Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami ucapkan pada Tuhan YME yang telah memberi rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK “I” USIA 4 TAHUN DENGAN ASMA”.
Makalah asuhan kebidanan ini kami susun untuk memenuhi tugas praktik
klinik kebidanan II dan dengan terselesaikannya laporan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1.
2.
3.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Hal ini karena terbatasnya informasi dan kemampuan kami dalam
penyusunan makalah. Maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah
asuhan kebidanan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa
STIKES Dian Husada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Mojokerto
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
1.3 Metode Penelitian
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologi
2.4 Gambaran Klinis
2.5 Diagnosis
2.6 Penanggulangan
2.7 Tinjauan Manajemen
BAB III TINJAUAN KHASUS
3.1 Pengkajian
3.2 Identifikasi Diagnosa/ Masalah
3.3 Identifikasi Masalah Potensial
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
3.5 Intervensi
3.6 Implementasi
3.7 Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada anak “I” dengan
asma, diharapkan semua mahasiswa mampu memahami asuhan kebidanan
pada penyakit asma.
2.1 Definisi
Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan
bronkus oleh berbagai macam pencetus dengan timbulnya penyempitan
luas saluran nafas bagian bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya
secara spontan atau dengan pengobatan. (Ilmu kesehatan anak: 1985 hal
1203).
Asma adalah mengi berulang dan / batuk persisten dalam keadaan dimana asma
yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah
disingkirkan.
(Kapita selekta kedokteran: 2000 hal 461).
2.2 Etiologi
Penyebab asma belum jelas, diduga yang memegang peranan penting
utama ialah reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus (hiperreaktifitas bronkus).
Hiperreaktifitas bronkus itu belum diketahui dengan jelas penyebabnya. Diduga
karena adanya hambatan sebagian adrenergik, kurangnya enzim adenil siklase dan
meningginya tonus sistem parasimpatik. Keadaan demikian menyebabkan mudah
terjadinya kelebihan tonus parasimpatik kalau ada rangsangan sehingga terjadi
spasme bronkus.
Asma (hiperreaktivitas bronkus) agaknya diturunkan secara poligenik.
Alergi (atopik) salah satu faktor pencetus asma juga diturunkan secara genetik
tapi belum pasti bagaimana caranya. (IKA tahun 1985 hal: 1203).
Belum diketahui faktor pencetus adalah alergen, infeksi (terutama saluran
nafas bagian atas), iritan, cuaca, kegiatan jasmani, refluks gastroesofagus dan
psikis. (Kapita selekta tahun 2000 hal 461).
2.3 Patofisiologis
Alergen yang masuk ke dalam tubuh merangsang sel plasma
menghasilkan IgE yang selanjutnya menempel pada reseptor dinding sel mast,
atau disebut sel mast tersensitisasi.
Bila alergen serupa masuk ke dalam tubuh, alergen tersebut akan
menempel pada sel mast yang mengalami degranulasi dan mengeluarkan
sejumlah mediator seperti histamine, leukotrien, faktor pengaktivasi platelet,
bradikinin dan lain-lain. Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas
kapiler sehingga timbul edema, peningkatan produksi mucus, dan kontraksi otot
polos secara langsung atau melakui persarafan simpatis. (Kapita selekta tahun
2000 hal 461)
Salah satu sel yang memegang peranan penting pada patogenesis asma
ialah sel mast, sel mast dapat terangsang oleh pencetus. Bila alergen sebagai
pencetus maka alergen yang masuk ke dalam tubuh merangsang sel plasma / sel
pembentuk antibodi lainnya untuk menghasilkan antibodi reagenik atau IGE. IGE
akan menempel pada reseptor yang sesuai dinding sel mast dan degranulasi sel
mast. Mediator dapat bereaksi langsung dengan reseptor di mukosa bronkus
sehingga menurunkan siklik AMP kemudian terjadi bronkokontriksi. Mediator
dapat juga menyebabkan bronkokontriksi dengan mengiritasi reseptor irritant.
