You are on page 1of 189

Dr.

Harapandi Dahri, MA

Manifestasi Cinta
Dalam Dunia Sosial

Penerbit
Pustaka Irfânî
2007
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna

ISBN-979-25-1615-8

DAFTAR ISI

Bagian Pertama:
Makna Cinta
Makna Cinta secara Generik
Makna Cinta secara Istilah

Bagian Kedua:
Hakikat Cinta dalam Al-Quran
dan Al-Sunnah
Cinta Terhadap Allah
Cinta Terhadap Rasul Allah
Cinta Terhadap Makhluk Allah

Bagian Ketiga:
Pandangan Para Ahli tentang Cinta
Cinta bagi para Filosof
Cinta bagi para Psikolog
Pandangan Cinta bagi para Pujangga
Cinta bagi para Sufi

Bagian Keempat:
Cinta dan Hirarkinya
Cinta dan Seks sebagai Perilaku
Sosial
Kekuatan Cinta dan
kehampaannya

Bagian Kelima:
Kekuatan Cinta sebagai manifestasi diri
Cinta manusia terhadap diri sendiri
Cinta Manusia terhadap keluarga
Cinta Manusia terhadap harta
Cinta manusia terhadap kekuasaan

Bagian Keenam:

2
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Syair-Syair Cinta
Cerita-cerita Cinta
Referensi tentang cinta

BAGIAN PERTAMA
Cinta dan berbagai persoalannya

Makna Cinta secara Generik


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “cinta”
diartikan sebagai “suka sekali atau sayang benar”. Ini
dapat diterapkan kepada anak atau sesama makhluk.
Cinta juga berarti “kasih sekali atau terpikat”. Di sini
terutama jika diterapkan kepada manusia yang
berlawanan jenis. Arti lain dari cinta ialah “ingin sekali,
berharap sekali atau rindu.” Pengertian ini dapat
berlaku bagi suatu bangsa yang dijajah dan oleh karena
itu bangsa mengharapkan kemerdekaan. Menurut
Anton, cinta juga berarti susah sekali. Sebagai contoh
dikemukakan: “tiada terperikan lagi cintanya
ditinggalkan ayahnya itu”. Yang terakhir ini tampaknya
jarang digunakan, baik dalam percakapan sehari-hari
maupun dalam literatur.
Istilah lain yang berkaitan dengan cinta ialah cinta
bebas yang berarti “kemesraan, tanpa ikatan
berdasarkan adat atau hukum”. Cinta monyet artinya
“rasa hubungan antara pria dan wanita berdasarkan
kasih sayang, terjadi antara laki-laki dan perempuan
ketika masih kanak-kanak dan tentu mudah berubah”.
Kata bercinta artinya “menaruh rasa cinta”, sedang
bercinta-cintaan bararti “bersuka-sukaan” atau
“berpacaran”. Kata kerja mencintai artinya “menaruh

3
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
kasih sayang kepada…”, atau “menyukai sesuatu”.
Kata tercinta artinya “sangat dicintai” atau “sangat
disayangi” atau “sangat dikasihi”. Pencinta artinya
“orang yang suka akan sesuatu”. Misalnya pencinta
alam atau pencinta binatang. Percintaan artinya
“perihal berkasih-kasihan antara laki-laki dan
perempuan”. Kata kecintaan berarti “yang dicintai”
atau “kekasih” juga berarti “kerinduan”. Dengan
demikian kata cinta mengandung arti yang bermacam-
macam tergantung pada konteks kalimatnya.
Dalam bahasa Jawa dikenal kata tresno atau
trisno atau katresnan yang artinya cinta atau kecintaan.
Kata lain lagi ialah asmoro atau kasmaran yang juga
berarti cinta dan jatuh cinta. Nyanyian (tembang) yang
bertema cinta dikenal sebagai asmoro dhono atau
asmoro dahono yang artinya cinta yang membara atau
api cinta. Kata wuyung berarti mabuk dan nandang
wuyung bertarti sedang mabuk asmara Terdapat kata
lain yaitu branta atau lara branta yang artinya
menanggung rindu.
Dalam bahasa Inggris dikenal kata love yang
artinya cinta. Selanjutnya dijelaskan bahwa love
merupakan kata kerja (verb) yang berarti having love
and desire; make love to; show that one is in love with.
Love juga berarti find pleasure to; lovable; deserving
love; having qualities that cause love. Loveless artinya
not feeling, showing, having love. Loveless marriage
artinya marry without love. Lovely artinya beautiful,
pleasant, attractive, delightful, amazing. Love story

4
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
artinya kisah percintaan. Dengan kata lain, arti kata
love dapat bermacam-macam tergantung konteksnya.
Yang jelas love merupakan perasaan tertarik terhadap
sesuatu yang dinilai dapat menyenangkan.
Dalam bahasa Arab terdapat dua kata yang
artinya cinta yaitu mahabbah dan mawaddah. Kata
mahabbah berasal dari kata kerja dasar h-b-b (habba-
yahubbu-hubb-mahabbah). Kata ini dapat juga dibentuk
menjadi ahabba-yuhibbu-ahbib-mahabbah. Habbaba ila
artinya ja‘alahu mahbûban (to render lovable).
Habbaba atau ahabba juga berarti sâra źâ habbin (to
seed). Dijelaskan lagi bahwa ahabba atau habba sama
artinya dengan hawâ berarti to love, be fond of;
attached to atau in love with. Ahabbu ila… min…
artinya more desirable, or preferable to… than….
Dengan demikian, kata tersebut sebagai bentuk tafdîl
(superlative degree/degrees of comparation).
Istahabba… ‘ala berarti faddalahu atau to prefer, or
choose to. Tahâbbû (li al-musyarâkah) artinya ahabba
ba‘duhum ba‘dan (to love one another). Hubb sebagai
kata masdar sama dengan mahabbah yang artinya
hawâ (love; afection; attachment).
Hubb al-źât artinya selfishness; egoisme. Hubb al-
watan artinya patriotism. Marîd al-hubb artinya love
sick. Wâqi‘u fi hubb kaźâ artinya in love with. Hubbî
sama artinya dengan garâmî (loving; expressing love).
Hibb juga sama artinya dengan habîb; mahbûb, ‘asyîq
(lover; sweetheart; darling). Habîb sama artinya dengan
mahbûb (lover; sweetheart).

5
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Muhib ism fâ’il dari ahabba artinya ‘âsyiq (lover).
Muhibb likaźâ artinya mughramun bih (fond of; in love
with). Mahabbah sama artinya dengan hubb juga hawâ
(love; affection; attachment). Allâh muhibb artinya God
is love. Mahbûb artinya sama dengan habîb; ‘asyîq;
ma‘syûq; yuhabb, yustahabb (beloved); lovable. Gair
mahbûb artinya la yustahabb (undesirable). Mutahâbbûn
bentuk musyârakah artinya ‘ala wadâd artinya saling
mencintai.
Kata lain yang juga mempunyai arti cinta ialah
yang terdiri dari w-d-d (wadda-yawaddu-wuddan-
mawadatan). Kata tersebut juga dapat diubah menjadi
watida-yatidu-watidun. Al-wudd sama artinya dengan
al-mawaddah sama juga artinya al-hubb (cinta).
Selanjutnya dikatakan wudduka atau wadîduka artinya
sama dengan hubbuka atau habîbuka. Jika kata
tersebut diikuti dengan lau, misalnya dalam kalimat
Wadadtu lau taf‘alu źâlik mempunyai arti pengandaian
(tamannî) yaitu Tamannaitu law fa‘alta źâlik.
Kata lain yang juga berati cinta ialah kata yang
terdiri dari ‘asyaqa-ya‘syiqu-‘isyqan-‘âsyiq artinya sama
dengan ahabba-uhibbu-mahabbah-muhibbûn. Ibn
Manzûr juga menyebut kata lain yang erat kaitannya
dengan cinta yaitu:sababa–yasubbu–sabban atau
sabâbah yang semula artinya air atau darah.
Dalam kaitan ini Ibn Qayyim al-Jauziyyah
menyebutkan 50 kata yang semuanya erat
hubungannya dengan kata cinta. Dari 50 kata tersebut
sebagiannya terdapat dalam Al-Qur’an dan sebagian

6
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
lagi tidak. Yang disebutkan dalam Al-Qur’an seperti: al-
mahabbah, al-‘alaqah, al-hawâ, al-sabwah, al-sabâbah,
al-syagaf, al-tatayyum, al-syauq, al-junûn, al-wudd dan
lain-lain.

Makna Cinta dalam Istilah


Demikian banyak kata yang dapat dipergunakan
sebagai asal maupun dasar pengambilan kata cinta,
namun secara literal istilah cinta dapat diartikan –juga—
dengan banyak ragamnya, dan sangat sulit untuk
menentukan rumusan mana yang tepat. Hal ini
disebabkan karena cinta agaknya mencakup dimensi
perasaan, pikiran, serta pengalaman pribadi seseorang.
Dengan begitu, rumusan tentang cinta akan sebanyak
masing-masing yang mengalami dan motivasi apa yang
mendasari cinta tersebut. Makin sulit lagi tampaknya
karena selama ini pengetahuan tentang cinta tidak jelas
masuk disiplin ilmu apa. Dalam psikologi tidak terdapat
pembahasan yang memadai tentang cinta atau love
padahal banyak orang yang menilai bahwa love
merupakan bagian dari perasaan (emotion) atau
perilaku (behavior). Akan tetapi, Sigmund Freud
membahas cinta dalam kaitannya dengan dorongan
seks (libido) atau dorongan hidup (life instinct) atau
juga disebut eros. Psikolog lain yang membahas agak

7
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
rinci tentang cinta (love) ialah Erich Fromm
sebagaimana akan dikemukakan kemudian.
Dalam hal sulitnya rumusan atau definisi cinta,
Rubin berpendapat: Perhaps the most personal and
most exciting emotion that human beings can
experience occurs when they “fall in love”. We know
from books, movies, and songs that birds sing and bells
ring, that the vibes are good, and that you can
suddenly spot your true love across a crowded room.
Despite all this folklore, there has not been much
psychological research on the topic of love until very
recent years. (Barang kali perasaan yang paling pribadi
dan paling menarik yang pernah dialami orang terjadi
pada waktu “jatuh cinta”. Kita tahu dari buku-buku,
bioskop-bioskop, dan nyanyian-nyanyian tentang
burung-burung yang berkicau, lonceng berdentang, dan
bahwa itu baik, dan bahwa anda dapat dengan tiba-tiba
mendapatkan cinta sejati di ruang yang ramai. Kecuali
dari semua cerita-cerita rakyat ini, tak banyak
penelitian kejiwaan tentang cinta sampai tahun
belakangan ini).
Demikan pula halnya dalam Sosiologi. Senada
dengan pendapat di atas John M. Shepard menyatakan:
Love is one of the most widely abused and ill-defined
terms in the English language. It is used to describe
feeling of affection for dogs, cats, horses, homes,
motorcycles, cars, parents, children, wives, and
mistresses. The word love can be molded, modified,
and scratched to mean just about anything we want.

8
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
(Cinta adalah salah satu term yang paling banyak
disalahgunakan, susah didefinisikan dalam bahasa
Inggris. Ia dipakai untuk menggambarkan perasaan
senang kepada anjing, kucing, kuda, rumah, sepeda
motor, mobil, orangtua, anak-anak, istri, dan gundik.
Makna cinta dapat dikembangkan, disederhanakan, dan
digunakan untuk mengartikan sekadar apa saja yang
kita senangi).
Lain halnya di mata para Psikolog, Edmund Burk,
seorang psikolog kenamaan mengatakan, “Love is
giving the space to be the way they are and the way
they are not.” Sementara itu Goethe berpendapat: “We
learn only from whom we love”. Sedang W.H. Auden
meyatakan: “The image of myself which I try to create
in my own mind in order that I may love myself is very
different from the image which I try to create in the
minds of others in order that they may love me”.
Thomas Carlyle dalam hal ini menyatakan: “A loving
heart is the beginning of all knowledge”, sedang Helen
Rowland berpendapat: “A man finds it awfully hard to
lie to the woman he loves-the first time”.
Senada dengan Burk, Erich Fromm, seorang
psikolog kenamaan juga, dalam The Art of Loving, ia
manyatakan bahwa setiap teori tentang cinta harus
dimulai dengan teori tentang manusia. Kemudian
dikatakan lagi bahwa cinta adalah aktivitas bukan
afeksi pasif, karena itu cinta adalah persoalan memberi
bukan menerima. Memberi di sini dalam arti yang
dalam, bukan terkandung maksud memperoleh imbalan

9
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
atau pujian. Akan tetapi memberi dalam arti sebagai
bentuk ekspresi tertinggi dari potensi yang ada dalam
diri mereka. Dengan memberi ia mengalami dirinya
sebagai makhluk yang berkelimpahan, yang penuh
berkah dan merasa gembira. Ia juga mengatakan
bahwa “cinta yang matang adalah kesatuan dengan
sesuatu atau seseorang di bawah kondisi saling tetap
mempertahankan integritas dan individualitas masing-
masing”. Dikatakan lagi bahwa “cinta adalah kekuatan
aktif yang bersemayam dalam diri manusia.” Lebih
lanjut dikatakan lagi bahwa cinta adalah cara untuk
mengatasi problem isolasi dan keterpisahan, dengan
tanpa mengorbankan integritas serta keunikan diri
masing-masing. Dengan kata lain cinta merupakan
penyatuan dua sosok tetapi tetap dua (become one and
yet remain two). Menurutnya jenis cinta yang
mendasari semua cinta ialah cinta persaudaraan
(brotherly love). Ia lalu menyebutkan pernyataan yang
tampaknya bersumber dari Kitab Injil, “Cintailah
sesamamu sebagaimana engkau mencintai dirimu
sendiri”.
Dari sisi ilmu tasawuf, cinta merupakan tahap
tertinggi bagi seorang sufi yang menyelaminya di
samping kepuasan (rida), kerinduan (syauq), dan
keintiman (uns). Rida tercermin pada ketaatan yang
tulus dari pencinta terhadap kehendak yang dicinta.
Syauq ialah rasa rindu sipencinta untuk bertemu
dengan Kekasih. Uns merupakan bentuk hubungan
intim yang terjalin antara dua kekasih. Setelah tahap

10
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
cinta, seorang sufi langsung mencapai ma‘rifah di mana
sufi mampu menyingkap keindahan dan menyatu
dengan-Nya. Bagi seorang sufi, cinta merupakan
doktrin. Di sana dikatakan bahwa: Urusan manusia
adalah menghapus, sejauh mungkin, elemen yang
bukan Allah, dan untuk dapat menyatu dengan Allah,
penggabungan dengan Yang Suci itu, akan dapat
dicapai pada saat kematian, meskipun sebenarnya
memungkinkan untuk dicapai pada saat hidup walau
dalam tahap tertentu.
Tetapi bagaimana seseorang dapat menguasai
elemen bukan Allah itu? Dengan menaklukkan diri dan
bagaimana diri itu dapat ditaklukkan? Dengan cinta dan
hanya cinta saja dapat menyingkirkan bayangan gelap
dari yang bukan Allah itu; dengan cinta dan cinta saja
jiwa manusia dapat memenangkan kembali sumber
kesucian itu dan menemukan tujuan utama dari
penyatuan kembali dengan kebenaran.
Menurut al-Junaid (w.279/910) cinta adalah:
“Peleburan di dalam keagungan Sang Kekasih dalam
wahana kekuatan cinta sang pencinta” Sementara Abû
‘Abdullâh al-Qurasyî berpendapat bahwa cinta ialah
“memberikan semua yang engkau miliki kepada-Nya
(Allah) yang sangat engkau cintai, sehingga tidak ada
lagi sisa dalam dirimu”. Abu Bakar al-Syiblî (247/860-
334/946) berpendapat: “Disebut cinta sebab ia
menghapuskan semua dari dalam hati kecuali Sang
Kekasih”. Dengan kata lain, “Cinta adalah api yang
akan melalap semua kecuali kehendak Ilahi”.

11
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Hal senada juga dikemukakan Ibn ‘Arabi
(w.630/1240), dia mengatakan bahwa: “Cinta tidak
dapat didefinisikan, meskipun jejak-jejaknya dapat
dilukiskan”. Lebih lanjut dikatakannya: Cinta tidak
memiliki definisi yang melaluinya esensi cinta menjadi
bisa dikenal. Sebaliknya, yang dimilikinya hanyalah
definisi-definisi dengan sifat yang deskriptif dan verbal,
tidak lebih dari itu. Siapa yang mendefinisikan cinta
sesungguhnya tidak pernah mengenal cinta, siapapun
yang tidak pernah mereguknya, tidak pernah
mengenalnya, dan siapapun yang mengatakan bahwa
mereka telah merasa puas olehnya berarti tidak pernah
mengenalnya, karena cinta adalah mereguk tanpa
pernah merasa puas.
‘Abd al-Karîm al-Qusyairî (376/986-465/1075)
mencoba mendefinisikan cinta. Baginya cinta adalah
“kecenderungan hati yang telah diracuni oleh cinta,
pilihan Sang Kekasih terhadap hamba-hamba,
keharmonisan dengan Sang Kekasih, penghapusan
semua kualitas dari pencinta, penegakan esensi Sang
Kekasih (Allah). Dan akhirnya terjalinlah hati sang
pencinta itu dengan Kehendak Ilahi.” Râbi‘ah al-
Adawiyah (w.185/801) mempunyai kesan tersendiri
mengenai cinta, ia berkata: Cinta berasal dari Keazalian
dan menuju pada Keabadian, serta tiada seorangpun
dalam tujuh puluh ribu dunia ini yang mampu meminum
setetes pun dari Cinta itu hingga akhirnya menyatu
dalam Allah, dan dari sanalah berlaku dalil ini “Dia
mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya.

12
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Perlu juga di sini dikemukakan ungkapan Plato
(427-374 SM) mengenai cinta, baginya cinta identik
dengan keindahan: Ia yang telah diajari sedemikian
jauh segala sesuatu tentang Cinta, dan telah belajar
mencari keindahan secara berurutan, pada saat ia
mencapai tahap akhir maka akan digapainya keindahan
yang paling menakjubkan, yang tidak tumbuh dan
hancur, tidak pula membesar atau pun menyurut, tetapi
hanya Keindahan, yang absolut, terpisah, sederhana
dan abadi Ia yang di bawah pengaruh cinta sejati yang
timbul pada saat melihat Keindahan itu, adalah tidak
akan berakhir.
Inilah arti kehidupan di atas segalanya di mana
seorang manusia harus hidup, di dalam merenungi
Keindahan yang absolute. Bagaimana seandainya
manusia memiliki pancaran mata yang mampu melihat
keindahan sejati. Suatu Keindahan yang Suci, Bersih,
dan Jelas serta Asli, tidak tercemar oleh polusi pluralitas
dan semua warna dan kesia-siaan kehidupan manusia––
ke sana ke mari mengembara, dan bercakap-cakap
dengan Keindahan sejati itu––Suci dan Sederhana?
Ingatlah andaikan manusia mampu menatap Keindahan
dengan mata pikiran, ia akan mampu mengedepankan,
tidak saja penyaksian keindahan, tetapi kenyataan
sebenarnya dan, menjadi sahabat sejati Tuhan dan
menjadi abadi, andai saja manusia itu abadi.
Dalam tradisi Islam cinta tampaknya tidak lepas
dari keindahan. Sebagaimana Q.S. al-Baqarah: 165, di
mana manusia memandang indah terhadap benda-

13
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
benda yang dicintai. Memang masalah keindahan
sering subjektif. Dan sering dikatakan bahwa indah atau
tidaknya sesuatu sangat tergantung pada perasaan
yang sedang berkembang saat memandang atau
mendengar sesuatu. Seorang suami atau isteri yang
sedang marah tidak dapat menikmati atau merasakan
keindahan ketampanan suami atau kecantikan isteri
jika sedang dilanda kemarahan, bahkan mungkin
masing-masing menilainya sebagai suatu kejahatan.
Jika perasaan sedang senang, gembira, segala sesuatu
dapat dipandang indah, dan menyenangkan. Walaupun
demikian, hal itu tidak dapat dijadikan ukuran.
Keindahan memang ada secara objektif serta bertigkat-
tingkat walaupun ukurannya berbeda-beda serta
batasnya sangat samar tergantung perbedaan objek
dan subjeknya.
Terkait dengan hal ini Ibn ‘Arabî berkata: Nabi
saw. bersabda, “Allah Mahaindah dan Dia mencintai
keindahan”. Ini adalah hadits sahih. Jadi, Dia
menjelaskan diri-Nya sendiri sebagai pencinta
keindahan, dan dia mencintai alam semesta. Dengan
demikian tidak ada yang lebih indah dari pada alam
semesta. Dialah Yang Maha Indah. Karena secara
intrinsik keindahan merupakan sesuatu yang dicintai,
keseluruhan alam semesta mencintai Allah. Keindahan
artistik merambah ciptaan-Nya, sementara alam
semesta merupakan perbendaharaan tempat, Dia
bermanifestasi. Karena itu, cinta terhadap satu bagian
alam semesta demi bagian yang lain bersumber dari

14
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
cinta Allah kepada dzat-Nya sendiri.
Allah Maha Indah dan Dia mencintai keindahan
bersumber dari hadits yang banyak versinya
diantaranya berbunyi; Inna Allaha Jamîlun yuhibbu al-
Jamâl. Selanjutnya dikemukakan pendapat Ibn ‘Arabi
dalam Futûhât: “ Tanda cinta Allah adalah cinta pada
segala sesuatu pada seluruh wahana spiritual, indrawi,
imajinal, dan imajiner. Setiap wahana memiliki sebuah
mata yang diperolehnya dari nama-Nya, Cahaya,
sebuah mata yang dengannya dia menatap nama-Nya,
yang Maha Indah”.
Dalam hal cinta dan keindahan juga dikemukakan
oleh Fazil, penyair modern Turki, yang banyak
mendapat ilham dari Jami dan Yunus Emre, meninggal
tahun 1811 Masehi. Dia mengatakan bahwa keindahan
dapat dilihat di mana-mana, pada manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, dan logam mulia. Semua itu tak lain
merupakan tanda-tanda perwujudan keagungan Tuhan.
Tuhan adalah Yang Serba Indah sedangkan yang lain
yang kita lihat sebagai sesuatu yang indah semata-
mata sebagai cermin dari yang jamak yang merupakan
sebagian dari keindahan diri-Nya yang hakiki.
Sementara itu al-Jami (w.898/1494) berpendapat
bahwa keindahan Yang Mutlak tidak lain dari pada
keagungan-Nya yang juga dilengkapi sifat mahakuasa
dan mahapemurah. Semua keindahan dan
kesempurnaan yang tampak dalam bermacam-macam
tingkatan wujud semata-mata merupakan seberkas
sinar keindahan-Nya: Setiap keindahan dan

15
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
kesempurnaan menyatakan diri dalam bermacan-
macam tingkatan wujud sebagai seberkas sinar
keindahan-Nya. “Bila keindahan mutlak menyinari
keliling, mengapa keindahan yang terbatas harus
didekap?”
Menarik untuk dikemukakan pendapat Harun
Yahya, seorang tokoh da’i internasional berasal dari
Turki. Dia berpendapat bahwa selayaknya umat Islam
mau berpikir tentang tempat-tempat yang indah.
Berpikir tentang keindahan dapat melalui acara-acara
TV, surat kabar, majalah dan lain-lain. Bagi para
mukmin, alam semesta ciptaan Allah ini amat indah dan
rapi sebagai cermin Yang Maha Indah. Syurga juga
digambarkan sebagai tempat yang sempurna indahnya
untuk mereka yang beriman. Selanjutnya ia merujuk
firman Allah Q.S. al-Sajadah: 7-9 yang menjelaskan
bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan
sebaik-baiknya.
Dalam kajian filsafat (agama), keindahan juga
merupakan salah satu bukti keberadaan Tuhan. David
Trueblood, seorang ahli filsafat agama dari Amerika,
mengemukakan tentang pengalaman keindahan
sebagai bukti keberadaan Tuhan. Dengan mengutip
pendapat Plato dalam bukunya Phaedrus dikatakan
bahwa bentuk keindahan merupakan satu-satunya
bentuk yang terdapat dalam dunia ini. Dikemukakan
pula pendapat Whitehead bahwa ide tentang keindahan
lebih luas dan lebih fundamental dari ide kebenaran.
Keindahan juga mempunyai arti metafisik. Perasaan

16
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
keindahan menunjukkan adanya Seniman yang Maha
tinggi dan mengandung pengakuan adanya maksud
yang menciptakan alam yang indah ini. Keindahan alam
ini ada artinya jika diyakini sebagai karya Dzat yang tak
terbatas (infinite mind).
Dalam kajian Islam, pembahasan tentang cinta
hampir tidak ditemukan dalam fikih, teologi/ilmu tauhid,
ilmu kalam, dan ilmu akhlaq. Akan tetapi, Abdul Hadi
menjelaskan pendapat al-Hujwiri (w.456\1073) yang
menyatakan bahwa istilah “cinta” (mahabbah) dipakai
oleh ahli kalam dalam tiga arti. Yang pertama, sebagai
keinginan yang tak putus-putusnya dari Tuhan terhadap
sasaran cinta. Kedua, sebagai kemurahan Tuhan yang
diberikan kepada hambanya yang dipilih dan
memperoleh tingkat kewalian dan memperoleh
mukjizat yang biasa. Ketiga, mempunyai arti pujian
Tuhan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Dalam Fikih, cinta (mawaddah) biasanya hanya
dikemukakan secara sepintas, misalnya melalui ayat
yang berkenaan dengan hubungan suami isteri. Akan
tetapi, pembahasan tentang cinta atau mahabbah
mendapat perhatian besar oleh para sufi seperti
Rabi’ah al-Adawiyah (w.185\801), Imam Al-Gazali dan
lain-lain. Ulama lain yang juga besar perhatiannya
tentang cinta ialah Ibn Qayyim al-Jauziyyah (w.751/
1350), Ibnu Taimiyah (w.808/1328). Demikian pula
halnya M. Iqbal (w.1356/1938), Ibn al-‘Arabî
(w.630/1240), Jalâluddîn Rûmî (w.672\1273). Ada dua
ajaran yang cukup menonjol pada tasawuf, yaitu cinta

17
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
dan kearifan.
Menurut Imam al-Ghazali (450/1059–505/1111)
cinta ialah “suatu kecondongan naluri kepada sesuatu
yang menyenangkan”. Ia juga beranggapan bahwa
cinta kepada Allah adalah maqâm yang paling tinggi
dan paling luhur, maka setelah itu tidak ada maqâm
lagi dan yang ada buah atau hasilnya yaitu rindu (al-
syauq), bahagia (uns), dan rida.
Menurutnya ada 5 penyebab cinta yaitu: 1) A man
loves his life, his perfection and his lifelong; 2) He loves
one who helps him in his livelihood; 3) He loves one
who does good to the people; 4) He loves one who has
got external and internal beauty; 5) He loves one who
has got secret connection with him.
Dari kutipan di atas maka kelima penyebab itu
mencakup: kesempurnaan dan keabadian, penolong,
yang berbuat baik kepada orang, cantik atau indah lahir
batin, ada hubungan batin. Ternyata kelimanya hanya
dimiliki oleh Allah, karena itu hanya Allah yang berhak
dan lebih pantas untuk dicintai.
Sebagaimana disimpulkan oleh Ruswan Thoyib
dalam Ibn Hazm’s Conception of Love in Islamic Spain,
bahwa Ibn Hazm defines Love as a conjunction between
scattered parts of soul that have become divided in this
physical universe a union affected within the substance
of their original sublime element. Dijelaskan lagi bahwa:
This definition is obviously a reflection of the condition
of Spanish Muslims at the time. (Berbers in the South,
the Slave in the East, the Arabs families the rest).

18
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Kemudian Ruswan Tayyib mengemukakan bahwa:
The beginning of love is joking and its end is
seriousness. The meaning of love is delicate to be
described and its real meaning is unobservable except
by experiencing it. The (true) love can neither be
denied by religion nor prohibited by Shari’s since the
heart is in the Hand of God.
Dari kutipan ini dijelaskan bahwa mula-mula cinta
itu sekedar gurauan dan ujungnya kesungguhan. Makna
cinta enak untuk digambarkan sedang makna sejatinya
tak terlihat kecuali dengan mengalaminya. Cinta sejati
tak dapat diingkari oleh agama ataupun syariat
semenjak intinya di Tangan Tuhan.
Siti Syamsiatun dalam The Shi‘i Concept of Love
menjelaskan bahwa topik cinta amat menarik
didiskusikan dalam teologi Islam dengan term hubb,
mahabbah, wilâyah yang banyak disebutkan dalam
Al-Qur’an sebagaimana dinyatakan: “Love is one of the
most appealing topics of discussion in Islamic theology
and mysticism. The words that refer to idea of love
such al-hub, mahabbah and wilâyah are mentioned
several times in the Qur’an.
Ia menjelaskan lagi bahwa: “Shi‘i doctrine says
that there are three interrelated of love, namely love
for God, love for the Prophet and his household and
love for the faithful (Q.S. al-Ma’idah: 31: Say if you love
God, follow me and God will love you and forgive your
sins; God is All-forgiving, All-compassionate)”.
Dalam kaitannya dengan cinta, dikutip pendapat

19
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Taba’taba’i yang mengemukakan ciri-ciri cinta (love)
sebagai berikut: Love is always in association with
efforts for fulfilling the need perfection. Love motivates
person to come nearer to perfection. Love has a range
of degree from the very weak to the very strong. Allah
is the source of love for He is the perfect one and the
Provider for the needs of human being. For this reason,
love for God is something natural or even necessary for
human beings. Whose consciences are healthy? Love
requires the lover to accept and to love all that comes
from the beloved one. In this regard Allah loves His
creatures because they come from Himself. He loves
them for their accepting His Marcy; He loves them for
their following His guidance. Love is always in relation
with those who exist.
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan pendapat
Taba’ Tabai bahwa: pertama, cinta erat kaitannya
dengan upaya memenuhi kesempurnaan dirinya;
kedua, cinta memotivasi orang untuk mendekati
kesempurnaan; ketiga, cinta memiliki tingkatan dari
yang lemah sampai yang amat kuat; keempat, Allah
merupakan sumber cinta karena Ia Mahasempurna dan
penyedia kebutuhan manusia maka cinta kepada Tuhan
merupakan hal yang alami bahkan kewajiban; kelima,
cinta menuntut pencintanya menerima dan mencintai
semua yang dari kekasih; keenam, Allah mencintai
makhluknya karena mereka berasal dari-Nya; dan
ketujuh, Allah mencintai mereka yang mengikuti
petunjuk-Nya.

20
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Muhammad Iqbal (1873-1938 M.) mungkin
merupakan sosok pujangga Muslim yang belum ada
bandingannya di dunia Islam sejak abad 20 sampai
sekarang. Pemikir, filosof, sufi, pujangga, pejuang,
menyatu pada dirinya. Ia berpendapat bahwa ego yang
mestinya pengendali pribadi, kadang-kadang justru
sebaliknya sehingga dapat menjerumuskan manusia ke
tingkat yang rendah (asfala sâfilîn). Untuk itu manusia
perlu menyadari tugasnya yaitu: pertama, mengabdi
kepada Allah; kedua, menundukkan alam fisik dan
lingkungan untuk mencapai kebebasan menuju
kedekatan kepada Tuhan; dan ketiga, pribadi dan ego
harus siap aktif meningkatkan diri menuju insan kamil.
Sebagai seorang sufi, ia berpegang pada maqâm-
maqâm tertentu, yang pertama ialah ‘isyq muhabbat
atau cinta kasih; kedua ialah faqr, yaitu menguasai tapi
tidak tergantung kepada dunia kerena untuk tujuan
mulia; ketiga, keberanian; keempat, tolong menolong;
kelima, bekerja dan berusaha dengan yang halal; dan
keenam, bekerja kreatif dan asli. Itulah tahap-tahap
untuk menuju manusia sempurna (insân kâmil) menurut
Iqbal. Di samping itu, untuk menjadi insan kamil perlu
menghindari beberapa hal yaitu: pertama, takut (khauf)
kepada dunia; kedua, meminta-minta (su’âl); ketiga,
sombong atau (takâbur); keempat, perbudakan. Cinta
kasih (‘isyq muhabbat) sebagai maqâm yang pertama
karena cinta akan menjadi perekat maqâm lainnya dan
menjadi kekuatan cinta abadi ketuhanan. Ditegaskan
lagi bahwa agar manusia meningkat menjadi insan

21
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
kamil; dengan cara menyerap Tuhan ke dalam pribadi
atau egonya. Hal itu dikemukakan dalam syairnya:
Menurut Ibnu Taimiyah (661/1263-808/1328) cinta
(al-hubb) sebagai lawan benci (al-bugd), terpuji (al-
mahmûd) sebagai lawan tercela (mazmûm ).
Selanjutnya dikatakan bahwa semua perbuatan dan
gerakan di dunia ini berasal dari cinta dan kemauan,
sementara benci dan keengganan merupakan
penghalangnya. Memang ada perbuatan yang tidak
disukai, tetapi tetap dikerjakan karena maksud tertentu
atau mengharapkan hasilnya yang baik, misalnya,
orang memakan atau meminum obat yang pahit karena
ingin sehat, orang beribadah seperti puasa dengan
mengharap kerelaan dan rahmat Allah. Bahkan
menurutnya semua cinta, semua kemauan, perbuatan,
gerakan dalam rangka beribadah kepada Tuhan,
pemilik bumi dan langit.
Sementara Harun Nasution mengemukakan
bahwa cinta mencakup: a) memeluk kepatuhan pada
Tuhan dan membenci sikap melawan kepada-Nya; b)
menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi; c)
Mengosongkan diri dari segalanya kecuali dari diri yang
dikasihi. Cinta yang dimaksud Harun di sini ialah cinta
kepada Tuhan sebagaimana banyak dikemukakan para
sufi.
Bagi al-Junaid, cinta sebagai transformasi kualitas
dari Tuhan kepada hamba yang mencarinya dengan
kegiatan ibadah dalam arti luas, sebagaimana dikutip
Nicholson: “Junayd defined love as the substitution of

22
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
the qualities of the Beloved for the qualities of the
lover. In other words, love signifies the passing-away of
the individual self; it is an uncontrollable rapture, a
God-sent grace which must be sought by ardent prayer
and aspiration.”
Menurut Abu Yazid al-Bustami (w.261/874) bahwa
hakekat cinta adalah dalam ittihâd. Sementara itu al-
Junaid (w.279/910) berpendapat bahwa cinta adalah
kecenderungan hati kepada Tuhan dan apa yang
berhubungan dengan Tuhan tanpa dipaksa. Di sini jelas
bahwa pengertian ini dalan arti cinta bagi seorang sufi.
Bagi Muhammad ibn al-Kattânî (w.322 H.), cinta berarti
lebih menyukai kekasihnya. Pengertian ini cukup simpel
dan tentu saja umum. Abu ‘Abdullah al-Nibaji
menyatakan: “Cinta adalah kesenangan jika itu
ditujukan kepada makhluk, dan pembinasaan jika itu
ditujukan kepada pencipta”. Di sini al-Nibaji
membedakan dua macam cinta: pertama, yang
ditujukan kepada makhluk dan kedua, ditujukan kepada
Khalik atau pencipta.
Menarik untuk dikemukakan di sini pendapat Sahl
(w.293 H.) bahwa barang siapa mencintai Tuhan, dialah
kehidupan, tetapi barang siapa mencintai selain Tuhan,
maka dia tidak memiliki kehidupan. Dengan demikian
cinta merupakan kehidupan, tanpa cinta sama saja
dengan tanpa kehidupan. Menurut Ibn ‘Abd al-Samad:
“Cinta adalah yang mendatangkan kebutaan dan
ketulian, cinta membutakan segalanya kecuali terhadap
yang dicintai sehingga orang itu tidak melihat apapun”.

