You are on page 1of 62

1

BAB I
PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM

1.1 MIKROSKOP
Kata mikroskop berasal dari bahasa Yunani, yaitu: micros yang berarti kecil dan
scopein yang berarti melihat. Mikroskup adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu
kecil untuk dilihat dengan mata kasar. Sementara ilmu yang mempelajari benda kecil dengan
menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak
mudah terlihat oleh mata.

1.1 Susunan mikroskup

Mikroskop adalah alat optik untuk mengamati benda- benda yang sangat kecil,
misalnya rambut, bakteri, dan sel sehingga tampak jelas. Adaa dua bagian utama yang
menusun mikroskop, yaitu:
a. Bagian optik, yang terdiri dari kondensor, lensa objektif, dan lensa okuler.
Lensa positif yang berdekatan dengan mata disebut lensa okuler. Lensa ini berfungsi
sebagai lup. Lensa positif yang berdekatan dengan benda disebut lensa objektif. Jarak titik
api lensa objektif lebih kecil dari pada arak titik api lensa okuler.
b. Bagian non-optik, yang terdiri dari kaki dan lengan mikroskop, diafragma, meja objek,
pemutar halus dan kasar, penjepit kaca objek, dan sumber cahaya.

1.1.2 Pembagian Mikroskop

1. Berdasarkan kerumitan kegiatan pengamatan


a. Mikroskop sederhana yang umumnya digunakan pelajar.
b. Mikroskop riset mikroskop dark-field, fluoresens, fase kontras, Nomarski DIC,
dan konfokal.

2. Berdasarkan sumber cahaya


a. Mikroskop cahaya
Mikroskop cahaya sendiri dibagi lagi menjadi dua kelompok besar, yaitu berdasarkan
kegiatan pengamatan dan kerumitan kegiatan pengamatan yang dilakukan. Berdasarkan
kegiatan pengamatannya, mikroskop cahaya dibedakan menjadi mikroskop diseksi untuk
2
mengamati bagian permukaan dan mikroskop monokuler dan binokuler untuk mengamati
bagian dalam sel. Mikroskop monokuler merupakan mikroskop yang hanya memiliki 1
lensa okuler dan binokuler memiliki 2 lensa okuler.
b. Mikroskop elektron
Biaasanya mikroskop majemuk yang mempunyai dua lensa okuler dilengkapi
dengan bagian lensa untuk kamera. Teknologi hasil karya manusia setiap waktu selalu
mengalami perkembangan. Mikroskop sederhana dan beberapa mikroskop optik lainnya
hanya mampu memperbesar benda dari sekitar 100-1000 kali, sedangkan teknologi mikroskop
elektron dapat menghasilakn perbesaran hingga 1.000.000 kali.

Gambar 1.1 Mikroskop cahaya Gambar 1.2 Mikroskop Compound dibuat oleh
John Cuff pada 1750

Gambar 1.3 Mikroskop digital yang bisa dengan komputer


3
Tabel 1.1 Bagian-bagian mikroskop sederhana dan fungsinya
Bagian-bagian Fungsi
1. Ey Untuk memperbesar bayangan yang dibentuk lensa
epiece / oculars objektif

Untuk memutar objektif sehingga mengubah


2. Re perbesaran
volving nosepiece
Sebagai tabung pengamatan / tabung okuler

3. Ob Tempat untuk meletakkan spesimen


servation tube
Untuk mengumpulkan cahaya supaya tertuju ke lensa
4. Sta objektif
ge
Untuk memperbesar spesimen
5. Co
ndenser Untuk pengatur kekuatan lampu atau untuk
memperbesar dan memperkecil cahaya lampu

6. Ob
jective lense Tombol on-off

7. Bri Untuk menyamakan focus antara mata kanan dan kiri


ghtness adjustment knob

Untuk pengatur jarak interpupillar


8. Ma
in switch
Untuk penjepit spesimen
9. Di
opter adjustmet ring Sebagai sumber cahaya

Sekrup untuk pengatur vertikal


10. Int Untuk menaikkan atau menurunkan object glass
erpupillar distance
adjustment knob Sekrup untk pengatur horizontal
Untuk menggeser ke kanan / kiri objek glas
11. Sp
ecimen holder Sekrup untuk fokus kasar
Menaik turunkan meja benda (untuk mencari
12. Ill fokus) secara kasar dan cepat
uminator
Sekrup untuk fokus halus
13. Ve Menaik turunkan meja benda secara halus dan lambat
rtical feed knob
Sekrup untuk pengencang tabung okuler

14. Ho
Sekrup untuk pengatur kondenser
rizontal feed knob
Untuk menaik-turunkan kondenser

15. Co
4
arse focus knob

16. Fi
ne focus knob

17. Ob
servation tube securing
knob

18. Co
ndenser adjustment knob

Prosedur Operasi
1. Menyalakan lampu
a. tekan tombol on (8)
b. atur kekuatan lampu dengan memutar bagian (7)
2. Menempatkan spesimen pada meja benda
a. Letakan objek glas diatas meja benda (4) kemudian jepit dengan (11). Jika meja benda
belum turun, diturunkan dengan sekrup kasar (15)
b. Cari bagian dari objek glas yang terdapat preparat ulas (dicari dan diperkirakan
memiliki gambar yang jelas) dengan memutar sekrup vertikal dan horizontal (13) dan
(14)
3. Memfokuskan
a. Putar Revolving nosepiece (2) pada perbesaran objektif 4x lalu putar sekrup
kasar (15) sehingga meja benda bergerak ke atas untuk mencari fokus
b. Setelah fokus perbesaran 4 x 10 didapatkan, maka putar (2) pada perbesaran
selanjutnya yaitu perbesaran objektif 10x. kemudian putar sekrup halus (16) untuk
mendapatkan fokusnya
c. Lakukan hal yang sama jika menggunakan perbesaran yang lebih tinggi

Berikut adalah tabel yang menunjukan jarak antara spesimen dengan lensa objektif
jika fokus telah didapatkan
5
Tabel 1.2 Jarak antara spesimen dengan lensa objektif dengan fokus yang ditetapkan
Perbesaran obyektif 4x 10x 40x 60x
Jarak spesimen A (mm) 29 6,3 0,53 0,29

Setelah mendapatkkan fokus pada perbesaran tetentu, misal 40x, dan ingin memutar
objektif ke perbesaran 100x, maka meja benda tidak perlu diturunkan dan tidak perlu khawatir
bahwa lensa objektif akan menggesek cover glass karena terdapat sisa jarak A yang lebih
kecil antara cover glass dengan lensa objektif (lihat tabel 1.2 diatas).

Jika perlu interpupillar distance adjustment knob (10) dapat digeser, hal ini akan mengubah
dua bayangan yang akan diterima oleh 2 mata menjadi gambar yang tunggal sehingga sangat
membantu dalam mengatasi kelelahan mata. Jika perlu diopter adjustment knob (9) dapat
diatur untuk memperoleh bayangan focus yang seimbang antara mata kanan dan kiri.
Pengaturan condenser (5) akan memperjelas bayangan yang tampak dengan mensetting pada
posisi tertinggi (cahaya penuh). Ukuran specimen yang diamati dapat diperoleh dengan
mengalikan perbesaran lensa okuler dengan lensa objektif. Misal = Okuler (10x) x Objektif
(40x) = 400x

3. Berdasarkan sistem pencahayaannya


Berdasarkan sistem pencahayaannya mikroskop dibagi menjadi dua yaitu mikroskop
optic dan mikroskop bukan optik.
a. Mikroskop optik, yaitu mikroskop yang proses perbesaran benda
menggunakan cahaya biasa (cahaya tampak). Jenis-jenis mikroskop optik antara lain
mikroskop majemuk, mikroskop binokuler (dua lensa okuler), mikroskop binokuler
stereoskopi yang menghasilkan gambar 3 dimensi, dan mikroskop ultraviolet.
b. Mikroskop bukan optik, yaitu mikroskop yang memperbesar benda dengan
bantuan radiasi panjang gelombang sinar pendek. Contohnya mikroskop sinar- X,
mikroskop ion, dan mikroskop elektron.
Dari ketiga jenis mikroskop bukan optik, mikroskop elektron paling banyak digunakan.
Melalui mikroskop electron dapat dipelajari pola- pola sel hewan, tumbuhan, dan bakteri.
Mikroskop elektron juga digunakan dalam menganalisis hasil industri dan pengontrol
hasil produksi.

1.1.3 Cara Menggunakan Mikroskop


Benda yang akan diamati diletakkan di antara F dan 2F dari lensa objektif.
Bayangan yang dihasilkan bersifat nyata, diperbesar, dan terbalik. Bayangan ini akan menjadi
6
benda bagi lensa okuler. Sifat bayangan yang yang dihasilkan lensa okuler ini adalah maya,
diperbesar, dan terbalik dari pertama. Bayangan ini merupakan bayangan akhir dari
mikroskop yang kita lihat. Perkembangan Mikroskop suatu objek yang diamati di bawah
mikroskop dapat diabadikan dengan kamera.

Tujuan mikroskop cahaya dan elektron adalah menghasilkan bayangan dari benda
yang dimikroskop lebih besar. Pembesaran ini tergantung pada berbgai faktor, diantaranya
titik fokus kedua lensa( objektif f1 dan okuler f2, panjang tubulus atau jarak(t) lensa objektif
terhadap lensa okuler dan yang ketiga adalah jarak pandang mata

normal(sn). Rumus:

Baik lensa objektif maupun lensa okuler keduanya merupakan lensa cembung.
Secara garis besar lensa objektif menghasilkan suatu bayangan sementara yang mempunyai
sifat semu, terbalik, dan diperbesar terhadap posisi benda mula-mula, lalu yang menentukan
sifat bayangan akhir selanjutnya adalah lensa okuler. Pada mikroskop cahaya, bayangan akhir
mempunyai sifat yang sama seperti bayangan sementara, semu, terbalik, dan lebih lagi
diperbesar. Pada mikroskop elektron bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti
gambar benda nyata, sejajar, dan diperbesar. Jika seseorang yang menggunakan mikroskop
cahaya meletakkan huruf A di bawah mikroskop, maka yang ia lihat adalah huruf A yang
terbalik dan diperbesar.

1.2. KLASIFIKASI ALAT-ALAT LABORATORIUM

Penataan dan penyimpanan alat-alat laboratorium sangat perlu memperhatikan


karakteristik dan spesifikasinya, baik untuk alasan keamanan alat, kemudahan pencarian
dan pemeriksaan, perawatan dan pemeliharaan, ataupun sekedar kerapihan
penyimpanan. Oleh karena itu alat-alat laboratorium perlu dikelompokkan atau
diklasifikasikan berdasarkan kritria yang sesuai dengan tujuan pengelompokkannya.
Kriteria klasifikasi alat-alat laboratrorium antara lain adalah bahan utama pembuatan,
massa, bentuk dan volume, pabrik pembuat, usia pakai, konserp fisika, fungsi atau
kegunaan.
Bahan pembuatan
Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan bahan
utama pembuatannya, misalnya kayu, plastik, kaca, logam, dan sebagainya. Massa
Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan bobot
7
dan massanya apakah alat-alat itu ringan atau berat. Bentuk dan volume
Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan bentuk
dan ukuran volumenya, misalnya besar, kecil, bola, kubus, balok, silinder dan
sebagainya.
Pabrik pembuat
Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan produser
atau pabrik yeng membuatnya. Pengelompokkan ini tentu dengan menyebutkan
nama PT pabrik pembuat dan negaranya.
Letak dan cara penyimpanannya
Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan Letak
dan cara penyimpanan atau cara pemasangannya. Berdasarkan kriteria ini alat
dikelompokkan atas alat-alat permanen dan alat-alat tidak permanen. Alat-alat
permanen adalah alat-alat yang terpasang tetap di bagian tertentu dalam
laboratorium, dan alat-alat tidak permanen adalah alat-alat yang dapat disimpan atau
dipindahkan sesuai dengan kebutuhan penggunaannya.
Usia pakai
Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan usia
pakainya. Usia pakai adalah waktu yang menyatakan berapa lama atau berapa kali
alat itu dapat digunakan dan berfungsi dengan baik dan benar sesuai dengan
spesifikasinya pembuatannya.
Konsep/materi yang akan dipelajari
Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan konsep
atau materi yang berkaitan dengannya, misalnya alat-alat optik, alat pemisahan kimia, alat
analisis kimia, alat peraga kerangka tubuh manusia, dan sebagainya.
Fungsi/kegunaan
Berdasarkan kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan
fungsinya ketika digunakan apakah sebagai alat ukur yang dapat digunakan pada
lebih dari satu percobaan, sebagai satu set percobaan, sebagai alat peraga, sebagai
alat perbaikan, atau yang lainnya.

1.3. ALAT GELAS, PORSELEN, PLASTIK, DAN KARET

Sebelum mulai melakukan praktikum di laboratorium, praktikan harus mengenal


dan memahami cara penggunaan semua peralatan dasar yang biasa digunakan dalam
laboratorium kimia serta menerapkan K3 di laboratorium. Berikut ini diuraikan beberapa
8
peralatan yang akan digunakan pada Praktikum Kimia Dasar. Gambar 1.1 menunjukkan
contoh peralatan gelas laboratorium.

Gambar 1.3. Peralatan sederhana untuk praktikum biologi da kimia


9

Tabel 1.1 Macam-macam alat laboratorium yang terbuat dari bahan gelas, porselen,
plastik, dan karet

Nama alat Keterangan Gambar

Labu Takar Digunakan untuk menakar volume zat kimia


dalam bentuk cair pada proses preparasi
larutan. Alat ini tersedia berbagai macam
ukuran.

Gelas ukur Terbuat dari gelas atau plastik.


Digunakan untuk mengukur volume zat kimia
dalam bentuk cair. Alat ini mempunyai skala,
tersedia bermacam-macam ukuran. Tidak boleh
digunakan untuk mengukur larutan/pelarut
dalam kondisi panas. Perhatikan meniscus pada
saat pembacaan skala

Gelas beker Terbuat dari bahan gelas atau plastik.


Alat ini bukan alat pengukur (walaupun
terdapat skala, namun ralatnya cukup besar).
Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga
untuk memanaskan larutan kimia. Untuk
menguapkan solven/pelarut atau untuk
memekatkan.

Pengaduk Terbuat dari bahan gelas.


gelas Digunakan untuk mengaduk suatu campuran
atau larutan kimia pada waktu melakukan
reaksi kimia. Digunakan juga untuk menolong
pada waktu menuangkan/mendekantir cairan
dalam proses penyaringan.

Corong Terbuat dari bahan gelas atau plastik.


Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga
yang terbuat dari plastik. Digunakan untuk
menolong pada saat memasukkan cairan ke
dalam suatu wadah dengan mulut sempit,
seperti : botol, labu ukur, buret dan sebagainya.

Erlenmeyer Terbuat dari bahan gelas atau plastik.


Alat ini bukan alat pengukur, walaupun
terdapat skala pada alat gelas tersebut (ralat
cukup besar). Digunakan untuk tempat zat yang
akan dititrasi. Kadang-kadang boleh juga
10
digunakan untuk memanaskan larutan.

Tabung reaksi Terbuat dari bahan gelas.


Terbuat dari gelas. Dapat dipanaskan.
Digunakan untuk mereaksikan zat zat kimia
dalam jumlah sedikit.

Kuvet Terbuat dari bahan gelas atau plastik.


Bentuk serupa dengan tabung reaksi, namun
ukurannya lebih kecil. Digunakan sebagai
tempat sample untuk analisis dengan
spektrofotometer. Kuvet tidak boleh
dipanaskan. Bahan dapat dari silika (quartz),
polistirena atau polimetakrilat.

