You are on page 1of 34

GEJALA GANGGUAN JIWA

DAN KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA

I. GEJALA GANGGUAN JIWA


A. Pendahuluan
Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah
kesehatan utama di negara maju diantaranya penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa
dan kecelakaan.
Gejala-gejala gangguan jiwa merupakan hasil interaksi yang kompleks antara
unsur somatik, psikologik dan sosiobudaya. Gejala-gejala gangguan jiwa menandakan
dekompensasi proses adaptasi terutama pada pemikiran, perasaan dan perilaku.
Konsep gangguan jiwa memenuhi kriteria berikut:
1. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa:
- Sindrom atau pola prilaku
- Sindrom atau pola psikologik
2. Gejala klinis tersebut menimbulkan “penderitaan” (distress), antara lain dapat
berupa rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tenteram, terganggu dan disfungsi organ tubuh.
3. Gejala klinis tersebut menimbulkan “disability” yaitu keterbatasan atau
kekurangan kemampuan untuk melaksanakan suatu aktivitas pada tingkat personal,
yaitu melakukan kegiatan hidup sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk
perawatan diri dan kelangsungan hidup seperti mandi, berpakaian, makan, kebersihan
diri, buang air besar dan kecil.
Berdasarkan asal penyebabnya, gejala gangguan jiwa dibagi menjadi:
1. Organik
Gejala gangguan jiwa timbul akibat adanya perubahan pada jaringan atau fungsi otak.
Penyebab kelainan organik dapat berasal dari ekstrakranial seperti racun, infeksi dan
lainnya serta berasal dari intrakranial seperti tumor dan aterosklerosis.
2. Psikogenik
Gejala ditimbulkan karena adanya stres psikis yang tidak dapat ditanggulangi secara
baik oleh mekanisme mental.

1
Tanda (sign) adalah temuan objektif yang didapat oleh dokter, sedangkan gejala
(symptom) adalah pengalaman subjektif yang digambarkan oleh pasien. Sebagian besar
kondisi psikiatrik adalah sindroma yang merupakan kelompok tanda dan gejala yang
terjadi bersama-sama sebagai suatu kondisi yang dapat dikenali yang mungkin kurang
spesifik dibandingkan gangguan atau penyakit yang jelas.

B. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa


1. Kesadaran

Kesadaran merupakan kemampuan individu mengadakan hubungan dengan


lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui panca inderanya) dan mengadakan
pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri (melalui perhatian).

1.1 Gangguan Kesadaran

a. Pengaburan kesadaran : kejernihan ingatan yang tidak lengkap dengan


gangguan persepsi dan sikap.
b. Somnolen : keadaan mengantuk abnormal yang sering ditemukan pada proses
organik.
c. Stupor : hilangnya reaksi dan ketidaksadaran terhadap lingkungan sekeliling.
d. Delirium : gelisah, bingung, konfusi, reaksi disorientasi yang disertai dengan
halusinasi dan rasa takut.
e. Koma : derajat ketidaksadaran yang berat.
f. Koma vigil : koma dimana pasien tampak tidur tetapi dapat segera
dibangunkan.
g. Keadaan seperti mimpi (dreamlike state) : seringkali digunakan secara sinonim
dengan kejang parsial kompleks atau epilepsi psikomotor.
h. Keadaan temaram (twilight state) : gangguan kesadaran dengan halusinasi
i. Disorientasi : gangguan orientasi waktu, tempat dan orang.
1.2 Gangguan atensi
Atensi adalah jumlah usaha yang dilakukan untuk memusatkan pada bagian
tertentu dari pengalaman, kemampuan untuk mempertahankan perhatian pada satu
aktivitas, kemampuan untuk berkonsentrasi.

2
a. Distraktibilitas : ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian, penarikan
atensi kepada stimuli eksternal yang tidak penting atau tidak relevan.
b. Inatensi selektif : hambatan hanya pada hal – hal yang menimbulkan kecemasan.
c. Hipervigilensi : atensi dan pemusatan yang berlebihan pada semua stimuli
internal dan eksternal, biasanya sekunder dari keadaan delusional atau paranoid.
d. Keadaan tidak sadarkan diri (trance) : atensi yang terpusat dan kesadaran
yang berubah, biasanya terlihat pada hipnosis, gangguan disosiatif, dan
pengalaman religius yang luar biasa.
1.3 Gangguan sugestibilitas
Adalah kepatuhan dan respon yang tidak kritis terhadap gagasan atau pengaruh
a. Folie a deux / folie a trios : penyakit emosional yang berhubungan atara
dua atau tiga orang.
b. Hipnosis : modifikasi kesadaran yang diinduksi secara buatan yang
ditandai dengan penigkatan sugestibilitas.

2. Emosi
Suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik dan prilaku
yang berhubungan dengan afek dan mood.
2.1 Mood
Mood adalah suatu emosi yang meresap dan dipertahankan, yang dialami secara
subjektif dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain : contohnya elasi,
kemarahan, depresi.
a. Mood yang meluap-luap (expansive mood) : ekspresi perasaan seseorang
tanpa pembatasan
b. Mood eutimik : mood dalam rentang normal
c. Mood disforik : mood yang tidak menyenangkan
d. Mood yang meninggi (elevated mood) : suasana keyakinan dan kesayangan
e. Mood yang iritabel : dengan mudah diganggu atau diubah
f. Pergeseran mood (mood yang labil) : osilasi antara euforia dan depresi
atau kecemasan
g. Ektasi : perasaan kegairahan yang kuat

3
h. Euforia : elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran
i. Depresi : perasaan sedih yang psikopatologis
j. Dukacita atau berkabung : kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang nyata
k. Aleksitimia : ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau
menyadari emosi atau mood seseorang
l. Anhedonia : hilangnya minat dan menarik diri dari semua aktivitas rutin
dan menyenangkan
2.2. Afek
Merupakan suatu ekspresi emosi yang terlihat, mungkin tidak konsisten dengan
emosi yang dikatakan pasien.
a. Afek yang sesuai (appropriate affect) : kondisi dimana irama emosional
harmonis dengan gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertai.
b. Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect) : ketidakharmonisan antara
irama perasaan emosional dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan yang
menyertai.
c. Afek yang terbatas : penurunan intensitas irama perasaan yang kurang
parah daripada afek tumpul tetapi jelas menurun.
d. Afek yang labil : perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-tiba yang
tidak berhubungan dengan stimuli eksternal.
e. Afek yang tumpul : gangguan pada afek yang dimanifestasikan oleh
penurunan berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan keluar.
f. Afek yang datar : tidak adanya atau hamper tidak ada tanda ekspresi afek,
suara yang monoton, wajah yang tidak bergerak.
2.3 Emosi yang lain
a. Ketakutan : kecemasan yang disebabkan oleh bahaya yang dikenali secara
sadar dan realistic.
b. Agitasi : kecemasan berat yang disertai dengan kegelisahan motorik.
c. Kecemasan yang mengambang bebas : rasa takut yang meresap dan tidak
terpusatkan yang tidak berhubungan dengan suatu gagasan.
d. Ketegangan (tension) : peningkatan aktivitas motorik dan psikologis yang
tidak menyenangkan.

