Professional Documents
Culture Documents
1
Tanda (sign) adalah temuan objektif yang didapat oleh dokter, sedangkan gejala
(symptom) adalah pengalaman subjektif yang digambarkan oleh pasien. Sebagian besar
kondisi psikiatrik adalah sindroma yang merupakan kelompok tanda dan gejala yang
terjadi bersama-sama sebagai suatu kondisi yang dapat dikenali yang mungkin kurang
spesifik dibandingkan gangguan atau penyakit yang jelas.
2
a. Distraktibilitas : ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian, penarikan
atensi kepada stimuli eksternal yang tidak penting atau tidak relevan.
b. Inatensi selektif : hambatan hanya pada hal – hal yang menimbulkan kecemasan.
c. Hipervigilensi : atensi dan pemusatan yang berlebihan pada semua stimuli
internal dan eksternal, biasanya sekunder dari keadaan delusional atau paranoid.
d. Keadaan tidak sadarkan diri (trance) : atensi yang terpusat dan kesadaran
yang berubah, biasanya terlihat pada hipnosis, gangguan disosiatif, dan
pengalaman religius yang luar biasa.
1.3 Gangguan sugestibilitas
Adalah kepatuhan dan respon yang tidak kritis terhadap gagasan atau pengaruh
a. Folie a deux / folie a trios : penyakit emosional yang berhubungan atara
dua atau tiga orang.
b. Hipnosis : modifikasi kesadaran yang diinduksi secara buatan yang
ditandai dengan penigkatan sugestibilitas.
2. Emosi
Suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik dan prilaku
yang berhubungan dengan afek dan mood.
2.1 Mood
Mood adalah suatu emosi yang meresap dan dipertahankan, yang dialami secara
subjektif dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain : contohnya elasi,
kemarahan, depresi.
a. Mood yang meluap-luap (expansive mood) : ekspresi perasaan seseorang
tanpa pembatasan
b. Mood eutimik : mood dalam rentang normal
c. Mood disforik : mood yang tidak menyenangkan
d. Mood yang meninggi (elevated mood) : suasana keyakinan dan kesayangan
e. Mood yang iritabel : dengan mudah diganggu atau diubah
f. Pergeseran mood (mood yang labil) : osilasi antara euforia dan depresi
atau kecemasan
g. Ektasi : perasaan kegairahan yang kuat
3
h. Euforia : elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran
i. Depresi : perasaan sedih yang psikopatologis
j. Dukacita atau berkabung : kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang nyata
k. Aleksitimia : ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau
menyadari emosi atau mood seseorang
l. Anhedonia : hilangnya minat dan menarik diri dari semua aktivitas rutin
dan menyenangkan
2.2. Afek
Merupakan suatu ekspresi emosi yang terlihat, mungkin tidak konsisten dengan
emosi yang dikatakan pasien.
a. Afek yang sesuai (appropriate affect) : kondisi dimana irama emosional
harmonis dengan gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertai.
b. Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect) : ketidakharmonisan antara
irama perasaan emosional dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan yang
menyertai.
c. Afek yang terbatas : penurunan intensitas irama perasaan yang kurang
parah daripada afek tumpul tetapi jelas menurun.
d. Afek yang labil : perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-tiba yang
tidak berhubungan dengan stimuli eksternal.
e. Afek yang tumpul : gangguan pada afek yang dimanifestasikan oleh
penurunan berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan keluar.
f. Afek yang datar : tidak adanya atau hamper tidak ada tanda ekspresi afek,
suara yang monoton, wajah yang tidak bergerak.
2.3 Emosi yang lain
a. Ketakutan : kecemasan yang disebabkan oleh bahaya yang dikenali secara
sadar dan realistic.
b. Agitasi : kecemasan berat yang disertai dengan kegelisahan motorik.
c. Kecemasan yang mengambang bebas : rasa takut yang meresap dan tidak
terpusatkan yang tidak berhubungan dengan suatu gagasan.
d. Ketegangan (tension) : peningkatan aktivitas motorik dan psikologis yang
tidak menyenangkan.
4
e. Rasa malu : kegagalan membangun pengharapan diri.
f. Abreaksional : pelepasan emosional setelah mengingat pengalaman yang
menakutkan.
g. Panik : serangan kecamasan yang akut, episodic, dan kuat yang disertai
dengan perasaan ketakutan yang melanda dan pelepasan otonomik.
h. Apati : irama emosi yang tumpul disertai dengan pelepasan atau
ketidakacuhan.
i. Kecemasan : perasaan ketakutan yang disebabkan oleh dugaan bahaya, yang
mungkin berasal dari dalam atau luar.
j. Ambivalensi : terdapatnya secara bersama-sama dua impuls yang berlawanan
terhadap hal yang sama pada satu orang yang sama pada waktu yang sama
k. Rasa bersalah : emosi sekunder karena melakukan sesuatu yang dianggap
salah.
