Professional Documents
Culture Documents
1. IDENTITAS PENDERITA
Agama : Hindu
Umur : 2 tahun
3. PEMERIKSAAN FISIK
1) Sistem pernafasan
RR : 23 x/mnt, melalui nasal, PCH tak ada, retraksi intercostalis tak ada, Rhonchi tak
ada, wheezing tak ada.
2) Sistem kardiovaskuler
Nadi ; 120 x/mnt, kuat dan teratur, S1 S2 tunggal.
3) Sistem pencernaan
Mukosa mulut tampak kering, klien mengeluh pada ibunya bahwa leher (tenggorokan)
nya sakit jika menelan makanan. Bising usus meningkat 45 kali/menit, ada kembung saat
diperkusi, klien malas dan menolak jika ibu klien menawari makan, makanan dari RS
masih utuh, klien juga nampak malas minum, kelihatan tidak haus.
4) Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, tugor elastik, suhu 36,40 c, akral hangat.
5) Sistem Musculoskeletal
Klien nampak lemah, udema tak ada, keterbatasan gerak tak ada.
6) Sistem persyarafan
Kesadaran komposmentis, GCS 456, tak ada kejang, parese, mata tampak cowong,
skelra tak ikterik, konjungtiva tak anemis, ubun ubun besar tak cekung.
7) Sistem perkemihan
BAK warna kuning, jernih, testis sudah menurun, ruam ruam daerah perianal tidak ada.
4. THERAPY
o Infus HSD 1000 cc/24 jam
o Pedialyt PO 10 cc/kgBB/mencret
5. ANALISIS DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
O : BB : 10 kg, mukosa mulut kering, klien malas minum dan tampak tidak haus, UUB
tidak cekung, klien lemah, turgor elastik, mata cowong
S : Ibu mengatakan klien sering mengeluh bahwa tenggorokannya sakit jika makan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan
elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
o Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
o Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan
pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk
memperbaiki defisit.
2) Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak
adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3) Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan
cairan 1 liter.
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral.
5) Kolaborasi :
1. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal
(kompensasi).
2. Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
3. Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang,
antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri
berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.
Diagnosa 2
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya
intake dan out put.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi
terpenuhi
Kriteria : - Nafsu makan meningkat
- BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak
dan air terlalu panas atau dingin).
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi
lambung dan saluran usus.
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan
makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan.
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan.
4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a. Terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
R/ meringankan kerja lambung dan penambahan nutrisi
b. Obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan untuk proses pertumbuhan.
c. Pemeriksaan lab Hb, PIT, Hct.
R/ mengetahui kekurangan nutrisi tubuh.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
3. Gangguan 30/10/2006 S: ibu mengatakan anaknya masih mencret 3x sampai siang ini, ada
keseimbangan cairan ampas ketan hitam, bentuk cair, jumlah banyak.
dan elektrolit O: k/u lemah, turgor kulit elastis, mukosa bibir basah, mata tidak
berhubungan dengan cowong, klien mau minum banyak, pedialyt diberikan setiap kali
dampak sekunder mencret, BB 10 kg, suhu 37 0c, nadi 116 x/mnt, RR 28 x/mnt, infus
terhadap diare aff.
A : tujuan berhasil sebagian
P : intervensi no 1,2,3
4. Resiko perubahan 30/10/2006 S: Ibu klien mengatakan anaknya sudah mau makan
nutrisi kurang dari O: bising usus 35 x/mnt, tak ada kembung, tidak muntah, makanan
kebutuhan tubuh dihabis ½ porsi habis dengan roti kabin 5 sdm .
berhubungan dengan A: tujuan sebagian berhasil
tidak adekuatnya P: Intervensi dilanjutkan 3,5,6
intake dan output
yang berlebihan
5. Gangguan 31/10/2006 S : Ibu mengatakan anaknya tidak mencret lagi
keseimbangan cairan
dan elektrolit
berhubungan dengan O : K/u baik, klien tidak lemah, klien tanpak segar mau bermain di
dampak sekunder TT, mukosa bibir basah, mata tidak cowong, klien mau minum
terhadap diare banyak, klien makan banyak satu porsi habis, pedialyt di stop, BB
10 kg, suhu 37 c, N 110 x/mnt, RR 24 x/mnt.
A : Tujuan berhasil
P : Intervensi dihentikan
6. Resiko perubahan 31/10/2006 S: Ibu klien mengatakan anak sudah makan banyak
nutrisi kurang dari O: bising usus 23 x/mnt, BB 10 kg, LILA 22 cm, makanan
kebutuhan tubuh dihabiskan 1 porsi
berhubungan dengan A: tujuan berhasil
tidak adekuatnya P: intervensi dihentikan
intake dan output
yang berlebihan