4
e. Rasa malu : kegagalan membangun pengharapan diri.
f. Abreaksional : pelepasan emosional setelah mengingat pengalaman yang
menakutkan.
g. Panik : serangan kecamasan yang akut, episodic, dan kuat yang disertai
dengan perasaan ketakutan yang melanda dan pelepasan otonomik.
h. Apati : irama emosi yang tumpul disertai dengan pelepasan atau
ketidakacuhan.
i. Kecemasan : perasaan ketakutan yang disebabkan oleh dugaan bahaya, yang
mungkin berasal dari dalam atau luar.
j. Ambivalensi : terdapatnya secara bersama-sama dua impuls yang berlawanan
terhadap hal yang sama pada satu orang yang sama pada waktu yang sama
k. Rasa bersalah : emosi sekunder karena melakukan sesuatu yang dianggap
salah.

3. Perilaku motorik (Konasi)


a. Abullia : penurunan impuls untuk bertindak dan berfikir disertai dengan
ketidakacuhan tentang akibat tindakan, disertai dengan defisit neurologist
b. Negativisme : tahanan tanpa motivasi terhadap semua usaha untun
menggerakkan atau terhadap semua instruksi
c. Mannerisme : pergerakan yang tidak disadari yang mendarah daging dan
kebiasaan
d. Ekopraksia : peniruan pergerakan yang patologis seseorang pada orang
lain
e. Katapleksi : hilangnya tonus otot dan kelemahan secara sementara yang
dicetuskan oleh berbagai keadaan emosional
f. Otomatisme : tindakan yang otomatis yang biasanya mewakili suatu
aktivitas simbolik yang tidak disadari
g. Hipoaktivitas (hipokinesis) : penurunan aktivitas motorik dan kognitif,
seperti pada retardasi psikomotor, perlambatan pikiran, bicara dan pergerakan
yang dapat terlihat
h. Mutisme : tidak bersuara tanpa kelainan struktural

5
i. Stereotipik : pola tindakan fisik atau bicara yang terfiksasi dan berulang
j. Memerankan : ekspresi langsung dari suatu harapan atau impuls yang
tidak disadari dalam bentuk gerakan
k. Mimikri ; aktivitas motorik tiruan dan sederhana pada anak
l. Otomatisme perintah : otomatisme mengikuti sugesti
m. Katatonia : kelainan motorik dalam gangguan nonorganik
- Cerea flexibilitas (fleksibilitas lilin) : seseorang dapat diatur dalam
suatu posisi yang kemudian dipertahankannya, jika pemeriksa
menggerakkan anggota tubuh pasien, anggota tubuh terasa seakan-
akan terbuat dari lilin.
- Posturing katatonik : penerimaan postur yang tidak sesuai atau
kaku yang disadari, biasanya dipertahankan dalam waktu yang lama. .
- Luapan katatonik : aktivitas motorik yang teragitasi, tidak
bertujuan, dan tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal.
- Stupor katatonik : penurunan aktivitas motorik yang nyata,
seringkali sampai tidak mobilitas dan tampaknya tidak menyadari
sekeliling.
- Katalepsi : posisi yang tidak bergerak yang dipertahankan terus-
menerus.
- Rigiditas katatonik : penerimaan postur yang kaku yang disadari,
menentang usaha untuk digerakkan
n. Overaktivitas
- Agitasi psikomotor : averaktivitas motorik dan kognitif yang
berlebihan, biasanya tidak produktif dan sebagai respon dari
ketegangan.
- Hiperaktivitas (hiperkinesis) : kegelisahan, agresif, aktifitas
destruktif, seringkali disertai patologi otak dasar.
- Tidur berjalan : aktivitas motorik saat tidur.
- Tik : pergerakan motorik yang spasmodik dan tidak disadari.
- Ataksia: kegagalan koordinasi otot, irregularitas gerakan otot.
- Polifagia : makan berlebihan yang patologis.

6
- Akathisia : perasaan subjektif tentang tegangan motorik sekunder
dari medikasi antipsikotik atau medikasi lain yang dapat menyebabkan
kegelisahan, melangkah bolak-balik, duduk dan berdiri berulang-
ulang, dapat disalah artikan sebagai agitasi psikotik.
- Kompulsif : impuls tidak terkontrol untuk melakukan suatu
tindakan secara berulang.
i. Dipsomania : kompulsi untuk minum alkohol
ii. Kleptomania : kompulsi untuk mencuri
iii. Nimfomania : kebutuhan untuk koitus yang kuat dan
kompulsif pada seorang wanita
iv. Satiriasis : kebutuhan untuk koitus yang kuat dan kompulsif
pada seorang laki-laki
v. Trikotilomania : kompulsi untuk mencabut rambut
vi. Ritual : aktivitas kompulsif otomatis dalam sifat,
menurunkan kecemasan yang orisinil.
o. Agresi : tindakan yang kuat dan diarahkan dengan tujuan yang mungkin
verbal atau fisik; bagian motorik dari afek kekasaran, kemarahan atau
permusuhan.
4. Berfikir
Aliran gagasan, simbol dan asosiasi yang diarahkan oleh tujuan dimulai oleh
suatu tugas dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi kenyataan. Jika terjadi
urutan yang logis, berfikir adalah normal. Parapraksis (tergelincir dari logis yang
termotivasi secara tidak disadari juga disebut pelesetan menurut Freud) dianggap sebagai
bagian dari berfikir yang normal.
A. Gangguan umum dalam bentuk atau proses berfikir
1. Gangguan mental
Sindroma perilaku atau psikologis yang bermakna secara klinis, disertai dangan
penderitaan atau ketidakmampuan, tidak hanya suatu respon yang diperkirakan
dari peristiwa tertentu atau terbatas pada hubungan antara seseorang dan
masyarakat.
2. Psikosis

7
Ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari fantasi. Gangguan tes
realitas, dengan menciptakan realitas baru (berlawanan dengan neurosis :
gangguan mental dimana tes realitas adalah utuh, perilaku tidak jelas melanggar
norma-norma sosial, relatif bertahan lama atau rekuren tanpa pengobatan)
3. Tes realitas
Pemeriksaan dan pertimbangan objektif tentang dunia di luar diri
4. Gangguan pikiran formal
Gangguan dalam bentuk pikiran, malahan isi pikiran : berpikir ditandai dengan
kekenduran asosiasi, neologisme, dan konstruksi yang tidak logis; proses berpikir
mengalami gangguan, dan orang didefinisikan sebagai psikotik
5. Berpikir tidak logis
Berpikir mengandung kesimpulan yang salah atau kontradiksi internal; hal ini
adalah patologis jika nyata dan tidak disebabkan oleh kultural atau defisit
intelektual
6. Dereisme
Aktivitas mental yang tidak sesuai dengan logika atau pengalaman
7. Berpikir autistik
Preokupasi dengan dunia dalam dan pribadi
8. Berpikir magis
Suatu bentuk pikiran dereistik; berpikir adalah serupa dengan fase praopersional
pada masa anak-anak (Jean Piaget), dimana pikiran, kata-kata, atau tindakan
mempunyai kekuatan
9. Proses berpikir primer
Istilah umu untuk berpikir yang dereistik, tidak logis, magis. Normalnya
ditemukan dalam mimpi, abnormal pada psikosis
B. Gangguan spesifik pada bentuk pikiran
1. Neologisme
Kata baru yang diciptakan oleh pasien dengan mengkombinasikan suku kata dari
kata-kata lain, untuk alas an keanehan psikologis
2. World salad (gado-gado kata)
Campuran kata dan frasa yang membingungkan