5
i. Stereotipik : pola tindakan fisik atau bicara yang terfiksasi dan berulang
j. Memerankan : ekspresi langsung dari suatu harapan atau impuls yang
tidak disadari dalam bentuk gerakan
k. Mimikri ; aktivitas motorik tiruan dan sederhana pada anak
l. Otomatisme perintah : otomatisme mengikuti sugesti
m. Katatonia : kelainan motorik dalam gangguan nonorganik
- Cerea flexibilitas (fleksibilitas lilin) : seseorang dapat diatur dalam
suatu posisi yang kemudian dipertahankannya, jika pemeriksa
menggerakkan anggota tubuh pasien, anggota tubuh terasa seakan-
akan terbuat dari lilin.
- Posturing katatonik : penerimaan postur yang tidak sesuai atau
kaku yang disadari, biasanya dipertahankan dalam waktu yang lama. .
- Luapan katatonik : aktivitas motorik yang teragitasi, tidak
bertujuan, dan tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal.
- Stupor katatonik : penurunan aktivitas motorik yang nyata,
seringkali sampai tidak mobilitas dan tampaknya tidak menyadari
sekeliling.
- Katalepsi : posisi yang tidak bergerak yang dipertahankan terus-
menerus.
- Rigiditas katatonik : penerimaan postur yang kaku yang disadari,
menentang usaha untuk digerakkan
n. Overaktivitas
- Agitasi psikomotor : averaktivitas motorik dan kognitif yang
berlebihan, biasanya tidak produktif dan sebagai respon dari
ketegangan.
- Hiperaktivitas (hiperkinesis) : kegelisahan, agresif, aktifitas
destruktif, seringkali disertai patologi otak dasar.
- Tidur berjalan : aktivitas motorik saat tidur.
- Tik : pergerakan motorik yang spasmodik dan tidak disadari.
- Ataksia: kegagalan koordinasi otot, irregularitas gerakan otot.
- Polifagia : makan berlebihan yang patologis.
6
- Akathisia : perasaan subjektif tentang tegangan motorik sekunder
dari medikasi antipsikotik atau medikasi lain yang dapat menyebabkan
kegelisahan, melangkah bolak-balik, duduk dan berdiri berulang-
ulang, dapat disalah artikan sebagai agitasi psikotik.
- Kompulsif : impuls tidak terkontrol untuk melakukan suatu
tindakan secara berulang.
i. Dipsomania : kompulsi untuk minum alkohol
ii. Kleptomania : kompulsi untuk mencuri
iii. Nimfomania : kebutuhan untuk koitus yang kuat dan
kompulsif pada seorang wanita
iv. Satiriasis : kebutuhan untuk koitus yang kuat dan kompulsif
pada seorang laki-laki
v. Trikotilomania : kompulsi untuk mencabut rambut
vi. Ritual : aktivitas kompulsif otomatis dalam sifat,
menurunkan kecemasan yang orisinil.
o. Agresi : tindakan yang kuat dan diarahkan dengan tujuan yang mungkin
verbal atau fisik; bagian motorik dari afek kekasaran, kemarahan atau
permusuhan.
4. Berfikir
Aliran gagasan, simbol dan asosiasi yang diarahkan oleh tujuan dimulai oleh
suatu tugas dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi kenyataan. Jika terjadi
urutan yang logis, berfikir adalah normal. Parapraksis (tergelincir dari logis yang
termotivasi secara tidak disadari juga disebut pelesetan menurut Freud) dianggap sebagai
bagian dari berfikir yang normal.
A. Gangguan umum dalam bentuk atau proses berfikir
1. Gangguan mental
Sindroma perilaku atau psikologis yang bermakna secara klinis, disertai dangan
penderitaan atau ketidakmampuan, tidak hanya suatu respon yang diperkirakan
dari peristiwa tertentu atau terbatas pada hubungan antara seseorang dan
masyarakat.
