You are on page 1of 5

Asam sulfat merupakan bahan kimia yang banyak digunakan sebagai bahan baku dan bahan

penolong dalam berbagai industri, sehingga perkembangan pemakaiannya dapat merupakan


indikator bagi perkembangan perindustrian di suatu negara.

Bahan baku utama pembuatan asam sulfat adalah sulfur atau belerang, yang berwarna kuning.
Biasanya ditambang dari pegunungan, seperti di tangkuban perahu, dieng, atau bromo (ini lokasi
- lokasi yang orang awam biasanya tahu. masih banyak lainnya).

Saat ini belerang termurah dihasilkan dari China dan India. Sebagian dari sulfur ini berupa sulfur
alam (56%), dari senyawa – senyawa sulfur seperti pyrite atau batuan sulfida / sulfat lainnya
(19%), dan dari gas buangan industri minyak bumi / batu bara (H2S, SO2) (25%). 70 – 85% dari
produksi sulfur tersebut digunakan untuk pembuatan asam sulfat. Dalam pengambilan sulfur,
terdapat beberapa proses yang lazim digunakan, yakni :

1. Proses Frasch

Diagram skema proses frasch

Dasar pengambilan sulfur menurut proses ini adalah pencairan sulfur di bawah tanah / laut
dengan air panas, lalu mamompanya ke atas permukaan bumi. Untuk maksud itu digunakan 3
pipa konsentris 6”, 3”, dan 1”. Air panas (325 oC) dipompakan ke dalam batuan S melalui bagian
pipa 6”, sehingga S akan meleleh (235 oF). Lelehan S yang lebih berat dari air akan masuk ke
bagian bawah antara pipa 3” dan 1”, dan dengan tekanan udara yang dipompakan melalui pipa
1”, air yang bercampur dengan S akan naik ke atas sebagai “crude S”, untuk kemudian diolah
menjadi “crude bright” atau “refined S”.

2. Pengambilan S dari batuan sulfida / sulfat

S dapat pula diambil dari batuan sulfida atau sulfat, seperti pyrite FeS2, chalcopyrite CuFeS2,
covelita CuS, galena PbS, Zn blende ZnS, gips CaSO4, barire BaSO4, anglesite PbSO4, dan
lain – lain.

3. Pengambilan Sulfur Alamiah dari deposit gunung berapi (Indonesia)


Deposit S di gunung berapi dapat berupa batuan, lumpur sedimen atau lumpur sublimasi,
kadarnya tidak begitu tinggi (30 – 60 %) dan jumlahnya tidak begitu banyak (600 – 1000 juta ton,
total)
Di gunung Talaga Bodas di dapat dalam bentuk lumpur dengan kadar S (30 – 70 %) dan jumlah
deposit 300 juta ton.

Tempat – tempat lainnya adalah : kawah Ijen, Gunung Welirang, Gunung Dieng dan Gunung
Tangkuban Perahu. Untuk pemanfaatan sumber alam ini diperlukan peningkatan kadar S
terlebih dahulu, antara lain dengan cara flotasi dan benefication.

Dalam flotasi dilakukan penambahan air dan ‘frother’ sehingga S akan terapung dan dapat
dipisahkan. Sedangkan dalam ‘benefication proses’ S setelah ditambahkan air dan reagen –
reagen dipanaskan dalam autoclave selama ½ - ¾ jam pada 3 atm, setiap partikel – partikel kecil
S terkumpul, kemudian dilakukan pencucian dengan air untuk menghilangkan tanah, lalu
dipanaskan kembali dalam autoclave sehingga S terpisah sebagai lapisan S dengan kadar 80 –
90 %.

4. Pengambilan S dari gas buang

S diperoleh dari flue gas asal pembakaran batu bara atau penyilangan minyak bumi, yang tidak
boleh dibuang ke udara karena dapat menimbulkan pencemaran. Gas – gas tersebut terlebih
dahulu di absorpsi dengan menggunakan etanolamin dan sebagainya, kemudian dipanaskan
kembali untuk mendapatkan gasnya kembali untuk diproses lebih lanjut.

Reaksi utama yang digunakan (proses claus)

i. 2 H2S(g) + 3 O2(g) → 2 SO2(g) + 2H2O(l) ΔHo = - 247,89 KJ


ii. 4 H2S(g) + 2SO2(g) → S6(g) + 4H2O(l) ΔHo = - 42,24 KJ

Proses pembuatan asam sulfat

Ada 2 macam proses untuk membuat Asam Sulfat :

Pembuatan H2SO4 dengan proses timbal

Proses tersebut menggunakan ruang reaktor yang dindingnya dilapisi timbal ( Pb ) oleh sebab itu
dinamakan proses kamar timbal / bilik timbal.