Gejala Klinis
Serangan akut yang spesifik jarang dilihat sebelum anak berumur 2 tahun.
Secara klinis asma dibagi dalam 3 stadium:
a. Stadium I
Waktu terjadi edema dinding bronkus, batuk paroksismal karena iritasi
dan batuk kering. Sputum yang kental dan mengumpul merupakan benda
asing yang merangsang batuk.
b. Stadium II
Sekresi bronkus bertambah banyak dan batuk dahak yang jernih dan
berbusa. Pada stadium ini anak akan mulai merasa sesak nafas berusaha
bernafas lebih dalam. Ekspirium memanjang dan terdengar bunyi mengi.
Tampak otot nafas tambahan turut bekerja, terdapat retraksi suprasternal,
epigastrium dan mungkin sela iga, anak akan gelisah pucat dan sianosis
sekitar mulut torak membungkung ke depan. Pada anak yang lebih kecil,
cenderung terjadi pernafasan abdominal, retraksi suprasternal dan interkostal.
c. Stadium III
Obstruksi atau spasme bronkus lebih berat, aliran udara sangat sedikit
sehingga suara nafas hampir tidak terdengar. Stadium ini sangat berbahaya
karena disangka ada perbaikan, juga batuk seperti ditekan, pernafasan
dangkal, tidak teratur dan frekuensi nafas yang mendadak meninggi.
Pemeriksaan Fisik
Hasil yang dihasilkan tergantung stadium serangan serta lamanya
serangan serta jenis asmanya. Pada asma yang ringan dan sedang tidak ditemukan
kelainan fisik diluar serangan.
Pada inspeksi terlihat pernafasan cepat dan sukar, disertai batuk-batuk
paroksimal, terdapat suara wheezing (mengi), eksperium memanjang, pada
inspirasi terlihat retraksi daerah supraklavikular, suprasternal, epigastrium dan
sela iga.
Pada asma kronik terlihat bentuk toraks emfisematus, bokong ke depan,
sela iga melebar, diameter anteroposterior torak bertambah. Pada perkusi
terdengar hipersonor seluruh torak, terutama bagian bawah posterior, daerah
pekak jantung dan hati mengecil.
Pada auskultasi mula-mula bunyi nafas kasar/ mengeras, tapi pada stadium
lanjut suara nafas melemah atau hampir tidak terdengar karena aliran udara sangat
lemah.
Dala fase normal fase ekspirasi 1/3 – ½ dari fase inspirasi, pada waktu
serangan fase ekspirasi memanjang, terdengar juga ronki kering dan ronki basah
lendir banyak sekresi bronkus.
Penyakit asma juga bisa mempengaruhi pertumbuhan anak. Tiap anak
perlu pemeriksaan fisik lebih lengkap pada kunjungan pertama, penting
diperhatikan keadaan kulit saluran nafas bagian atas dan teling.
2.5 Diagnosis
Riwayat penyakit
pemeriksaan fisis
Negatif Positif
Ditentukan berat dan
pencetusnya
2.6 Penanggulangan
1. Oksigen 4-6 liter permenit.
2. Periksa gas darah dan pasang IUFD cairan 3:1 (glukosa 10% NaCl
0,9%) ditambah KCl 5 kolf.
- Koreksi kekurangan cairan
- Koreksi penyimpangan asam basa
- Koreksi penyimpangan elektrolik
3. Theophylin yang sudah diberikan diteruskan, bila belum harus
diberikan
- Ukur kadar theopylin dalam darah
- Pantau tanda-tanda keracunan theopylin
- Bila tanda-tanda keracunan tidak dan keadaan serangan
asmanya belum membaik mungkin perlu tambahan dosis theopylin.
4. Kartikosteroid diberikan intravena, sangat diperlukan dalam
mempercepat hilangnya odema dan mengembalikan sensivitas terhadap obat-
obat bronkodilator.
