You are on page 1of 258

KENAPA PALESTINA,

RENUNGAN SEORANG IBU

RANGKUMAN VISUAL
BELAJAR DARI AL QUR’AN, HADITS,
SIRAH, DAN KEHIDUPAN.

BAB I

APA, DAN SIAPA

‘BERITA’

Penyusun buku, ingin membuat sebuah rangkuman. Dan ia bingung sendiri. Bagaimana memulainya? Wajahnya
berkernyit, dahinya bergaris-garis. Tiba-tiba, ia melihat sesosok gambaran. Sebuah imajinasi menyembul lewat seorang
perempuan. Bukankah orang seperti ini, memiliki kepekaan rasa? Seorang ibu yang senang menyerap informasi,
memirsa televisi, dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki, dan hobi yang dipunyai. Maka, “Dunia Dalam

1
Berita” TVRI itupun, ditontonnya. Tepat, pada saat jam menunjukkan pukul sembilan malam. Setelah ia menunaikan
shalat isya’, berzikir mengingat Tuhannya.
Di sana, terpampang dagelan itu.
Permainan yang menertawakan, juga menyebalkan. Di samping mengesalkan hati, tentunya.
Kenapa tidak?
Ia melihat melalui cermin teropong, perempuan itu menampakkan nyinyir di mulut. Getir di bibir. Pandangnya
terpaling dari televisi, ke arah sekeliling. Radio, komputer, buku, majalah, koran, segala sesuatu yang terdapat di
kamar, merangkap ruang kerjanya. Benda-benda yang dibutuhkan agar bisa menyerap informasi. Statusnya,
membuatnya selalu haus dan lapar pada barang-barang tersebut.
Dan detik ini, ia sudah berpikir; betapa tehnik informasi sudah sedemikian canggih mengolah data. Membuat
orang secara tak sadar sering terkecoh. Supremasi informasi yang dikuasai negara-negara ‘pemegang power informasi’,
membuat berita menjadi tidak lurus lagi. Lebih banyak mementingkan kepentingan tertentu saja. Ras, bangsa, ideologi,
agama, faham, politik, ekonomi, budaya, sosial, militer. Apalagi pengklaiman sebagai ‘bangsa pilihan tuhan’,
‘pemikiran intervensi dan serangan dini’, begitu mendominasi. Prasangka yang didasari akan adanya ‘ancaman kasat
mata, di atas kepentingan sendiri! Sedang kekuatan ekonomi dan militer, ilmu dan teknologi, tentu saja, memegang
peran penting untuk itu.
Gambar yang terlihat, informasi dan berita yang disampaikan, kadang-kadang hanya rekayasa. Dan kurang bisa
dipercaya. Banyak manipulasi dilakukan orang yang ahli dan licik di bidang itu. Yang bisa tergiur dan dibeli dengan
uang, hingga berita atau informasi, sepertinya benar terjadi dan terlihat di layar kaca, padahal hanya rekaan semata.
Dan getir di bibir ibu itu, semakin terasa pahit.
***
Lalu perempuan itu pun, atas pemikiran demikian, ingat sebuah nama:
“JERRY D. GRAY”, gumamnya.
Dan bibir pahit itu, seperti tergerak sedikit.
Jerry D. Gray adalah mantan US Air Force. Wartawan Metro TV & CNBC Asia. Menulis buku: 1) “Dosa-Dosa
Media Amerika“, Ufuk Press, 2006,
Di dalam kata pendahuluan pada bukunya, Jerry menulis seperti ini:
“Saat beranjak dewasa, lewat didikan di sekolah dan tontonan televisi, saya menjadi percaya pada banyak hal.”
“Setelah dewasa, saya mulai sadar. Bahwa sebagian kepercayaan ini, tidak tepat atau bahkan keliru sama sekali,”
katanya.

2
“Ada sejumlah isu di dunia, yang bagi saya sepertinya luar biasa penting, namun media mengacuhkan atau
bahkan memelintirnya. Berulang kali perusahaan media televisi terlihat berat sebelah. Bahkan, yang lebih membuat
saya kecewa, mereka cenderung berusaha “mencuci otak” cara lihat dan rasa kita, akan beragam isu di seantero dunia,”
terusnya lagi. “Salah satu contoh yang sangat menonjol adalah ribuan, jika tidak jutaan pemirsa televisi barat, percaya,
bahwa Muslim adalah teroris. Dan Islam itu jahat, atau ancaman bagi kedamaian dan keamanan dunia.”
“Saya merasa luar biasa kecewa dan stress, setelah sadar, begitu banyak hal yang saya percayai, ternyata keliru.
Namun akhirnya, nasib membelokkan kehidupan saya menjadi seorang jurnalis. Sejak itu saya mulai melihat kebenaran
dalam berbagai hal lewat mata saya sendiri, bukan mata orang lain.”
“Saat mulai melihat dan mengetahui realitas dunia, jiwa saya terguncang. Kini saya lebih sering menangis
dibandingkan tertawa.”
“Lewat riset pribadi, saya menemukan banyak fakta mengenai media televisi korporat (Terutama di Amerika
Serikat). Peristiwa-peristiwa dunia yang kerap kita saksikan lewat berita televisi, telah dipelintir. Penuh dengan
kebohongan dan tipuan. Media korporat Amerika telah mengalami pergeseran dari sarana yang melaporkan berita
aktual, menjadi mesin propaganda yang setia mendukung presiden dan pemerintah AS, terlepas keliru maupun benar,”
sambungnya. “Nyaris setiap hari kita melihat corong-corong pemerintah semacam CNN, MSNBC, dan FOX NEWS
melansir berita ‘sepihak.’ Tujuan reportase semacam itu, nyata-nyata menyesatkan cara pandang pemirsa terhadap isu
tertentu. Individu atau jurnalis yang bertahan dengan menyampaikan kisah ‘sesungguhnya’, biasanya dideskreditkan
melalui serangan yang dilancarkan berbagai agen media sekaligus.”
“Contohnya, kasus Saddam. Ia tidak memiliki senjata pemusnah massal. Namun, dengan bantuan media korporat
Amerika, Bush membohongi publik agar percaya pada kabar tersebut. Kampanye kotor terhadap Saddam sedemikian
hebatnya, bahkan sekiranya kita bisa membersihkan Saddam dari setiap tuduhan, dunia tetap membenci dan
memandangnya sebagai manusia jahat. Itu semua berkat propaganda televisi. Bukan jurnalisme.”
“Sekarang dunia penuh dengan kebohongan dan muslihat pemimpin barat yang didukung media korporat………”
Begitu tulis Jerry.
***
‘YA, YA,” pikir perempuan itu. Mengiyakan dan mengomentari pernyataan Jarry. Terutama yang berkenaan
dengan kata-kata Jerry: “Ada sejumlah isu di dunia, yang bagi saya sepertinya luar biasa penting, namun media
mengacuhkan atau bahkan memelintirnya. Berulang kali perusahaan media televisi terlihat berat sebelah.”
Dan ia mulai mengingat keadaan rakyat Palestina.
Betapa mereka menderita, tapi jarang media televisi memberitakan. Apalagi menggambarkan sebuah informasi,
dengan judul misalnya: “Luka derita rakyat dan bangsa Palestina di atas penjajahan dan penindasan Israel”.

3
Gambaran itu pun, serta-merta menempati alun pikir, dan ingat bayang si ibu.
Dan sekarang, ia ingin menyajikannya kepada Anda, di atas kutipan dari buku yang dibacanya. Dan tentu saja,
informasi seperti ini, diperoleh dari media atau penerbit, yang sadar akan ketidakadilan media korporat Barat dan anak
cucu, dalam hal pemberitaan. Maka sebagai muslim yang memiliki kepekaan rasa dan tanggung jawab kemanusiaan,
orang-orang seperti ini, rela mengorbankan uang untuk itu. Maklum, kaum muslimin dengan kondisi keuangan dan
permasalahannya, susah untuk bisa memiliki station televisi.
“Menerbitkan bacaan dalam bentuk buku saja, sudah alhamdulillah,” pikirnya.
Padahal, sama-sama kita ketahui, bahwa kaum muslimin itu sebenarnya banyak memiliki aset kekayaan. Bahkan,
konglomeratnya pun tidak sedikit. Negaranya menghasilkan sumber perekonomian tinggi; minyak, emas, besi, kapas,
karet, dan lain-lain. Peraturan agamanya pun mengharuskan dan menghimbaunya untuk mengeluarkan zakat dan
sedekah!
***
Gambaran yang ingin ditampilkan perempuan itu, kini sudah bisa Anda baca: Aisyah Al Hurany, seorang ibu
dengan dua orang putra, (23 tahun), tinggal di kota Nablus. Sementara suami, di kampung ‘Hawarah’. Serba
kekurangan makanan pokok dan obat-obatan, karena di blokade Israel. Terputus dari daerah sekitar. Ditambah lagi,
dengan serangan dari pemukim Yahudi yang meneror. Menghancurkan masjid-masjid di kampung itu, bahkan juga
rumah-rumah penduduk.
Dengan menggendong si bungsu, tangan yang lain menggenggam erat tangan anak pertama yang berumur 4
tahun, Aisyah Al Hurany melewati jalan setapak bertanah liat dan licin itu. Satu-satunya jalan alternatif untuk bisa
sampai pada tujuan, setelah melewati berbagai pos-pos pemeriksaan. Semua takut dengan senjata dan peluru militer
Israel, yang selalu mengawasi jalan itu setiap saat. Yang kadang ditutup untuk umum sesuka mereka, dan dibuka, juga
dengan kemauan mereka sendiri.
Kondisi inilah yang membuat kehidupan di propinsi Nablus, semakin tidak menentu. Mereka hidup dalam
keadaan terisolir total, sampai kurun waktu, yang semuanya hanya bisa ‘ditentukan’ oleh para penguasa Israel!
***
Aisyah sampai di ujung jalan Tel terakhir, setelah hampir dua puluh menit berjalan di atas tanah berlumpur yang
licin. Seluruh pakaiannya, dan pakaian kedua anaknya, kotor. Nampaknya ia sangat kelelahan. Kehabisan tenaga untuk
melanjutkan perjalanan. Ia hanya bisa berdesah, dengan sisa-sisa tenaga, dan berseru getir: “Saya hanya ingin para
pemimpin Arab tahu, dan menyadari kondisi kehidupan kami. Bangsa Palestina yang hidup dalam kehinaan, kenistaan,
dan penjajahan. Saya tidak mempunyai sepeser uang pun untuk membayar gerobak keledai itu. Yang bisa saya lakukan

4
hanyalah berjalan kaki dengan menggendong anak kecil saya, dan menuntun anak kedua saya. Sementara mereka, para
pemimpin Arab dan muslimin, hidup tenang. Duduk di atas kursi dari kulit hewan yang mewah.”
Tak pelaklah, jika sampai seorang ibu Palestina lain, Raisah Abu Labdah, Ummu Fadi, (32 tahun), merintih
berteriak atas kebrutalan Israel, oleh sebab langsung dan tak langsung, penguasa Barat dan Arab itu:
“Mana orang Barat, yang mengeluarkan jutaan Dolar, hanya untuk menyayangi binatang?” tanyanya sinis penuh
kekesalan. “Tidakkah ada di antara mereka, yang mau mengasihani anak-anak kami, yang menjadi gelandangan seperti
ini? Tidakkah mereka mau berpikir, tentang kebenaran sekali lagi….!? Tangan kananku patah, saat aku menolong
anak-anakku keluar dari rumah yang mulai meruntuhi kami. Saat kami kedinginan, dan di gelap gulita,” teriak dan
adunya lirih penuh kepiluan. Dan jeritannya itu kemudian diakhirinya dengan tangisan pilu, atas kondisi diri dan
keluarga, yang terdiri dari 11 orang, yang sekarang ini tidak mempunyai apa-apa lagi!
***
Dan ini pula ungkapan seorang nenek, Fatheya (80 tahun):
“Kakiku lumpuh sejak sepuluh tahun yang lalu. Setelah mereka, (Israel), menghancurkan tiga kamar rumahku
berikut perabotannya. Dan dipindahkan ke rumah tetangga sebelah,” katanya. “Saat buldoser itu semakin menggila, aku
tidak tahan. Tak terasa air mataku mengalir deras,” lanjutnya menceritakan. “Keluarkan saja aku dari Rafah! Aku tak
ingin melihat hasil jerih payahku hancur di hadapanku!” tiba-tiba sang nenek itu berteriak lantang kepada serdadu
Israel.
Sang cucu, Ibtisam el Gharbawi (19 tahun), mengisahkan keadaan tersebut: “Kondisi psikis nenekku, sangat
terpukul sekali. Hingga akhirnya kami memindahkannya ke rumah salah seorang kerabat kami, di sebuah perkemahan
tengah……..”
Sambil menunjukkan kamarnya, Ibtisam melanjutkan cerita: “Semua yang ada di kamar ini, hancur sudah.
Sampai-sampai, buku dan diktat-diktat perkuliahanku, tidak bisa kuselamatkan. Oleh karena itu, aku tidak bisa
berkonsentrasi pada ujian semester mendatang. Jangankan itu, untuk memikirkan bisa pulang kembali, itupun tidak bisa
aku bayangkan. Kami sekarang hidup sebagai gelandangan. Ibuku di kemah el I’tisam, sedang aku dan adikku, Ejlal,
masih berada di dua kamar yang tersisa. Sedang nenekku tinggal di rumah kerabat kami. Setelah itu, bagaimana,
bisakah kami bertemu kembali?”
***
Lain lagi dengan Daliya dan Nasmah. Dua orang saudara kembar. Kedua matanya biru dan memerah karena
kedinginan. Ibunya bernama Hanan Abu Labdah, yang kini lebih kerap memeluk erat-erat Nasmah, ketimbang Daliya.
Sambil menunjuk pada Nasmah, sang ibu berkisah: “Kami hampir-hampir melupakan Nasmah, saat terjadi gempuran
yang dahsyat. Saat itu kami keluar rumah, sedang ia masih tertidur pulas. Kami sekeluarga hampir-hampir kehilangan

5
satu dengan yang lain. Sampai akhirnya ayahnya berhasil menggendong dan membopongnya keluar rumah, dan kami
selamat. Walau semua yang kami miliki hancur berantakan, bercampur dengan reruntuhan rumah.” Demikian ujar sang
ibu itu sambil menarik nafas panjang. Dan terusnya: “Saat itu, aku hamil di bulan-bulan akhir. Aku tidak tahu
bagaimana aku bisa melompat dan mengambil anak-anakku dalam suhu yang sangat dingin, serta ketakutan pada diri
kami. Kami sekeluarga beranggotakan sepuluh orang dalam satu rumah. Dan tidak ada tempat tinggal kami lagi, selain
kemah sederhana ini. Yang kami peroleh dua hari yang lalu.”
Anak perempuannya yang lain, Du’a (9), menyambung kisah pilu keluarganya: “Aku terbangun dari tidurku. Lalu
aku gendong Daliya, dan kemudian pergi. Bersamaku sebuah kantongan yang berisi baju-baju sekolah dan sebagian
buku-buku pelajaran. Kami saat itu bermalam di kamar mandi rumah kami. Menurut ibu, kamar mandi kami itu
berbeda dengan yang lain. Karena atapnya terbuat dari beton dan bukan dari asbes seperti kamar mandi yang lain. Kami
berenam hampir setahun lamanya berada dalam kamar mandi tersebut. Dan kami tidak bisa tidur nyenyak karena suara-
suara bom dan peluru-peluru Israel itu mengganggu kami.”
Sambil menunjuk ke kemahnya, Du’a berkata: “Sekarang kami punya sebuah kemah sebagai ganti rumah yang
lama. Dan aku bersyukur kepada Allah Ta’ala, karena aku masih punya beberapa buku pelajaran. Dalam kondisiku
seperti ini, aku tetap menjadi ranking yang pertama di sekolah. Aku tidak tahu persis apa yang akan aku lakukan
setelah selesainya masa liburan ini. Apakah agendaku berikutnya, bisakah aku membeli buku-buku pelajaran, lalu
kemana aku meneruskan sekolahku, sementara keluargaku semua menjadi gelandangan, tak punya rumah lagi?!?”
***
Inilah kondisi blokade dan isolasi yang sesungguhnya. Dan itu hanya sedikit dari apa yang digambarkan di sini.
Karena masih banyak hal-hal lain yang diderita rakyat dan bangsa Palestina, di atas luka yang dibuat. Dilakukan Israel
beserta sekutu-sekutunya. Secara langsung maupun tak langsung. 2) dari ‘Genderang Jihad Wanita Palestina’,
Penerjemah Anan Nurdin LC (Sekretaris Comes, Editor Drs. H. Almuzzammil Yusuf).

“PROTOKOL XXII”

“Tak heranlah,” pikir si ibu, “kalau Jerry D. Gray sampai menulis seperti itu. Sebab dalam Protokol XXII, 3)
“The International Jew”, Membongkar Makar Zionisme Internasional, Henry Ford, Hikmah, Kelompok Mizan, Jakarta,
2006, hal 270, dinyatakan bahwa kaum Yahudi Zionis akan mengendalikan pers, dengan hal-hal seperti berikut:
1. Akan membebani dan meletakkan kekuasaan di atasnya. Akan melakukan hal yang sama pada sarana-sarana
komunikasi cetak lain. Karena apa gunanya berhasil membuat diri kita tidak menjadi bulan-bulanan kalangan pers, jika
kita masih tetap merupakan peluang kritik lewat pamphlet atau buku?