2. Psikosis
7
Ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari fantasi. Gangguan tes
realitas, dengan menciptakan realitas baru (berlawanan dengan neurosis :
gangguan mental dimana tes realitas adalah utuh, perilaku tidak jelas melanggar
norma-norma sosial, relatif bertahan lama atau rekuren tanpa pengobatan)
3. Tes realitas
Pemeriksaan dan pertimbangan objektif tentang dunia di luar diri
4. Gangguan pikiran formal
Gangguan dalam bentuk pikiran, malahan isi pikiran : berpikir ditandai dengan
kekenduran asosiasi, neologisme, dan konstruksi yang tidak logis; proses berpikir
mengalami gangguan, dan orang didefinisikan sebagai psikotik
5. Berpikir tidak logis
Berpikir mengandung kesimpulan yang salah atau kontradiksi internal; hal ini
adalah patologis jika nyata dan tidak disebabkan oleh kultural atau defisit
intelektual
6. Dereisme
Aktivitas mental yang tidak sesuai dengan logika atau pengalaman
7. Berpikir autistik
Preokupasi dengan dunia dalam dan pribadi
8. Berpikir magis
Suatu bentuk pikiran dereistik; berpikir adalah serupa dengan fase praopersional
pada masa anak-anak (Jean Piaget), dimana pikiran, kata-kata, atau tindakan
mempunyai kekuatan
9. Proses berpikir primer
Istilah umu untuk berpikir yang dereistik, tidak logis, magis. Normalnya
ditemukan dalam mimpi, abnormal pada psikosis
B. Gangguan spesifik pada bentuk pikiran
1. Neologisme
Kata baru yang diciptakan oleh pasien dengan mengkombinasikan suku kata dari
kata-kata lain, untuk alas an keanehan psikologis
2. World salad (gado-gado kata)
Campuran kata dan frasa yang membingungkan
8
3. Sirkumstansialitas
Bicara yang tidak langsung yang lambat dalam mencapai tujuan tetapi akhirnya
dari titik awal mencapai tujuan yang diharapkan; ditandai dengan pemasukan
perincian-perincian dan tanda-tanda kutip yang berlebihan
4. Tangensialitas
Ketidakmampuan untuk mempunyai asosiasi pikiran yang diarahkan oleh tujuan;
pasien tidak pernah berangkat dari titik awal menuju tujuan yang diinginkan
5. Inkoherensi (pembicaraan yang tidak logis)
Pikiran yang biasanya, tidak dapat dimengerti; berjalan bersama pikiran atau kata-
kata dengan hubungan yang tidak logis atau tanpa tata bahasa, yamg
menyebabkan disorganisasi
6. Perseverasi
Respon terhadap stimulus baru diberikan, sering disertai dengan gagguan kognitif
7. Verbigerasi
Pengulangan kata-kata atua frasa spesifik yang tidak mempunyai arti
8. Ekolalia
Pengulangan kata-kata atau frasa-frasa seseorang oleh seseorang lain secara
psikopatologis, cendrung berulang dan menetap, dapat diucapkan dengan
mengejek atau intonasi terputus-putus
9. Kondensasi
Penggabungan berbagai konsep menjadi satu konsep
10. Jawaban yang tidak relevan
Jawaban yang tidak harmonis dengan pertanyaan uang dipertanyakan (pasien
tampaknya mengabaikan atua tidak memperhatikan pertanyaan)
11. Pengenduran asosiasi
Aliran pikiran dimana gagasan-gagasan bergeser dari satu subjek ke subjek lain
dalam cara yang sama sekali tidak berhubungan; jika berat bicara mumngkin
membingungkan (inkoheheren)
12. Keluar dari jalur (derailment)
9
Penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran tanpa penghambatan
10
c. Waham yang sejalan dengan mood : waham dengan isi yang
sesuai dengan mood
d. Waham yang tidak sejalan dengan mood : waham dengan isi
yang tidak mempunyai hubungan dengan mood atau merupakan mood-netral.
e. Waham nihilistik : perasaan palsu bahwa dirinya, orang lain, dan
dunia adalah ada atau berakhir.
f. Waham kemiskinan : keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan
atau akan terampas semua harta miliknya.
g. Waham somatik : keyakinan yang palsu menyangkut fungsi
tubuh pasien.
h. Waham paranoid : termasuk waham persekutorik dan waham
referensi, kontrol, dan kebesaran (dibedakan dari ide paranoid, dimana
kecurigaan adalah lebih kecil dari bagian waham)
• Waham persekutorik : keyakinan palsu bahwa pasien
sedang diganggu, ditipu, atau disiksa.
• Waham kebesaran : gambaran kepentingan, kekuatan, atau
identitas seseorang yang berlebihan.