5. Pengenceran lendir dengan mukolitik, foto rongten torak dan periksa
EKG.
Data Subjektif
1. Biodata
Nama ibu/suami : Untuk mengetahui identifikasi dan digunakan
sebagai sapaan untuk komunikasi.
Umur ibu/suami : Untuk mengetahui apakah umur ibu menjadi faktor
predisposisi pada masa nifas.
Agama : Untuk mengetahui kepercayaan klien terhadap
agama yang dianutnya dan mengenali hal-hal yang
berkaitan dengan masalah asuhan yang diberikan.
Suku/bangsa : Untuk mengetahui asal suku daerah ibu,
mengetahui adat budayanya, memudahkan dalam
berkomunikasi dengan bahasa daerah dalam
menyampaikan KIE.
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu sebagai
dasar dalam memberikan KIE.
Pekerjaan : Untuk mengetahui aktivitas ibu di tempat kerja
berkaitan dengan kemungkinan kenaikan tekanan
darah.
Alamat : Untuk mengetahui lokasi tempat tinggal ibu.
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu saat pengkajian
berkaitan dengan masa nifas.
3. Alasan datang ke RS
Untuk mengetahui alasan pertama kali datang ke sarana
kesehatan.
4. Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit
jantung, sakit kuning, TBC, mempunyai penyakit kronis seperti asma,
hipertensi, gagal ginjal maupun penyakit menurun seperti kencing
manis.
5. Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit kronis
dan menurun.
6. Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah saudara pihak ibu ada yang pernah
mengalami atau sedang menderita penyakit seperti penyakit jantung,
sakit kuning, TBC, dan penyakit kronis seperti asma, gagal ginjal
maupun penyakit keturunan seperti kencing manis.
7. Riwayat haid
Untuk mengetahui siklus haid teratur/ tidak, banyaknya darah
yang keluar, lamanya haid, disertai nyeri/ tidak, keputihan, berbau,
gatal/ tidak, lamanya, haid terakhir kapan, untuk mengetahui fungsi alat
reproduksi.
8. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui ibu menikah umur berapa, berapa kali
menikah dan lamanya perkawinan.
9. Riwayat kontrasepsi
Untuk mengetahui ibu menggunakan kontrasepsi jenis apa,
lamanya pemakaian kontrasepsi keluhan selama pemakaian serta untuk
mengetahui kontraindikasi sehingga komplikasi tidak terjadi.
10. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah hamil/
bersalin dan adakah resiko atau penyulit dalam kehamilan, persalinan
dan nifas yang lalu. Bila ada dapat diantisipasi dengan segera oleh
petugas kesehatan sehingga komplikasi tidak terjadi.
11. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang
Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah hamil/
bersalin dan adakah resiko atau penyulit dalam kehamilan, persalinan
dan nifas yang lalu. Bila ada dapat diantisipasi dengan segera oleh
petugas kesehatan sehingga komplikasi tidak terjadi.
12. Pola kebiasaan
Untuk mengetahui perbedaan pola kebiasaan ibu sebelum masuk
sarana kesehatan dan saat berada di sarana kesehatan.
Data Objektif
1. Pemeriksaan umum : Untuk mengetahui kesadaran ibu secara
keseluruhan.
Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu,
composmentis, samnolen, sopor dan koma.
Suhu : Untuk mengetahui temperatur suhu ibu.
Nadi : Untuk mengetahui frekuensi detak jantung
ibu/menit.
Pernafasan : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan
ibu/menit, iramanya regular/ tidak.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Wajah : Untuk mengetahui ekspresi wajah ibu, anemi/ tidak,
odem/ tidak.
Mata : Untuk mengetahui apakah konjungtiva ibu pucat/
tidak, sclera putih/ kuning.
Mulut : Untuk mengetahui tingkat kelembaban sehubungan
dengan dehidrasi, adanya stomatitis.