8
3. Sirkumstansialitas
Bicara yang tidak langsung yang lambat dalam mencapai tujuan tetapi akhirnya
dari titik awal mencapai tujuan yang diharapkan; ditandai dengan pemasukan
perincian-perincian dan tanda-tanda kutip yang berlebihan
4. Tangensialitas
Ketidakmampuan untuk mempunyai asosiasi pikiran yang diarahkan oleh tujuan;
pasien tidak pernah berangkat dari titik awal menuju tujuan yang diinginkan
5. Inkoherensi (pembicaraan yang tidak logis)
Pikiran yang biasanya, tidak dapat dimengerti; berjalan bersama pikiran atau kata-
kata dengan hubungan yang tidak logis atau tanpa tata bahasa, yamg
menyebabkan disorganisasi
6. Perseverasi
Respon terhadap stimulus baru diberikan, sering disertai dengan gagguan kognitif
7. Verbigerasi
Pengulangan kata-kata atua frasa spesifik yang tidak mempunyai arti
8. Ekolalia
Pengulangan kata-kata atau frasa-frasa seseorang oleh seseorang lain secara
psikopatologis, cendrung berulang dan menetap, dapat diucapkan dengan
mengejek atau intonasi terputus-putus
9. Kondensasi
Penggabungan berbagai konsep menjadi satu konsep
10. Jawaban yang tidak relevan
Jawaban yang tidak harmonis dengan pertanyaan uang dipertanyakan (pasien
tampaknya mengabaikan atua tidak memperhatikan pertanyaan)
11. Pengenduran asosiasi
Aliran pikiran dimana gagasan-gagasan bergeser dari satu subjek ke subjek lain
dalam cara yang sama sekali tidak berhubungan; jika berat bicara mumngkin
membingungkan (inkoheheren)
12. Keluar dari jalur (derailment)

9
Penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran tanpa penghambatan

13. Flight of idea


Verbalisasi atau permainan kata-kata yang cepat dan terus menerus yang
menghasilkan pergeseran terus menerus dari satu ide ke ide lain; ide-ide cendrung
dihubungkan, dan dalam bentuk yang kurang parah, pendengar mungkin mampu
untuk mengikutinya
14. Asosiasi bunyi (clang association)
Asosiasi kata-kata yang mirip bunyinya tetapi berbeda artinya; kata-kata yang
tidak mempunyai hubungan logis, dapat termasuk sajak dan permainan kata
15. Penghambatan (Blocking)
Terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran atau gagasan
diselesaikan
16. Glossolalia
Ekspresi pesan-pesan yang relevan melalui kata-kata yang tidak dipahami (jaga
dikenal sebagai bicara pada lidah)
C. Gangguan spesifik pada isi pikiran
1. Kemiskinan isi pikiran
Pikiran yang memberikan sedikit informasi karena tidak ada pengertian,
pengulangan kosong, atau frasa yang tidak jelas
2. Gagasan yang berlebihan
Keyakinan palsu yang dipertahankan dan tidak beralasan dipertahankan secara
kurang kuat dibandingkan dengan suatu waham
3. Waham
keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan
eksternal, tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar belakang kultural,
yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan
a. Waham yang kacau (bizarre delusion) : keyakinan palsu yang
aneh, mustahil, dan sama sekali tidak masuk akal.
b. Waham tersistematisasi : keyakinan yang palsu yang
digabungkan oleh suatu tema atau peristiwa tunggal.

10
c. Waham yang sejalan dengan mood : waham dengan isi yang
sesuai dengan mood
d. Waham yang tidak sejalan dengan mood : waham dengan isi
yang tidak mempunyai hubungan dengan mood atau merupakan mood-netral.
e. Waham nihilistik : perasaan palsu bahwa dirinya, orang lain, dan
dunia adalah ada atau berakhir.
f. Waham kemiskinan : keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan
atau akan terampas semua harta miliknya.
g. Waham somatik : keyakinan yang palsu menyangkut fungsi
tubuh pasien.
h. Waham paranoid : termasuk waham persekutorik dan waham
referensi, kontrol, dan kebesaran (dibedakan dari ide paranoid, dimana
kecurigaan adalah lebih kecil dari bagian waham)
• Waham persekutorik : keyakinan palsu bahwa pasien
sedang diganggu, ditipu, atau disiksa.
• Waham kebesaran : gambaran kepentingan, kekuatan, atau
identitas seseorang yang berlebihan.
• Waham referensi : keyakinan palsu bahwa perilaku orang
lain ditujukan pada dirinya; bahwa peristiwa, benda-benda atau orang lain
mempunyai kepentingan tertentu dan tidak biasanya, umumnya dalam
bentuk negatif; diturunkan dari ide referensi, dimana seseorang secara
salah merasa bahwa ia sedang dibicarakan oleh orang lain.
i. Waham menyalahkan diri sendiri : keyakinan yang palsu tentang
penyesalan yang dalam dan bersalah
j. Waham pengendalian : perasan palsu bahwa kemauan, pikiran,
atau perasaan pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar
• Penarikan pikiran (thought withdrawal) : waham bahwa
pikiran pasien dihilangkan dari ingatannya oleh orang lain atau tenaga
lain.
• Penanaman pikiran (thought insertion) : waham bahwa
pikiran ditanam dalam pikiran pasien oleh orang lain atau tenaga lain.