• Waham referensi : keyakinan palsu bahwa perilaku orang
lain ditujukan pada dirinya; bahwa peristiwa, benda-benda atau orang lain
mempunyai kepentingan tertentu dan tidak biasanya, umumnya dalam
bentuk negatif; diturunkan dari ide referensi, dimana seseorang secara
salah merasa bahwa ia sedang dibicarakan oleh orang lain.
i. Waham menyalahkan diri sendiri : keyakinan yang palsu tentang
penyesalan yang dalam dan bersalah
j. Waham pengendalian : perasan palsu bahwa kemauan, pikiran,
atau perasaan pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar
• Penarikan pikiran (thought withdrawal) : waham bahwa
pikiran pasien dihilangkan dari ingatannya oleh orang lain atau tenaga
lain.
• Penanaman pikiran (thought insertion) : waham bahwa
pikiran ditanam dalam pikiran pasien oleh orang lain atau tenaga lain.
11
• Siar pikiran (thought broadcasting) : waham bahwa pikiran
pasien dapat didengar oleh lain.
• Pengendalian pikiran (thought control) : waham bahwa
pikiran pasien dikendalikan oleh orang lain atau tenaga lain.
k. Waham ketidaksetiaan (waham cemburu) : keyakinan palsu yang
didapatkan dari kecemburuan patologis bahwa kekasih pasien adalah tidak
jujur
l. Erotomania : kayakinan waham, lebih sering pada wanita
dibandingkan dengan laki-laki, bahwa seseorang sangat mencintai dirinya
(dikenal sebagai kompleks Clerambault- Kandinsky)
m. Pseudologis phantastica : suatu jenis kebohongan, dimana
seseorang tampaknya percaya terhadap kenyataan fantasinya dan bertindak
atas kenyataan
4. Kecenderungan atau preokupasi pikiran
Pemusatan isi pikiran pada ide tertentu, disertai dengan irama afektif yang kuat,
seperti kecenderungan paranoid, atau preokupasi tentang bunuh diri atau
membunuh
5. Egomania
Egomania adalah preokupasi pada diri sendiri yang patologis
6. Monomania
Monomania adalah preokupasi dengan suatu objek tunggal
7. Hipokondria
Keprihatinan yang berlebihan tentang kesehatan pasien yang didasarkan bukan
pada patologi organik yang nyata, tetapi pada interprestasi yang realistik terhadap
tanda atau sensasi fisik yang sebagai abnormal
8. Obsesi
Ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat
ditentang, yang tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika, yang
disertai dengan kecemasan (juga dikenal sebagai renungan)
9. Kompulsi
12
Kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls yang jika ditahan
menyebabkan kecemasan
10. Koprolalia
Pengungkapan secara kompulsif dari kata-kata yang cabul
11. Fobia
Rasa takut patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu terjadi
terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu; menyebabkan keinginan yang
memaksa untuk menghindari stimulus yang ditakuti
• Fobia sederhana : rasa takut yang jelas terhadap objek atau
situasi yang jelas (contohnya, takut terhadap laba-laba atau ular)
• Fobia sosial : rasa takut akan keramaian masyarakat, seperti
takut berbicara dengan masyarakat, bekerja, atau makan dalam masyarakat
• Akrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tinggi
• Agrofobia : rasa takut terhadap tempat yang luas
• Algofobia : rasa takut terhadap rasa nyeri
• Ailurofobia : rasa takut terhadap kucing
• Eritrofobia : rasa takut terhadap warna merah
• Panfobia : rasa takut terhadap segala sesuatu
• Klaustrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tertutup
• Xenofobia : rasa takut terhadap orang asing
• Zoofobia : rasa takut terhadap binatang
12. Noesis
Suatu wahyu dimana terjadi pencerahan yang besar sekali disertai dengan
perasaan bahwa pasien telah dipilih untuk memimpin dan memerintah
13. Unio mystica
Suatu perasaan yang meluap, pasien secara mistik bersatu dengan kekuatan yang
tidak terbatas
13
5. Bicara
Gagasan, pikiran, perasaan yang diekspresikan melalui bahasa; komunikasi
melalui penggunaan kata-kata dan bahasa.