23
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
‘Abdullâh Nâsih ‘Ulwân berpendapat bahwa cinta
adalah “perasaan jiwa dan gejolak hati yang
mendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya
dengan penuh gairah, lembut, dan kasih sayang.” Ia
juga berpendapat bahwa cinta merupakan fitrah
manusia yang murni tak dapat dipisahkan dari
kehidupannya karena selalu dibutuhkan. Ia juga
mengemukakan tentang cinta hakiki bagi seorang
mukmin yang bertakwa, yaitu cinta kepada Allah, rasul-
Nya, dan berjuang di jalan Allah.
Menurut Quraish Shihab, berdasarkan literatur
yang dibacanya menyimpulkan bahwa cinta ialah
kecenderungan hati kepada sesuatu. Dijelaskan
selanjutnya bahwa kecenderungan itu mungkin saja
karena kenikmatan atau manfaat yang dapat diperoleh
dari yang dicintai. Sedangkan cinta sejati timbul
antarmanusia jika sifat-sifat yang dicintai sesuai dengan
harapan yang mencintai dan dapat dirasakan. Semakin
banyak sifat-sifat yang demikian, semakin kuat
perasaan cinta antara pencinta dengan yang dicintai.
Menarik untuk dikemukakan di sini pendapat
Syafii Maarif tentang penting dan besarnya peranan
cinta bagi kehidupan manusia dewasa ini yang
didasarkan pada pendapat Rûmî dalam Masnawi-nya,
“tanpa cinta dunia akan membeku.” Selanjutnya Maarif
menyatakan: Cinta baginya (Rumi) adalah ibarat
lautan luas dan dalam. Cintalah yang semestinya
menjadi pilar utama bagi bangunan hubungan
antarmanusia, antarbangsa, antarkebudayaan,

24
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
antarsistem hidup yang berbeda. Ungkapan bersayap
Rumi ini kita rasakan betul getaran dan
kepentingannya di akhir abad ke-20 ini, pada saat
kekejaman dan petualangan politik dan militer masih
saja mengoyak-ngoyak manusia pada bagian-bagian
tertentu di permukaan bumi ini.
Dari berbagai pendapat di atas, maka cinta atau
mahabbah mengandung berapa unsur pokok yaitu:
kesenangan, keindahan, keharmonisan, kedekatan,
intensitas, dan timbal-balik. Adapun faktor-faktornya
ialah: pertama, pelaku, adalah sesuatu yang hidup;
kedua, sasaran, dapat berupa apa saja, baik yang hidup
atau tidak; ketiga, situasi dan kondisi pencinta;
keempat, adanya motif atau tujuan.

25
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna

BAGIAN KEDUA
Hakikat Cinta Dalam Al-Qur’an dan Al-
Sunnah

Cinta dalam Al-Quran



 


 
 

  

 


 



 

  
 
 

 


 
  
 
 


 
 
 


 

 
 
 
   
Dan diantara manusia ada orang-orang yang
menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
adapun orang-orang yang beriman amat sangat
cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang
yang berbuat zalim itu (zalim ialah orang-orang yang
menyembah selain Allah) mengetahui ketika mereka
melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu
kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat
berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal) (Al-
baqarah/165)

26
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Allah juga menegaskan bahwa orang yang akan
mendapatkan Cinta Sang Maha Agung adalah mereka
yang memfungsikan segala fasilitas yang telah
dianugerahkan allah SWT. Hal tersebut dapat dilihat
dalam al-Quran ayat 7-9;

 
 
 


  
 

   
 



  

 


  
 

   

  
 

 



  
 
 

Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan
sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia
dari tanah. Kemudian dia menjadikan keturunannya
dari saripati air yang hina.Kemudian dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh
(ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu
sedikit sekali bersyukur.

 
  
    
  
 

27
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
 
  
  
      
    
  
   
     
  

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di
antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak
Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang
bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin,
yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang
berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada
celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan
Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha
Mengetahui.

  


 
 

 

 


 
 


  
 

    

28
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
  

 
 



  

 
   


  


Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak ,


saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu
sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya
dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan Keputusan NYA". dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
Salah satu bentuk realisasi dari “al-Mahabbah”
jika dikaitkan dengan kebutuhan makhluq (manusia)
terhadap kebahagiaan dan ketenangan jiwanya adalah
selalu secara terus menerus mengingat Allah dalam
keadaan lapang maupun sempit, dalam kesendirian
maupun bersama komunitas lain, dalam kesepian
maupun dalam keramaian. Hal tersebut di tegaskan
oleh Allah dalam firmanNya;

 
 
    

  



29
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram (Al-Ra’d/28)

 
 
 
 

 

  
 
 



Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan


menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.
Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.


 
 
 
    
 
  
  

 

 


Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan


tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan
(dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)
membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari
yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.
(al-Ahzab/41-42)

30
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna


 
  
 

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku


ingat (pula) kepadamu (Maksudnya: Aku limpahkan
rahmat dan ampunan-Ku kepadamu), dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-
Ku (al-Baqarah/152)

  


 
  
  
 

  
  
 
   

  

Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu,


yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan Sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan (Al-Ankabut/45)

   



 

31
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
 

 
 
 
 
 
 
 
   
  

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia


kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-
wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak (ialah
binatang-binatang yang termasuk jenis unta, lembu,
kambing dan biri-biri) dan sawah 32ating. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).

Cinta dalam Al-Sunnah


Sebagaimana halnya dalam al-qur’an al-sunnah
sebagai referensi kedua yang 32ating untuk
menjelaskan berbagai persoalan yang –belum jelas,
belum ada teksnya—dalam al-qur’an banyak menyebut
dan menegaskan persoalan cinta Allah terhadap
hambaNya, cinta hamba terhadap Allah dan juga cinta
manusia terhadap makhluk lainnya. Diantara teks
tersurat maupun tersirat dalam hadits nabi adalah;
،‫ من آذى لي وليا ً فقببد أذنتببه بببالحرب‬:‫إن الله عز وجل قال‬

32
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
‫وما تقرب إلببي عبببدي بشببيء أفضببل مببن أداء مببا افترضببت‬
‫ وما يزال عبدي يتقرب إلي بالنوافل حببتى أحبببه فببإذا‬،‫عليه‬
‫أحببته كنت سمعه الذي يسمع به وبصره الذي يبصر به ويده‬
‫ ولئن سألني عبببدي‬،‫التي يبطش بها ورجله التي يمضي بها‬
‫ ومبا تبرددت عبن شبيء أنبا‬،‫ ولئن استعاذني لعبذته‬،‫أعطته‬
‫فاعله ترددي عن نفس المؤمن يكره المببوت وأكببره إسبباءته‬
" ‫أو مساءته‬
Sesungguhnya Allah berfirman dalam hadits
QudsiNya; orang yang memusuhi WaliKu, Aku telah
mengizinkannya untuk diperangi, tidaklah seorang
hambaKu mendekatkan dirinya dengan sesuatu lebih
afdlal dari perintah wajibKu, jika hambaKu selalu
mendekatka dirinya kepadaKu dengan hal-hal yang
sunnah hingga Aku mencintainya, dan jika Aku telah
mencintai mereka maka pendengaran yang ia gunakan
untuk mendengar adalah pendengaranKu, mata yang ia
gunakan untuk melihat adalah mataKu, tangan yang ia
manfaatkan untuk memegang sesuatu adalah
tanganKu, dan kaki yang ia gunakan untuk berjalan
adalah kakiKu, jika ia meminta sesuatu Aku
mengabulkan permintaannya jika ia meminta
perlindungan dariKu Aku melindunginya.
Dari ungkapan tersebut terlihat jelas bahwa
betapa Allah SWT sangat mencintai hamba-hambaNya
yang senantiasa konsisten terhadap ibadah yang
dilakukan. Kecintaan Allah kepada mereka dibuktikan
dengan perlindunganNya dari segala macam
perbuatan-perbuatan yang akan mencelakainya dan
memberikan bimbingan untuk dapat melakukan yang

33
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
terbaik dalam ibadahnya.

‫ل يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من ولده ووالده والناس أجمعين‬
Tidaklah sempurna iman seseorang sehingga Aku
(Allah) lebih dia cintai tinimbang anak, orang tua, dan
seluruh manuisa. Hadits ini dapat diartikan bahwa tidak
dapat dikatakan sempurna iman seseorang jika ia tidak
mencintai Allah dan rasulNya melebihi cintanya
terhadap anak, orang tua, dan seluruh manusia.

‫الحب فى ال والبغض فى ال‬


Cinta dan benci karena Allah; cinta karena Allah berarti
mencintai orang lain karena dia mentaati segala
perintah dan menjauhi segala laranganNya. Benci
karena Allah berarti membenci seseorang bukan karena
fisik dan sifatnya tapi karena perbuatan yang ia lakukan
berkaitan dengan kemaksiatan yang ia lakukan.

(‫إن الله محسن يحب الحســــان )صحيح الجامع الصغير‬


Sesungguhnya Allah Maha Baik senang kepada
kabajikan. Konsep al-ihsan disini dimaksudkan bahwa
segala kebajikan yang dicintai Allah dan rasulNya. Al-
ihsan dalam konsep sufi tercermin dalam sabda
rasulullah Saw yakni menyembah Allah seolah-olah
engkau melihatnya dan jika engkau tidak melihatnya
sesungguhnya Allah Maha Melihat.

‫ أحــب عبــــادالله إلــى اللـه‬:‫قال رســول اللــه صــلى اللــه عليـه وســلم‬
(‫أحسنهم خلقـا )صحيح الجامع الصغير‬

34
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Rasulullah SAW bersabda bahwa Hamba Allah yang
paling utama disisiNya adalah yang paling utama dan
mulia akhlaqnya. Akhlaq manusia merupakan ciri
keutamaan manusia disisi Allah dan rasulNya dan orang
yang paling baik akhlaqnya adalah orang yang paling
dicintai dan akan mendapatkan posisi utama pula di
hadirat Ilahi Rabbi. Akhlaq kepada Allah (hablum
minallah) yakni hubungan vertikal melalui penggabdian
secara totalitas dengan menjalankan seluruh perintah
dan menjauhi larangan-larangan Allah dan rasulNya.
Sementara akhlaq antar sesama (hablum minannas)
dengan saling hormat menghormati dan tanasuh bi al-
haqq wa bi al-shabr.

‫المؤمن القوي خير وأحب إلــى‬:‫قال رســول الله صلى الله عليه وسلم‬
‫الله من المؤمن الضعيف وفي كل خير‬
( ‫) مســلم‬
Rasulullah SAW bersabda orang mukimin yang kuat
lebih utama dan dicintai disisi Allah daripada mukmin
yang lemah di setiap kebajikan. Dari hadits ini terlihat
bahwa orang mukmin yang dicintai Allah adalah
mereka yang memiliki jati diri dan prinsip yang kuat
bukan hanya secara fisik namun juga kuat secara
psikis. Kekuatan ke-ilmuan juga termasuk dalam
katagori hadits tersebut karena orang yang kuat secara
ilmu cendrung lebih unggul dibanding mereka yang
bodoh dan lemah.

‫ أزهـــد فـي‬:‫ثلث يحــبهم اللـه‬:‫قال رســول الله صلى الله عليه وسلم‬

35
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
‫الدنيــا يحبــك الله وازهــد فيما أيدي الـنـاس يحبـك الناس )سنن ابــن‬
(‫ما جه‬
Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda; berlaku
cukuplah (al-Zuhd) dengan dunia maka Allah akan
mencintaimu dan berlaku cukuplah pada manusia maka
engkau akan dicintai oleh manusia. Maksud hadits ini
lebih kepada sikap seseorang yang cinta terhadap
dunia dengan mengerahkan semua daya dan upaya
bahkan seluruh tenaganya untuk kehidupan dunianya
sampai melupakan akhirat, jika hal ini dilakukan maka
seseorang jauh dari cinta Allah. Dan jika seseorang
terus saja mengganggu dan merepotkan orang maka
orang lainpun akan membencinya. Oleh karena itulah
Rasulullah SAW memberikan jalan bahwa jika kita ingin
dicintai Allah hendaklah tidak terlalu disibukan oleh
kehidupan duniawi dan jika ingin dicintai manusia
hendaklah menjaga hubungan dengan manusia lain.

‘‫إن اللــه كريــم يحــب الكرامــاء‬:‫قال رســول الله صلى الله عليه وسلم‬
(‫جواد يحب الجودة )صحيح الجامع الصغير‬
Rasulullah SAW bersabda;Sesungguhnya Allah Maha
Mulia dan senang kepada perilaku dan sikap mulia,
Allah juga pemurah dan senang terhadap orang yang
pemurah.

‫أحـــب العبــاد إلـى اللــه تعـالى‬:‫قال رســول الله صلى الله عليه وسلم‬
(‫أنفعهم لعياله )صحيح الجامع الصغير‬
Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya manusia
yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling

36
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
bermanfaat bagi keluarganya.

‫ثلث مــن كــن فيــه‘ وجــد‬:‫عن أنس أن النبي صلى الله عليه وسلم قال‬
‫من كان الله ورســوله أحب إليه ممــا ســواهما‘ وأن‬:‫بهن حلوة اليمان‬
‫يحب المرء ل يحبه إل الله‘ وأن يكره أن يعــود في الكفر كما يكــره أن‬
(‫يقذف في النـار )متفق عليه‬
Dari Anas bin Malik sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda ada tiga perkara jika seseorang
melakukannya akan memperoleh lezatnya ke-imanan;
orang yang lebih mencintai Allah dan rasulNya daripada
lainnya, mencintai orang lain karena Allah, dan benci
untuk kembali kepada kekufuran seperti ketakutannya
dilempar ke dalam neraka.
Dari ungkapan Nabi tersebut dapat ditarik sebuah
natijah bahwa orang yang bisa mengaplikasikan tiga
hal dalam kehidupannya ia akan memperoleh kelezatn
ke-iman-an. Lezatnya ke-iman-an dapat berarti
bahagia, tenang, tentram, tidak gelisah dalam
menjalankan kehidupan duniawinya sebab orang yang
merasakan lezatnya iman tidak akan pernah terjangkiti
oleh penyakit-penyakit hati seperti dendam, iri, ghibah,
namimah, hasud dan lain sebagainya, Allah selalu
berada dekat dengan orang-orang yang dapat
menjalankan tiga hal penting yang telah digariskan
Rasul Allah.
Mencintai Allah mengundang konsekwensi
kecintaan kita kepada rasulNya, jika tidak maka belum
bisa dikatakan seorang beriman apalagi cinta kepada
Allah. Kecintaan terhadap rasul Allah sebagai salah satu

37
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
bukti kecintaan kita kepada Allah dikarenakan rasul
sebagai penyampai apapun yang diinginkan Allah SWT
untuk hamba-hambaNya. Allah dalam al-qur’an telah
menggariskan hal tersebut; Hai orang-orang yang
beriman, jika kalian mencintai Allah maka ikutilah
(saya:rasul Allah), maka allah akan balas mencintaimu,
dan Allah akan mengampuni semua dosa dan
kekeliruan yang pernah kamu lakukan”.

38
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna

Cinta Allah Terhadap Manusia


Allah sebagai khâliq juga sebagai mudabbir alam
semesta ini telah banyak menyebutkan betapa cinta
Sang khâliq akan bersemi kepada orang-orang yang
telah dengan konsekwen menjaga dan melestarikan
segala perintah baik yang berupa al-wajibat maupun
yang berbentuk al-mandubat juga selalu menjauhkan
diri dari semua larangan-larangan Allah dan rasulNya.
Orang-orang yang akan senantiasa terpelihara
dari cinta dan mahabbah Allah SWT adalah mereka
yang selalu memelihara ke-imanannya dengan meng-
Esakan Allah dalam segala sifat dan perbuatanNya.
Peng-Esa-an Allah SWT dapat dimunculkan dalam
bentuk al-Tawhid el-Uluhiyyah, tawhid el-Rububiyyah
dan tawhid el-’Asma wa el- shifat.
Al-Tawhid el-Uluhiyyah adalah tawhid yang
memperlakukan dan memfosisikan Allah dalam ibadah
seperti salat, menyembelih binatang, melaksanakan
nadzar, berdo’a, al-Raja’, al-Khauf, al-Tawakkal, dan
berbagai ibadah lainnya. Pada tingkatan tawhid ini
tercermin perbedaan masing-masing manusia, apakah
beriman ataukah kufur, taqwa ataukah maksiat.
Al-Tawhid el-Rububiyyah tercermin dalam segala
bentuk ciptaan Allah SWT, tingkatan tauhid ini belum
terlihat perbedaan seseorang apakah dia orang yang
taat ataukah bermaksiat, kafir ataukah mukmin.
Kenyataan bahwa mereka mengakui adanya Tuhan
Sang Pencipta sama dengan pengakuan orang-orang

39
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
mukmin lainnya, dalam tingkatan ini antara kafir dan
mukmin sama-sama mengakui eksistensi Allah sebagai
Pencipta dan pengatur alam ini.
Al-Tawhid el-al-Asm’a wa al-Shifat terlihat pada
keyakinan seseorang terhadap segala shifat yang telah
digariskan Allah dalam al-Qur’an dan al-Sunnah tanpa
sedikitpun dikurangi ataupun di tambah-tambah. Shifat
Allah SWT tidak ada kesamaan dengan sesuatu ”Laitsa
Kamitslihi Tsai’un” tidak ada satupun yang dapat
menyerupai shifat Tuhan, dan tidak beranak dan tidak
pula di peranakkan.
Kecintaan Allah terhadap hambaNya juga dapat
dilihat pada praktek silaturrahmi yang dimunculkan
oleh seorang hamba terhadap hamba Allah lainnya ”
Ahabbul ’Amal Ilallah îmân bi Allah tsumma
shilaturrahmi” (perkerjaan yang paling dicintai Allah
ber-iman kepadaNya dan memelihara silaturrahmi).
Orang yang selalu memelihara silaturrahmi selain
mendapatkan cinta Allah ,juga, akan mendapatkan
keluasan rizki dan memperpanjang usia yakni
memberikan kualitas pada usia seseorang bukan
kuantitas panjangnya usia.
Pekerjaan yang akan mendapatkan cinta Allah
SWT adalah melakukan salat di waktunya;”Ayyul ’Amali
Ahabbu Ilallâh- Ashalâtu ’Alâ Waktihâ” (pekerjaan apa
yang paling dicintai Allah?, rasul menjawab;”melakukan
salat tepat pada waktunya).
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan
salah satu amaliah yang dicintai Allah SWT. Ibnu Mas’ud

40
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
ra telah meriwayatkan bahwa;perbuatan apa yang
sangat dicintai Allah, salat pada awal waktu dan
berbakti kepada kedua orang tua”. Allah SWT , juga,
menegaskan dalam surat al-Isra’/ :23-4;
”Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah
mendidik Aku waktu kecil".
Dari ayat tersebut terlihat bahwa berbakti terhadap
kedua orang tua merupakan kewajiban yang tidak dapat
ditawar-tawar, kewajiban tersebut muncul setelah kewajiban
berbakti kepada Allah SWT.
Al-Zikr kepada Allah termasuk perbuatan yang dapat
membuat seseorang dicintai Allah SWT. Rasulullah SAW
bersabda ”Perbuatan yang dapat mengundang kecintaan
Allah adalah –saat terjaga maupun tertidur—selalu ingat
Allah (Dzikrullah)”. Dzikir yang paling baik adalah
mengucapkan dalam lisan dan hati kalimat ”Laa Ilaha Illallah
Muhammadurrasulullah”. Dzikir kepada Allah –selain
mengundang cinta Allah—juga dapat membuat ketenangan
dalam hati pen-Dzikirnya; Alaa Bidzikrillahi Thatmainnal
Qulub”. [ ]
Cinta Manusia Terhadap Allah

Rasulullah saw bersabda: “Allah,Yang Maha Agung dan Mulia


menjumpaiku - yakni dalam tidurku - kemudian berfirman kepadaku,
“Wahai Muhammad, katakanlah : “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu

41
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
untuk mencintai-Mu, mencintai siapa saja yang mencintai-Mu, serta
mencintai perbuatan yang mengantarkan aku untuk mencintai-Mu.”Dalam
amal ubudiyah, cinta (mahabbah) menempati derajat yang paling tinggi.
Mencintai Allah dan rasul-Nya berarti melaksanakan seluruh amanat dan
ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, disertai luapan kalbu yang dipenuhi
rasa cinta.
Pada mulanya, perjalanan cinta seorang hamba menapaki derajat
mencintai Allah. Namun pada akhir perjalanan ruhaninya, sang hamba
mendapatkan derajat wahana yang dicintaiNya. Dengan mencinati Allah
berarti kita telah menanam dan berinvestasi untuk memperoleh cinta Agung
Allah. Cinta Agung Allah akan diperoleh seseorang bila dia secara tulus
telah mengerahkan cinta kasihnya hanya kepada Allah semata. Katakanlah
jika engkau mencintai Allah maka ikutilah segala petunjuk dan ajaran Nabi
Allah Muhammad SAW maka Allah akan balik mencintai dan mengampuni
segala kesalahan yang telah dilakukannya.
Imam Ibnu al-Qayyim Dalam bukunya “Mahabbatullah” (mencintai
Allah), menuturkan tahapan-tahapan menuju wahana cinta Allah. Cinta
senantiasa berkaitan dengan amal. Dan amal sangat tergantung pada
keikhlasan kalbu, disanalah cinta Allah berlabuh. Itu karena Cinta Allah
merupakan refleksi dari disiplin keimanan dan kecintaan yang terpuji, bukan
kecintaan yang tercela yang menjerumuskan kepada cinta selain Allah.
Jalal al-Dîn Rūmî sang Mastereo Sufi mengatakan;”Aku lari ke
Ka’bah aku tidak menjumpai Tuhanku, aku bergegas menuju gunung
Tursina di mana Musa As menemui Tuhannya akupun tak menemui
Tuhanku, aku mencoba berlari sekencang-kencangnya ke dalam gereja,
tuhanku tidak ada di sana, akhirnya aku kembali ke dalam diriku (hati-ku),
aku temui Tuhanku ada dalam diriku (qalbu-ku)”.
Ungkapan populer Jalal al-Dîn Rūmî tersebut meng-isyaratkan
kepada kita bahwa tidak usah terlalu gencar dan terobsesi untuk mencari

42
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
tuhan jauh-jauh, karena tuhan –pada hakikatnya-- yang kalian cari ada
dalam diri kalian. Kenalilah dirimu pasti engkau kenal tuhanmu, mengenal
diri bukan sebatas siapa nama, posisi apa yang telah diraih, berapa besar
kekayaan yang dimiliki, seberapa jauh kharisma yang di perolehnya, namun
lebih dari itu, kenalilah asal kejadian kita (Min Aina Anta Qadim), kenali
pula mengapa kita ada (limadza Ji’ta ilaa al-dunia), dan kemana kalian akan
pergi setelah meninggalkan dunia fana ini (wa ila aina anta al-Masyir).
Pengenalan diri dengan mendalam akan memberikan perhatian dan
pengetahuan terhadap jati diri kita dan pada akhirnya akan memberikan
kecintaan yang sangat mendalam kepada Sang Khâliq.
Tahapan-tahapan menuju wahana cinta kepada Allah dapat di
simpulkan sebagai berikut:
1. Membaca al-Qur’an dengan merenung dan memahami kandungan
maknanya sesuai dengan maksudnya yang benar. Itu tidak lain adalah
renungan seorang hamba Allah yang hafal dan mampu menjelaskan al-
Qur’an agar dipahami maksudnya sesuai dengan kehendak Allah swt.
Al-Qur’an merupakan kemuliaan bagi manusia yang tidak bisa
ditandingi dengan kemuliaan apapun. Ibnu Sholah mengatakan
“Membaca Al-Qur’an merupakan kemuliaan, dengan kemuliaan itu
Allah ingin memuliakan manusia di atas mahluk lainnya. Bahkan
malaikat pun tidak pernah diberi kemuliaan semacam itu, malah mereka
selalu berusaha mendengarkannya dari manusia”.
2. Taqarub kepada Allah swt, melalui ibadah-ibadah sunnah setelah
melakukan ibadah-ibadah fardlu. Orang yang menunaikan ibadah-ibadah
fardlu dengan sempurna mereka itu adalah yang mencintai Allah.
Sementara orang yang menunaikannya kemudian menambahnya dengan
ibadah-ibadah sunnah, mereka itu adalah orang yang dicintai Allah.
Ibadah-ibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allah,

43
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
diantaranya adalah: shalat-shalat sunnah, puasa-puasa sunnah, sedekah
sunnah dan amalan-amalan sunnah dalam Haji dan Umrah.
3. Melanggengkan dzikir kepada Allah dalam segala tingkah laku, melaui
lisan, kalbu, amal dan perilaku. Kadar kecintaan seseorang terhadap
Allah tergantung kepada kadar dzikirnya kepadaNya. Dzikir kepada
Allah merupakan syiar bagi mereka yang mencintai Allah dan orang
yang dicintai Allah. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: “Sesungguhnya
Allah aza wajalla berfirman :”Aku bersama hambaKu, selama ia
mengingatKu dan kedua bibirnya bergerak (untuk berdzikir)
kepadaKu”.
4. Cinta kepada Allah melebihi cinta kepada diri sendiri. Memprioritaskan
cinta kepada Allah di atas cinta kepada diri sendiri, meskipun dibayang-
bayangi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak lebih mencintai diri
sendiri. Artinya ia rela mencintai Allah meskipun beresiko tidak dicintai
oleh mahluk. Inilah derajat para Nabi, diatas itu derajat para Rasul dan
diatasnya lagi derajat para rasul Ulul Azmi, lalu yang paling tinggi
adalah derajat Rasulullah Muhammad s.a.w. sebab beliau mampu
melawan kehendak dunia seisinya demi cintanya kepada Allah.
5. Kontinuitas musyahadah (menyaksikan) dan ma’rifat (mengenal) Allah
s.w.t. Penglihatan kalbunya terarah kepada nama-nama Allah dan sifat-
sifatNya. Kesadaran dan penglihatan kalbunya berkelana di taman
ma’rifatullah (pengenalan Allah yang paling tinggi). Barang siapa
ma’rifat kepada asma-asma Allah, sifat-sifat dan af’al-af’al Allah dengan
penyaksian dan kesadaran yang mendalam, niscaya akan dicintai Allah.
6. Menghayati kebaikan, kebesaran dan nikmat Allah lahir dan batin akan
mengantarkan kepada cinta hakiki kepadaNya. Tidak ada pemberi nikmat
dan kebaikan yang hakiki selain Allah. Oleh sebab itu, tidak ada satu pun
kekasih yang hakiki bagi seorang hamba yang mampu melihat dengan
mata batinnya, kecuali Allah s.w.t. Sudah menjadi sifat manusia, ia akan

44
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
mencintai orang baik, lembut dan suka menolongnya dan bahkan tidak
mustahil ia akan menjadikannya sebagai kekasih. Siapa yang memberi
kita semua nikmat ini? Dengan menghayati kebaikan dan kebesaran Allah
secara lahir dan batin, akan mengantarkan kepada rasa cinta yang
mendalam kepadaNya.
7. Ketertundukan hati secara total di hadapan Allah, inilah yang disebut
dengan khusyu’. Hati yang khusyu’ tidak hanya dalam melakukan sholat
tetapi dalam semua aspek kehidupan ini, akan mengantarkan kepada cinta
Allah yang hakiki.
8. Menyendiri bersama Allah ketika Dia turun. Kapankah itu? Yaitu saat
sepertiga terakhir malam. Di saat itulah Allah s.w.t. turun ke dunia dan di
saat itulah saat yang paling berharga bagi seorang hamba untuk
mendekatkan diri kepadaNya dengan melaksanakan sholat malam agar
mendapatkan cinta Allah.
9. Bergaul dan berkumpul dengan orang-orang yang mencintai Allah,
majelis-majelis dzikir, pengkaji dan penuntut ilmu pengetahuan, maka
iapun akan mendapatkan cinta Allah s.w.t.
10. Menjauhi sebab-sebab yang dapat menghalangi keasyikan komunikasi
kalbu dan Al-Khaliq.
Dari sepuluh langkah tersebut, jika, dipraktekan dengan baik dan
benar maka Allah akan mencintainya dan ketika sudah dicintai Allah maka
apapun yang dilihat oleh matanya ia menggunakan penglihatan Allah,
apapun yang didengar oleh telinganya ia menggunakan pendengaran Allah,
apapun yang ia rasakan oleh tangannya ia menggunakan tangan Allah dan
seluruh langkah yang ia gunakan adalah langkah Allah SWT. Begitulah jika
Allah telah mencintai hambaNya ia akan memberikan fasilitas kemudahan
dalam segala persoalannya
[]

45
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna

Cinta Hamba Terhadap Rasul Allah

      


    
   
  
   
    
 
  

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh Telah


berlalu sebelumnya beberapa orang rasul1 apakah jika dia wafat atau
1
Maksudnya: nabi Muhammad s.a.w. ialah seorang manusia yang
diangkat Allah menjadi rasul. rasul-rasul sebelumnya Telah wafat. ada
yang wafat Karena terbunuh ada pula yang Karena sakit biasa. Karena
itu nabi Muhammad s.a.w. juga akan wafat seperti halnya rasul-rasul
yang terdahulu itu. di waktu berkecamuknya perang Uhud tersiarlah
berita bahwa nabi Muhammad s.a.w. mati terbunuh. berita Ini
mengacaukan kaum muslimin, sehingga ada yang bermaksud meminta
perlindungan kepada abu Sufyan (pemimpin kaum Quraisy). sementara
itu orang-orang munafik mengatakan bahwa kalau nabi Muhammad itu
seorang nabi tentulah dia tidak akan mati terbunuh. Maka Allah
menurunkan ayat Ini untuk menenteramkan hati kaum muslimin dan

46
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? barangsiapa yang berbalik ke
belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah
sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur.
Manusia sebagai hamba Allah yang paling sempurna jika mereka
secara keseluruhan menggunakan akal pikiran yang telah Allah
anugerahkan, memanfaatkan telinganya untuk mendengarkan persoalan
yang baik-baik, menggunakan matanya untuk selalu melihat yang di
syariatkan Allah SWT, namun jika semua fasilitas tersebut dia tidak
gunakan secara sempurna maka dia akan menjadi hamba Allah yang rendah
dan bahkan lebih rendah dari binatang.
Kehadiran rasul Allah sebagai pemberi hidayah dan penyampai
wahyu sebagai penunjuk arah dari kegelapan cahaya Ilahi menuju nur Allah
Yang Maha Dahsyat nan abadi, tanpa Rasul kita akan selalu berada dalam
kegelapan tanpa arah oleh karena itulah rasa syukur tiada terhingga
hendaklah di ekspresikan melalui mahabbah yang mendalam.
Hakikat cinta terhadap rasul termanifestasi dalam realitas keseharian
manusia dengan mengikuti seluruh petunjuk dan arahan yang telah
digariskannya dan menjauhi semua al-manhiyyat yang ditegaskan dalam al-
quran maupun al-hadits.
Al-quran telah menyebutkan beberapa hal yang harus dilakukan bagi
orang yang mengatakan dirinya cinta kepada Nabi Muhammad SAW;
1. Cara berkomunikasi;
Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti
panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya

membantah kata-kata orang-orang munafik itu. (Sahih Bukhari bab


Jihad). abu bakar r.a. mengemukakan ayat Ini di mana terjadi pula
kegelisahan di kalangan para sahabat di hari wafatnya nabi Muhammad
s.a.w. untuk menenteramkan Umar Ibnul Khaththab r.a. dan sahabat-
sahabat yang tidak percaya tentang kewafatan nabi itu. (Sahih Bukhari
bab ketakwaan Sahabat).