11
• Siar pikiran (thought broadcasting) : waham bahwa pikiran
pasien dapat didengar oleh lain.
• Pengendalian pikiran (thought control) : waham bahwa
pikiran pasien dikendalikan oleh orang lain atau tenaga lain.
k. Waham ketidaksetiaan (waham cemburu) : keyakinan palsu yang
didapatkan dari kecemburuan patologis bahwa kekasih pasien adalah tidak
jujur
l. Erotomania : kayakinan waham, lebih sering pada wanita
dibandingkan dengan laki-laki, bahwa seseorang sangat mencintai dirinya
(dikenal sebagai kompleks Clerambault- Kandinsky)
m. Pseudologis phantastica : suatu jenis kebohongan, dimana
seseorang tampaknya percaya terhadap kenyataan fantasinya dan bertindak
atas kenyataan
4. Kecenderungan atau preokupasi pikiran
Pemusatan isi pikiran pada ide tertentu, disertai dengan irama afektif yang kuat,
seperti kecenderungan paranoid, atau preokupasi tentang bunuh diri atau
membunuh
5. Egomania
Egomania adalah preokupasi pada diri sendiri yang patologis
6. Monomania
Monomania adalah preokupasi dengan suatu objek tunggal
7. Hipokondria
Keprihatinan yang berlebihan tentang kesehatan pasien yang didasarkan bukan
pada patologi organik yang nyata, tetapi pada interprestasi yang realistik terhadap
tanda atau sensasi fisik yang sebagai abnormal
8. Obsesi
Ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat
ditentang, yang tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika, yang
disertai dengan kecemasan (juga dikenal sebagai renungan)
9. Kompulsi

12
Kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls yang jika ditahan
menyebabkan kecemasan
10. Koprolalia
Pengungkapan secara kompulsif dari kata-kata yang cabul

11. Fobia
Rasa takut patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu terjadi
terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu; menyebabkan keinginan yang
memaksa untuk menghindari stimulus yang ditakuti
• Fobia sederhana : rasa takut yang jelas terhadap objek atau
situasi yang jelas (contohnya, takut terhadap laba-laba atau ular)
• Fobia sosial : rasa takut akan keramaian masyarakat, seperti
takut berbicara dengan masyarakat, bekerja, atau makan dalam masyarakat
• Akrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tinggi
• Agrofobia : rasa takut terhadap tempat yang luas
• Algofobia : rasa takut terhadap rasa nyeri
• Ailurofobia : rasa takut terhadap kucing
• Eritrofobia : rasa takut terhadap warna merah
• Panfobia : rasa takut terhadap segala sesuatu
• Klaustrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tertutup
• Xenofobia : rasa takut terhadap orang asing
• Zoofobia : rasa takut terhadap binatang
12. Noesis
Suatu wahyu dimana terjadi pencerahan yang besar sekali disertai dengan
perasaan bahwa pasien telah dipilih untuk memimpin dan memerintah
13. Unio mystica
Suatu perasaan yang meluap, pasien secara mistik bersatu dengan kekuatan yang
tidak terbatas

13
5. Bicara
Gagasan, pikiran, perasaan yang diekspresikan melalui bahasa; komunikasi
melalui penggunaan kata-kata dan bahasa.
A. Gangguan Bicara
1. Tekanan bicara : bicara cepat yaitu peningkatan jumlah dan kesulitan
untuk memutus pembicaraan
2. Kesukaan bicara (logorrhea) : bicara yang banyak sekali, bertalian, dan
logis
3. Kemiskinan bicara (poverty of speech) : pembatasan bicara yang
digunakan; jawaban hanya satu suku kata
4. Bicara yang tidak spontan : respon verbal yang diberikan hanya jika
ditanya atau dibicarakan langsung; tidak ada bicara yang dimulai dari diri sendiri
5. Kemiskinan isi bicara : bicara yang adekuat dalam jumlah tetapi
memberikan sedikit informasi karena ketidakjelasan, kekosongan atau frasa yang
stereotipik
6. Disprosodi : hilangnya irama bicara yang normal
7. Disartria : kesulitan dalam artikulasi, bukan dalam penemuan kata atau
tata bahasa
8. Bicara yang keras atau lemah secara berlebihan
9. Gagap : pengulangan atau perpanjangan suara atua suku kata yang sering,
menyebabkan gangguan kefasihan bicara yang jelas
10. Kekacauan : bicara yang aneh dan disritmik yang cepat dan menyentak
B. Gangguan Afasik : gangguan dalam pengeluaran bahasa
1. Afasia motorik : gangguan bicara yang disebabkan oleh gangguan kognitif
dimana pengertian adalah tetap tetapi kemampuan untuk bicara adalah sangat
terganggu (dikenal sebagai afasia Broca)
2. Afasia sensorik : kehilangan kemampuan organik untuk mengerti arti kata;
bicara lancar dan spontan, tetapi membingungkan dan yang bukan-bukan
3. Afasia nominal : kesulitan untuk menemukan nama yang tepat untuk suatu
benda (juga dikenal sebagai afasia anomia dan amnestik)

14
4. Afasia sintatikal : ketidakmampuan untuk menyusun kata-kata dalam
urutan yang tepat
5. Afasia logat khusus : kata-kata yang dihasilkan seluruhnya neologistik;
kata-kata yang bukan-bukan diulangi dengan berbagai intonasi dan nada suara
6. Afasia global : kombinasi afasia yang sangat tidak fasih dan afasia fasih
yamg berat

6. Persepsi
Persepsi adalah memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi psikologis, proses
mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran
6.1. Gangguan persepsi
Persepsi adalah proses memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi
psikologis; proses mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran.
1. Halusinasi : persepsi sensoris yang palsu yang tidak disertai dengan
stimuli eksternal yang nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi
waham tentang pengalaman halusinasi
a. Halusinasi hipnagogik : persepsi sensoris yang palsu yang terjadi
saat akan tertidur, biasanya dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis.
b. Halusinasi hipnopompik : persepsi palsu yang terjadi saat
terbangun dari tidur, biasanya dianggap tidak patologis.
c. Halusinasi dengar (auditoris) : persepsi bunyi palsu, biasanya
suara tetapi juga berupa bunyi-bunyi lain, seperti musik, dan merupakan
halusinasi yang paling sering pada gangguan psikiatrik.
d. Halusinasi visual : persepsi palsu tentang penglihatan yang
berupa citra yang berbentuk (contoh : orang) dan citra yang tidak berbentuk
(contoh : kilatan cahaya), paling sering pada gangguan organik.
e. Halusinasi cium (olfaktoris) : persepsi membau yang palsu,
paling sering pada gangguan organik.
f. Halusinasi kecap (gustatoris) : persepsi tentang rasa kecap yang
palsu, seperti rasa kecap yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh
kejang, paling sering pada ganggaun organik.

15
g. Halusinasi raba (taktil, haptic) : persepsi palsu tentang perabaan
atau sensasi permukaan, seperti dari tungkai yang teramputasi (phantom
limb), sensasi adanya gerakan pada atau di bawah kulit ( kesemutan).
h. Halusinasi somatik (halusinasi kenestetik) : sensasi palsu tentang
sesuatu hal yang terjadi di dalam atau terhadap tubuh, paling sering berasal
dari visceral.
i. Halusinasi liliput (mikropsia) : persepsi yang palsu dimana
benda-benda tampak lebih kecil ukurannya.
j. Halusinasi yang sejalan dengan mood (mood-congruent
hallucination) : halusinasi dimana isi halusinasi adalah konsisten dengan
mood yang tertekan atau manik.
k. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood ( mood-incongruent
hallucination) : halusinasi dimana isinya tidak konsisten dengan mood yang
tertekan atau manik.
l. Halusinosis : halusinasi, paling sering adalah halusinasi dengar,
yang berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronis dan terjadi dalam
sensorium yag jernih.
m. Sinestesia : sensasi atau halusinasi yang disebabkan oleh sensasi
lain.
n. Trailing phenomenon : kelainan persepsi yang berhubungan
dengan obat-obat halusinogen dimana benda yang bergerak dilihat sebagai
sederetan citra yang terpisah dan tidak kontinu.
2. Ilusi : mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang
nyata
6.2. Gangguan yang berhubungan dengan gangguan kognitif
Agnosia yaitu ketidakmampuan untuk mengenaki dan menginterpretasikan
kepentingan kesan sensoris
1. Anosognosia : ketidaktahuan tentang penyakit,
ketidakmampuan untuk mengenali suatu defek neurologist yang terjadi pada
dirinya

