenti hingga mereka bisa mengukir prestasi
dengan cara menyelesaikan masalah. Kebanggaan ini sejatinya tak butuh pengakuan
orang lain, karena cukup hanya dia dan Tuhan yang tahu. Ketiga alur motivasi ini
adalah sebuah keniscayaan bagi seorang mahasiswa. Mereka sudah maha dan harus
berperilaku sebagaimana titel mereka. Ketika mahasiswa telah menguasai itu semua,
ada satu pribadi mendasar yang melandasi perilaku mereka, yakni iman. Adaptif,
tanggap, prestatif bila tak sesuai jalur maka sama saja mereka adalah sebuah masalah
yang harus diselesaikan. Keimanan harus menghujam ke dalam hati terdalam, menyebar
di setiap pemikiran mereka, karena ada dan masih banyak yang lebih hebat dari mereka.
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak
akan sampai setinggi gunung.”

You might also like