You are on page 1of 15

KASUS DAN PEMBAHASAN

EUTHANASIA
PENGERTIAN
EUTHANASIA
 Eutanasia (Bahasa Yunani: ευθανασία
-ευ, eu yang artinya "baik", dan θάνατος,
thanatos yang berarti kematian) adalah
praktik pencabutan kehidupan manusia
atau hewan melalui cara yang dianggap
tidak menimbulkan rasa sakit atau
menimbulkan rasa sakit yang minimal,
biasanya dilakukan dengan cara
memberikan suntikan yang mematikan.
EUTHANASIA MENURUT HUKUM
INDONESIA
 Berdasarkan hukum di Indonesia maka eutanasia adalah
sesuatu perbuatan yang melawan hukum, hal ini dapat
dilihat pada peraturan perundang-undangan yang ada yaitu
pada Pasal 344 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang
menyatakan bahwa "Barang siapa menghilangkan nyawa
orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang
disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh,
dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun". Juga demikian
halnya nampak pada pengaturan pasal-pasal 338, 340,
345, dan 359 KUHP yang juga dapat dikatakan memenuhi
unsur-unsur delik dalam perbuatan eutanasia. Dengan
demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara kita
memang tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh siapa
pun
Eutanasia Ditinjau dari Sudut Cara
Pelaksanaannya
 * Eutanasia agresif, disebut juga eutanasia
aktif, adalah suatu tindakan secara sengaja
yang dilakukan oleh dokter atau tenaga
kesehatan lainnya untuk mempersingkat atau
mengakhiri hidup seorang pasien. Eutanasia
agresif dapat dilakukan dengan pemberian
suatu senyawa yang mematikan, baik secara
oral maupun melalui suntikan. Salah satu
contoh senyawa mematikan tersebut adalah
tablet sianida.
 * Eutanasia non agresif, kadang juga
disebut eutanasia otomatis
(autoeuthanasia) digolongkan sebagai
eutanasia negatif, yaitu kondisi dimana
seorang pasien menolak secara tegas
dan dengan sadar untuk menerima
perawatan medis meskipun mengetahui
bahwa penolakannya akan
memperpendek atau mengakhiri
hidupnya.
 * Eutanasia pasif dapat juga
dikategorikan sebagai tindakan eutanasia
negatif yang tidak menggunakan alat-alat
atau langkah-langkah aktif untuk
mengakhiri kehidupan seorang pasien.
Eutanasia pasif dilakukan dengan
memberhentikan pemberian bantuan
medis yang dapat memperpanjang hidup
pasien secara sengaja.
Aspek Medis
 Dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang medik, kehidupan
seorang pasien bisa diperpanjang dan
hal ini sering kali membuat para dokter
dihadapkan pada sebuah dilema untuk
memberikan bantuan tersebut apa tidak
dan jika sudah terlanjur diberikan
bolehkah untuk dihentikan.
Ilmu pengetahuan membedakan kematian
kedalam tiga jenis:
 Orthothansia, merupakan kematian
yang terjadi karena proses alamiah
 Dysthanasia, adalah kematian yang
terjadi secara tidak wajar
 Euthanasia, adalah kematian yang
terjadi dengan pertolongan atau tidak
dengan pertolongan dokter
CONTOH EUTHANASIA
 Seseorang yang sedang menderita
kanker ganas atau sakit yang mematikan,
yang sebenarnya dokter sudah tahu
bahwa seseorang tersebut tidak akan
hidup lama lagi. Kemudian dokter
memberinya obat dengan takaran tinggi
(overdosis) yang sekiranya dapat
menghilangkan rasa sakitnya, tetapi
justru menghentikan pernapasannya
sekaligus.
ASPEK AGAMA
 Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-
rahmah atau taisir al-maut (eutanasia), yaitu suatu
tindakan memudahkan kematian seseorang dengan
sengaja tanpa merasakan sakit, karena kasih
sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan si
sakit, baik dengan cara positif maupun negatif.
 Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan
mati, namun hak tersebut merupakan anugerah
Allah kepada manusia. Hanya Allah yang dapat
menentukan kapan seseorang lahir dan kapan ia
mati (QS 22: 66; 2: 243)
MENURUT Kode Etik Kedokteran
Indonesia
 Dalam KODEKI pasal 2 dijelaskan
bahwa: “seorang dokter harus senantiasa
berupaya melaksanakan profesinya
sesuai dengan standar profesi tertinggi”.
Jelasnya bahwa seorang dokter dalam
melakukan kegiatan kedokterannya
sebagai seorang profesi dokter harus
sesuai dengan ilmu kedokteran mutakhir,
hukum dan agama.
 KODEKI pasal 7d juga menjelaskan
bahwa “setiap dokter harus senantiasa
mengingat akan kewajiban melindungi
hidup insani”. Artinya dalam setiap
tindakan dokter harus bertujuan untuk
memelihara kesehatan dan
kebahagiaaan manusia. Jadi dalam
menjalankan profesinya seorang dokter
tidak boleh melakukan:
1. Menggugurkan kandungan (Abortus
Provocatus),
2. Mengakhiri kehidupan seorang pasien
yang menurut ilmu dan pengetahuan
tidak mungkin akan sembuh lagi
(euthanasia) Mengenai euthanasia
Euthanasia di Tinjau dari Sosial
Ekonomi
 Secara sosial euthanasia tidak sesuai
dengan nilai dan norma. membicarakan
tentang Euthanasia sebenarnya tidak
lepas dari apa yang di sebut hak untuk
menentukan nasib diri sendiri dari pasien
itu sendiri. Hak ini merupakan salah satu
unsur utama hak asasi manusia dan oleh
karena itulah Euthanasia masih bisa
dipertimbangakan.
TINJAU SOSIAL EKONOMI
 Dari segi medis ada kepastian bahwa
penyakit sudah tidak dapat
disembuhkan lagi.
 Harga obat dan biaya tindakan medis
sudah terlalu mahal.
 Dibutuhkan usaha ekstra untuk
mendapatkan obat atau tindakan medis
tersebut

You might also like