47
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara
kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang
yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab
yang pedih.
Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar
kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti. Dan kalau sekiranya mereka
bersabar sampai kamu keluar menemui mereka sesungguhnya itu lebih baik
bagi mereka, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada
Muhammad): "Raa'ina", tetapi katakanlah: "Unzhurna", dan "dengarlah."
Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih. Sesungguhnya orang
yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang
yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka
ampunan dan pahala yang besar.

2. Meminta Izin;
Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada
bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan
pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin
kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu
(Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
rasul-Nya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu
keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka,
dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

3. Pembicaraan Khusus dengan Nabi;


Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan

48
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang
miskin) sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan
lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan
sedekah sebelum mengadakan pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu
tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi taubat kepadamu maka
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya;
dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

[]

Cinta Hamba Terhadap Makhluk Allah

Manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan


tidak akan dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang
lain, keterkaitan satu sama lain bagaikan satu mata
uang yang tidak akan pernah dapat terpisahkan, sebab

49
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
jika terpisah maka tidak akan bernilai walau sekedar
untuk menukarkannya dengan setetes air.
Keterkaitan tersebut dalam dunia sosial lebih
dikenal dengan interaksi sosial, interaksi satu sama lain
dapat juga dimengerti bahwa tanpa komunikasi tidak
akan pernah terjadi kesepahaman terhadap apa yang
diinginkan. Kebermanfaatan menjadi dasar sekaligus
sebagai tujuan dari sebuah interaksi manusia dengan
manusia lainnya.
Rasul Allah SAW bersabda; sesunggunya orang
yang paling dicintai oleh Allah adalah mereka yang
saling memberi rmanfaat diantara mereka dan
perbuatan yang paling disenangi Allah adalah
memberikan kebahagiaan terhadap saudaranya yang
Muslim, juga, berusaha membantu menyelesaikan
kesulitan yang mereka alami, atau membantu
menuntaskan hutang yang menjadi bebannya, atau
juga memberikan makanan sehingga tidak lapar dan
haus, sesungguhnya lebih Aku cintai mereka yang
berusaha membantu saudaranya yang sedang
mengalami kesulitan daripada mereka yang berdiam
dan beribadah dalam masjid selama satu bulan penuh”.
Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa
Allah sangat mencintai orang yang dapat memberikan
manfaat bagi orang lain dan bukan sebaliknya orang-
orang yang hanya menjadi beban orang lain sangat
dibenci Allah SWT. Bermanfaat bagi orang lain juga
dapat diartikan dalam segala persoalan seperti
membantu kebutuhan orang-orang yang sedang

50
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
mengalami persoalan.
Memberikan kebahagiaan kepada orang lain
adalah salah satu bentuk amaliah yang dicintai Allah
SWT. Memberikan kebahagiaan dapat berupa
melakukan perbuatan-perbuatan terpuji dan
menghindarkan diri dan keluarga serta orang-orang
yang dicintai dari perbuatan-perbuatan tercela.
Memberikan kebahagiaan juga dapat tercermin dari
sikap bahagia yang kita munculkan dengan seuntai
senyum manis bila bertemu saudara yang kita kenal
maupun tidak. Lebih jauh rasulullah SAW bersabda; jika
kalian ingin mendapatkan kecintaan dari orang lain
maka tebar luaskanlah salam baik kepada orang yang
kau kenal maupun yang tidak engkau kenal”. Senyum
manismu di depan saudaramu merupakan sedekah
yang tak terkira nilainya.
Ekspresi cinta juga hendaknya ditebarkan bukan
hanya kepada sesama manusia, namun lebih dari itu
juga kecintaan harus ditebarkan kepada seluruh
ciiptaan Allah baik yang berbentuk makhluk hidup
ataukah makhluk yang tak bernyawa, benda mati
ataukah benda hidup. Allah SWT telah menjabarkannya
dalam al-Qur’an;”Janganlah kamu melangkahkan
kakimu secara sombong dan angkuh”.
   
 

 
 
   
  
 

  

 

51
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna


  
 

  
Kalau sekiranya kami turunkan Al-Quran Ini kepada sebuah
gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah
disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-
perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka
berfikir.

   


   
Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak percaya
kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dan bumi
untuk kami.
Kedua ayat tersebut dapat dikatakan sebagai bukti
nyata bahwa baik yang hidup, nyata, mati, tidak nyata
diperlukan perlakuan dan interaksi yang baik sehingga
makhluk Allah yang berupa manusia maupun binatang,
tumbuh-tumbuhan tetap terpelihara sesuai dengan ajaran
dan syariat yang telah digariskan Allah dan rasulNya.
Salah satu bentuk ekpresi kita dalam menghargai
ciptaan Allah selain manusia adalah dengan tetap
memelihara dan menghargai serta memperlakukannya
sebagai makhluk Allah yang akan kita pertanggung
jawabkan segala perbuatan yang kita lakukan kepadanya.
[]
BAGIAN KETIGA
Wacana Cinta di Mata Para Tokoh

Cinta bagi Para Filosof

52
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Dalam Encyclopedia Britanica dijelaskan bahwa
dalam agama Yunani Eros merupakan dewa cinta
sementara Aphrodite merupakan dewi kecantikan dan
dewi cinta seks. Jika dilacak dari masa Yunani, maka
filosof yang pertama membahas tentang cinta (love)
ialah Plato (427-348 SM). Ajaran Plato yang utama ialah
cinta kepada Yang Baik. Plato juga mengajarkan
tentang realitas, tetapi bukan realitas yang dipahami
kebanyakan orang umumnya yang bersifat inderawi.
Menurutnya realitas yang sebanarnya ialah yang
bersifat rohani yang dikenal dengan idea yang bersifat
abadi dan tak berubah. Tujuan segala yang ada adalah
Idea Yang Baik yang tak lain adalah kebahagiaan yang
tertinggi.
In the Platonic tradition love had a unique
metaphysical status, for it existed in both the
material and the ideal worlds. Love can take on
many forms, from gross sexual passion to a
devotion to learning, but, it was argued, the
ultimate object of love is the beautiful. The
goodness that God sees in his creation is its beauty
and to feel the beauty of world is to love it and its
Creator..
Dari kutipan di atas dinyatakan bahwa dalam
segala sesuatu yang dicintai terdapat unsur keindahan
atau kecantikkan (beauty/al-jamâl) atau dengan kata
lain keindahan itulah yang menjadi daya tarik si
pecinta. Keindahan alam semesta ini tak lain
merupakan pengejawantahan keindahan penciptanya

53
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
yaitu Allah. Dalam hal kecantikan dan keindahan Tuhan
dan alam terdapat sebuah hadis sebagaimana yang
telah disebutkan di atas.
Idea Sang Baik merupakan akar segala cinta.
Menurut Plato, cinta disebut eros yang merupakan
kekuatan universal dalam alam. Cinta yang paling
rendah (cinta seksual bagi segenap organisme
inderawi) masih merupakan pancaran dari Sang Baik.
Puncak hidup yang etis menurutnya ialah kesatuan total
antara kebaikan objektif, cinta, dan kebahagiaan. Eros
dianggap sebagai nilai subjektif dan idea-idea adalah
nilai objektif. Manusia mencapai puncak kebahagiaan
apabila nilai-nilai subjektif (eros), menyatu dengan nilai
yang tertinggi dengan idea Sang Baik.
Cinta atau love atau mahabbah dapat ditelusuri
asal usulnya. Rutin Gotesky menulis berbagai versi
tentang ini. Ia berpendapat bahwa cinta (love)
merupakan dorongan kuat manusia sebagai
keperluan/kebutuhan kontrol terhadap penggunaan
kemampuan rasional manusia. Teori ini berlaku sejak
Plato, Neo platonis, awal Kristen dan Pencerahan Itali.
Selanjutnya dikatakan bahwa Dante dinilai sebagai
puncak karya cinta masa itu dengan Vita Nousa serta
Divine Comedy-nya. Dikatakan selanjutnya: For Dante
the Johannine phrase: “God is Love” was of essential
importance in religion. In ending the Divine Comedy
with the love that moves the sun and the other stars,
he identified his own love and all love with the love of
that the cosmos has for it’s Creator.”

54
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Sayang karya besar itu dinodai pengaruh
sentimen keagamaan, khususnya terhadap Islam dan
lebih khusus lagi Nabi Muhammad saw. Hal itu terbukti
dalam karya Davina Comedia (Divine Comedy) yang
menyebutkan bahwa Muhammad adalah penghuni
neraka paling bawah karena dianggap sebagai telah
mengajarkan aliran Kristen sesat.
Sarjana Kristen Barat yang juga memiliki ide dan
perhatian tentang cinta ialah Agustinus (354–430 M.).
Baginya cinta kepada Allah harus diterjemahkan dalam
kehidupan sehari-hari dengan memperhatikan tatanan
cinta (ordo amoris). Tatanan realitas di dunia dan di
akhirat dapat menjadi ukuran cinta. Cinta dapat
tercermin pada sikap hidup yang sesuai dengan tatanan
di dunia yang merupakan fenomena kehendak Allah.
Cinta dapat bertingkat-tingkat, ada yang rendah dan
ada yang tinggi. Karena itu manusia harus
mendahulukan yang tinggi yaitu cinta kepada Allah.
Cinta yang paling rendah ialah cinta kepada benda-
benda duniawi yang bersifat fana. Mencintai manusia
hendaknya sama dengan mencintai diri sendiri,
sedangkan mencintai Allah tidak ada batasnya. Ia juga
berpendapat bahwa cinta yang sesung-guhnya kepada
Allah tidak dapat sampai disebabkan karena salah
paham atau berbuat kekeliruan. Walaupun demikian
Allah Mahatahu apa yang ada dalam batin atau sikap
hati manusia. Di antara semboyannya ialah: “Cintailah
dan lakukan apa saja yang kau kehendaki.” Eckart
pernah mengutip pendapat St. Agustine bahwa manusia

55
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
adalah seperti apa yang ia cintai (Man is what he loves).
Kemudian ia menambahkan: “If he loves a stone, he is
a stone; if he loves a man, he is a man; if he loves God–
I dare not say more, for if I said that he would then be
God, ye might stone me”.

Cinta bagi
Psikolog

56
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna

Telah dikemukakan sedikit di atas bahwa psikolog


tidak banyak yang membahas tentang cinta. Di antara
mereka yang membahas agak mendalam tentang cinta
ialah Erich Fromm sementara Sigmund Freud
membahasnya dalam kaitan dengan eros sebagai
dorongan hidup dan juga erat kaitannya dengan
dorongan seks (libido). Freud juga menghubungkan
cinta dengan ego sebagai salah satu struktur jiwa
manusia di samping id dan super ego. Dalam kaitannya
dengan id, ego, dan super ego dijelaskan:
Most of us, at one time or another, experience urges
to behave impulsively or have feelings or thoughts
that startles us because they seem so primitively
hostile or sexual (the working of the id). We also try
to figure out the best ways to relate to our physical
and social surroundings in order to satisfy our needs
(an ego function), and we are affected by moral
considerations and make various values judgments
(the superego’s influence).
Burhus Frederic Skinner (lh. 1904 M.) tidak banyak
membahas cinta yang dapat merupakan perasaan
(loving feelings) dan dapat berupa perilaku (loving
behaviors) dari penguatan positif seperti berbagai
perhatian, pernyataan perasaan, kontak seks dan
sebaginya.
Carl Rogers (lh. 1902 M.) juga membahas sedikit
tentang cinta. Menurutnya cinta merupakan kebutuhan
manusia dari dalam dirinya. Baik Freud, Skinner,

57
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
maupun Rogers dinilai sebagai penganut determinism
dalam arti semua perilaku manusia dapat dilacak sebab
musababnya.
Psikolog yang agak banyak membahas cinta ialah
Erich Fromm dalam The Art of Loving. Ia berpendapat
bahwa “kepuasan dalam cinta individual tidak akan
dapat diperoleh tanpa adanya kemampuan untuk
mencintai sesama. Kepuasan tersebut juga tidak akan
mungkin dicapai tanpa adanya sikap rendah hati,
berani, percaya dan disiplin.” Menurut Fromm, cinta
merupakan seni, maka cinta memerlukan pengeta-huan
dan perjuangan. Ia menyayangkan bahwa pada masa
ini cinta lebih merupakan masalah dicintai (to be loved)
bukan mencinta atau kemapuan untuk mencintai. Di
samping itu banyak yang beranggapan bahwa masalah
utama ialah mencari objek cinta yang tepat sedang
masalah kemampuan untuk mencintai dianggap
masalah mudah. Ia kemudian membahas objek cinta
yang mencakup: cinta persaudaraan; cinta keibuan;
cinta erotik; cinta diri dan cinta Tuhan. Jika diperhatikan
dalam uraiannya, menurut hemat penulis, lebih
tepatnya pembagian ini bukan berdasar objek, tetapi
pembagian tentang jenis atau macam-macamnya.

58
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna

Cinta bagi Para Pujangga

Bagi para pujangga atau seniman, cinta


dituangkan dalam berbagai karya seperti seni lukis,
seni sastra, seni ukir dan lainflain. Muhammad Iqbal
menuangkan rasa cintanya dalam bentuk puisi
misalnya Javid Nama dan lain-lain. Demikian juga bagi
Jalaluddin Rumi.
Pujangga Arab Kristen yang terkenal dari Timur
Tengah yang banyak menulis berkenaan dengan cinta
ialah Kahlil Gibran (1833-1931). Di antara buku-
bukunya ialah: Air Mata dan Senyuman, Kelopak

59
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Kelopak Jiwa dan lain-lain. Dalam buku Air Mata dan
Senyuman terdapat beberapa judul yang erat kaitaanya
dengan cinta misalnya: Kehidupan Cinta; Kekasih, Kisah
Cinta; Kembalinya Sang Kekasih. Dari Judul Kehidupan
Cinta, ia membayangkan memiliki kekasih untuk diajak
menikmati keindahan alam, udara gunung yang segar,
tumbuh-tumbuhan yang hijau dan sebagainya. Judul
kedua (Kekasih) juga demikian halnya. Hanya di sini ia
lebih banyak menggambarkan sifat dan perilaku
kekasih yang mempesona.
Kahlil Gibran tampaknya seorang yang cinta
kemanusiaan, terutama mereka yang hidup sederhana
bahkan serba kekurangan dan sering ditindas oleh
penguasa yang lalim. Ia juga seorang yang amat cinta
tanah air dan menyesali kerusakan tanah tumpah
daranya di Libanon. Rasa ibanya terhadap si lemah dan
papa dan rasa tidak senangnya terhadap penguasa
yang sewenang-wenang diungkapkan dalam cerita
Rachel, janda yang ditinggal mati suaminya secara
misterius, dan anaknya, Miriam, gadis cantik yang lugu.
Ia mengkritik dengan pedas penguasa lalim yang
sewenang-wenang terhadap rakyat miskin. Demikian
juga kepada misionaris yang menyalah-gunakan
jabatannya sebagai penyebar agama.
Di tempat lain dikatakan: “Karena cinta adalah
karunia hati yang amat berharga kenikmatan surgawi,
kehangatan ciuman dari-Nya”. (Belia).
Dalam bukunya Airmata dan Senyuman, ia
ungkapkan kecintaanya akan kebebasan dan membenci

60
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
akan perbudakan katanya: “Aku telah mencintai
kebebasan dan cintanku yang tumbuh bersama dengan
tumbuhnya pengetahuanku tentang perbu-dakan, demi
kebodohan dan penipuan.” Di tempat lain dikemukakan
nasib budak yang menyedihkan sebagai dikatakan:
Namun aku pun mencintai budak ini dengan cintaku
yang tak terkekang. Ya, aku mengasihani mereka
karena mereka buta dan mengecup bibir berdarah dari
seekor hewan buas namun tiada menyadari; dan,
menghirup racun ular berbisa namun tak merasakan.
Mereka menggali kuburnya sendiri dengan kuku-kuku
jarinya namun tak mengetahui.

61
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna

Cinta bagi Para Sufi

Cinta bagi Ibu Teresa (1910-1997). Ia sebenarnya


berasal dari keluarga berada. Namun, segenap dirinya
dicurahkan untuk menolong masyarakat melarat dan
sengsara, terutama di India dan Bangladesh. Rasa
cintanya dicurahkan dalam kegiatan kemanusiaan
tanpa membedakan agama, bangsa, suku, dan ras.
Anggota Suster Cinta Kasih ini tidak segan-segan
membuang jubah mewahnya dan menggantinya
dengan yang kumuh agar dapat leluasa terjun merawat
orang-orang yang mati atau sakit parah, serta
gelandangan kelaparan di pinggir-pinggir jalan. Ia
benar-benar melaksanakan ajaran agamanya yang
mengajarkan cinta kasih terhadap sesama, terutama
yang mengalami kesengsaraan dan memerlukan uluran
tangan. Rupanya kegiatan kemanusiaan Ibu Teresa ini
dikagumi lalu mengilhami Dorce Gamalama mendirikan
yayasan setelah menonton filemnya.
Di kalangan sufi muslim tokoh terkenal yang
banyak mengangkat ungkapan cinta adalah Rabi’ah al-
Adawiyah, seorang sufi perempuan terbesar sepanjang

62
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
sejarah tasawuf. Baginya, cinta atau mahabbah
merupakan maqâm tertinggi dalam kesufian-nya.
Tahapan-tahapan kesufian Rabi‘ah (maqâm) ialah
taubah, zuhd, ridâ, murâqabah dan terakhir mahabbah.
Tiap-tiap sufi memiliki tahapan-tahapan (maqâm) yang
berbeda-beda, terutama tahapan yang paling tinggi,
walau ada juga persamaannya pada tahapan yang lain.
Bagi Rabi’ah, cinta kepada Allah merupakan pendorong
segala aktivitasnya. Dalam kegiatan sehari-harinya,
termasuk ibadah, ia tidak mengharapkan surga dan
juga tidak takut pada neraka. Ini dapat dilihat dalam
pernyataannya sebagai berikut: “O God, if I worship
Thee for fear of Hell, burn me in Hell, and if I worship
Thee in hope of Paradise, exclude me from Paradise;
but if I worship Thee for Thy own sake, grudge me not
Thy everlasting beauty.”
Dalam hal kezuhudannya dapat dilihat
pernyataanya sebagai berikut: “O God, whatsoever
Thou hast apportioned to me of worldly things, do Thou
give that to Thy enemies; and whatsoever Thou hast
apportioned to me in the world to come, give that to
Thy friends; for Thou suffices me.”
Dalam hidupnya di dunia ini, ia hanya ingin
mengingat Tuhan dan di akhirat nanti ia hanya ingin
bertemu dengan Tuhan. Farîd al-Dîn (506/1119-
607/1220) mengemukakan beberapa anekdot yang
berkenaan dengan kehidupan Rabi‘ah. Bagi Rabi’ah, di
hatinya hanya ada cinta bagi Tuhan sebagimana
syairnya:

63
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
‫يا حبيب القلبي ما لي سواك ◘ فارحم اليوم مذنبا قد أتاك‬
.‫يا رجائ و راحتي و سرورى ◘ قد أبي القلب أن يحب سواك‬
Hatinya dipenuhi oleh rasa cinta sampai tak ada
ruang untuk membenci sesuatu termasuk setan. Hal ini
tercetus sewaktu ditanya tentang setan, ia menjawab:
“Tidak (benci), cintaku kepada Tuhan tidak
meninggalkan ruang kosong dalam diriku untuk rasa
benci pada setan”. Tentang cintanya kepada Nabi
Muhammad saw., ia menyatakan: “Saya cinta kepada
nabi, tetapi cintaku kepada Pencipta memalingkan
diriku dari cinta kepada makhluk”.
Bagi Imam al-Gazali, cinta atau mahabbah juga
merupakan tahapan (maqâm) yang paling tinggi, maka
tidak ada lagi tahapan lain setelah mahabbah. Yang ada
hanyalah hasil dari cinta Ilahi, yaitu rindu, uns dan rida.
Bagi al-Gazali tahapan itu ialah: tobat, zuhud, sabar,
tawakal, dan rida, puncaknya adalah cinta, makrifat,
fanâ’ dan ittihâd hanya mengikuti mahabbah. Bagi al-
Gazali hakekat pemdekatan diri kepada Allah adalah
untuk mencintai-Nya. Taat kepada Allah merupakan
konsekuensinya dan buahnya ialah cinta kepada Allah
setelah ma‘rifah kepada-Nya. Menurutnya cinta ilahi
dapat terwujud tanpa panca indra, tetapi dengan kalbu.
Al-Gazali menjelaskan sebab-sebab terjadinya cinta
Pertama, pada dasarnya manusia itu mencintai diri
sendiri, maka ia ingin tetap hidup dan tak mau binasa.
Kedua manusia tertarik kepada yang berbuat baik
kepada dirinya, walau tidak ada hubungan keluarga
dengannya. Ketiga, manusia mencintai sesuatu karena

64
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
sesuatu itu (zatnya) layak untuk dicintai, misalnya cinta
pada keindahan, keharmonisan, dan ketampanan.
Keempat manusia mencintai keindahan sesuatu walau
tidak nampak pada panca indera, misalnya keberanian,
kejujuran, kecerdasan dan sebagainya. Kelima cinta
juga timbul karena kesesuaian jiwa (tanâsub), bukan
karena keelokan dan sebagainya. Hal ini dapat disimak
firman Allah dalam Q.S. Âli ‘Imrân: 14:

  


 
   

 
  
 
 
  
  

Terjemahnya: Dijadikan indah pada (pandangan)


manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak,
dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia,
dan di sini Allahlah tempat kembali yang baik (surga).
Dari ayat ini tampak jelas bahwa rasa cinta
merupakan fitrah atau naluri manusia yang dibawa
sejak lahir. Cinta kepada apa-apa yang baik dan

65
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
bermanfaat, baik manfaat lahiriah ataupun batiniah.
Dengan kata lain, rasa cinta yang ada dalam diri
manusia merupakan anugerah Tuhan yang patut
disyukuri dan dikembangkan serta dijaga
kelangsungannya. Di samping itu terdapat juga dalam
suatu hadits qudsi yang berbunyi:

‫كنت كنزا مخفيا فأحببت أن أ عرف فخلقت الخلق فبه عر فوني‬


Terjemahnya: Aku (Allah) adalah perbendaharaan yang
terpendam. Aku ingin supaya dikenal, maka Aku jadikan
alam ini, sehingga dengan itu mereka mengenal Aku.
Cinta sebagai perilaku manusia dapat ditelusuri
tanda-tandanya, sebab pada dasarnya perilaku manusia
adalah cermin situasi batin atau jiwanya, termasuk
perasaan dan pikirannya. Walaupun demikian, apa yang
dilakukan manusia tidak selalu sejalan dengan pikiran
dan perasaannya. Manusia pandai berpura-pura.
Dalam hal tanda-tanda manusia mencintai Tuhan,
menurut pendapat Al-Gazali adalah: Pertama,
menginginkan pertemuan dengan-Nya. Untuk bisa
bertemu dengan cara menjauhi dunia (zuhud) dan
manusia bisa bertemu setelah mati. Kedua, rajin
mengerjakan apa yang dicintai Allah dengan ikhlas.
Ketiga, senang berzikir baik dengan lisan atau dengan
batinnya. Keempat, senang menyendiri (khalwah) dan
bermunajat kepada Allah baik dengan cara membaca
wahyunya atau dengan bertahajud. Kelima, tidak ada
rasa takut atau sedih dengan harta yang hilang, yang
disedihkan ialah hilangnya waktu yang mestinya untuk

66
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
berzikir dan ibadah kepada Allah. Keenam, menikmati
ibadah dan atau yang diperintahkannya. Ketujuh,
ramah dan kasih sayang kepada sesama hamba Allah.
Kedelapan, cemas dan takut kalau-kalau amalnya tidak
diterima oleh Allah, kagum akan keindahan dan
kesempur-naanya. Kesembilan, merahasiakan cintanya
kepada Allah terhadap manusia, tidak
memamerkannya. Kesepuluh, merasakan bahagia dan
senang (uns) dan puas atau lega (ridâ).
Abu al-Ghifari mengemukakan beberapa pendapat
tentang cinta yang erat kaitannya dengan seks.
Menurutnya jika cinta dikaitkan dengan seks,
romantisme, kemesraan, kesetiaan, rasa memiliki,
maka rumusannya terserah masing-masing. Seorang
laki-laki yang tertarik kepada wanita bukan karena
kecantikan atau kecerdasannya, tetapi karena
keindahan dan kekurangannya, maka itulah cinta
menurut Ahmad Bahjat. Dikutip pula pendapat Kahlil
Gibran bahwa cinta adalah keindahan sejati yang
terletak pada keserasian spiritual. Cinta merupakan
kebebasan di dunia mampu mengangkat jiwa begitu
tinggi sehingga hukum-hukum kemanusiaan tidak
mampu menemukan jejaknya.
Dikemukakan juga pendapat John Gray bahwa
cinta berarti memberi bukan menerima (mirip dengan
pendapat Erich Fromm) dan bukan saling memaksakan
kehendak. Cinta juga bukan menuntut tetapi memberi
penegasan dan penghargaan. Cinta membuat mampu
menerima perbedaan (mirip dengan pendapat Ibn

67
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
al-‘Arabi). Abu al-Ghifari juga mengemukakan cinta dari
sudut psikologi, yaitu himpunan nilai-nilai kemanusiaan
yang menjelma di dalamnya makna hakiki dari kata
“manusia”. Ia juga mengemukakan definisi cinta dari
segi ma‘ânî yaitu kecenderungan hati kepada sesuatu
karena indahnya dan lezatnya bagi yang mencintai. Jika
kecenderungan itu kuat disebut sababah atau garâm,
jika berlebihan disebut ‘âsyiq, jika sampai puncaknya
dalam hati disebut syagaf dan jika ia sampai
menghambakan diri kepada yang dicintai disebut
tatayyum.
Abû al-Ghifârî juga mengemukakan pendapat para
sufi bahwa cinta yang sebenarnya tak dapat
dirumuskan dengan kata-kata sebab cinta meliputi
ilham, pancaran dan luapan hati. Cinta hanya dapat
dirasakan dan dialami, maka tak dapat didefinisikan. Ia
juga mengemukakan pendapat ahli kimia yang
menyatakan bahwa terdapat beberapa unsur dalam
proses cinta yang berperan yaitu amphetamine,
dopamine, norepynepharine, dan yang paling penting
phenylathylamine. Unsur terakhir inilah yang
menjadikan orang tertarik kepada seseorang. Unsur ini
diproduksi sangat terbatas, jika habis akan habis pula
rasa cinta itu. Akan tetapi, di otak ada lagi unsur yang
juga penting dalam merangsang syaraf lebih sensitif
yang dibutuhkan bagi pasangan kekasih atau suami
istri, yaitu oxytocine. Akhirnya ia menyimpulkan bahwa
ada dua kelompok cinta yang dialami manusia.
Pertama, cinta yang umumnya dipikirkan dan

68
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
dirasakan manusia yaitu rasa kasih mesra antara
manusia yang berlawanan jenis. Kelompok ini termasuk
cinta yang didasarkan secara kimiawi di atas. Kelompok
kedua ialah cinta yang lebih luas mencakup yang
pertama yaitu cinta hakiki yang didasarkan pada
keyakinan akan keagungan dan kekuasaan Tuhan.
Muthahhari memilih term ‘isyq untuk cinta.
Dalam Manusia Seutuhnya (Insone Komil/insân
kâmil) pada salah satu sub judul ditulis tentang ifrât
dalam ‘isyq (cinta). Ia mengkritik yang beranggapan
bahwa cinta adalah satu-satunya nilai. Dengan cinta
maka semua nilai terhapus dan akal pikiran terbuang.
Ia mengemukakan syair Hâfiz yang dinilai berlebihan
dalam menilai cinta serta terlalu mengagungkan para
sufi dan ‘urafa’ di mana hanya mereka yang mampu
mencapai ma‘rifatullâh dengan kendaraan isyq (cinta).
Menurut Muthahhari manusia sempurna (Insân Kâmil)
adalah menusia yang seluruh nilai insaniahnya
berkembang seimbang dan selaras. Nilai insaniah
tersebut seperti akal, ‘isyq, mahabbah, ibadah, zuhd,
kebebasan, hikmah dan sebagainya. Sosok manusia
yang demikian terdapat pada Ali bin Abi Talib sebagai
khalifah IV (656-661 M).
Di Indonesia muncul Arini Hidayati yang
tampaknya sangat tertarik dengan konsep cinta
Rabi‘ah. Ia menulis Jiwa-Jiwa Pencinta. Pada awal
bukunya dikemukakan hadis qudsi yang
menggambarkan seorang hamba yang telah
memperoleh mahabbah dari Allah lantaran rajin

69
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
beribadah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Sebagai
imbalannya hamba itu dalam berbagai kegiatannya
selalu mendapat hidayah dari Allah.Ia merasa kecewa
dengan cinta di dunia yang fana dan mencari cinta
abadi sebagaimana dikatakan: Aku mencari cinta, di
kota keindahan hari ini, ketika tiba-tiba jiwaku
bergelora merindukan-Nya. Jiwaku yang tak sengaja
telah menyalakan kerinduan atas kehendak-Nya,
membangkitkanku mendamba “jiwa”-Nya, “jiwa”
kesempurnaan, “jiwa” keabadian.
Pada halaman lain, cinta semua itu diibaratkan
sebagai cinta mawar yang banyak durinya. Hal
semacam itu dikemukakan lagi: “Duhai, betapa gelisah
jiwa yang berada di antara pilihan yang sama-sama
menuntut haknya untuk menghidupkan itu. Tapi suatu
ketakmungkinan untuk melepaskan yang satu dan
menghidupkan yang lain, ketika semuanya minta
kepenuhan cinta”.