Leher : Untuk mengetahui adanya hiperpigmentasi berkaitan
dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron,
pembesaran vena jugularis.
Dada : Untuk mengetahui apakah adanya benjolan abnormal.
Perut : Untuk mengetahui adanya kelainan pada perut,
apakah adanya luka bekas operasi.
Vulva : Untuk mengetahui derajat kebersihan, keluaran
pervaginam, varises, odem, kondiloma akuminata.
Ekstreimitas : Untuk mengetahui kualitas pergerakan spontan,
varises, odem.
b. Palpasi
Perut : Untuk mengetahui apakah adanya TFU sesuai dengan
yang seharusnya.
c. Auskultasi
Thoraks : Untuk mengetahui adanya ketidaknormalan dalam
pernafasan.
d. Perkusi
Reflek patella : Untuk mengetahui adanya reflek pada lutut.
2.7.5 Intervensi
Dx : Ny. “A” P20002 2 hari post partum
Intervensi diagnosa
1. Lakukan pendekatan terapeutik dengan ibu.
R/ Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan
dengan pasien.
2. Jelaskan pada ibu tentang kondisi ibu.
R/ Menambah pengetahuan ibu tentang kondisi kesehatan.
3. Observasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi.
R/ Mengetahui keadaan umum ibu dan mengetahui adanya komplikasi.
4. Anjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini mengurangi rasa sakit.
R/ Agar peristaltik usus bekerja dan dapat
5. Kolaborasi dengan dokter SPOG.
R/ Mempercepat penyembuhan kondisi ibu dalam pemberian terapi
obat.
Intervensi masalah
1. Lakukan pendekatan terapeutik dengan ibu dan keluarga.
R/ Terciptanya hubungan baik antara bidan dan klien.
2. Anjurkan ibu untuk minum air putih yang banyak.
R/ Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang selama persalinan.
3. Anjurkan ibu untuk makan-makanan yang bergizi.
R/ Untuk mempercepat involusi organ-organ tubuh.
4. Anjurkan ibu untuk menjaga daerah kewanitaannya.
R/ Untuk mencegah terjadinya infeksi.
5. Beri ibu obat supositoria per rektal.
R/ Untuk melunakkan feses.
2.7.6 Implementasi
Penanganan disesuaikan dengan intervensi.
2.7.7 Evaluasi
Berhubungan dengan kriteria hasil yang diharapkan.
BAB III
TINJAUAN KHASUS
I. PENGKAJIAN
Data Subjektif
1. Nama anak : Anak “I”
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 4 tahun
2. Alasan datang
Ibu px mengatakan anaknya sesak, batuk dan muntah 2x dan dibawa
ke pukesmas cukir.
3. Keluhan utama
Ibu px mengatakan anaknya sesak, batuk dan saat bernafas dibagian
leher terlihat agak cekung.
4. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan anaknya sesak batuk dan muntah sejak tanggal 7
januari 2010 yang lalu.
5. Riwayat penyakit lalu
Ibu px mengatakan anaknya saat usia 2,5 tahun pernah sakit batuk dan
dibelikan obat OBH tapi batuk tidak sembuh, sudah dibawa ke bidan 5 kali
tidak sembuh dan dibawa ke puskesmas.
6. Riwayat penyakit keluarga
Ibu px mengatakan dalam keluarga tidak ada yang punya penyakit
menurun DM, asma, hipertensi, menular HIV, hepatitis, TBC dan menahun
jantung.
7. Pola kebiasaan sehari-hari
Di rumah Di RS
Pola istirahat − Tidur ± 10 jam − D RS istirahat ±
siang ± 2 jam dan 8 10 jam terbangun jika
jam saat malam ingin BAB, BAK
terbangun jika BAB berisik dan saat TTV.
& BAK.
Nutrisi − Makan ± 3x − Makan 3x dengan
dengan nasi, sayur nasi, sayur, minum air
minum air putih. putih dan the hangat.