16
2. Somatopagnosia : ketidakmampuan untuk mengenali suatu
bagian tubuh sebagai milik dirinya sendiri
3. Agnosia visual : ketidakmampuan untuk mengenali benda-
benda atau orang
4. Astereonosis : ketidakmampuan untuk mengenali benda
melalui sentuhan
5. Prosopagnosia : ketidakmampuan untuk mengenali wajah
6. Apraksia : ketidakmampuan untuk melakukan tugas – tugas
tertentu
7. Simutagnosia : ketidakmampuan untuk mengerti lebih dari satu
elemen pandangan visual pada suatu waktu untuk mengintegrasikanbagian-
bagian menjai keseluruhan
8. Adiasokokinesia : ketidakmampuan untuk melakukan
pergerakan yang berubah dengan cepat
6.3. Gangguan yang berhubungan dengan fenomena konversi dan disosiatif
Yaitu somatisasi material yang direpresi atau perkembangan gejala dan distorsi
fisik yang melibatkan otot volunteer atau organ sensoris bukan di bawah kontrol
volunteer dan bukan disebabkan oleh suatu gangguan fisik
1. Anastesia histerikal : hilangnya modalitas sensoris yang
disebabkan oleh konflik emosional
2. Makropsia : menyatakan benda-benda tampak lebih
besar dari sesungguhnya
3. Mikropsia : menyatakan benda-benda tampak lebih
kecil dari sesungguhnya
4. Depersonalisasi : peranan subjektif bahwa lingkungan
adalah aneh atau tidak nyata, suatu perasaan tentang perubahan realitas
5. Fatigue (fuga) : mengambil identitas baru pada amnesia
identitas yang lama, seringkali termasuk berjalan-jalan atau berkelana ke
lingkungan yang baru
6. Kepribadian ganda : satu orang yang tampak pada
waktu yang berbeda menjadi 2 atau lebih kepribadian

17
7. Derealisasi : perasaan subjektif bahwa lingkungan
adalah aneh atau tidak nyata, suatu perasaan tentang perubahan realitas

7. Daya ingat
Daya ingat adalah fungsi dimana informasi di simpan di otak dan selanjutnya
diingat kembali ke kesadaran.
I. Gangguan daya ingat
1. Amnesia : ketidakmampuan sebagian atau keseluruhan untuk mengingat
pengalaman masa lalu, mungkin berasal dari organik atau emosional.
a. Anterograd : amnesia untuk peristiwa yang terjadi setelah suatu
titik waktu.
b. Retrograd : amnesia sebelum suatu titik waktu.
2. Paramnesia : pemalsuan ingatan oleh distorsi pengingatan
a. Fausse reconnaissance : pengenalan yang palsu.
b. Pemalsuan retrospektif : ingatan secara tidak diharapkan (tidak
disadari) menjadi terdistorsi saat disaring melalui keadaan emosional,
kognitif, dan pengalaman pasien sekarang.
c. Konfabulasi : pengisian kekosongan ingatan secara tidak disadari
oleh pengalaman yang dibayangkan atau tidak nyata yang dipercaya pasien
tetapi tidak mempunyai dasar kenyataan, paling sering berhubungan dengan
patologi organik.
d. Déjà vu : ilusi pengenalan visual dimana situasi yang baru secara
keliru dianggap sebagai pengulangan ingatan sebelumnya.
e. Deja entendu : ilusi pengenalan auditoris
f. Deja pense : ilusi bahwa suatu pikiran baru dikenali sebagai
pikiran yang sebelumnya telah dirasakan atau diekspresikan.
g. Jamais vu : perasaan palsu tentang ketidakkenalan terhadap
situasi nyata yang telah dialami seseorang.
3. Hipermnesia : peningkatan derajat penyimpanan dan pengingatan
4. Eidetic image : ingatan visual tentang kejelasan halusinasi

18
5. Screen memory : ingatan yang dapat ditoleransi secara sadar menutupi
ingatan yang menyakitkan
6. Represi : suatu mekanisme pertahanan yang ditandai oleh pelupaan yang
tidak disadari terhadap gagasan atau impuls yang tidak dapat diterima
7. Letologika : ketidakmampuan sementara untuk mengingat suatu nama atau
suatu kata benda yang tepat
II. Tingkat daya ingat
1. Segara ( immediate) : reproduksi atau pengingatan hal- hal yang dirasakan
dalam beberapa detik sampai menit
2. Baru saja ( recent) : pengingatan peristiwa yang telah lewat beberapa hari
3. Agak lama (recent past) : pengingatan peristiwa yang telah lewat selama
beberapa bulan
4. Jauh (remote) : pengingatan peristiwa yang telah lama terjadi

8. Intelegensia
Intelegensia adalah kemampuan untuk mengerti, mengingat, menggerakkan dan
menyatukan secara konstruktif pelajaran sebelumnya dalam menghadapi situasi yang
baru.
I. Retardasi mental : kurangnya intelegensia sampai derajat
dimana terdapat gangguan pada kinerja sosial dan kejujuran.
II. Demensia : perburukan fungsi intelektual organik dan
global tanpa pengaburan kesadaran.
1. Diskalkulia (akalkulia) : hilngnya kemampuan untuk
melakukan perhitungan yang tidak disebabkan oleh kecemasan atau gangguan
konsentrasi.
2. Disgrafia (agrafia) : hilangnya kemampuan untuk
menulis dalam gaya yang kursif, hilangnya struktur kata.
3. Aleksia : hilangnya kemampuan membaca yang
sebelumnya dimiliki, tidak disebabkan oleh gangguan ketajaman penglihatan.

19
III. Pseudodemensia : gambaran klinis yang menyerupai
demensia yang tidak disebabkan oleh suatu kondisi organik, paling sering
disebabkan oleh depresi ( sindroma demensia dari depresi).
IV. Berpikir konkret : berpikir harafiah, penggunaan kiasan
yang terbatas tanpa pengertian nuansa arti, pikiran satu-dimensional.
V. Berpikir abstrak : kemampuan untuk mengerti nuansa
arti, berpikir multi dimensional dengan kemampuan menggunakan kiasan dan
hipotesis dengan tepat.