BAGIAN KEEMPAT

70
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Cinta dan berbagai persoalan

Cinta dan Hirarkinya


Dalam hal pembagian cinta dapat dibagi
berdasarkan berbagai seginya. Dari segi pelaku cinta
yaitu pecinta (al-muhibb) dapat dibagi menjadi dua:
Tuhan dan manusia. Manusia sebagai pelaku cinta
dapat lagi dibedakan menjadi dua (berdasar pandangan
Islam) yaitu Rasul dan manusia biasa. Rasul dan
manusia dapat dilihat lagi berdasar statusnya: orangtua
(ayah atau ibu), saudara, anak, dan sesama manusia
lainnya. Ditinjau dari segi objek atau sasaran cinta yaitu
yang dicintai atau kekasih (al-mahbûb atau al-habîb),
dapat dibedakan menjadi: Tuhan, Rasul, manusia, dan
benda-benda lain. Dengan demikian, hampir tak ada
sesuatu yang tidak dapat menjadi sasaran cinta.
Pembagian lebih lanjut dapat dilihat dari segi tanda-
tandanya, tujuan atau motivasinya, dan kegiatannya.
Cinta sebagai aktivitas batin dapat pula dibagi
berdasarkan kualitas atau intensitasnya.
Dalam hal pelaku cinta tidak disebutkan tentang
hewan dan tumbuh-tumbuhan, malaikat, iblis, setan
dan benda-benda mati (unorganis). Hal ini memerlukan
penelitian tersendiri. Apakah binatang dan tumbuh-
tumbuhan tidak memiliki rasa cinta? Mungkin juga
memilikinya, hanya tidak seperti manusia dan lebih
bersifat naluriah. Dalam hal binatang memang agak
jelas bagaimana induk melindungi anak-anaknya.
Namun, hal itu lebih tepat sebagai insting. Dalam hal
pembagian cinta ini, Ibn Qayyim membedakan cinta

71
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
menjadi empat. Pertama, cinta kepada Allah yang
dinilainya masih belum cukup bagi umat Islam karena
penganut agama lain juga mencintai Allah. Kedua,
mencintai apa yang dicintai Allah. Cinta semacam ini
dapat membedakan seseorang sebagai muslim atau
kafir. Ketiga, cinta karena Allah dan bagi Allah. Cinta
semacam ini mencakup model cinta yang kedua.
Keempat, cinta bersama Allah. Menurutnya cinta model
ini adalah cinta yang berbau syirik. Agaknya cinta
model terakhir ini erat kaitannya dengan firman Allah
dalam Q.S. al-Baqarah: 165:

    


   
    
  

      
   
   
 
 
  
 

Terjemahnya: Dan di antara manusia ada orang-orang


yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah,
mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada
Allah. Dan seandainya orang-orang yang berbuat zalim
itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari

72
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya
(niscaya mereka menyesal).
Selanjutnya ia membagi objek yang dicintai
menjadi dua, pertama, sesuatu yang dicintai bagi
dirinya; kedua, sesuatu yang dicintai bagi selainnya.
Dijelaskan selanjutnya bahwa tidak ada sesuatu yang
dicintai karena dirinya/dzatnya melainkan Allah semata.
Jika telah demikian, maka kecintaan kepada selainnya
mengikuti kecintaan kepada Allah seperti kecintaan
kepada malaikat, nabi, wali, dan seterusnya. Ia
membedakan lagi yang dicintai karena selainya menjadi
dua: Pertama, yang dinikmati orang yang mencintai
karena mengetahui dan mendapatkannya. Kedua, yang
membuatnya menderita tapi dia sabar menghadapinya
karena kepasrahan dirinya kepada yang dicintai.
Pembagian cinta yang lain menurut Ibn Qayyim ialah
cinta yang terpuji dan cinta yang tercela. Cinta yang
paling terpuji ialah cinta kepada Allah dan mencintai
apapun yang dicintai Allah. Sedang cinta yang paling
tercela menurutnya ialah cinta beserta Allah. Cinta
model ini tampaknya telah disebutkan di muka sesuai
dengan Q.S. al-Baqarah: 165.
Dalam hal objek cinta, Erich Fromm, membagi
manjadi lima. Pertama, cinta persaudaraan; kedua,
cinta keibuan; ketiga, cinta erotik; keempat, cinta diri;
dan kelima, cinta Tuhan. Yang pertama, (brotherly love)
ialah cinta yang menjadi dasar semua cinta, tanpa
membeda-bedakan atau cinta terhadap semua manusia

73
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
dengan keyakinan bahwa kita semua adalah satu. Cinta
semacam ini harus disertai tanggung-jawab, perhatian,
penghormatan, saling memahami. Agama
mengajarkan: “Cintailah sesamamu sebagaimana kamu
mencintai dirimu sendiri”. Yang kedua, cinta keibuan
ialah cinta yang tulus tanpa mengharapkan balasan
apapun. Cinta keibuan semata-mata karena yang
dicintai adalah anaknya. Cinta model ini dinilai sebagai
jenis cinta yang tertinggi dan paling luhur karena tidak
ada pamrih bagi dirinya (altruistic) berakar pada
naluriah yang dapat ditemukan juga pada binatang.
Sementara cinta ayah mengharapkan imbalan
kepatuhan, hormat dan harus menunjukkan prestasi
seperti bapak. Jika demikian ayah tidak akan mencintai
bahkan akan membencinya. Berbeda dengan cinta
keibuan yang mampu menanamkan rasa senang dan
bahagia bagi anak. Yang ketiga, cinta erotik ialah cinta
yang erat kaitannya dengan seks atau jenis kelamin
yang berlawanan. Hal ini akan lebih jauh dijelaskan
pada subbab cinta dan seks. Yang keempat, cinta diri
(self love) di mana seseorang sangat mementingkan
diri sendiri.
Freud memandang bahwa cinta diri sama dengan
narsisme yaitu pengalihan libido pada diri sendiri. Freud
beranggapan bahwa cinta adalah hasrat libidinal yang
ditujukan kepada orang lain atau diarahkan kepada diri
sendiri. Cinta diri berarti dirinya dapat menjadi objek
cinta seperti juga orang lain. Cinta diri tidak harus
dinilai negatif seperti egoisme (anâniyah). Cinta diri

74
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
positif jika cinta itu diarahkan kepada peneguhan hidup,
kebahagiaan, perkembangan, kemerdekaan, berdasar
pada kemampuan untuk mencintai, menghormati,
perhatian, memahami serta tanggung jawab.
Yang kelima, cinta Tuhan ialah cinta manusia
terhadap Tuhannya. Menurutnya, cinta ini berasal dari
kebutuhan mengatasi rasa takut dan keterpisahan. Bagi
setiap penganut agama, cinta ini merupakan cinta
dambaan yang paling tinggi nilainya. Akan tetapi
kenyataannya cinta ini dapat bervariasi sangat
tergantung kepada konsep Tuhan bagi seseorang. Pada
agama yang berpusat pada ibu (simbol Dewi–mother-
God) atau tahap agama matriarkhal yang mendahului
tahap patriarkhal sebagai telah digambarkan bahwa
cinta ibu sebagai cinta tanpa syarat, bersifat
melindungi, memelihara, dan membahagiakan.
Sementara tahap patriarkhal (father-God), cinta
merupakan imbalan akan kepatuhan, prestasi berbuat
baik, memenuhi perintah dan menjauhi larangan.
Dalam kenyataannya sekarang konsep father centered
inilah yang berlaku bukan lagi mother centered.
Menurut Erich Fromm, di Barat sekarang yang
berlaku, cinta kepada Tuhan pada hakekatnya sama
dengan kepercayaan kepada Tuhan, eksistensinya,
keadilan-Nya Kalau di Barat cinta lebih merupakan
pengalaman pikiran, sementara di Timur lebih
merupakan pengalaman perasaan yang mendalam
akan kesatuan dengan Tuhan dari ungkapan cinta pada
setiap perilaku kehidupannya. Dikatakan lagi bahwa

75
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
orang yang benar-benar religius tidak akan memohon
atau mengharapkan apa-apa dari Tuhan, tidak
mencitai-Nya sebagai anak kecil mencintai ayah atau
ibunya, menyadari keterbatasan-keterbatasan sampai
pada tahap menyadari bahwa dia tidak mengetahui
apa-apa tentang Tuhan. Baginya Tuhan sebagai simbol
yang diperjuangkan dan didambakan orang dalam
dunia spiritual seperti cinta, kebenaran, dan keadilan.
Ringkasnya mencintai Tuhan berarti merindukan
tercapainya kemampuan penuh untuk mencintai demi
merealisasikan arti Tuhan dalam diri seseorang.
Cinta sebagai lawan benci mengisyaratkan adanya
dua kutip, di satu pihak cinta dan di pihak lain benci.
Cinta dan benci sebagai suatu sikap seseorang, maka
sangat dipengaruhi berbagai faktor dan kondisi serta
situasi yang sedang dialami oleh seseorang. Mengingat
banyak faktor lingkungan dan motivasinya, maka cinta
maupun benci dapat cepat berubah di mana suatu saat
orang yang dibenci menjadi orang yang dicintai atau
sebaliknya. Oleh karena itu, ada suatu istilah “cinta
palsu” sebagai lawan “cinta murni”. Dalam kaitan ini
menarik dikemukakan di sini ialah penelitian: Mndeteksi
Cinta Sejati, yang dilakukan oleh Semir Zeki dari
London.
Islam yang ajarannya bersumber dari Al-Quran
dan hadis mutawatir diyakini oleh pemeluknya sebagai
agama/petunjuk (hudâ li al-nâs) terakhir bagi manusia
yang mampu memenuhi hajat di mana dan kapan pun
mereka berada, bahkan merupakan rahmat bagi

76
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
segenap alam (rahmah li al-‘âlamîn). M. Arkoun
menyatakan: “dua hal yang dengannya kaum Muslimin
dapat terbebas dari cengkeraman logosentris adalah
cinta dan kematian”. Dikatakan selanjutnya bahwa
keduanya menjadi wilayah khusus mistikus, para nabi,
dan para penyair bertentangan dengan wilayah para
teolog, filosof, para hakim, moralis dan figur-figur
agung intelektual. Sementara itu Syari’ati menyatakan:
dengan penemuan kembali cinta Tuhan, peziarah
membebaskan dirinya dari insting manusiawi. Anda
dapat membebaskan diri dari penjara keempat (tiga
yang lain adalah alam, sejarah, dan masyarakat)
melalui cinta. Kajian Syari’ati tentang haji cukup
mengesankan. Menurutnya haji secara konsisten
merupakan ritual yang mengarahkan peziarahnya
menyingkap layar-layar yang bukan esensi dan
kemanusiaan primordial, di hadapan Pencipta. Pakaian
yang semula bermacam-macam diganti dengan yang
sederhana dan seragam. Dengan demikian perbedaan
kelas, ras, gender, umur, asal usul menjadi hilang, ego
meleleh dalam lautan kemanusiaan. Lebih jauh Syari‘ati
menyatakan bahwa kesatuan semesta raya adalah soal
naluri dan keimanan. Fenomena dunia menunjukkan
penuh perbedaan dan kontradiksi, keunikan dan
keragaman. Empirisme hanya mampu mewadahi, tetapi
tidak mengatasi dan logika dapat membantu, tetapi
tidak pernah mencukupi. Maka kesatuan menurutnya
mencakup kesatuan perasaan dan pengetahuan, cinta
dan kebenaran, yang hal itu secara definitif tidak dapat

77
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
ditunjukkan di dalam wilayah pengetahuan belaka.
Syari’ati menyarankan bahwa kapasitas manusia untuk
mencintai semestinya berfungsi untuk merekatkan
individu dengan semesta raya.
Cinta memiliki sumber yang tak diketahui, sanggup
membakar dan melelehkan semua wujudku; dan
bahkan ia mendorongku menuju penolakan diri.
Cinta memberkahiku dengan nilai yang tinggi dan
luhur lebih dari sekedar kelayakan; tak ada ukuran-
ukuran fisik, material, dan biokimia yang sanggup
memahaminya. Jika cinta dicerabut dari diri
manusia, ia akan menjelma menjadi wujud stagnan
dan terisolasi, yang hanya berguna bagi sistem
produksi.
Menurutnya, efek cinta tidak dapat diverifikasi,
tetapi hanya dapat dirasakan. Seperti halnya penyatuan
hipotetis antara Tuhan, manusia dan alam, tidak dapat
dipasrahkan kepada perangkat nalar semata. Bagi
Syari‘ati, Ali sebagai pribadi yang menawarkan teladan
tentang cinta dan kebenaran.
Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa term
cinta dalam Al-Qur’an dan hadits ialah mahabbah dan
mawaddah. Dalam Al-Qur’an dikatakan: wa ja‘alnâ
bainakum mawaddah wa rahmah (Q.S. al-Rûm: 21).
Dalam teori maupun kenyataannya, cinta bersifat
timbal balik. Di satu sisi ada si pencinta dan di pihak
lain ada kekasih atau yang dicintai. Hal ini dapat dilihat
baik dalam Al-Qur’an maupun hadits. Dalam Al-Qur’an,
misalnya, firman Allah dalam Q.S. Âli ‘Imrân: 31

78
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna

    


 

  


   
 
Terjemahnya: Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dalam beberapa hadits juga disebutkan adanya
timbal balik tentang cinta antara Tuhan dengan
manusia dan antara sesama manusia. Cinta timbal balik
antara Tuhan dengan manusia misalnya ayat di atas.
Sedang cinta antara sesama manusia sering
menggunakan kata tahâbbû atau mutahâbbûn,
sebagaimana hadits riwayat Muslim (walâ tu’minû hattâ
tahâbbû) dan dalam hadits riwayat yang sama dengan
kata al-mutahabbûn (ismu fâ’il jamak). Kebanyakan
para sufi membahas tentang cinta walaupun porsinya
berbeda-beda seperti Imam al-Gazali (450/1059-
505/1111) dan Rabi‘ah al-Adawiyah (95/713-185/801)
dan lain-lain. Kedua sufi di atas menganggap cinta atau
mahabbah merupakan puncak cita-citanya.
Al-Gazali mengatakan bahwa cinta atau
mahabbah merupakan maqâm yang paling tinggi dan
tidak ada maqâm lain setelah itu, yang ada hanyalah
hasilnya yang berupa rindu (syauq), bahagia (uns) dan
puas atau lega (rida). Para ulama memberikan batasan

79
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
cinta dalam berbagai rumusan. Menurut Imam al-Gazali,
cinta ialah suatu kecondongan naluri kepada sesuatu
yang menyenangkan. Dengan demikian, rumusan ini
cukup simpel dan umum. Sebab “sesuatu” dapat
berupa apa saja seperti binatang kesayangan, orang
tua, lawan jenis, dan benda-benda lain. Ibn ‘Arabî
membagi cinta menjadi tiga, cinta kudus (al-hubb al-
ilâhî), cinta spiritual (al-hubb al-rûhânî) dan cinta alami
(al-hubb al-tabî‘î). Yang pertama, ialah cinta yang
menjadi dasar dan asal segala cinta yang berasal dari
Allah. Cinta ini bermula dari cinta Allah terhadap dirinya
dan rindu untuk dikenal. Untuk itu Allah menciptakan
alam yang amat baik dan beragam serta indah sebagai
pengejawantahan Allah.
Yang kedua, atau cinta spiritual ialah cinta
terhadap yang dicintai (mahbûb) yang berupa berbagai
makhluk, tetapi disadari bahwa semua itu tak lain
berasal dari Allah. Cinta model ini dilakukan oleh para
sufi. Yang ketiga atau cinta alami ialah cinta yang untuk
kepuasan diri sendiri. Kedua cinta yang terakhir ini
mendominasi manusia dan alam semesta lainnya. Pada
hakekatnya kedua cinta terakhir tersebut juga
merupakan bagian dari cinta Allah.
Dalam dunia sufi, di samping mahabbah, dikenal
maqâm ma‘rifah (gnosis), ada yang menilainya sebagai
hâl seperti al-Junaid (w.381 H.). Sementara itu sebagai
maqâm, ada yang mendahulukan ma‘rifah dari
mahabbah seperti al-Gazalî dan ada pula yang
mendahulukan mahabbah dari ma‘rifah seperti al-

80
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Kalâbâźî. Bahkan, ada yang menilainya sebagai
kembar. Keduanya menggambarkan dekatnya
hubungan seorang sufi dengan Tuhannya. Karena
rapatnya hubungan itu, maka sufi dapat melihat Tuhan
dengan hati sanubari. Ada tiga alat dalam diri manusia
yang digunakan para sufi dalam berhubungan dengan
Tuhannya.
Yang pertama, qalb digunakan untuk mengetahui
sifat-sifat Tuhan; kedua, ruh untuk mencintai Tuhan;
dan ketiga, sirr untuk melihat Tuhan. Dengan demikian
sirr lebih halus dari ruh, dan ruh lebih halus dari qalb.
Qalb bukan hati, sebagai qalb untuk berpikir dan
merasa. Qalb dapat untuk mengetahui hakekat Tuhan
sedang ‘aql tidak dapat. Jika seorang sufi telah ma‘rifah
dan lebih tinggi ma‘rifahnya, maka akan semakin dekat
dan akhirnya menyatu dengan Tuhan. Sebelum
menyatu dengan Tuhan, sufi lebih dahulu mencapai
maqâm fanâ’. Memang salah satu maqâm dalam
kesufian ialah fanâ’ di mana manusia hancur jasadnya
untuk menyatu dengan Tuhan. Dalam menyatu ini
menurut Harun mengambil bentuk hulûl atau ittihâd.
Menurut al-Sarrâj (w.378/988) ada tiga tingkatan
cinta. Pertama, cinta orang biasa yang selalu berzikir
kepada Allah, yang merasa senang berdialog dengan-
Nya serta selalu memujinya. Kedua, cinta orang siddîq,
yaitu yang mengenal kekuasaan, kebesaran, dan ilmu
Tuhan. Cinta dalam tingkat ini mampu menghilangkan
tabir yang memisahkan diri seseorang dari Tuhan dan
selanjutnya ia dapat melihat rahasia-rahasia yang ada

81
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
pada Tuhan. Cinta tingkat ini juga dapat menghilangkan
kehendak dan sifat-sifat dirinya sendiri, hatinya penuh
cinta kepada Tuhan dan selalu rindu kepada-Nya. Cinta
tingkat tertinggi ialah cinta ‘ârif yaitu cintanya orang
yang tahu betul pada Tuhan. Cinta semacam ini yang
dilihat dan dirasa bukan lagi cinta, tetapi diri yang
dicintai masuk ke dalam diri yang mencintai.
Imam Al-Gazali juga menyebutkan beberapa hal
yang menyebabkan timbulnya cinta. Pertama,
sebenarnya yang dicintai manusia ialah dirinya sendiri,
ia tidak mau mati atau binasa, tetapi ingin hidup terus,
ingin selamat dan suka akan keabadian. Kedua,
manusia suka dan tertarik kepada perbuatan-perbuatan
baik dari pihak lain terhadap dirinya sendiri. Ketiga,
manusia mencinta sesuatu karena dzatnya yang layak
dicintai. Misalnya cinta kepada keindahan, ketampanan
dan lain-lain.
Selanjutnya, menurut al-Gazali, ada beberapa
tanda-tanda seseorang yang cinta kepada Allah.
Pertama, orang tersebut ingin atau rindu dan merasa
senang bertemu dengan yang dicintai. Kedua, tekun
dan rajin mengerjakan apa yang diperintahkan atau
yang diminta oleh yang dicintai dan menjauhkan diri
dari apa saja yang tidak disukai olehnya. Dengan
begitu, orang yang cinta kepada Allah dengan senang
hati melakukan ibadah dan segala tindakannya semata-
mata karena Allah. Ketiga, suka menyebut yang
dicintai. Bagi yang mencintai Allah akan senang dan
tidak henti-hentinya berzikir menyebut asma Allah.

82
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Keempat, ia tidak merasa sedih dan khawatir dalam
hidupnya karena semuanya diserahkan kepada Allah.
Kelima, merasa sedih dan khawatir jika sampai lalai
menunaikan perintah Allah atau amalnya tidak diterima
oleh Allah. Keenam, ia ramah dan sayang kepada
sesama makhluk Allah dan rela berkorban untuk
mereka.
Sufiah yang terkenal dengan cinta (mahabbah)
sebagai puncak atau tujuan utamanya ialah Rabi’ah al-
Adawiyah (95/713-185/801). Ia membagi cinta menjadi
dua macam. Yang pertama, cinta yang dapat
membahagiakannya dan kedua cinta yang menjadi hak
Allah. Pembagian ini dapat dilihat dalam syairnya:

‫احبك حبين حب الهو ى ◘ و حب ل نك اهل لذاك‬


‫فأ ما الذ ى هو حب الهو ى ◘ فشغلي بذكرك عمن سواك‬
‫و أما الذى أنت اهل له ◘ فكشفك لي الحجب حتي اراكا‬
‫فل الحمد في ذا ول ذاك لي ◘ ولكن لك الحمد في ذا وذاك‬

Terjemahnya: Aku mencintai-Mu dengan dua cinta,


cinta karena diriku dan cinta karena diri-Mu. Adapun
cinta karena diriku adalah keadaanku yang senantiasa
mengingat-Mu. Adapun cinta karena diri-Mu ialah
keadaan-Mu mengungkapkan tabir hingga Engkau
kulihat. Baik untuk ini maupun untuk itu, pujian
bukanlah bagiku, bagi-Mu lah pujian baik untuk ini
maupun untuk itu.
Bagi Rabi’ah, ibadah bukan untuk masuk surga
atau menghindari neraka, tetapi untuk berjumpa

83
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
dengan yang dicintai yaitu Allah semata. Ini dapat
dilihat pada:
‫الهي هذا الليل قد ادبر وهذا النهار قد أسفر فليهت شهعرى أقبلهت مهن ليلهتى فأهنهأ أم رددتهها‬
‫ وعزتك لو طردتنى عن بابك ما برحت عنه‬،‫فأعزى فوعزتك هذا دأبي ما أحييتنى وأعنتنى‬
‫لما وقع فى قلبي من محبتك‬
Terjemahnya: Tuhanku, malam telah berlalu dan siang
telah menampakkan diri. Aku gelisah, apakah amalku
Engkau terima hingga aku merasa gembira atau
Engkau tolak hingga aku merasa sedih? Demi
Mahakuasa-Mu inilah yang aku lakukan selama aku
Engkau beri hayat. Sekiranya Engkau mengusir aku dari
depan pintu-Mu, aku tidak akan pergi, karena cintaku
pada-Mu telah memenuhi hatiku.
‘Abdullâh Nâsih ‘Ulwân berpendapat bahwa cinta
itu bertingkat-tingkat. Tingkat yang tertinggi ialah cinta
kepada Allah dan Rasul-Nya serta berjuang di jalan
Allah. Tingkat kedua ialah cinta kepada orang tua, anak,
saudara, isteri/suami, dan kerabat. Tingkat yang ketiga
yaitu tingkat terendah ialah cinta yang mengutamakan
keluarga, kerabat, harta, dan tempat tinggal. Dengan
demikian, cinta semacam itu tidak mengutamakan cinta
kepada Tuhan, rasul, dan jihad.
Seorang sufi terkenal di Indonesia yang
mengajarkan iitihad ialah Syekh Siti Jenar (lemah
abang-tanah merah) dengan ajarannya warongko
majing curigo atau manunggaling kawula gusti (Hamka
menulis dengan keliru “manunggal ing kawula gusti” di
mana ing tidak perlu dipisahkan dengan kata
manunggal). Siti Jenar juga mengajarkan tentang cinta

84
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
(katresnan) pada Serat bagian 8 dari Serat Bayan
Budiman. Akan tetapi, tampaknya cinta di sini erat
kaitannya dengan cinta manusiawi. Dalam bentuk
nyanyian (tembang pupuh dandanggula, kinanti, mas
kumambang dll.) digambarkan dialog simbolis antara
Zaenab dengan Bayan. Bayan menjelaskan tentang
adanya suami isteri antara Rubiyah dengan Abdullah.
Rubiyah karena selingkuh lalu mendapat hukuman sakit
dan kemudian meninggal.
Sebaliknya Abdullah, cintanya sangat murni dan
setengah gila menunggui kubur Rubiyah. Ia selalu
berdoa agar isterinya hidup kembali. Upaya yang gigih
itu sebagian dikabulkan dengan datangnya Nabi Isa,
namun tidak sebagaimana yang diharapkan. Akhirnya,
Abdullah menerima ketetapan bahwa mereka yang
telah mati tidak dapat kembali hidup sebagaimana
sediakala. Ajaran ittihûd atau warongko manjing curigo
atau manunggaling kawula-gusti dikupas pada bab 3
dan 4. Serat Bayan Budiman menjelaskan tentang cinta
pada bab 8. Karya ini memang sarat pesan-pesan moral
dan spiritual disajikan dengan dialog simbolis dari
berbagai tokoh simbolis pula.
Terkait dengan pembagian hirarkis cinta perlu
dikemukakan juga pendapat ahli tafsir dari Indonesia,
M. Quraish Shihab, dalam hal ini ia mengutip pendapat
Yûsuf al-Syarûnî dalam bukunya Dirâsat fi al-Hubb di
mana ia juga mengutip pendapat Ibn Qayyim dalam
Dzamm al-Hawâ yang menjelaskan bahwa tingkatan
cinta ada 10. Yang pertama, ‘aliq untuk

85
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
mengungkapkan rasa senang sekedar mendengar
beritanya. Kedua, mail jika telah meningkat adanya
rasa ingin untuk mendekat. Ketiga, mawaddah jika
meningkat lagi untuk menguasainya. Keempat,
mahabbah; kelima, al-khullah; keenam, al-sabâbah;
ketujuh, al-hawa; (keempatnya tidak dijelaskan).
Kedelapan, al-‘isyq bila si pencinta telah bersedia untuk
berkorban walau membahayakan dirinya demi
kekasihnya. Kesembilan, al-tatayyum jika cinta itu telah
memenuhi jiwanya atau hatinya sehingga tidak ada
tempat bagi yang lain. Yang kesepuluh, atau yang
terarkhir al-wâlih jika cinta telah menguasai dirinya dan
tidak lagi mampu berpikir secara sehat.
Bagi penganut Islam, masalah cinta yang juga
penting untuk dibicarakan ialah cinta Rasul. Dalam Al-
Qur’an secara jelas ditegaskan bahwa untuk mencintai
Allah dan meraih cinta-Nya, tak ada jalan lain kecuali
mentaati atau mengikuti jejak Rasul (Q.S. al-Mâ’idah,
31). Cinta Rasul ini menempati tingkat dua setelah cinta
Allah. Walaupun demikian, cinta Rasul tidak
menghalangi cinta kepada yang lain.
Solihan Zamakhsyari menjelaskan bahwa tanda-
tanda cinta kepada Rasul ada 4: pertama, keras
keinginannya hidup bersama Nabi; kedua,
melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya;
ketiga, malaksanakan syariat dan menghidupkan
sunnahnya; keempat, mengorbankan jiwa dan harta
untuk membela Nabi. Solihan selanjutnya merinci
masing-masing kelompok menjadi 10, 10, 8, dan 12.

86
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Tanda-tanda tersebut tampaknya ada yang hanya
dapat dilakukan oleh mereka yang hidup sezaman
dengan Nabi, misalnya yang pertama. Di samping itu
penjabaran masing-masing rincian yang dapat
dilakukan oleh pengikutnya sekarang dapat terjadi
perbedaan, bahkan mungkin bertentangan sehingga
timbul masalah khilafiah.
Dalam kasus di Indonesia hal itu tercermin adanya
golongan modernis (Muhammadiyah) dan golongan
tradisionalis (NU). Dijelaskan selanjutnya bahwa mereka
yang telah mampu mencintai Rasul akan memperoleh
kemanisan Iman (halâwah al-îmân), cinta dan ampunan
Allah (mahabbah dan magfirah), serta bersama Nabi
dalam surga nanti.
‘Adnan Tarsyah dalam karyanya Mâ źâ yuhibb
Allâh wa mâzâ Yubgiduh merinci pembahasannya
berdasar judul, bukan dibagi menjadi bab dan subbab.
Mula-mula dibahas tentang perbuatan yang dicintai
Allah yang semuanya merujuk kepada hadits-hadits
Nabi. Antara lain perbuatan itu ialah: beriman,
silaturrahîm, amar ma‘rûf nahi munkar, salat pada
waktunya, berbakti kepada orang tua dan sebagainya.
Setelah itu dibahas tentang orang-orang yang dicintai
dan dibenci Allah yang sebagian besar merujuk kepada
ayat Al-Qur’an. Mereka yang dicintai ialah yang berbuat
baik, bertakwa, bertawakal, sabar berjuang di jalan-Nya
dan sebagainya. Ternyata judul ini hanya mengupas
orang yang dicintai Allah, sementara judul berikutnya
dengan ialah orang yang dimurkai Allah. Dalam judul itu

87
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
dikemukakan mereka yang tidak disukai (Allah tidak
menyukai) dan Allah membenci orang yang tidak
disukai misalnya orang kafir, orang zalim, orang yang
melampaui batas dan sebagainya.
Dalam hal ini dibahas pula orang yang dibenci
Allah misalnya orang yang membenci kaum anshar,
yang berbuat keji, orang kaya yang zalim dan
sebagainya. Judul berikutnya membahas perkara yang
dicinta dan dibenci Allah. Di sini dibahas tentang sifat-
sifat yang terpuji seperti pemaaf, lemah lembut,
santun, dan juga keindahan. Sedang yang dibenci
misalnya ucapan yang buruk, durhaka kepada orang
tua, dan sebagainya. Mengingat demikian rincinya
pembagian tersebut, maka pembahasan hanya
dilakukan sepintas.
Muhidin M. Dahlan membagi cinta dari sudut
pengaruh atau akibat yang semestinya diharapkan. Ia
membagi cinta menjadi 8 yaitu: Cinta yang
membebaskan (dari puja diri); Cinta yang
membebaskan (dari cinta fisik); Cinta yang
membebaskan (dari penjara masyarakat); Cinta yang
memerdekakan (dari tumpukan keinginan); Cinta yang
menyahabati (mengelola kebersamaan); Cinta yang
memaafkan (dari rasa dengki-dendam); Cinta yang
menyatukan (menikah saja tidak cukup); Cinta yang
mencerahkan (ritus khalwat dan sembilan wawasan).
Irwan Prayitno, seorang aktivis gerakan Tarbiyah
Islamiyah, meramu beberapa pendapat tentang
pembagian cinta menurut beberapa tokoh. Dalam

88
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
rumusannya sebagai bahan pendidikan bagi anggota
pengajiannya ia membagi 6 tingkatan cinta. Pertama
yang masih berupa kecenderungan hati (al-‘alaqah).
Cinta model ini dibenarkan yaitu cinta kepada benda-
benda untuk dimanfaatkan bagi kehidupan manusia.
Kedua, yang berupa rasa simpati (al-‘atf). Yaitu cinta
terhadap manusia secara umum bukan saja kepada
lawan jenisnya.
Cinta ini dibenarkan jika diarahkan kepada hal-hal
yang positif tidak melanggar ketentuan agama. Ketiga,
rasa empati (al-sabâbah) yaitu cinta yang diarahkan
kepada sesama muslim (ukhuwwah dîniyyah). Cinta
model ini lebih tinggi nilainya dari kedua cinta
sebelumnya. Keempat cinta yang berupa rindu dan
kasih sayang serta cinta kasih (al-syauq) yaitu rindu
dan kasih sayang kepada sesama mukmin. Kelima,
cinta mesra (al-‘isyq) yaitu berupa cinta kepada Rasul
dengan mengikuti sunahnya dan menjadikannya
sebagai teladan. Keenam, cinta yang paling tinggi yaitu
menghamba kepada Allah (al-tatayyum) dengan cara
beribadah dengan ikhlas dan khusyuk.
Irwan selanjutnya mengemukakan tanda-tanda
atau konsekuensi cinta. Pertama, kesetiaan (al-walâ‘).
Telah menjadi kelaziman orang yang mencintai
seseorang, ia akan menunjukkan kesetiaannya kepada
yang dicintai. Jika tidak demikian, maka kecintaannya
dapat dipertanyakan. Di samping itu, ia juga akan
mencintai orang-orang dan apa-apa yang dicintai oleh
kekasihnya Kedua, cinta sebagai lawan benci maka

89
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
seorang pencinta akan bersikap tidak senang terhadap
orang-orang atau apa-apa yang tidak disenangi
kekasihnya (bugdu man wa ma yabgad al-mahbûb).

Cinta dan Seks sebagai Perilaku Sosial

Dalam An English Reader’s Dictionary, sex ialah


sesuatu yang membedakan seseorang sebagai laki-laki
atau perempuan (the state of being male or female).
Dengan begitu, seks dapat diartikan sebagai jenis
kelamin, karena jenis kelamin itulah yang membedakan
seseorang sebagai laki-laki atau perempuan. Akan
tetapi, pengertian sexy maksudnya seseorang yang
bersikap atau berpakaian yang menimbul-kan daya
tarik jenis kelamin yang berlawanan, walaupun
umumnya hal itu ditunjukkan oleh perempuan kepada
laki-laki.
Literatur pembahasan tentang seks cukup banyak,
terutama dalam kajian sosiologi dan psikologi. Dalam
sosiologi, cinta dan seks hampir tak dapat dipisahkan.
Cinta dan seks dibahas dalam kaitan pencarian
pasangan hidup (mate selection). Hal ini sesuai dengan
pandangan umum sekarang, terutama di dunia Barat
bahwa cinta dan seks hampir tak dapat dipisahkan.
Cinta dan seks mendominasi wacana masyarakat Barat
sebagaimana dikemukakan oleh Erich Fromm. Dalam
kajian psikologi, cinta dan seks dibahas sebagai gejala
tingkah laku (behavior) yang merupakan ekspresi
perasaan dan pikiran seseorang.