Eliminasi − BAB 1x/Hr − BAB 1x/hr lunak,
Lunak, Kuning kuning.
− BAK 4-5x/hr − BAK 5-6x/hr
kuning jernih kuning, jernih.
Aktivitas − Anak “I” biasa − Anak “I” sudah 2
bermain-main dengan hari ini berjalan
temannya dan sendiri saat mau
melakukan aktivitas BAB/BAK
seperti belajar.
Personal hygiene − Mandi 2x sehari, − Diseka 2x sehari
gosok gigi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari
keramas 1x dalam 3 tidak keramas.
hari.
Data Objektif
1. – k/u: lemah
- Kesadaran: composmentis
- TTV Nadi: 100x/mnt
Suhu: 368 0C
RR: 35x/mnt
- BB 15 kg.
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : Tidak ada benjolan, rambut hitam merata, bersih tidak
ada ketombe.
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih.
Hidung : Simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada
secret.
Telinga : Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen.
Mulut : Bibir agak pucat, tidak labio skisis, tidak stomatitis,
tidak ada caries gigi, lidah bersih.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan bendungan
vena jugularis.
Dada : Simetris, tidak ada massa, ada tarikan intra costa
sedikit, terdengar bunyi ronki.
Abdomen : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, tidak kembung.
Genetalia : Bersih, belum ada rambut pubis, tidak ada hipospadia
dan epispadia.
Ekstremitas atas : Simetris, tidak polidaktil maupun sindaktil, tangan kiri
terpasang infus Ds, gerak atif.
Ekstermitas bawah : Simetris, gerak aktif, tidak sindaktil maupun
polidaktil.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 10 januari 2010 Jam: 08.30 WIB.
1. Melakukan pendekatan terapeutik dengan pasien dan keluarga.
2. Mengobservasi TTV nadi: 120x/mnt S: 365 0C RR: 24x/mnt
3. Memberikan posisi semi fowler pada pasien.
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter:
- Injeksi ampisilin 4x500 mg.
- Aminopilin 3x2 cc.
5. Menyarankan ibu px memberikan px minum air hangat saat anak haus.
6. Memberi nutrisi yang cukup
- Minum air putih cukup
- Makan-makanan bergizi.
VII. EVALUASI
Tanggal : 10 januari 2010 Jam: 10.00 WIB.
Dx : Anak “I” usia 4 tahun dengan asma bronkiale.
S : Anak “I” mengatakan selang O2 ingin dilepas dan nafasnya tidak
sesak seperti tadi pagi.
O : - k/u: baik
- Kesadaran: composmentis
- TTV Nadi: 120x/mnt
Suhu: 365 0C
RR: 24x/mnt
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada anak “I” usia 4 tahun dengan asma
tidak ditemukan suatu kendala, dilihat dari data pengkajian subjektif dan objektif
ditandai dengan nafas terengah-engah, leher agak cekung, sehingga petugas kesehatan
mengidentifikasi diagnosa.
Pada anak “I” setelah dilakukan analisa data maka tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dan praktik lapangan. Di puskesmas cukir melakukan suatu perawatan
sesuai degnan prosedur sehingga anak “I” nafasnya tidak terengah-engah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada tinjauan kasus dapat ditarik kesimpulan asuhan kebidanan pada anak
“I” usia 4 tahun dengan asma . Jika kita menemukan pasien dengan keluhan asma
kita bisa menolong sesuai dengan prosedur untuk dapat menghasilkan hasil yang
dicapai yakni anak “I” bernafas normal tidak terengah-engah.
5.2 Saran
Asuhan yang diberikan pada anak “I” yakni harus sesuai dengan prosedur
dan memberi langsung bantuan O2 untuk mempermudah bernafas serta prosedur
lain yang dapat mengembalikan kondisi anak sehat kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Infomedika.