6
2. Tidak ada satu pengumuman pun yang akan sampai ke telinga orang banyak, tanpa melewati pengawasan kita.
Saat ini kita telah mencapai keadaan tersebut. Dalam arti, semua berita diterima lewat beberapa agen yang disentralisasi
dari seluruh pelosok dunia.
3. Literatur dan jurnalisme adalah dua sumber pendidikan yang sangat penting, dan sebagai konsekuensinya
pemerintah kita akan selalu menjadi pemilik dari mayoritas penerbitan…Jika kita memberi ijin pada sepuluh penerbitan
swasta, kita harus dapat mengorganisir tiga puluh penerbitan lainnya milik kita sendiri, demikian seterusnya. Jangan
sampai menimbulkan kecurigaan di kalangan publik, karena jika begitu, semua penerbitan yang dipublikasikan oleh
kita akan dikesampingkan dari kebanyakan opini dan kecenderungan yang berlawanan. Akibatnya, akan
membangkitkan rasa percaya diri mereka dan menarik lawan kita yang lengah, yang kemudian akan masuk dalam
perangkap kita, dan menyerah tanpa perlawanan.”
Setelah itu ingatan si ibu, tertuju pada Protokol XII.
“PROTOKOL XII”
Di dalam Protokol XII ini, 4) ‘The Protocols of The Meetings of The Elders of Zion”, ‘Berita Acara Pertemuan
Para Pemuka Agama Zion’, Kelompok Mizan ‘Hikmah’, Suplemen The International Jew, Jakarta, diterangkan bahwa,
salah satu definisi kata “kebebasan” menurut mereka, adalah sebagai berikut:
1. Kebebasan adalah hak untuk melakukan yang diperbolehkan oleh hukum. Penafsiran kata ini pada saat yang
tepat akan berguna bagi kita, karena semua kebebasan akan ada di tangan kita, karena hukum-hukum hanya
melenyapkan atau menciptakan apa-apa yang kita kehendaki sesuai dengan program yang telah disebutkan di atas.
2. Kita harus menghadapi pers dengan cara berikut: apakah peran yang dimainkan oleh pers saat ini? Pers
mengabdi untuk menyenangkan dan membakar nafsu mereka yang berguna bagi tujuan kita atau dengan cara lain
membantu tujuan egois dari para pihak. Pers terkadang tawar, tidak adil, dusta, dan mayoritas publik tidak
mengabaikan ide apakah pers menyampaikan dengan benar. Kita harus menunggangi dan mengekang pers dengan
kekang yang kuat, begitu juga dengan produksi media cetak………….
3. Tidak ada satupun pengumuman yang akan mencapai publik tanpa kontrol kita. Bahkan sekarang ini, semua
artikel berita yang diterima oleh sebagian kecil agen, difokuskan dari seluruh bagian dunia. Agen-agen ini akan kita
kuasai sepenuhnya dan hanya memublikasikan apa-apa yang telah kita tentukan.
4. Jika sekarang kita atur untuk memengaruhi pikiran masyarakat goy sampai sedemikian luas sehingga mereka
semua melihat dari dekat peristiwa-peristiwa dunia melalui kacamata berwarna menempel pada kidung mereka, jika
sekarang sudah tidak ada satupun negara yang memiliki akses keamanan bagi rahasia negara, lalu apa posisi kita ketika
diakui penguasa tunggal dunia?....................................................

7
Begitu seterusnya buku tersebut, halaman 99-110. Suatu dokumen dari rencana pemuka Zionis, yang telah
berumur lebih dari ratusan tahun, berniat mengendalikan kita, menuju “Zaman Dunia Baru”, diterbitkan oleh Sergyei
Nillus, di Rusia, tahun 1905.
***
Ketika diberitahu bahwa kaum Yahudi menyatakan, Protokol itu sebagai dokumen palsu, maka Henri Ford pada
17 Februari 1921 mengatakan: “Satu-satunya pernyataan yang bisa saya keluarkan dengan Protokol itu, adalah
semuanya sesuai dengan apa yang tengah terjadi saat ini…. Protokol-Protokol itu sesuai dengan situasi dunia sampai
saat ini.” (Lihat buku ‘The International Jew’, Membongkar Makar Zionisme Internasional, Henri Ford, sebagaimana di
atas)
Tentang keabsahan dari Protokol-protokol tersebut, perempuan itu menyerahkan kebenarannya pada Tuhan Yang
Maha Esa. Pemilik kebenaran dan ke Maha Pengetahuan. Meski pada dasarnya, ia sependapat dengan pernyataan Henri
Ford tadi. Melihat kenyataan, dan kondisi dunia, serta sejarah perjalanannya sampai saat ini.
***

KALI INI, kepala perempuan itu telah tergerak pula. Terpaling arah ke ranjang. Sebuah tempat tidur cukup besar,
untuk ditempati dua orang. Ia dan suami. Saat istirahat tiba, dan mereka telah lelah bekerja seharian.
Sebenarnya, perempuan itu merasa tidak enak pada sang suami. Masa kamar tidur dijadikan ruang kerja?
Bukankah perangkapan ruang, akan mengganggu ketentraman? mengganggu kenyamanan bilamana ingin tidur?
Melepaskan beban psikologi dan jismi, setelah menunaikan tugas keseharian? Apalagi ia senantiasa bekerja dengan
tubuh menghadapi komputer, hingga larut malam. Mengetik, menuliskan apa-apa yang terasa dan dipikirkan, untuk
sebuah informasi dan pesan-pesan yang ingin disampaikan.
Sekejap, ingatannya tertuju pada posisi rangkap.
Sekarang banyak lho, orang yang melakukannya, pikirnya. Apakah ia pejabat tinggi suatu eselon, merangkap
sebagai ketua umum sebuah partai, atau pejabat suatu departemen, tapi menjadi pimpinan di suatu organisasi massa.
Ada juga kiai, merangkap komisaris. Pemilik usaha perjalanan haji dan umrah. Pokoknya, macam-macam deh. Bahkan,
bukan hanya merangkap dua posisi pekerjaan saja, tapi lebih. Ragam, dan bermacam-macam.
Bayangkan, apa tidak keteter?!
***
KINI, yang menempati pola renung ibu itu, adalah kata-kata Profesor Akbar S. Ahmed. Yang menulis buku berjudul:
“Posmodernisme Bahaya Dan Harapan Bagi Islam”, 4) Mizan 1994, hal 262. Bab VI, ‘Iblis Jahat: Media sebagai
Majikan’.

8
“AKBAR S. AHMED”
Di dalam buku tersebut, professor itu berkata seperti ini:
“Karena kekuatan dan keagresifan media Barat dan sikapnya yang anti Islam, orang muslim kelihatannya
kehilangan kapasitas untuk merepresentasikan diri mereka. Bahkan untuk menyatakan apa yang mereka lihat dan
ketahui, sebagai realitas hidup mereka. Realitas muslim bagi dunia, sungguh telah menjadi citra-citra di televisi, kata
permusuhan di surat kabar, humor yang kejam dalam gurauan universal. Orang muslim tidak punya suara di media,
tidak punya mimbar, sehingga tidak dapat menolak dan menjelaskan. Ungkapan identitas kultural muslim, dipandang
sebagai fanatisme. Tuntutan muslim untuk mendapatkan hak-hak yang absah, dipandang sebagai
fundamentalisme………..”
***
Atas ingatan dan kenyataan ini, nafas ibu itu terlihat tertarik dan terhembus panjang. Rupanya ia resah. Berat
sekali, hingga nafasnya keluar melalui kerongkongan.
Kenapa tidak?
Siapa sih, sebagai muslim, yang tidak prihatin atas kondisi seperti ini? apalagi bagi seorang perempuan. Seorang
ibu sebagaimana dirinya? Kemudian, wajahnya terlihat seperti kerucut. Mengerut, dan agak masam. Rupanya masih
banyak hal-hal yang ditemui, tidak seperti rasa yang dimilikinya, pikirnya.
Ungkapan profesor Akbar S. Ahmed, membuat ingatannya tertuju kepada salah seorang kenalan di dalam kaitan
hubungan bisnis. Perempuan muda sekitar umur tiga puluhan. Pintar, cerdas, memiliki karir lumayan dalam jajaran
bisnis dan perkumpulan sosial budaya. Tidak memakai busana muslimah di dalam penampilan keseharian. Padahal,
berstatus sebagai seorang Islam.
Melihat ia sendiri memakainya, lengkap dengan jubah dan jilbab, perempuan muda itu kelihatan agak risih.
Melepas senyum ringkihnya, di atas bibir yang seperti tertarik ke sudut.
“Bu,“ katanya sebelum menyerahkan berkas yang diinginkan dan dibutuhkannya itu. Tapi ucapannya tenggelam
sebatas kata-kata tersebut. Tak dilanjutkan.
Ia sedikit heran karena ini. Lalu kemudian jadi bertanya: “Kenapa Bu? Ada apa? Kok tidak dilanjutkan,” katanya.
Perempuan muda itu agak sedikit terperangah. “Ah tidak Bu,“ jawabnya. Wajahnya agak menyemu merah,
meraba kertas di hadapan.
Ia menjadi lebih penasaran.
“Katakan saja Bu, ada apa? Apa ada yang salah atau keliru di dalam hubungan perbisnisan kita ini?”
“Ah tidak Bu. Bukan itu,” jawabnya. Kelihatan wajahnya menjadi agak tersipu.

9
“Kalau boleh saya tahu,” ujarnya pula seakan sedikit mendesak. Untuk kata-katanya ini, kenalan bisnisnya itu
hanya berdeham. Tapi kemudian, tidak seberapa lama, bersuara kembali:
“Begini Bu, maaf ya, sebelumnya. Saya heran, Bu. Kenapa sih, kok Ibu, yang punya karir bagus begitu, masih
mau ya memakai busana muslimah?” ucapnya hati-hati, di tengah keterheranannya yang tidak tersembunyikan.
Sementara pandangnya tajam, meneliti di kesuluruhan tubuh dan wajahnya.
“Memangnya kenapa, Bu?” jawabnya balas bertanya.
Perempuan kenalan bisnisnya itu terlihat gugup dan seperti bingung. Tiada suara keluar dari mulutnya.
Melihatnya diam, dan seperti kebingungan itu, ia kemudian kembali berkata. Seolah ingin menjelaskan: “Kadang
orang sukar mengerti, dan sering menyalahartikan, Bu. Busana muslimah yang seperti saya pakai ini, kan memang
peraturan agama kita. Apakah Ibu belum tahu?”
Ia semakin gugup atas perkataan dan pernyataan itu.
“Tetapi, maksud saya…..” dan ia diam kembali. Tak menyelesaikan ucapan. Namun, tidak berapa lama
kemudian, menyambungnya terbata. “Apakah pakaian seperti itu, bukan budaya… Arab, Bu?”
Dan sebelum sempat menjawab dan berkata-kata, perempuan kenalan bisnisnya itu sudah bersuara pula: “Ibu
tidak khawatir, atau takut, bilamana dikatakan…maaf ya Bu,…fundamentalis?” ucapnya hati-hati sekali dengan
kalimat terpatah-patah.
Ia tersenyum atas ucapan ini.
Seketika ingatannya melayang ke tulisan professor Akbar S. Ahmed, yang pernah dibacanya itu. “Takut dikatakan
fundamentalis, sehingga tidak berani memakai busana muslimah?” kembali ia mengulang tanya, nada sindir nyata
dalam perkataannya itu.
“Ah, bukan… hanya saja, tidakkah… begitu penafsiran banyak orang, Bu? Lihat saja di televisi atau internet.
Bukankah orang-orang semacam Ibu, sosok gambaran yang membuat perempuan modern, seperti saya ini, jadi takut?”
Bibirnya terasa getir di mulut. Tapi ia hanya diam.
Lagi-lagi, sebelum ia sempat berkata-kata, perempuan muda itu telah bersuara lagi:
“Menutupi diri dan kepala dengan jilbab dan baju kurung itu, kok perempuan, sepertinya, jadi ikut terkurung ya
Bu?” Katanya dengan kalimat patah pula.
Ia tetap diam. Perempuan itu kembali berkata:
“Tidak hanya sebatas pakaian, tapi aktifitas dan pemikiran, kok, jadinya, seperti tidak bebas lagi ya Bu?” Lalu
cepat-cepat meneruskannya: “Tapi, saya juga heran, kok, orang seperti itu, malah melakukan hal-hal yang aneh dan
menakutkan, ya Bu? Demontrasilah… bahkan, melakukan aksi bom bunuh diri, Bu, seperti di Palestina atau Irak itu.
Bukankah Ibu juga mendengar dan melihatnya? Apa sih sebenarnya yang mereka tuju?”

10
“Ya ampun” pikirnya, “benarlah apa yang digambarkan dan diungkapkan profesor Akbar S. Ahmed itu”.
Tulisan dan kata-kata beliau pun, terngiang kembali diingatan telinganya: “Realitas muslim bagi dunia, sungguh
telah menjadi citra-citra di televisi, kata permusuhan di surat kabar, humor yang kejam dalam gurauan universal!”
Sekali lagi ditariknya nafas panjang, diiring desahan dari mulut
“Media memang suka mendeskreditkan perempuan muslimah, Bu. Apalagi mereka yang konsekuen dengan
ajaran agamanya. Memakai busana muslimah sebagai yang diperintahkan Allah saja, sudah dianggap fundamentalis.
Apalagi ikut berdemontrasi melakukan amar makruf nahi mungkar. Melawan kezaliman dan penjajahan seperti wanita
Palestina atau Irak itu, dikatakan malah, melakukan aksi bom bunuh diri. Padahal, itu kan satu perjuangan dan
keberanian yang luar biasa, Bu. Menghadapi mati, demi membela negara, bangsa dan agama dari penjajahan dan
penindasan, Bu. Apalagi pada saat perlawanan dengan persenjataan canggih, belum termiliki. Tidak sebaliknya seperti
bunuh diri itu, Bu. Itu putus asa dan kepengecutan. Lari dari permasalahan, cobaan, dan tantangan hidup. Jadi beda kan,
Bu?!”
Perempuan muda itu hanya merekahkan bibirnya sedikit. Tak berkata, atau bertanya-tanya lagi. Hingga ia pulang
dan keluar, menyelesaikan semua keperluan bisnis.
***
UNTUK ITU SEMUA, sang ibu merasa sebal sekali. Betapa tidak? Kezaliman sudah sedemikian merajalela, sementara
kaum muslimin tidak bisa berbuat apa-apa. Menjadi penonton di atas kepedihan dan kecongkakan. Ketertindasan dan
kesewenang-wenangan. Kesengsaraan dan kemewahan hidup!
Israel, Amerika Serikat, Uni Eropa, sekutu Zionis, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain.
Menimbulkan bencana, kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi. Seperti apa yang digambarkan QS 8:73:
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai
para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka
bumi dan kerusakan yang besar.”
Sedang umat Islam malah terpecah-belah. Tercerai berai. Hasut menghasut, membanggakan dan mementingkan
diri, kelompok, golongan, partai, paham, mazhab, aliran, dan lain-lain. Berbuat dosa dan pelanggaran, terperangkap
nafsu godaan setan dan keduniawian. Bukan malah bersatu dan bersaudara seperti yang diperintahkan agamanya. 5)
(Lihat QS 30:31-32. QS 5:2. QS 45:23, 25:43, 38:26. QS 49:10, 3:103, 6:153, 42:13).
“Sangat ironi dan tragi,” pikirnya.
Dan ia teringat pada Protokol Zionis.
PROTOKOL IX; mengungkapkan hal-hal seperti ini:

11
“Agar tidak secara prematur menghancurkan institusi-institusi non-Yahudi, kita telah meletakkan tangan efisien
kita pada institusi-institusi tersebut. Mereka tadinya begitu kaku dan teratur, tapi kita telah menggantikannya dengan
bentuk administrasi yang bebas dan tidak teratur. Kita telah mengotak-atik jurisprudensi, hak, pers, kebebasan
seseorang, dan yang terpenting, pendidikan dan budaya, tonggak penting bagi eksistensi bebas.”
“Kita telah menyesatkan, memabukkan dan memerosotkan moral generasi muda non Yahudi, lewat pendidikan
dalam hal prinsip dan teori yang jelas-jelas salah bagi kita, tapi kita tanamkan dalam benak mereka.”
“Di luar hukum yang berlaku, tanpa melakukan perubahan nyata, namun dengan menggoyangkannya lewat
interpretasi yang berlawanan, kita telah menciptakan hasil yang menakjubkan.”
***
PROTOKOL XIII, juga menyatakan hal sebagai berikut:
“Agar mereka tidak dapat benar-benar memikirkan diri mereka sendiri, kita akan mengalihkan perhatian mereka
kepada hiburan, permainan, rekreasi, kesenangan, dan tempat-tempat indah. Daya tarik seperti itu, akan mengalihkan
pikiran mereka sepenuhnya dari pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan harus susah payah kita jawab. Jika semakin
tidak terbiasa berpikir secara independen, orang akan mengekspresikan pendapat yang sama dengan kita, karena hanya
kita yang menawarkan jenis-jenis pemikiran yang baru—tentu saja lewat orang-orang yang tidak akan pernah mereka
kira ada hubungannya dengan kita.”