Gelas Arloji Terbuat dari bahan gelas.


Terbuat dari gelas. Digunakan untuk tempat zat
yang akan ditimbang.

Terbuat dari bahan gelas


Cawan petri Digunakan sebagai wadah untuk penyelidikan
tropi dan juga untuk mengkultur bakteri,
khamir, spora, atau biji-bijian.

Terbuat dari bahan gelas dan karet


Pipet Pasteur Digunakan untuk mengambil bahan berbentuk
(Pipet Tetes) larutan dalam jumlah yang kecil.

Terbuat dari bahan gelas


Pipet Ukur Adalah alat yang terbuat dari gelas, berbentuk
seperti gambar di bawah ini. Pipet ini memiliki
skala. Digunakan untuk mengambil larutan
dengan volume tertentu. Gunakan propipet atau
pipet pump untuk menyedot larutan, jangan
dihisap dengan mulut.

Terbuat dari bahan gelas


Pipet ini berbentuk seperti dibawah ini.
Pipet Gondok Digunkan untuk mengambil larutan dengan
volume tepat sesuai dengan label yang tertera
pada bagian yang menggelembung (gondok)
pada bagian tengah pipet. Gunakan propipet
atau pipet pump untuk menyedot larutan.

Terbuat dari bahan gelas .


Untuk memisahkan dua senyawa dengan massa
Corong pisah jenis yang berbeda.
11

Terbuat dari bahan gelas atau plastik


Terbuat dari gelas. Mempunyai skala dan kran.
Buret Digunakan untuk melakukan titrasi. Zat yang
digunakan untuk menitrasi (titran) ditempatkan
dalam buret, dan dikeluarkan sedikit demi
sedikit melalui kran. Volume dari zat yang
dipakai dapat dilihat pada skala.

Terbuat dari bahan gelas .


Salah satu alat yang berfungsi untuk
Bunsen
menciptakan kondisi yang steril adalah
pembakar bunsen. Untuk sterilisasi jarum
ose atau yang lain, bagian api yang paling
cocok untuk memijarkannya adalah bagian
api yang berwarna biru (paling panas).
Perubahan bunsen dapat menggunakan
bahan bakar gas atau metanol.

Terbuat dari bahan gelas atau plastik


Digunakan untuk mengukur temperatur atau
perubahan temperatur, terdapat berbagai jenis
termometer berdasarkan cara kerjanya
Termometer

Terbuat dari bahan gelas.


Digunakan untuk menempatkan bahan yang
akan didestilasi.

Labu destilasi

Terbuat dari bahan porselen


Digunakan untuk menghaluskan bahan yang
kasar atu membuat serbuk halus dari bahan
padatan.

Lumpang dan
mortir

Terbuat dari bahan poselen


Bias juga digunakan untuk tempat sample yang
akan diuapkan dengan cara pemanasan.
12
Cawan Gunakan karet penghisap untuk mengambil
porselen analit pada waktu Anda menggunakan pipet
ukur. Jika analitnya tergolong zat yang tak
berbahaya Anda bisa menghisapnya dengan
mulut.

Karet
penghisap Terbuat dari bahan gelas, bening.
Digunakan untuk menyimpan
larutan/reagen kimia yang tidak mudah
teroksidasi oleh cahaay matahari

Terbuat dari bahan plastic


Botol kaca Digunakan untuk menyimpan bahan-bahan
kimia yang tidak berbahaya sampai yang
higroskopis.

Botol plastik
Terbuat dari bahan gelas, gelap.
Digunakan untuk menyimpan
larutan/reagen kimia yang mudah
teroksidasi oleh cahaya matahari

Botol winkler
Terbuat dari bahan plastik
Pada umumnya berisi air (akuades)
Digunakan untuk
membersihkan/menyemprot peralatan yang
digunakan untuk praktikum, atau untuk
Botol semprot pengenceran

Terbuat dari bahan porselen


Digunakan untuk identifikasi larutan secara
sederhana

Plat tetes

1.4. ALAT LABORATORIUM DARI BAHAN LOGAM DAN KAYU

Selain peralatan berbahan dasar gelas, plastik, porselen, dan karet seperti yang
telah dijelaskan di atas, peralatan laboratorium yang sering dipergunakan pada percoban
biologi ataupun kimi adalah peralatan laboratorium yang terbuat dari bahan logam ataupun
kayu. Tabel 1.3 menunjukkan beberapapa alat laboratorium dari bahan logam dan kayu serta
kegunaannnya.
13

Tabel 1.3 Alat-alat laboratorium dari bahan logam dan kayu


Nama alat Keterangan Gambar
Kawat Kasa Terbuat dari bahan logam dan digunakan
untuk alas saat memanaskan alat gelas
dengan alat pemanas/kompor listrik.

Penjepit Penjepit logam, digunakan untuk menjepit


tabung reaksi pada saat pemanasan, atau
untuk membantu mengambil kertas saring
atau benda lain pada kondisi panas.

Spatula Terbuat dari bahan logam dan digunakan


untuk alat Bantu mengambil bahan padat
atau kristal.

Penjepit kayu Terbuat dari bahan kayu


Digunakan untuk mengambil/mengangkat
tabung reaksi

Rak tabung reaksi Terbuat dari bahan logam atau kayu


Digunakan untuk menempatkan tabung
reaksi

Kaki tiga Terbuat dari bahan logam


Bersama dengan kawat kasa digunakan
untuk alas pada saat pengeringan bahan
dengan cara pemanasan

Statif Terbuat dari bahan logam


Digunakan utuk meletakkan biuret pada
saat melakukan titrasi

Klem biuret Terbuat dari bahan logam


Digunakan untuk menjepit/meletakkan
biuret pada kaki biuret
14

1.5. PERALATAN DASAR LABORATORIUM


Peralatan dasar laboratorium adalah seperangkat alat yang harus ada dalam
laboratorium untuk kelangsungan pekerjaan dan keselamatan kerja di laboratorium. Peralatan
dasar laboratorium antara lain:

a. Shower
Alat ini digunakan untuk menyemburkan air secara merata ke bagian seluruh tubuh bagi
orang yang bekerja di laboratorium. Digunakan apabila tubuh atau bagian lainnya terkena
bahan-bahan kimia berbahaya (cairan atau uap) yang hampir merata ke seluruh tubuh,
juga dimanfaatkan bila terjadi kebakaran pada tuuh, pakaian dan sebagainya. Pada bagian
tas dihubungkan dengan sumbr air. Apabila inggin menggunakannya dilakukan dengan
menarik secara kuat tali yang dihubungkan dengan gelang, gelang tersebut berfungsi
sebagai pegangan ketika menarik.
b. Kran pencuci
Kran pencuci digunakan untuk membersihkan alat laboratorium sebelum dan sesudah
digunakan. Digunakan pula untuk mencucu tangan setelah melakukan percobaan
(berinteraksi dengan bahan-bahan kimia).
c. Tabung pemadam kebakaran
Berisi gas O2. Yang paling baik alat ini diletakkan dalam kotak dengan bagian depan
kotak terbuat dari kaca yang mudah terlihat dan digantung didinding yang mudah
dijangkau. apabila akan digunakan maka pintu kotak dari kaca tersebut diuka atau dipecah
dalam keadaan terpaksa. Sebaiknnya, alat ini sering diperiksa apakah masih bisa dipakai
ataukah tidak.
d. Almari asam
Alat ini pada bagian dalam dilengkapi dengan kran air, kran gas, lampu penerangan, dan
kipas penghisap uap/gas. Digunakan jika bekerja dengan bahan-bahan kimia yang mudah
menguap, seperti asam-asam pekat, amoniak, cairan-cairan organik, dsb. Pintu terbuat dari
bahan yang transparan (akrilik atau fiber). Alamari asam merupakan alat utama suatu
laboratorium yang dalam pekerjannya sering menggunakan bahan-bahan kimia yang
mudah menguap dan berbahaya. Pada bagian bawah terdapat rak yang dapat digunakan
untuk tempat tabung gas atau untuk menyimpan bahan-bahan kimia.
15

e. Safety goggles
Pada umumnya terbuat dari bahan lnak yang tahan bahan kimia (dari silikon), transparan.
digunakan untuk melindungi mata dari percikan api atau uap bahan kimia berbahaya dan
beracun.
f. A fire blanket
Alat ini terpasang pada suatu tempat yang mudah dilihat dan dijangkau Cara
menggunakan: mengulungkan tubuh ke selimut dengan terlebih tali selimut dikendorkan.
Alat ini digunakan apabila terjadi kecelakaan di laboratorium, misalnya kebakaran.
g. Baju Laboratorium
Digunakan setiap saat ketika bekerja di labratorium untuk melindungi tubuh/pakaian dari
tumpahan bahan-bahan kimia pada saat melakukan pekerjaan di laboratorium. Bentuk
baju terkadang berlengan pendek, namun sebaiknnya berlengan panjang. Pada umumnya
berwarna putih, terbuat dari bahan yang tidak panas (cotton), mudah cara memakai dan
melapasnya, tidak mengganggu pekerjaan di laboratorium.
h. Masker
Digunakan untuk menutupi hidung dan mulut agar tidak terkena oleh bahan-bahan yang
berbau tajam ataupun bahan-bahan yang mudah menguap. Terbuat dari kasa, kain,
ataupun dari bahan semi plastik.

1.6. PERALATAN KHUSUS PADA LABORATORIM BIOLOGI


1. Mikrotom
Mikrotom adalah mesin untuk mengiris spesimen biologi menjadi bagian yang sangat
tipis untuk pemeriksaan mikroskop. Beberapa mikrotom menggunakan pisau baja dan
digunakan untuk mempersiapkan sayatan jaringan hewan atau tumbuhan dalam histologi.
Beberapa penggunaan mikrotom:
1. Untuk mikroskop cahaya, material pertama-tama difiksasi dan dibekukan atau
dibenamkan ke dalam parafin. Bagian-bagian setebal 3 – 20 mm biasanya diiris dengan
pisau baja.
2. Untuk mikroskop elektron, fiksasi diikuti dengan pembenaman dalam resin
seperti Araldine(R), bagian-bagian diiris dengan pisau gelas atau pisau intan ultramikrotom
setebal 2 – 100 nm
16

Gambar 1.4 Mikrotom elektrik dan mikrotom tangan

Mikrotom tangan merupakan mikrotom dengan bentuk paling sederhana. Alat ini
biasa digunakan di laboratorium sekolah untuk membuat sayatan spesimen yang tipis sekali
(kurang lebih 20), supaya dapat dilihat di bawah mikroskop. Misalnya sayatan daun, batang,
akar, dan sebagainya. Alat ini terbuat dari logam berbentuk seperti klos benang yang
berongga di tengah. Di dalam rongga terdapat sebuah ulir yang bagian atasnya rata dan bagian
bawahnya melekat atau bersatu dengan dasar alat itu. Bila dasar alat itu diputar dari kiri atau
ke kanan, maka bidang ulir bagian atas yang rata itu akan bergerak ke atas atau ke bawah
dengan interval 20 tiap putaran. Rongga tersebut adalah tempat untuk meletakkan benda yang
akan disayat tipis, biasanya dibalut lilin atau gabus.

2. Potometer
Potometer adalah alat untuk mengukur kecepatan penguapan air melalui daun secara
kuantitatif. Hasil pengukuran secara teliti dapat dinyatakan dalam ml/cm²/detik, yaitu jumlah
penguapan dari tiap permukaan daun luas 1 cm² tiap detik. Dengan alat ini dapat ditanamkan
suatu konsep tentang fungsi hutan yang penuh dengan tanaman yang rimbun dalam
mempengaruhi musim di suatu daerah.
Alat ini terdiri dari dua bagian utama:
a. pipa y yang berfungsi sebagai tempat pesediaan air (yang bertutup karet) dan
tempat tertancapnya ranting tanaman yang diselidiki (yang berujung pipa karet)
b. pipa kapiler yang dikaliberasi, teliti hingga 0,01 ml. Bagian-bagian ini
dihubungkan dengan pipa karet dan seluruh alat terletak dan tertempel pada bantalan dan
penyangga logam atau kayu.
17

Alat ini dapat menunjukkan setiap kedudukan air pada pipa kapiler berskala sebagai
akibat adanya penguapan air dari daun setiap waktu tertentu. Volum air yang menguap dari
daun sama dengan volum ruang pada pipa kapiler yang ditinggalkan air.
Ranting tanaman yang akan digunakan dalam kegiatan ini dicari yang besarnya sesuai dengan
pipa karet pada ujung pipa y yang kecil. Hanya dua atau tiga helai daun saja yang
ditinggalkan untuk penelitian ini. Ujung tangkai dipotong dan bekasnya dioles dengan vaselin
untuk mencegah penguapan. Potometer diisi air melalui ujung pipa y yang besar hingga
penuh, kemudian disumbat dengan sumbat karet.

Gambar 1.5 Percobaan pengukuran kecepatan penguapan air pada daun menggunakan
Potometer.

Ujung y yang berpipa karet dan ujung pipa kapiler tetap terbuka. Ujung ranting
tanaman tersebut di atas dipotong dalam air dan ditancapkan ke dalam pipa y yang berkaret;
hal ini juga dilakukan dalam air untuk mencegah tersumbatnya pembuluh-pembuluh kayu
oleh udara bila dilakukan di luar. Ujung ranting harus tercecah pada air dalam pipa y tersebut,
jadi tidak tersekat oleh gelembung udara. Untuk memulai pengamatan, air pada pipa kapiler
berskala dapat diatur terletak pada ujung pipa dengan cara membuka tutup karet pipa y
persediaan air. Jika semua hal ini sudah selesai, maka alat ini disimpan pada penumpu
bantalannya dan siap untuk pengamatan-pengamatan kecepatan penguapan dalam ml terhadap
waktu penguapan yang dilakukan setiap selang waktu tertentu, misalnya setiap 5 menit.
18
3. Manoreispirometer
Manorespirometer adalah alat untuk mengukur secara kuantitatif perubahan volum
gas yang diakibatkan oleh kegiatan metabolisme mikroorganisme/organisme pada tekanan
sama atau tetap. Pada pernapasan/fermentasi ragi dapat diukur volum gas CO2 yang
dihasilkan sedang pada pernapasan oleh organisme hidup dapat diukur O2 yang dikonsumsi.
Untuk pekerjaan lebih teliti dapat diukur kecepatan metabolisme tiap satuan berat organisme
pada satuan waktu. Faktor suhu juga dapat diatur bila ingin mengetahui hubungannya dengan
kecepatan metabolisme.Manorespirometer merupakan gabungan antara respirometer dengan
manometer, sehingga faktor tekanan udara/gas di dalam respirometer baik oleh perubahan
barometer ataupun suhu sekaligus dapat dipersamakan.

Prinsip kerja
Alat ini bekerja atas dasar prinsip dihasilkannya gas (CO 2) dan digunakannya seluler,
dihasilkan CO2. Gas ini tertampung dalam penyungkup tertutup yang dihubungkan dengan
manometer. Volum gas CO2 yang dihasilkan (CO2) ataupun yang dikonsumsi (O2) dapat
diukur dengan sistem kompensasi yaitu menambahkan atau mengurangi sejumlah gas yang
dihasilkan dalam proses ke dalam manometer menggunakan sepit.