90
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Tidak dapat disangkal bahwa seks merupakan hal
yang penting bagi kehidupan manusia sejak dahulu
sampai sekarang.. Tidak sedikit keluarga yang pecah
dan merana serta tidak merasa bahagia karena tidak
mampu menyelesaikan problema seks yang
dihadapinya. Masing-masing pihak berdalih untuk
membenarkan dirinya sendiri dan menyalahkan pihak
lain. Hal itu terutama terjadi pada masa kejenuhan
hidup dalam keluarga dan dipicu membanjirnya
informasi dari berbagai media serta diperuncing oleh
berbagai kepentingan lain. Akibatnya terjadi perceraian
dan anak-anak menjadi korban ketidakharmonisan
kedua orangtua. Padahal semula keduanya yakin
bahwa pertemuan dan perkawinan mereka dilandasi
oleh cinta murni.
Di era modern di mana orang cenderung
materialistis dan hedonis serta permisif mendorong
pihak-pihak yang berselisih berlaku selingkuh atau
kawin (di bawah tangan) lagi dengan laki-laki atau
wanita lain yang mungkin tidak lebih baik dari yang
sebelumnya. Jika terjadi percekcokan, biasanya pihak
perempuan yang hampir selalu di pihak yang kalah dan
disalahkan. Laki-laki berpegang pada persepsinya
sendiri, tanpa diimbangi kesiapan menerima
pertimbangan orang atau pihak lain. Bahkan, hampir
semua orang menilai cinta selalu berkaitan dengan
seks. Walaupun kedua belah pihak sama-sama
memerlukan penyaluran seks, tetapi dalam prakteknya
akan ada perbedaan pandangan dan praktek bagi pihak

91
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
laki-laki dan perempuan. Yang jelas, pihak perempuan
cenderung lebih mampu menahan diri, pasif dan malu
dalam penyaluran seks dibanding laki-laki. Oleh karena
itu, akibatnya lebih banyak janda dibanding duda.
Untuk mengatasi banyaknya perceraian dan
mengurangi korban bagi anak yang orang tuanya
bercerai ada baiknya hal-hal berikut diperhatikan: a)
perkawinan hendaknya dilakukan setelah kedua pihak
benar-benar dewasa jasmani dan rohani; b) cinta atau
kecocokan perasaan dan pikiran sebagai dasar
pemilihan pasangan; c) keterbukaan dari kedua belah
pihak; d) berani minta maaf terhadap kesalahan atau
kekeliruan; e) siap memberikan maaf terhadap
kekeliruan dan kesalahan pihak lain; f) siap menerima
kritik atau teguran dari pihak lain; g) mampu
mengendalikan emosi diri sendiri tidak cepat
tersinggung; h) selalu berusaha untuk memberikan
yang baik dan tidak banyak menuntut; i) yakin bahwa
tidak ada masalah keluarga yang tidak ada jalan
keluarnya; j) sabar, tabah, dan tawakkal dalam
menghadapi berbagai masalah; k) saling membantu
dan merasa senang dalam bekerja; l) pembagian tugas
dan pekerjaan seimbang; m) usahakan banyak tertawa
dan kurangi kemarahan; n) usahakan beribadah dan
berdoa bersama; o) suka menambah pengetahuan
dengan membaca, mendengar radio, melihat TV dan
lain-lain.
Masalah keluarga bukanlah masalah matematika
atau semacam obat-obatan bagi suatu penyakit yang

92
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
jelas formulanya. Perbedaan laki-laki dan perempuan
dari segi jasmani dan rohani tidak hanya dapat memicu
pertengkaran atau pertentangan, tetapi juga dapat
saling mengisi dan melengkapi.
Dalam ajaran Islam, khususnya hukum privat (al-
ahwâl al-syakhsiyyah), terdapat bagian pembahasan
yaitu munâkahah, yang sebenarnya merupakan ruang
bagi pembahasan cinta dan seks. Akan tetapi,
kenyataanya tidak demikian. Masalah cinta hanya
disinggung sedikit tentang mawaddah dan rahmah
(Q.S. 30/al-Rûm: 21) sedang dalam hal seks dianggap
tabu untuk dibahas atau dianggap sebagai hal yang
porno dan dinilai haram untuk dikupas.
Namun, dalam hal adil sebagai persyaratan
poligami para ulama sebagian cenderung berpegang
bahwa Islam pada dasarnya poligam, sementara ulama
lain cenderung berpegang pada monogam. Bagi yang
berpegang pada poligam, maka adil dapat dilakukan
sesuai dengan kemampuan suami. Bagi mereka yang
berpegang pada ajaran monogam dikemukakan firman
Allah dalam Q.S. 4/al-Nisâ’: 129:

  


 
 
   
 

  

93
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
 
   
 

Terjemahnya: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat


berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu
sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah
kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai),
sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung.
Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara
diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Menurut Fazlur Rahman ayat ini menunjukkan
bahwa suami tidak mungkin dapat berlaku adil dalam
hal cinta dan kasih sayang terhadap para isteri, maka
ajaran Islam pada dasarnya monogam.
Dalam Al-Qur’an, perbedaan jenis kelamin
digambarkan dengan menggunakan istilah al-źakar (
‫ )الذكر‬untuk laki-laki dan al-unśâ (‫ )النثى‬untuk perempuan.
Tuhan menciptakan alam semesta ini berpasang-
pasangan, terdiri dari jenis laki-laki dan perempuan,
ada yang bermuatan positif ada yang negatif, ada yang
tinggi dan ada yang rendah dan sebagainya. Allah
berfirman dalam Q.S. al-Źâriyât: 49:

 
  

 
 

94
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Terjemahnya: Dan segala sesuatu Kami ciptakan
berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan
kebesaran Allah. Hal yang senada juga diungkapkan
oleh Allah dalam Q.S. 36/Yâsîn: 36/26 dan Q.S. 75/al-
Qiyâmah: 39.
Dalam hal perkawinan, menarik apa yang
dikemukakan oleh Sachiko Murata tentang perkawinan
makrokosmos dan mikrokosmos. Memang cinta kepada
Allah dan rasul-Nya sama sekali tidak menghapus atau
menghalangi cinta seseorang kepada suami/isteri dan
anak-anak. Cinta kepada keluarga hanyalah merupakan
bagian dari limpahan rahmat cinta Ibu kepada Allah. Hal
ini sesuai dengan hadits tatkala Nabi ditanya oleh
sahabat bahwa cintanya kepada Allah, serasa
melupakan cintanya kepada Rasul. Lalu Rasul
menjawab bahwa cintanya kepada Allah, berarti juga
cintanya kepada Rasul.
Ibrahim Amini mengajukan beberapa hal dalam
rangka kesinambungan dan kelanggengan cinta suami
isteri. Untuk itu pertama, perlu ungkapan rasa cinta
kepada suami, karena setiap orang ingin dicintai dan
disayangi, lebih-lebih seorang suami dari isterinya.
Orang yang tidak mendapat rasa cinta dan kasih
sayang dari orang lain hidupnya akan merasa sepi dan
terasing. Suami yang merasa dicintai dan disayangi
oleh isterinya akan timbul rasa bangga dan
bersemangat dalam hidup dan bekerja, hati menjadi
lega dan puas.
Kedua, pernyataan cinta seperti di atas juga

95
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
berlaku untuk isteri sehingga timbul cinta yang timbal
balik. Ungkapan rasa cinta memang tidak selalu harus
berbentuk benda, tetapi dapat berbentuk sikap yang
simpatik, perilaku yang sopan, senyuman yang manis,
wajah yang berseri dan sebagainya. Sayangnya pada
masa sekarang, sebagaimana dikemukakan oleh
Fromm, umumnya orang lebih banyak menuntut untuk
dicintai dari pada untuk mencintai.
Pada masa remaja orang mengalami kematangan
jasmani, tetapi secara rohani mereka belum matang.
Pada masa ini semua organ tubuh telah matang dan
dapat berfungsi termasuk organ kelamin. Kematangan
organ kelamin ini bagi laki-laki ditandai dengan “mimpi
basah” yaitu keluarnya sperma dari kemaluan. Bagi
wanita bahkan umumnya kematangan jasmani lebih
awal dibanding laki-laki dan ditandai dengan keluarnya
darah haid tiap bulan. Masa inilah yang dikenal dengan
istilah akil balig yaitu pada usia kurang lebih 15 tahun
bagi laki-laki, dan 13 tahun bagi wanita. Kematangan
(maturity) seksual yang baru dialami ini membuat
mereka gelisah dan berperilaku yang tidak seperti
biasanya. Masa remaja juga dikenal sebagai masa
estetika di mana mereka pada masa ini memiliki postur
tubuh yang ideal dan timbul kesukaan untuk berhias.
Dorongan seks ini memerlukan penyaluran,
sementara dalam masyarakat terdapat nilai-nilai
(values) atau norma-norma (norms) yang harus dipatuhi
oleh anggotanya. Walaupun demikian, tiap masyarakat
memiliki aturan, etika, moral, dan tata nilai yang

96
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
berbeda-beda, para remaja dituntut untuk
menyesuaikan diri dengan masyarakat di mana remaja
berada, termasuk dalam hal seks. Ada masyarakat yang
ketat dan ada yang cukup longgar dalam berpegang
pada norma-norma dan etika. Masyarakat kota pada
umumnya lebih longgar dari masyarakat pedesaan,
masyarakat Barat juga lebih permisif dibanding
masyarakat Timur, terutama Timur Tengah.
Tidak syah lagi bahwa umumnya para remaja
hampir tidak bisa memisahkan antara seks dengan
cinta. Dengan kata lain, cinta adalah bahasa halus yang
signifikan bagi mereka dalam rangka memikat lawan
jenisnya untuk penyaluran dorongan seksnya.
Dorongan seks yang kuat pada masa remaja
memerlukan penyaluran. Bahkan dalam diri manusia
terdapat superego yang berusaha mengontrol id yang
selalu mendorong ego untuk segera memenuhi
keinginannya. Dengan dorongan ini sebenarnya
merupakan dorongan untuk memperoleh keturunan
atau dorongan mengembangkan jenisnya. Jika ia
memperoleh pasangan yang dinilai cocok, maka hal itu
dianggap sebagai cinta (love sex).
Dalam hal seks, agaknya Sigmun Freud (1856–
1939), seorang psikoanalis yang banyak mengupas
masalah ini dan menjadi rujukan para pakar di
bidangnya, mengatakan ada dua dorongan penting
dalam diri manusia (two most important drives) yaitu
sexual drive dan aggressive drives. Yang terakhir ini
juga dikenal sebagai death instinct atau death wish.

97
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Menurutnya manusia dalam berbagai gerak-geriknya
dikuasai oleh dorongan yang disebut libido atau a
person’s libido atau libido sexual yang merupakan
dorongan hidup (the energy of the life instincts) yang
juga dikenal sebagai eros. Menurutnya manusia juga
dipengaruhi oleh oedipus complex. Ia juga berpendapat
bahwa dorongan libido ini telah menggejala sejak awal
manusia dilahirkan.
Dalam psikologi sosial kaitannya dengan cinta dan
seks ini dibedakan tiga macam: love sex, reproductive
sex, dan recreative sex. Yang pertama, ialah perilaku
seks yang tidak bermaksud untuk memperoleh
keturunan. Yang kedua, ialah perilaku seks yang
bertujuan untuk memperoleh keturunan. Dan yang
ketiga, ialah penyaluran seks yang hanya untuk
bersenang-senang.
Cinta dan seks ini juga mendapat perhatian Erich
Fromm dengan istilah cinta erotis (erotic love).
Menurutnya, cinta jenis ini memdambakan peleburan
secara menyeluruh, penyatuan dengan pribadi lain.
Selanjutnya dikatakan bahwa cinta erotis bersifat
eksklusif dan paling tidak dapat dipercaya. Ia juga
mencela kebudayaan Barat yang menilai cinta sebagai
hasil reaksi emosional spontan yang datang dengan
tiba-tiba terpikat oleh perasaan yang tidak dapat
ditahan.
Gilbert R. Kaats and Keith E. Davis menguraikan
panjang lebar tentang seks sebagai gejala psikologi
sosial. Mereka membedakan perilaku seksual, misalnya

98
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
assultive sexual behavior yang merupakan perilaku
seks yang disebabkan gangguan psikis dan dapat
mengakibatkan kejahatan bagi orang lain. Yang lain
ialah pathological sexual behavior yang disebabkan
oleh gangguan syaraf dan mengakibatkan gangguan
psikis. Model lain lagi ialah physical or animal type of
sexual behavior di mana digunakan secara ekskusif
untuk memenuhi tuntutan jasmani tanpa mempe-
dulikan hubungan yang alami. Yang lain lagi ialah
utilitarian sexual behavior di mana perilaku seks
digunakan untuk mencari keuntungan materi. Ada lagi
model lain dalam hal seks yaitu fun or recreational sex
di mana hubungan cukup berarti bagi pelakunya.
Emotional or love sex di mana seseorang merasakan
emosi yang paling dalam dan berlanjut hubungan seks.
Yang lain lagi ialah reproductive sexual behavior di
mana perilaku ini kurang memperhatikan love sex.
Kathleen K. Reardon dalam Where Minds Meet
menguraikan tentang hubungan intim atau intimate
relationships. Ia menyebutkan beberapa tipe-tipe
hubungan seperti hubungan kawan, hubungan
pasangan hidup, hubungan persauda-raan, yang
mungkin intim dan mungkin juga tidak. Dengan
mengutip pendapat Sillars dan Scott dikatakan bahwa:
“intimate relationships may be defined as ones in which
there is repeated interaction, high self-disclosure, high
interdependence (that is mutual influence), and high
emotional involvement”. Dalam batasan ini mencakup
hubungan suami isteri, kawan dekat, orangtua dengan

99
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
anak dan lain-lain.
Dalam hal cinta (love), ia membedakannya
menjadi beberapa macam: romantic love, passionate
love, pragmatic love, altruistic love, dan mother love.
romantic love sama dengan passionate love di mana
cinta demikian kuat sehingga tak terkontrol dan rasio
tidak lagi berfungsi (is typically considered
uncontrollable because it is a matter of pure emotion
rather than reason.). Pragmatic love dikemukakan oleh
Kelley yaitu merupakan pengembangan passionate
love. Ia mengatakan: pragmatic love develops gradually
and is under greater control by behaviors of love as
reciprocated by the other. Dikatakan pula, moreover,
the partners both feel that the relationship is balanced;
that what they get out of it, given what they put into it,
is relatively equal. Tipe cinta yang ketiga ialah altruistic
love atau juga disebut mother love. Cinta seperti ini
ditandai pengorbanan seorang ibu demi kepentingan
anak (in which the mother sacrifices her own interest
for those of her child).
Penelitian Lee (1973) yang lain menemukan tiga
tipe utama cinta yaitu: eros (romantic love); ludus
(game-playing love); storgic (friendship love) dan ada
tiga lagi cinta secunder yaitu manic (possessive,
dependent love), pragmatic (logical love), dan agape
(all giving, selfless love). Selanjutnya Hatkoff dan
Lasswell (1979) mendapatkan bahwa skor bagi wanita
lebih besar kecenderungannya pada manic, storgic dan
pragmatic love, sementara bagi laki-laki skor

100
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
persentase lebih tinggi pada ludic dan erotic love, tetapi
penelitian Lee dinilai tidak sepenuhnya mewakili.
Bagaimanapun cinta ini melibatkan kehendak atau
keputusan, penilaian dan perjanjian, yaitu perjanjian
untuk mencintai selama-lamanya. Untuk bisa selama-
lamanya perlu adanya penilaian dan keputusan. Di
Barat, setelah perang dunia I, ditandai oleh konsep
cinta yang dibalut dengan kepuasan seksual.
Kepuasaan seksual dijadikan tolok ukur kebahagiaan
perkawinan. Pendapat umum (kepercayaan) bahwa
ketidakbahagiaan perkawinan disebabkan oleh
ketidakmampuan penyesuaian seksual antara suami
isteri. Dengan begitu, untuk mengatasi hal tersebut
ditulislah berbagai bacaan baik berupa buku, majalah,
surat kabar dan lain-lain tentang perilaku seks serta
teknik-teknik dalam hubungan seks bahkan bacaan dan
gambar porno dengan kedok pendidikan seks (sexual
education).
Malah di Barat banyak toko-toko yang menjual
peralatan atau obat-obat yang erat kaitannya dengan
perkelaminan ini. Perilaku seks di Barat ini tampaknya
telah tersebar di berbagai negara berkembang
sebagaimana tampak di Indonesia yang ditandai
dengan tersebarnya VCD porno, iklan-iklan yang
menawarkan pengobatan untuk meningkatkan
kemampuan seksual yang dapat dibaca di berbagai
media cetak. Juga obat atau operasi untuk mengubah
alat kelamin agar sesuai dengan yang diinginkan.
Dalam menarik pendengar dan pemirsa di radio dan TV

101
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
tidak mau ketinggalan menyediakan waktu untuk
obrolan atau diskusi tentang seks disertai interaksi
kepada pendengar atau pemirsa agar lebih menarik. Di
samping itu, yang belakangan ini merebak ialah
diiklankannya nomor-nomor telepon yang menyajikan
obrolan sensual dengan gambar-gambar wanita cantik
dengan menampakkan bagian-bagian tubuh yang
erotis.
Bagaimanapun cinta dan seks erat kaitannya
dengan perkawinan, baik dalam arti yang formal atau
non-formal. Walaupun demikian, di Barat, cinta lebih
banyak membawa kepada hubungan seks daripada ke
jenjang perkawinan:
In American value system, love, marriage, and sex
are considered three aspects of a single process…
The belief that marriages should be based on love,
or even that love is a precondition for marriage, is
not universal…. As for love and marriage, there is
no question that in our society loves leds to sex
more often than it leds to marriage.
R.W. Shirley dan A.K. Romney mengemukakan
tentang Love Magic yang digunakan untuk mengurangi
kecemasan seksual. Dikemukakan bahwa: love magic
(the term) covers the use of verbal appeals and magical
substances to gain the affection of persons of opposite
sex. Dikatakan lagi: “While it is still plausible that
societies with high sexual anxiety make use of love
magic to reduce that anxiety…” Sementara itu Alicia
Skinner Cook mengemukakan pendapatnya tentang

102
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
romantic love sebagai lawan conjugal love. Dikatakan
bahwa ciri-ciri romantic love ialah “…having the
following components: strong attachment and
attraction to a single person, extremes of mood (elation
and depression), and idealization and possessiveness of
the loved one”. Sedang conjugal love ialah the love
between a settled, domestic pairs.
Agar cinta antara suami isteri berkesinambungan,
Barbara De Angelis mengemukakan pentingnya
melakukan 3A tiga kali sehari, masing-masing 3 menit.
Tiga hal tersebut mencakup attention (perhatian),
affection (rasa kasih sayang), dan appreciation
(penghargaan). Semuanya itu dalam rangka
menyejukkan hati kekasih. Dengan cara demikian maka
hati kekasih akan tampak ceria dan berbunga-bunga.

Kekuatan Cinta dan Kehampaannya

Manusia adalah makhluk yang tidak bisa lepas


dari lingkungan sosialnya. Ia sangat tergantung pada
layanan dan uluran peran orang lain. Mereka saling
membutuhkan untuk saling memenuhi kebutuhan hidup
masing-masing. Selain itu agar dapat hidup di alam
semesta, manusia selalu mencari cara agar alam dapat
dikuasai demi memenuhi kebutuhannya, bahkan alam
tidak saja dikuasai, tetapi dimiliki bahkan dicintai.
Didorong oleh rasa cinta pada dirinya sendiri dan

103
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
kepada orang lain serta cinta kepada alam, manusia
tergugah untuk berkreasi menggunakan akalnya
menciptakan alat, sarana dan prasana dalam melayani
kebutuhan cintanya.
Dorongan ini terus berlanjut sehingga pada
akhirnya manusia menemukan dan melahirkan ilmu dan
teknologi. Menggunakan pendapat cinta Erich Fromm
bahwa setiap manusia memiliki hasrat tuntutan untuk
dicintai dan mencintai. Dengan demikian, atas dasar
cinta, manusia dapat menemukan kebudayaan dan
peradaban.
Dengan cinta, manusia dapat meraih sejarah
keemasannya yang ditandai dengan berbagai
perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi.
Sebaliknya, jika manusia sudah kehilangan cintanya,
maka yang akan ditemukan adalah kehancurannya.
Mereka akan saling menyingkirkan satu sama lain dan
saling memusnahkan. Kita akan melihat dua hal
tersebut sebagai dua antagonis yang harus dipilih satu
di antaranya untuk kedamaian manusia.
Jalal al-Din Rumi pernah berujar; dengan cinta kita
ada, tanpa cinta kita hampa dan tiada. Ungkapan ini
tentunya sangat bermakna filosofis bahwa kehadiran
kita di pentas dunia ini hanya karena mempertahankan
dan memperjuangkan cinta, kalau tidak karena
kecintaan Allah terhadap dirinya untuk dikenal maka
dunia ini tidak akan pernah terwujud. Konsep seperti ini
dapat disimak dalam teori Emanasi yang dikemukakan
oleh Al-Farabi maupun Ibnu Sina.

104
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Banyak cerita bahkan tercatat sebagai legenda
tentang peran penting sebuah cinta. Sebagai contoh
cerita romasa yang ditampilkan oleh Laila dan Majenun
dalam alfu Lailah wa Dimnah disebutkan rasa cinta
yang sangat mendalam diekspresikan oleh seorang
yang disebut ”Majenun”. Tokoh Majenun adalah
seorang laki-laki yang sedang mabuk kepayang
cintanya seorang wanita yang bernama Laila namun
Laila adalah anak orang kaya dan cantik, maka cintanya
Majenun ”bagaikan Pungguk harapkan Bulan” tak
pernah tersampaikan. Kisah romansa tersebut dalam
dunia Arab sering dijadikan sebagai bahan i’tibar
(pelajaran) bahwa cinta yang patut di agung-agungkan
hanyalah cinta Ilahi yang tak pernah kenal bertepuk
sebelah tangan. Dalam sebuah syairnya yang terkenal
Majenun berujar;” Saya sangat mencintai Laila
sehingga setiap saya lewat di dekat rumahnya saya
mencium tembok rumah yang didiaminya, saya bukan
mencium tembok tapi yang saya cium adalah orang
yang tinggal di dalam tembok tersebut”.
Tokoh Romansa lain yang juga selalu menjadi
maskot bagi muda-mudi yang sedang bercinta bagaikan
cinta Romeo dan Juliet yang menampilkan cinta tak
terpisahkan, dalam dunia sufi misalnya cinta Jalal al Din
Rumi dengan sang Darwis sebagai soko guru atau
Master , ketika sang guru meninggalkannya dia jatuh
sakit yang tidak ada obatnya kecuali harus bertemu
dengan sang guru.
Di dunia modern kita saat ini banyak sekali

105
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
sinetron dan bahkan merambah ke dunia film layar
lebar seperti film Ada Apa dengan Cinta (AADC), juga
yang paling anyar dan mendapat perhatian dari orang
nomor satu di Indonesia (presiden) adalah film yang
berangkat dari Novel Habiburrahman El-shirozy tentang
perjalanan anak manusia mencari cinta yang
berlandaskan cinta Allah SWT. Cinta tersebut
termanifestasi dalam fil Ayat-ayat Cinta (AAC). Selain
sinetron dan film layar lebar juga sangat marak saat-
saat ini novel-novel yang bertemakan cinta, seperti
ketika cinta bertasbih, di atas sejadah cinta, pudarnya
pesona Cleopatra, dalam Mihrab Cinta, Langit Mekkah
Berwarna Merah Bidadari Bermata Bening dan yang
terakhir Bulan Madu di Yerussalem.
Ketika cinta hadir dalam diri terasa dunia milik
berdua, namun ketika cinta terpisah dari diri seseorang
seakan dunia terasa sempit dan membosankan. Cinta
yang berlandaskan pada ”Allah” akan tetap abadi,
namun jika berdasar pada hawa nafsu akan segera
sirna, oleh karena itulah rasul Allah dengan tegas
mengatakan bahwa ”Al-Hubbu fi Allah wa al-Bugdhu fi
Allah” (cinta dan benci hendaknya karena Allah), lebih
jauh beliau memberikan rekomendasi jika seorang laki-
laki ataukah perempuan yang berkeinginan
melangsungkan pernikahan melihat calonnya dengan
kacamata cinta Ilahi berupa ”Agama” Fadzfar
bidzatiddin taribat Yadaka” (pilihlah orang yang
memiliki agama niscaya akan bahagia dunia dan
akhirat).

106
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Cinta yang tidak akan pernah membosankan dan
tidak akan pernah membuat orang jatuh sakit juga akan
selalu mendapatkan balasan –tidak bertepuk sebelah
tangan-- hanya cinta Ilahi yang ditebarkan bagi hamba-
hambaNya yang selalu berada dalam ketaatannya dan
membina keintiman sejati dengan Sang Penebar Cinta
Pemberi Rahmat.

Kekuatan Cinta atas Peradaban

Tak dapat disangkal bahwa banyak kemajuan


yang telah dicapai manusia dewasa ini dalam berbagai
bidang kehidupannya berkat kecintaannya pada potensi
akalnya, sehingga kemajuan semakin pesat di bidang

107
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan itu
terutama dimulai pada renaissance di mana bangsa
Eropa menemukan kembali kemajuan dalam bidang
filsafat Yunani setelah dikembangkan di dunia Arab oleh
para filosof Islam. Dalam kaitan ini Philip K. Hitti
menyatakan:
In only a few decades Arab scholars assimilated what
had been taken the Greeks centuries to develop. In
absorbing the main features of both Hellenic and
Persian cultures Islam, to be sure. Lost most of its
own original character. Which breathed the spirit of
the desert and bore the stamp of Arabian
nationalism…? This culture, it should be remembered,
was fed by a single stream, a stream with sources in
ancient Egypt, Babylonia, Phoenicia and Judea. All
flowing to Greece and now returning to East in the
form of Hellenism. We shall later see how this same
stream was re-diverted into Europe by the Arabs in
Spain and Sicily, whence it helped create the
Renaissance.
Kemajuan dalam bidang pendidikan pada
gilirannya menghasilkan kemajuan-kemajuan dalam
bidang sains dan teknologi. Kemajuan manusia dewasa
ini tidak lepas dari kemajuan yang pernah dicapai di
dunia Islam masa lalu, baik di Asia pada masa dinasti
Abbasiah, di Eropa pada masa dinasti Umaiyah,
maupun di Afrika pada masa dinasti Fatimiyah.
Kemajuan sains dan teknologi ini seterusnya
menghasilkan kemajuan dalam banyak bidang
kehidupan manusia seperti transportasi, komunikasi
dan informasi, farmasi, kedokteran, militer dan
sebagainya. Dengan berbagai kemajuan ini kehidupan
manusia memang menjadi lebih mudah dan

108
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
menyenangkan. Dalam berbagai kemajuan ini dunia
Arab dengan Islamnya amat besar perannya.
In the tenth and eleven centuries, Arabic kerning
had a pronounced influence on Western
educational development, particularly on the
evolution of medieval scholasticism (the philosophy
underlying medieval thought and higher learning)
…. Arabic scholarship and science stemmed from
the earlier religious movement led by Mohammad
(569-632) who developed the Islamic theological
framework….Arab culture also embraced literature,
science, philosophy, and architecture….Scholars as
Avicenna (980-1037) and Averioce (1126-1198)
had an impact on Western European education….
Among their contributions were (1) the translation
of Greek classical works into Arabic and (2) the
development of important advances in
mathematics and science. The entry of ideas from
the Arabic world into Western culture and
education typifies cross-cultural transference of
educational ideas.
Dengan ditemukannya radio, TV, HP, computer,
dan tele-printer sebagai media dalam bidang informasi
dan telekomunikasi, manusia cukup banyak dan mudah
memperoleh berbagai informasi. Banyak koran,
majalah, buku-buku, selebaran yang dapat dibaca
orang. Banyaknya media cetak ini juga dibantu oleh
kemajuan transportasi yang dapat membawa berita
dalam media cetak ke berbagai penjuru dalam waktu

109
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
yang tidak lama. Dengan tele-printer bahkan berita itu
dapat dikirim dan diterima lebih cepat lagi atau dengan
faksimili yang sudah banyak tersedia di kantor-kantor
bahkan perorangan yang memerlukan.
Dengan ditemukannya komputer dan internet
serta multimedia, seseorang dapat dengan mudah
mengakses berbagai informasi dari dan ke berbagai
penjuru dunia dalam hitungan detik. Dengan
ditemukannya radio dan pemancarnya, seseorang
dapat dengan mudah mengakses berbagai berita kapan
di mana saja serta dari mana saja. Dalam hitungan
detik seseorang dapat berpindah dalam memperoleh
berita radio BBC (British Broad Casting) ke VOA (Voice
of America) atau Radio Australia yang pemancarnya
amat berjauhan. Akan tetapi, bagaimanapun kemajuan
itu, mata dan telinga sebagai anugerah Allah tetap
besar perannya dan tak tergantikan. Kemajuan
tranportasi yang dicapai manusia memungkinkan
seseorang pergi ke berbagai penjuru kota di dunia
sepanjang mampu pembiayaannya. Bahkan, Tito
dengan biaya jutaan dolar berwisata ke luar angkasa
yang diselenggarakan oleh pemerintah Rusia. Dengan
TV dan ditemukannya parabola beserta berbagai
perlengkapannya (digital, receiver(, seseorang bahkan
dapat melihat berbagai kejadian dari berbagai penjuru
dunia, dengan memindahkan dari program (channel) ke
program (stasiun pemancar yang jumlahnya beratus
buah di seluruh dunia) yang lain hanya cukup dengan
menekan tombol remote di tangannya. Sayangnya

110
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
semua ini masih banyak yang belum dapat
menikmatinya karena terhimpit oleh kemiskinan.
Kemajuan manusia yang lain adalah pada bidang
kesehatan dan pengobatan. Sekarang telah banyak
perguruan tinggi yang membuka fakultas kedokteran
yang pada gilirannya menghasilnya para dokter,
bahkan yang telah menyelesaikan strata dua seperti
ٍSarjana Kesehatan Masyarakat (SKM), untuk di luar
negeri Master of Public Health (MPH), malah dari Strata
3 (S3) dengan titel Doktor (Dr) di dalam negeri atau
Philosophy of Doctor (PhD) di luar negeri. Berbagai
obat-obatan juga banyak ditemukan di samping
berkembang pula dalam bidang operasi. Wanita yang
hamil dan menemukan kesulitan dalam melahirkan
dapat dilakukan operasi dengan peralatan yang cukup
dan relatif mudah serta murah. Ditemukannya berbagai
obat dan imunisasi juga membuat manusia mempunyai
harapan hidup yang lebih panjang. Walaupun demikian,
memang masih banyak berbagai penyakit yang tidak
mudah diobati seperti HIV/AIDS, SARS, flu-burung, dan
alzeimer.
Kamajuan lain yang dicapai manusia yang
sekaligus sebagai ancaman besar ialah kemajuan
dalam bidang militer. Kemajuan di dalam bidang ini
misalnya ditemukannya berbagai jenis kapal perang,
pesawat tempur dan persenjataan yang dibawanya.
Dalam jarak yang jauh kapal dapat meluncurkan roket
yang diarahkan ke berbagai kota dan dalam hitungan
detik atau menit beberapa roket telah menghancurkan

111
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
gedung-gedung bahkan manusia dalam jumlah yang
besar. Kapal perang induk bahkan menyediakan
pangkalan untuk landasan terbang pesawat tempur.
Dengan kecepatan supersonik (melampaui kecepatan
suara yang perjam kl. 300.000 km/jam) dalam menuju
ke berbagai kota dan membawa peluru kendali yang
dapat diarahkan ke berbagai penjuru kota.
Negara-negara yang telah menguasai toknologi
ini, seperti Amerika, Inggris, Perancis, Jerman, dan
Rusia yang memenangkan perang dewasa ini. Yang
lebih mengerikan dalam bidang persenjataan ialah
ditemukannya sejata hydrogen dan nuklir. Malapetaka
itu telah dialami Jepang dalam perang Dunia II di mana
Hirosima dan Nagasaki menjadi saksi bisu petaka
kemanusiaan di masa modern ini. Segala yang tertimpa
senjata ini hancur dan hangus terbakar. Senjata nuklir
tampaknya lebih dahsyat lagi dan sekarang banyak
negara Eropa dan Amerika memiliki senjata peluru
kendali antar benua (inter-continental balistic) yang
berhulu ledak nuklir, termasuk Israel. Bahkan, di
Amerika pernah merencanakan perang bintang (star
war) di mana peluru kendali dapat dimusnahkan
dengan peluru kendali yang lain selagi masih di
angkasa dan belum mencapai sasaran. Untuk Amerika,
mereka telah memiliki Patriot yang mampu
memusnahkan peluru kendali yang telah diluncurkan
oleh musuh.