Tilikan (Insight)
Tilikan adalah kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti
dari suatu situasi (seperti sekumpulan gejala).
1 Penyangkalan penyakit sama sekali
2 Agak menyadari bahwa mereka adalah sakit dan membutuhkan bantuan tetapi
dalam waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya
3 Sadar bahwa mereka adalah sakit tapi melemparkan kesalahan pada orang lain,
pada faktor eksternal, atau pada faktor organic
4 Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada diri
pasien
5 Tilikan intelektual : mengerti kenyataan objektif tentang suatu keadaan tanpa
kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam cara yang berguna untuk
mengatasi situasi.
6 Tilikan emosional sesungguhnya : mengerti kenyataan objektif tentang suatu
situasi, disertai dengan daya pendorong (impetus) motivasi dan emosional untuk
mengatasi situasi.

Pertimbangan (Judgment)
Pertimbangan adalah kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan untuk
bertindak secara tepat di dalam situasi tersebut.
a. Pertimbangan kritis : kemampuan untuk menilai, melihat dan memilih
berbagai pilihan di dalam suatu situasi

20
b. Pertimbangan otomatis : kinerja refleks di dalam suatu tindakan.
c. Pertimbangan yang terganggu : menghilangnya kemampuan untuk mengerti
suatu situasi dengan benar dan bertindak secara tepat.

II. KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA (DAFTAR & KATEGORI DIAGNOSIS)

F00-09 Gangguan mental organik, termasuk gangguan mental simtomatik.


Gambaran utama:
• Gangguan fungsi kognitif: daya ingat, daya pikir, dan belajar
• Gangguan sensorium: gangguan kesadaran dan perhatian

21
• Sindrom dengan menifestasi yang jelas dalam bidang: persepsi(halusinasi), isi
pikiran (waham/delusi), suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira dan
cemas)
• Gangguan mental simptomatik

F00 Demensia pada penyakit alzheimer


F00.0 Demensia pada penyakit alzheimer dengan onset dini
F00.1 Demensia pada penyakit alzheimer dengan onset lambat
F00.2 Demensia pada penyakit alzheimer, tipe tak khas atau tipe campuran
F00.9 Demensia pada penyakit alzheimer YTT

F01 Demensia vaskular


F01.0 Demensia vaskular onset akut
F01.1 Demensia multi infark
F01.2 Demensia vaskular subkortical
F01.3 Demensia vaskular campuran kortikal dan subkortikal
F01.8 Demensia vaskular lainnya
F01.9 Demensia vaskular YTT

F02 Demensia pada penyakit lain YDK


F02.0 Demensia pada penyakit Pick
F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt-jakob
F02.2 Demensia pada penyakit Huntington
F02.3 Demensia pada penyakit Parkinson
F02.4 Demensia pada penyakit Human Imunodeficiency Virus [HIV]
F02.8 Demensia pada penyakit YDT YDK

F03 Demensia YTT

F04 Sindroma amnesia organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya

F05 Deliriun bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya


F05.0 Delirium, tak bertumpangtindih dengan demensia
F05.1 Delirium, bertumpangtindih dengan demensia
F05.8 Delirium lainnya
F05.9 Delirium YTT

F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik
F06.0 Halusinosis organik
F06.1 Gangguan katatonik organik
F06.2 Gangguan waham organik (lir-skizofrenia)
F06.3 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) organik
F06.4 Gangguan anxietas organik
F06.5 Gangguan disosiatif organik
F06.6 Gangguan astenik organik
F06.7 Gangguan kognitif ringan

22
F06.8 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit
fisik lain YDT
F06.9 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit
fisik YTT

F07 Gangguan kepribadian dan perilaku akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak
F07.0 Gangguan kepribadian organik
F07.1 Sindroma pasca-ensefalitis
F07.2 Sindroma pasca-kontusio
F07.8 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit,
kerusakan dan disfungsi otak lainnya
F07.9 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit,
kerusakan dan disfungsi otak YTT

F09 Gangguan mental organik atau simptomatik YTT

F10-19 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif


Dasar diagnosa:
• Adanya penggunaan zat psikoaktif (baik yang diresepkan maupun tidak)
• Adanya gejala psikotik maupun tidak ada

F10 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol


F11 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida
F12 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabinoida
F13 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotika
F14 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain
F15 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain termasuk
kafein
F16 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogenika
F17 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau
F18 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah
menguap
F19 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan
penggunaan zat psikoaktif lainnya

F20-29 Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham


Pedoman diagnosa :
• Gejala yang timbul yaitu gejala psikotik, semua umur
• Non organik

F20 Skizofrenia
Pedoman diagnosis:
Gejala Mayor: (1 gejala yang jelas, 2 gejala yang kurang jelas)
• Thought echo, though insertio, thought broadcasting
• Waham dikendalikan
• Halusinasi menetap

23
• Waham menetap
Gejala Minor: (paling sedikit 2)
• Halusinasi menetap
• Arus pikir yang terputus atau mengalami sisipan
• Perilaku katatonik
• Gejala negativistik
• Perubahan yang konsisten secara keseluruhan dari perilaku
Kurun waktu 1 bulan atu lebih

F20.0 Skizofrenia paranoid


F20.1 Skizofrenia hebefrenik
F20.2 Skizofrenia katatonik
F20.3 Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)
F20.4 Skizofrenia pasca-skizofrenia
F20.5 Skizofrenia residual
F20.6 Skizofrenia simpleks
F20.8 Skizofrenia lainnya
F20.9 Skizofrenia YTT

F21 Gangguan skizotipal

F22 Gangguan waham menetap


F22.0 Gangguan waham
F22.8 Gangguan waham menetap lainnya
F22.9 Gangguan waham YTT

F23 Gangguan psikotik akut dan sementara


F23.0 Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia
F23.1 Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia
F23.2 Gangguan psikotik lir-skizofrenia akut
F23.3 Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham
F23.8 Gangguan psikotik akut dan sementara lainnya
F23.9 Gangguan psikotik akut dan sementara YTT

F24 Gangguan waham terinduksi

F25 Gangguan skizoafektif


F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manik
F25.1 Gangguan skizoafektif tipe depresif
F25.2 Gangguan skizoafektif tipe campuran
F25.8 Gangguan skizoafektif lainnya
F25.9 Gangguan skizoafenik YTT

F28 Gangguan psikotik non organik lainnya


F29 Psikosis non organik YTT

24
F30-39 Gangguan suasana perasaan (Mood [afektif])
Pedoman diagnosis:
• Perubahan suasana mood/ afek ( kearah depresi maupun elasi)
• Pada semua umut
• Perubahan semua tingkatan aktivitas (umumnya)
• Dapat disertai gejala psikotik maupun non psikotik

F30 Episode manik


F30.0 Hipomania
F30.1 Mania tanpa gejala psikotik
F30.2 Mania dengan gejala psikotik
F30.8 Episode manik lainnya
F30.9 Episode manik YTT

F31 Gangguan afektif bipolar


F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala
psikotik
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala
psikotik
F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
F31.7 Gangguan afektif bipolar,kini dalam remisi
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar YTT