Komponen-komponen fungsional
Komponen-komponennya semua menyatu (built in) dan bekerja dalam satu sistem.
Alat ini terdiri dari dua buah tabung yang sama dengan tabung contoh. Hanya bibir mulutnya
lebar dan rata. Kedua tabung tersebut mempunyai tutup yang bibir mulutnya lebar dan rata
sesuai dengan bibir mulut tabung. Tabung dan mulut ditahan atau diikat oleh 2 buah kawat
pegas sehingga tidak dapat terlepas.Di atas tutup terdapat sebuah pipa kapiler yang
menghubungkan tabung dengan sebuah manometer. Manometer digunakan untuk mengetahui
selisih tekanan gas kedua tabung atau mempersamakan kedudukan keduanya setelah
kompensasi dilakukan. Pada pertemuan pipa kapiler dengan manometer terdapat sebuah
keran. Gunanya keran untuk menghubungkan atau memutuskan hubungan udara dalam
tabung dan manometer dengan udara luar.
Manometer dapat diisi dengan raksa atau cairan lain dengan menggunakan alat
suntikan atau karet penghisap dari pipet. Alat tersebut dipasang pada sebuah standar dari
logam. Kedua tabung terletak pada salah satu permukaan standar dan manometer terletak pada
permukaan yang lain. Pada waktu alat ini digunakan, kedua tabung dimasukkan ke dalam pipa
kimia yang berisi air/penangas air (water bath). Gunanya untuk menjaga suhu dalam kedua
19
tabung itu tetap konstan. Salah satu tabung berisi spesimen yang hendak diselidiki dan tabung
yang lain tetap kosong sebagai tabung kompensasi.

Perlu diperhatikan
 Pada waktu hendak digunakan, alat harus bersih dan kering.
Percobaan dapat gagal bila ada air dalam saluran kapiler. Untuk mengeluarkan air bisa
digunakan pompa sepeda.
 Zat cair pengisi manometer sebaiknya raksa (Hg) sehingga mampu
menahan tekanan gas yang agak tinggi. Jika air biasa yang digunakan, dengan perubahan
tekanan gas sedikit saja air sudah terdesak ke tabung yang lain sehingga menggagalkan
percobaan.
 Jika eksperimen yang dilakukan tentang peragian, ragi harus dibuat
menjadi adonan terlebih dahulu dengan mencampurkan 1 gram ragi dengan cairan
gula(glukosa 5%). Adonan yang digunakan kurang lebih 10 ml.
 Jika eksperimen yang dilakukan tentang pernapasan dengan
menggunakan O2, maka biji kecambah, akar atau mahkota dapat digunakan sebagai
spesimen. Pada tabung eksperimen perlu diletakkan butir-butir KOH atau NaOH sebagai
pengikat CO2. Udara kompensasi justru dimasukkan ke dalam tabung eksperimen untuk
mengganti O2 yang dikonsumsi dalam pernapasan.
 Setelah digunakan, alat harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum
disimpan. Raksa dapat tetap dibiarkan dalam manometer.

4. Respirometer
Respirometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur rata-rata pernapasan
organisme dengan mengukur rata-rata pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Hal ini
memungkinkan penyelidikan bagaimana faktor-faktor seperti umur atau pengaruh cahaya
mempengaruhi rata-rata pernapasan.
Respirometer sederhana adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur
kecepatan pernapasan beberapa macam organisme hidup seperti serangga, bunga, akar,
kecambah yang segar. Jika tidak ada perubahan suhu yang berarti, kecepatan pernapasan
dapat dinyatakan dalam ml/detik/g, yaitu banyaknya oksigen yang digunakan oleh makhluk
percobaan tiap 1 gram berat tiap detik.
20
Komponen
Respirometer ini terdiri atas dua bagian yang dapat dipisahkan, yaitu tabung spesimen
(tempat hewan atau bagian tumbuhan yang diselidiki) dan pipa kapiler berskala yang
dikaliberasikan teliti hingga 0,01 ml. Kedua bagian ini dapat disatukan amat rapat hingga
kedap udara dan didudukkan pada penumpu (landasan) kayu atau logam.

Prinsip kerja
Alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernapasan ada oksigen yang
digunakan oleh organisme dan ada karbon dioksida yang dikeluarkan olehnya. Jika organisme
yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan karbon dioksida yang dikeluarkan oleh
organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan
penyusutan udara dalam ruang itu dapat dicatat (diamati) pada pipa kapiler berskala.

Cara melakukan eksperimen


Spesimen yang akan digunakan dalam penyelidikan ini sebaiknya dipilih yang masih
segar atau lincah. Tabung spesimen dipisahkan dari bagian yang berskala dan kedalamnya
dimasukkan zat pengikat CO2. Biasanya digunakan KOH kristal yang kemudian ditutup
dengan kasa atau kapas agar tidak tercecah oleh spesimen yang diselidiki. Sebagai pengikat
CO2 dapat juga digunakan larutan pekat KOH yang diserapkan pada kertas pengisap. Setelah
itu spesimen dimasukkan ke dalam tabung dan tabung ditutup dengan bagian yang berskala
rapat-rapat. Untuk mengetahui penyusutan udara dalam tabung, pada ujung terbuka pipa
berskala diberi setetes air (lebih baik berwarna misalnya eosin). Tetes air ini akan bergerak ke
arah tabung spesimen karena terjadinya penyusutan volum udara dalam ruang tertutup
(tabung spesimen) sebagai akibat pernapasan, yaitu O2 diserap, CO2 dihembuskan tetapi lalu
diserap oleh KOH. Kecepatan tetes air itu bergerak ke dalam menunjukkan kecepatan
pernapasan organisme yang diselidiki. Perhitungan dilakukan untuk memperoleh angka
kecepatan respirasi hewan/organisme tertentu dalam ml tiap satuan waktu. Data yang diambil
adalah: lama pernapasan (misalnya dapat diambil tiap 5 menit sekali atau 10 menit sekali) dan
jarak yang ditempuh oleh tetes air bergerak. Jika nilai skala pada pipa kapiler tertera 0,1 ---
0,2 dan seterusnya, dan jarak itu dibagi menjadi 5 bagian, maka berarti 1 skala bernilai 0,02
ml.
21
Perlu diperhatikan
 Keberhasilan percobaan/eksperimen ini tergantung tergantung pada bocor tidaknya alat.
Disarankan hubungan antara tabung dan bagian berskala diolesi dengan vaselin lalu
diputar-putar.
 Perubahan suhu udara (bila menjadi panas) menyebabkan titik air yang sudah bergerak ke
arah tabung dapat bergerak kembali ke arah luar. Oleh karena itu sebaiknya percobaan
diadakan dalam waktu perubahan suhu tidak besar. Sebaliknya bila suhu menurun, tetes
air cepat bergerak ke arah tabung spesimen.
 Sebelum disimpan, spesimen hewan dikembalikan ke tempatnya dan KOH yang biasanya
meleleh segera dikeluarkan dan tabung dicuci bersih. Jika kurang bersih dan tabung
tertutup, maka akan terjadi respirometer tak dapat dibuka lagi, karena merekat oleh KOH.

Respirometer ganong

Gambar 1.5 Respirometer ganong.

Respirometer ganong adalah alat yang dapat digunakan untuk menentukan angka
respirasi (RQ = Respiratory Quotient) secara kuantitatif dalam suatu peristiwa pernapasan.
Tergantung pada substrat yang digunakan, harga RQ dapat sama dengan 1, lebih dari 1 atau
kurang dari 1. Harga RQ adalah harga perbandingan CO2 yang dihasilkan dalam penapasan
dengan O2 yang digunakan dalam pernapasan tersebut.
22
Prinsip kerja
 Dalam pernapasan, organisme yang diselidiki menyerap O2 dari udara dan
menghembuskan CO2 ke dalam udara.
 Sejumlah udara tersebut tersimpan dalam penyungkup (ruang) yang kedap udara.
 Dapat diserapnya CO2 oleh KOH.
 Sebagai pembanding perlu digunakan zat cair lain pengisi respirometer yang tidak dapat
mengikat CO2.
 Perlunya koreksi volum dan tekanan udara tersisa terhadap perubahan suhu dan tekanan
pada awal dan akhir pengamatan.

Komponen fungsional
Bagian-bagian alat yang penting ialah: tabung berturup yang volumnya kurang lebih
100 ml, bagian yang menggembung sampai pada lehernya bervolum 75 ml + 2 ml merupakan
lekukan kecil untuk menyimpan spesimen yang diselidiki RQnya, yaitu biji-biji yang
berkecambah. Pada tutup terdapat lubang kecil untuk menghubungkan atau memutuskan
hubungan udara dalam tabung dan udara luar. Pipa bagian bawah berskala mulai dari 75 ml
hingga 100 ml; di bawah skala 100 ml masih tersedia ruang kurang lebih 10 ml, dan
dihubungkan dengan pipa karet dengan pipa kaca yang berujung terbuka. Pipa ini dapat
dinaik-turunkan pada waktu menyamakan permukaan zat cair pada kedua pipa.

Komponen pendukung
Standar dan penjepit respirometer ganong adalah alat untuk menjepit kedua
tabung respirometer ganong sehingga kedua tabung berdiri tegak. Alat ini terdiri dari sebuah
statif dan 3 buah penjepit dari besi. Masing-masing penjepit itu mempunyai 2 alat pemegang.
Pemegang di bagian tengah untuk menjepit statif dan yang dibagian ujungnya untuk menjepit
tabung-tabung respirometer yang dipasang pada standar tersebut.

Cara kerja
Biji-biji yang akan digunakan dalam percobaan atau eksperimen dikecambahkan
dulu. Dalam keadaan terbuka respirometer diisi larutan KOH sampai batas tersisa 100 ml.
Kecambah disimpan pada lekukan 2 ml. Tutup dipasang dengan lubang menghadap keluar.
Permukaan zat cair diatur agar sama tinggi baru kemudian tutup diputar sehingga lubang
terputus hubungannya dengan udara luar. Suhu awal (T1) dan tinggi barometer (P1) dicatat dan
alat disimpan selama 2 x 24 jam (dengan harapan semua O2 sudah digunakan dan semua CO2
sudah diikat KOH). Alat ganong yang sebuah lagi dipersiapkan seperti yang pertama kecuali
23
bahwa zat cair yang diisikan bukan KOH, melainkan zat cair lain yang tidak menyerap CO2
misalnya paraffin cair.

Kecambah yang digunakan


Kecambah yang biasa digunakan untuk berbagai substrat bisanya digunakan:
 substrat lemak: kacang tanah
 substrat protein: kacang hijau, kacang kedelai
 substrat karbohidrat: jagung, padi
Perlu diingat bahwa biji-biji tersebut tidak murni yang mengandung satu macam zat substrat
tetapi umumnya campuran dengan proporsi berbeda-beda.

5. Akuarium
Akuarium adalah sebuah vivarium biasanya ditempatkan di sebuah tempat dengan
sisi yang transparan (dari gelas atau plastik berkekuatan tinggi), di dalamnya satwa dan
tumbuhan air (biasanya ikan, namun dapat juga ditemukan invertebrata, amfibi, mamalia laut
dan reptil) ditampung, dan digunakan untuk display publik.
Akuarium juga dapat merujuk tempat di mana apa yang telah dijelaskan di atas dibangun
(museum ikan)
Memelihara ikan di dalam akuarium adalah hobi yang cukup populer. Akuarium
pertama untuk umum, didirikan di London, Inggris pada tahun 1853. Bersaman dengan
jalannya waktu, teknologi yang digunakan di dalam akuarium makin berkembang, (seperti
sistem penyaringan dan penerangan).

Komponen pendukung
a. Pompa udara untuk akuarium adalah alat untuk memasukkan
udara ke dalam air akuarium melalui difuser, sehingga udara terpecah menjadi
gelembung-gelembung kecil, memperkaya kandungan oksigen air.
b. Alat ini terbuat dari logam. Bentuknya seperti kotak segi empat yang
bagian dasarnya menonjol ke depan. Pada bagian belakangnya terpasang kabel listrik. Bila
alat ini digunakan, kabel listrik itu dihubungkan dengan sumber listrik. Di tengah-tengah
sisi depannya terdapat sebuah roda yang terbuat dari plat logam bundar. Bila dihubungkan
dengan arus listrik, roda akan berputar dan menggerakkan pompa yang terletak
disampingnya. Di depan pompa terdapat dua buah pipa logam. Pipa yang satu gunanya
untuk mengisap udara dan yang lainnya untuk mengeluarkan udara ketika pompa bekerja.
24
c. Filter akuarium juga memeiliki peranan penting untuk menjaga
kesetabilan ekosistem di dalam akuarium. Ada beberapa jenis filter yang sering digunakan
penghobi akuarium. Top filter atau dikenal dengan filter atas dan filter talang, sering
digunakan penghobi akuarium di indonesia karena mudah pemakaian dan perawatan.
Biasanya,filter jenis ini diisi dengan karbon aktif,kapas filter,dan spons untuk menyaring
air akuarium dan dipasang di atas akuarium. Cara kerja filter ini dengan memompa air
akuarium dengan pompa akuarium ke atas akuarium dan dialirkan melewati media filter
agar air senantiasa bersih.
d. Undergravel filter adalah filter yang menggunakan kerikil akuarium
sebagai media penyaringan. filter ini berbentuk plat dengan pipa di salah satu ujungnya
yang dapat dihubungkan dengan pompa akuarium. Filter bekerja dengan menyedot air
akuarium melewati kerikil akuarium dan mengeluarkan melewati pipa di sudut plat. Dan
perlu diingat, bahwa filter ini tidak dapat bekerja bila dasar akuarium menggunakan pasir
atau kerikil yang ukuranya terlalu kecil.
e. External canister filter sering digunakan pada akuarium aquascape
atau akuarium tanaman,karena kapasitas saringnya cukup besar untuk akuarium padat.
Filter ini menggunakan media filter yang sama seperti top filter,hanya saja ditambah
dengan bioball. Filter ini biasa diletakkan pada bagian samping dan bawah akuarium.
f. Internal canister filter hanya cocok untuk akuarium di bawah ukuran
80x40x40cm. Dikarenakan kapasitas saringnya kecil,kalau ingin digunakan pada
akuarium di atas ukuran 80x40x40,disarankan menggunakan dua buah filter dan debit
pompa diperbesar

6. Model Tubuh Manusia


Model bagian tubuh manusia adalah tiruan bagian-bagian tubuh manusia yang
biasanya terbuat dari plastik yang diberi nomor/label disertai keterangan.
Beberapa model yang terdapat dalam laboratorium biologi sekolah adalah:
 Torso manusia adalah model untuk mempelajari morfologi dan anatomi manusia.
Torso ini mempunyai bentuk dan warna alat-alat tubuh yang sesuai dengan yang
sebenarnya dan terpasang tegak di atas sebuah alas dari papan. Setengah belahan tubuhnya
tidak berkulit sehingga kelihatan otot dan pembuluh darah. Bagian depan badannya dapat
dibuka sehingga kelihatan alat-alat tubuh bagian dalam seperti paru-paru, jantung,
lambung, hati, usus, dan ginjal. Bagian-bagian alat dalam tubuh juga dapat dilepaskan
untuk melihat rongga tubuh ke arah punggung (ventral). Torso ini ada dua macam yaitu
torso manusia wanita dan laki-laki.
25
 Model jantung adalah tiruan jantung manusia yang dapat dibuka dan
berukuran lebih besar dari ukuran sebenarnya. Bagian-bagiannya bernomor dan terpasang
pada dudukan. Model ini terbuat dari plastik.
 Model kepala – leher adalah tiruan kepala dan leher berukuran sebenarnya
yang dapat dibuka. Bagian-bagiannya bernomor dan terpasang pada dudukan. Model ini
terbuat dari plastik.
 Model laring adalah tiruan bentuk laring manusia yang terbuat dari plastik dan
terpasang pada dudukan. Pada model ini tampak lidah dan dapat dibuka. Bagian-
bagiannya diberi nomor.
 Model kulit adalah penampang kulit yang menunjukkan folikel rambut dan
kelenjar keringat. Model ini terbuat dari kayu atau plastik dan terpasang pada bantalan.
 Model kerangka adalah tiruan rangka manusia dengan tinggi 1500 mm yang
terpasang pada bantalan. Bahan model ini dari karet atau plastik.