PROTOKOL X, malah menambahkan dengan kelicikan dan niat jahatnya:


“Membuat semua orang frustrasi dengan pertikaian, kebencian, persengketaan, kelaparan, penyakit, hasrat,
sampai kaum non-Yahudi tidak dapat menemukan jalan keluar lain, kecuali merasa tertarik dengan uang dan kekuasaan
kita.”
***
BEGITULAH. Membaca dan menyerap informasi, menjadi hobi dan kegemaran perempuan itu, sejak dulu. Dan
hobi ini kemudian meningkat, menjadi kerja profesionalitas sehari-hari. Apalagi tuntutan di batin menyuruh dan
menggugahnya, untuk menuliskan dan menyampaikan pesan-pesan tersebut, lewat sebuah tulisan. Dalam bentuk buku,
seperti rangkuman visual yang sedang akan ditulisnya itu!
“Heh…!” Hati si ibu semakin bergemuruh. Marah, kesal, gundah, jengkel, geram, sedih. Tak tahulah apa lagi.
Tetapi yang jelas, ia tidak bisa diam dengan suara-suara, dan pikiran yang berkecamuk di dalam hati. Dan seolah-olah
ingin mengajak Anda, untuk ikut juga memikirkan.
“Bayangkan saja,” katanya, “kejahatan dan nafsu kuasa semakin meraja. Perang dan teror di mana-mana.
Kapitalisme, dengan para konglomerat produser senjata dan minyak, tambah memperburuk keadaan. Harga minyak

12
dunia menjulang naik. Jurang negara kaya dan miskin makin menganga. Orang banyak menjadi stress dan menderita.
Termasuk di negeri kita,” pikirnya.
Lalu ia ingat harga bensin dalam negeri yang ikut naik. Dampak harga minyak dunia yang menjulang naik itu,
menyebabkan harga BBM dalam negeri ketularan jadi melonjak. Rakyat kecil semakin susah. Karena si kaya tetaplah
kaya, si miskin tambah miskin. Kenaikan harga BBM, mempengaruhi harga barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Bukankah semuanya terkait dengan itu? Ongkos angkutan barang, jasa dan manusia, jadi naik dan mahal pula kan?
Ramailah televisi memperlihatkan dan mempertontonkan orang-orang yang protes dan tidak setuju. Apalagi
bulan-bulan menjelang pemilu 2009. Terutama para mahasiswa yang berdemontrasi menentang kenaikan tersebut,
dengan dalih melindungi rakyat. Sementara di belakangnya, tentu ada tokoh politis intelektualnya. Yang melihat
kondisi rakyat yang sudah menderita tambah sengsara karena kenaikan itu, lalu mengisi kesempatan dan peluang
sebagai taktis untuk pemilu 2009. Sehingga salah seorang mahasiwa Unas meninggal, akibat bentrokan sama polisi,
dalam kejadian tersebut. Memang macam-macam cara, dan trik-trik dilakukan orang, di dalam menghadapi dan
mencapai tujuan politik!
Dunia di mana negara-negara menganut faham demokrasi, rupanya belum mendatangkan kebahagiaan. Malah
banyak membawa malapetaka. Tidak hanya di Palestina, tapi juga di negara lain. Hamas yang telah memenangkan
pemilu legislatifnya secara fair dan jujur, malah diboikot. Dimusuhi, ditolak oleh Barat, Israel dan sekutu. Bahkan,
dicap ‘teroris’! Aneh tapi nyata dunia kita ini, bo! Namun….begitulah…
***
AGAR PEMIKIRAN ikut nyambung, bergabung di pola pikir Anda, mengenai masalah kenaikan BBM ini, maka
perempuan itu seperti menginformasikan. Melaporkan kepada Anda, tentang sebab-sebab kenaikan dan alasannya:
Kenaikan harga bensin di dalam negeri, konon katanya, ‘masalah persubsidian’. Selain mengikuti kenaikan harga
minyak di pasaran internasional. Yang tak bisa diatasi, pengaruh dan dampak buruknya, atas perekonomian kita.
Dibanding negara lain, harga minyak kita jauh lebih murah, kata mereka. Wajarlah, kalau sampai harga bensin di
dalam negeri, jadi ikut dinaikkan. Bukankah, dibanding negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapore, harga bensin
kita masih jauh lebih murah? Lagi pula, bukankah sasaran kenaikan ini, adalah orang-orang kaya yang memiliki
kendaraan mewah? Bukan rakyat jelata yang miskin dan tak mampu memiliki mobil? Begitu kata mereka.
***
Sementara itu, yang tidak setuju dan protes dengan kenaikan harga BBM ini, mengemukakan argumentasinya
pula: Masa negara kita disamakan dengan negara lain? yang penghasilan perkapita rakyatnya, jauh lebih tinggi dari
kita? Bagaimana penglihatan orang-orang itu? Bukankah untuk makan sehari-hari saja sudah susah, apalagi ditambah
harga bensin naik, kan kebutuhan pokok sehari-hari, otomatis naik? Angkutan umum, bus, mikrolet, angkot, taksi, dan

13
sebagainya, bukankah pasti naik? Begitu pula angkutan barang-barang, jasa, manusia, sarana kebutuhan perdagangan,
sebagainya lagi, bukankah akan naik pula? Bagaimana dengan daya beli rakyat, yang sudah tidak mampu, karena
banyaknya pengangguran dan kemiskinan, kan tambah menjadi semakin tidak mampu dan miskin lagi? Meski rakyat
miskin yang tak mampu itu diberi dana ‘Bantuan Langsung Tunai’, tapi pastilah, bantuan seperti itu tidak bermanfaat
banyak bagi mereka. Bukankah itu hanya bisa mengatasi kesukaran hidup sejenak, beberapa hari, atau barangkali
seminggu? Apalagi ditambah dengan pengambilan atau perolehannya yang juga susah. Menimbulkan banyak kesulitan
dan kepayahan bagi rakyat. Kenapa sih, kok rakyat bukan dibantu dengan yang nyata-nyata saja? Kerja, fasilitas,
barang-barang, jasa, sarana, kesempatan, dan dana-dana yang dikhususkan untuk itu? bukankah lahan pertanian banyak
dan luas? Apalagi potensi bumi, begitu banyak dan beragam sekali? Wilayah tanah daratan dan kepulauan kita ini kan
subur? hasil laut dengan segala jenis perikanan, hasil hutan dengan segala jenis kayu, hasil tambang dengan segala jenis
barang tambangnya, dan sebagainya lagi?
Di samping itu, ada pula yang bergumentasi; bahwa kenaikan ini sebenarnya, datangnya dari investor asing di
dalam bisnis penyaluran dan penjualan bahan bakar minyak dalam negeri. Sehingga kalau harga besin tinggi, bukankah
mereka semakin beruntung? Belum lagi bagi mereka yang bergerak dalam bidang usaha tersebut, yang datangnya dari
investor dalam negeri. Yang haus kekayaan, dan ingin meraihnya dengan pola keuntungan sebanyak-banyaknya, tanpa
peduli dan ingat lagi pada rakyat atau saudaranya yang tidak mampu. Atau kata mereka yang lain, apakah management
di Pertamina, memang benar-benar berjalan baik?
Yah, pokoknya macam-macam alasan dan pernyataan. Dugaan dan argumentasi yang banyak dilontarkan orang,
berkenaan dengan kenaikan harga bahan bakar minyak ini.
Kembali perempuan itu menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tadi sore, sebelum ia memasang televisi, di salah satu stasion radio, ia mendengar seorang tokoh yang
diwawancarai, mengatakan; bahwa kenaikan harga minyak dunia atau OPEC, salah satu penyebabnya diperkirakan,
karena Israel akan menyerang vasilitas nuklir Iran. Maka spekulan, pengusaha-pengusaha perusahaan minyak, repot
melakukan strategi pasar dan produksi. Saling menaikkan harga jual perbarelnya. Selain katanya, harga dolar Amerika
sudah mengalami tekanan perlemahan terhadap mata uang Eropa, Euro, juga karena negara-negara penghasil minyak,
seperti Saudi Arabia, melakukan pengurangan produksi. Menjaga supaya sumber atau sumur-sumur minyaknya tetap
tersimpan dengan baik di perut bumi. Agar tidak mengalami apa yang dinamakan ‘era paceklik’.
Sementara ia sendiri, merancang pikir; apakah tidak mungkin di balik itu, ada permainan lain? Bukankah dengan
penyerbuan Amerika Serikat, Inggris dan sekutunya ke Irak, yang kaya dengan minyaknya itu, dan ingin
menguasainya, yang kemudian membentuk semacam negara boneka di sana, bukan mustahil, bisa saja
mempermainkan harga minyak di pasaran internasional? Apalagi penguasa, konglomerat pemilik perusahaan gabungan

14
minyak, berada di tangan mereka yang di sebut sebagai Zionis. Pemegang supremasi ekonomi global, dengan para
kaki-tangannya?
***
Sedih memikirkan itu semua, menjadikannya semakin ingat dengan Protokol Zionis yang telah dibacanya.
Terhadap kalimat yang tertulis di situ: “Agar tidak secara prematur menghancurkan institusi-institusi non-Yahudi, kita
telah meletakkan tangan efisien kita pada institusi-institusi tersebut.”
“Tangan efisien?” mulutnya bergumam. Dan ia ingat akan orang-orang yang taat, dan selalu menyenangkan hati
sang tuan, dengan jabatannya di institusi-institusi tersebut, sampai rela mengorbankan harga dirinya sendiri, rakyat atau
saudara sebangsanya.
Diulanginya lagi kalimat-kalimat lain dalam Protokol tersebut: “Kita telah mengotak-atik jurisprudensi, hak, pers,
kebebasan seseorang, dan yang terpenting, pendidikan dan budaya, tonggak penting bagi eksistensi bebas.”
“Kita telah menyesatkan, memabukkan dan memerosotkan moral generasi muda non Yahudi, lewat pendidikan
dalam hal prinsip dan teori yang jelas-jelas salah bagi kita, tapi kita tanamkan dalam benak mereka.”
***
Ya ampun, gambaran mereka yang dikorbankan, orang-orang yang terjebak dan terperangkap, gigih
menjungkirbalikkan hukum dan jurisprudensi, hak, pers, kebebasan seseorang; memola, mencuci otak akal pikiran di
atas nama pendidikan dan budaya, sebagai wujud eksistensi bebas yang dipompakan, sampai terjadi kerusakan dan
kehancuran serta kebobrokan moral generasi muda, seperti terpampang di pelupuk matanya.
Tragi dan ironinya, keadaan semrawut dan bobrok yang membuat manusia semakin pusing dan stress itu, ternyata
pelariannya seperti apa yang diinginkan oleh para pembuat protokol itu pula: “Agar mereka tidak dapat benar-benar
memikirkan diri mereka sendiri, kita akan mengalihkan perhatian mereka kepada hiburan, permainan, rekreasi,
kesenangan, dan tempat-tempat indah….”
***
Dan itu, memang sudah terjadi! Tidak hanya di belahan dunia yang penduduknya mayoritas muslim seperti di
sini, tapi juga di belahan lain, yang penduduknya berkepercayaan sama. Mereka lebih suka mencari hiburan lewat
televisi, film, internet, tempat tempat hiburan dan kesenangan semu, daripada ikut membicarakan atau merembukkan
jalan keluar permasalahan sosial politik ekonomi budaya negeri mereka sendiri. Yang sudah semrawut dan tidak
menyenangkan!
Ia jadi ingat pula; suatu saat, ia mengajak seseorang bicara, untuk ikut memperhatikan masalah Palestina, yang
rakyatnya dibantai dan dibuat semena-mena oleh Israel. Dan orang yang diajak bicara itu, merasa tidak senang. Seperti
terganggu. Malah berkata sinis dengan wajah gusar: “Aneh ya kamu ini. Orang sudah stress dan pusing memikirkan

15
keadaan diri sendiri dan keluarga, akibat segala kenaikan harga, dengan morat-marit ekonomi yang tak keruan ini, dan
macam-macam musibah, eeh kamu malah menyuruh memikirkan dan memperhatikan masalah Palestina, yang bukan
negara kita, dan jauh lagi! Apa kamu memang tidak mempunyai masalah? tidak mempunyai perasaan dan pikiran?,”
akhirnya orang yang diajak bicara itu balik bertanya, seraya meninggalkan pembicaraan dan dirinya, dengan raut
wajahnya yang masam. Tidak mau lagi berbincang dan bercakap-cakap dengannya.
Sedang ia sendiri, dalam benaknya, hanya bisa berpikir dan bersuara: “Apakah kamu juga tidak tahu, bahwa
morat-maritnya ekonomi, bobrok hancurnya akhlak anak bangsa ini, hancur luluhnya kehidupan, tumpah-ruahnya
kejahatan, salah satu penyebabnya adalah karena masalah Palestina itu? Negara tirai atau pembatas, yang sengaja
diciptakan Zionis untuk memecah belah umat Islam, di jantung mana agama dan umat itu dilahirkan. Mempertipis iman
dan keislamannya, merusak akhlak dan amalnya? Menggelayutinya dengan faham-faham dan ajaran serta ideologi,
memperbodohnya dengan kezaliman, di atas hawa nafsu dan giuran setan? memperkaya, memuaskan hawa nafsu
angkara terhadap dunia dan materialisme, kebebasan dan keserbabolehan, di atas dendam agama dan ideologi, sejarah
peradaban dan hegemoni kekuasaan, yang pernah teraih? Kesombongan dan kebanggaan, iri dan dengki, merasa
sebagai ras ‘pilihan tuhan’, di mana bukan hanya dunia dan segala isi ini diperuntukkan bagi mereka, tapi juga surga?
Sehingga mereka berpendapat, kalaupun mereka tersentuh neraka, hanya sekedar beberapa hari saja?”
“Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari
saja.”
Katakanlah: “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya
ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?”. (Bukan demikian), yang benar,
barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya. (QS 2: 80-81)
***
SEMENTARA ITU, ‘Dunia Dalam Berita’ memperlihatkan hal-hal yang memilukan. Membuat dada ibu itu lebih
kesal dan sedih lagi. Siapa sih yang tega, melihat anak-anak, orang tua, perempuan, pemuda-pemudi, dengan wajah
pucat pasi kemudian menjadi merah, histeris menangis, berteriak menahan kesedihan kemarahan, di hadapan mayat
keluarga, dengan tubuh-tubuh mereka yang berlumuran darah, di atas dentuman peluru dan serangan bom Israel?
“Manusia yang tak memiliki hati nurani sajalah, yang mungkin cuek dan bermasabodoh!” Gerutunya geram.
Informasi yang disampaikan televisi, mempertontonkan kematian tiga orang pemuda Palestina. Mereka yang
syahid diterjang peluru Israel. Walau dalam berita atau informasi tersebut, tidak pernah dikatakan seperti itu. Paling-
paling hanya dinyatakan; ’mati atau tewas’, dan bukan syahid! Sedang alasan pembunuhan dan pembantaian, biasanya
dikatakan sebagai; tindak balas Israel di dalam mempertahankan diri, atas serangan para teroris militan Palestina.

16
Terutama Hamas dan Jihad Islam. Suatu argumentasi yang menutupi aksi brutal Israel, di atas penindasan dan
penjajahan yang mereka lakukan terhadap rakyat dan bangsa Palestina. Di wilayah dan tanah air mereka yang sah
menurut sejarah!
***

SEKELUMIT SEJARAH

Bicara tentang sejarah, konon Yahudi dan Zionis mengklaim; bahwa Palestina adalah milik mereka. Atas status
sebagai penduduk asli dari ‘tanah yang dijanjikan Tuhan’; anak cucu Ibrahim as, melalui Ishaq, Ya’kub, Daud,
Sulaiman dan Musa a.s. Padahal menurut Prof. Henry Cattan, seorang ahli sejarah dan hukum internasional kelahiran
Yerusalem, berdasarkan penyelidikannya secara ilmiah dan objektif di dalam bukunya, “Plestine, The Arabs and Israel;
The Search for Justice”, 1969, dinyatakan, bahwa orang-orang Israel itu bukan penduduk asli Palestina.
Orang-orang Israel, pada abad ke 12 sebelum Masehi, datang ke Palestina dari Mesir.
Setelah mereka ditaklukkan oleh tentara Romawi, mereka mengembara ke mana-mana. Terutama ke Eropa
Timur, Tengah, Barat; sampai abad 18 dan 19, dan akhirnya menjadi orang Barat sama sekali!
Dan memang, dalam abad-abad itu, orang Yahudi mengalami pengejaran oleh orang-orang Barat asli.
Zaman ‘Diaspora’, atau zaman “perantauan akibat pengejaran” rakyat Yahudi di Eropa, sangat memilukan.
Oleh karenanya, ‘dapat dipahami’, bahwa gerakan orang-orang Yahudi dalam perantauan dan pengejaran untuk
memperoleh sebuah perumahan bangsa Yahudi tersendiri, mendapat simpati dan dukungan Inggris!
***
Waktu Inggris merencanakan untuk memberikan wilayah perumahan Yahudi di Kenya, jajahan Inggris di Afrika, di
sana terdapat tanah dataran tinggi yang subur. Iklim yang baik sekali bagi orang Yahudi dari Eropa. Tetapi, sewaktu
Perang Dunia Pertama, melihat betapa vitalnya wilayah Palestina bagi negara-negara Barat, khususnya Inggris, yang
melihat taktik dan strategi Jerman menyerbu ke Timur Tengah melalui Turki, demi membangkitkan sentimen anti
Inggris di kalangan Dunia Arab, terjadilah perubahan niat Inggris tersebut.
Wilayah Palestina yang mandatnya pada waktu itu dipegang oleh Inggris, merupakan suatu “soft under belly”;
suatu kawasan vital, ibarat bagian perut bawah yang lemah, yang dapat membahayakan posisi strategi Inggris di Timur
Tengah. Dan itu pulalah, yang menyebabkan perubahan politik Inggris untuk memindahkan konsepsi perumahan
bangsa Yahudi dari Kenya, ke Palestina. Hal mana, memang menjadi tuntutan oleh mayoritas kaum Zionis
Internasional, berdasarkan Kitab Injil kuno dan agama Yahudi.