112
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna

Ketimpangan Sosial sebagai Bukti Kehampaan


Cinta

Manusia di samping mengalami berbagai


kemajuan dewasa ini, juga diperhadapkan pada
berbagai krisis atau disebut sebagai krisis multi
dimensional. Misalnya krisis ekonomi, politik,
perlombaan persenjataan, dan yang tidak kalah
pentingnya ialah krisis moral dan akhlak. Berbagai krisis
tersebut pada gilirannya akan dapat menimbulkan
berbagai kerawanan sosial seperti benturan, kerusuhan,
dan berbagai kejahatan lain seperti teroris dan
sebagainya. Dalam kaitannya dengan teroris––terutama
peristiwa peledakan WTC, 11 September 2001––Yusuf
Qardawi, sehari berikutnya memberikan penyataan
bahwa hatinya ikut terluka atas peristiwa tersebut dan
sasaran lain di Amerika Serikat, meskipun ia sangat

113
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
menentang dukungan Amerika terhadap Israel di
bidang militer, politik, dan ekonomi. Ia juga meminta
kaum Muslim untuk mendonorkan darah kepada para
korban.
Pada zaman modern ini memang banyak terdapat
negara atau perorangan yang melimpah harta dan
kekayaannya. Dalam istilah ekonomi secara perorangan
banyak ditemukan konglomerat atau milyarder.
Misalnya para pengusaha yang sukses baik dari warga
keturunan Tionghoa maupun pribumi. Belakangan para
calon presiden dan calon wakil persiden melaporkan
kekayaannya, ada yang mencapai lebih dari 100
milyard. Dan tidak ada yang kurang dari satu milyard.
Sebaliknya, banyak masyarakat yang tiap hari bekerja
kasar dan berat sekedar untuk mencari makan untuk
hari itu yang jumlahnya di Indonesia lebih dari 30 juta
orang.
Dengan demikian, sisi gelap zaman modern ini
antara lain kesenjangan yang makin dalam antara si
miskin dengan si kaya. Dalam hal penyebab
kemiskinan, pandangan konservatif dikarenakan malas,
bodoh, tidak mau maju, tidak terampil dan lain-lain.
Sedang menurut pandangan transformatif kemiskinan
disebabkan oleh sistem yang didasari ketidakadilan
atau dengan kata lain hanya berpihak dan
menguntungkan golongan tertentu. Sementara
pandangan liberal tidak menyalahkan sistem, tetapi
lebih menekankan bagaimana sistem itu bekerja.
Sistem yang tidak berjalan dengan baik berakibat

114
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
terjadinya kebocoran, korupsi, kolusi, nepotisme, tak
ada kontrol, tidak efisien, hukum tidak berjalan dan
sebagaimnya.
Di negara-negara tertentu juga banyak yang amat
kaya dengan GNP ribuan dolar seperti di Amerika,
Eropa, dan Timur Tengah. Akan tetapi, di balik itu
semua terdapat negera-negara yang miskin seperti di
Afrika, Asia (Indonesia, Banglades, Afganistan), dan
Amerika Latin. Dengan kata lain, kemajuan
kemanusiaan juga mempunyai dampak negatif yang
menimbulkan kesenjangan penghasilan, baik dalam
skala kolektif maupun perorangan. Kesenjangan ini
pada gilirannya menimbulkan kecemburuan sosial yang
dapat menimbulkan pemberontakan dalam suatu
Negara dan kerusuhan dalam masyarakat,
perampokan, penodongan, pencurian, penjam-bretan,
dan yang tidak kalah pentingnya adalah korupsi yang
hampir merata yang banyak dilakukan para pejabat,
bahkan dilakukan olah mereka yang seharusnya
sebagai penegak hukum seperti di pengadilan dan
kepolisian.
Dengan demikian, tidak heran jika Indonesia
sebagai salah satu negara terkorup di dunia. Bahkan
akhir-akhir ini diberitakan para anggota dewan di pusat
dan di daerah, yang mestinya memberi teladan, justru
melakukan korupsi. Namun, yang terakhir ini bukan
disebabkan oleh kemiskinan, tetapi lebih disebabkan
oleh krisis moral atau krisis akhlak. Krisis moral dan
akhlak ini sebagai akibat modernisasi dalam berbagai

115
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
bidang kehidupan manusia. Dalam era modern yang
ditandai pola sikap rasionalis dan menekankan kerja
akal yang pahamnya disebut rationalisme.
Budaya modern cenderung dinamis dan cepat
berubah dan mengabaikan nilai tradisonal yang
cenderung tetap dan mapan serta agama. Masyarakat
modern biasanya ditandai dengan industrialisasi di
mana terdapat pabrik-pabrik yang memproduksi
sesuatu secara masal. Dampak lain dari modernisasi
dan industrialisasi ialah banyaknya kerusakan
lingkungan sebagai akibat adanya limbah industri jika
tidak ditangani secara baik. Pada gilirannya, limbah ini
mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit pada
manusia atau mematikan binatang dan tumbuh-
tumbuhan.
Dalam kaitan itu yang termasuk lingkungan ialah
apa saja yang di permukaan bumi (environment
includes every thing in the external world). Maka
kerusakan lingkungan mencakup pencemaran udara
(air pollution), pencemaran air (water pollution),
pencemaran tanah (land pollution), pencemaran karena
pestisida (pesticide problem), logam berat (heavy
metal), air raksa (mercury), panas matahari (radiation),
suara (noise), kecelakaan (accidents) dan sebagainya.
Kerusakan lingkungan ini pada gilirannya akan
membawa akibat timbulnya berbagai penyakit tertentu.
Lebih lanjut dalam hal pencemaran lingkungan, Gaylord
Nelson menyatakan: Each year, more than 600 million
pounds of pesticides of all kinds are sprayed. Dusted,

116
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
fogged, or dumped in the United States-about three
pounds for every man, woman, and child in the country.
Kemiskinan dapat disebabkan perilaku manusia
seperti pemborosan, judi, malas, bodoh (tidak mau
belajar) dan lain-lain. Akan tetapi, dapat juga
disebabkan oleh hal yang di luar jangkauan manusia
seperti: bencana alam, situasi lingkungan yang
gersang/tandus, hama, orang tua yang miskin, terlahir
cacat atau lemah badan, wabah penyakit dan
sebagainya. Selain itu, ada juga sebagai akibat suatu
peraturan atau sistem yang tidak adil, hanya
menguntungkan seseorang atau golongan tertentu.
Kesenjangan yang makin dalam antarnegara dan
perorangan pada gilirannya berdampak timbulnya
kecemburuan sosial. Dan kecemburuan sosial
selanjutnya dapat menimbulkan berbagai konflik,
benturan-benturan dan kekerasan serta ketidak-
stabilan masyarakat. Menurut Achmad Mubarok, di
antara ciri-ciri zaman modern ialah: pertama,
penggunaan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan
manusia; kedua, berkembangnya ilmu pengetahuan
sebagai wujud kemajuan manusia.
Lebih lanjut, Mubarok juga menyebutkan
beberapa gangguan kejiwaan manusia modern antara
lain dihinggapi oleh rasa cemas, rasa sepi, rasa bosan,
perilaku menyimpang, dan psikosomatik. Menurutnya
kecemasan manusia modern disebabkan cepatnya
perubahan tata nilai dan hilangnya makna hidup.
Manusia modern disibukkan oleh persaingan dan

117
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
tuntutan duniawi yang tak habis-habisnya. Rasa
kesepian muncul disebabkan hubungan antarindividu
kurang tulus dan selalu ada maksud-maksud tertentu.
Orang juga selalu curiga terhadap pujian orang sebab
jangan-jangan ada maksud tertentu. Perilaku
menyimpang timbul sebagai akibat keringnya nilai-nilai
masyarakat dan perubahan norma-norma moral, di
samping juga disebabkan dorongan yang kuat untuk
memuaskan keinginan dengan jalan pintas. Berbagai
gangguan kejiwaan itu dapat menimbulkan
psikosomatik, yaitu penyakit jasmani yang diakibatkan
gangguan rohani seperti tidak bisa konsentrasi, badan
lemah, pusing, asma, stress, dan perilaku menyimpang.
Menurut Mohammad Sofyan, setiap masyarakat
majemuk atau plural selalu rentan oleh konflik.
Menurutnya, paling tidak ada tiga kecenderungan kritis
dalam masyarakat majemuk. Pertama, masyarakat
majemuk rentan oleh konflik dalam hubungan
antarkelompok. Berbagai kompromi untuk jangka waktu
tertentu memang dapat meredakan ketegangan, tetapi
tidak menutup timbulnya konflik berikut. Kedua, pihak-
pihak yang berkonflik hampir selalu memandang
timbulnya konflik dari sudut pandang kelompoknya
sendiri. Hal ini terutama ketegangan dan konflik yang
bernuansa suku, agama, ras dan antar golongan
(SARA). Ketiga, terjadinya integrasi sosial kerap kali
melalui dominasi ras atau kelompok tertentu atas
kelompok yang lain. Selanjutnya ia juga menyatakan
bahwa agama sering menjadi faktor pemicu kekerasan

118
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
dan kerusuhan. Orang sering melakukan kekerasan
dengan mengatasnamakan agama atau keyakinan
tertentu.
Alwi Shihab mengemukakan berbagai krisis
kemanusian baik dalam skala internasional maupun
nasional. Dalam skala internasional, misalnya krisis di
Timur Tengah antara Arab (khususnya Palestina)
dengan Israel yang telah lama berjalan dan belum ada
tanda-tanda akan segera selesai. Dalam skala nasional
disebutkan kurang harmonisnya hubungan penganut
Islam dan Kristen yang dilakukan oleh fundamentalisme
dari kedua penganut agama tersebut.
Kesenjangan ekonomi memang relatif gampang
diselesaikan dengan cara mengurangi kesenjangan itu,
baik dengan membuat sistem yang baik berdasar
keadilan maupun melalui cara-cara lain. Memang
perkembangan penduduk yang tidak diimbangi dengan
penciptaan lapangan kerja akan menimbulkan masalah
pengangguran. Dengan begitu, wajarlah jika diperlukan
pengendalian pertumbuhan penduduk dan Keluarga
Berencana (KB). Namun, krisis mental dan moral
tidaklah semudah itu cara mengatasinya. Satu-satunya
cara yang dapat diandalkan ialah mendasari individu
dengan sikap sopan santun, moral yang baik, akhlak
yang mulia, yang semuanya didasarkan dengan ajaran
agama yang benar. Membentuk pribadi yang baik dan
akhlak yang mulia diperlukan waktu yang lama,
ditanamkan sejak kecil dalam keluarga dengan teladan
orang tua.

119
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Walaupun begitu, situasi dan kondisi lembaga lain
juga dapat berpengaruh, misalnya ketidakstabilan
politik sering mengakibatkan ketidakstabilan keamanan
dan pada gilirannya dapat mengganggu dan
meresahkan masyarakat dalam arti yang luas. Maka
memang diperlukan sinkronisasi perbaikan berbagai
sistem dan kelembagaan. Demikian pula krisis ekonomi,
jelas menimbulkan berbagai kejahatan dalam
masyarakat. Walaupun demikian, akhirnya kembali
kepada mental dan pribadi orang perorang atau moral
individu. Untuk itu perlu ditanamkan dan dikembangkan
moral sejak dini. Bagi umat Islam yang sumber
ajarannya dari Al-Qur’an dan Al-Hadits banyak memuat
nilai-nilai kemanusiaan yang jika dikembangkan dapat
menciptakan kesejahteraan, keadilan masyarakat yang
dilandasi oleh cinta sesama makhluk Allah.
Dunia yang mengglobal dewasa ini memang
makin kompleks. Dalam hal ini Mukti Ali menyatakan:
This new global revolution is not shaped by a single
ideology, but by social, economic, technological,
cultural, and ethical factors. Dalam hal mengatasi
benturan antarpenganut agama, ia menyarankan
dibentuknya Persatuan Agama-Agama (United
Religions) di samping United Nations. Dengan demikian,
dialog dapat dilaksanakan dengan intensif dan
bersama-sama membicarakan apa saja yang dapat
disumbangkan bagi kesejahteraan dunia.
Selanjutnya dikatakan: In any religion, dogmas
and doctrines are very important, but more important

120
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
are the spiritual disciplines. Ia juga menekankan
tentang disiplin moral: In this case we have to
understand the moral disciplines, let us say, for
instance, justice, hard work, eager to help the needy,
meditation, yoga, prayer etc. Ia mengemukakan bahwa
kecenderungan pendidikan sekarang cenderung ke
arah sekuler yang dicemaskan oleh seluruh penganut
agama (All these religions have anxiety toward a
secular liberal humanist framework for unity of
humanity…). Tegasnya Mukti Ali menyarankan tiga hal
di mana agama dapat memberikan peran yang positif
bagi perkembangan dunia dewasa ini yaitu: These
three point I want to place before you here, these are
(1) The establishment of United Religions, the main
interest of which is to obtain justice, peace and life
promoting environment, (2) to strengthen the
transcendent dimensions of our immanent life, and (3)
to improve the moral disciplines. Menurut Muhammad
Sofyan, agama dapat memberikan sumbangan bagi
reformasi damai. Pada dasarnya tiap agama memiliki 4
unsur yang menjadi gejala keagamaan. Pertama, yang
berupa ritual atau upacara keagamaan termasuk sistem
peribadatan yang umumnya bersifat tetap. Kedua,
aturan-aturan, norma-norma moral yang dijadikan
patokan perilaku hidup sehari-hari. Ketiga, lembaga-
lembaga yang melayani persekutuan umat beragama
dalam masyarakat. Keempat, keyakinan atau creed
atau credo yang merupakan ajaran pokok tiap agama
dan cenderung tetap. Inilah sumbangan agama bagi

121
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
reformasi damai dalam kaitannya dengan kehidupan
berbangsa dan bernegara dalam masyarakat majemuk.
Pendidikan moral atau akhlak memang sangat
menentukan perilaku manusia. Pada dasarnya nilai
seseorang hanya terletak pada moral dan akhlaknya.
Nabi Muhammad saw. sendiri diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Di dunia Islam,
moral dan akhlak yang mulia banyak tercermin pada
para sufi atau mistikus Islam. Para sufi Muslim
umumnya menjadikan puncak tujuannya adalah meraih
cinta Allah dengan tulus. Para sufi memang pantang
untuk meminta walau tidak menolak untuk diberi.
Mereka merasa cukup dengan apa yang ada. Oleh
karena itu, mereka umumnya hidup miskin dalam
pandangan orang lain. Ini tidak berarti seorang sufi
tidak boleh kaya. Pengusaha kaya yang jujur dan
menjunjung tinggi norma-norma kemanusiaan dan nilai-
nilai spiritual dapat disebut sebagai sufi. Cinta sejati
merupakan sumber kebaikan dan sebaliknya benci
adalah sumber kejahatan. Cinta yang murni ialah cinta
yang diyakini dari Allah dan untuk Allah. Islam tidak
melarang mencintai yang lain sepanjang tidak melebihi
cinta kepada Allah (Q.S. al-Baqarah: 165).
Selanjutnya, Allah juga berjanji kepada siapa yang
mencintai Allah akan memperolah balasan cinta-Nya
dan ampunan-Nya (Q.S. Âli ‘Imrân: 31). Hanya dengan
cinta yang murni yang didasari iman yang kokoh yang
akan membawa kedamaian, kebahagiaan, dan
keindahan. Bagi umat Islam yang mandasarkan

122
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
ajarannya pada Al-Qur’an dan Al-Hadits Nabi ternyata
sumber ini di samping sarat dengan nilai-nilai spiritual
seperti iman, takwa, keadilan, kejujuran, dermawan dan
sebagainya, juga banyak menyinggung tentang cinta
yang murni dan Ilahi yang menjadi tujuan utama
kehidupan para sufi. Para sufi memiliki toleransi yang
amat tinggi sebagaimana Ibn al-‘Arabî dan Rabi‘ah al-
Adawiyah. Bagi Rabi’ah yang hatinya dipenuhi cinta
kepada Allah tidak ada lagi ruang untuk membenci
apapun termasuk setan.
Dalam kaitannya dengan cinta semacam ini Karen
Armstrong mengemukakan pendapatnya: … Falsafah
menekankan transendensi mutlak Tuhan dan
mengingatkan kita bahwa tak ada sesuatupun yang
bisa menyamainya. Bagaimana kita bisa mencintai
sebuah Wujud yang begitu asing? Namun, kita bisa
mencintai Tuhan yang hadir di tengah-tengah
makhluknya: “Jika engkau mencintai suatu wujud
karena kindahannya, engkau tak lain kecuali mencintai
Allah. Karena dia adalah satu-satunya Wujud yang
Indah”… “Dengan demikian dalam semua aspeknya,
objek cinta hanyalah Tuhan”.
Di tempat lain ia mengatakan: “Kaum mistik
terlibat dalam perjuangan tanpa akhir untuk mengenali
kasih sayang, cinta, dan keindahan Tuhan di dalam
segala sesuatu dan membuang yang lainnya.”
Selanjutnya dikatakan lagi: “Tuhan tidak menghendaki
kata-kata ortodoks, tetapi cinta yang membakar dan
kerendahan hati”. Dalam hal cinta kemanusiaan

123
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
dikatakan: “Cinta pada dasarnya merupakan rasa rindu
kepada sesuatu yang tidak ada, itulah sebabnya begitu
banyak cinta kemanusiaan kita berujung pada
kekecewaan.”
Tampaknya cinta murni semacam inilah yang
dapat menjadi kunci pemecahan berbagai problema
kemanusiaan yang dewasa ini makin mencemaskan
dan mengancam martabat manusia pada umumnya.
Menurut Sayyid al-Sabiq, masyarakat Islam memiliki
beberapa ikatan seperti persaudaraan (ribât al-ikhâ’),
hak-hak persaudaraan (huqûq al-ikhwah), kedamaian
(islâhu źât al-bain), keadilan (‘adl al-hâkim), cinta
karena Allah (al-hubb fîllâh). Dalam hal hak-hak
persaudaraan dikemukakan sebuah hadis:
‫مثل المؤمنين فى توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد إذا اشتكى منه عضو تداعى ساءر‬
[‫الجسد بالسهر والحمى ]رواه مسلم‬

Terjemahnya: Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling


mencintai, saling menya-yangi, saling setia, ibarat badan jika salah satu
anggotanya menderita sakit, seluruh badan terasa sakit dan tak dapat tidur .
Dalam hal cinta karena Allah ia mengemukakan:

‫ والمتحــابون‬،‫و الحب فى الله له مكان فســيح فــى المجتمــع الســلمى‬


‫ ويبلغون درجات الصديقين‬،‫يتبوءون منازل الكرامة‬

Lalu dikemukakan sebuah hadits qudsi sebagai berikut:

‫ أظلهــم‬،‫ أيــن المتحــابون بجللــى‬:‫إن الله تعالى يقول يوم القيامــة‬


[ ‫فى ظلى يوم ل ظل ال ظلى ] رواه مسلم‬

124
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna

Terjemahnya: Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman


pada hari kiamat: “Di mana orang-orang yang saling
mencintai karena-Ku, Aku akan menaungi mereka di
bawah naungan-Ku di hari yang tidak ada tempat
bernaung kecuali naungan-Ku”.

Dalam hal mendamaikan yang bertikai (islâh źât al-


bain) ia mengatakan:

‫ وتقوية الــروا بــط‬,‫وعلى المسلمين أن يسارعوا إصلح ذات البين‬


‫إذا تعارضت لوهن أو ضعف‬

Dalam kaitan ini juga dikemukakan sebuah hadits:


‫أل أدلك على صد قة يحبهــا اللــه ورســوله؟ تصــلح بيــن النــاس إذا‬
‫تباغضوا وتفاسدوا‬

Terjemahnya: “Maukah engkau aku tunjukkan tentang


sedekah yang dicintai Allah dan RasulNya? Yaitu
engkau mendamaikan antara manusia yang saling
membenci dan saling merusak”
Ahmad Naqsabandî berpendapat bahwa cinta
kepada Allah merupakan maqâm puncak dalam
beribadah, yaitu beribadah sermata-mata karena cinta
kepada-Nya, bukan beribadah karena takut kepada
neraka (ibadah seorang budak) atau karena ingin
masuk surga (ibadah seorang pedagang). Mereka yang
telah sampai kepada maqâm cinta semacam ini, maka

125
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
hidupnya akan terasa ringan, dunia ibarat permainan
belaka. Menurutnya, Allah telah menanamkan benih
cinta-Nya di hati setiap manusia sebagai fitrah, maka
jika cinta ini dihilangkan, yang tersisa hanya nafsu
kebinatangan yang rakus tak kenal halal atau haram. Ia
menegaskan bahwa inti awal dan akhir kehidupan
menusia, asal-usul serta tujuannya, hanyalah cinta
kepada Allah. Bagi umat Islam damai merupakan cita-
citanya. Islam itu sendiri artinya mendamaikan. Dalam
Al-Qur’an kata yang berakar dari huruf s-l-m terulang
157 kali dalam berbagai bentuknya.Allah sendiri juga
menyeru kepada kedamaian sebagaimana Q.S. Yûnus:
25:

  


  
    

  

Terjemahnya: Allah menyeru (menusia) ke Darussalam


(surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya
kepada jalan yang lurus (Islam).
Dalam setiap shalat salah satu rukunnya ialah
mengucapkan salam kepada orang-orang yang berada
di sebelah kanan dan kirinya. Bahkan, salah satu asma
Allah ialah Mahadamai (al-salâm) dan juga terdapat
sebuah doa yang sangat ideal dengan beberapa kali
menyebutkan salam yaitu:

126
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
‫اللهم أنت السلم ومنك السلم وإليك يعود السلم فحينــا بالســلم‬
‫و أدخلنا الجنة دار السلم‬

Terjemahnya: Ya Allah, Engkaulah sumber kedamaian,


dan dari-Mu semua kedamaian, dan kepada-Mu
kembalinya semua kedamaian, maka hidupkanlah kami
dalam kedamaian. Dan masukkanlah kami ke dalam
tempat kedamaian (surga).
Ketika cinta Allah telah diperoleh maka kedamaian
akan selalu terasa, aktivitas mulia akan selalu
teraplikasikan, ungkapan kebenaran meluncur bagaikan
anak panah yang meluncur dari busurnya. Kedamaian
seperti inilah yang selalu didambakan setiap orang ber-
iman kepada ke agungan Allah, semoga kedamaian
selalu bersemi kapan dan dimanapun, pada akhirnya
kedamaian hakiki berupa surga merupakan dambaan
abadi, amin.

127
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna

Bagian Kelima:
Kekuatan Cinta sebagai manifestasi diri

Cinta manusia terhadap diri sendiri


Cinta adalah satu kata yang sulit untuk ditelusuri.
Cinta mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang
berbeda pada saat yang berbeda. Saya cinta (suka)
kacang, cinta sepakbola, cinta cuaca hangat, cinta istri
dan anak-anak saya, cinta buku yang baik, cinta
pembicaraan yang membangkitkan semangat dan cinta
Tuhan.
Setiap hal ini mendapatkan jumlah cinta yang
berbeda-beda. Walaupun saya menyukai kacang, saya
tidak bingung jika saya tidak makan kacang untuk
sementara waktu. Saya cinta sepakbola, sehingga
setiap hari Minggu siang saya menontonnya di TV.
Walaupun demikian, saya akan meninggalkan acara
sepakbola itu bila ada kesempatan untuk mengadakan
acara bersama seluruh keluarga saya. Cinta saya
kepada Allah menyuruh saya agar tidak setiap kali
absen dari gereja pada hari Minggu untuk pergi dengan
keluarga.
Istilah mencintai diri sendiri juga mempunyai arti
yang berbeda- beda. Akibatnya timbul banyak
kebingungan terhadap peranan diri dalam pengertian
Alkitabiah tentang sifat orang.

128
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Mencintai diri sendiri dan mementingkan diri
sendiri biasanya merupakan istilah yang sama artinya
di dalam al-qur’an ditegaskan bahwa pada akhir zaman
orang akan "mencintai dirinya sendiri". Sifat mencintai
diri sendiri itu akan dibuktikan oleh keasyikan mereka
dengan uang, kesombongan mereka, cara mereka
memaksakan pendapat mereka sendiri dan menuntut
keinginan mereka sendiri, kesenangan mereka untuk
menyebarkan desas- desus yang merusak, dan
tindakan mereka yang terus-menerus mengejar
kebebasan dan kesenangan yang tidak terbatas. Itulah
wujud yang jelas dari sifat mementingkan diri sendiri.
Tetapi tunggu sebentar -- jangan dulu pergi dan
berusaha mencari jalan untuk membuktikan sifat
membenci diri Saudara sendiri. Alqur’an menunjuk
sebuah arti lain-untuk sifat mencintai diri sendiri, satu
pengertian yang tidak negatif. Jika demikian,
bagaimana kita seharusnya memikirkan tentang diri
kita sendiri?
Titik awalnya adalah Allah, agar bisa mengetahui
apa yang harus kita pikirkan tentang diri kita, kita perlu
mengetahui pandangan Allah. Ia ingin agar kita
memiliki pandangan yang benar, penilaian diri yang
benar. Ia ingin kita mengetahui bahwa Ia mengasihi kita
dan bahwa kita ini sangat berharga.
Martin Luther berkata, "Bukan karena Saudara
berharga sehingga Allah mengasihi Saudara; Allah
mengasihi Saudara dan karenanya Saudara berharga"
Allah memilih untuk menciptakan Saudara dan Ia telah

129
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
mengasihi Saudara sejak permulaannya. Daud berkata,
"Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku,
menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur
kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib"
Tetapi kita, manusia telah mengotori pakaian
yang asli. Penilaian diri yang benar berarti bahwa kita
takut karena kita berdosa kepada Allah dan tidak jujur
terhadap diri kita sendiri. Menanggapi dosa dengan
sedih merupakan tindakan yang sangat tepat.
Kesalahan yang dibuat banyak orang adalah
memindahkan rasa tidak suka mereka terhadap sifat
berdosa mereka dengan mempersalahkan kemanusiaan
mereka.
Menjadi manusia berarti membawa gambar Allah,
karena kita diciptakan menurut gambar-Nya.
Bergembiralah karena kemanusiaan Saudara. Jagalah
diri Saudara baik mental, emosi, fisik, dan rohani.
Kemudian, seperti Daud, mintalah agar Tuhan
menyelidiki hati dan pikiran Saudara, apakah ada sikap,
motif, dan perbuatan yang keliru. Pertobatan seperti itu
akan menjaga agar saluran itu bersih dari segala
sesuatu yang mungkin menghalangi hubungan Saudara
dengan Allah. Hal itu juga akan melenyapkan hal-hal
yang mungkin menghalangi pengertian yang jelas
tentang nilai Saudara di mata Tuhan.

Cinta antar pribadi

130
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Cinta antar pribadi menunjuk kepada cinta antara manusia. Beberapa
unsur yang sering ada dalam cinta antar pribadi: Afeksi: menghargai orang
lain, Ikatan: memuaskan kebutuhan emosi dasar,
Altruisme: perhatian non-egois kepada orang lain,
Reciprocation: cinta yang saling menguntungkan,
Commitment: keinginan untuk mengabadikan cinta,
Keintiman emosional: berbagi emosi dan rasa, Kinship:
ikatan keluarga, Passion: nafsu seksual, Physical
intimacy: berbagi kehidupan erat satu sama lain, Self-
interest: cinta yang mengharapkan imbalan pribadi,
Service: keinginan untuk membantu.
Tidaklah beriman seseorang di antara kamu,
sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri” (Hadits Riwayat al-
Tirmidzi)
Ada keyakinan luas bahwa mencintai orang lain
adalah baik, sementara mencintai diri sendiri adalah
buruk. Juga ada anggapan bahwa cinta pada diri sendiri
sama dengan mementingkan diri sendiri. Apakah ini
benar? Jika benar, maka hal ini bertentangan dengan
pernyataan hadis di atas yang menganggap mencintai
diri sendiri adalah suatu hal yang lumrah. Lalu
bagaimana sebenarnya permasalahan ini bisa
dipahami.

Dua jenis cinta diri


Sebenarnya tidak ada pertentangan sama sekali
antara pandangan yang pertama dengan pandangan
yang kedua. Karena sesungguhnya ada dua jenis Cinta

131
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Diri. Yang Pertama, adalah Cinta Diri Positif sedangkan
Yang Kedua adalah Cinta Diri Negatif. Pada teks hadis di
atas cinta kepada diri seperti itu merupakan cinta diri
yang positif, bahkan bersifat fitrah, dan yang dimaksud
dengan cinta diri yang negatif adalah cinta diri yang
sudah mengarah kepada bentuk mementingkan diri
sendiri.
Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki menulis
surat kepada Abu Dzarr al-Ghifari (semoga Allah
meridhainya). Di dalam suratnya, ia meminta nasihat.
Di antara nasihat yang tertulis bahwa beliau
menasihati dengan nasihat yang sangat sederhana
tetapi mengandung makna yang dalam, ” Janganlah
engkau berbuat jahat terhadap orang yang engkau
cintai!”
Laki-laki tersebut terkejut, bagaimana mungkin
seseorang bisa berlaku jahat terhadap orang yang
dicintainya? ia bingung dan tidak memahami maksud
nasihat Abu Dzarr, sehingga ia pun menulis kembali
surat keduanya, ”Apakah Anda pernah melihat
seseorang yang berbuat jahat terhadap orang yang
dicintainya?” Abu Dzarr pun menjawab, ”Kecintaanmu
kepada dirimu sendiri jelas melebihi kecintaanmu
kepada orang lain. Namun demikian jika engkau tidak
mentaati Allah, engkau pasti akan disiksa, dan ini
berarti engkau telah berbuat jahat terhadap dirimu
sendiri”.
Suatu kesalahan logis apabila dikatakan bahwa
cinta pada orang lain dan cinta pada diri sendiri tidak

132
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
dapat saling berdampingan. Jika mencintai sesama
manusia merupakan suatu kebajikan, maka mencintai
diri sendiri pun tentu merupakan kebajikan, karena
sebagaimana orang lain, kita sendiri pun adalah
manusia. Tidak ada konsep tentang manusia di mana
kita tidak termasuk di dalamnya.
Sebuah hadits yang menyebutkan bahwa
Rasulullah saww bersabda, “Cintailah manusia
sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri”, hal ini
menunjukkan bahwa penghormatan atas integritas dan
keunikan diri serta cinta dan pengertian terhadap diri
sendiri tidak dapat dipisahkan dari penghormatan dan
cinta terhadap manusia lainnya. Cinta pada diri sendiri
memiliki kaitan yang tak terpisahkan dengan cinta pada
semua makhluk lainnya.
Disamping cinta terhadap diri dan orang lain, kita
juga diperintahkan Allah Swt untuk menyayangi diri kita
beserta keluarga kita dengan menjaga dan
memeliharanya dari kecelakaan dan bencana
terperosok ke dalam siksa api neraka, sebagaimana
firman Allah ‘Azza wa Jalla, “Wahai orang-orang yang
beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu!” (QS Al-Tahrim/66: 6)
Memelihara diri dan keluarga merupakan
manifestasi cinta diri, tentu saja pola cinta diri seperti
ini bukan saja positif dan dibenarkan, bahkan
diperintahkan oleh Tuhan.

133
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Dengan demikian cinta diri dan cinta kepada
orang lain bukan merupakan alternatif. Sebaliknya,
senantiasa harus akan ada sikap cinta terhadap diri
sendiri pada orang-orang yang mampu mencintai orang
lain. Pada prinsipnya, cinta tidak akan terbagi sejauh
hubungan antara obyek dan diri sendiri diperhatikan.
Pergumulan dengan cinta diri adalah pergumulan
dengan keterbatasan diri. Diri ini harus dimekarkan,
atau dengan kata lain kepribadian diri kita mesti
direntangkan hingga mampu menggapai seluruh
manusia bila bukan seluruh alam ciptaan. Pada
hakikatnya, semua maujud yang ada di alam ini
termasuk diri kita sendiri merupakan pengejewantahan
(manifestasi) dari al-Haqq, sehingga cinta kita kepada
diri kita, manusia lainnya, makhluk-makhluk lainnya
dan alam semesta, sejatinya merupakan cinta kita
kepada al-Haqq, Allah Rabb al-‘Alamin.

134
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna

Cinta Diri Negatif

Sebaliknya, seseorang yang mencintai dirinya


sendiri, bahkan kepada orang lain sekali pun, tetapi
menganggap bahwa dirinya, atau orang lain tidak
memiliki keterhubungan dengan al-Haqq, adalah tidak
saja merupakan bentuk cinta diri negatif, bahkan pola
pemikiran seperti ini merupakan jenis syirik yang
teramat besar atau pandangan dualisme yang dapat
menimbulkan sekian banyak dilema-dilema di dalam
realitas kehidupan manusia. Bentuk cinta diri seperti
inilah yang dikatakan sebagai mementingkan diri
sendiri. Cinta seperti ini bukanlah cinta yang
sesungguhnya, karena cinta yang sejati harus mampu
melepaskan manusia dari egoisme.
Cinta diri yang tidak dapat keluar dari hal-hal yang
negatif apalagi terkait dengan Allah Sang Pencipta
Tunggal merupakan cinta negatif yang bukan saja harus
dijauhi tapi harus dihilangkan dari diri manusia, sebab
sang pencinta dan yang dicinta haruslah melebur
menjadi satu padu sampai tidak lagi terdengar –saat
memanggil namanya—suara-suara keras namun sudah
hanyut (fana’ ) dan eksis (baqa’) dalam dirinya.
Konsep fana’ dan baqa’ yang harus ada pada diri
sang pencinta termanifestasi dalam bentuk dzikir fi al-
qalb. Fana’ dari segala sikap dan sifat yang tercela dan

135
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
baqa’ dalam sifat al-asma al Husna yang terbaik, sifat-
sifat terbaik Allah harus termanifestasi dalam sikap
manusia sempurna.
Konsep al-Takhalluq bi akhlaqillah merupakan
bentuk aplikasi dari sifat-sifat terbaik Allah SWT, jika
sikap ini dilakukan secar terus menerus maka
seseorang akan dapat dikatagorisasikan sebagai
manusia paripurna (al-Isan el-Kamil) dan manusia tiep
ini hanya dimiliki oleh rasulullah SAW sebagai pembawa
dan penyampai berita dari Sang Khaliq.

Cinta Diri yang Berbahaya

Pada kondisi kejiwaan tertentu, cinta diri bahkan


— menurut Imam Khomeini — merupakan akar seluruh
dosa. Cinta diri seperti inilah yang dikatakan sebagai
egoisme. Pada tahap kejiwaan seperti ini seseorang
merasa dirinya telah mencapai suatu tahap
kesempurnaan. Kita menganggap diri kita telah
sedemikian sempurna sementara di mata kita orang
lain penuh cacat dan cela. Kita sibuk melihat cela dan
aib-aib orang lain tetapi lalai menengok dan bercermin
untuk melihat keburukkan yang kita miliki. Oleh karena
itulah cinta diri seperti ini merupakan bentuk kelalaian.
Karena jika kita secara jujur melihat kejelekkan diri kita

136
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
sendiri niscaya kita akan bersegera memperbaiki
kerusakkan jiwa yang ada pada diri kita sendiri itu.
Jika kita menyadari hal ini dan bersegera
membenahi jiwa dan diri kita sejak dini, maka hal itu
juga merupakan bentuk cinta diri namun tentunya
dalam bentuk yang positif.
Sebaliknya, jika perhatian kita kurang terhadap
usaha-usaha untuk memperbaiki diri kita sendiri maka
bentuk cinta diri seperti ini adalah bentuk yang negatif,
yang pada kondisi tertentu bisa menjadi berhala (idol)
terbesar dan lebih buruk dari semua berhala. Cinta diri
seperti ini adalah raja dari segala berhala yang akan
memaksa kita untuk menyembahnya dengan kekuatan
yang lebih besar daripada berhala-berhala yag lain.
Sebelum seseorang mampu menghancurkan berhala
ini, niscaya ia tidak akan berpaling kepada Allah. Allah
dan berhala, egoisme dan keilahian tidak bisa berada
dalam hati kita secara bersamaan.
Imam Khomeini mengatakan, ”Waspadalah bila
(semoga Tuhan melindungi kita) cinta dunia dan cinta
diri mulai meningkat dalam dirimu sampai ke suatu titik
di mana Iblis mampu mengambil keimananmu.
Dikatakan bahwa seluruh usaha Iblis ditujukan kepada
hal ini, seluruh tipu dayanya, di malam dan siang hari,
bertujuan untuk mencabut keimanan manusia. Tak
seorang pun dapat menjamin bahwa kalian akan tetap
mempertahankan iman kalian selamanya. Keimanan
kalian mungkin diberikan hanya sebagai pinjaman,
sehingga pada akhirnya Iblis akan berhasil

137
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
mengambilnya kembali dari kalian dan kalian akan
meninggalkan dunia ini dengan penuh rasa benci pada
Tuhan dan para awliya-Nya.”
Jadi pergumulan dengan diri adalah pergumulan
dengan keterbatasan diri, karena itu cinta diri yang
negatif tidak lain merupakan keterbatasan atas proses
konsepsi dan motivasi. Cinta sejati mengarahkan kasih
sayang dan naluri manusia ke luar dirinya. Cinta sejati
meluaskan eksistensinya dan mengubah titik fokus di
dalam wujud manusia. Dengan alasan yang sama, cinta
sejati adalah faktor moral yang agung dan mendidik,
dengan syarat bahwa ia mesti memperoleh tuntunan
yang baik dan digunakan dengan tepat.