Gambar 1.6 Model tubuh manusia

7. Kuadrat
Kuadrat adalah alat yang digunakan untuk menyelidiki susunan atau kepadatan
populasi dalam suatu komunitas dalam suatu ekosistem tertentu, misalnya di halaman
sekolah, kebun, padang rumput, dan sebagainya. Dapat juga digunakan (dipasang tetap) di
suatu lapangan untuk mengamati suksesi atau perkembangan suatu populasi. Kegunaan
utamanya adalah untuk mengambil cuplikan areal dengan luas tertentu dari suatu ekosistem.

Model kuadrat ada dua macam:


26
 Kuadrat. Alat ini terdiri dari 4 batang logam yang panjangnya 50 cm. Pada empat ujung
batang itu terdapat ulir yang menghubungkan batang yang satu dengan batang yang lain
yang dapat dibongkar pasang. Dengan demikian dapat dibentuk sebuah bujur sangkar
yang luasnya 50 x 50 cm² dan dapat pula dilipat bila disimpan.
 Kuadrat berjala. Alat ini terdiri dari 4 buah keping aluminium yang panjangnya 50 cm.
Ujung-ujungnya dihubungkan dengan sekrup sehingga dapat dilipat menjadi satu berkas.
Bagian tengah keping aluminium itu diberi lubang dengan jarak 10 cm. Melalui lubang-
lubang tersebut dipasang tali yang menghubungkan berturut-turut lubang dari keping yang
satu dengan keping yang didepannya sedemikian sehingga bila dipasangkan akan
merupakan sebuah bujur sangkar yang luasnya (50 x 50) cm² dan tali tersebut akan
membaginya lagi atas 25 buah bujur sangkar kecil yang luasnya masing-masing (10 x 10)
cm². Kelebihan kuadrat berjala adalah dengan adanya bagian-bagian yang luasnya 100
cm², maka penaksiran luas penutupan oleh populasi tanaman akan jauh lebih teliti dan
penaksiran ke dalam % juga menjadi lebih mudah

8. Atmometer
Atmometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan penguapan air
dalam udara pada lingkungan tertentu dan waktu tertentu. Dalam penyelidikan lapangan,
beberapa atmometer dipasang sekaligus. Satuan yang akan diperoleh dinyatakan dalam
ml/cm²/menit atau per jam.
Alat ini terdiri dari sebuah tabung kaca. Dindingnya berskala dengan ketelitian 0,1
ml. Ujung atas tabung kaca tertutup dan mempunyai kaitan untuk menggantungkan alat ini.
Ujung bawahnya terbuka dan kawat penjepit dipakai untuk menjepit kertas pengisap supaya
tetap pada tempatnya. Waktu digunakan, tabung diisi penuh dengan air. Kemudian mulutnya
ditutup dengan gunting kertas penghisap yang luas penampangnya tetap menutup mulut
tabung dan dijepit dengan kawat penjepit. Sesudah itu atmometer digantungkan di tempat
yang akan diselidiki
27

Gambar 1.7 Model Atmometer

9. Kalorimeter
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat
dalam suatu perubahan atau reaksi kimia.

Tipe kalorimeter
a. Kalorimeter bom
Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai
kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa,
bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang
tercelup dalam medium penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api
listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung.
Contoh kalorimeter bom adalah kalorimeter makanan.
28

Gambar 1.8 Kalorimeter makanan.

Kalorimeter makanan adalah alat untuk menentukan nilai kalor zat makanan
karbohidrat, protein, atau lemak. Alat ini terdiri dari sebuah tabung kaca yang tingginya
kurang lebih 19 cm dan garis menengahnya kurang lebih 7,5 cm. Bagian dasarnya
melengkung ke atas membentuk sebuah penyungkup. Penyungkup ini disumbat dengan
sebuah sumbat karet yang yang berlubang di bagian tengah. Bagian atas tabung kaca ini
ditutup dengan lempeng ebonit yang bundar.
Di dalam tabung kaca itu terdapat sebuah pengaduk, yang tangkainya menembus
tutup ebonit, juga terdapat sebuah pipa spiral dari tembaga. Ujung bawah pipa spiral itu
menembus lubang sumbat karet pada penyungkup dan ujung atasnya menembus tutup ebonit
bagian tengah. Pada tutup ebonit itu masih terdapat lagi sebuah lubang, tempat untuk
memasukkan sebuah termometer ke dalam tabung kaca. Tabung kaca itu diletakkan di atas
sebuah keping asbes dan ditahan oleh 3 buah keping. Keping itu berbentuk bujur sangkar
yang sisinya kurang lebih 9,5 cm. Di bawah keping asbes itu terdapat kabel listrik yang akan
dihubungkan dengan sumber listrik bila digunakan. Di atas keping asbes itu terdapat sebuah
cawan aluminium. Di atas cawan itu tergantung sebuah kawat nikelin yang berhubungan
dengan kabel listrik di bawah keping asbes. Kawat nikelin itulah yang akan menyalakan
makanan dalam cawan bila berpijar oleh arus listrik. Dekat cawan terdapat pipa logam untuk
mengalirkan oksigen.

b. Kalorimeter larutan
Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor
yang terlibat pada reaksi kimia dalam sistem larutan. Pada dasarnya, kalor yang
29
dibebaskan/diserap menyebabkan perubahan suhu pada kalorimeter. Berdasarkan perubahan
suhu per kuantitas pereaksi kemudian dihitung kalor reaksi dari reaksi sistem larutan tersebut.
Kini kalorimeter larutan dengan ketelitian cukup tinggi dapat diperoleh dipasaran.

Bentuk calorimeter
 Beker aluminium dan gelas plastik jenis polistirin (busa) dapat digunakan sebagai
kalorimeter sederhana dengan termometer sebagai pengaduk. Keuntungan menggunakan
gelas plastik sebagai kalorimeter adalah murah harganya dan setelah dipakai dapat
dibuang.
 Kalorimeter yang biasa digunakan di laboratorium fisika sekolah berbentuk bejana
biasanya silinder dan terbuat dari logam misalnya tembaga atau aluminium dengan ukuran
75 mm x 50 mm (garis tengah). Bejana ini dilengkapi dengan alat pengaduk dan
diletakkan di dalam bejana yang lebih besar yang disebut mantel/jaket. Mantel/jaket
tersebut berguna untuk mengurangi hilangnya kalor karena konveksi dan konduksi.

10. Terarium
Terarium atau Virarium adalah alat untuk menyelidiki tingkah laku hewan-hewan
yang kecil seperti ular, kadal, katak dan sebagainya. Tingkah laku yang diselidiki antara lain
adalah cara menangkap mangsa, makanan kegemaran, cara bergerak, dan sebagainya.
Alat ini terdiri dari sebuah kotak yang memiliki ukuran panjang, lebar dan tinggi
kurang lebih 40 cm x 30 cm x 25 cm. Dinding belakangnya terbuat dari seng yang berlubang-
lubang. Alas dan tutupnya terbuat dari plastik tembus pandang. Pada alasnya terdapat sebuah
baki plastik. Ada juga model yang tutupnya miring terbuat dari kaca dan dapat dibongkar
pasang.

Gambar 1.9 Model Terarium

11. Termokopel
30
Pada dunia elektronika, termokopel adalah sensor suhu yang banyak digunakan untuk
mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik (voltase).
Termokopel yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis konektor standar yang sama,
serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang cukup besar dengan batas
kesalahan pengukuran kurang dari 1 °C.

Prinsip Operasi
Pada tahun 1821, seorang fisikawan Estonia bernama Thomas Johann Seebeck
menemukan bahwa sebuah konduktor (semacam logam) yang diberi perbedaan panas secara
gradien akan menghasilkan tegangan listrik. Hal ini disebut sebagai efek termoelektrik. Untuk
mengukur perubahan panas ini gabungan dua macam konduktor sekaligus sering dipakai pada
ujung benda panas yang diukur. Konduktor tambahan ini kemudian akan mengalami gradiasi
suhu, dan mengalami perubahan tegangan secara berkebalikan dengan perbedaan temperatur
benda.
Menggunakan logam yang berbeda untuk melengkapi sirkuit akan menghasilkan
tegangan yang berbeda, meninggalkan perbedaan kecil tegangan memungkinkan kita
melakukan pengukuran, yang bertambah sesuai temperatur. Perbedaan ini umumnya berkisar
antara 1 hingga 70 microvolt tiap derajad celcius untuk kisaran yang dihasilkan kombinasi
logam modern. Beberapa kombinasi menjadi populer sebagai standar industri, dilihat dari
biaya, ketersediaanya, kemudahan, titik lebur, kemampuan kimia, stabilitas, dan hasil. Sangat
penting diingat bahwa termokopel mengukur perbedaan temperatur di antara 2 titik, bukan
temperatur absolut.
Pada banyak aplikasi, salah satu sambungan (sambungan yang dingin) dijaga sebagai
temperatur referensi, sedang yang lain dihubungkan pada objek pengukuran. contoh, pada
gambar di atas, hubungan dingin akan ditempatkan pada tembaga pada papan sirkuit. Sensor
suhu yang lain akan mengukur suhu pada titik ini, sehingga suhu pada ujung benda yang
diperiksa dapat dihitung. Termokopel dapat dihubungkan secara seri satu sama lain untuk
membuat termopile, dimana tiap sambungan yang panas diarahkan ke suhu yang lebih tinggi
dan semua sambungan dingin ke suhu yang lebih rendah.
Dengan begitu, tegangan pada setiap termokopel menjadi naik, yang memungkinkan
untuk digunakan pada tegangan yang lebih tinggi. Dengan adanya suhu tetapan pada
sambungan dingin, yang berguna untuk pengukuran di laboratorium, secara sederhana
termokopel tidak mudah dipakai untuk kebanyakan indikasi sambungan lansung dan
instrumen kontrol. Mereka menambahkan sambungan dingin tiruan ke sirkuit mereka yaitu
peralatan lain yang sensitif terhadap suhu (seperti termistor atau dioda) untuk mengukur suhu
31
sambungan input pada peralatan, dengan tujuan khusus untuk mengurangi gradiasi suhu di
antara ujung-ujungnya. Di sini, tegangan yang berasal dari hubungan dingin yang diketahui
dapat disimulasikan, dan koreksi yang baik dapat diaplikasikan. Hal ini dikenal dengan
kompensasi hubungan dingin. Biasanya termokopel dihubungkan dengan alat indikasi oleh
kawat yang disebut kabel ekstensi atau kompensasi. Tujuannya sudah jelas. Kabel ekstensi
menggunakan kawat-kawat dengan jumlah yang sama dengan kondoktur yang dipakai pada
Termokopel itu sendiri. Kabel-kabel ini lebih murah daripada kabel termokopel, walaupun
tidak terlalu murah, dan biasanya diproduksi pada bentuk yang tepat untuk pengangkutan
jarak jauh - umumnya sebagai kawat tertutup fleksibel atau kabel multi inti. Kabel-kabel ini
biasanya memiliki spesifikasi untuk rentang suhu yang lebih besar dari kabel termokopel.
Kabel ini direkomendasikan untuk keakuratan tinggi.
Kabel kompensasi pada sisi lain, kurang presisi, tetapi murah. Mereka memakai
perbedaan kecil, biasanya campuran material konduktor yang murah yang memiliki koefisien
termoelektrik yang sama dengan termokopel (bekerja pada rentang suhu terbatas), dengan
hasil yang tidak seakurat kabel ekstensi. Kombinasi ini menghasilkan output yang mirip
dengan termokopel, tetapi operasi rentang suhu pada kabel kompensasi dibatasi untuk
menjaga agar kesalahan yang diperoleh kecil. Kabel ekstensi atau kompensasi harus dipilih
sesuai kebutuhan termokopel. Pemilihan ini menghasilkan tegangan yang proporsional
terhadap beda suhu antara sambungan panas dan dingin, dan kutub harus dihubungkan dengan
benar sehingga tegangan tambahan ditambahkan pada tegangan termokopel, menggantikan
perbedaan suhu antara sambungan panas dan dingin.

Hubungan Tegangan dan Suhu


Hubungan antara perbedaan suhu dengan tegangan yang dihasilkan termokopel bukan
merupakan fungsi linier melainkan fungsi interpolasi polinomial
Koefisien an memiliki n antara 5 dan 9. Agar diperoleh hasil pengukuran yang akurat,
persamaan biasanya diimplementasikan pada kontroler digital atau disimpan dalam sebuah
tabel pengamatan. Beberapa peralatan yang lebih tua menggunakan filter analog.

Tipe-Tipe Termokopel
Tersedia beberapa jenis termokopel, tergantung aplikasi penggunaannya
a. Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy))
32
Termokopel untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia untuk rentang suhu −200 °C
hingga +1200 °C.
b. Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy))
Tipe E memiliki output yang besar (68 µV/°C) membuatnya cocok digunakan pada
temperatur rendah. Properti lainnya tipe E adalah tipe non magnetik.
c. Tipe J (Iron / Constantan)
Rentangnya terbatas (−40 hingga +750 °C) membuatnya kurang populer dibanding tipe K
d. Tipe J memiliki sensitivitas sekitar ~52 µV/°C
e. Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy))
Stabil dan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok untuk pengukuran
suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu di atas 1200 °C. Sensitifitasnya
sekitar 39 µV/°C pada 900 °C, sedikit di bawah tipe K. Tipe N merupakan perbaikan tipe
K
f. Termokopel tipe B, R, dan S adalah termokopel logam mulia yang memiliki
karakteristik yang hampir sama. Mereka adalah termokopel yang paling stabil, tetapi
karena sensitifitasnya rendah (sekitar 10 µV/°C) mereka biasanya hanya digunakan untuk
mengukur temperatur tinggi (>300 °C).
g. Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)
Cocok mengukur suhu di atas 1800 °C. Tipe B memberi output yang sama pada suhu 0 °C
hingga 42 °C sehingga tidak dapat dipakai di bawah suhu 50 °C.
h. Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan biaya tinggi
membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.
i. Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. Sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan biaya tinggi
membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum. Karena stabilitasnya yang
tinggi Tipe S digunakan untuk standar pengukuran titik leleh emas (1064.43 °C).
j. Type T (Copper / Constantan)
Cocok untuk pengukuran antara −200 to 350 °C. Konduktor positif terbuat dari tembaga,
dan yang negatif terbuat dari constantan. Sering dipakai sebagai alat pengukur alternatif
sejak penelitian kawat tembaga. Type T memiliki sensitifitas ~43 µV/°C

Penggunaan Termokopel
Termokopel paling cocok digunakan untuk mengukur rentangan suhu yang luas,
hingga 1800 K. Sebaliknya, kurang cocok untuk pengukuran dimana perbedaan suhu yang
33
kecil harus diukur dengan akurasi tingkat tinggi, contohnya rentang suhu 0--100 °C dengan
keakuratan 0.1 °C. Untuk aplikasi ini, Termistor dan RTD lebih cocok. Contoh Penggunaan
Termokopel yang umum antara lain :
 Industri besi dan baja
 Pengaman pada alat-alat pemanas
 Untuk termopile sensor radiasi
 Pembangkit listrik tenaga panas radioisotop, salah satu aplikasi termokopel.
34
BAB II
PEMELIHARAAN DAN PENYIMPANAN ALAT LABORATORIUM

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA memerlukan
perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang salah dalam
membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di laboratorium IPA dapat
menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan
penyakit. Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium IPA secara tepat dapat
menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan.