17
Itu pula, latar belakang yang menyebabkan lahirnya Deklarasi Balfour tahun 1917. 6) (Dr Roeslan Abdoelgani
pada artikel ‘Solidaritas Indonesia terhadap Palestina: Suatu Tinjauan Historis, yang disampaikan pada Diskusi Pekan
Persahabatan Indonesia-Palestina, yang diselenggarakan oleh BKK-KUA Universitas Islam Indonesia, di Yogyakarta,
13-18 Januari 1992. Di dalam buku: “Palestina, Solidaritas Islam Dan Tata politik Dunia Baru, editor: M. Riza Sihbudi
& Achmad Hadi, Pustaka Hidayah, 1992, hal 112-113)
***
PENGKLAIMAN Yahudi Zionis terhadap Palestina sebagai pemilik sah tanah tersebut, dan bagaimana Israel, Amerika
Serikat, Eropa, banyak melakukan kezaliman dan ketidakadilan, menindas dan memperkosa hak-hak asasi bangsa dan
rakyat Palestina, menjadikan perempuan itu teringat pula pada pernyataan Presiden Iran, yaitu Mahmoud Ahmadinejad;
yang menyerukan agar Israel ‘dihapuskan dari peta dunia’. Yang lalu dengan pernyataannya itu, menjadikan elite
pemerintahan Amerika Serikat dan sekutu Zionis, menjadi sangat berang!
“Padahal wajar,” pikir ibu itu lagi sambil merenung, “kalau sampai Presiden Iran tersebut menjadi geram dan
mengeluarkan pernyataan seperti itu. Karena bukankah, kebrutalan dan kezaliman Zionis Israel, telah membuat rakyat
dan bangsa Palestina menderita? Nyata, Israel dengan Zionismenya itu, memang ingin menghilangkan identitas
Palestina sebagai sebuah bangsa.” Hati si ibu kembali bergemuruh dengan rintihan. Mengingat pembantaian,
pembunuhan, pengusiran, pemukiman warga Yahudi secara paksa di wilayah Palestina. Suatu aksi ‘ethnocide’, di atas
pembalasan genocide yang dilakukan Jerman dengan tokoh faksisnya Hitler, kepada bangsa Palestina, yang notabene
sama sekali tak ada sangkut-pautnya dalam hal itu! Perbuatan aneh, tak masuk di akal sehat, karena pembalasan dan
kezaliman yang dilakukan bangsa lain terhadap mereka, malah ditimpakan, dan dijadikan sasaran pembalasan kepada
bangsa Palestina, yang tidak melakukan itu, dan tidak bersalah sama sekali!
Tragi dan ironinya, rakyat dan bangsa-bangsa di dunia, hanya menjadi ‘penonton’. OKI dan Liga Arab, sebagai
‘macan ompong’, tak bisa berbuat sesuatu yang berarti, di atas kezaliman dan ketidakadilan ini!
Kekesalan dan kegeraman perempuan itu, semakin melanda. Wajahnya merah, sinar matanya garang!
***

SELAMA MEMEGANG kekuasaan di Palestina, Inggris telah mengizinkan orang Yahudi dari berbagai penjuru dunia,
terutama Eropa, pindah secara besar-besaran ke Palestina. Pada tahun 1919 saja misalnya, orang Yahudi di Palestina
hanya berjumlah kurang lebih 58.000 orang. Tetapi pada tahun 1936, orang Yahudi telah berjumlah 348.000 orang.
Apalagi ditambah dengan pembelian tanah yang dilakukan mereka pada orang Arab. Padahal, selama pemerintahan
Ottoman Empire, Khilafah Utsmaniyah, orang Yahudi tidak dibolehkan membeli tanah di Palestina. 7) Idem. (Artikel
Lukman Harun, “Partisipasi Dan Solidaritas Rakyat Indonesia Di dalam Membantu Perjuangan Palestina: Pendekatan

18
Sejarah” Di dalam buku: “Palestina, Solidaritas Islam Dan Tata politik Dunia Baru, editor: M. Riza Sihbudi & Achmad
Hadi, Pustaka Hidayah, 1992, hal 118)
***
“14 Mei 1948, Yahudi memproklamirkan kemerdekaan. Menyatakan berdirinya negara Israel. Sedang
sebelumnya, resolusi PBB No.181 tahun 1947 menyatakan; bahwa wilayah Palestina dibagi menjadi dua bagian; satu
negara Arab Palestina merdeka, satu lagi negara Yahudi.
Tapi aneh, hingga saat ini, ‘Negara Palestina Merdeka’, tidak juga terealisasi. Penjajahan dan penindasan Israel,
semakin menjadi-jadi. Apakah dalam bentuk ‘keinginan yang harus diperturutkan, atau kesombongan yang
menghinakan’. Meskipun PBB telah mengeluarkan begitu banyak resolusi. Baik resolusi 242 tahun 1967 dan 338 tahun
1973. Yang meminta agar Israel mundur dari wilayah yang diduduki setelah perang 1967 dan 1973.
Sementara itu, pemukiman dan kezaliman terhadap wilayah dan rakyat Palestina, semakin menjadi-jadi.
Balita atau anak-anak kecil, orang tua atau wanita, apalagi lelaki, remaja, pemuda serta orang dewasa, mereka
bantai dan bunuh tanpa pandang bulu. Disiksa dan dipenjarakan. Di tempatkan pada kamp-kamp pengungsi yang
kumuh, tanpa mengenal rasa kemanusiaan. Anehnya, tidak sampai sepekan setelah digelarnya ‘perundingan
perdamaian’ di Annapolis, Maryland, Amerika Serikat, November 2007, yang diprakarsai George Bush, Israel sudah
membangun ratusan rumah di Yerusalem!
Wajah ibu itu semakin merona merah atas ingatan ini. Hatinya tertimbun geram dan jengkel pula, atas kelakuan
Amerika Serikat dan Israel itu. “Tak pelak, kalau George Orwell, atau Noam Chomsky, sebagai pakar linguistik,
melukiskan bahwa telah terjadi manipulasi kata dengan pengalihan makna. ‘Perjanjian Perdamaian’, bisa saja berubah
menjadi, ’peperangan atau nyerah total,’ di atas kemauan dan keinginan,” pikirnya.
***

INFORMASI WANITA AMERIKA

Untuk rangkuman visual ini, informasi yang datang dari seorang wanita warga negara Amerika, yang berhasil
memasuki kamp-kamp pengungsi Palestina di daerah pendudukan, dengan menyamar sebagai wanita Palestina,
barangkali tepat dikemukakan di sini. 8) IBID/Idem buku di atas.
“Keberadaan kamp-kamp pengungsi di daerah-daerah pendudukan, merupakan bukti tak terbantah mengenai
eksodus suatu bangsa secara besar-besaran,” tulis wanita Amerika itu. Tervisualisasi di kepala si ibu. Terlihat dalam
gambaran yang dibuat hati dan matanya.

19
“Bangsa yang putus asa tanpa tanah air, tanpa identitas, tanpa hak-hak manusia, tanpa harapan, hidup bagaikan
anjing-anjing kelaparan di gubuk-gubuk reyot, dalam lembah kemiskinan yang dalam dan penuh kesengsaraan, sejak
tahun 1948. Ketika kelompok-kelompok teroris Yahudi Stern dan Ingun menyerang desa-desa Arab, dan membunuhi
penduduk.”
Gelora jiwa yang terbungkus kemarahan tertahan, seakan menggemuruhkan dadanya.
“Kenapa tidak? Baca saja terus”, suruh si ibu. “600 ribu orang Palestina yang ketakutan, lari meninggalkan rumah
dan kampung halaman mereka. Kini, terdapat lebih dari satu juta orang Palestina, tanpa rumah, hidup di kamp-kamp
pengungsi yang kumuh di Yordania, Syria dan Lebanon. Tanpa perlindungan, diabaikan dan dilupakan oleh kekuatan-
kekuatan besar dunia.” Begitu bunyi informasi tersebut.
***
INFORMASI ini bermula, ketika penulis wanita berkewarganegaraan Amerika tersebut, ditimpa penyakit yang amat
parah di waktu kecil. Ibu penulis itu kemudian bernazar kepada Yesus; bahwa jika putrinya diperkenankan hidup, ia
akan menyuruhnya berziarah ke Tanah Suci. Dan penulis tersebut pegang terus nazar ibunya.
Beberapa saat kemudian, penulis wanita itu memutuskan untuk menapak-tilasi perjalanan Yesus, dan menghayati
penderitaannya. Tapi sebelum ia memasuki Tanah Suci, ia telah dibuat shock oleh petugas-petugas keamanan Israel.
Ia ditahan di sebuah ruangan pribadi, dan diinterogasi. Ditanyai secara paksa, bagaikan seorang penjahat. Dan itu
dilakukan selama empat jam penuh!
“Kemudian tubuh saya digeledah sedemikian rupa, hingga saya merasa sangat malu. Hanya penumpang
berkebangsaan Amerika saja yang diinterogasi dan digeledah. 400 orang penumpang Yahudi diizinkan lewat dengan
cepat,” tulis penulis tersebut. “Dan ini semua, terjadi di tanah Amerika, sebelum kami meninggalkan bandara Kennedy.
Tindakan aparat keamanan Israel terhadap diri saya, hampir-hampir tak bisa dibedakan dengan penyidikan,” katanya.
“Tiba di Tel Aviv, saya tercengang melihat banyaknya tentara dan polisi yang ada di jalan-jalan dan
persimpangan. Saya menjadi terbiasa dengan pemandangan itu, sampai saya menyaksikan dengan mata kepala saya
sendiri, suatu pemandangan yang mengerikan. Dan sesudah itu, kehadiran tentara Israel di dekat saya, menjadikan saya
merasa sangat takut.”
“Saya sedang berjalan di sebuah jalan di Tepi Barat, dekat sebuah gereja. Meskipun saya telah diperingatkan oleh
orang-orang Palestina di situ, bahwa jam enam sore, tak seorang pun diperbolehkan berada di luar rumah kecuali
tentara Israel. Tiba-tiba saya melihat seorang anak laki-laki Palestina berumur sekitar 12-13 tahun, berlari keluar, ke
jalan, menyemprotkan cat di sebuah tembok, untuk menuliskan kata-kata dalam bahasa Arab. Setelah itu, saya diberi
tahu orang, bahwa anak itu mencoba menuliskan kata ‘Palestina’. Sebuah kata yang sangat diharamkan oleh tentara
pendudukan Israel.”

20
“Belum sempat anak itu menyelesaikan tulisan, muncullah dari semua arah, tentatra-tentara Israel yang
bersenjata. Dan terjadilah pengejaran terhadap anak kecil itu. Yang lari seperti seekor kijang. Malang baginya, dari arah
depan, datang beberapa orang tentara yang lalu mengepungnya. Anak itu pun mengangkat tangan dan menyerah kepada
serdadu-serdadu itu, sambil tubuhnya gemetar karena takut akan nasib yang mungkin sekali akan menimpa. Serdadu-
serdadu itu berteriak kepadanya dalam bahasa Ibrani dan Arab. Salah seorang dari mereka mendekati anak itu,
mengatakan sesuatu dengan suara keras pada teman-temannya. Dan seketika itu juga, dengan tenang dan tanpa ragu-
ragu, dia menembak anak itu dua kali di kepalanya!”
“Anak yang tak berdaya itu jatuh. Mukanya mengucurkan darah. Dan dia melolong kesakitan seperti seekor
binatang yang terluka. Kemudian beberapa orang serdadu dengan buas mulai memukulinya dengan pentungan dan tinju
secara bergiliran, sampai anak itu pingsan.”
“Ketika anak itu siuman, serdadu-serdadu itu memaksanya untuk berdiri. Dan memulai pukulan yang tak henti-
henti. Yang mereka lakukan dengan kemarahan dan kebencian yang luar biasa. Anak yang terluka parah itu, sekali lagi
pingsan. Jatuh terkapar di tanah berlumuran darah. Sekarat. Tubuhnya yang kecil dan tak keruan lagi keadaannya itu,
teronggok tak bergerak untuk jangka waktu yang lama. Hampir satu jam lamanya tak ada ambulan yang datang ke
tempat itu. Serdadu-serdadu Israel mempunyai ‘policy’, untuk tidak mengizinkan orang-orang Palestina yang terluka,
dibawa ke rumah sakit pada waktunya. Dengan harapan agar mereka mati karena kehabisan darah. Seperti yang banyak
terjadi, dikarenakan pelambatan yang disengaja.”
Dan selanjutnya, penulis itu menceritakan pula:
“Saya sedang berdiri di sana. Hanya beberapa meter jauhnya dari tempat kejadian itu. Bersembunyi di belakang
sebuah bangunan, dengan perasaan panik, tak mampu bergerak karena takut. Menangis tersedu-sedu tak tertahan,
ketika seorang serdadu yang masih muda, mengetahui keberadaan saya. Dia mendatangi dan mengarahkan senapan
otomatisnya kepada saya, sambil berteriak marah dalam bahasa yang tidak saya mengerti. Kemudian dia mendorong
saya ke tembok dengan kasar, dan mengancam saya. Saya merasa takut akan keselamatan nyawa saya sendiri, hanya
karena saya telah menyaksikan suatu kejahatan yang mengerikan. Saya yakin serdadu itu akan membunuh saya untuk
menutup mulut.”
“Saya orang Amerika, saya berbahasa Inggris,“ dengan gemetar saya memberanikan diri berbicara kepadanya.
“Kamu Amerika bondon!” Serdadu itu berkata dalam bahasa Inggris dengan aksen yang kuat dan penuh
kebencian. “Cuma bondon saja yang merasa kasihan pada orang Palestina!”
***

21
“Keesokan harinya saya mendengar kabar angin dari penduduk setempat, bahwa sebelum ambulan datang,
serdadu-serdadu itu menyeret anak yang terluka itu dengan memegang kakinya, berkeliling di jalan-jalan untuk
menakut-nakuti penduduk dan memberikan pelajaran kepada mereka”
“Pada hari yang naas itu, saya memutuskan untuk berhenti mengunjungi biara-biara dan gereja-gereja. Dan mulai
mengunjungi kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat dan Jalur Gaza, untuk menyaksikan dengan mata kepala dan meraba
dengan tangan saya sendiri, realitas kejam yang telah ditampilkan oleh headline surat-surat kabar internasional selama
empat tahun terakhir ini.”
“Saya mengunjungi beberapa keluarga di daerah pendudukan, dan tidur beberapa malam bersama pengungsi
Palestina di kamp-kamp pengungsian mereka yang menyedihkan.”
***
Kemudian, seorang pendeta Kristen yang sedang mengajar di sebuah sekolah yang disponsori gereja di kawasan kota
tua Jerusalem, menceritakan cerita mengerikan lain pada tahun 1973: 9) Ibid/idem
“Seorang anak laki-laki Arab kecil berumur enam atau tujuh tahun, sedang berkeliaran di jalan-jalan kecil yang
sesak di Jerusalem Lama. Memakai t-shirt warna hijau, dan memegang sebutir batu kecil. Dia memutuskan untuk
menggoda dari jauh, satu unit tentara bersenjata yang sedang mendatangi. Segera setelah tentara-tentara itu melihatnya,
mereka pun mengejarnya. Tapi anak kecil itu dengan cepat menghilang di gang-gang jalan itu. Serdadu-serdadu Israel
itu menjadi sangat marah, dan mulai menggeladah semua rumah dan toko di dekat situ. Tentu saja mereka juga
memeriksa sekolah setempat, dan memasuki ruangan kelas ketika pelajaran sedang berlangsung. Mereka ke semua
penjuru dengan curiga.”
“Akhirnya, mereka melihat seorang murid yang memakai baju hijau sedang duduk tenang-tenang di dalam
kelasnya. Mengerjakan pekerjaan sekolah. Murid itu berusia 11 tahun. Dan tidak punya hubungan apa-apa dengan anak
kecil yang sedang mereka cari. Tapi serdadu-serdadu itu lalu berteriak histeris, merenggut anak itu, membenturkan
kepalanya ke tembok beberapa kali. Sementara unit tentara yang lain mendatangi, dan dengan sistematis mulai
memukuli murid-murid dari satu kelas ke kelas lainnya, dengan kemarahan yang buas. Dua ratus murid mengalami
pemukulan berat. Tiga di antaranya ditinggalkan dalam kondisi kritis. Sementara itu, serdadu serdadu lain naik ke
lantai atas. Menyeret pendeta guru sekolah, dengan menarik rambutnya. Mendorongnya ke lantai bawah,
menyumpahinya dengan kata-kata kotor dalam bahasa Ibrani dan Arab. Guru itu mengalami luka serius, dan terpaksa
diopname selama sebulan.”
“Pada sore yang sama, tentara-tentara itu kembali lagi. Memerintahkan murid-murid berlutut di lantai selama
berjam-jam, sambil menodongkan senjata ke kepala mereka. Mengancam, bahwa apabila nanti ada murid kedapatan
membawa atau melemparkan batu, maka mereka tidak hanya akan ditodong, tapi langsung ditembaki. Sesudah itu