Reaksi yang terjadi:


2S(s) + 2 O2(g) → 2 SO2(g)
2 SO2(g) + 2 NO2(g) → 2 SO3(g) + 2 NO(g)
Gas NO dialirkan ke suatu tempat reaksi ( reactor ) dan dioksidasi kembali menjadi NO2
2 NO(g) + O2(g) → 2NO2(g)
Gas SO3 di kamar timbal direaksikan dengan air yang disemprotkan
SO3(g) + H2O(l) → H2SO4(l)
Kepekatan H2SO4 yang dihasilkan kira-kira 62,5 % dan dipekatkan lagi hingga 77,6 %

Pembuatan H2SO4dengan proses kontak


Pada tahun 1831 seorang ahli kimia berkebangsaan Inggris, Philips telah berhasil mensintesis
belerang menjadi H2SO4 sebagai katalis digunakan V2O5
Reaksi yang terjadi :

S(s) + O2(g) → SO2(g)


2 SO2(g) + O2(g) → 2SO3(g) ΔH = - 98,3 KJ
Sulfur trioksida diserap ke dalam 97-98% H2SO4 menjadi oleum (H2S2O7), juga dikenal
sebagai asam sulfat berasap. Oleum kemudian diencerkan ke dalam air menjadi asam sulfat
pekat.
H2SO4 (l) + SO3(g) → H2S2O7 (l)
H2S2O7 (l) + H2O (l) → 2 H2SO4 (l)

Asam Sulfat yang dihasilkan dari proses tersebut , mempunyai massa jenis 1,84 dan bersifat
higroskopis. Apabila H2SO4 pekat dicampur dengan air , akan bersifat eksoterm dan
bebbahaya. H2SO4 25 % banyak dijual di pasaran dengan nama accu zuur untuk mengisi aki.

Sebenarnya, asam sulfat dapat dibuat dengan cara melarutkan gas SO3. Namun, perhatikan
bahwa pelarutan langsung SO3 ke dalam air tidaklah praktis karena reaksi sulfur trioksida
dengan air yang bersifat eksotermik. Reaksi ini akan membentuk aerosol korosif yang akan sulit
dipisahkan.

SO3(g) + H2O (l) → H2SO4(l)

Ide penggunaan katalis dalam produksi asam sulfat, atau secara khusus dalam oksidasi
belerang dioksida telah dikenali sejak kira-kira tahun 1830. Katalis platina terbuki efektif tetapi
sangat mahal sehingga tidak digunakan secara meluas.

Setelah setengah abad kemudian, ketika kebutuhan asam sulfat meningkat banyak, ide
penggunaan katalis muncul kembali. Setelah masalah keracunan katalis diselesaikan, proses
penggunaan katalis platina, yakni proses kontak, menjadi proses utama dalam produksi asam
sulfat.

Proses kontak masih digunakan sampai sekarang walaupun katalisnya bukan platina, tetapi
campuran termasuk vanadium oksida V2O5. Dari proses kontak ini lalu akan terbentuk asam
sulfat pekat dgn kadar 98% .

Pada proses kontak digunakan suhu sekitar 500 C dengan katalisator V2O5 ,sebenarnya
tekanan besar akan menguntungkan produksi SO3, tetapi penambahan tekanan ternyata tidak
diimbangi penambahan hasil yang memadai. Oleh karena itu, pada proses kontak tidak
digunakan tekanan besar melainkan tekanan normal, 1 atm.

Kegunaan Belerang

1. Untuk membuat asam sulfat


2. Untuk membuat gas SO2 yang biasa dipakai untuk mencuci bahan yang terbuat dari wool dan
sutera.
3. Pada industri ban , belerang untuk vulkanisasi karet yang berkaitan agar ban bertambah
ketegangannya serta kekuatannya.
4. Belerang juga digunakan pada industri obat-obatan, bahan peledak, dan industri korek api
yang menggunakan Sb2S3
Asam sulfat merupakan komoditas kimia yang sangat penting, dan sebenarnya pula, produksi
asam sulfat suatu negara merupakan indikator yang baik terhadap kekuatan industri negara
tersebut. Kegunaan utama (60% dari total produksi di seluruh dunia) asam sulfat adalah dalam
"metode basah" produksi asam fosfat, yang digunakan untuk membuat pupuk fosfat dan juga
trinatrium fosfat untuk deterjen. Pada metode ini, batuan fosfat digunakan dan diproses lebih dari
100 juta ton setiap tahunnya.