2.1 Perlakuan terhadap alat-alat di laboratorium :


1. Membawa alat sesuai petunjuk penggunaan
2. Menggunakan alat sesuai petunjuk penggunaan.
3. Menjaga kebersihan alat
4. Menyimpan alat

Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan alat dan bahan di laboratorium :

1. Aman
Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat yang mudah
dibawa dan mahal harganya seperti stop watch perlu disimpan pada lemari terkunci. Aman
juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan sehingga fungsinya
berkurang.
2. Mudah dicari
Untuk memudahkan mencari letak masing – masing alat dan bahan, perlu diberi tanda
yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak atau
laci).
35
3. Mudah diambil
Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti lemari, rak
dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.

2.2 Teknik Penyimpanan Alat dan Bahan


Cara penyimpanan alat dan bahan dapat berdasarkan jenis alat, pokok bahasan, golongan
percobaan dan bahan pembuat alat :
1. Pengelompokan alat – alat fisika berdasarkan pokok bahasannya seperti : Gaya dan
Usaha (Mekanika), Panas, Bunyi, Gelombang, Optik, Magnet, Listrik, Ilmu, dan Alat
reparasi.
2. Pengelompokan alat – alat biologi menurut golongan percobaannya, seperti : Anatomi,
Fisiologi, Ekologi dan Morfologi.
3. Pengelompokan alat – alat kimia berdasarkan bahan pembuat alat tersebut seperti :
logam, kaca, porselen, plastik dan karet.
Jika alat laboratorium dibuat dari beberapa bahan, alat itu dimasukkan ke dalam kelompok
bahan yang banyak digunakan.

Penyimpanan alat dan bahan selain berdasar hal – hal di atas, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan yaitu :

1. Mikroskop disimpan dalam lemari terpisah dengan zat higroskopis dan dipasang
lampu yang selalu menyala untuk menjaga agar udara tetap kering dan mencegah
tumbuhnya jamur.
2. Alat berbentuk set, penyimpanannya harus dalam bentuk set yang tidak terpasang.
3. Ada alat yang harus disimpan berdiri, misalnya higrometer, neraca lengan dan beaker
glass.
4. Alat yang memiliki bobot relatif berat, disimpan pada tempat yang tingginya tidak
melebihi tinggi bahu.
5. Penyimpanan zat kimia harus diberi label dengan jelas dan disusun menurut abjad.
6. Zat kimia beracun harus disimpan dalam lemari terpisah dan terkunci, zat kimia yang
mudah menguap harus disimpan di ruangan terpisah dengan ventilasi yang baik.

Penyimpanan alat perlu memperhatikan frekuensi pemakaian alat. Apabila alat itu
sering dipakai maka alat tersebut disimpan pada tempat yang mudah diambil. Alat – alat yang
boleh diambil oleh siswa dengan sepengetahuan guru pembimbing, hendaknya diletakkan
pada meja demonstrasi atau di lemari di bawah meja keramik yang menempel di dinding.
36
Contoh alat yangdapat diletakkan di meja demonstrasi adalah : kaki tiga, asbes dengan kasa
dan tabung reaksi.

Penyimpanan dan pemeliharaan alat / bahan harus memperhitungkan sumber


kerusakan alat dan bahan. Sumber kerusakan alat dan bahan akibat lingkungan meliputi hal –
hal berikut :

1. Udara
Udara mengandung oksigen dan uap air (memilki kelembaban). Kandungan ini
memungkinkan alat dari besi menjadi berkarat dan membuat kusam logam lainnya seperti
tembaga dan kuningan. Usaha untuk menghindarkan barang tersebut terkena udara bebas
seprti dengan cara mengecat, memoles, memvernis serta melapisi dengan khrom atau
nikel. Kontak dengan udara bebas dapat menyebabkan bahan kimia bereaksi. Akibat
reaksi bahan kimia dengan udara bebas seperti timbulnya zat baru, terjadinya endapan, gas
dan panas. Dampaknya bahan kimia tersebut tidak berfungsi lagi serta dapat menimbulkan
kecelakaan dan keracunan.
2. Air dan asam - basa
Alat laboratorium sebaiknya disimpan dalam keadaan kering dan bersih, jauh dari air,
asam dan basa. Senyawa air, asam dan basa dapat
menyebabkan kerusakan alat seperti berkarat, korosif dan berubah fungsinya. Bahan kimia
yang bereaksi dengan zat kimia lainnya menyebabkan bahan tersebut tidak berfungsi lagi
dan menimbulkan zat baru, gas, endapan, panas serta kemungkinan terjadinya ledakan.
3. Suhu
Suhu yang tinggi atau rendah dapat mengakibatkan :alat memuai atau mengkerut, memacu
terjadinya oksidasi, merusak cat serta mengganggu fungsi alat elektronika.
4. Mekanis
Sebaiknya hindarkan alat dan bahan dari benturan, tarikan dan tekanan yang besar.
Gangguan mekanis dapat menyebabkan terjadinya kerusakan alat / bahan.
5. Cahaya
Secara umum alat dan bahan kimia sebaiknya dihindarkan dari sengatan matahari secara
langsung. Penyimpanan bagi alat dan bahan yang dapat rusak jika terkena cahaya matahari
langsung, sebaiknya disimpan dalam lemari tertutup. Bahan kimianya sebaiknya disimpan
dalam botol yang berwarna gelap.
6. Api
Komponen yang menjadi penyebab kebakaran ada tiga, disebut sebagai segitiga api.
Komponen tersebut yaitu adanya bahan bakar, adanya panas yang cukup tinggi, dan
37
adanya oksigen. Oleh karenanya penyimpanan alat dan bahan laboratorium harus
memperhatikan komponen yang dapat menimbulkan kebakaran tersebut.

Cara menyimpan alat laboratorium IPA


Cara menyimpan alat laboratorium IPA dengan memperhatikan bahan pembuat alat
tersebut, bobot alat, keterpakaiannya, serta sesuai pokok bahasannya. Penyimpanan alat
menurut aturan tertentu harus disepakati antara pengelola laboratorium dan diketahui oleh
pengguna /praktikan.
Untuk memudahkan dalam penyimpanan dan pengambilan kembali alat di
laboratorium, maka sebaiknya dibuatkan daftar inventaris alat yang lengkap dengan kode dan
jumlah masing-masing.
Alat yang rusak atau pecah sebaiknya ditempatkan pada tempat tersendiri, dan
dituliskan dalam buku kasus dan buku inventaris laboratorium IPA.

Cara menyimpan bahan laboratorium IPA


Cara menyimpan bahan laboratorium IPA dengan memperhatikan kaidah penyimpanan,
seperti halnya pada penyimpanan alat laboratorium. Sifat masing-masing bahan harus
diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti :
1. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol
plastik.
2. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol
kaca.
3. Bahan yang dapat berubah ketika terkenan matahari langsung, sebaiknya
disimpan dalam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup. Sedangkan bahan yang
tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dalam disimpan dalam botol
berwarna bening.
4. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan
lainnya.
5. Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan
dapat pula menggunakan botol berkran. Pengambilan bahan kimia dari botol sebaiknya
secukupnya saja sesuai kebutuhan praktikum pada saat itu. Sisa bahan praktikum
disimpam dalam botol kecil, jangan dikembalikan pada botol induk. Hal ini untuk
menghindari rusaknya bahan dalam botol induk karena bahan sisa praktikum mungkin
sudah rusak atau tidak murni lagi.
6. Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masing-masing
bahan.
38

BAB III
PENGENALAN DAN PENANGANAN BAHAN KIMIA

3.1. Pengenalan MSDS bahan kimia


Setiap kegiatan kerja selalu diikuti dengan resiko behaya yang dapat berakibat
terjadinya kecelakaaan, walaupun demikia terjadinya kecelakaan searusnya dapat dicegah dan
diminimalisasi karena kecelakaan tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Terjadinya
kecelakaan pada umumnya ditimbulkan oleh beberapa faktor penyebab, oleh kena itu harus
diteliti faktor-faktor penyebabnya denagn tujuan untuk menentukan usaha-usaha pembinaan
dan pengawasan keselamatan yang tepat, efektif, dan efisien sehingga terjadinya kecelakaan
dapat dicegah.
Dalam melaksanakan eksperimen, kontk dengan bahan kimia akan terjadi baik
langsung maupun tidak langsung. Pengetauan sifat dan karakter bahan kimia perlu dimiliki
mengingat bahan kimia memiliki potensi untuk menimbulkan bahaya beik terhadap kesehatan
maupun bahaya kecelakaan kerja. Hal ini dapat dipahami karen bahan kimia dapat memilki
tipe reativitas kimia tertentu dan juga memilki tipe mudah terbakar. Oleh karena itu aktivitas
kerja yang selalu akan memperhatikan aspek kesehatan dan keselanatan kerja.
Untuk dapat menjamin kesehatan dan keselamatan kerja maka para peneliti maupun
laboran yang bekerja di laboratorium harus mengetahui dan memilki pengetahuan serta
keterampilan unuk menangani bahan kimia, khususnya dari segi potensi bahaya yang
mungkin ditimbulkan. Informasi atau pengetahuan yang harus diketahui peleksana di
laboratorium kimia dimuat dalam Material Safety Data Sheet (MSDS).
MSDS merupakan dokumen yang dibuat khusus tentang suatu bahan kimia
mengenai pengetahuan umum, sifat-sifat bahan, cara penanganan, penyimpanan, pemindahan,
dan pengelolaan limbah buangan bahan kimia tersebut. Ketersediaan MSDS di laboratorium
cukup penting dan digunakan juga sebagai salah satu kriteria laboratorium standart. Salah satu
hal yang penting untuk diperhatikan dalam MSDS adalah mengenai simbol tanda bahaya.
Pada MSDS simbol dikelompokkan menjadi 4, yaitu: bahaya dari segi kesehatan, kemudahan
terbakar, reaktivitas bahan dan bahaya khusus dan digunakan simbol belah ketupat yang
terdiri dati empat bagian. Arti simbol tersebut adalah:
Bagian sebelah kiri berwarna biru menunjukkan skala bahaya kesehatan
Bagian sebelah atas berwarna merah menunjukkan skala bahaya kemudahan terbakar
Bagian sebelah kanan berwarna kuning menunjukkan skala bahaya reaktivitas
Bagian sebelah bawah berwarna putih menunjukkan skala bahaya khusus lainnya.
39

Gambar 3.1 Simbol belah ketupat untuk MSDS

Masing-masing bagian akan terisi dengan angka skor tertentu dengan skala 0, 1, 2, 3,
atau 4 tergantung dari tingkat bahaya bahan kimia. Skor 0 mengindikasikan bahan kimia tidak
berbaya, sedangkan skor 1 menunjukkan bahaya pada level rendah, dan skor 4 menunjukkan
bahaya pada level tinggi (sangat berbahaya).

Tabel 3.1 Kategori tanda bahaya pada MSDS


40

3.2. Bahan kimia , Tindakan Pencegahan, dan Cara mengatasi Bila Terjadi

Kecelakaan Kerja di Laboratorium

Bahan Kimia
Berbagai kemungkinan bisa terjadi bila bekerja di laboratorium. Oleh karena itu perlu
diketahui bahaya yang mungkon terjadi, bagaimana mencegahnya, dan bila terjadi kecelakaan
bagaimana cara mengatasinya.
Pengetahuan sifat bahan menjadi suatu keharusan sebelum bekerja di laboratorium.
Sifat-sifat bahan secara rinci dan lengkap dapat dibaca pada Material Safety Data Sheet
41
(MSDS) di dalam buku, CD, atau melalui internet. Pada tabel berikut disajikan sifat bahaya
bahan berdasarkan kode gambar yang ada pada kemasan bahan kimia. Peraturan pada
pengepakan dan pelabelan bahan kimia diwajibkan mencantumkan informasi bahaya
berdasarkan tingkat bahaya bahan kimia khususnya untuk bahan yang tergolong pada
hazardous chemicals atau bahan berbahaya dan beracun (B3).

Bahan berdasarkan fasa


1. Padat
2. Cair
3. gas
Bahan berdasarkan kualitas
1. teknis
2. special grade : pro analyses (pa)
3. special grade : material referrences

Database bahan kimia B3


Bahan kimia jenis B3 (berbau, berbahaya, beracun) dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Mudah meledak (explosive)
b. Pengoksidasi (oxidizing)
c. Sangat mudah sekali menyala (highly flammable)
d. Mudah menyala (flammable)
e. Amat sangat beracun (extremely toxic)
f. Sangat beracun (highly toxic)
g. Beracun (moderately toxic)
h. Berbahaya (harmful)
i. Korosif (corrosive)
j. Bersifat iritasi (irritant)
k. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
l. Karsinogenik (carcinogenic)
m. Teratogenik (teratogenic)
n. Mutagenik (mutagenic)

Kebanyakan bahan kimia yang dipakai di laboratorium adalah bahan kimia yang
berbahaya, antara lain bersifat korosif, beracun, dan mudah terbakar. Dua hal pokok yang
perlu diperhatikan adalah:
42
a. Mengganggap semua bahan kimia berbahaya kecuali bila benar-
benar yakin bahwa bahan tersebut tidak berbahaya.
b. Bekerja dengan jumlah bahan kimia sedikit mungkin Jangan
menggangap suatu bahan kimia yang umum atau biasa digunakan merupakan bahan kimia
yang tidak berbahaya.
Bahan kimia yang berbahaya umumnya dibagi dalam lima golongan:
1. Bahan kimia korosif (corrosive)
2. Bahan kimia beracun (toxic)
3. Bahan kimia yang menyebabkan iritasi (irritant)
4. Bahan kimia yang mudah terbakar (flammable)
5. Bahan kimia yag dapat meledak (explosive)

Bahan Kimia Korosif


Bahan kimia dari jenis ini dapat menyebabkan kerusakan atau luka bakar pada kulit
dan jaringan tubuh lainnya. Asam yang sering diginakan, misalnya H2SO4, HCl, dan HNO3,
dan juga basa yang biasa digunakan, misalnya NaOH dan KOH merupakan bahan kimia yang
dapat menyebabkan luka bakar.
Agar terhindar dari luka bakar ini, perlu perhatian yang besar dalam menangani
bahan kimia korosif, gunakan pelindung, sarung tangan, serta kaca mata pelindung (goggles).
Bila luka bakar terjadi, perwatan terbaik yaitu segera encerkan dengan air mengalir sehingga
memungkinkan asam atau basa yang terserap lebih dalam secara berangsung-angsur tercuci
bersih. (Sutrisno, 2004)

Bahan Kimia Beracun


Bahan kimia beracun pada umumnya dapat masuk ke tubuh melalui berbagai cara,
misanya terlelan, terhisap, atau karena kontak dengan kulit. Suatu petunjuk yang berguna
tentang senyawa racun adalah nilai batas ambang (Threshold Limid Valid) disingkan TLV.
Nilai TLV menggambarkan suatu keadaan yang bila kandungan bahan kimia di bawah batas
ambang, maka hampir semua orang yang berhubungan secara langsung dan berulang-ulang
tidak menunjukkan efek merugikan.
Nilai batas ambang diebut juga sebagai maksimum yang diperbolehkan (maximum
allowable cncentration, m.a.c). Nilai ini ditetapkan sebagai batas aman untuk pemakaian
selama dlapan jam per hari per minggu. Untuk gas beracun, konsentrasi ini dinyatakan dalam
ppm atau mg/m3. Sebagian bahan kimia beracun dituliskan dalam Tabel 4.1.
43

