You are on page 1of 3

SHALAT TASBIH

1. Pengertian

Shalat Tasbih merupakan shalat sunnat yang didalamnya pelaku shalat akan
membaca kalimat tasbih (kalimat “Subhanallah wal hamdu lillahi walaa ilaaha illallahu
wallahu akbar”) sebanyak 300 kali (4 raka'at masing-masing 75 kali tasbih). Shalat ini
diajarkan Rasulullah SAW kepada pamannya yakni sayyidina Abbas bin Abdul
Muthallib. Namun beberapa ulama berbeda pendapat tentang hal ini.

Cara mengerjakannya sebagai berikut:


1) Niat untuk salat tasbih kemudian takbir.
2) Membaca surat Al-Fatihah, surat, lalu membaca tasbih sebanyak 75 X.
3) Lafaz tasbihnya sebagi berikut: Subhanallah walhamdulillahi walaa ilaa ha
illaouloh waulah hu akbar walahaula wala kuwwata illa billah.
4) Ruku kemudian membaca tasbih sepuluh kali.
5) Iktidal, lalu membaa tasbih sepuluh kali.
6) Sujud kemudian membaca tasbih sepuluh kali.
7) Duduk antara dua sujud, doa antara dua sujud, lalu membaca tasbih sepuluh kali.
8) Sujud kedua, membacaan sujud, lalu tasbih sepuluh kali.

Bangun dari sujud kedua, sebelum berdiri untuk rakaat berikutnya, membaca tasbih
sepuluh kali. (jumlah tasbih tujuh puluh lima kali. Jadi jika empat rakaat = tiga ratus
kali.

2. Hikmah

Hikmah shalat adalah dapat mencegah perbuatan keji dan kemungkaran, tentu saja
dari shalat tasbih yang dilakukan dengan hati yang ikhlas diharapkan akan dapat pula
seseorang yang melakukannya dicegah atau terjaga dari perbuata-perbuatan yang keji
lagi mungkar.

3. Perbedaan pendapat ulama

Para ulama berbeda pendapat mengenai shalat tasbih, berikut adalah beberapa
pendapat mereka :

 Pertama: Shalat tashbih adalah mustahabbah (sunnah).


Pendapat ini dikemukakan oleh sebagian ulama penganut Mazhab Syafi'i. Hadits
Rasulullah SAW kepada pamannya Abbas bin Abdul Muthallib yang berbunyi:
"Wahai Abbas pamanku, Aku ingin memberikan padamu, aku benar-benar
mencintaimu, aku ingin engkau melakukan -sepuluh sifat- jika engkau
melakukannya Allah akan mengampuni dosamu, baik yang pertama dan terakhir,
yang terdahulu dan yang baru, yang tidak sengaja maupun yang disengaja, yang
kecil maupun yang besar, yang tersembunyi maupun yang terang-terangan.
Sepuluh sifat adalah: Engkau melaksankan shalat empat rakaat; engkau baca
dalam setiap rakaat Al-Fatihah dan surat, apabila engkau selesai membacanya di
rakaat pertama dan engkau masih berdiri, mka ucapkanlah: Subhanallah
Walhamdulillah Walaa Ilaaha Ilallah Wallahu Akbar 15 kali, Kemudian ruku'lah
dan bacalah do'a tersebut 10 kali ketika sedang ruku, kemudian sujudlah dan
bacalah do'a tersebut 10 kali ketika sujud, kemudian bangkitlah dari sujud dan
bacalah 10 kali kemudian sujudlah dan bacalah 10 kali kemudian bangkitlah dari
sujud dan bacalah 10 kali. Itulah 75 kali dalam setiap rakaat, dan lakukanlah hal
tersebut pada empat rakaat. Jika engkau sanggup untuk melakukannya satu kali
dalam setiap hari, maka lakukanlah, jika tidak, maka lakukanlah satu kali
seminggu, jika tidak maka lakukanlah sebulan sekali, jika tidak maka lakukanlah
sekali dalam setahun dan jika tidak maka lakukanlah sekali dalam seumur
hidupmu" (HR Abu Daud 2/67-68)

Ibnu Ma'in. An-Nasaiy berkata: Ia tidak apa-apa. Az-Zarkasyi berpendapat: "Hadis


shahih dan bukan dhaif". Ibnu As-Sholah: "Haditsnya adalah Hasan"

 Kedua: Shalat tasbih boleh dilaksanakan (boleh tapi tidak disunnahkan).

Pendapat ini dikemukakan oleh ulama penganut Mazhab Hambali. Mereka


berkata: "Tidak ada hadits yang tsabit (kuat) dan shalat tersebut termasuk
Fadhoilul A'maal, maka cukup berlandaskan hadits dhaif."
Ibnu Qudamah berkata: "Jika ada orang yang melakukannya maka hal tersebut
tidak mengapa, karena shalat nawafil dan Fadhoilul A'maal tidak disyaratkan
harus dengan berlandaskan hadits shahih" (Al-Mughny 2/123)

 Ketiga: Shalat tersebut tidak disyariatkan.

Imam Nawawi dalam Al-Majmu' berkata: "Perlu diteliti kembali tentang


kesunahan pelaksanaan shalat tasbih karena haditsnya dhoif, dan adanya
perubahan susunan shalat dalam shalat tasbih yang berbeda dengan shalat biasa.
Dan hal tersebut hendaklah tidak dilakukan kalau tidak ada hadits yang
menjelaskannya. Dan hadits yang menjelaskan shalat tasbih tidak kuat".

Ibnu Qudamah menukil riwayat dari Imam Ahmad bahwa tidak ada hadis shahih yang
menjelaskan hal tersebut. Ibnuljauzi mengatakan bahwa hadits-hadits yang berkaitan
dengan shalat tasbih termasuk maudhu`. Ibnu Hajar berkata dalam At-Talkhis bahwa
yang benar adalah seluruh riwayat hadits adalah dhaif meskipun hadits Ibnu Abbas
mendekati syarat hasan, akan tetapi hadits itu syadz karena hanya diriwayatkan oleh
satu orang rawi dan tidak ada hadits lain yang menguatkannya. Dan juga shalat tasbih
berbeda gerakannya dengan shalat-shalat yang lain.
Dalam kitab-kitab fiqih mazhab Hanafiyah dan Malikiyah tidak pernah disebutkan
perihal shalat tasbih ini kecuali dalam Talkhis Al-Habir dari Ibnul Arabi bahwa beliau
berpendapat tidak ada hadits shahih maupun hasan yang menjelaskan tentang shalat
tasbih ini.

KESIMPULAN

Shalat tasbih adalah shalat sunnah apabila dikerjakan mendapat pahala apabila
ditinggalkan tidak berdosa. Berbeda pendapat sangat wajar mengenai tentang ubudiyyah
dan kita sebagi umat islam harus saling menghargai satu samalain sehingga terciptanya
ketentraman dalam beragama dan sikap ukhuwah islamiyah didalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA:

Abdul Hamid Hakim. 1983. al-Bayam. Jakarta: Sa’adiyah Putra.


Abdul Hamid Hakim. 1958. As-Sullam. Bukit Tinggi.
Abdul Wahab Khallaf. 2000. Ilmu Ushlul Fiqh al Islamy. Iskandariyah: Muassasah
Tsaqufah alJamiiyah.

You might also like