22
semua murid difoto dan diteror oleh serdadu-serdadu itu. Catatan medis setempat mengungkapkan, bahwa murid-murid
itu, bersama dengan anak-anak Palestina yang lain, menderita penyakit Pathologi Post Traumatik dan penyakit mental.
Dikejar-kejar rasa takut, kecemasan, phobia, insomnia, frustrasi, rasa tak aman, depresi berkepanjangan, rasa tak
berdaya, mengembangkan perilaku anti sosial yang agresif.”
***
“Seorang petani tua umur 84 tahun dari desa yang terletak di Tepi Barat, yang diduduki Israel, datang kepada saya
bersama seorang anak laki-laki Palestina yang bisa berbahasa Inggris, dari kamp pengungsi. Dengan air mata berderai,
memperlihatkan kepada saya dokumen-dokumen hukum dalam bahasa Arab. Dia menjelaskan, bahwa dia telah
menjadi pemilik sebidang tanah seluas lima puluh acre (kira-kira 20 hektar) di pegunungan, selama 120 tahun.
Keluarga serta nenek moyangnya telah tinggal di tanah itu selama 1200 tahun. Dan sekarang, pihak yang berwenang
Israel telah memberitahukan dan memperingatkan kepadanya, bahwa harta miliknya itu akan disita untuk membangun
pemukiman bagi imigran-imigran Yahudi dari Rusia. Tahun lalu, rumah pertaniannya dirampok tentara dalam operasi
militer rutin penggeledahan rumah. Dan uang sejumlah 1.000 dolar telah dicuri bersama dengan sayuran dan buah-
buahan segar.”
***
“Apa yang terpikir dan terasa di benak melihat, dan mengetahui ini? Tidakkah perasaan akan tersentuh dan
terenyuh? Ataukah sama sekali, memang acuh dan tak mau memperhatikan?” Ibu itu seakan bertanya, dan terus
melanjutkan renungan, di atas rangkuman bacaan, dari informasi wanita Amerika tadi.
“Saudara ipar petani tua itu, baru-baru ini terkena penyakit kulit. Dan dianjurkan oleh seorang dokter PBB, agar
berendam di Laut Mati, sebagai bagian dari pengobatan.”
“Laut Mati terletak di daerah pendudukan. Tak seorang Palestina pun di daerah pendudukan yang diizinkan
berenang di Laut Mati, tanpa ada izin tetulis dari penguasa militer. Dan pihak penguasa menolak permohonannya untuk
diizinkan pergi ke Laut Mati tiga kali. Hanya orang Yahudi saja yang diperbolehkan berenang di Laut Mati. Orang
Palestina di daerah-daerah pendudukan, tidak diperbolehkan bepergian dari satu daerah pendudukan, ke daerah
pendudukan lainnya, tanpa izin tertulis dari pihak militer. Mereka tidak diizinkan mengunjungi sanak keluarga mereka
di Jerusalem, atau di wilayah kekuasaan Israel lainnya. Mereka tidak boleh pergi ke lapangan udara untuk menjemput
sanak keluarga. Mereka harus selalu membawa kartu identitas berwarna merah muda, dan mengendarai mobil dengan
plat warna biru, sebagai tanda bahwa mereka adalah orang Palestina.”
“Di terminal-terminal dan pompa-pompa bensin tertentu, terdapat pasar-pasar gelap bawah tanah yang
memperdagangkan budak. Orang-orang Palestina yang kelaparan dan putus asa, berkumpul di sana untuk mencari
pekerjaan. Pengusaha-pengusaha Yahudi yang kaya, datang setiap hari dari Israel dengan membawa mobil van. Secara

23
gelap-gelapan mereka menyewa buruh-buruh bangunan dan buruh tani yang berusia antara 10 hingga 50 tahun, untuk
dipekerjakan selama dua hari, dengan bayaran yang sangat rendah nilainya. Sama dengan sepertiga upah yang diterima
rekan Yahudi. Seringkali terjadi, majikan-majikan Israel mereka, setelah proyek selesai, melapor kepada polisi, bahwa
buruh-buruh itu telah bekerja tanpa surat izin, dan bermalam di bumi Israel. Akibatnya, orang-orang Palestina yang tak
berdaya itu ditangkap, dan dijatuhi hukuman denda yang berat.”
***
NAH, sekarang perempuan itu seolah bertanya kepada Anda;
“Bagaimana perasaan Anda, setelah mendengar dan membaca informasi ini? Pengalaman sang wanita Amerika
tadi? Apakah dada Anda, masih tidak bergemuruh? Ataukah hati Anda, tidak tersentuh? Atau tidak terpikir di benak
Anda, ‘alangkah sadis dan kejamnya Israel?’ Alangkah tidak berprikemanusiaannya mereka?”
***
SEBELUM ITU…

Dengarkan pula cerita pengalaman yang lain. Dari seorang yang bernama Taufik Rahzen: 10) Ibid/idem
“Jalur Gaza seperti kota yang kehilangan penghuni. Lusuh dan berkabung. Bersama serombongan wartawan yang
dikawal ketat tentara Israel IDF, saya memasuki dua kampung perkemahan pengungsi --Al Burij dan Gaza City-- akar
gerakan intifadah”.
“Ketika memasuki perkemahan Al Burij, kami seperti memasuki sebuah kewaspadaan dan penantian mutlak.
Mobil kami berjalan beriringan di tengah mendung dan gerimis, berhenti di pusat kota di persimpangan jalan. Saya
melihat kilatan mata yang mengintip dari jendela yang dibuka tipis. Tiba-tiba, satu, dua, dan tiga batu melayang ke arah
kami. Takashi Matsukawa, dari Tokyo Shimbun, yang berdiri di samping saya, tersungkur terkena bahunya, kemudian
berlari ke dalam mobil. Hampir dua puluh tentara IDF, yang umumnya masih muda remaja, berlari mencari arah batu.
Semua wartawan berlari mengikuti. Mencoba merekam peristiwa. Tak ada hasil. Karena batu-batu itu seperti muncul
dari semua arah. Tiba-tiba, pintu di depan saya terbuka perlahan. Inilah untuk pertama kalinya, saya melihat secara
utuh laki-laki Palestina di perkemahan itu. Penampilannya lebih tua dari umurnya. Wajahnya seperti peta penderitaan
Palestina selama ini. Saya mencoba mengucapkan salam untuk menunjukkan identitas sebagai sesama muslim. Ia
memandang saya ragu-ragu dan tak menjawab. Kemudian ia mulai berbicara dengan keras. Di balik punggungnya ia
menjinjing seekor anak tikus yang masih hidup. Dan saya tidak mengerti apa yang dikatakan. Sementara itu, para
wartawan dan tentara mulai berkumpul ke arah kami. Ia berteriak dan terus berbicara. Tak perduli pertanyaan wartawan
dan ancaman tentara. Saya mengira, ia ingin mengatakan sesuatu tentang kesulitan bahan makanan, hingga ia harus
memakan daging tikus. Namun, karena ia mengucapkan berulang-ulang dengan gagah, saya menjadi ragu. Sopir kami

24
mencoba menerjemahkan: “Lihat tikus ini. Ia mempunyai liang dan kebebasan ke mana pun ia mau. Mereka
mempunyai rumah dan kesempatan. Sementara itu kami, sebagai manusia yang hidup, telah kalian rampas kebebasan
kami. Kalian sekap kami dalam rumah tanpa dapat melihat matahari. Tanpa cahaya. Tikus pun, dapat melihat cahaya.
Kalian lebih menghargai tikus dari pada kami. Allah Mahabesar!” teriaknya.
***
JOE SACCO

Pada akhir 1991 dan awal 1992, Joe Sacco, jurusan jurnalisme Universitas Oregon, memperoleh American Book
Award, telah menghabiskan waktunya selama dua bulan bersama rakyat Palestina di Wilayah Pendudukan. Dan
sekembalinya ke Amerika Serikat, pertengahan 1992, ia mulai menulis dan menggambar Palestina, dengan tehnik
reportasi saksi, dengan penceritaan melalui media buku komik. Menggali situasi rumit yang sangat bermuatan emosi:
‘Palestina Duka Orang-Orang Terusir’, 11) Dar! Mizan, 2003.

“INI BALATA”, tulis Joe Sacco memberi informasi. “Kamp pengungsi terbesar di Tepi Barat. Hanya seberang
jalan dari Nablus. Sebagian warga Palestina yang tinggal di sini, termasuk dalam 3/4 juta warga yang lari atau diusir
pada tahun 1948, dari apa yang sekarang Israel……”
“Perlukah kita bicara tentang 1948? Bukan rahasia lagi, bahwa Zionis menggunakan kabar angin, ancaman dan
pembantaian, untuk mengusir warga Arab. Menciptakan demografi baru yang menjamin Israel murni Yahudi,” katanya.
“Tentu saja, lebih nyaman menganggap pengungsi, sebagai konsekuensi perang yang patut disesali. Namun,
mengusir warga Palestina sudah menjadi gagasan, sejak Theodor Herzl merumuskan Zionisme modern di akhir tahun
1800-an,” tulisnya. “Kita harus memindahkan secara diam-diam populasi miskin itu ke luar perbatasan. Menciptakan
pekerjaan untuknya di negara-negara transit. Sementara melarangnya bekerja di negara kita sendiri. Bagaimanapun,
ikatan warga Palestina dengan negeri nenek moyang mereka, ‘kurang kuat’, dibandingkan kaum Yahudi yang tidak
tinggal di sana, selama berabad-abad,” sebagian Zionis berkilah,
Menurut Perdana Menteri pertama Israel David Ben-Gurion, orang Palestina sama nyamannya; apakah dia di
Yordania, Lebanon, atau tempat-tempat lain. Menjelang Perang, Gurion tak punya ilusi tentang ‘pemindahan diam-
diam’, atau membujuk warga Palestina untuk pergi. Dalam setiap serangan, pukulan telak harus dilakukan;
mengakibatkan kehancuran rumah-rumah dan pengusiran populasi.”
“Kalau itu sudah tercapai,” katanya kepada seorang penasihat, “warga Palestina hanya punya satu peran lagi…
untuk lari.”
***

25
Namun, setelah 1948, menjadi rahasia umum, Perdana Menteri Golda Meir, justru menganggapnya sama sekali
bukan isu: “Seolah-olah ada orang-orang Palestina yang menganggap diri mereka warga Palestina, dan kami datang,
lalu mendepak mereka keluar dan mengambil negeri mereka. Tidak begitu. Mereka tidak ada,” katanya.
Membaca ini, otomatis pikiran dan ingatan ibu itu, tertuju kepada peristiwa-peristiwa kejam, pembantaian demi
pembantaian yang telah dilakukan Zionis Yahudi tersebut. Dan betapa mereka begitu tidak malu, mengatakan ‘teroris’,
terhadap pejuang-pejuang muslim Palestina, seperti Jihad Islam dan Hamas. Yang telah memenangkan pemilu legislatif
secara demokratis, membentuk pemerintahan, kemudian dengan seenaknya dibombardir dengan serangan,
pemboikotan, dan lain-lain. Cara-cara Machiavellis di dalam mencapai tujuan. Segala sesuatu dihantamkromo saja.
Apakah itu moral, agama, norma-norma, kaedah-kaedah hukum, tak peduli! Pokoknya asal tujuan bisa tercapai, habis
perkara! Lebih sadis dari holocaust, genosida bangsa Yahudi oleh Nazi Jerman di zaman Hitler, yang mereka gembar-
gemborkan sebagai kejahatan kemanusiaan!
***

PEMBANTAIAN

Rangkuman visualnya kini tertuju pada buku ‘PALESTINE, emang gue pikirin?’, 12) Shofwan Al Banna,
Proyou, Yogyakarta, tentang pembantaian-pembantaian yang telah dilakukan Israel. Diambilnya buku itu dari rak buku,
dibukanya halaman yang berkenaan dengan hal itu.
1. Pembantaian di desa Balad Asy-syeikh dan Hawasyah, terjadi pada tanggal 1 Januari 1948. Kelompok teroris
Zionis, (saat itu Israel belum berdiri), menyerang dengan senjata lengkap ke dua desa di sebelah tenggara Haifa.
Seluruh penduduk terbantai tanpa ampun, di hadapan para pembantai yang jumlahnya 200 orang.
2. Pembantaian Naashiruddin. Terjadi pada tanggal 13 Mei 1948, di desa yang terletak di dekat Thabriyah. Nggak
cuma keji, Israel juga mempertontonkan kelicikannya yang super dahsyat. Balatentara Zionis mendatangi
perkampungan tersebut dengan kostum Arab. Saat penduduk setempat berbaik hati menyambut mereka dengan hangat,
mereka memberikan hadiah berupa pembantaian yang tanpa ampun, yang merenggut nyawa semua yang hidup di
perkampungan itu.
3. Pembantaian Bait Darais. Panser-panser Zionis menyerbu desa besar bernama Bait Darais di sebelah Timur
Gaza pada tanggal 21 Mei 1948. Mereka membabat habis semua penduduk desa tersebut. Panser digunakan untuk
meledakkan, membunuh, melindas penduduk, termasuk anak-anak, perempuan, dan orang tua.
4. Pembantaian Deir Yasin. Saksi salah satu pembantaian paling biadab di dunia. Kampung berpenduduk 600
orang yang terletak di dekat kota Al-Quds ini, diserbu oleh dua kelompok teroris Israel, yaitu A-Aghun (Irgun) dan

26
Steirien, yang berjumlah 300 orang, diperisai dengan panser-panser. Menyerang dari rumah ke rumah, kemudian
membantai siapapun yang mereka temui, baik yang sendirian, maupun bersama anggota keluarga. Setelah itu,
kelompok teroris Haganah datang dan menguburkan semua mayat korban, untuk menghilangkan jejak. Kejadian ini
terjadi pada tanggal 9 Oktober 1948.
5. Pembantaian Ad-Duwainah. Tentara Israel batalion Unit 89, menyerbu desa Ad-duwainah yang terletak di
sebelah tenggara kota Hebron, pada tanggal 30 Oktober 1948. Batalion ini dipimpin Moshe Dayyan, tokoh Zionis yang
dikagumi Ariel Sharon. Mereka merengsek masuk desa, membantai 96 orang dan anak-anak. Caranya sangat
mengerikan: para korban dibunuh dengan dipecahkan kepalanya!
6. Pembantaian ‘Aibun. Pada saat yang sama dengan pembantaian Au-duwaimah, sekelompok tentara Israel
membantai 12 pemuda Palestina di ‘Aibun.
7. Pembantaian Shafshaf Al-Jalil. Dalam pembantaian ini, sekitar 52 orang Palestina dibunuh dengan cara yang
keji. Para korban diikat dengan tali dan dilemparkan ke dalam sumur!
8. Pembantaian Allad 1. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 11-12 Juli 1948. Warga Palestina dibantai di masjid-
masjid dan gereja-gereja. Jumlah korban menurut Israel sendiri, sekitar 250 orang.
9. Pembantaian Allad 2. Allad kembali menyaksikan pembantaian lain, saat pengusiran yang dilakukan oleh
tentara Israel. Sekitar 350 orang Palestina terenggut nyawanya dalam peristiwa kelam ini!
10. Pembantaian Shafat. Pada peristiwa ini, gerombolan teroris Haganah membantai 70 pemuda Arab.
11. Pembantaian Qabiyyah. Qabiyyah adalah wilayah yang letaknya 22 kilo di sebelah Timur Al-Quds. Wilayah
yang saat itu di huni oleh 2000 orang. Luas kepemilikan tanah warga Qabiyyah saat itu 16504 hektar. Teror itu dimulai
pada sore hari tanggal 14 Oktober 1953. Sebanyak 600 tentara Israel menyisir habis, dan meratakan desa ini dengan
tanah. Setelah mengisolasi penduduknya dari semua kemungkinan pertolongan, pasukan gila ini menembak ke segala
arah. Mereka meledakkan seluruh rumah, dan membantai penduduknya tanpa ampun. Pembantaian ini berlangsung
selama 32 jam. Banyak keluarga yang dibantai habis.
12. Pembantaian Kafr Qasim. Korban dalam pembantaian ini adalah buruh-buruh desa, yang baru pulang kerja.
Padahal mereka kelelahan, dan pasti ingin segera bertemu dengan keluarga, setelah seharian bekerja di ladang dan
tempat kerja. Sekitar pukul 17.00 pada tanggal 29 Oktober 1956, daerah di dekat Tulkram di sebelah selatan ini,
menjadi saksi tertumpahnya darah warga Palestina, di tangan dingin tentara Israel. Semua buruh yang terkumpul
terbunuh. Jumlahnya sekitar 49 orang, termasuk 14 wanita dan 3 remaja berumur 12-14 tahun serta 11 anak-anak kecil.
Psikolog mana yang bisa menyebut tentara Israel, bukan gerombolan psikopat bersenjata berat?
13. Pembantaian Shabra Shatilla. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 18 September 1982. Israel menggunakan
anteknya, yaitu milisi Palangais (Phalangist) di Lebanon, untuk menghabisi warga Palestina yang mengungsi ke