F32 Episode depresif


F32.0 Episode depresif ringan
F32.1 Episode depresif sedang
F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psiotik
F32.8 Episode depresif lainnya
F32.9 Episode depresif YTT

F33 Gangguan depresif berulang


F33.0 Episode depresif berulang, episode kini ringan
F33.1 Episode depresif berulang, episode kini sedang
F33.2 Episode depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik
F33.3 Episode depresif berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik
F33.4 Episode depresif berulang, kini dalam remisi
F33.8 Episode depresif berulang lainnya
F33.9 Episode depresif berulang YTT

F34 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) menetap

25
F34.0 Siklotimia
F34.1 Distimia
F34.8 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) menetap lainnya
F34.9 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) menetap YTT

F38 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) lainnya


F38.0 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) tunggal lainnya
F38.1 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) berulang lainnya
F38.8 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) lainnya YDT

F39 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) YTT

F40-49 Gangguan Neurotik, gangguan somatoform dan gangguan yang berkaitan


dengan stres
Gejala utama:
• Neurotik, somatoform dan berkaitan dengan stress
• Non organik

F40 Gangguan anxietas fobik


• F40.0 Agorafobia
• F40.1 Fobia sosial
• F40.2 Fobia khas (terisolasi)
• F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya
• F40.9 Gangguan anxietas fobik lainnya

F41 Gangguan anxietas lainnya


• F41.0 Gangguan panik ( anxietas paroksismal episodik)
• F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh
• F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif
• F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya
• F41.8 Gangguan anxietas lainnya
• F41.9 Gangguan anxietas YTT

F42 Gangguan obsesif-kompulsif


• F42.0 Predominan pikiran obsesional atau pengulangan
• F42.1 Predominan tindakan kompulsif
• F42.2 campuran tindakan dan pikiran obsesional
• F42.8 Gangguan obsesif-kompulsif lainnya
• F42.9 Gangguan obsesif-kompulsif YTT

F43 Reaksi terhadap stres berat dan gangguan penyesuaian


• F43.0 Reaksi stress akut
• F43.1 Gangguan stress pasca trauma
• F43.2 Gangguan penyesuaian
• F43.8 Reaksi terhadap stres berat lainnya

26
• F43.9 Reaksi terhadap stress berat YTT

F44 Gangguan disosiatif [konversi]


• F44.0 Amnesia disosiatif
• F44.1 Fugue disosiatif
• F44.2 Stupor disosiatif
• F44.3 Gangguan trans dan kesurupan
• F44.4 Gangguan motorik disosiatif
• F44.5 Konvulsi disosiatif
• F44.6 Anestesia dan kehilangan sensorik disosiatif
• F44.7 Gangguan disosiatif [konversi] campuran
• F44.8 Gangguan disosiatif [konversi] lainnya
• F44.9 Gangguan disosiatif [konversi] YTT

F45 Gangguan somatoform


• F45.0 Gangguan somatisasi
• F45.1 Gangguan somatoform tak terinci
• F45.2 Hipokondrik
• F45.3 Disfungsi otonomik somatoform
• F45.4 Gangguan nyeri somatoform menetap
• F45.8 Gangguan somatoform lainnya
• F45.9 Gangguan somatoform YTT

F48 Gangguan neurotik lainnya


• F48.0 Neurastenia
• F48.1 Sindroma depersonalisasi-derealisasi
• F48.8 Gangguan neurotik lainnya YDT
• F48.9 Gangguan neurotik YTT

F50-59 Sindroma perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan


faktor fisik
Gejala khas:
• Disfungsi fisiologi
• Etiologi non organik

F50 Gangguan makan


• F50.0 Anoreksia nervosa
• F50.1 Anoreksia nervosa tak khas
• F50.2 Bulimia nervosa
• F50.3 Bulimia nervosa tak khas

27
• F50.4 Makan berlebih yang berhubungan dengan gangguan psikologis
lainnya
• F50.5 Muntah yang berhubungan dengan gangguan psikologis lainnya
• F50.8 Gangguan makan lainnya
• F50.9 Gangguan makan YTT

F51 Gangguan tidur nonorganik


• F51.0 Insomnia nonorganik
• F51.1 Hipersomnia nonorganik
• F51.2 Gangguan jadwal tidur nonorganik
• F51.3 Somnambulisme
• F51.4 Teror tidur
• F51.5 Mimpi buruk
• F51.8 Gangguan tidur nonorganik lainnya
• F51.9 Gangguan tidur nonorganik YTT

F52 Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik
• F52.0 Kurang atau hilangnya nafsu seksual
• F52.1 Tidak menyukai dan tidak menikmati seks
• F52.2 Kegagalan dari respon genital
• F52.3 Disfungsi orgasme
• F52.4 Eyakulasi dini
• F52.5 Vaginismus nonorganik
• F52.6 Dispareunia nonorganik
• F52.7 Dorongan seksual berlebihan
• F52.8 Disfungsi seksual lainnya, bukan disebabkan olh gangguan atau
penyakit organik
• F52.9 Disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan oleh gangguan atau
penyakit organik

F53 Gangguan jiwa dan perilaku yang berhunungan dengan masa nifas YTK
• F53.0 Gangguan jiwa dan perilaku ringan yang berhubungan dengan masa
nifas YTK
• F53.1 Gangguan jiwa dan perilaku berat yang berhubungan dengan masa
nifas YTK
• F53.8 Gangguan jiwa dan perilaku lainnya yang berhubungan dengan masa
nifas YTK
• F53.9 Gangguan masa nifas YTT

F54 Faktor psikologi dan perilaku yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit YDK

28
F55 Penyalahgunaan zat yang tidak menyebabkan ketergantungan
• F55.0 Antidepresiva
• F55.1 Pencahar
• F55.2 Analgetika
• F55.3 Antasida
• F55.4 Vitamin
• F55.5 Stereoida atau hormon
• F55.6 Jamu atau obat tradisional
• F55.8 Zat lainnya yang tidak menyebabkan ketergantungan
• F55.9 YTT

F59 Sindroma perilaku YTT yang bverhubungan dengan gangguan fisiologi dan
faktor fisik

F60-69 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa.


Gajala khas
• Gejala prilaku
• Non organik
• Dewasa

F60 gangguan kepribadian khas


• F60.0 Gangguan kepribadian paranoid
• F60.1 Gangguan kepribadian skizoid
• F60.2 Gangguan kepribadian dissosial
• F60.3 Gangguan kepribadian emosional tak stabil
• F60.4 Gangguan kepribadian histrionik
• F60.5 Gangguan kepribadian anankastik
• F60.6 Gangguan kepribadian cemas
• F60.7 Gangguan kepribadian dependen
• F60.8 Gangguan kepribadian khas lainnya
• F60.9 Gangguan kepribadian YTT

F61 Gangguan kepribadian campuran dan lainnya.