A. Gangguan Bicara
1. Tekanan bicara : bicara cepat yaitu peningkatan jumlah dan kesulitan
untuk memutus pembicaraan
2. Kesukaan bicara (logorrhea) : bicara yang banyak sekali, bertalian, dan
logis
3. Kemiskinan bicara (poverty of speech) : pembatasan bicara yang
digunakan; jawaban hanya satu suku kata
4. Bicara yang tidak spontan : respon verbal yang diberikan hanya jika
ditanya atau dibicarakan langsung; tidak ada bicara yang dimulai dari diri sendiri
5. Kemiskinan isi bicara : bicara yang adekuat dalam jumlah tetapi
memberikan sedikit informasi karena ketidakjelasan, kekosongan atau frasa yang
stereotipik
6. Disprosodi : hilangnya irama bicara yang normal
7. Disartria : kesulitan dalam artikulasi, bukan dalam penemuan kata atau
tata bahasa
8. Bicara yang keras atau lemah secara berlebihan
9. Gagap : pengulangan atau perpanjangan suara atua suku kata yang sering,
menyebabkan gangguan kefasihan bicara yang jelas
10. Kekacauan : bicara yang aneh dan disritmik yang cepat dan menyentak
B. Gangguan Afasik : gangguan dalam pengeluaran bahasa
1. Afasia motorik : gangguan bicara yang disebabkan oleh gangguan kognitif
dimana pengertian adalah tetap tetapi kemampuan untuk bicara adalah sangat
terganggu (dikenal sebagai afasia Broca)
2. Afasia sensorik : kehilangan kemampuan organik untuk mengerti arti kata;
bicara lancar dan spontan, tetapi membingungkan dan yang bukan-bukan
3. Afasia nominal : kesulitan untuk menemukan nama yang tepat untuk suatu
benda (juga dikenal sebagai afasia anomia dan amnestik)
14
4. Afasia sintatikal : ketidakmampuan untuk menyusun kata-kata dalam
urutan yang tepat
5. Afasia logat khusus : kata-kata yang dihasilkan seluruhnya neologistik;
kata-kata yang bukan-bukan diulangi dengan berbagai intonasi dan nada suara
6. Afasia global : kombinasi afasia yang sangat tidak fasih dan afasia fasih
yamg berat
6. Persepsi
Persepsi adalah memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi psikologis, proses
mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran
6.1. Gangguan persepsi
Persepsi adalah proses memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi
psikologis; proses mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran.
1. Halusinasi : persepsi sensoris yang palsu yang tidak disertai dengan
stimuli eksternal yang nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi
waham tentang pengalaman halusinasi
a. Halusinasi hipnagogik : persepsi sensoris yang palsu yang terjadi
saat akan tertidur, biasanya dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis.
b. Halusinasi hipnopompik : persepsi palsu yang terjadi saat
terbangun dari tidur, biasanya dianggap tidak patologis.
c. Halusinasi dengar (auditoris) : persepsi bunyi palsu, biasanya
suara tetapi juga berupa bunyi-bunyi lain, seperti musik, dan merupakan
halusinasi yang paling sering pada gangguan psikiatrik.
d. Halusinasi visual : persepsi palsu tentang penglihatan yang
berupa citra yang berbentuk (contoh : orang) dan citra yang tidak berbentuk
(contoh : kilatan cahaya), paling sering pada gangguan organik.
e. Halusinasi cium (olfaktoris) : persepsi membau yang palsu,
paling sering pada gangguan organik.
f. Halusinasi kecap (gustatoris) : persepsi tentang rasa kecap yang
palsu, seperti rasa kecap yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh
kejang, paling sering pada ganggaun organik.
15
g. Halusinasi raba (taktil, haptic) : persepsi palsu tentang perabaan
atau sensasi permukaan, seperti dari tungkai yang teramputasi (phantom
limb), sensasi adanya gerakan pada atau di bawah kulit ( kesemutan).
h. Halusinasi somatik (halusinasi kenestetik) : sensasi palsu tentang
sesuatu hal yang terjadi di dalam atau terhadap tubuh, paling sering berasal
dari visceral.
i. Halusinasi liliput (mikropsia) : persepsi yang palsu dimana
benda-benda tampak lebih kecil ukurannya.
j. Halusinasi yang sejalan dengan mood (mood-congruent
hallucination) : halusinasi dimana isi halusinasi adalah konsisten dengan
mood yang tertekan atau manik.
k. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood ( mood-incongruent
hallucination) : halusinasi dimana isinya tidak konsisten dengan mood yang
tertekan atau manik.
l. Halusinosis : halusinasi, paling sering adalah halusinasi dengar,
yang berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronis dan terjadi dalam
sensorium yag jernih.
m. Sinestesia : sensasi atau halusinasi yang disebabkan oleh sensasi
lain.
n. Trailing phenomenon : kelainan persepsi yang berhubungan
dengan obat-obat halusinogen dimana benda yang bergerak dilihat sebagai
sederetan citra yang terpisah dan tidak kontinu.