27
Lebanon. Batalion Palangis ini menyerang dua perkemahan, dan menyiksa penduduk serta membantai wanita, anak-
anak, orang tua. Jumlah korban yang syahid lebih dari dua belas ribu warga Palestina.
14. Pembantaian di Masjid Ibrahim, Hebron.
Mari perhatikan catatan dari komite Al-Quds ini, yang menggambarkan: “…. Dan belumlah mereka melengkapi
ucapan tasbih kedua dalam sujud tilawah di Masjid Ibrahim di Hebron, dentuman suara granat dan srentetan bunyi
peluru senjata otomatis, terdengar nyaring di halaman masjid……. Serpihan-serpihan granat dan peluru menembus
kepala, dengkul, dan pundak mereka yang sedang shalat……..”
Jumlah mereka yang syahid dalam peristiwa yang berlangsung kurang dari 10 menit ini, lebih dari 24 orang.
Sementara itu, 350 lainnya cidera berat. Cuma 10 menit! Pelakunya seorang buruh, Goldstein, orang yang kemudian
dianggap pahlawan oleh orang-orang Israel di Hebron.
15. Pembantaian ‘Uyun Qaara. Pagi hari tanggal 20 Mei 1989 di ‘Uyun Qaara (dekat Tel Aviv), seorang tentara
Israel menembakkan senjata mesinnya ke tengah-tengah sekelompok pekerja Palestina yang lagi ngumpul. Tujuh orang
tewas seketika.
16. Pembantaian Qana. Kemah-kemah yang terletak di Qana, Lebanon itu, dihujani Israel dengan roket dan
rudal.Serangan ini terang-terangan diperintahkan oleh Shimon Peres, Perdana Menteri Israel saat itu. (peristiwa ini
terjadi pada tanggal 18 April 1986). Mereka yang terbantai berjumlah 100 orang; nggak peduli laki-laki, perempuan,
anak-anak dan orang tua.
17. Pembantaian Beit Hanun, Utara Jalur Gaza, hingga membawa korban 85 syahid, dan lain-lainnya luka-luka
13) “Palestina Merdeka atau Intifadah Jilid III”, Comes, 1997, hal 143)
Dan seterusnya, kini pun Anda tahu sendiri. Baik melalui berita televisi, internet, radio, koran dan majalah, buku
dan sebagainya, rentetan peristiwa pembantaian, yang memakan ratusan orang, terus berlanjut di Gaza, maupun Tepi
Barat. Alangkah tragisnya!
***
TEROR ISRAEL

Dengan terencana, Israel menebarkan ketakutan di kalangan warga Palestina.


Setiap hari, perkampungan, bahkan kamp-kamp pengungsi (yang tanpa lantai dan hanya beratap seng) diserbu
oleh Israel. Pesawat-pesawat canggih Israel (yang sebagian disuplai oleh Amerika Serikat) seperti F1-16 dan helikopter
Apache, berputar-putar di atas kepala anak-anak Palestina. Begitu informasi dari buku “Palestine, Emang gue pikirin!”
tersebut di atas.

28
Dan lanjutnya: Tentara Israel dengan Tank Merkava dan panser canggih mereka, setiap hari berpatroli di wilayah
Palestina, dan menembaki orang seenaknya. Termasuk anak-anak, wanita dan orang tua. Tentara Israel biasa
menghilangkan kebosanan, dengan mencegat seorang anak kecil yang baru pulang dari sekolah, kemudian
menyiksanya, atau minimal memukulinya.
Iman Hamsh, gadis kecil yang sedang menenteng tas sekolahnya, di tengah jalan, tiba-tiba dihadang komandan
militer Zionis Israel dengan senjata mesin, dan kemudian dibantai. Komandan Zionis Israel tidak hanya merebut mimpi
Iman Hamsh, dan menumpahkan darahnya, namun ia mendekati, melepaskan dua missil di kepalanya, seraya
tersenyum membunuhnya.
Lebih parah lagi, tentara Israel melarang petugas medis, seperti bulan sabit merah atau palang merah. Sehingga
tak jarang, korban-korban hasil serangan Israel dibiarkan mati perlahan-lahan, karena dilarangnya petugas medis.
Penguburannya pun diatur berbelit-belit oleh tentara Israel.
Tabiat teroris ini, memang sudah melekat di dalam Zionisme. Kalau kita mengutuk bom Bali, yang menewaskan
200 orang yang sedang bersenang-senang, maka kita harus lebih mengutuk lagi Israel, yang jauh lebih kejam dengan
korban yang jumlahnya lebih banyak.
Israel melakukan teror dengan berbagai target! Secara umum adalah, menciptakan ketakutan di kalangan warga
Palestina, sehingga mereka hengkang dari tanah air mereka sendiri. Ada juga target khusus, yaitu menghabisi musuh-
musuh mereka, orang-orang yang menjadi nyala semangat bagi Palestina, seperti tokoh-tokoh Hamas dan Jihad Islam.
Dan seterusnya, buku tersebut melanjutkan, dan ibu itu mengungkapkannya pada Anda:
Seorang peneliti bernama Nawwaf al Zur, meneropong kejahatan pembasmian sistematis terhadap anak-anak
Palestina, yang dia dasarkan kepada referensi-referensi Ibrani yang ditulis wartawan, teoritisi, pernyataan-pernyataan
pejabat militer, politikus, dan para pendeta Zionis Yahudi, untuk menjelaskan; bahwa pembunuhan anak-anak
Palestina, tidak terjadi tiba-tiba begitu saja tanpa direncanakan. Tapi yang terjadi, bahwa pembunuhan itu disengaja.
Sebagai metode pembasmian harian untuk menghancurkan masa depan Palestina, dengan membunuh anak-anak
mereka, balas dendam dari kepahlawanan mereka yang menakjubkan, dan merubah masyarakat Palestina pejuang,
menjadi masyarakat penakut yang segera cemas dan panik, begitu mendengar suara letusan pistol serdadu Zionis,
maupun permukiman Yahudi. Atau mendengar deru pesawat Apache di langit rendah, di atas rumah-rumah Palestina,
atau di atas tiang-tiang kemah mereka, yang sudah tidak mampu menahan hembusan angin.
Dunia diam saja, padahal Amnesti Internasional dan berbagai LSM internasional lain, telah berteriak, bahwa ada
teror besar-besaran di Palestina. Syukurlah, Allah memang telah menjanjikan bahwa sekitar Al-Quds, selalu ada
sekumpulan orang terbaik dari kaum muslimin yang terus berjuang. Teror-teror ini tumpul di hadapan keberanian anak-

29
anak kecil Palestina. Tank-tank dan pesawat canggih, dihadapi dengan doa dan batu. Teror tidak pernah memadamkan
semangat mereka! 14) Ibid/idem ‘Palestine emang gue pikirin!, Sofyan Al-Banna, Pro You, Yogyakarta)
***
“NAH, bagaimana perasaan kita; membaca, mendengar, melihat, mengetahui, kenyataan-kenyataan di atas? Apalagi
saat ini, di mana Israel sedang gencar-gencarnya melakukan aksi ethnocide dan genocide di Gaza? Dengan blokade,
boikot, penistaan Masjidul Aqsha, pembantaian besar-besaran?”
“Setiap hari mereka dibantai. Dibom, dibunuh dengan sombong, tanpa mengenal rasa kemanusiaan. Anak-anak,
wanita, orang tua, penduduk sipil, apalagi para pejuang dan para pemimpin, dikepung dalam suatu blokade ekonomi,
dengan pengepungan tanpa mengenal rasa kemanusiaan. Listrik dipadamkan, air ditiadakan, sehingga mereka
kelaparan, tiada roti dan susu?”
“Apakah kita akan menjadi batu keras, dingin dan beku, tak memiliki nafas kehidupan, tak mempunyai perasaan
dan rasa kemanusiaan, terhadap hal-hal yang tertera atau terlihat itu?”
“Buta mata, pekak telinga, beku hati, lumpuh akal pikiran dan ratio? menjadi penonton pembantaian tanpa jiwa?
Ataukah kita akan menjadi, paling tidak, seperti ‘batu pelawan’, sebagaimana anak-anak Palestina menggunakannya?
meski dalam kriteria kesederhanaan persenjataan mereka? Penghancur terhadap ketidakadilan dan kesemena-menaan
yang dipertontonkan para Zionis, di atas kesombongan dan keserakahannya terhadap dunia?”
“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan
(lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal
umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan.” (QS 2:96).
***
“Apakah selama ini, Anda tidak, atau belum tergerak, berbuat dan bertindak, walau dalam batas minim sekali,
dengan suara-suara, tulisan-tulisan, aksi-aksi sosial, mengumpulkan dana, demi rakyat dan bangsa Palestina,
sebagaimana mereka lainnya yang sudah? Atau barangkali, mengirim doa dalam shalat Anda, memohon kehadirat
Allah, agar orang-orang Palestina, kaum muslimin pada umumnya, diberi kekuatan di dalam keterpurukan dan serba
kelemahan yang dimiliki saat ini?”
“Kalau tidak, atau belum, termasuk apa, dan siapa, kita ini?”
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)

30
tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS 7:179).
Maukah kita disebut dan dikatakan seperti itu?
***

BAB II.

MEMETIK PELAJARAN QS 17:1

DENGAN LANGKAH GONTAI, ibu itu mematikan televisi. Apalah guna menonton televisi, yang lebih banyak
memprogramkan dan menampilkan acara-acara yang sudah direkayasa sedemikian rupa? demi kepentingan politik,
ekonomi, sosial, budaya, ras, bangsa, ideologi, gaya hidup hedonis konsumeris, haus harta dan kekuasaan, kehilangan
identitas agama, kebangsaan dan ke Timuran? Tidak mendidik, bahkan membawa mudharat kepada generasi muda
bangsa, dan rakyat kebanyakan? Sinetron-sinetron yang kini menjamur hampir di semua channel, bukankah lebih
banyak mengetengahkan cerita cinta cengeng, di atas ketimpangan sosial kaya dan miskin, minus moral tanggung
jawab? Pembohongan di atas mimpi-mimpi yang menina-bobokkan? Mengaburkan sendi-sendi agama di atas
kerancuan nilai-nilai ajaran yang dipertontonkan? Pengabaian logika pikir dan pembodohan? Menjadikan orang malas,
membuang-buang waktu saja? Mengundang ke arah gaya hidup glamour, berlomba-lomba menjadi penyanyi, artis
sinetron, didukung para orang tua, ibu dan bapak, di dalam mengejar materi dan kesenangan dunia, tanpa mau
memikirkan keadaan negara dan bangsa, apalagi penderitaan umat manusia pada umumnya; seperti Palestina, yang
tercengkeram kekejaman orang-orang jahat, pemegang supremasi dan hegemoni dunia itu?!
Langkahnya kemudian tertuju ke tempat peletakan Al-Qur’an, yang memang khusus disediakan untuk itu.
Bukankah Kitab Suci harus dimuliakan, dijaga dan dipelihara? Termasuk di dalam cara peletakan atau penempatannya?

***
KITAB SUCI

31
Ya apalagi kalau bukan ini? Diambilnya Al Qur’an itu.
Alhamdulillah, Al-Qur’an memang obat mujarrab untuk segala kerisauan. Penawar hati di dada, penyembuh
peyakit, petunjuk dan rahmat, menjadikan diri tenang dan tentram. 15) QS 10:57, 13:28.
Dibuka lembaran halamannya dengan hati-hati.
Terhenti di surah 17, ayat 1. Hatinya di dalam memohon perlindungan Allah terhadap godaan setan yang
terkutuk. Dibacanya Nama Allah Yang Maha Pengasih Dan Penyayang. 16) (QS 16: 98)
Lalu setelah itu, QS 17:1, mulai dibaca: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.”
Ayat itu diamati dan diperhatikan.
Seketika pikirnya melayang.
“Al-Qur’an mesti di diperhatikan. Dipahami, diambil pelajaran, dan bukan dicuekkan begitu saja, tanpa manfaat
yang diperoleh.” Benaknya bergumam. Mengingat pelajaran yang pernah didapat kala belajar agama di suatu lembaga
pendidikan. Untuk itu, ayat-ayat tersebut menyembul dalam gambaran hati:
“Ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan
ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (QS 38:29).
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an?.......(QS 4:82).
“Sungguh Kami (Allah) telah membuat mudah pada Al Qur’an itu untuk diingat dan difahamkan. Tetapi adakah
orang yang mau mengambil pelajaran?” ( QS 54:17).
Berkatalah Rasul; “Ya Tuhanku, sesunguhnya kaumku menjadikan al-Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhkan”.
(QS 25:30).
***
“Ya Tuhan,” jeritnya serentak, “sekarang banyak orang yang tidak memperhatikan Al Qur’an! Acuh dan tak mau
mengambil pelajaran. Tertarik, bangga dan senang pada ideologi asing, daripada ajaran agamanya sendiri.” Dadanya
bergemuruh. Mengenang dan mengingat perilaku itu. Lari dan kabur dari ajaran agama, masuk ke perangkap yang
dibuat orang lain. Termasuk para pemimpin, pejabat negeri, rakyat kebanyakan, individual sosial, dalam skala
mayoritas masyarakat muslim.

32
“Mereka jadi terhina Tuhanku!” cetusnya pula mengaduh di dalam hati. “Dijajah, ditindas, dibuat sengsara di
dalam kehidupan. Miskin. Bodoh. Terbelakang. Menjadi bulan-bulanan permainan musuh yang menertawakan, karena
meninggalkan Al Qur’an.”
“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu datang kepada mereka, (mereka
itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya al-Qur’an itu adalah Kitab yang mulia. (QS 41: 41)
Dan kemuliaan mereka hanyalah bilamana mereka benar-benar konsekuen menerapkan ajaran agama dan tidak
mengingkari dan masabodohkan Al Qur’an.
Umar bin Alkhatthab r.a. berkata: Bersabda Nabi saw..: “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat
beberapa kaum dengan kitab Qur’an dan akan merendahkan lain kaum dengannya juga.” (Muslim).
***
Dan ia jadi ingat kehidupan di masa Rasul saw. dan Khulafaur-Rasyidin. Di mana Allah swt. telah memuji, dan
mengungkapkannya di dalam QS 3:110, dan 2:143:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah
dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah………, “ (QS 3: 110).
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi
saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…”. (QS 2: 143).
Sedang sejarah telah mencatat dan menuliskan, di dalam lembaran emas periode kehidupan mereka.
Saat itu, agama bukan dijadikan embel-embel identitas di atas kartu penduduk seperti sekarang, tapi benar-benar
diwujudkan dalam praktek nyata kehidupan sehari-hari. Sadar. Tahu. Yakin, hahwa Islam adalah agama Allah yang
sempurna dan menyeluruh. Nikmat yang dicukupkan. Agama yang diridhai. Lurus sesuai fitrah. Dan tidak mengambil
yang lain sebagai way of life, dalam sepak terjang kehidupannya, sehingga menceraiberaikan mereka! (QS 3: 19, 5: 3,
30:30, 6: 153).
Keyakinan serta praktek agama inilah, yang menjadikan mereka mulia dan tidak terhina. Apakah ia sebagai
individu, dengan status pemimpin, ataukah ia sebagai mahluk sosial, dengan status orang yang dipimpin. Rakyat
kebanyakan. Yang saling berbuat dan bekerja menurut proporsi, di atas status diri sebagai hamba Allah, dengan
tanggung-jawab yang dipikul!
Bukankah Al Qur’an sesungguhnya bacaan yang sangat mulia, seperti yang difirmankan-Nya?
“Sesungguhnya AlQur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia” (QS 56: 77).
“Yang tidak datang kepadanya (al-Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang
diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijakasana lagi Maha Terpuji”. (QS 41: 42).

33
Bukankah pula, ia merupakan petunjuk, pedoman, rahmat, bukti kebenaran, mu’jizat, penerangan bagi seluruh
manusia, menjelaskan segala sesuatu, jalan keselamatan, mengeluarkan manusia dari kegelapan, kepada cahaya terang
benderang dengan izin-Nya? Menunjuki mereka ke jalan yang lurus?
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-
penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang beriman”. (QS 10: 57).
“Sesungguhnya Al Qur’an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira
kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (QS 17: 9).
“Al Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini”. (QS 45: 20).
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Rabbmu. (Muhammad dengan
mu’jizatnya) dan telah Kami turunkan padamu cahaya yang terang benderang”. QS 4: 174).
“(Al-Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang
bertaqwa”. (QS 3: 138).
“Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta
rahmat dan khabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”. (QS 16: 89).
“Akan tetapi (al-Qur’an itu) membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan
sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (QS 12: 111).
“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan
(dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari kegelapan kepada cahaya yang terang benderang
dengan se-izin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”. (QS 5: 16).
***
Ayat-ayat itu seakan mengalir, meluncur terjun dan berbicara, dari dan ke dalam benak, sehingga membuatnya
jadi tercenung dan berintrospeksi!
***
INTROSPEKSI

“Tetapi ya Tuhan, apakah hamba termasuk orang beriman yang mengerjakan amal saleh? Yang gemetar hati,
bertambah iman, kepada Allah bertawakkal, apabila disebut nama Allah dan dibacakan ayat-ayat-Nya?” benaknya
mulai bertanya-tanya. Berintrospeksi, mengoreksi diri sendiri, sebelum yang lain. Mengingat QS 8: 2-3:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal, itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya…………………………………….......”