138
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna

Cinta Manusia terhadap keluarga

    





 

 
  
 
  
  
 
 
 
 
  
   
 
  

Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-


saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan
yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah
lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad
di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan

139
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik.
Dalam haditsnya Rasul Allah menjelaskan bahwa
tidaklah sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai
Allah dan rasulNya melebihi cintanya terhadap kedua orang
tuanya, anak-anaknya, dan juga kepada seluruh manusia
lainnya.
Dari dua teks tersebut jelaslah bahwa mencintai
keluarga adalah fitrah yang telah digariskan Allah dan
rasulNya, namun mencintai keluarga hendaklah didasrkan
pada cinta terhadap Allah dan rasulNya. Konsep cinta
seperti itu membawa manusia kepada cinta karena Allah
dan benci karena Allah. Mencinta karena Allah berarti
mencintai keluarga didasarkan pada ketaatan seseorang
terhadap Allah dan membenci keluarga di landasai dengan
perbuatan maksiat yang dilakukannya.
Dalam hadist lain rasul Allah bersabda;”Yang paling
baik diantara kamu disisi Allah adalah mereka yang paling
baik terhadap keluarganya”. Jika kamu bersedekah
hendaklah terlebih dahulu bersedekah kepada keluargamu.
Lebih jauh Allah menegaskan yang paling utama dipelihara
adalah keluarga “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”

 

140
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
 
 
  
 
  
   
 
  

Dari ayat di atas terlihat betapa kewajiban seseorang


yang –setelah dirinya—utama untuk diperbaiki adalah
keluarganya, sebab keluarga yang baik akan memberikan
nama baik kepada keluarga, demikian pula sebaliknya jika
keluarga kita tidak baik maka secara umum kita akan di
shibgoh menjadi orang yang gagal.

141
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna

Cinta Manusia terhadap harta

              


               
      
            
        
     
     
          

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-


orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah2 adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan
Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Manusia yang sadar apapun yang telah didapatkan di
atas dunia ini adalah pemberian Allah, maka sebagaian
hartanya tersimpan hak orang lain oleh karena itulah harus
dibagikan sebagai sedekah bagi orang-orang yang
membutuhkan. Sedekah yang mereka keluarkan akan
2
pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja
untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha
penyelidikan ilmiah dan lain-lain.

142
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
diganjar oleh Allah dengan yang lebih baik.
Dalam ayat lain Allah menegaskan;” Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu
itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang
miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak
mendapat bagian ialah orang miskin yang tidak meminta-
minta.
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka
menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan
(memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa
mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang
nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.
Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-
anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami
sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal-amal (saleh, mereka itulah yang
memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa
yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di
tempat-tempat yang tinggi (dalam syurga).
Kecintaan seseorang terhadap harta benda janganlah
membuat dia untuk menjadi orang lalai karena dengan harta
orang bisa menjadi terhina juga bisa pula menjadi mulia
disisi Allah. Cinta terhadap harta yang dapat memuliakan
adalah jika dalam harta tersebut ada kesadaran untuk
berbagi dengan orang-orang yang sangat membutuhkan.
Sebaliknya harta yang kita miliki dapat membuat orang

143
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
menjadi terhina bila tidak menyerahkan sebagian yang
dimiliki dan tidak menumbuhkan kesadaran untuk berbagi
dengan saudara-saudaranya yang membutuhkan.

Cinta manusia terhadap kekuasaan

Pada prinsipnya manusia senang untuk menguasai


orang lain seperti kesenangan mereka untuk
memperoleh penghormatan. Sikap senang dihormatii
dan menguasai orang lain tercermin dalam beberapa
ungkapan firman Allah dan dikuatkan oleh beberapa
hadits Nabi Muhammad SAW. Diantara firman Allah

144
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
tersebut adalah;

     


 
   

 
  


  
  
  
  
  

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan


kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-
anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).
Kesenangan yang diidam-idamkan orang terkadang
terlihat hanya mengejar kesenangan “semu” yang tidak
berujung. Mengejar kekayaan tanpa dibarengi dengan ridla
Allah akan sia-sia, kekayaan yang diperoleh kemudian
menjadikannya sebagai manusia-manusia durjana dan tidak
berkeadilan bagi manusia lain. Kesenangan dunia akan
cepat sirna, hanya kesenangan yang berdasar pada Allahlah

145
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
yang akan abadi selamanya.
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan
kepada mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang),
Dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" setelah
diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian
dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia
(musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat
dari itu takutnya. mereka berkata: "Ya Tuhan kami, Mengapa
Engkau wajibkan berperang kepada Kami? Mengapa tidak
Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami
sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah:
"Kesenangan di dunia Ini Hanya sebentar dan akhirat itu
lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu
tidak akan dianiaya sedikitpun.
Sikap manusia terhadap kesenangan yang telah
dianugerahkan Allah kepadanya terekam dalam firmanNya
Al-Isra’/17:83;”Dan apabila kami berikan kesenangan
kepada manusia niscaya berpalinglah Dia; dan
membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia
ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa”.
Dalam ayat lain Allah menegaskan sikap manusia
dalam menghadapi anugerah Allah SWT sebagaimana
tertera dalam surat dalam surat al-Fajr/89:15;

                   
           
       
           
 

146
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia


dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka dia akan
berkata: "Tuhanku Telah memuliakanku".

 
  
 
   
    
 
  

     
     
    
   
 

Hai Daud, Sesungguhnya kami menjadikan kamu


khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah Keputusan
(perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu, Karena ia akan menyesatkan
kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat,
Karena mereka melupakan hari perhitungan

147
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna

Bagian Keenam:
Syair, cerita dan Referensi

Syair-Syair Cinta
Ungkapan-ungkapan cinta yang muncul dari lubuk
hati terdalam dapat dilihat dalam berbagai syair-syair
para sufi dan pujangga dan bahkan tidak jarang syair-
syair tersebut keluar dari hayalan seseorang ketika
dilanda mabuk kepayang oleh cinta. Syair-syair cinta
berikut sebagai bukti betapa cinta menjadi energi yang
begitu dahsyatnya dalam mengekspresikan maksud
yang tersimpan jauh dalam lubuk hati sang pencinta.
Pertama; cinta dan keindahan Allah
Pohon cemara memberikan isyarat akan keagungan-Nya,
mawar menyampaikan warta tentang wajah-Nya yang indah.
Di manapun Keindahan muncul, cinta tampak di
sampingnya,
di mana pun Keindahan semayam dalam rambut yang ikal
Cinta akan datang dan menemukan hati terjerat dalam
pilihan rambut ikalnya.
Keindahan dan Cinta adalah bagaikan tubuh dan jiwa;
Keindahan adalah milikku dan cinta batu permatanya.
Mereka selalu bersama sejak pertama, tak pernah pergi jauh
kecuali pergaulannya yang berbeda.
Kedua; Ucapan Rabi‘ah al-Adawiyyah
‫ياحبيب القلب مالى سواك ÷ فارحم اليوم مذنبا قد اتاك‬

148
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
‫يارجائى وراحتى و سرورى ÷ قد أبي القلب ان يحب سواك‬

Buah hatiku, hanya Engkaulah yang kukasihi.


Beri ampunlah pembuat dosa yang datang
ke hadirat-Mu.
Engkaulah harapanku,
kebahagiaan dan kesenanganku
Hatiku telah enggan mencintai selain dari Engkau.

‫احبك حبين حب الهو ى × و حب ل نك اهل لذاك‬


‫فأ ما الذ ى هو حب الهو ى × فشغلي بذكرك عمن سواك‬
‫و أما الذى أنت اهل له × فكشفك لي الحجب حتي اراكا‬
‫فل الحمد في ذا ول ذاك لي × ولكن لك الحمد في ذا وذاك‬
Terjemahnya: Aku mencintai-Mu dengan dua cinta,
cinta karena diriku dan cinta karena diri-Mu.
Adapun cinta karena diriku adalah
keadaanku yang senantiasa mengingat-Mu.
Adapun cinta karena diri-Mu ialah keadaan-
Mu mengungkapkan tabir hingga Engkau
kulihat. Baik untuk ini maupun untuk itu,
pujian bukanlah bagiku,
bagi-Mu lah pujian baik untuk ini maupun
untuk itu.

Ketiga; Kemiripan ungkapannya dengan ucapan Rabi’ah


dapat dilihat pernyataanya:
Ini aku datang padaMu-
jiwaku yang kerdil-
memohon belas kasih dariMu-
jiwaku yang buruk-
mendamba rahmat dan karuniaMu-

149
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
jiwaku yang hina mendamba kecintaanMu-
jiwaku yang rendah-
mendamba untuk bisa mencintaiMu.
Namun, yang menarik untuk dikemukakan di sini
ialah mungkin kekesalannya kepada ulama (fuqaha’)
yang hanya terpaku pada syariat, rukun dan lain-lain
secara formal, sebagaimana diungkapkan:
Katakan kepada mereka-
apakah kebebasan sudah tak lagi hidup
di jiwa-jiwa.
Katakan kepada mereka-
apakah agama hanya hidup-
di bawah ketiak para ulama-
di bawah lindungan para penguasa-
yang menjual dogma-
dan mengobral fatwa-
lalu merangkul jiwa-jiwa-
dalam ikatan keharusan dan kewajiban-
tidakkah waktu telah memberikan-
kesempatan akan jalan pengembaraan-
menuju langit tinggi keabadian-
menggapai hakekat bahagia sejati-
yang telah dijanjikan Tuhan-
bagi para pencinta-Nya.
Keempat; Syair Cinta Kahlil Gibran Dalam dialog antara
Senja dan Belia, menyinggung tentang cinta dalam
hubungannya dengan keindahan sebagaimana
dinyatakan:
Cinta adalah seekor burung yang cantik,

150
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
meminta untuk ditangkap tapi menolak disakiti
(Senja).
Sang padang bertarung bukan untuk merebut
singgasana cinta,
karena cinta dan keindahan akan tunduk dalam
damai.
Dan dalam karunia sang Padang.
Cinta, ketika memandang, adalah sebuah penyakit
antara daging dan tulang, dan hanya ketika masa
muda telah lewat rasa sakit akan memberi
kekayaan dan penderitaan membawa
pengetahuan.
Berikan aku kecapi dan biarkan aku bernyanyi dan
melalui jiwaku biarkan lagunya bernyanyi: Kerena
lagu adalah tangan-tangan cinta
Turun dari keindahan Tuhan di atas sana (Belia).
Tebing yang paling keras gemetar oleh debur cinta,
Belajarlah ber-’isyq dan berusahalah agar kau
dicinta.
Carilah mata penaka Nabi Nuh, dan buat kalbumu
bagai Ayyub,
Jadikan setumpuk abu kepada emas berbinar,
Dan masuklah dalam gerbang insan kamil…
Sebagai seorang pujangga ia menuangkan
gagasan-gagasannya dalam bentuk syair yang penuh
dinamika. Misalnya dalam hal perlunya dinamika dan
kreativitas serta progresivitas bagi umat Islam untuk
maju sebagaimana dikemukakan:
The life of this world consists in movement.

151
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
This is the established law of the world.
In this road halt is out of place.
A static condition means death.
Who on the move have gone ahead.
He who … even a while will be crazed.
Hidup di dunia ini terdiri dari pergerakan.
Ini menjadi hukum yang tetap di dunia
Di jalan ini tidak ada tempat berhenti
Sikap lamban berarti mati
Yang bergerak maju yang ke depan
Yang… (berhenti) meskipun sejenak akan tergilas).
Dalam kaitannya dengan cinta, ia banyak menulis
syair yang menggambarkan cinta diibaratkan sebagai
penglihatan pada mata dan juga ibarat api yang
mampu menghanguskan benda-benda menjadi abu.
Cinta mendiami jiwa
Bak penglihatan dalam mata
Di dalam dan di luar keduanya api
Yang membakar dan menjadikan abu.

Kelima; Di tempat lain dikatakan bahwa cinta sebagai


anugerah Tuhan telah memberikannya semangat dan
gairah batin:
Pengetahuan yang Engkau anugerahkan-
padaku,
kini membuahkan kegilaan-gairah batin-
yang bersumber dari cinta.
Menurut Iqbal, pencarian ideal-ideal spiritual di
dalam lingkungan material ini, yang menyalakan

152
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
dorongan pengabdian dan dedikasi kepada Tuhan
sebagai cinta. Pada syair lain dikemukakan tentang
hubungan rasio dengan cinta:
Bagi Barat, rasio memelitur semua
Pernyataan hidup dan bagi Timur
Cinta adalah pembuka segala misteri.
Dibimbing cinta
Rasio menggapai Tuhan dan diterangi rasio
Cinta tumbuh dengan kuat. Ketika dipersatukan,
Keduanya membentuk sebuah dunia yang berbeda.
Biarlah cinta dan rasio berpadu, membangun dunia
baru.
Walaupun demikian cinta tidak boleh dipuja bagai
Tuhan dan harus dipahami secara matang dan dijiwai
iman. Hal itu dikemukakan dalam syairnya:
Lihatlah aliran kepercayaan baru ini yang–
merupakan buah dari ketidakpercayaan–
Cinta adalah hukum dan prinsip dari
kehidupan jiwa peradaban keimanan, dan
keimanan adalah cinta. Adalah api yang
menyala dengan dahsyat; intinya
dimandikan oleh cahaya ketuhanan.
Panasnya melahirkan pencarian akan
pengetahuan, yang diberikan oleh
semangat fanatik cinta. Cinta yang tiada
memiliki aturan ibarat agama yang tiada
matang. Pelajarilah keimanan pada mereka
yang menyembah cinta.

153
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna

Cinta: Lautan tak Bertepi.


Cinta adalah lautan tak bertepi, langit hanyalah
serpihan buih belaka.
Ketahuilah langit berputar karena gelombang Cinta
andai tak ada Cinta,
dunia akan membeku.
Bila bukan karena Cinta, bagaimana sesuautu yang
organik berubah
atom menjadi tumbuhan? Bagaimana tumbuhan
akan mengorbankan
diri demi memperoleh ruh (hewani)?
Bagaimana ruh (hewani) akan mengorbankan diri
demi nafas (Ruh)
yang menghamili Maryam?.
Semua itu akan menjadi beku dan kaku bagai salju,
tidak dapat
terbang serta mencari padang ilalang bagai
belalang.
Setiap jatuh cinta pada Yang Maha Sempurna dan
naik ke atas
laksana tunas.
Cinta-cinta mereka yang tak terdengar,
sesungguhnya, adalah lagu
pujian Keagungan pada Tuhan.

Lebih tegas lagi apa yang dinyatakan oleh Abu Said

154
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
dalam hal hubungan Tuhan dengan keindahan
sebagai berikut:
Segala perjalanan menuju-Kau, indah
Segala wajah menatap wajah-Mu, indah
Segala mata memandang sinar-Mu, indah
Segala kata mengulang nama-Mu, indah.

Curahan rasa cinta bagi Jalâluddîn Rûmî dituangkan


dalam berbagai syair, sebagai contoh misalnya
yang berjudul Cinta dalam Ketiadaan:
Betapa tak’ kan sedih aku, bagai malam, tanpa
hari-Nya serta
keindahan wajah hari terang-Nya?
Rasa pahit-Nya terasa manis bagi jiwaku: semoga
hatiku menjadi
korban bagi Kekasih yang membuat pilu hatiku!
Aku sedih dan tersiksa karena Cinta demi
kebahagiaan Rajaku yang
tiada bandingnya.
Titik air mata demi Dia adalah mutiara, meski
orang menyangka
sekadar air mata.
Kukeluhkan jiwa dari jiwaku, namun sebenarnya
aku tidak mengeluh:
aku Cuma berkisah.
Hatiku bilang tersiksa oleh-Nya, dan kutertawakan
seluruh dalihnya.
Perlakukanlah aku dengan benar, O Yang Maha
Benar, O Engkaulah

155
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Mimbar Agung, dan akulah ambang pintu-Mu!
Di manakah sebenarnya ambang pintu dan mimbar
itu? Di manakah
sang Kekasih, di manakah “kita” dan “aku” ?
O Engkau, Jiwa yang bebas dari “kita” dan “aku”, O
Engkaulah
hakekat ruh lelaki dan wanita.

Dalam karya-karya Rumi (604/1217-672/1273),


cinta menjadi tema sentral. Dalam paparannya
dikatakan bahwa karena kesediaan manusia memahami
makna cinta ini, maka dari dalam dadanya akan timbul
kearifan hidup. Kearifan adalah wujud dari iman.
Ketika lelaki dan wanita menjadi satu, Engkaulah
Yang Satu itu;
ketika bagian-bagian musnah, lihatlah, Engkaulah
Kesatuan itu.
Engkau ciptakan aku dan kita supaya memainkan
puji-pujian
bersama diri-Mu,
Hingga seluruh aku dan engkau dapat menjadi satu
jiwa serta
akhirnya lebur dalam sang Kekasih.
Contoh syair lain ialah yang berjudul: Cinta, Sang
Penerang.
Perih cinta inilah yang membuka tabir hasrat
pencinta:
Tiada penyakit yang dapat menyamai dukacita hati
ini.

156
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Cinta adalah sebuah penyakit karena berpisah,
isyarat
Dan astrolobium rahasia-rahasia Ilahi.
Apakah dari sumur langit ataupun jamur bumi,
Cintalah yang membimbing kita ke Sana pada
akhirnya.
Akal ‘kan sia-sia bahkan menggelepar ‘tuk
menerangkan Cinta,
Bagai keledai dalam lumpur: Cinta adalah sang
penerang Cinta itu sendiri.
Bukankah matahari yang menyatakan dirinya
matahari?
Perhatikanlah ia! Seluruh bukit yang kau cari ada di
sana.
Dalam kaitannya dengan wanita, ia menulis syair:
Cinta Wanita.
Jika secara lahir isterimu yang kau atur, maka
secara batin engkaulah
yang diatur isterimu yang kau dambakan itu.
Inilah ciri khas manusia; pada jenis binatang lain
cinta kurang terdapat,
dan itu menunjukkan rendahnya derajat mereka
Nabi bersabda bahwa wanita mengungguli orang
bijak, sedangkan
laki-laki yang sesat mengunggulinya; karena pada
mereka
kebuasan binatang tetap melekat.
Cinta dan kelembutan adalah sifat manusia,
amarah dan gairah nafsu

157
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
adalah sifat binatang.
Wanita adalah seberkas sinar Tuhan: dia bukanlah
kekasih duniawi.
Dia berdaya cipta: engkau boleh mengatakan dia
bukan ciptaan.

Dalam syair tersebut dijelaskan bahwa wanita


(isteri) sering cukup berpengaruh terhadap perilaku
suami dan wanita disanjung sebagai sinar Tuhan dan
mengungguli orang bijak. Namun, apa benar bahwa
laki-laki yang sesat mengunggulinya? Memang pada
manusia terdapat sifat-sifat kebinatangan yang
tercermin pada kekejaman, kekerasan dan kerakusan,
sedang semestinya manusia memiliki etika yang lemah
lembut, cinta dan kasih sayang, sopan santun, bukan
mengandalkan kekuatan fisik.
Syair di atas menggambarkan kelebihan para sufi
yang telah meraih cinta Tuhan sehingga amat dekat
dengan-Nya. Untuk mencapai yang demikian bukanlah
hal yang mudah sebagai dilukiskan secara simbolis
dalam “Parlemen Burung” (Mantiq al-Tair) karya
Farîduddîn ‘Attâr (w.607/1220) yang menceritakan
burung-burung yang akan menghadap Raja Simurgh.
Syair lain yang penting dikemukakan di sini ialah
peranan cinta di alam ini di mana cinta
menimbulkan perubahan dan gerakan yang tiada
putus-putusnya sebagaimana syair yang berjudul:
Adalah benar bagi orang yang telah berhasil
meraih cinta Allah dan Allah telah mencintainya. Ia

158
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
akan merasa bebas di alam ini karena semua dinilai
sebagai taman indah ciptaan yang Maha Indah sebagai
manifestasi cinta Allah kepada hamba-Nya, segala
perubahan dan gerakan di alam ini sebagai cermin
cinta-Nya belaka.

Dalam memperbandingkan antara sufi dengan


zahid dalam hal kecepatan bergerak secara ruhani, ia
membuat syair Cinta dan Takut:
Sang sufi bermi‘raj ke ‘Arasy dalam sekejap; sang
zahid membutuhkan
waktu sebulan untuk sehari perjalanan.
Meskipun, bagi sang zahid, sehari bernilai sekali,
namun bagaimana
satu harinya bisa sama dengan ‘lima puluh ribu
tahun’?
Dalam kehidupan sang sufi, setiap hari berarti lima
puluh ribu tahun
di dunia ini. Cinta (mahabbah), dan juga gairah
cinta (‘isyq), adalah Sifat Tuhan;
takut adalah sifat hamba nafsu dan birahi.
Cinta memiliki lima ratus sayap; dan setiap sayap
membentang dari
atas surga di langit tertinggi sampai di bawah
bumi.
Sang zahid yang ketakutan berlari dengan kaki;
para pencinta Tuhan
terbang lebih cepat dari pada kilat.
Semoga Rahmat Tuhan membebaskanmu dari

159
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
pengembaraan ini! Tak ada yang sampai kecuali
rajawali yang setialah yang menemukan jalan
menuju Sang Raja.

Cerita-cerita Cinta

KISAH SIRRI AL SAQATHI

Konon Sirri al-Saqathi, salah seorang kaum Sufi,


pernah berkata, ”Sudah tiga puluh tahun aku
beristighfar kepada Allah hanya karena ucapan al-
hamdulillah yang keluar dari mulutku” Tentu saja
banyak orang menjadi bingung dengan pernyataannya
itu lalu bertanya kepadanya, ”Bagaimana itu bisa
terjadi?”
Sirri berkata, ”Saat itu aku memiliki toko di
Baghdad. Suatu saat aku mendengar berita bahwa
pasar Baghdad hangus dilalap api, padahal tokoku
berada di pasar tersebut. Aku bersegera pergi ke sana
untuk memastikan apakah tokoku juga terbakar
ataukah tidak? Seseorang lalu memberitahuku, ”Api
tidak sampai menjalar ketokomu” Aku pun
mengucapkan, ”Alhamdulillah!” Setelah itu terpikir
olehku, ”Apakah hanya engkau saja yang berada di

160
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
dunia ini? Walaupun tokomu tidak terbakar, bukankah
toko-toko orang lain banyak yang terbakar. Ucapanmu :
alhamdulilah menunjukkan bahwa engkau bersyukur
bahwa api tidak membakar tokomu. Dengan demikian,
engkau telah rela toko-toko orang lain terbakar asalkan
tokomu tidak terbakar! Lalu aku pun berkata kepada
diriku sendiri lagi, ”Tidak adakah barang sedikit
perasaan sedih atas musibah yang menimpa banyak
orang di hatimu, wahai Sirri?” (Di sini Sirri menyitir
hadis Nabi, ”Barangsiapa melewatkan waktu paginya
tanpa memerhatikan urusan kaum muslimin, niscaya
bukanlah ia termasuk dari mereka (kaum muslimin)”).
Sudah 30 tahun saya beristighfar atas ucapan
alhamdulillah itu.
Kisah tentang Sirri al-Saqathi ini merupakan
sebuah contoh bentuk cinta diri negatif yang bisa kita
katakan sebagai sifat mementingkan diri sendiri. Cinta
diri seperti ini menutup pintu bagi segala bentuk
perhatian yang sungguh-sungguh pada orang lain.
Orang yang mementingkan diri sendiri hanya tertarik
pada diri sendiri, dia menghendaki segala-galanya bagi
dirinya sendiri, tidak merasakan kegembiraan dalam hal
memberi dan hanya senang jika menerima. Dunia luar
hanya dipandang dari segi apa yang dapat dia peroleh.
Dia tidak berminat untuk memerhatikan kebutuhan-
kebutuhan orang lain dan tidak menghargai kodrat
serta integritas mereka. Orang macam ini tidak bisa
melihat apa-apa selain dirinya sendiri. Dia menilai
setiap orang atau lainnya hanya semata dari sisi

161
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
manfaat buat dirinya. Pada dasarnya orang macam ini
tidak punya kemampuan untuk mencintai.

Cinta diri dalam bentuk ini bukanlah sesuatu yang


sesungguhnya maujud. Cinta semacam ini
sesungguhnya hanyalah suatu bentuk kegandrungan
seseorang pada dirinya sendiri. Karena itu cinta diri
seperti ini harus disingkirkan. Sebaliknya cinta diri yang
merupakan fithrah yang ada pada diri manusia seperti
keinginan untuk memuliakan diri, mensucikan diri dan
hal-hal semacam itu tentu saja tidak boleh diabaikan
atau pun dibuang. Perbaikan dan penyempurnaan diri
(nafs) manusia justru merupakan kemestian dan
keharusan bagi manusia untuk mewujudkannya.
Cinta sejati justru meruntuhkan kendala defensif
dan menggantikannya dengan cinta kepada selain diri
sendiri. Sebelum manusia mampu keluar dari dirinya
sendiri, ia adalah lemah, kikir, kaku, tamak, anti
kemanusiaan, pemberang, serakah dan sombong.
Jiwanya tidak memancarkan kecemerlangan, tidak
bersemangat atau bergairah, selalu dingin dan
terpencil. Namun begitu ia keluar dari ‘diri’ dan
meruntuhkan kendala-kendala defensif ini, sifat dan
tabiat-tabiat buruk yang ada dalam ‘diri’ itu pun runtuh!
Orang yang mementingkan diri sendiri tidak
terlalu banyak mencintai dirinya sendiri, justru dia
sangat kurang mencintai dirinya-bahkan sesungguhnya
ia membenci dirinya. Kurangnya kesukaan dan
perhatiaan terhadap dirinya yang merupakan ungkapan

162
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
dari kurangnya produktifitas menyebabkan orang
tersebut diluputi rasa hampa dan derita kegagalan.
Karena itulah ia menjadi tidak bahagia dan selalu
diliputi rasa takut.
Orang yang mementingkan diri sendiri itu narsistis,
mereka mengalihkan cintanya untuk orang lain kepada
dirinya sendiri. Memang benar bahwa orang-orang yang
mementingkan diri sendiri tidak memiliki kemampuan
untuk mencintai orang lain, tetapi lebih dari itu, mereka
juga tidak memiliki kemampuan untuk mencintai dirinya
sendiri.
Orang yang mencintai keluarganya tetapi sama
sekali tidak berperasaan terhadap orang lain
menunjukkan ketidakmampuannya untuk mencintai.
Begitu juga kecintaan kepada suku, keturunan atau
kebangsaan yang berlebihan akan menciptakan ego
kesukuan, keturunan atau kebangsaan. Dan Rasulullah
Saw menyebut kecintaan yang berlebihan seperti ini
sebagai salah satu sifat-sifat jahiliyyah. Sifat psikis batin
ini terlihat ketika seseorang melindungi dan membela
keluarganya serta orang-orang yang memiliki pertalian
atau hubungan tertentu dengannya, baik itu keyakinan
agama, ideologi, tanah atau tempat tinggal.
Tingkat kecintaan yang berlebihan (‘ashabiyyah)
seperti ini dapat mengakibatkan tercerabutnya iman
dari dalam hatinya. Rasulullah saww bersabda, ”Siapa
yang melakukan ‘ashabiyyah dan siapa yang karena
kepentingannya melakukan ‘ashabiyyah, maka
terlepaslah ikatan iman dari lehernya”

163
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna

Dialog al Hallaj dengan Iblis


Diriwayatkan di dalam kisah-kisah sufi bahwa
ketika sufi besar al-Hallaj dijatuhi hukuman mati, ia
diseret ketiang gantungan. Beliau disiksa dan dihinakan
oleh pemerintahan pada masa itu. Saat al-Hallaj
meringkuk lemah di tiang kematiannya, Iblis datang
dan bertanya kepadanya, ”Kamu telah mengatakan
‘Aku’ dan aku pun telah mengatakan ‘Aku’. Tetapi
mengapa kamu mendapatkan ampunan dari Tuhan
yang Mahakekal sementara aku mendapatkan kutukan
abadi?” Al-Hallaj menjawab, “Engkau mengatakan ‘Aku’
seraya memandang besar pada dirimu sendiri,
sementara aku menjauhkan diriku sendiri dari diri
(ego). Oleh karena itu, aku memperoleh ampunan dari
Tuhan sedangkan engkau mendapatkan kutukan.

164
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Memandang besar diri adalah hal yang tidak layak,
sedangkan melepaskan diri (ego) adalah perbuatan
baik di atas semua kebaikan!”
Abu Sa’id Abi al-Khayr bersyair :
Selama egomu menyertaimu,
Engkau takkan pernah tahu apa-apa tentang Tuhan,
Karena ego itu tidak menyukai al-insan al-kamil
Dan Rumi berujar :
Baju siapa pun yang lumat oleh cinta,
Tercuci bersih dari tamak dan noda!
Laa hawla wa laa quwwata illa
billah.

Mengenal Referensi
Cinta

Gerald May (Addiction and Grace: Love and


Spirituality in the Healing of Addiction, New York:
Harper San Francisco, 1988) berkeyakinan bahwa
semua manusia memiliki hasrat akan Allah sejak lahir.

165
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Hasrat ini merupakan kerinduan terdalam dan harta
yang paling berharga pada manusia. Kita mungkin
menamai hasrat ini dengan bahasa yang berbeda:
kerinduan akan keutuhan, keharmonisan, atau
pemenuhan. Akan tetapi, di balik hasrat-hasrat itu ada
suatu kerinduan akan cinta, untuk mencintai dan
dicintai, dan untuk semakin dekat dengan Sang Sumber
Cinta. Kerinduan ini adalah hakikat roh manusia untuk
berelasi dalam cinta, berelasi secara pribadi. Dalam arti
ini, kerinduan akan yang transenden-imanen sekaligus
merupakan sebuah kerinduan akan keotentikan diri.

Tony Baggot (Spirituality, Vol 2, No 5~ 1996)


bahwa perziarahan ke dalam diri sebenamya
merupakan perziarahan ke dalam Allah. Di sanalah kita
bertemu muka dengan Allah, di mana segala ilusi dan
kepalsuan lenyap dalam benaman cinta tanpa syarat
(unconditional love) dari Allah.

Bernard Lonergan, filsuf dan teolog, dalam


bukunya Method in Theology (1975) menulis bahwa
manusia mencapai keotentikannya dalam transendensi
diri (self-transcendence). Transendensi diri berarti suatu
gerak melampaui apa yang telah dicapai. Suatu gerak
dari yang kurang baik menjadi baik dan dari yang baik
menjadi lebih baik. Namun, ide transendensi diri ini
berbenturan dengan penafsiranan realisasi diri atau
aktualisasi diri manusia modern yang lebih berciri egois
and self-centered.

166
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Bernard Lonergan menyebut pengalaman
perjumpaan yang intim ini sebagai being in love with
God. Pengalaman ini membawa orang pada suatu
pertobatan atau transendensi diri, suatu pertobatan
yang lahir dari relasi cinta. Dalam relasi yang intim ini
kebaikan yang terpendam akan mengalir dengan
sendirinya karena ia telah menemukan identitas dirinya
di hadapan Allah sebagai Subyek, yang unik dan khas.
Hubungan pribadi dengan Allah itu mengantar ia
menemukan kembali identitas dirinya yang sejati di
hadapan Allah. Dalam doa (meditasi atau kontemplasi)
ia menemukan siapa Allah sebenarnya dan siapa
dirinya. Dalam pergumulan relasi pribadi dengan Allah
itu ia memperbarui gambarannya (image) akan Allah
dan gambaran dirinya sendiri dan bersedia untuk
menanggung konsekuensi dari keintiman relasi itu.
Relasi cinta itu melahirkan penyerahan
(surrender) total kepada Allah dan kesediaan untuk
menerima diri dan realistis dalam hidup. Penolakan
terhadap realitas kemanusiaan kita yang kaya akan
potensi untuk bertumbuh dan sekaligus rapuh dan
mudah terpecah akan melahirkan ilusi ilusi yang
menggerogoti keotentikan diri. IIusi ilusi yang kita
bangun dalam "cara berpikir kapitalis" melahirkan
kepribadian kepribadian yang palsu. Kita membangun
diri dalam bayangan yang rapuh dan membiarkan ilusi
itu mengilas kita sendiri. Kita seperti orang yang
kehilangan identitas diri dan mengembara dalam
pencapaian yang tiada hentinya di luar diri. Sebenamya

167
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
kita dibelenggu oleh hasrat kekuasaan, popularitas, dan
kekayaan yang tidak mengantar kepada keotentikan
diri (true self).
Kembalilah ke kedalaman dirimu dan di sana Allah
akan berkisah tentang cinta dan hasrat Nya untukmu
dan hasratmu untuk dirimu sendiri, untukNya, sesama
dan alam sekitarnya.