Bahan-bahan baku yang ditunjukkan pada persamaan di bawah ini merupakan fluorapatit,
walaupun komposisinya dapat bervariasi. Bahan baku ini kemudian diberi 93% asam suflat untuk
menghasilkan kalsium sulfat, hidrogen fluorida (HF), dan asam fosfat. HF dipisahan sebagai
asam fluorida. Proses keseluruhannya dapat ditulis:

Ca5F(PO4)3 + 5 H2SO4 + 10 H2O → 5 CaSO4•2 H2O + HF + 3 H3PO4

Asam sulfat digunakan dalam jumlah yang besar oleh industri besi dan baja untuk
menghilangkan oksidasi, karat, dan kerak air sebelum dijual ke industri otomobil. Asam yang
telah digunakan sering kali didaur ulang dalam kilang regenerasi asam bekas (Spent Acid
Regeneration (SAR) plant).

Kilang ini membakar asam bekas dengan gas alam, gas kilang, bahan bakar minyak, ataupun
sumber bahan bakar lainnya. Proses pembakaran ini akan menghasilkan gas sulfur dioksida
(SO2) dan sulfur trioksida (SO3) yang kemudian digunakan untuk membuat asam sulfat yang
"baru".

Amonium sulfat, yang merupakan pupuk nitrogen yang penting, umumnya diproduksi sebagai
produk sampingan dari kilang pemroses kokas untuk produksi besi dan baja. Mereaksikan
amonia yang dihasilkan pada dekomposisi termal batu bara dengan asam sulfat bekas
mengijinkan amonia dikristalkan keluar sebagai garam (sering kali berwarna coklat karena
kontaminasi besi) dan dijual kepada industri agrokimia.
  
Kegunaan asam sulfat lainnya yang penting adalah untuk pembuatan aluminium sulfat.
Alumunium sulfat dapat bereaksi dengan sejumlah kecil sabun pada serat pulp kertas untuk
menghasilkan aluminium karboksilat yang membantu mengentalkan serat pulp menjadi
permukaan kertas yang keras. Aluminium sulfat juga digunakan untuk membuat aluminium
hidroksida. Aluminium sulfat dibuat dengan mereaksikan bauksit dengan asam sulfat:

Al2O3 + 3 H2SO4 → Al2(SO4)3 + 3 H2O

Asam sulfat juga memiliki berbagai kegunaan di industri kimia. Sebagai contoh, asam sulfat
merupakan katalis asam yang umumnya digunakan untuk mengubah sikloheksanonoksim
menjadi kaprolaktam, yang digunakan untuk membuat nilon. Ia juga digunakan untuk membuat
asam klorida dari garam melalui proses Mannheim. Banyak H2SO4 digunakan dalam
pengilangan minyak bumi, contohnya sebagai katalis untuk reaksi isobutana dengan isobutilena
yang menghasilkan isooktana.

Walaupun asam sulfat tidak mudah terbakar, kontak dengan logam dalam kasus tumpahan
asam dapat menyebabkan pelepasan gas hidrogen. Penyebaran aerosol asam dan gas sulfur
dioksida menambah bahaya kebakaran yang melibatkan asam sulfat.
Asam sulfat dianggap tidak beracun selain bahaya korosifnya. Resiko utama asam sulfat adalah
kontak dengan kulit yang menyebabkan luka bakar dan penghirupan aerosol asap. Paparan
dengan aerosol asam pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan iritasi mata, saluran
pernafasan, dan membran mukosa yang parah.

Iritasi akan mereda dengan cepat setelah paparan, walaupun terdapat risiko edema paru apabila
kerusakan jaringan lebih parah. Pada konsentrasi rendah, simtom-simtom akibat paparan kronis
aerosol asam sulfat yang paling umumnya dilaporkan adalah pengikisan gigi.

Indikasi kerusakan kronis saluran pernafasan masih belum jelas. Di Amerika Serikat, batasan
paparan yang diperbolehkan ditetapkan sebagai 1 mg/m³. Terdapat pula laporan bahwa
penelanan asam sulfat menyebabkan defisiensi vitamin B12 dengan degenarasi gabungan sub
akut.

You might also like