• F61.0 Gangguan kepribadian campuran
• F61.1 Perubahan kepribadian yang bermasalah

F62 Perilaku kepribadian yang berlangsung lama yang tidak diakibatkan okeh
kerusakan atau penyakit otak.
• F62.0 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami
katastrofa
• F62.1 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama akibat penyakit
psikiatri

29
• F62.8 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama lainnya
• F62.9 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama YTT

F63 Gangguan kebiasaan dan impuls


• F63.0 Judi patologis
• F63.1 Bakar patologis
• F63.2 Curi patologis
• F63.3 Trikotilomania
• F63.8 Gangguan kebiasaan dan impuls lainnya
• F63.9 Gangguan kebiasaan dan impuls YTT

F64 Gangguan preferensi seksual


• F64.0 Transseksualisme
• F64.1 Transvestisme peran ganda
• F64.2 Gangguan identitas jenis kelamin masa kanak
• F64.8 Gangguan identitas jenis kelamin lainnya
• F64.9 Gangguan identitas jenis kelamin YTT

F65 Gangguan preferensi seksual


• F65.0 Fetishisme
• F65.1 Transvestisme fetishistik
• F65.2 Ekshibisionisme
• F65.3 Voyeurisme
• F65.4 Pedofilia
• F65.5 Sadomasokisme
• F65.6 Gangguan preferensi seksual multipel
• F65.8 Gangguan preferensi seksual lainnya
• F65.9 Gangguan preferensi seksual YTT

F66 Gangguan psikologi dan perilaku yang berhubungan dengan perkembangan


dan orientasi seksual
• F66.0 Gangguan maturasi seksual
• F66.1 Orientasi seksual egodistonik
• F66.2 Gangguan hubungan seksual
• F66.8 Gangguan perkembangan psikoseksual lainnya
• F66.9 Gangguan perkembangan psikoseksual YTT

F68 Gangguan kepribadian dan perilaku dan perilaku masa dewasa


• F68.0 Elaborasi gejala fisik karena alasan psikologis
• F68.1 Kesengajaan atau berpura-pura membuat gejala atau disabilitas, baik
fisik maupun psikologi
• F68.8 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa lainnya YDT

F69 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa 105

30
F70-79 Retardasi Mental
Gejala khas:
• Gejala perkembangan IQ
• Non organik

F70 Retardasi mental ringan


F71 Retardasi mental sedang
F72 Retardasi mental berat
F73 Retardasi mental sangat berat.
F78 Retardasi mental lainnya
F79 Retardasi mental YTT

F80-89 Gangguan perkembangan psikologis


Gejala khas:
• Gejala perkembangan khusus
• Onset masa kanak

F80 Gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa


• F80.0 Gangguan artikulasi berbicara khas
• F80.1 Gangguan berbahasa ekspresif
• F80.2 Gangguan berbahasa reseptif
• F80.3 Afasia yang dapat didapat dengan epilepsi (sindr landau-kleffner)
• F80.8 Gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa lainnya
• F80.9 Gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa YTT

F81 Gangguan perkembangan belajar khas


• F81.0 Gangguan mambaca khas
• F81.1 Gangguan mengeja khas
• F81.2 Gangguan berhitung khas
• F81.3 Gangguan belajar campuran
• F81.4 Gangguan perkembangan belajar lainnya
• F81.5 Gangguan perkembangan belajar YTT

F82 Gangguan perkembangan motorik khas

F83 Gangguan perkembangan khas campuran

F84 Gangguan perkembangan pervasif


• F84.0 Autisme masa kanak
• F84.1 Autisme tak khas
• F84.2 Sindroma Rett
• F84.3 Gangguan desintegratif masa kanak lainnya
• F84.4 Gangguan aktivitas berlebih yang berhubungan dengan retardasi
mental dan gerakan stereotipik

31
• F84.5 Sindroma Asperger
• F84.8 Gangguan perkembangan pervasif lainnya
• F84.9 Gangguan perkembangan pervasif YTT

F88 Gangguan perkembangan psikologis lainnya

F89 Gangguan perkembangan psikologis YTT

F90-99 Gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada kanak
dan remaja
Gejala khas:
• Gejala prilaku/emosional
• Onset masa kanak

F90 Gangguan hiperkinetik


• F90.0 Gangguan aktivitas dan perhatian
• F90.1 Gangguan tingkah laku hiperkinetik
• F90.8 Gangguan hiperkinetik lainnya
• F90.9 Gangguan hiperkinetik YTT

F91 Gangguan tingkat laku


• F91.0 Gangguan tingkah laku yan berbatas pada lingkungan keluarga
• F91.1 Gangguan tingkah laku tak berkelompok
• F91.2 Gangguan tingkah laku berkelompok
• F91.3 Gangguan sikap menentang
• F91.8 Gangguan tingkah laku lainnya
• F91.9 Gangguan tingkah laku YTT

F92 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi


• F92.0 Gangguan tingkah laku depresif
• F92.8 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi lainnya
• F92.9 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi YTT

F93 Gangguan emosional dengan onset khas pada masa kanak-kanak


• F93.0 Gangguan anxietas perpisahan masa kanak
• F93.1 Gangguan anxietas fobik masa kanan
• F93.2 Gangguan anxietas sosial masa kanak
• F93.3 Gangguan persaingan antar saudara
• F93.8 Gangguan emosional masa kanak lainnya
• F93.9 Gangguan emosional masa kanak YTT

F94 Gangguan fungsi sosialo dengan onset khas pada masa kanak-kanak dan
remaja

32
• F94.0 Mutisme elektif
• F94.1 Gangguan kelekatan reaktif masa kanak
• F94.2 Gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak lainnya
• F94.8 Gangguan fungsi sosial masa kanak lainnya
• F94.9 Gangguan fungsi sosial masa kanak YTT

F95 Gangguan ’tic’


• F95.0 Gangguan ’tic’ sementara
• F95.1 Gangguan ’tic’ motorik atau vokal kronik
• F95.2 Gangguan campuran ’tic’ vokal dan motorik multiple
• F95.8 Gangguan ’tic’ lainnya
• F95.9 Gangguan ’tic’ lainnya

F98 Gangguan perilaku dan emosional lainnya dengan onset. Biasanya terjadi
setelah meninggal
• F98.0 Enuresis nonorganik
• F98.1 Enkoporesis nonorganik
• F98.2 Gangguan makan masa bayi dan kanak
• F98.3 Pika masa bayi dan kanak
• F98.4 Gangguan gerakan stereotipik
• F98.5 Gagap
• F98.6 ’Cluttering’
• F98.8 Gangguan perilaku dan emosional lainnya YDT dengan onset
biasanya pada masa kanak dan remaja
• F98.9 Gangguan perilaku dan emosional lainnya YTT dengan onset
biasanya pada masa kanak dan remaja

F99 Gangguan jiwa YTT

DAFTAR PUSTAKA

33
1. Sadock BJ, Sadock VA. Pocket Handbook of Clinical Psichiatry. 4th Edition.
USA: Lippincott Williams & Wilkins, 2005. 21-34.
2. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press, 2005. 91-4.
3. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI , 1993. 25-46.

34

You might also like