2. Ilusi : mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang
nyata
6.2. Gangguan yang berhubungan dengan gangguan kognitif
Agnosia yaitu ketidakmampuan untuk mengenaki dan menginterpretasikan
kepentingan kesan sensoris
1. Anosognosia : ketidaktahuan tentang penyakit,
ketidakmampuan untuk mengenali suatu defek neurologist yang terjadi pada
dirinya
16
2. Somatopagnosia : ketidakmampuan untuk mengenali suatu
bagian tubuh sebagai milik dirinya sendiri
3. Agnosia visual : ketidakmampuan untuk mengenali benda-
benda atau orang
4. Astereonosis : ketidakmampuan untuk mengenali benda
melalui sentuhan
5. Prosopagnosia : ketidakmampuan untuk mengenali wajah
6. Apraksia : ketidakmampuan untuk melakukan tugas – tugas
tertentu
7. Simutagnosia : ketidakmampuan untuk mengerti lebih dari satu
elemen pandangan visual pada suatu waktu untuk mengintegrasikanbagian-
bagian menjai keseluruhan
8. Adiasokokinesia : ketidakmampuan untuk melakukan
pergerakan yang berubah dengan cepat
6.3. Gangguan yang berhubungan dengan fenomena konversi dan disosiatif
Yaitu somatisasi material yang direpresi atau perkembangan gejala dan distorsi
fisik yang melibatkan otot volunteer atau organ sensoris bukan di bawah kontrol
volunteer dan bukan disebabkan oleh suatu gangguan fisik
1. Anastesia histerikal : hilangnya modalitas sensoris yang
disebabkan oleh konflik emosional
2. Makropsia : menyatakan benda-benda tampak lebih
besar dari sesungguhnya
3. Mikropsia : menyatakan benda-benda tampak lebih
kecil dari sesungguhnya
4. Depersonalisasi : peranan subjektif bahwa lingkungan
adalah aneh atau tidak nyata, suatu perasaan tentang perubahan realitas
5. Fatigue (fuga) : mengambil identitas baru pada amnesia
identitas yang lama, seringkali termasuk berjalan-jalan atau berkelana ke
lingkungan yang baru
6. Kepribadian ganda : satu orang yang tampak pada
waktu yang berbeda menjadi 2 atau lebih kepribadian
17
7. Derealisasi : perasaan subjektif bahwa lingkungan
adalah aneh atau tidak nyata, suatu perasaan tentang perubahan realitas
7. Daya ingat
Daya ingat adalah fungsi dimana informasi di simpan di otak dan selanjutnya
diingat kembali ke kesadaran.
I. Gangguan daya ingat
1. Amnesia : ketidakmampuan sebagian atau keseluruhan untuk mengingat
pengalaman masa lalu, mungkin berasal dari organik atau emosional.
a. Anterograd : amnesia untuk peristiwa yang terjadi setelah suatu
titik waktu.
b. Retrograd : amnesia sebelum suatu titik waktu.
2. Paramnesia : pemalsuan ingatan oleh distorsi pengingatan
a. Fausse reconnaissance : pengenalan yang palsu.
b. Pemalsuan retrospektif : ingatan secara tidak diharapkan (tidak
disadari) menjadi terdistorsi saat disaring melalui keadaan emosional,
kognitif, dan pengalaman pasien sekarang.
c. Konfabulasi : pengisian kekosongan ingatan secara tidak disadari
oleh pengalaman yang dibayangkan atau tidak nyata yang dipercaya pasien
tetapi tidak mempunyai dasar kenyataan, paling sering berhubungan dengan
patologi organik.
d. Déjà vu : ilusi pengenalan visual dimana situasi yang baru secara
keliru dianggap sebagai pengulangan ingatan sebelumnya.
e. Deja entendu : ilusi pengenalan auditoris
f. Deja pense : ilusi bahwa suatu pikiran baru dikenali sebagai
pikiran yang sebelumnya telah dirasakan atau diekspresikan.
g. Jamais vu : perasaan palsu tentang ketidakkenalan terhadap
situasi nyata yang telah dialami seseorang.
3. Hipermnesia : peningkatan derajat penyimpanan dan pengingatan
4. Eidetic image : ingatan visual tentang kejelasan halusinasi
18
5. Screen memory : ingatan yang dapat ditoleransi secara sadar menutupi
ingatan yang menyakitkan
6. Represi : suatu mekanisme pertahanan yang ditandai oleh pelupaan yang
tidak disadari terhadap gagasan atau impuls yang tidak dapat diterima
7. Letologika : ketidakmampuan sementara untuk mengingat suatu nama atau
suatu kata benda yang tepat
II. Tingkat daya ingat
1. Segara ( immediate) : reproduksi atau pengingatan hal- hal yang dirasakan
dalam beberapa detik sampai menit
2. Baru saja ( recent) : pengingatan peristiwa yang telah lewat beberapa hari
3. Agak lama (recent past) : pengingatan peristiwa yang telah lewat selama
beberapa bulan
4. Jauh (remote) : pengingatan peristiwa yang telah lama terjadi
8. Intelegensia
Intelegensia adalah kemampuan untuk mengerti, mengingat, menggerakkan dan
menyatukan secara konstruktif pelajaran sebelumnya dalam menghadapi situasi yang
baru.