Tabel 4.1 Nilai TLV beberapa bahan kimia beracun


Bahan kimia beracun Nilai TLV
Bebzena 25 ppm
Arsen 0,05 ppm
Klor 1 ppm
Asam sianida 10 ppm
Air raksa 0,1 mg/m3
Timbal 0,05 ppm

Masing-masing bahan kimia beracun mempunyai tingkat racun yang berbeda, bila
terjadi kecelakaaan juga memerlukan tindak pertolongan yang berbeda juga, sesuai dengan
sifat bahan beracun tersebut. Beberapa bahan kimia beracun, kemungkinan kecelakaan yang
timbul dan tindakan pertolongan yang dapat dilakukan dapat dilihan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Bahan kimia beracun, kecelakan yang mungkin terjadi, dan tindakan pertolongannya.
Bahan kimia Kecelakaan yang Tindakan pertolongan
mungkin terjadi
Benzena dan Menghirup uapnya Bawa penderita ke tempat terbuka, aman
turunannya (toluena Bawa ke dokter, jika parah
dan xilena)
Brom Terkena di kulit Segera cuci dengan NaOH 1M kemudian
dengan alkohol
Eter Menghirup uapnya Bawa penderita ke tempat aman, dengan udara
yang lebih segar, istirahat yang cukup
Bawa ke dokter jika parah
Klor Menghirup uapnya Bawa penderita ke tempat aman, dengan udara
yang lebih segar, istirahat yang cukup
Bawa ke dokter jika parah
Asam sianida, Menghirup uapnya atau Berikan obat muntah
kalium sianida dan tertelan larutannya Netralisir dengan putih telur dan susu
sianida lainnya
Raksa Tumpahan Taburkan belerang dan serbuk gergaji
Siram dengan air yang mengalir
Raksaraksa Tertelan Berikan obat muntah (1 sendok garam dapr + 1
(II)klorida atau sendok air) kemudian berikan puti telur dan
garam raksa lainnya susu
Timbal dan Tertelan Berikan obat muntah (1 sendok garam dapr + 1
senyawanya (Pb3O4, sendok air) kemudian berikan puti telur dan
Ob(NO3)2) susu
Arsen dan Tertelan Berikan obat muntah dan obat pencahar
senyawanya (As2S3,
AsCl3, AsH3)
Amonia dan Tertelan Bila terhisap, pindahkan penderita ke tempat
larutannya (NH3 yang lebih segar, istirahat.
/NH4OH) Bila larutan tertela, berikan air minum sebanyak
mungkin, yang mengandung asam cuka 1% atau
perasan air jeruk.
44

Bahan kimia iritan


Sebagian bahan kimia mempunyai pengaruh yang sangat mengganggu pada jaringan
tubuh (iritasi) berbeda dengan bahan kimia korosif atau beracun, sebagai contoh timbulnya
rasa sangat panas yang terus menerus. Bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi antara
lain: benzena, senyawa nitro, senyawa kromium, dan formaldehid. Seperti telah dikemukakan
sebelumnya, asam dan basa kuat termasuk bahan kimia korosif (H2SO4, HCl, HNO3, NaOH,
KOH), ternyata bahan kimia ini juga termasuk bahan kimia yang menyebabkan iritasi (iritan).
Kecelakaan yang sering terjadi, misalnya dalam mengencerkan H2SO4 pekat, asam sulfat yang
ditambahkan ke dalam air dan bukan sebaliknya. Dalam melarutkan NaOH dan KOH padat,
padatan yang ditambahkan ke dalam air bukan sebaliknya.
Pencegahan terhadap bahan kimia ini adalah menghindarkan kontaklangsung dengan
bahan kimia tersebut, misalnya denagn menggunakan sarung tangan atau peralatan lain pada
saat pengambilan. Bila anggota badan terkena iritasi, secepatnya dicuci dengan air sampai
bersih untuk menghindari terjadinya iritasi yang lebih parah.
Beberapa bahan kimia yang menyebabkan iritasi yang sering digunakan di laboratorium,
kecelakaan yang mungkin terjadi, dan tindakan pertolongannya dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Bahan kimia iritan, kecelakaan yang mungkin terjadi, dan cara pertolongannya

Bahan kimia iritan Kecelakaan yang Cara pertolongannya


mungkin terjadi

Asam-asam kuat pekat Terkena kulit Cuci dengan air seanyak-banyaknya,


(HCl, H2SO4, HNO3, kemudian cuci dengan NaHCO3 1%
HCOOH, HCrO4,
H3COOH
Asam fluorida HF Terkena kulit Cuci dengan air sebanyak-banyaknya
sehingga warna kulit menjadi kemerahan,
ulangi dengan suspensi MgO 20% dalam
gliserol.
Asam karbol atau Terkena kulit Cuci segera dengan larutan alkohol dan air,
fenol dan kemudian cuci dengan salep luka bakar.

Bahan kimia yang mudah terbakar terbakar


Bahan kimia yang mudah terbakar (flammable) umumnya mempuntai titik nyala di
antara 22 – 66 oC, seperti minyak tanah dan bensin, sedangkan bahan kimia yang sangat
mudah terbakar (highly flammmable) mempunyai titik nyala di bawah 22oC, seperti aseton
dan eter.

Bahan kimia yang dapat meledak


45
Beberapa bahan kimia yang dapat meledak bila bercampur dengan udara,
meskipun tidak terdapat udara, bahan kimia lain dapat terurai dan biasanya disertai denagn
ledakkan ketika dipanaskan atau dicampur dengan bahan kimia. Perlu perhatian kusus bila
menggunakan bahan kimia seperti H2O2, HClO4, dan eter.
Biasanya di laboratorium, konsentrasi yang setara dengan 25% dari batas teendah
ledakan (lower explosive limit) tidak boleh dilampaui. Nilai batas terndah ledakan biasanya
dinyatakan dalam persen volume di udara. Tabel 3.4 menunjukkan nilai batas terendah dari
beberapa bahan kimia.

Tabel 3.4 Nilai batas terendah ledakan dari beberapa bahan kimia

Bahan kimia Batas terendah ledakan (%


volume udara)
Aam asetat 4,0
Aseton 2,2
Asetilena 2,5
Benzena 1,4
Karbon disulfida 1,0
Eter 1,7
Etil alkohol 3,3
Etilena 3,0
Toluena 1,3

3.3. Pembuangan dan Penanganan Bahan Kimia Tumpahan di Laboratorium

Laboratorium yang baik adalah laboratorium yang tidak hanya memperhatikan


masalah ketelitian analisa saja. Akan tetapi laboratorium yang baik juga harus memperhatikan
masalah pembuangan limbah. Limbah yang dibuang sembarangan, jika masuk ke badan air
tanah dan mengalir ke pemukiman penduduk akan menimbulkan bahaya. Terutama logam-
logam berat. Jika tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan makhluk hidup dan
merusak lingkungan.

3.3.1 Pembuangan Limbah

Secara umum, metoda pembuangan limbah laboratorium terbagi atas empat metoda:
Pertama, pembuangan langsung dari laboratorium. Metoda pembuangan langsung ini dapat
diterapkan untuk bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air. Bahan-bahan kimia yang
dapat larut dala air dibuang langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium. Untuk
bahan kimia sisa yang mengandung asam atau basa harus dilakukan penetralan, selanjutnya
baru bisa dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung logam-logam berat dan beracun
46
seperti Pb, Hg, Cd, dan sebagainya, endapannya harus dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian
cairannya dinetralkan dan dibuang.

Kedua, dengan pembakaran terbuka. Metoda pembakaran terbuka dapat dterapkan untuk
bahan-bahan organik yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan
organik tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.

Ketiga, pembakaran dalan insenerator. Metoda pembakaran dalam insenerator dapat


diterapkan untuk bahan-bahan toksik yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan
senyawa-senyawa yang bersifat toksik.

Keempat, dikubur didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan
air. Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun.

3.3.2 Penanganan dan Pemusnahan Bahan Kimia Tumpahan

Disamping metoda-metoda yang telah disebutkan diatas, terdapat beberapa jenis


tumpahan bahan kimia sisa yang perlu mendapatkan perlakuan khusus sebelum dibuang
keperairan. Bahkan diantaranya perlu dimusnahkan sebelum dibuang. Diantara bahan-bahan
kimia tersebut antara lain ;
1. Tumpahan Asam-asam Anorganik
Tumpahan asam-asam anorganik seperti HCl, HF, HNO3, H3PO4, H2SO4 haruslah
diperlakukan dengan penanganan khusus. Bahan tumpahan tersebut permukaannya ditutup
dengan NaHCO3atau campuran NaOH dan Ca(OH)2 dengan perbandingan1:1. Selanjutnya
diencerkan dengan air supaya brbentuk bubur dan selanjutnya dibuang kebak pembuangan air
limbah.

2. Basa Akali dan Amonia


Tumpahan basa-basa alkali dan ammonia seperti amonia anhidrat, Ca(OH)2, dan
NaOH dapat ditangani dengan mengencerkannya dengan air dan dinetralkan dengan HCl 6 M.
Kemudian diserap dengan kain dan dibuang.

3. Bahan-Bahan Kimia Oksidator


Tumpahan bahan-bahan kimia oksidator (padat maupun cair) seperti amonium
dikromat, amonium perklorat, asam perklorat, dan sejenisnya dicampur dengan reduktor
(seperti garam hypo, bisulfit, ferro sulfat) dan ditambahkan sedikit asam sulfat 3 M.
selanjutnya campuran tersebut dinetralkan dan dibuang.
47

4. Bahan-Bahan Kimia Reduktor


Tumpahan bahan-bahan kimia reduktor ditutup atau dicampurkan dengan NaHCO3
(reaksi selesai) dan dipindahkan ke suatu wadah.. Selanjutnya kedalam campuran tersebut
ditambahkan Ca(OCl)2 secara perlahan-lahan dan air (biarkan reaksi selesai). Setelah reaksi
selesai cmpuran diencerkan dan dinetralkan sebelum dibuang ke perairan.
Untuk pemusnahan bahan reduktor (seperti Natrium bisulfit, NaNO2, SO, Na2SO2)
dapat dipisahkan antara bentuk gas dan padat. Untuk gas (SO2), alirkan kedalam larutan
NaOH atau larutan kalsium hipoklorit. Untuk padatan, campurkan dengan NaOH (1:1) dan
ditambahkan air hingga terbentuk slurry. Slurry yang terbentuk ditambahkan kalsium
hipoklorit dan air dan dibiarkan selama 2 jam. Selanjutnya dinetralkan dan dibuang ke
perairan.

5. Sianida dan Nitril


Tumpahan sianida ditangani dengan menyerap tumpahan tersebut dengan
kertas/tissu dan diuapkan dalam lemari asam, dibakar, atau dipindahkan kedalam wadah dan
dibasakan dengan NaOH dan diaduk hingga terbentuk slurry. Kemudian ditambahkan ferro
sulfat berlebih dan dibiarkan lebh kurang 1 jam dan dibuang keperairan.
Pemusnahan sianda dapat dilakukan dengan cara menambahkan kedalamnya larutan
asa dan kalsium hipoklorit berlebih dan dibiarkan 24 jam. Selanjutnya dibuang ke perairan.
Untuk tumpahan nitril, ditambahkan NaOH berlebih dan Ca(OCl)2. setelah satu jam dibuang
keperairan. Cuci bekas wadah dengan larutan hipoklorit.
Pemusnahan nitril dilakukan dengan menambahkan kadalamnya NaOH dan alkohol.
Setelah 1 jam uapkan alkohol dan ditambahkan larutan basa kalsium hipoklorit. Setelah 24
jam dapat dibuang ke perairan.
48
BAB IV
KESEHATAN DAN KEAMANAN LABORATORIUM

4.1 Pendahuluan
Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa, dosen, peneliti dsb
melakukan percobaan. Percobaan yang dilakukan menggunakan berbagai bahan kimia,
peralatan gelas dan instrumentasi khusus yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan
bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Kecelakaan itu dapat juga terjadi karena
kelalaian atau kecerobohan kerja, ini dapat membuat orang tersebut cedera, dan bahkan bagi
orang disekitarnya. Keselamatan kerja di laboratorium merupakan dambaan bagi setiap
individu yang sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan dan kenyamanan kerja.
Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan.
Walaupun petunjuk keselamatan kerja sudah tertulis dalam setiap penuntun praktikum, namun
hal ini perlu dijelaskan berulang-ulang agar setiap individu lebih meningkatkan kewaspadaan
ketika bekerja di laboratorium. Berbagai peristiwa yang pernah terjadi perlu dicatat sebagai
latar belakang pentingnya bekerja dengan aman di laboratorium. Sumber bahaya terbesar
berasal dari bahan-bahan kimia, oleh sebab itu diperlukan pemahaman mengenai jenis
bahan kimia agar yang bekerja dengan bahan-bahan tersebut dapatlebih berhati-hati dan
yang lebih penting lagi tahu cara menanggulanginya. Limbah bahan kimia sisa percobaan
harus dibuang dengan cara yang tepat agar tidak menyebabkan polusi pada lingkungan.
Cara menggunakan peralatan umum dan berbagai petunjuk praktis juga dibahas
secara singkat untuk mengurangi kecelakaan yang mungkin terjadi ketika bekerja di
Laboratorium. Dengan pengetahuan singkat tersebut diharapkan setiap individu khususnya
para asisten dapat bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan kerja mahasiswa di
laboratorium dengan sebaik-baiknya.
Beberapa peristiwa yang pernah terjadi di laboratorium dapat merupakan cermin
bagi setiap orang untuk meningkatkan kewaspadaannya ketika bekerja di laboratorium.
Peristiwa-peristiwa tersebut kadang-kadang terlalu pahit untuk dikenang, namun
meninggalkan kesan pendidikan yang baik, agar tidak melakukan kesalahan dua kali pada
peristiwa yang sama. Peristiwa terbesar dalam sejarah Departemen Kimia adalah kejadian 27
tahun yang lalu, ketika itu Gedung Departemen terbakar pada malam menjelang pagi hari, itu
terjadi karena ada bahan kimia yang meledak di gedung tersebut. Walaupun tidak terdapat
korban manusia, namun kerugian materi sangat banyak dan mahasiswa agak ”terhambat”
melakukan proses pendidikan karena diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk dapat
49
memenuhi keperluan fasilitas yang terbakar. Peristiwa lainnya tidak sehebat yang terjadi di
atas, namun perlu perhatian khusus agar dikemudian hari jangan sampai terjadi lagi. Peristiwa
itu menimpa salah seorang mantan mahasiswa kimia yang bekerja dengan brom, bahan ini
mengalir dari peralatan yang kurang rapat, menyentuh kulit lengannya, akibatnya terjadi
luka bakar dan bekasnya tidak hilang sampai sekarang.
Ada pula yang terkena bahan kimia TCA ketika mengambil zat tersebut dari
botol kemasannya, karena kurang hati-hati ada bahan yang terkena kulit tangan mahasiswa
dan ini menimbulkan iritasi yang hebat, gejalanya kulit terasa gatal dan karena digaruk dapat
melepuh. Kejadian berikutnya adalah ketika mahasiswa tahun pertama bekerja
menggunakan pembakar dengan bahan bakar spiritus, pembakar tersebut tersenggol
sehingga spiritus tersebut tumpah ke meja praktikum dan menyebabkan kebakaran serta
merusak meja praktikum. Kebakaran juga pernah terjadi karena terlepasnya selang
penyambung pembakar bunsen dari saluran gas bakar, ini disebabkan oleh mahasiswa yang
menarik pembakar itu ke berbagai tempat. Ada pula kecerobohan kerja yang
menyebabkan asam sulfat pekat tumpah di atas meja praktikum. Asam tersebut dapat
menghanguskan kayu sehingga meja praktikum berubah menjadi hitam dan rapuh.
Kelalaian lainnya disebabkan oleh kurang disiplin, seperti lupa menutup kran
air, sehingga terjadi banjir sampai ke laboratorium lainnya. Semua peristiwa tersebut tidak
akan terjadi bila setiap individu sadar dan mengerti bahwa laboratorium itu milik bersama
yang harus dijaga dengan meningkatkan disiplin.
Bagi pemula dalam bidang kimia, farmasi dan biologi haruslah dikenalkan
pada bekerja secara aman sebelum kursus di laboratorium kimia atau penyelenggaraan
eksperimen yang khusus. Hal ini dapat dilakukan baik berupa kursus pendahuluan atau acara
khusus pada awal kursus di laboratorium itu sendiri.
Pada studi yang berkelanjutan, mahasiswa akan dikenalkan hal ini pada bagian
awal dari setiap kursus jika melibatkan senyawa kimia yang berbahaya. Pengetahuan awal
dapat diharapkan sebagai upaya pengenalan dengan bahan kimia berbahaya. Para pemula
harus menambah informasi yang bermanfaat tentang instruksi kerja ini dari dosen
penanggungjawab.