34
Ia menjadi semakin takut dan khawatir. Apalagi mengingat firman-Nya pula dalam QS 2: 8: “Di antara manusia
ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman.”
***
“Ya Tuhan, apakah hamba, orang yang sungguh-sungguh beriman?” cetus ibu itu resah di atas kekhawatiran.
“Apakah hamba telah memperaktekkan ajaran agama dengan baik? Telah ber-amal saleh? Ataukah termasuk orang…
yang acuh, dan mencuekkan?”
“Dan bagaimana pula hamba, di dalam melihat perjalanan kehidupan masyarakat kaum sendiri? juga masyarakat
di luar itu, setelah fase kegemilangan pada zaman keemasan, dan kehancuran seperti sekarang?” Bibirnya meringis,
hatinya miris. “Lalu, apakah yang mesti hamba lakukan, setelah melihat hegemoni dan supremasi kaum Zionis, dengan
sekutunya itu, atas segala kemajuan dan perkembangan ilmu; sosial, politik, ekonomi, militer, dan sebagainya lagi,
sepak-terjang yang semakin membuat kaum kami tertindas? terjajah, lemah, hina, terpuruk, terpecah-belah, hancur-
menghancurkan sesama sendiri tanpa rasa peduli, hingga ukhuwwah hanya menjadi slogan?” Hatinya merintih pedih.
“Apakah hamba, harus menjadi batu kasar, keras, beku, dingin, dan diam? tak memiliki nafas kehidupan, tak
dapat menjadi senjata, walau sederhana sekalipun, seperti yang dimiliki dan digunakan anak-anak Palestina itu? demi
mempersenjatai diri, melawan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan para Zionis, yang sekarang ini menguasai
dunia, dalam suatu imperium seperti yang terpampang?”
Dadanya semakin bergemuruh. Penuh sesak oleh irama yang memadati.
“Bukankah segala sesuatu yang tertulis, konsep-konsep yang dimiliki Islam; Al-Qur’an, Hadits, Sirah Nabawi dan
lainnya itu, cukup jelas, gamblang, patut diikuti? Begitu juga yang tidak tertulis; terlihat, terbaca, terdengar, diketahui
di antara fenomena alam, sejarah kehidupan kemanusiaan; pengalaman, kejadian, peristiwa, keadaan-keadaan faktual
yang tertemui?”
“Kenapa hamba harus tidak, dan belum mau peduli?” Hatinya tambah merintih.
“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu
sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS 51: 20-21).
“Katakanlah: “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah
dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS 10: 101).
Dan ia pun semakin dibuat resah gelisah. Gundah, hampir semaput karena takut!
“Apakah hamba tidak memperhatikan; bahkan keadaan diri hamba sendiri, siapa, dari mana, ke mana, dan di
mana hamba berada?” Hatinya menjerit. “Dan kenapa pula, hamba tidak juga memperhatikan aspek atau sisi
keberadaan yang lain? Fenomena alam, kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa, keadaan masyarakat kaum hamba, dan

35
mereka yang di luarnya itu? Sejarah, peri keadaan, hal-hal dari segala macam sepak terjang perilaku? Perkataan
maupun perbuatan?”
“Apakah hamba termasuk orang yang buta, tuli, bisu, beku hati, lumpuh, tak sehat akal pikiran? Tak bisa melihat,
mendengar, merasakan, ikut memikirkan, berbuat dan bertindak, walau sedikit?” Bertubi-tubi pertanyaan itu menyerbu
rongga dadanya.
“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang
mereka berpaling daripadanya”. (QS 12: 105).
“Dan sekali-kali tiada datang kepada mereka suatu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, melainkan
mereka selalu berpaling daripadanya”. (QS 36: 46).
“Tidakkah mereka berjalan di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka?”.
(QS 12: 109).
“Karena itu, berjalanlah di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul)”. (QS 3: 137).
***
“Ya Tuhan!” Tiba-tiba tubuhnya seperti tergetar. Keringat dinginnya sertamerta menyerbu. Badannya seakan
menggigil. “Benar. Iya. Hamba harus tertagih. Hamba harus bangkit!” pikirnya bersemangat, memotivasi diri sendiri.
“Bukankah hamba seorang muslim, dan mesti konsekuen dengan itu? Bahkan, bukan hanya memperbaiki, menambah
keimanan dan kualitas keislaman untuk diri hamba sendiri, tapi juga harus memperhatikan sekeliling. Lingkungan
sekitar, dan kehidupan masyarakat. Meski peran itu hanya sedikit, sebatas kemampuan yang termiliki.
Perumpamaannya, sebagai sebutir batu yang dijadikan peluru, sebagaimana anak-anak Palestina itu menggunakannya
untuk penghancur musuh!”
***
QUR’AN SURAH 17:1

DAN IA MULAI MEMETIK PELAJARAN.

1) “MAHA SUCI ALLAH”

Pada titik ini, ia terhenti sejenak. Mengakui melalui mulut yang bergumam: “Dia memang Maha Suci. Allah,
Tuhan seru sekalian alam,” katanya membenarkan QS 7:54, di atas bacaan awal QS Al Israa’ tadi. “Allah memang Suci
dan ke-Sucian-Nya tak teragukan!”

36
Dan kembali merenung; betapa kotornya manusia yang telah banyak melakukan dosa. Padahal Dia telah
memberikan segala kenikmatan yang tak terhitung banyaknya. Alangkah tak bersyukur dan berterima kasihnya
manusia! 17) (QS 16: 18, 55: 13, 16, 18).

2) “MEMPERJALANKAN”

Alisnya berkernyit. Bibirnya tergerak. Pikir dan ingatannya tertuju pada QS 55:33:
“Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka
lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan”.
“Untuk bisa menembus atau melintasi penjuru langit dan bumi, diperlukan kekuatan. Bukan berjalan sendiri tanpa
‘aspek sesuatu’ berada di baliknya,” pikirnya mulai mengelana.
“Dan kekuatan Allah, alangkah tidak terbatasnya!” serunya. “Sedang kekuatan manusia, hanya diberikan sebatas
izin-Nya.”
Kepalanya pun manggut-manggut.
“Di era globalisasi ini, kekuatan itu adalah ilmu dan teknologi. Dan betapa sekarang, Barat memiliki ilmu dan
teknologi yang tinggi.” Lamunannya menerawang.
Mulutnya seakan bergumam:
“Dengan ilmu itu, kini orang-orang Barat dapat menguasai dunia. Padahal ditilik dari sejarah, mereka mengalami
pencerahan, awalnya dari tangan kaum muslimin. Di Spanyol, Sekolah Tinggi Toledo, sekitar abad 10, mereka
menyerap dan belajar ilmu pengetahuan itu, hingga mengantarkannya pada renaisans,” pikirnya melayang. “Dan ilmu-
ilmu yang bersifat pragmatis dan praktis pun, mereka peroleh dari budaya dan peradaban Islam. Juga filsafat Yunani
mereka dapat melalui tangan-tangan orang Islam.”
Matanya merenung-renung pula. Wajah dan mulutnya nyinyir dan getir.
“Sejak abad 15-16 M, mereka bangkit. Pasca renaisans, melalui revolusi industri di abad 18, mereka berkembang
dan menguasai ilmu pengetahuan. Hingga kini, menjadi satu kekuatan raksasa yang mendominasi dunia!”
Rasa getir itu, semakin mengurat-ngarit hatinya.
Dan ketika si ibu itu, masih di dalam kemurat-marutannya, baiklah, timpali dan isi saja, seru sang penyusun buku:
Kemunduran yang dialami kaum muslimin, disebabkan berbagai hal; intern maupun ekstern. Salah satunya adalah
karena erosi iman. Pengabaian terhadap Kitab Suci Al Qur’an.

37
Haus kekuasaan, ketergiuran pada materi, cinta pada dunia, menuhankan hawa nafsu, mengikuti ajakan setan,
terperangkap dalam apa yang direncanakan dan menjadi strategi musuh, adalah kelanjutan seterusnya penyebab
kehancuran dan keterpurukan itu, di samping yang lain-lain lagi.
***
Tetapi ya ampun, lihatlah si ibu itu, rupanya ia jadi terperangah. Nafasnya serta merta tertarik dan terhembus berat dan
panjang pula. Kepalanya tergeleng ke kanan dan ke kiri, seolah tak mengerti, merasa sedih, atas perilaku dan keadaan
yang membawa malapetaka itu.
Pikirannya kembali ke surah 17: 1.
“Di era Nabi, ilmu dan teknologi tidak seperti sekarang ini. Alat transportasi semacam sekarang, belum ada.
Apalagi untuk melakukan perjalanan sebagaimana Rasul saw., dari Masjidil Haram di Mekkah, ke Masjidil Aqsha di
Palestina. Bahkan angkasa luar, langit tujuh, Sidratul Muntaha, hanya dalam waktu singkat. Semalaman, beberapa
jam.” Ia seakan menerawang lagi. “Hanya orang-orang beriman dan berkeyakinan penuh saja, yang mempercayai,
tanpa perlu argumentasi dan logika pikir ruwet!” Tiba-tiba ia seperti mendengar suara itu mendenging di telinganya.
Tapi kemudian, ia ingat yang lain. Semacam penyanggahan.
“Orang sekarang senang berlogika,” gumamnya. Dan mulai ikut memikirkan:
“Untuk perjalanan seperti itu, bukankah memerlukan alat transportasi yang canggih?” .
Kepalanya tergeleng pula. Ke kanan dan ke kiri lagi. Tapi gerakan ini lebih banyak terisi kekaguman dan
keterpesonaan akan ke Besaran, ke Maha Agungan, dan ke Maha Kuasaan Allah swt.
Mulutnya pun bergumam: “Masya Allah!” Disambung kemudian, diekspresikan lewat kalimat-kalimat yang
disukai Tuhan: “Subhanallah, Alhamdulillah, la ilaha illallah, Allahu-Akbar! 18) (H.R Ahmad: “Kalimat-kalimat yang
paling disukai oleh Allah adalah empat: Subhanallah, Alhamdulillah, la ilaha illallah, dan Allahu-Akbar. Dan tidak
mengapa dengan yang mana engkau mulai.”
***
DI TENGAH kekaguman dan keterpesonaan itu, pikirannya melayang pula ke sebagian orang yang menganggap,
bahwa perjalanan Rasul saw. itu, sebagai sesuatu yang ‘irrasional’. Yang kadang-kadang dianggap tidak masuk akal!
“Apakah ada bukti atau kesaksian yang jelas tentang hal ini dalam Al Qur’an dan Hadits yang sah, serta pendapat
para ulama Islam yang besar-besar? Ataukah hanya dikemukakan atas dasar kitab-kitab dan Hadits yang tidak sah, dan
tidak konsisten menurut bukti penulisan atau logika?” Orang sering bertanya.
“Dan kalau perjalanan itu dibenarkan dan dikuatkan oleh kesaksian yang tegas, maka apakah Muhammad saw.
telah melakukan perjalanan dalam bentuk jasadnya, ataukah hal itu hanya terjadi di dalam mimpi? rohani semata-
mata?” Kadang orang bingung dan mempertanyakan.

38
“Kalau terjadi secara jasmani, alat atau cara apakah yang dipakai? Bukankah ruang angkasa itu hampa udara?
Banyak getaran listrik, berbagai macam sinar, meteor, dan lain-lain lagi yang membahayakan?”
“Terlebih lagi, bagaimana mungkin, dalam semalam bisa melakukan perjalanan seperti itu? bahkan sampai ke
langit tujuh, Sidratul Muntaha?”
“Mustahil!” kata yang meragukan dan tidak percaya. “Barangkali hanya mimpi!” cetus mereka.
***
BUKU YANG DIBACA

“Tapi, apa pula kata buku yang dibaca?” Ia mulai mengingat buku-buku tersebut.
“Beliau mengendarai ‘Buraq’, yang setiap langkahnya sejauh mata memandang, seolah-olah lari dengan
kecepatan cahaya.” Informasi yang diketahui dan diserap, seolah mengantarkannya ke telinga. 19) (Fiqhus Sirah,
Muhammad Al-Ghazaliy, PT. Alma’arif, hal 229).
“‘Buraq’ yang berasal dari akar kata ’barq’, berarti ‘kilat’. Semacam kekuatan arus listrik secara khusus
diciptakan untuk keperluan perjalanan beliau itu,“ tandas Muhammad Al-Ghazaliy. Hadir dalam alun bayangnya itu.
“Akan tetapi, dalam keadaan biasa, tubuh manusia tidak sanggup menempuh perjalanan di cakrawala secepat kilat
menyambar. Untuk itu diperlukan persiapan khusus, demi melindungi anggota tubuh dalam perjalanan sejauh dan
secepat itu.”
“Saya kira, berita riwayat mengenai ‘pembelahan dada’ dan ‘pencucian hati’, bukan lain adalah merupakan
perlambang yang menunjukkan persiapan yang telah ditetapkan,” lanjut Muhammad Al-Ghazaliy lagi dalam bukunya
itu. “Sejak dahulu, para ulama berbeda pendapat, apakah perjalanan malam itu dilakukan dengan roh saja, ataukah
dengan roh dan jasad sekaligus? Kebanyakan para ulama berpegang pada yang kedua,“ tulis Muhammad al Ghazaliy
pula. 20) (ibid hal 228).
Dan beliau berpendapat:
“Isra’ dan Mi’raj adalah suatu peristiwa yang dialami oleh Rasul Allah sendiri, dalam ruang-lingkup yang dapat
dijangkau oleh roh yang telah mencapai daya pancar (Isyraq) tertinggi. Kepadatan jasad sebagai materi telah menjadi
sedemikian ringan, sehingga dapat terlepas dari ketentuan hukum alam yang lazim berlaku bagi manusia biasa.”
***
INGATANNYA terus menerawang. Dan itu tertuju pada Sayyid Hussein Nasr, 21) (Muhammad Kekasih Allah,
Sayyid Husein Nasr, Mizan, 1993, hal 29), yang telah berkomentar dan menandaskan mengenai hal tersebut:

39
“Suatu peristiwa ajaib, terjadi pada tahun-tahun terakhir Nabi tinggal di Mekkah, yang meninggalkan bekas
mendalam bagi seluruh kehidupan agama Islam, meski sulit dipahami oleh mereka yang dunianya telah di batasi hanya
sampai dimensi hakikat fisik saja.”
Sedang DR Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy 22) (“Sirah Nabawiyah”, Analisis Ilmiah Manhajiah terhadap
Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah saw, DR. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy, Robbani Press, 1977)
mengungkapkan: “Bahwa jumhur ulama, baik salaf ataupun khalaf, telah sepakat bahwa Isra’ dan Mi’raj dilakukan
dengan jasad dan ruh Nabi saw.”
Begitu pula Ibnu Hajar di dalam Syarah-nya terhadap Bukhari. Berkata:
“Sesungguhnya Isra’ dan Mi’raj terjadi pada satu malam, dalam keadaan sadar, dengan jasad dan ruh. Pendapat
inilah yang diikuti oleh jumhur ulama, ahli hadits, fiqh dan ilmu kalam.” 23) Ibid.
Beliau menambahkan: “Imam Nawawi berkata dalam syarhu Muslim, “Pendapat yang benar menurut kebanyakan
kaum Muslim, ulama salaf, semua fuqaha, ahli hadits dan ahli ilmu tauhid, adalah, bahwa Nabi saw. diIsra’kan dengan
jasad dan ruhnya”.
***
Kembali kata-kata dan kalimat pada buku tersebut teringat di dalam visualisasi renungannya:
“Di antara dalil yang secara tegas menunjukkan bahwa Isra’ dan Mi’raj dilakukan dengan jasad dan ruh, ialah
sikap kaum Quraisy yang menentang keras kebenaran peristiwa ini.”
“Seandainya peristiwa itu hanya melalui mimpi, kemudian Rasulullah saw. menyatakannya demikian kepada
mereka, niscaya tidak akan mengundang keheranan dan pengingkaran sedemikian rupa. Sebab, penglihatan dalam
mimpi, tidak ada batasnya. Bahkan mimpi seperti itu, pada waktu itu, bisa saja dialami oleh orang Muslim dan kafir.
Seandainya peristiwa ini hanya dilakukan dengan ruh saja, niscaya mereka tidak akan bertanya tentang gambaran
Baitul Maqdis, untuk memastikan dan menentangnya.”
“Mengenai bagaimana mu’jizat ini berlangsung, dan bagaimana akal dapat menggambarkannya, maka
sesungguhnya mu’jizat ini tidak jauh berbeda dari mu’jizat alam semesta dan kehidupan ini!”
“Setiap fenomena-fenomena alam semesta, dengan mudah dapat digambarkan dan diterima akal manusia,
mengapa mu’jizat ini tidak dapat diterima pula dengan mudah?” Dan beliau melanjutkan: “Mu’jizat ialah sebuah kata,
yang jika direnungkan, tidak memiliki definisi yang berdiri sendiri. Ia hanya suatu makna yang nisbi. Menurut istilah
yang sudah berkembang, mu’jizat ialah setiap perkara yang luar biasa. Sedangkan setiap kebiasaan pasti akan
berkembang mengikuti perkembangan zaman, dan berlainan sesuai dengan perbedaan kebudayaan dan ilmu
pengetahuan.”