Walter E Conn dalam bukunya The Desiring Self:


Rooting Pastoral Counseling and Spiritual Direction in
Self- Transcendence (1998) menilai secara kritis akan
ide realisasi diri (self-realisation) atau aktualisasi diri
(self-actualisation) dalam masyarakat modern dengan
ide penyangkalan diri (self-denial) dalam agama-
agama. Ia menegaskan bahwa melalui transendensi
diri, pribadi tidak dikorbankan, tetapi direalisasikan
dalam kemarusiaannya yang otentik. Perealisasian diri
yang sejati dalam pencarian akan makna, kebenaran,
nilai dan cinta akan menolak segala bentuk dorongan
egoisme yang berpusat pada diri sendiri (self-
centered).
Ini mensyaratkan bahwa seseorang harus
mengosongkan diri, bahkan kehilangan diri demi
pelayanan cinta bagi sesama. Dalam terang
transendensi diri, aktualiasi diri yang otentik bukan
merupakan hasil sebuah usaha untuk memenuhi
hasrat-hasrat pribadi, melainkan dari sebuah gerak
yang melampaui diri untuk membawa kebaikan bagi diri
sendiri dan orang lain. Realisasi diri yang sejati dan

168
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
pemenuhan diri yang otentik merupakan hasil dari
transendensi-diri. Maka transendensi diri adalah suatu
respons yang efektif terhadap hasrat dari roh manusia
terhadap makna, kebenaran, nilai, dan cinta.

David Couturier. "The Capacity to Promote


Justice," Human Development 6/3, 1985) berkeyakinan
bahwa unsur tidak sadar (unconscious) dapat
memengaruhi kapasitas kita untuk
menginternalisasikan nilai (value) dan sikap
(atitude). Pengaruh unsur tidak sadar ini melahirkan
inkonsistensi-inkonsistensi dalam hidup keseharian,
antara diri ideal (ideal self) dan diri aktual (actual self).
Hal ini dengan jelas terungkap dalam artikel "Absurditas
Intelektual"

Yasraf Amir Piliang (Kompas, 26/5/2005)


menulis, "Tidak masuk akal melihat aneka tindakan
para akademisi dan intelektual ini yang seakan 'bodoh',
tanpa pertimbangan akal sehat dan perhiitungan
rasionalitas, sehingga menciptakan semacam
absurditas intelektual-intellectualis absurditas". Ini
membuktikan bahwa "modal intelektual" tidak menjadi
jaminan utama untuk menjadi pribadi yang integral dan
otentik. Siapa pun kita, entah dosen, pemimpin agama,
politikus, pejabat negara, para menteri, wakil presiden
dan presiden, orang kaya maupun orang miskin,
terkena oleh pengaruh hukum unsur tak sadar
(unconscious) ini. Maka tepat apa yang dikatakan

169
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Ahmad Syafii Maarif bahwa kita masih tertatih-tatih
dalam upaya memperbaiki masa depan bangsa ini
akibat belum satunya antara kata dan laku (Kompas,
1/6/2005).
Pendidikan bukan hanya soal kemampuan untuk
menguasai informasi, teknologi, melainkan suatu
kemampuan untuk menginternalisasikan nilai dalam
kehidupan. Proses penginternalisasian nilai ini perlu
menyentuh unsur-unsur tidak sadar (unconscious)
dalam tiap pribadi sehingga ia mampu secara bebas
untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya
serta untuk mengenal distorsi-distorsi kesadarannya.

Habiburrahman El-Shirazy dalam banyak novel


cintanya banyak menjelaskan tentang hakikat cinta
yang sebenarnya. Buku ayat-ayat cinta yang tergolong
Best Seller dan novel tersebut telah di

Adnan al-Tursyah, 2005. Madza Yuhibbuhu Allah


Wa Madza Yubghiduhu, Riyadl: Maktabah Abi Khan.
Buku ini menjelaskan berbagai perbuatan, ucapan dan
keyakinan yang dicintai Allah SWT dan jika
dilaksanakan maka orang-orang yang dapat
mengaplikasikannya akan mendapatkan cinta dan kasih
sayang Allah SWT. Dalam buku ini juga diperkaya
dengan pekerjaan-pekerjaan yang dilarang dan dibenci
jika dilakukan serta orang yang melakukannya dibenci
dan mendapatkan murka Sang Penebar Cinta.

170
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Buku setebal 506 halaman ini kaya dengan
berbagai informasi yang dapat menjadikan seseorang
sebagai kekasih dan sekaligus dapat mengetahui hal-
hal yang tidak boleh dilakukan.

Mahmud Ta’matu Halby, 2005, Min Rawai’ul


Qishash; Qishash Anilhubb Wa al-Muhibbin Wa al-
Mawaidz wa al-Ibar wa Badaihi al-Syuara’ wa al-Kiram
wa al-Muruah, Beirut:Libanon.
Kitab ini memberikan gambaran umum serta
secara rinci tentang bagaimana cinta dan metode
mencinta sehingga berada dalam ridla Ilahi. Buku ini
pula kaya dengan berbagai nasihat, pelajaran-pelajaran
serta keunggulan dan kelemahan cinta dan
pencintanya.

Abdullah Nawwarah, 2005, al-Shahih Min al-


Zuhdi Wa al-Raqa’iq, Mesir: Daar al-Raudlah. Kitab yang
ditulis oleh Abdullah ini diperkaya dengan berbagai
informasi penting tentang bagaimana berlaku Zuhud,
hakikat dan perilaku para pendahulu tentang konsep
zuhd.
Di dalamnya juga memberikan gambaran tentang
bagaimana seharusnya seorang hamba Allah mencintai
Allah dan juga mencintai selain Allah. Seperti juga
diinformasikan tentang balasan orang-orang yang
mencinta dengan ke-tulusan Ilahi.

171
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Abdul hayyi al-Husaeny, 2003, Tahdzibul
Akhlak, Birithania:Al-Akademiah al-Islamiyah. Kitab ini
memebrikan informasi seputar akhlak, etika dan
berbagai persoalan yang menjadi konsekwensinya.
Mencintai Allah dan rasul Allah menjadi tema besar
yang dimunculkan dalam sebagian substansinya.
Bagaimana mencintai Allah agar selalu mendapatkan
balasan cinta dariNya juga dibahas dalam buku ini,
sebagaimana juga diberikan ulasan tentang hakikat
cinta terhadap rasul Allah dan para sahabat beliau.

Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, 1978. al-Daa’u Wa


al-Dawa’;al-Jawab al-Kafi Lima sa’ala An al-Dawa’i al-
Syafi, Jakarta:Dinamika Berkah Utama. Buku ini
menginformasikan bahwa setiap penyakit yang
diturunkan Allah di atas`dunia ini pasti ada obatnya.
Cinta Allah dan rasulNya merupakan bagian terpenting
dalam memberikan obat agar seseorang sembuh dari
penyakitnya.
Dalam buku ini juga dijelaskan cinta terpuji dan
cinta tercela, Allah SWT telah menegaskan dalam surat
al-Maidah/5:54” Hai orang-orang yang beriman,
barangsiapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap
orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap
orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang
tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.

172
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya),
lagi Maha Mengetahui.
Cinta terpuji yang sangat di senangi Allah adalah
mencintai hanya karena dan untuk Allah semata dan
mencintai orang-orang yang mencintaiNya dengan
penuh penghormatan dan penghargaan, mengikuti
segala yang dianjurkan dan menjauhi yang di
larangnya. Sedangkan cinta tercela yang paling dibenci
Allah adalah cinta terhadap makhluk Allah melebihi
cintanya kepada Allah dan rasulNya

Ahmad Abdurrahim Al-Syarih, 1988, Al-Suluk


Inda Al-Hakim Al-Tirmidzi, Mesir:Daar al-Salam. Pada
kitab ini ahmad menjelaskan bahwa al-suluk (jalan
menemui Tuhan) dalam perspsektif Hakim al-Tirmidzi.
Makna al-suluk dalam pandangan Hakim al-Tirmidzi
adalah jalan yang dilalui seorang pencari Tuhan untuk
lebih dekat dengan Tuhannya.
Dalam buku ini dibahas metode atau cara
mendekati Tuhan yang paling utama seperti cara yang
telah diajarkan oleh rasul Allah dalam al-Quran dan al-
Sunnah, disamping itu juga mengikuti cara-cara ulama
salaf . salah satu ungkapan Hakim al-Tirmidzi
adalah:”ketahuilah bahwa setiap manusia sejak
dilahirkan sudah dibebankan kewajiban oleh Allah dan
dia akan selalu musafir selam belum menapaki dan
menempati posisinya di Surga ataukah Neraka, Surga

173
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
dan Neraka sangat terkait pada hasil yang telah
dilakukannya didunia”.

Ismail Abdullah Al-Anshari, 1989, Syarh


Afifuddin ‘Ala Manazil al-Sairin Ila al-Haqqil Mubin,
Tunisia:Daar al-Turky. Ismail memberikan penjelasan
seputar bagaimana seseorang dapat menggapai
kecintaan dan dapat menjadi kekasih Allah SWT.
Bahasannya dimulai dari makna al-mahabbah sebagai
ketergantungan hati seseorang dengan yang
dicintainya. Bukti cinta yang paling utama adalah
ketulusan dalam mengikuti segala perintah dan
menjauhi semua larangan tanpa keragu-raguan.
Mahabbah dapat juga berarti ketulusan dalam
menjalankan perintah Allah dan merasakan kelezatan
keimanan dan mengikhlaskan diri dalam menerima
ujian dan cobaan.

Abdul wahhab al-Sya’rany, tt, Al-Anwar Al-


Qudsiyyah Fi Ma’rifat Qawaid al-Shufiyyah,
Beirut:Maktabah Ilmiah. Dalam buku ini ditegaskan hal-
hal yang dapat membuat seseorang mencintai dan
dicintai, juga, membahasa sifat-sifat sang pencinta
sebenarnya. Hakikat sang pencinta harus mencintai
semua yang terkait dengan yang dicintainya seperti
cintanya Majnun dengan laila, demikian juga dengan
cinta kepada Allah harus diartikan bahwa mencintai
segala yang diperintah dengan melaksanakan sepenuh
hati apapun yang diperintahkanNya maupun mencintai

174
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
semua yang dilarangnya dengan menjauhkan diri dari
larangan tersebut

Sami Nasr, 1981, Ilmu al-Awliya’ Li al-Hakim al-


Tirmidzi, Ain Syamsy: Maktabah Al-Hurriyah. Sami
dalam kitabnya menjelaskan tentang ilmu al-Awliya’
yang dikonsepkan oleh Hakim al-Tirmidzi, didalamnya
ditegaskan pula bahwa cinta Allah dan orang-orang
yang mencintaiNya, cinta Allah sebagai metode untuk
mendapatkan ma’rifatullah. Memperoleh ma’rifat dapat
berarti mengetahui sifat-sifat Allah dan dapat
dipraktekkan dalam diri manusia.
Zikir merupakan bagian al-mahabbah, mengingat
Allah selalu dalam senang, sedih, suka, duka, kaya,
miskin, ramai-ramai mapun sendiri-sendiri adalah
bagian terpenting dalam mahabbah manusia terhadap
Allahnya.

Khalid As-Sayyid Rusyah, 2005, Lazzatul


Ibadah;Birnamijun Amaliyyun Li al-Tarbiyah al-Imaniah,
Iskandariyah: Daar al-Shafa Wa al-Marwah. Dalam
tulisan ini khalid menegaskan bahwa kelezatan
beribadah sangat tergantung pada niat dan sikap kita
menghadapi kewajiban yang telah di berikan allah
terhadap hambaNya. Dalam buku setebal510 ini
dijelaskan berbagai persaoalan yang dapat memberikan
cara bagi seorang salik untuk memperoleh ke-lezatan
dalam beribadah. Jika seseorang mencintai Allah maka
hendaklah ia mengikuti rasul Allah melalu aplikasi

175
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
segala perintah yang telah digariskan Allah melalui
rasulNya, dan menjauhi segala batasan-batasan yang
telah digariskan allah dan rasulNya untuk tidak
dilakukan.
Ciri-ciri pencinta adalah; selalu ingat kepada yang
dicintainya, mengikuti segala yang telah digariskan dan
menjauhi semua larangan-larangan yang menyebabkan
seseorang dibenci, menghabiskan waktunya untuk
ingat dan tidak pernah lupa kepadaNya, menjaga
perbuatan bersalah agar selalu dicintai, semua
keinginan dan tujuan selalu diarahkan kepada yang
dicintainya.

Ahmad Muhammad Kan’any, tt, Tazkiyatun


Nufus Wa tarbiyatuha Kamaa Yuqarriruhu Ulama al-
salaf, Beirut: Daarul Qalam. Buku ini memberikan
informasi tentang pembersih jiwa dari kotoran-kotoran
hati yang dapat menghalangi manusia berhadapan
dengan Tuhannya.
Cinta kepada Allah merupakan tujuan paling
utama dalam diri manusia, sebab dengan menggapai
ke-cintaan dan kasih sayang Allah manusia akan
merasa tenang dan bahagia dalam kehidupan dunia
maupun akhiratnya.
  
 
  
   
Dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit
dan di bumi, dan untuk-Nya-lah ketaatan itu selama-

176
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
lamanya. Maka Mengapa kamu bertakwa kepada selain
Allah?
Seluruh alam dan isinya meripakan ciptaan dan
kepunyaan Allah oleh karena itulah kewajiban
mensyukuri segala nikmat dan anugerah yang telah
diberikan Allah dapat dilakukan jika dalam hati
seseorang terpatri kata cinta yang mendasari perilaku
keseharian seseorang. Cinta yang mendalam dapat
mengakibatkan rasa rindu akan keinginan bertemu dan
selalu bersama dengan yang dicintainya. [ ]
Muhammad Ahmad Lauh, 2005, Taqdis al-
Ashkhash Fi al-Fikr al-Shufi; Irdun Wa tahlilun Ala Dauil
Kitab Wa al-Sunnah, Mesir: Daar Ibn Al-Qayyim. Buku ini
menegaskan bahwa tidak dibenarkan ada pengagungan
yang tinggi terhadap sesama makhluk Allah, yang
pantas untuk diagungkan dan dipuja hanya Allah
semata lainnya tidak. Betapa umat Nabi Isa telah
diangkat derajatnya oleh Allah, namun saat mereka
mengangkat dan memposisikan Nabi Isa As sama
apalagi diatas derajat Allah dilaknat dan dihinakan Allah
atas perilaku tersebut.
Belajar dari persoalan tersebut maka buku ini
memberikan bahasan yang sangat mendasar tentang
kewajiban untuk menjauhkan diri dari perilaku taqdis al-
ashkhos kepada manusia lain dengan atau atas nama
ibadah sekalipun. Penghormatan kita terhadap para
ilmuan harus dibatasi dengan batasan yang tidak
melebihi penghormatan kita kepada Allah dan rasulNya.

177
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
As’Ad Al-Sahmarany, 1987, Al-Tasawwuf
Mansyauhu Wa Mushtalahatuhu, Beirut: Daar al-nafais.
Buku ini memberikan banyak informasi tentang al-
maqamat wa al-ahwal yang teraplikasikan oleh para
sufi di dalamnya terdapat sikap cinta yang seharusnya
diterapkan oleh makhluk Allah terkait dengan makhluk
Allah liannya. Di dalamnya juga membahas persoalan
ma’rifat yang dialami oleh kaum sufi terkait dengan
Allah SWT, ma’rifatullah tidak dianugerahka kepada
sembarang orang melainkan orang-orang khusus,
namun dalam realitasnya orang-orang yang diberikan
anugerah ma’rifatullah tidak dibenarkan untuk meng-
ekspos pengalaman batinnya kepublic karena akan
mengandung fitnah. Hujjat Imam El-Ghazali dalam hal
ini –saat ditanya—berujar;”Araftu Walakin Laa A’rafu
madza Araftu” (saya tahu dan pernah alami apa yang
mereka –Rabiah el-Adawiyah, al-Hallaj, Abu Yazid al-
Bustami, Ibnu ’Arabi—alami, namun saya tidak tahu apa
yang saya alami tersebut.

Muhammad Fauzil Adhim, 2005, Disebebakan


Oleh Cinta;Kupercayakan Rumahku Padamu,
Yogyakarta:Mitra Pustaka. Buku ini membahas
persoalan cinta yang terbangun dalam sebuah rumah
tangga dilandasi dengan cinta Allah dan rasul Allah, di
jelaskan pula dasar cinta harus diawali dengan cinta
kepada al-Qur’an.

178
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Andam Dewi Indriyani, 2005, Atas Nama Cinta,
Jakarta:Azalea. Buku ini menegaskan bahwa atas nama
cintalah kehidupan ini menjadi aman dan atas nama
cinta pula kesengsaraan dan perpecahan antara
manusiapun terjadi sebagai akibat cinta yang tidak
baik. Antara Kabil dan habil sebagai anak Nabi Allah
Adam terjadi pembunuhan akibat cinta terhadap
saudara perempuannya yang –menurut Kabil—tidak adil
karena pasangan yang ia peroleh tidak lebih cantik dari
pasangan yang di dapatkan saudaranya Habil. Dalam
buku ini pula ditegaskan betapa cinta Allahlah yang
paling murni dan tidak mengenal ukuran cantik secara
fisik melainkan ketaqwaan yang dibangun atas nama
Cinta Allah SWT.

Maqamat (stations) and Ahwal (states)


According to Al-qushayri and Al-hujwiri: a
Comparative Study (Karya: Abdul Muhaya (Thesis,
Institute of Islamic Studies McGill University, Montreal),
1993. Penerbit: Dirjen Binbaga Islam/Ditbinperta,
1996/1997). Karya ini merupakan hasil penelitian akademis
dalam bentuk thesis yang mengadakan studi perbandingan
kedua tokoh sufisme terkemuka dalam tradisi Islam (Al-
Qushayri dan al-Hujwiri). Karya ini menyoroti posisi dan
peran al-Qushayri dan al-Hujwiri dalam sejarah sufisme [hlm.
9], Maqamat dan Ahwal [hlm. 30], Taubah (Repentance)
[hlm. 43], Wara’ (Abstinence) [hlm. 49], Zuhud (Asceticism)
[hlm. 52], Qana’ah (Contentment) [hlm. 57], Tawakal (Trust
in God) [hlm. 59], Ridla (Satisfaction) [hlm. 64], Huzn

179
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
(Sorrow) [hlm. 68], Wajd dan Wujud [hlm. 70], Qahr
(Violence) dan Luthf (Kindness) [hlm. 72], Khauf (Fear) and
Raja’ (Hope) [hlm. 73], Qabd (Contraction) and Basth
(Expansion) [hlm. 77], Uns (Intimacy) and Haybah (Awe)
[hlm. 81], Musamarah and Muhadatsah [hlm. 83], Dhikr
(Remembrance of God) [hlm. 85], Mahabbah (Love) [hlm.
89].

Sanusiyah: a Study of a Revivalist Movement in Islam


(Karya: Nicola A. Ziadeh. Penerbit: E.J.
Brill, Leiden, 1983). Buku ini dapat dijadikan
sebagai model rujukan bagi penelitian terhadap
sebuah gerakan tarekat dalam panggung
politik di wilayah tertentu. Dengan mengambil
tarekat Sanusiyah sebagai focus utama
gerakan Islam di Libya maka buku ini diawali
terlebih dahulu dengan Pendahuluan dan potret
negara Libya pada abad 19 sebagai konteks
sosial dan politik kemunculan gerakan [hlm.
11-34]. Untuk itu membidik para tokoh dan
pemimpin tarekat Sanusiyah sangatlah relevan
dilakukan [hlm. 35-72], termasuk dalam kaitan
ini adalah filosofi gerakan Sanusiyah [hlm. 73-
98] dan tinjauan kelembagaan terhadap
organisasi gerakan sanusiyah [hlm. 99-125].
Setelah bagian penutup, buku ini dilengkapi dengan:
appendiks yang memuat sebuah artikel berjudul “Sanusi
revivalism as a part of the fundamentalist tradition in Islam”
(Kebangkitan kembali tarekat sanusiyah sebagai bagian dari

180
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
tradisi fundamentalisme Islam) oleh R.J.I. Ter Laan [hlm.
137-150].

Sufism in Indonesia an Analysis of Nawawi al-


Banteni’s Salalim al-fudala’ Karya: Sri Mulyati (Thesis,
McGill University, Montreal, Canada, 1992) Penerbit:
Ditbinperta, 1996/1997. Karya ini terdiri dari tiga bagian.
Pertama, elaborasi tentang sufisme di Indonesia; sebuah
proses histories tentang tumbuh-kembang organisasi
tarekat di Indonesia [hlm. 1-26]. Kedua, sketsa biografis
Syeikh Nawawi al-Banteni, latar belakang pendidikan,
keluarga, buah karyanya, beberapa penilaian umum
terhadap karya-karya Imam Nawawi [27-51]. Ketiga, aspek-
aspek sufistik dalam pemikiran Nawawi, beberapa pointer
terpenting dalam Manzuma hidayat al-adzkiya’ ila thariq al-
awliya’ [52-55], komentar Nawawi terhadap Hidayat al-
adzkiya’ ila thariq al-awliya’ [55-56].
Karya ini juga mencakup pendekatan kajian yang
dilakukan Nawawi, konsep-konsep dalam tasawuf seperti:
pengertian tasawuf, syari’a, tariqa dan haqiqa. Selain itu
juga dibahas praktek-praktek pengembaraan kaum sufi
menuju Tuhan lewat ritualitas taubah, qana’ah, al-zuhd,
ta’allum al-‘ilm al-syar’i, al-muhafazha ‘ala al-sunan, al-
tawakkul, al-ikhlash, al-‘uzla, hifzh al-awqat, serta tadzkira
dan mahamma [66-88].

‘Awârif al-Ma’ârif. Penulis : Syihâbuddîn Abi Hafs


Umar ibn Muhammad ibn ‘Abdullah Al-Syuhrawardi Al-
Baghdadi Al-Syafi’i.

181
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Penerbit : Dar Al-Kutub Al-Ilmiah, Beirut- Lebanon,
Cet I tahun 1420 H/1999. Buku ini merupakan salah satu
literatur penting dalam dunia tasawuf, sebab di dalamnya
memuat persoalan tasawuf yang disusun secara sistematis
sehingga mudah untuk dipahami, terutama untuk
pembelajar sufi pemula.
Buku ini terdiri dari 63 bab, selain prakata-3, dan kata
pengantar-7. Bab pertama membicarakan masalah
kemunculan Ilmu Tasawuf -11, Bab kedua berbicara tentang
khusûsyiyyah al-shûfiyyah dalam masalah husn al-istimâ-16.
Bab ketiga menjelaskan tentang masalah keutamaan ilmu
tasawuf (fadhîlah ulûm al- tashawwuf) -22. Bab keempat
menjelaskan tentang kondisi para sufi dengan beragam
metode pencapaian-33; Bab kelima berbicara tentang
Keunggulan dan keutamaan Ilmu Tasawuf-37; Bab keenam
menjelaskan tentang penyebutan Ilmu ini dengan nama al-
tashawwuf-41; Bab ketujuh berbicara tentang kelompok
orang yang benar-benar sufi dan mereka yang hanya
digolongkan di dalam kelompok tersebut-44; Bab kedelapan
membicarakan tentang kondisi sufi dengan malâmatiah
yang dialaminya-48; Bab kesembilan menjelaskan tentang
orang-orang yang tergolong sebagai kaum sufi namun tidak
termasuk dalam kelompok sufi tersebut-50.
Bab kesepuluh menjelaskan tentang peringkat dan
tingkatan masyâyikh-53; Bab kesebelas menjelaskan
tentang khâdam dan yang serupa dengannya-85; Bab kedua
belas menjelaskan tentang perkumpulan para masyâyikh
Sufi-60; Bab ketiga belas menjelaskan tentang keutamaan
penghuni ribâth -65; Bab keempat belas membicarakan

182
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
tentang keserupaan ahl al-ribâth dengan ahl al-shuffah
zaman Rasul Allah Saw-67; Bab kelima belas menjelaskan
tentang kekhususan yang dimiliki oleh ahl al-ribâth al-
shufiyyah-69; Bab keenam belas membicarakan masalah
perbedaan kondisi para Masyâyikh dalam perjalanan dan
maqâ -74; Bab ketujuh belas berbicara tentang keutamaan
aktivitas para Sufi dalam perjalanannya-80; Bab kedelapan
belas berbicara tentang kehadiran kembali dari musafir, dan
tatacara masuk ribâth kembali-85; Bab kesembilan belas
berbicara tentang masalah ahwâl al-shufiyyah-89; Bab
kedua puluh tentang makanan kemenangan-93; Bab kedua
puluh satu tentang hâl al-mutajarrid dan al-muta’ahil dalam
Tasawwuf-9; Bab kedua puluh dua tentang ungkapan dan
simâ’ah sebagai ajaran para Sufi yang dapat dibenarkan-
104; Bab kedua puluh tiga tentang ungkapan dan simâ’ah
sebagai ajaran para sufi yang tidak dapat dibenarkan-113;
Bab kedua puluh empat tentang ungkapan dan simâ’ah
sebagai ajaran para Sufi yang dapat mengangkat derajat
dan tingkatan mereka-115; Bab kedua puluh lima tentang
ungkapan dan simâ’ah sebagai salah satu ajaran para Sufi
yang dijadikan adâb dan tatacara dalam ritual mereka-119.
Bab kedua puluh enam tentang bilangan empat
puluhan sebagai salah satu ajaran Sufi-123; Bab kedua
puluh tujuh tentang keutamaan al-arba’ïniyyah-127; Bab
kedua puluh delapan tentang tatacara bergabung dalam
kelompok al-arba’ïniyyah-132; Bab kedua puluh sembilan
tentang akhlak al-shûfiyyah-136; Bab ketiga puluh tentang
perincian akhlak al-shûfiyyah -141; Bab ketiga puluh satu
tentang makna dan fungsi al-âdab dalam sufi-164; Bab

183
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
ketiga puluh dua tentang al-âdab dalam al-taqarrub Ila
Allah-167; Bab ketiga puluh tiga tentang ketentuan al-âdab
bersuci -170; Bab Ketiga puluh empat tentang al-âdab dan
rahasia berwudu’ -173; Bab Ketiga puluh lima tentang al-
âdab ahl al-khusûs dari kelompok sufi dalam berwudu’-175;
Bab ketiga puluh enam tentang keutamaan shalat -178; Bab
ketiga puluh tujuh tentang sifat-sifat shalat ahl al-qurb-181;
Bab ketiga puluh delapan tentang al-âdab dan rahasia shalat
-188; Bab ketiga puluh sembilan tentang keutamaan dan
rahasia puasa-193; Bab keempat puluh tentang perbedaan
para sufi dalam berpuasa dan berbuka-194; Bab keempat
puluh satu tentang al-âdab berpuasa -197; Bab Keempat
puluh dua tentang masalah makanan dan hal-hal yang
mengandung manfaat serta mudharat-199; Bab keempat
puluh tiga tentang al-âdab Makan -202; Bab ke empat puluh
empat tentang al-âdab dalam berpakaian-206; Bab ke
empat puluh lima tentang keutamaan qiyâm al-lâil -211-,
Bab keempat puluh enam tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi qiyâm al-lâil dan al-âdab tidur-213; Bab
keempat puluh tujuh tentang terjaga di waktu tidur dan
aktivitas pada malam hari-216.
Bab keempat puluh delapan tentang pembagian qiyâm
al-lâil-219; Bab keempat puluh sembilan tentang tatacara
menyambut pagi hari serta amaliah yang harus dilakukan
-221; Bab kelima puluh tentang aktivitas pada siang hari
serta pembagian waktu-228; Bab kelima puluh satu tentang
al-âdab yang berhubungan dengan siswa [murîd] dan guru
[al-syaikh]-235; Bab kelima puluh dua tentang al-âdab
seorang guru berkaitan dengan teman dan para murîd-242;

184
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Bab kelima puluh tiga tentang hakikat berteman-246; Bab
kelima puluh empat tentang menjaga dan menunaikan hak-
kah berteman dan bersaudara -251; Bab ke lima puluh lima
tentang tatacara berteman dan bersaudara -254; Bab
kelima puluh enam tentang bagaimana mengetahui manusia
secara keseluruhan dan mendapatkan ilm al-Mukasyafat dari
Allah -258; Bab kelima puluh tujuh tentang tatacara
menyingkap permasalahn kehidupan, merinci serta
membagi-baginya -268-.
Bab kelima puluh delapan tentang masalah maqâmat
dan al-ahwâl serta perbedaannya-273; Bab keima puluh
sembilan tentang rambu-rambu maqâmat -276; Bab Keenam
puluh tentang rambu-rambu al-Syaikh dalam maqâmat
secara terperinci-283; Bab ke enam puluh satu tentang
masalah yang berkaitan dengan al-ahwâl -294; Bab kernam
puluh dua tentang penjelasan masalah yang berkaitan
dengan al-shwâl dalam istilahd sufî -307-, Bab ke enam
puluh tiga tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan
pembuka dan penutup ( al-Bidâyah wa Al-Nihâyah) -312-

185
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
Ungkapan Penulis

Sekiranya bukan karena Cinta seorang ibu tidak akan


rela menderita demi kelahiran sang bayinya, dengan
cinta dunia ini menjadi berkembang, dengan cinta pula
binatang tidak memangsa anaknya sendiri dan dengan
cinta pula orang rela berkorban jiwa raga tanpa
memperdulikan dirinya sendiri.
Cinta kadang dapat membuat manusia lupa
sejatinya, namun tidak jarang pula dengan cinta
manusia menjadi arif dan bijaksana. Cinta sejati
manusia termanifestasi dalam cinta Allah SWT dan cinta
rasulNya. Cinta yang berlandaskan mahabbatullah wa
mahabbaturrasul akan abadi dan tercermin dalam sikap
dan perilaku seseorang, bahkan jika cintanya telah
dibalas oleh Allah SWT maka apapun yang ia lakukan
selalu berada pada garis-garis ketentuan Ilahi.
Cinta Allah kepada hambaNya tertuang dalam
ampunan (al-Maghfirah) yang diberikanNya terhadap
orang-orang yang telah dicintaNya, juga, terungkap
pada petunjuk (al-hidayah) Allah yang dijadikan sebagai
penuntun dalam menjalankan ritual-ritual
kehidupannya, cinta Allah juga terlihat pada ganjaran-
ganjaran fisik ataupun non fisik yang di peroleh seorang
pencinta Allah dalam perilaku kesehariannya (al-
Karâmah) ataupun dalam bentuk pertolongan (al-
maunah).
Perilaku seseorang dalam memanifestasikan makna
cinta sangat beragam tergantung pada pemahaman

186
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna
dan –kadang juga—pengalaman dapat memberikan
perilaku berbeda dalam hal cinta. Cinta seorang remaja
yang sedang kasmaran perilakunya sering terlihat aneh
dan irrasional, berbeda dengan perilaku cinta seorang
orang tua terhadap anaknya. Lain pula perilaku cinta
seorang politikus terhadap dunia politiknya, ilmuan
terhadap ilmu pengetahuannya, demikian pula perilaku
cinta seorang sufi terhadap dunia spiritualnya.
Perilaku-perilaku cinta inilah yang akan tersajikan
pada buku yang ada di tangan saudara, buku ini
mencoba memberikan gambaran –walaupun belum
sempurna—terhadap sikap dan perilaku sang pencinta
terhadap apapun yang dicintainya, disamping itu juga
buku ini dilengkapi dengan berbagai analisisnya
terhadap perilaku sosial terhadap persoalan cinta.
Dasar dan landasan qur’ani dan al-sunnah tak luput
dibeberkan dalam buku ini, karena sering terlihat –
dalam berbagai referensi cinta tidak dilandasi pada
firman Allah maupun sabda rasulullah-- apapun yang
kita presentasikan.
Secara khusus penulis ucapkan rasa syukur yang tak
terhingga kepada isteriku tersayang Khorizah, M.Pd
yang dengan tulus sebagian waktunya tersedot untuk
penyelesaian tulisan ini, Akhirnya kepada Allah jualah
kita harapkan balasan yang terbaik dan semoga buku
ini dapat menjadi bagian dari referensi keilmuan yang
mendalami makna dan hakikat cinta.

Jakarta, 13 Desember 2007

187
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna

Persembahan
Kupersembahkan buku ini kepada
Isteriku tersayang
Khorizah,M.Pd

188
Cinta Allah abadi dan cinta selainNya sirna

Alamat Penerbit
Vila Inti Persada Blok D4/6 Pamulang Timur
Pondok Cabe-Tangerang.Telp. 021 74717533. Fax
(021-74717533)
E-mail:Irfani_13@ yahoo.co.id

189

You might also like