4.2 Bahan kimia


Setiap bahan kimia itu berbahaya, namun tidak perlu merasa takut bekerja dengan
bahan kimia bila tahu cara yang tepat untuk menanggulanginya. Yang dimaksud berbahaya
ialah dapat menyebabkan terjadinya kebakaran, mengganggu kesehatan, menyebabkan sakit
50
atau luka, merusak, menyebabkan korosi dsb. Jenis bahan kimia berbahaya dapat diketahui
dari label yang tertera pada kemasannya.
Dari data tersebut, tingkat bahaya bahan kimia dapat diketahui dan upaya
penanggulangannya harus dilakukan bagi mereka yang menggunakan bahan-bahan
tersebut. Kadang-kadang terdapat dua atau tiga tanda bahaya pada satu jenis bahan kimia, itu
berarti kewaspadaan orang yang bekerja dengan bahan tersebut harus lebih ditingkatkan.
Contoh bahan kimia yang mudah meledak adalah kelompok bahan oksidator seperti
perklorat, permanganat, nitrat dsb. Bahan-bahan ini bila bereaksi dengan bahan organik
dapat menghasilkan ledakan. Logam alkali seperti natrium, mudah bereaksi dengan air
menghasilkan reaksi yang disertai dengan api dan ledakan.
Gas metana, pelarut organik seperti eter, dan padatan anorganik seperti belerang dan
fosfor mudah terbakar, maka ketika menggunakan bahan-bahan tersebut, hendaknya
dijauhkan dari api. Bahan kimia seperti senyawa sianida, mercuri dan arsen merupakan racun
kuat, harap bahan-bahan tersebut tidak terisap atau tertelan ke dalam tubuh. Asam-asam
anorganik bersifat oksidator dan menyebabkan peristiwa korosi, maka hindarilah jangan
sampai asam tersebut tumpah ke permukaan dari besi atau kayu.
Memang penggunaan bahan-bahan tersebut di laboratorium pendidikan Kima tidak
berjumlah banyak, namun kewaspadaan menggunakan bahan tersebut perlu tetap dijaga.

4.2.1 Ukuran perlindungan diri selama penanganan dan formulasi bahan kimia

berbahaya

Secara prinsip, selama penanganan dan formulasi bahan kimia berbahaya dari
setiap kontaminasi atau ancaman bahaya dari seseorang dan lingkungan, maka peningkatan
bahaya harus dihindari. Supaya menjamin bahwa hal ini menjadi penting bagi setiap orang
yang menangani bahan kimia, haruslah memiliki pengetahuan yang cukup pada hal-hal
berikut :
1. Bagaimana bahan kimia disimpan secara tepat ?
2. Pada wadah mana yang cocok untuk menyimpan bahan kimia secara aman ?
3. Pada kondisi seperti apa bahan kimia dapat ditempatkan pada lemari
asam dan
bagaimana ukuran keselamatan yang harus diambil ?
4. Bagaimana pencampuran bahan-bahan kimia (yang terkadang berbahaya)
dapat dihindari Bagaimana bahan kimia dapat dipindahkan tanpa ada risiko wadah yang
pecah dan kehilangan bahan kimia ?
51
5. Bagaimana cara pemusnahan bahan kimia atau cara menghindari terjadi kontak
dengan
kulit selama proses pemusnahan ?
6. Apakah ukuran yang harus diambil jika bahan kimia terjatuh atau hilang
akibat berbagai cara ?

Peraturan yang ada sejauh ini tentang penanganan bahan kimia berbahaya telah
disusun oleh Chemical Acts (sebagai contoh : German ChemG). Hukum ini akan melindungi
pekerja dan lingkungan dari pengaruh bahaya sautu senyawa kimia dan formulasinya,
khususnya untukmengidentifikasi pengaruh bahan kimia, menyatakan secara tegas dan
menghindari keberadaan bahan kimia berbahaya tersebut. Chemical Acts akan menjamin
bahwa suatu senyawa baru akan diuji untuk setiap potensi bahayanya sebelum
dikenalkan di pasaran.
Sesuai dengan hasil pengujian ini maka ukuran bahaya dari bahan akan ditentukan
selama produksi dan penggunaan bahan tersebut. Hasil dari pengujian akan menjadi dasar
untuk pelabelan senyawa yang berbahaya, seperti penentuan simbol bahaya, yang dapat
memberi petunjuk risiko khusus dan menentukan rekomendasi keselamatan.

4.2.2 Peralatan dan cara kerja

Selain bahan kimia, peralatan laboratorium juga dapat mendatangkan bahaya bila
cara menggunakannya tidak tepat. Contoh sederhana yaitu cara memegang botol reagen, label
pada botol tersebut harus dilindungi dengan tangan, karena label bahan tersebut mudah rusak
kena cairan yang keluar dari botol ketika memindahkan isi botol tersebut. Banyak peralatan
laboratorium terbuat dari gelas, bahan gelas tersebut mudah pecah dan pecahannya dapat
melukai tubuh. Khususnya bila memasukkan pipa gelas kedalam prop-karet, harus digunakan
sarung tangan untuk melindungi tangan dari pecahan kaca.
Pada proses pemanasan suatu larutan, harus digunakan batu didih untuk mencegah
terjadinya proses lewat didih yang menyebabkan larutan panas itu muncrat kemana-mana.
Juga ketika menggunakan pembakar spiritus atau pembakar bunsen, hati-hati karena spiritus
mudah terbakar, jadi jangan sampai tumpah ke atas meja dan selang penyambung aliran
gas pada bunsen harus terikat kuat, jangan sampai lepas.
Sebagai asisten di laboratorium, yang bertugas membimbing mahasiswa untuk
bekerja dengan baik dan aman, maka perlu persiapan sebelum bekerja. Asisten perlu datang
lebih awal untuk memeriksa lokasi dan cara pakai alat bantu keselamatan kerja. Selanjutnya
52
asisten harus mengetahui jenis bahan kimia dan peralatan yang akan digunakan pada
percobaan hari tersebut dan cara menanggulangi bila terjadi kecelakaan karena bahan atau
peralatan tersebut. Disini kehadiran asisten mendampingi mahasiswa yang sedang bekerja
merupakan tugas mulia dalam menjaga keselamatan kerja. Pada akhir praktikum, biasakanlah
menutup kran air dan gas, mematikan listrik dan api serta mencuci tangan dan meninggalkan
laboratorium dalam keadaan bersih. Ini dilakukan oleh asisten agar menjadi panutan bagi
mahasiswa. Masih banyak hal penting yang belum diungkapkan, untuk itu disarankan agar
asisten berkomunikasi dengan ketua laboratoriumnya masing-masing dalam meningkatkan
kewaspadaan kerja di laboratorium.
Agar semua dapat menikmati keselamatan, keamanan dan kenyamanan kerja di
laboratorium dan ini mendukung tercapainya tujuan pendidikan secara memuaskan, hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam bekerja di laboratorium adalah:
1. Dilarang bekerja sendirian di laboratorium, minimal ada asisten yang mengawasi.
2. Dilarang bermain-main dengan peralatan laboratorium dan bahan Kimia.
3. Persiapkanlah hal yang perlu sebelum masuk laboratorium seperti buku kerja,
jenis percobaan, jenis bahan, jenis perlatan, dan cara membuang limbah sisa
percobaan.
4. Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium.
5. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah segera
keringkan dengan lap basah.
6. Jangan membuat keteledoran antar sesama teman.
7. Pencatatan data dalam setiap percobaan selengkap-lengkapnya. Jawablah
pertanyaan pada penuntun praktikum untuk menilai kesiapan anda dalam
memahami percobaan.
8. Berdiskusi adalaha hal yang baik dilakukan untuk memahami lebih lanjut
percobaan yang dilakukan.
9. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata, jas
laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi
kaki.
10. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan Kimia.
11. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
12. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.
13. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama setelah
melakukan praktikum.
14. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
53
15. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan Kimia, laporkan segera pada
asisten atau pemimpin praktikum. Segera pergi ke dokter untuk mendapat
pertolongan secepatnya.
Untuk ukuran keselamatan ini maka sangatlah penting untuk mengetahui peralatan
darurat yang dibutuhkan dan lokasi keberadaannya di laboratorium. Item-item yang penting
adalah :
1. pintu darurat, jalur penyelamatan dari kebakaran dan jalur penyelamatan secara umum
2. sistem alarm, telepon, dan peralatan panggilan darurat lainnya
3. alat pemadam kebakaran, alarm kebakaran dan jaket api
4. masker pernafasan dan alat penyaring lainnya, shower keselamatan dan pencuci mata
5. kit untuk pertolongan pertama (P3K), ruangan pertolongan pertama, dan kantor dosen
6. (untuk panggilan).

Hal yang dapat menjadi pertanyaan baik bagi semua mahasiswa dan staf di
laboratorium adalah apabila terjadi kasus darurat berupa :
 Bahan kimia mana yang bersifat eksplosif (mudah meledak), toksik (beracun), dan
sangat mudah menyala.
 Siapa yang bertugas mematikan gas, air, listrik dan jalur penyuplaui lainnya, serta
bagaimana caranya.
 Elevator dan lemari asam tidak akan dijalankan jika terjadi kebakaran.
 Pemadam api harus selalu diisi ulang setiap periode waktu tertentu.
 Tabung gas silindier bertekanan tinggi harus dijaga dengan benar supaya tidak jatuh.
 Apakah arti “perlindungan diri sendiri”
 Ukuran keselamatan yang mana yang harus diambil ketika terjadi kasus yang serius

4.2.3 Gambaran umum untuk perlindungan kesehatan personal


Beberapa item prinsip yang harus diamati supaya menjami perlindungan kesehatan
secara personal adalah :
1. Saat bekerja di laboratorium, baju kerja yang nyaman harus telah dikenakan. Untuk
beberapa eksperimen laboratorium biasa, cukup mengenakan jas laboratorium
berlengan panjang yang terbuat dari bahan tidak mudah meleleh (disarankan dari katun
atau kain campuran poliester dan katun). Jas laboratorium tidak harus dikenakan di
ruangan lain seperti ruang kuliah, perpustakaan, ruang makan dan lain sebagainya
supaya menghindari kontaminasi dengan bahan kimia yang melekat.
54
2. Sepatu yang stabil dan tertutup harus dikenakan.
3. Selama bekerja di laboratorium, kacamata gelas dengan pelindung samping harus
dikenakan.
4. Saat menjalankan eksperimen, mahasiswa tidak boleh meninggalkan laboratorium jika
suatu pengukuran yang kontinyu dibutuhkan dan tidak ada orang lain yang tahu
tentang eksperimen tersebut dan dapat menangani kegiatan tersebut. Pada kasus
eksperimen yang berbahaya, maka paling sedikit dua orang yang harus ada.
5. Pada wilayah di laboratorium, makanan atau barang konsumsi harus disimpan dan
dilarang dimakan supaya tidak ada risiko terkontaminasi.
6. Terkait dengan risiko akibat adanya peningkatan wadah yang biasa digunakan untuk
makanan atau barang konsumsi, maka tidak boleh digunakan untuk menyimpan bahan
kimia, dan juga sebaliknya (makanan tidak boleh ditempatkan pada wadah yang biasa
digunakan untuk bahan kimia).
7. Merokok tidak diijinkan di laboratorium terkait dengan risiko bahaya pernafasan akibat
rokok terkontaminasi seperti halnya dengan bahan makanan, dan terkait dengan risiko
percikan api dan ledakan dengan bahan kimia yang mudah terbakar.

4.2.5 Teknik kerja di laboratorium


Hal pertama yang perlu dilakukan:
1. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata, jas
laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi
kaki.
2. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan Kimia.
3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
4. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.

4.2.5.1 Bekerja aman dengan bahan kimia


1. Hindari kontak langsung dengan bahan Kimia.
2. Hindari mengisap langsung uap bahan Kimia.
3. Dilarang mencicipi atau mencium bahan Kimia kecuali ada perintah khusus.
4. Bahan Kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih
atau gatal).

4.2.5.2 Memindahkan bahan Kimia


55
Selama pemindahan bahan kimia, perhatian perlu ditekankan untuk
menghindari wadah jatuh atau kehilangan bahan. Wadah gelas yang terisi penuh biasanya
merupakan hal yang sangat mudah pecah. Wadah seperti ini tidak boleh dibawa dengan
memegang leher wadah, tetapi harus dipindahkan dengan menggunakan kantong, rak,
perangkat bergerak atau keranjang.
Pemindahan bahan kimia dari satu wadah ke wadah lain selalu
memperhitungkan risiko tercecer dan dengan demikian sangat mungkin terjadi kontak
dengan kulit dan terkontaminasi pada baju. Sebagai tambahan, gas dan debu dapat terhirup.
Debu juga dapat menyebabkan api jika tidak penanganan tidak diambil terhadap peralatan
elektrostatik. Supaya menurunkan risiko yang mungkin terjadi, suatu kain alas untuk cairan
atau bubuk harus selalu digunakan, bahkan untuk pengguna yang memiliki kemampuan cukup
untuk menangani bahan kimia tanpa peralatan umum. Selama pengisian cairan, baik bahan
yang toksik atau korosif, pengisian ke dalam tangki seperti ini harus digunakan. Hal yang
sama harus dikerjakan pada pengisian padatan atau serbuk, lembar alas seperti kertas haruslah
digunakan.
Pada kondisi tidak ada pengaruh lain, tidak diijinkan untuk memipet cairan dengan
menghisap menggunakan mulut karena diketahui banyak kecelakaan kerja terjadi karena hal
ini termasuk kasus keracunan dan kerusakan jaringan mulut. Kebiasaan ini juga akan diikuti
pada kasus cairan yang berbahaya untuk menghindari budaya yang salah dalam aktivitas kerja
harian di laboratorium. Untuk pengisian cairan di pipet dapat dibantu menggunakan pipet
bola.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memindahkan bahan kimia:
1. Baca label bahan Kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari
kesalahan.
2. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan.
3. Jangan menggunakan bahan Kimia secara berlebihan.
4. Jangan mengembalikan bahan Kimia ke dalam botol semula untuk mencega
kontaminasi.

4.2.5.3 Memindahkan bahan Kimia cair


1. Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan seklaigus telapak tangan
memegang botol tersebut.
2. Tutup botol jangan ditaruhdi atas meja karena isi botol dapat terkotori.
3. Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan agar tidak
memercik.
56

4.2.5.4 Memindahkan bahan Kimia padat


1. Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan Kimia.
2. Jangan mengeluarkan bahan Kimia secara berlebihan.
3. Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu yang dapat mengotori
bahan tersebut.