I. Retardasi mental : kurangnya intelegensia sampai derajat
dimana terdapat gangguan pada kinerja sosial dan kejujuran.
II. Demensia : perburukan fungsi intelektual organik dan
global tanpa pengaburan kesadaran.
1. Diskalkulia (akalkulia) : hilngnya kemampuan untuk
melakukan perhitungan yang tidak disebabkan oleh kecemasan atau gangguan
konsentrasi.
2. Disgrafia (agrafia) : hilangnya kemampuan untuk
menulis dalam gaya yang kursif, hilangnya struktur kata.
3. Aleksia : hilangnya kemampuan membaca yang
sebelumnya dimiliki, tidak disebabkan oleh gangguan ketajaman penglihatan.
19
III. Pseudodemensia : gambaran klinis yang menyerupai
demensia yang tidak disebabkan oleh suatu kondisi organik, paling sering
disebabkan oleh depresi ( sindroma demensia dari depresi).
IV. Berpikir konkret : berpikir harafiah, penggunaan kiasan
yang terbatas tanpa pengertian nuansa arti, pikiran satu-dimensional.
V. Berpikir abstrak : kemampuan untuk mengerti nuansa
arti, berpikir multi dimensional dengan kemampuan menggunakan kiasan dan
hipotesis dengan tepat.
Tilikan (Insight)
Tilikan adalah kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti
dari suatu situasi (seperti sekumpulan gejala).
1 Penyangkalan penyakit sama sekali
2 Agak menyadari bahwa mereka adalah sakit dan membutuhkan bantuan tetapi
dalam waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya
3 Sadar bahwa mereka adalah sakit tapi melemparkan kesalahan pada orang lain,
pada faktor eksternal, atau pada faktor organic
4 Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada diri
pasien
5 Tilikan intelektual : mengerti kenyataan objektif tentang suatu keadaan tanpa
kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam cara yang berguna untuk
mengatasi situasi.
6 Tilikan emosional sesungguhnya : mengerti kenyataan objektif tentang suatu
situasi, disertai dengan daya pendorong (impetus) motivasi dan emosional untuk
mengatasi situasi.
Pertimbangan (Judgment)
Pertimbangan adalah kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan untuk
bertindak secara tepat di dalam situasi tersebut.
a. Pertimbangan kritis : kemampuan untuk menilai, melihat dan memilih
berbagai pilihan di dalam suatu situasi
20
b. Pertimbangan otomatis : kinerja refleks di dalam suatu tindakan.
c. Pertimbangan yang terganggu : menghilangnya kemampuan untuk mengerti
suatu situasi dengan benar dan bertindak secara tepat.
21
• Sindrom dengan menifestasi yang jelas dalam bidang: persepsi(halusinasi), isi
pikiran (waham/delusi), suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira dan
cemas)
• Gangguan mental simptomatik
F04 Sindroma amnesia organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik
F06.0 Halusinosis organik
F06.1 Gangguan katatonik organik
F06.2 Gangguan waham organik (lir-skizofrenia)
F06.3 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) organik
F06.4 Gangguan anxietas organik
F06.5 Gangguan disosiatif organik
F06.6 Gangguan astenik organik
F06.7 Gangguan kognitif ringan
22
F06.8 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit
fisik lain YDT
F06.9 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit
fisik YTT
F07 Gangguan kepribadian dan perilaku akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak
F07.0 Gangguan kepribadian organik
F07.1 Sindroma pasca-ensefalitis
F07.2 Sindroma pasca-kontusio
F07.8 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit,
kerusakan dan disfungsi otak lainnya
F07.9 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit,
kerusakan dan disfungsi otak YTT
F20 Skizofrenia
Pedoman diagnosis:
Gejala Mayor: (1 gejala yang jelas, 2 gejala yang kurang jelas)
• Thought echo, though insertio, thought broadcasting
• Waham dikendalikan
• Halusinasi menetap
23
• Waham menetap
Gejala Minor: (paling sedikit 2)
• Halusinasi menetap
• Arus pikir yang terputus atau mengalami sisipan
• Perilaku katatonik
• Gejala negativistik
• Perubahan yang konsisten secara keseluruhan dari perilaku
