You are on page 1of 3

Misteri Virus Flu Burung H5N1

Oleh
Dr. Andi Utama

Virus flu burung H5N1 ini masih saja menghantui kita. Baru-baru ini virus ini menelan
tiga korban di Tangerang. Bahkan sekarang 21 provinsi telah dinyatakan terinfeksi flu
burung mengakibatkan kerugian bagi peternak ayam.

Ini membuktikan virus ini masih bersirkulasi di wilayah Asia, termasuk Indonesia. Kita
harus selalu waspada karena virus ini mampu menginfeksi manusia.
Kenapa H5N1 berubah menjadi virus yang mengancam manusia? Virus H5N1 termasuk
virus influenza A, yang inangnya adalah burung yang hidup di air (aquatic bird). Virus
ini akhirnya beradaptasi dengan inang dan tidak menyebabkan penyakit pada inangnya
tersebut. Beberapa inang yang permanen dari virus influenza A adalah mamalia, babi,
kuda, dan ayam ternak. Dan umumnya virus influenza ini adalah host specific, dimana
virus yang menginfeksi mamalia hanya menginfeksi manusia, tidak bisa menginfeksi
burung, dan begitu juga sebaliknya.
Virus influenza yang memiliki RNA sebagai genomnya adalah virus yang mudah
berubah, bisa berupa antigenic shift, yang diakibatkan adanya akumulasi mutasi pada
genomnya, bisa juga berupa antigenic drift, yaitu terjadinya persilangan genom antara
virus dengan tipe yang berbeda. Perubahan ini dilakukan virus influenza tidak hanya
untuk menghindari sistem imun inangnya, tetapi juga agar bisa menginfeksi beberapa
jenis inang yang berbeda. Virus H5N1 adalah produk dari antigenic drift, dimana telah
terjadi persilangan genom antara virus dari jenis yang menginfeksi burung dengan jenis
virus yang menginfeksi manusia.

Evolusi Virus Influenza


Virus influenza yang terganas dalam sejarah dunia adalah virus H1N1 yang
menyebabkan wabah Spanish Flu. Wabah yang terjadi pada tahun 1918 ini telah
mengakibatkan korban 100 juta jiwa, melebihi jumlah korban Perang Dunia I. Virus
H1N1 ini, merupakan virus avian influenza yang telah berubah sehingga mampu
menginfeksi manusia dan menular dari manusia ke manusia (Lipatov et al, 2004). Karena
fenomena ini mirip dengan H5N1, maka tidak tertutup kemungkinan H5N1 juga bisa
berubah demikian.
Jika ini terjadi, akibatnya akan jauh lebih parah daripada Spanish Flu. Hal yang sama
juga terjadi pada H2N2, yang menyebabkan wabah Asian Flu pada tahun 1957 dan
H3N2 yang menjadi dalang Hong Kong Flu pada tahun 1968, merupakah hasil antigenic
drift dari jenis virus yang menyerang manusia dan yang menyerang burung.
Perubahan seperti ini sering terjadi di dalam tubuh babi. Karena babi bisa terinfeksi oleh
berbagai jenis virus, babi berfungsi sebagai mixing vessel antara virus dari jenis yang
berbeda. Hasil percobaan juga membuktikan passage virus flu burung pada babi
menghasilkan virus influenza yang mirip dengan virus influenza manusia (Ito et al,
1998). Ini menunjukan babi berperan sebagai media terjadinya antigenic drift. Karena
itu, babi memegang peranan penting dalam proses evolusi virus influenza.

Faktor Penentu Patogen


Sedikitnya ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat patogen dari virus influenza.
Pertama, protein hemagglutinin (HA) yang muncul di permukaan virus, atau yang
dikenal juga dengan spike protein. Adanya cleavage site multibasa pada protein HA
meningkatkan sifat patogen dari virus influenza (Stenhauer, 1999).
Protein HA ini, selain mempengaruhi patogenesis virus, juga berberan pada proses
infeksi virus ke dalam sel. Protein HA secara langsung berinteraksi dengan reseptor yang
ada dipermukaan sel, sehingga memungkinkan virus masuk ke dalam sel. Selain itu, HA
juga mempengaruhi tingkat penularan, dimana akumulasi mutasi pada HA meningkatkan
daya tular virus influenza.
Kedua, yang mempengaruhi tingkat patogenesis virus influenza adalah gen NS
(nonstructural protein). Hal ini diduga karena gen NS membuat virus kebal terhadap
interferon (IFN) dan tumor necrosis factor alpha (TNF-?), dua factor yang berhubungan
dengan sistem imun tubuh yang juga mempunyai efek antivirus (Seo et al, 2002). Hasil
penelitian membuktikan virus rekombinan yang memiliki NS yang berasal dari virus
patogen, seperti H1N1 yang menyebabkan Spanish Flu, berhasil memblokir ekspresi gen
yang diregulasi oleh interferon (Geiss et al, 2002).

Obat dan Vaksin Influenza


Obat merupakan alternatif penanggulangan infeksi influenza, terutama pada manusia.
Saat ini ada dua jenis obat antivirus influenza yang tersedia. Pertama, ion channel (M2)
blocker, seperti amantadine dan rimantadine. Obat ini memblok aktivitas ion channel dari
influenza virus A, tidak influenza virus B. Akibatnya, aliran ion hidrogen akan terblokir
sehingga virus tidak bisa melakukan proses perkembangbiakan.
Kedua, neurimidase (NA) inhibitor, seperti zanamivir dan oseltamivir. Karena protein
NA berfungsi pada proses pelepasan virus bereplikasi di dalam sel, NA inhibitor ini
membuat virus tidak bisa keluar dari sel. Akibatnya, virus akan teragregasi di permukaan
sel dan tidak bisa pindah ke sel lain.
Sayang sekali, obat dari ion channel blocker memicu munculnya virus yang resisten.
Pada hari ke-5 sampai ke-7 setelah konsumsi obat, 16-35% virus akan menjadi resisten.
Bahkan virus ini patogen dan bisa menular kepada orang yang dekat dengan pasien.
Munculnya virus yang resisten ini karena terjadinya mutasi pada protein M2.
Berbeda dengan obat ion channel blocker, obat NA inhibitor efektif terhadap virus
influenza A dan B. Obat ini hampir tidak memicu munculnya virus yang resisten. n

Penulis adalah peneliti Puslit Bioteknologi-LIPI

Copyright © Sinar Harapan 2003

You might also like