4.2.5.5 Cara memanaskan larutan menggunakan tabung reaksi


1. Isi tabung reaksi maksimal sepertiganya.
2. Api pemanas hendaknya terletak pada bagiuan atas larutan.
3. Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.
4. Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar percikannya tidak
melukai orang lian maupun diri sendiri.

4.2.5.6 Cara memanaskan larutan menggunakan gelas Kimia


1. Gunakan kaki tiga dan kawat kasa untuk menopang gelas Kimia tersebut.
2. Letakkan Batang gelas atau batu didih dalam gelas Kimia untuk mencegah
pemanasan mendadak.
3. Jika gelas Kimia digunakan sebagai penangas air, isilah dengan air. Maksimum
seperampatnya.

4.2.5.7 Pemanasan Dan Pendinginan


Sebagai sumber panas, kompor Bunsen, pemanas listrik datar, mantel pemanas dan
wadah pemanas dapat digunakan. Pada kasus bahan kimia yang mudah terbakar, pemanas
terbuka tidak boleh digunakan. Penggunaan wadah pemanas adalah merupakan metoda yang
aman untuk transfer panas. Wadah pemanas melakukan transfer panas dengan temperatur
yang tidak jauh berbeda. Dengan menggunakan wadah pemanas, wadah harus diisikan
dengan ketinggian tertentu, karena transfer panas oleh cairan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan saat terjadinya kenaikan panas yang signifikan saat pemanasan. Lebih
lanjut, cairan untuk transfer panas dan bahan kimia yang dipanaskan tidak boleh mengalami
reaksi satu sama lain yang membahayakan jika peralatan reaksi pecah selama
eksperimen berlangsung. Hal ini harus diterapkan pada banyak kasus sebagai contoh logam
natrium atau kalium terendapkan tidak boleh dipanaskan dengan menggunakan pemanas air.
Sebagai aturan prinsip maka sumber panas harus ditempatkan pada kedudukan
tertentu sehingga pemanas dapat dipindahkan dengan mudah dan tanpa pengubahan susunan
peralatan reaksi.
57
Suatu metoda yang cocok untuk kasus ini adalah dengan menggunakan pemanas
naik turun. Selama pemanasan, peralatan yang mengandung bahan kimia dapat terbakan maka
pendingin harus digunakan. Jika pendingin ini dioperasikan dengan menggunakan air maka
sambungan selang untuk mengumpan dan mengalirkan air harus dijaga kuat dengan
menggunakan klep penjepit. Hal ini harus dilakukan dengan baik supaya pendinginan tetap
terjaga tanpa menyela selama pelaksanaan eksperimen guna menghindari kejadian
kebakaran api yang membahayakan atau bahkan terjadi ledakan. Pada eksperimen dimana
logam alkali dan alkali tanah atau logam hidrida digunakan, pendingin gelas harus
diganti dengan menggunakan pendingin logam yang lebih stabil. Sebagai bahan pendingin
dilaboratorium, es, campuran es dan garam (NaCl – 21 °C, CaCl– 55 °C), campuran es kering
dan pelarut (- 78 °C), atau nitrogen cair umum digunakan. Bahan pendingin ini ditempatkan
pada tabung Dewar sebagai penghambat panas. Tabung Dewar merupakan gelas bulat
dengan dinding lapis yang dihampkan yang dapat pecah dengan mudah. Tepi atas dinding
tabung Dewar biasanya cukup berbahaya.
Dengan demikian, tabung Dewar biasanya diselubungi dengan menggunakan jaket
logam, plastik yang sangat kuat atau bahan lainnya, dan pengguna harus menggunakan sarung
tangan perlindungan diri. Cairan yang mudah terbakar harus ditempatkan pada refrigerator
atau pendingin jika bahan ini juga tersusun dari bahan yang mudah meledak.

4.2.5.8 Bekerja Pada Kondisi Pengurangan Tekanan Dan Vakum


Saat bekerja di laboratorium, kondisi pengurangan tekanan atau vakum
sering digunakan, sebagai contoh proses destilasi dari senyawa yang mudah terdekomposisi
atau pengeringan bahan kimia dalam desikator. Selama proses pengurangan, tekanan
sekitar 1 kg/cm tetap tersisa pada permukaan gelas yang dihasilkan dari tekanan atmosfer.
Tekanan ini dapat menekan wadah jebol jika peralatan gelas tidak cukup kuat untuk aplikasi
vakum atau peralatan telah retak pada permukaan (biasanya retak tidak terlihat). Akibat
terjadinya ledakan, peralatan gelas dapat terlempar ke segala arah dan dapat melukai beberapa
orang di sekitarnya (mata atau luka). Oleh karena itu, sangat dibutuhkan upaya perlindungan
yang efektif untuk mengatasi ledakan ini dengan menggunakan bahan pelindung,
selubung desikator dan lain sebagainya, dan umumnya digunakan pada peralatan vakum
dengan ukuran yang cukup besar.
Wadah gelas yang beralas datar seperti gelas erlenmeyer tidak boleh digunakan
untuk pemindahan karena menyebabkan terjadinya risiko ledakan. Hal yang harus dicatat
adalah pemvakuman dengan menggunakan pompa air jet atau pompa diafragma tidak
kurang berbahaya jika dibandingkan dengan menggunakan pompa vakum berkemampuan
58
tinggi. Tekanan yang dihasilkan dari permukaan gelas hampir selalu sama pada kasus-kasus
tersebut. Bahkan untuk penerapan pemvakuman yang relatif sedang pada cawan penyaring
(Buchner) untuk menyaring endapan akan menghasilkan tekanan pada permukaan gelas.
Suatu aerasi tertentu pada pemanasan, sebesar 300-800 g/cm peralatan evakuasi harus
dihindari, karena campuran uap-udara yang dihasilkan dapat menyebabkan terjadinya
ledakan.

4.2.5.9 Bekerja Pada Tekanan Tinggi


Reaksi dengan tekanan yang meningkat (tekanan berlebih) akan dilakukan
dengan menggunakan peralatan yang terbukti kuat. Peralatan untuk tekanan tinggi (seperti
tabung bomb, autoklaf) harus memenuhi ketentuan aturan “Pressure Vessel’s Ordinance”
(Druckbehaelterverordnung) yang terkait dengan pembuatan, penyusunan dan cara kerja
sebagai baikan dari laboratorium khusus dengan tekanan tinggi. Pelapis tabung tidak boleh
dihilangkan dari mantel logam atau oven selama pengisian tekanan. Langkah kerja autoklaf
dilakukan di laboratorium khusus dan harus selalu diperiksa secara rutin untuk memastikan
proses dapat berlangsung dengan aman. Batas tekanan dan temperatur yang diberikan oleh
produsen tidak boleh terlampaui.

4.2.5.10 Pengeringan Peralatan Laboratorium


Oven pengering di laboratorium pengering biasanya tidak didesain tahan ledakan
dan tidak terhubungkan dengan sistem pembuangan udara. Peralatan laboratorium yang
dikeringkan dalam oven dilakukan setelah dibersihkan dan dicuci dengan air. Untuk
pengeringan bahan kimia dan produknya yang mungkin melepaskan gas atau uap mudah
terbakar, termasuk juga campuran maka oven yang terbukti tahan ledakan harus digunakan.

Keamanan kerja di laboratorium

4.3.1 Aspek Penting Pengerjaan Eksperimen Yang Aman

Sebelum memulai eksperimen, perlu diperiksa apakah tersedia cukup waktu


untuk menyusun eksperimen sesuai alokasi waktu. Jika tidak maka perlu diputuskan
jika suatu eksperimen dapat dihentikan dengan aman pada selang waktu tertentu tanpa
memberikan kerugian yang berpengaruh. Semua bahan kimia dan peralatan yang dibutuhkan
untuk suatu unjuk kerja yang aman harus diperhatikan dari awal. Beberapa hal perlu
dianjurkan bekerja dengan bahan kimia di lemari asam. Eksperimen harus dilaksanakan di
lemari asam jika melibatkan bahan-bahan yang bersifat toksik atau korosif dan / atau gas, uap
59
atau aerosol yang mungkin terlepas dalam konsentrasi yang membahayakan. Sebagai
contoh untuk hal ini adalah penguapan atau pemanasan senyawa menggunakan pemanas
minyak terbuka.
Untuk memastikan unjuk kerja lemari asam tetap baik maka pintu depan dan
jendela samping harus ditutup selama melakukan eksperimen. Tenaga maksimum hanya
dimungkinkan jika aliran udara tidak terganggu. Yang terbaik hal ini dapat dicapai dengan
jalan memindahkan semua tabung dan gelas dari tempat kerja di lemari asam jika barang-
barang tersebut tidak diperlukan. Gangguan aliran dapat juga meningkat akibat sumber panas.
Biasanya nyala api terbuka seperti kompor Bunsen memiliki pengaruh yang sangat nyata
terhadap unjuk kerja lemari asam dan hal ini jelas harus dihindari.
Mengingat bahan-bahan kimi biasanya bersifat berbahaya maka bahan ini tidak
boleh terjadi kontak dengan kulit selama penanganan. Bahan-bahan yang berbahaya harus
ditangani hanya dalam jumlah yang kecil dan peralatan pelindung yang nyaman harus
dikenakan.
Pada praktikum laboratorium untuk mahasiswa, bahan-bahan karsinogenik,
mutagenik dan teratogenik dilarang diterapkan. Bahan-bahan seperti ini secara prinsip dapat
digantikan dengan bahan lain yang efeknya lebih rendah jika tujuan pembelajaran dapat
dicapai melalui pendekatan didaktik, metodologi dan saintifik. Perkecualian untuk pergantian
fungsi bahan ini hanya dapat dibuat jika eksperimen sangat penting berpengaruh sangat
besar pada aspek harian dari ilmu yang terkait. Pada praktikum laboratorium dasar untuk
mahasiswa tingkat sarjana, eksperimen seperti ini akan diselenggarkan pada akhir praktikum
jika mahasiswa telah memiliki keterampilan kerja yang memadai dan praktikum secara umum
telah dikenalkan terlebih dahulu.
Selama pemanasan bahan cairan tertentu, perhatian harus dijaga supaya tidak terjadi
prose mendidih yang berlebihan dan terjadi percikan keluar dari wadah dengan menggunakan
batu pendidih atau pengaduk magnet. Saat pemanasan cairan dalam tabung reaksi, tabung
harus digoyang secara terus-menerus supaya menghindari pendidihan yang mendadak yang
dapat memungkinkan seluruh cairan keluar dari tabung reaksi. Untuk alasan keamanan,
tabung yang terbuka tidak boleh dihadapkan pada diri sendiri atau orang lain yang di
dekatnya. Jika diperlukan bahan yang terpercik harus segera dibersihkan misal pertama kali
dengan jalan netralisasi asam atau basa dan kemudian cairan dilap dengan
menggunakansarung tangan pelindung.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk keselamatan kerja di laboratorium antara lain:
1. Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai praktikum.
2. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata, jas
60
laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi
kaki.
3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
4. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.
5. Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium.
6. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah segera
keringkan dengan lap basah.
7. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
8. Hindari mengisap langsung uap bahan kimia.
9. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
10. Pastikan kran gas tidak bocor apabila hendak mengunakan bunsen.
11. Pastikan kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup pada sebelum dan sesudah
praktikum selesai.

4.3.2 Aspek Keamanan Penggunaan Sarana Dan Alat Selama Eksperimen


Hampir semua eksperimen dengan bahan kimia dilakukan menggunakan
peralatan gelas. Gelas memiliki banyak keuntungan dalam eksperimen kimia. Gelas tidak
hanya bersifat non reaktif tetapi juga dapat menyajikan pengamatan visual selama reaksi
berlangsung. Tetapi gelas dapat mudah pecah dan hal ini dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan. Luka terpotong atau tergores dari pecahan peralatan gelas merupakan salah satu
luka yang sangat sering terjadi di laboratorium. Peralatan tersusun dari bahan gelas dapat
menyebabkan bahan kimia yang berbahaya dan memungkinkan terjadinya kebakaran.
Susunan peralatan gelas harus dilakukan dengan mengikuti petunjuk kerja yang
aman. Penggunaan bagian peralatan yang tidak cocok harus dihindari seperti penggunaan tipe
gelas yang berbeda, sambungan peralatan gelas yang tidak sesuai, dan lain sebagainya.
Susunan peralatan gelas yang kompleks harus dibangun tanpa tekanan mekanik yang
dapat memungkinkan gelas pecah. Hal ini dapat dilakukan pada tempat yang aman (yang
terbaik adalah di lemari asam) dan aman dari gangguan.
Peralatan laboratorium biasanya disusun pada sistem terbuka pada kondisi atmosfer
supaya menjamin kompensasi tekanan dan menghindari ledakan, perkecualian reaktorautoklaf
yang terbukan dari bahan logam baja dan non korosif. Pada banyak kasus, peralatan yang
menggunakan listrik umum digunakan seperti pengaduk, pemanas, sentrifus dan lain-lain.
Peralatan seperti ini harus dalam kondisi teknis yang baik dan memenuhi spesifikasi
keamanan untuk dioperasikan dengan listrik. Hal ini harus diperikasa selama kisaran waktu
61
tertentu oleh teknisi yang ahli meliputi perbaikan kabel yang tersayat, sambungan, konsluiting
dan lain-lain atau menggantinya jika terjadi kerusakan.
Pemeriksaan keamanan yang diperlukan untuk peralatan bersifat bergerak
juga perlu dilakukan setara dengan peralatan diam. Pompa dan pengaduk biasanya
dioperasikan dengan menggunakan motor listrik. Peralatan ini biasanya tidak dapat meledak.
Pada eksperimen yang menggunakan bahan kimia yang sangat mudah meledak seperi gas
hidrogen atau hidrogen sulfida, motor listrik dapat diganti dengan menggunakan turbin air
atau motor udara. Sebelum memulai eksperimen, bagian-bagian yang umum pada setiap
peralatan perlu diperiksa unjuk kerjanya. Hal ini meliputi pompa vakum, sistem pendingin,
pengaduk dan beberapa peralatan listrik lainnya – sebelum bahan kimia ditambahkan ke
dalam peralatan.

4.4 Penanggulangan keadaan darurat


4.4.1 Terkena bahan kimia
1. Jangan panik.
2. Mintalah bantuan rekan anda yang berada didekat anda.
3. Lihat data MSDS.
4. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung tersebut (cuci bagian yang
mengalami kontak langsung tersebut dengan air apabila memungkinkan).
5. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
6. Bawa ketempat yang cukup oksigen.
7. Hubungi paramedik secepatnya(dokter, rumah sakit).

4.4.2 Kebakaran
1. Jangan panik.
2. Ambil tabung gas CO2 apabila api masih mungkin dipadamkan.
3. Beritahu teman anda.
4. Hindari mengunakan lift.
5. Hindari mengirup asap secara langsung.
6. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat (jangan dikunci).
7. Pada gedung tinggi gunakan tangga darurat.
8. Hubungi pemadam kebakaran.

4.4.3 Gempa bumi


1. Jangan panik.
62
2. Sebaiknya berlindung dibagian yang kuat seperti bawah meja, kolong kasur,
lemari.
3. Jauhi bangunan yang tinggi, tempat penyimpanan zat kimia, kaca.
4. Perhatikan bahaya lain seperti kebakaran akibat kebocoran gas,tersengat listrik.
5. Jangan gunakan lift.
6. Hubungi pemadam kebakaran, polisi dll.

You might also like