Kurun waktu 1 bulan atu lebih
24
F30-39 Gangguan suasana perasaan (Mood [afektif])
Pedoman diagnosis:
• Perubahan suasana mood/ afek ( kearah depresi maupun elasi)
• Pada semua umut
• Perubahan semua tingkatan aktivitas (umumnya)
• Dapat disertai gejala psikotik maupun non psikotik
25
F34.0 Siklotimia
F34.1 Distimia
F34.8 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) menetap lainnya
F34.9 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) menetap YTT
26
• F43.9 Reaksi terhadap stress berat YTT
27
• F50.4 Makan berlebih yang berhubungan dengan gangguan psikologis
lainnya
• F50.5 Muntah yang berhubungan dengan gangguan psikologis lainnya
• F50.8 Gangguan makan lainnya
• F50.9 Gangguan makan YTT
F52 Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik
• F52.0 Kurang atau hilangnya nafsu seksual
• F52.1 Tidak menyukai dan tidak menikmati seks
• F52.2 Kegagalan dari respon genital
• F52.3 Disfungsi orgasme
• F52.4 Eyakulasi dini
• F52.5 Vaginismus nonorganik
• F52.6 Dispareunia nonorganik
• F52.7 Dorongan seksual berlebihan
• F52.8 Disfungsi seksual lainnya, bukan disebabkan olh gangguan atau
penyakit organik
• F52.9 Disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan oleh gangguan atau
penyakit organik
F53 Gangguan jiwa dan perilaku yang berhunungan dengan masa nifas YTK
• F53.0 Gangguan jiwa dan perilaku ringan yang berhubungan dengan masa
nifas YTK
• F53.1 Gangguan jiwa dan perilaku berat yang berhubungan dengan masa
nifas YTK
• F53.8 Gangguan jiwa dan perilaku lainnya yang berhubungan dengan masa
nifas YTK
• F53.9 Gangguan masa nifas YTT
F54 Faktor psikologi dan perilaku yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit YDK
28
F55 Penyalahgunaan zat yang tidak menyebabkan ketergantungan
• F55.0 Antidepresiva
• F55.1 Pencahar
• F55.2 Analgetika
• F55.3 Antasida
• F55.4 Vitamin
• F55.5 Stereoida atau hormon
• F55.6 Jamu atau obat tradisional
• F55.8 Zat lainnya yang tidak menyebabkan ketergantungan
• F55.9 YTT
F59 Sindroma perilaku YTT yang bverhubungan dengan gangguan fisiologi dan
faktor fisik
F62 Perilaku kepribadian yang berlangsung lama yang tidak diakibatkan okeh
kerusakan atau penyakit otak.
• F62.0 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami
katastrofa
• F62.1 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama akibat penyakit
psikiatri
29
• F62.8 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama lainnya
• F62.9 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama YTT
30
F70-79 Retardasi Mental
Gejala khas:
• Gejala perkembangan IQ
• Non organik
31
• F84.5 Sindroma Asperger
• F84.8 Gangguan perkembangan pervasif lainnya
• F84.9 Gangguan perkembangan pervasif YTT
F90-99 Gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada kanak
dan remaja
Gejala khas:
• Gejala prilaku/emosional
• Onset masa kanak
F94 Gangguan fungsi sosialo dengan onset khas pada masa kanak-kanak dan
remaja
32
• F94.0 Mutisme elektif
• F94.1 Gangguan kelekatan reaktif masa kanak
• F94.2 Gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak lainnya
• F94.8 Gangguan fungsi sosial masa kanak lainnya
• F94.9 Gangguan fungsi sosial masa kanak YTT
F98 Gangguan perilaku dan emosional lainnya dengan onset. Biasanya terjadi
setelah meninggal
• F98.0 Enuresis nonorganik
• F98.1 Enkoporesis nonorganik
• F98.2 Gangguan makan masa bayi dan kanak
• F98.3 Pika masa bayi dan kanak
• F98.4 Gangguan gerakan stereotipik
• F98.5 Gagap
• F98.6 ’Cluttering’
• F98.8 Gangguan perilaku dan emosional lainnya YDT dengan onset
biasanya pada masa kanak dan remaja
• F98.9 Gangguan perilaku dan emosional lainnya YTT dengan onset
biasanya pada masa kanak dan remaja
DAFTAR PUSTAKA
33
1. Sadock BJ, Sadock VA. Pocket Handbook of Clinical Psichiatry. 4th Edition.
USA: Lippincott Williams & Wilkins, 2005. 21-34.
2. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press, 2005. 91-4.
3. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI , 1993. 25-46.
34