STUDI PENDAHULUAN PENGGUNAAN ASAP CAIR DARI BAMBU SEBAGAI

BAHAN PENGGUMPAL LATEKS

(Preliminary Study For Usage Of Liquid Smoke From Bamboo As Latex Coagulant)

Hani Handayani, Santi Puspitasari, dan M.Irfan Faturrahman

Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor, Jalan Salak No.1 Bogor 16151
E-mail: hani_180284@yahoo.com

ABSTRACT
The problem that happened in the processing of rubber (bokar) was the quality that was
low and bad odor since from the farm was caused by the farmer used the latex coagulant
that was not recommended. The content of phenol in the liquid smoke was expected could
neutralize or eliminated the odor and coagulated latex completely. This research aimed at
studying the possibility of the use of liquid smoke from bamboo as latex coagulant as well
as his influence towards the coagulum and rubber characteristics that was produced.
Liquid smoke was added in latex with the certain dose variation. While coagulation was
observed by the colour, pH, odor, and time. Coagulum that was formed was rolled and
dried until forming crepe rubber and then the physical characteristic was tested. As the
standard was used formic acid 2,5% and liquid smoke from oil palm shell that uptil now
often used as coagulant latex. Results of the research showed that liquid smoke bamboo
70% with dose 4 gram/kg dry rubber could be used to coagulated latex with was equal
quality to latex that was coagulated by formic acid.
Keywords: Latex, coagulant, liquid smoke, and bamboo.

ABSTRAK
Masalah yang terjadi dalam pengolahan karet (bokar) adalah mutu bokar yang rendah dan
bau busuk yang menyengat sejak dari kebun disebabkan petani menggunakan bahan
penggumpal lateks yang tidak dianjurkan. Kandungan fenol dalam asap cair diduga dapat
menetralkan/ menghilangkan bau busuk dan membekukan lateks dengan sempurna.
Penelitian ini bertujuan mempelajari kemungkinan penggunaan asap cair dari bambu
sebagai bahan penggumpal lateks serta pengaruhnya terhadap karakteristik koagulum dan
karet yang dihasilkan. Asap cair ditambahkan ke dalam lateks dengan variasi dosis
tertentu. Selama koagulasi diamati warna, pH, bau, dan waktu. Setelah itu koagulum yang
terbentuk digiling dan dikeringkan hingga membentuk krep untuk kemudian diuji sifat
fisikanya. Sebagai pembanding digunakan asam format 2,5% dan asap cair dari cangkang
sawit yang selama ini telah banyak dipakai sebagai pembeku lateks. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa larutan asap cair bambu 70% dengan dosis 4 gram/kg karet kering
dapat digunakan untuk menggumpalkan lateks dengan mutu setara dengan lateks yang
dibekukan oleh asam format.
Kata kunci: Lateks, koagulan, asap cair, dan bambu.
 PENGARUH KOH SEBAGAI PENCEPAT MASA PEMERAMAN
PADA LATEKS KLON PR
(The Influence of KOH As Accelerating Agent in Aging Period of Latex Clone PR)

Hani Handayani
Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor, Jalan Salak No.1 Bogor 16151
E-mail: hani_180284@yahoo.com

ABSTRACT
Latex clone PR was one of the latex clones with have viscosity relatively stable so that able
to be used as the material to make constant viscosity rubber (CV rubber), but had the
mechanical stability time (MST) value that was very low so that not be able to used for
making concentrated latex. The speed of the increase in the stability of latex mechanics
could be encouraged by using surfactant exceeded the normal dose was used. This
treatment will speed up the period of latex aging but caused the other problem that is his
concentrated latex to become more stable and to be foamy so that difficult to be processed
into the immersion product or dipped articles. The alternative that could be carried out
was by adding the strong alkali that did not give the negative influence on the
characteristics of the concentrated latex, one of the alkalis that could be used was KOH.
Latex was sentrifuged, afterwards was preserved with 0.04 phr ammonium laurat 20% and
inside was added 0.18 phr KOH 20% afterwards this latex aged. The aging period was
measured by the MST value and VFA of each interval of time 7 days. Results of the
research showed the rise towards the MST value and VFA but his influence was not too
significant and not yet fulfill the MST standard for latex concentrate processing.
Keywords: Concentrated latex, aging period, strong alkali, and KOH.

ABSTRAK
Lateks klon PR merupakan salah satu jenis lateks dengan viskositas relatif mantap
sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat karet viskositas mantap, namun
memiliki kestabilan mekanik yang rendah sehingga tidak dapat digunakan untuk membuat
lateks pekat. Kecepatan peningkatan kemantapan mekanik lateks dapat dipacu dengan
menggunakan sabun pemantap melebihi dosis yang biasa digunakan. Perlakuan ini akan
mempercepat masa pemeraman lateks tapi menimbulkan masalah lain yaitu lateks pekatnya
menjadi terlalu mantap dan mudah berbusa sehingga sulit untuk diolah menjadi produk
celupan atau dipped articles. Alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan
menambahkan basa kuat yang tidak memberikan pengaruh negatif terhadap sifat-sifat
lateks pekatnya, salah satu basa yang dapat digunakan adalah KOH. Lateks klon PR
dipekatkan, kemudian diawetkan dengan 0,04 phr amonium laurat 20% dan ke dalamnya
ditambahkan 0,18 phr KOH 20% kemudian lateks tersebut diperam. Selama masa
pemeraman diukur nilai MST (Mechanical Stability Time) dan VFA (Volatile Fatty Acid)
setiap interval waktu 7 hari. Hasil penelitian memperlihatkan terjadi kenaikan terhadap
nilai MST dan VFA lateks pekat namun pengaruhnya tidak terlalu signifikan dan belum
memenuhi standar MST untuk pengolahan lateks pekat.
Kata kunci: Lateks pekat, masa pemeraman, basa kuat, dan KOH.