40
“Galaksi adalah mu’jizat. Planet adalah mu’jizat. Hukum gaya tarik adalah mu’jizat. Peredaran darah adalah
mu’jizat. Dan manusia itu sendiri adalah mu’jizat.”
“Seandainya manusia mau berpikir lebih jauh sedikit, niscaya akan tampak baginya bahwa Allah yang
menciptakan mu’jizat seluruh alam semesta ini, tidak pernah kesulitan untuk menambahkan mu’jizat lain. Atau
mengganti sebagian sistem yang telah berjalan di alam semesta ini.”
Lanjut beliau pula dalam buku tersebut: “Seorang Orientalis, Willian Johns, pernah sampai kepada pemikiran
seperti ini, ketika mengatakan; “Kekuatan yang telah menciptakan alam semesta ini, tidak pernah kesulitan untuk
membuang atau menambahkan sesuatu kepadanya. Adalah mudah untuk dikatakan, bahwa masalah ini tidak dapat
digambarkan oleh akal. Tetapi yang harus dikatakan, bahwa masalah ini tidak tergambarkan! Bukan tidak dapat
digambarkan sampai ketingkat adanya alam.”
***
SEMENTARA ITU, ibu itu melanjutkan renungannya lagi:
“Peristiwa Isra’ Mi’raj ini, juga merupakan salah satu mu’jizat Nabi saw. Bahkan sebagian besar kaum Muslim
telah sepakat, bahwa Isra’ Mi’raj salah satu mu’jizat Nabi saw. yang terbesar!”
”………..Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS 4: 169).
“Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu-Akbar!” serunya pula di dalam kekaguman dan keterpesonaan alun bayang
dan ingat itu. Penerawangan di atas buku-buku bacaan dan Al Qur’an Suci.
“Maha Suci Allah. Ia Kuasa berbuat apa saja, tanpa siapa pun dapat menghalangi!” ucapnya kemudian dengan
mata berbinar. Bersinar dan berseri! “Apalagi sekadar memperjalankan hamba-Nya dari suatu tempat ke tempat yang
lain. Bahkan, ke ruang angkasa, langit tujuh, Sidratul Muntaha, tiada kesusahan bagi-Nya!” teriaknya lantang diiming-
imingi dengan pujian kagum dan keyakinan: “……..Maha Suci Allah. Dia-lah Allah Yang Maha Esa lagi Maha
Mengalahkan. Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi…….” (QS 39: 4, 35:1).
***
Tetapi, sejenak, ia berpikir lagi. Ingat sebuah ayat yang menagihnya untuk berlogika:
Katakanlah:” Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah”. Katakanlah: “Maka patutkah kamu
mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula)
kemudharatan bagi diri mereka sendiri?” Katakanlah: “Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau
samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat
menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah:
“Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (QS 13: 16).

41
“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. (QS 6:102).
“Sedang manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS 4: 28).
***
“Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.” Mulutnya bergumam membenarkan. Sinar matanya masih
memancarkan keyakinan yang amat sangat. Lalu dibacanya lagi sebuah ayat lewat pikir dan hati:
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala
yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk
menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari
lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” (QS 22: 73).
Bibirnya merekah. Kepalanya tergerak-gerak.
“Ya,ya,ya!” ucapnya beruntun. “Orang sekarang sepertinya sudah kehilangan keyakinan dan kepercayaan,
melihat kecanggihan militer yang dimiliki Amerika Serikat dan sekutu. Apalagi saat melihat Amerika Serikat
menyerang Irak, Afghanistan, Sudan ataupun Libia, wah, ketakutannya semakin menjadi-jadi. Ditambah lagi isu
teroris, melahirkan kesepakatan untuk menjadikannya sebagai ‘musuh bersama’, sebagaimana yang dicetuskan dan
disahkan PBB, maka Kekuatan Allah dan ke Maha Penguasaan-Nya, seakan menjadi ‘tergeser’, bahkan dianggap tidak
mampu. Tidak bisa menolong manusia dan negara yang tertindas dan lemah, dari sang polisi dunia, dengan
kecanggihan teknologi militer, serta kekuatan ekonomi yang mereka punya!”
“Padahal,” terusnya masih di dalam semangat keyakinan atas ayat-ayat-ayat yang telah dibacanya itu. ”Ke
Besaran ke Kuatan dan ke MahaPerkasaan Allah, sungguh tak tertandingkan dengan apa dan siapapun. Lihat saja
Tsunami, bencana yang menimpa Miyanmar, China, dan lain-lain itu, bukankah memperlihatkan ke Maha Besaran dan
ke Maha Kuatan-Nya yang amat dahsyat? Kenapa mesti tak yakin?!”
Dan kepala itupun goyang kanan kiri lagi. Seolah heran dengan tingkah laku manusia yang sombong, bangga
terhadap akal dan ratio, ilmu dan kekuatan yang dimiliki, tapi bodoh dan tak dapat menjangkau hakikat-hakikat yang
ada, selain yang bersifat benda atau materi itu saja.
Diingatnya pula ayat untuk itu: “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat
segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”(QS 6: 103).
***

KAUM NABI MUSA a.s. kini menyelingi alun pikir dan renung ibu itu. Dan informasi untuk ini, ditemuinya pula dari

42
Al Qur’an: “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami
melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya.” (QS 2: 55).
Ya. Ketika kaum Nabi Musa a.s. ingin dan minta melihat Allah secara terang dan nyata, sebagai persyaratan
beriman, (padahal Allah tidak dapat dicapai penglihatan mata manusia yang serba lemah dan terbatas, di atas Ke-
Agungan-Nya Yang Tak Terperikan), maka orang itu pun kemudian di ‘sambar’ halilintar!
Orang-orang semacam itu, yang sombong dan bodoh, digambarkan pula di dalam Al Qur’an: “Dan orang-orang
yang tidak mengetahui berkata: “Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda
kekuasaan-Nya kepada kami?” Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan
mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum
yang yakin. (QS 2:118).
Tetapi rupanya, tidak hanya individu kaumnya saja yang ingin melihat Allah, Nabi Musa a.s. pun, memohon
kepada Allah untuk juga dapat melihat-Nya. Dan Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya:
“Dan ketika Musa datang (munajat kepada Kami) pada waktu yang ditentukan dan Allah telah berfirman
(langsung) kepadanya, Musa berkata: “Ya Rabbi, nampakkanlah diri-Mu agar aku dapat melihat-Mu”. Allah
berfirman: ”Sekali-kali kamu tidak akan dapat melihat-Ku, tetapi lihatlah gunung itu. Jika ia tetap pada tempatnya
(sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Ketika Allah menampakkan diri kepada gunung tadi, gunung
tersebut hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah siuman, Musa berkata: “Maha Suci Engkau, aku taubat
kepada-Mu dan akulah orang yang pertama-tama beriman”. (QS 7: 143).
Allah swt. berfirman dalam Hadits Qudsi kepada Nabi Musa a.s.:
“Hai Musa! Engkau sekali-kali tidak akan dapat melihat-Ku. Sungguh, makhluq hidup pasti mati melihat-Ku,
yang kering pasti mengering kering-kerontang, yang basah pasti bertaburan. Yang dapat melihat-Ku hanyalah para
penghuni surga yang tidak akan mati pandangannya dan tidak akan hancur binasa tubuhnya.” (HQR al-Hakim yang
bersumber dari Ibnu Abbas r.a.).
***
ALLAH swt telah mewahyukan kepada Nabi Musa a.s., yang menerangkan, bahwa beliau tidak akan dapat melihat
Khaliqnya, selama masih hidup dalam alam dunia ini, dan dalam keadaan kemanusiaannya.
Tidak akan ada kesanggupan untuk yang demikian itu. Tidak akan ada kesiapan untuk melakukan hal itu. Karena
Allah swt tidak akan dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu. (QS 6:103).
Dan tidak pula dapat dirasa dengan alat indera. Dia tidak dapat diserupakan dengan sesuatu makhluk atau dibandingkan
dengan benda.

43
“……Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(QS 42: 11).
***
TAFSIR BAIDLAWI dalam menafsirkan, mengemukakan bahwa; ketika Musa datang pada waktu yang
ditentukan oleh Allah untuk menerima wahyu, Musa memohon pada-Nya: “Ya Rabbi perlihatkanlah diri-Mu dengan
cara yang memungkinkan aku dapat melihat-Mu, atau Engkau nampakkan diri-Mu kepadaku sehingga aku dapat
melihat Dzat-Mu”.
Permohonan Musa ini membuktikan, bahwa melihat dan memandang Allah, adalah hal yang mungkin. Sebab
mustahil seorang Nabi memohon yang mustahil. Namun, Allah menolak permohonan Musa dengan firman-Nya:
“Engkau sekali-kali tidak akan dapat melihat-Ku”.
Sesungguhnya, melihat Allah itu tergantung kepada kesiapan khusus. Kekhususan itu tidak dimiliki oleh Nabi
Musa as, begitu menurut tafsir tersebut. Sebagai bukti ketidaksiapan Nabi Musa as., Allah berfirman:
“Lihatlah gunung itu, ternyata hancur luluh menjadi rata, dan Musa pun jatuh tersungkur dalam keadaan
pingsan karena dahsyat-Nya. Ketika telah siuman, Musa berkata dengan ta’dhimnya: “Maha Suci Engkau ya Rabbi.
Aku taubat kepada-Mu karena kelancanganku untuk memohon agar dapat melihat-Mu, tanpa idzin-Mu, dan akulah
yang pertama-tama beriman.”
***
DENGAN KEJADIAN di atas, Allah swt. seolah-olah hendak menunjukkan kepada Musa akan kekuatan diri pribadi
Musa, apabila permohonannya dikabulkan. Hal itu dibuktikan dengan hancur-leburnya gunung yang lebih tangguh dan
tegap, yang terpancang tegak dengan megahnya. Kehancurannya karena disebabkan tidak mampu melihat ke Besaran
dan ke Agungan Allah swt. Apatah lagi seorang manusia yang hanya terdiri atas benda-benda lembut. Daging, darah
dan perasaan, yang badannya tidak sekokoh dan setegap gunung, pasti tidak akan mampu melihat keagungan Allah
swt!
Menurut sebagian perawi Hadits, Nabi saw. pernah melihat Allah swt. pada malam Isra’ dan Mi’raj. Hal ini
menerangkan, bahwa Rasulullah saw. di saat itu, sebagai manusia yang dikaruniai ketahanan, kesanggupan dan
kesiapan yang khusus oleh Allah swt., sehingga dapat menikmati, memandang Dzat Yang Maha Esa. Dan memang
Allah Maha Kuasa menciptakan apa yang dikehendaki-Nya!
Berdasarkan kejadian tersebut di atas, dapatlah diambil kesimpulan, bahwa Nabi Musa a.s. tidak dikaruniai
kesiapan khusus (tidak tahu bagaimana caranya dan kaifiatnya), sehingga kita tidak dapat
menggambarkannya……..Wallahu A’lam. 24) (Hadits Qudsi, Firman Allah Yang Tidak Dicantumkan Dalam Al

44
Qur’an, Pola Pembinaan Akhlak Muslim, K.H.M.Ali Usman-H.A.A. Dahlan - DR. H.M.D. Dahlan, Diponegoro,
Bandung, 1986, hal 175-177.
***
YA, MEMANG, tidak ada sesuatu yang susah dan sulit bagi Allah. Hanya dengan mengatakan “jadilah, lalu
terjadilah”. Dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan saat sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang
nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia
mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia
mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS 6: 73) .
Maka jelaslah, bagi orang yang masih meragukan akan dibangkitkan kembali setelah kematian, berpisahnya ruh
dengan jasad, tercermin dalam ayat berikut: “Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa
menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu? Benar. Dia berkuasa. Dialah Maha Pencipta lagi
Maha Mengetahui. Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya;
“Jadilah!” maka terjadilah ia”. (QS 36: 81-82).
”Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (QS
2: 147).
“Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?................................”(QS 14: 10).
***
“NAH, apakah ada keraguan, bahwa Allah telah memperjalankan Rasul-Nya dalam rangka Isra’ dan Mi’raj?
Apakah ada keraguan, bahwa Dia bisa melakukan apa saja?”
Akal yang berpikir, kemudian berdzikir mengingat ke-Besaran dan ke-Agungan-Nya di semesta alam, tentu tidak
akan meragukan-Nya! Hidup mereka pun bukan seperti air mengalir begitu saja, seperti ungkapan yang sekarang ini
sedang tren-trennya. Terutama di kalangan artis dan selebritis. Bukankah air yang mengalir dari kamar mandi dan wc,
bila masuk ke saluran got, bisa membuat mampet? Atau kalau ia berada di tempat yang rendah, bukankah akan menjadi
tergenang? Bisa menjadi sarang nyamuk dan segala macam penyakit? Musibah?
Jadi, pastikanlah, bahwa hidup ini harus betul-betul berguna dan bermanfaat untuk mencari ridha Allah.
Melakukan amal salih untuk diri sendiri dan orang lain, dengan rambu-rambu dan aturan yang sudah jelas dan
dicontohkan Rasul-Nya saw..

***
3. “HAMBA-NYA”

45
“Siapa yang tak mengenal manusia agung dan sempurna ini? Yang telah dipuji Allah swt. melalui ayat-Nya?”
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS 68: 4).
Bahkan Dia dan malaikat-malaikat-Nya telah bershalawat untuknya. Menyuruh orang-orang beriman untuk juga
bershalawat. Mengucapkan salam penghormatan kepadanya. 25) (“Bershalawat” artinya: Kalau dari Allah berarti
memberi rahmat; dari Malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mu’min berarti berdoa supaya
diberi rahmat seperti dengan perkataan: “Allahumma shalli’ala Muhammad wa’ala aali Muhammad.”)
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS 33: 56).
Bahkan, beliau saw. merupakan bukti kebenaran dan contoh teladan terbaik bagi manusia, bilamana ingin
mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti
kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mu’jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang
benderang (Al Qur’an).” (QS 4: 174).
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS 33:21).
***
KETIKA AISYAH r. anha. ditanya tentang akhlak Rasulullah saw., maka dia menjawab: “Akhlaknya adalah Al
Qur’an.” (H.R.Abu Dawud dan Muslim).
Tak heranlah, kalau masyarakat di lingkungannya kala itu, bahkan sebelum diangkat menjadi seorang Nabi dan
Rasul saw., memberinya gelar atau sebutan: ‘Orang jujur yang terpercaya’. Karena memang, ia tak pernah berdusta dan
selalu jujur pegang amanah! “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” (QS 53: 3-4).
***
IBNU ‘ABBAS ra. menceritakan; setelah turun ayat “…….dan berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang
terdekat” (QS 42:214), Rasul Allah saw.segera naik ke atas bukit Shafa, kemudian berseru: “Hai Bani Fahir….. Hai
Bani ‘Adiy dan suku-suku kabilah Quraisy yang lain, hingga mereka itu berkumpul. Orang yang berhalangan datang,
mengirimkan wakilnya untuk menyaksikan sendiri apa yang dilakukan Rasul Allah saw..
Tibalah Abu Lahab bersama beberapa orang Quraisy lainnya. Kepada mereka semua, Rasul saw. bertanya:
“Jika kalian kuberitahu, bahwa di lembah sana terdapat pasukan berkuda hendak menyerang kalian, apakah kalian
mempercayaiku?”
Mereka menyahut: “Ya, kami belum pernah menyaksikan anda berdusta.”

46
Beliau kemudian melanjutkan: “Sesungguhnya aku datang untuk memberi peringatan kepada kalian, bahwa di
depan kalian terdapat siksa yang amat keras!”
Mendengar itu, Abu Lahab berteriak: “Celakalah engkau selama-lamanya! Untuk itukah engkau mengumpulkan
kami?” Saat itu, turunlah wahyu: “Celakalah kedua tangan Abu Lahab, dan ia akan binasa…..” 26) (Fiqhus Sirah,
Muhammad Al-Ghazaliy, ibid, hal 170).
***
Abu Lahab, adalah prototipe manusia dari keturunan mulia. Putra dari kakek Rasulullah saw., Abdul Mutthalib.
Namun ia kafir dan berbuat zalim. Di abadikan Al Qur’an sebagai seorang yang celaka. Berperilaku tidak sesuai
dengan apa yang dianugerahi. Berbuat zalim, meski dari garis keturunan Ibrahim as. dan Ismail as, melalui bin Adnan,
bin Ma’ad, bin Nizar, bin Mudhar, bin Ilyas, bin Mudrikata, bin Khuzaimah, bin Kinanah, bin Annazhar, bin Malik, bin
Fihir, bin Ghalib, bin Luai, bin Kaab, bin Murrah, bin Kilab, bin Qushai, bin Abdi Manaf bin Hasyim, bin Abdul
Mutthalib. Saudara dari ayahanda Rasul saw, yaitu Abdullah bin Abdul Mutthalib. Jadi Abu Lahab adalah pamannya
Nabi saw.. Garis keturunan ini diriwayatkan Muslim dengan sanadnya dari Rasulullah saw.. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah memilih Kinanah dari anak Isma’il, dan memilih Quraisy dari Kinanah, kemudian memilih
Hasyim dari Quraisy, dan memilihku dari Bani Hasyim.”
Nabi Ibrahim a.s. juga pernah berdoa, dan diinformasikan melalui Al Qur’an: “Ya Tuhan kami, utuslah untuk
mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan
mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS 2:129).
Hal ini dikuatkan pula dari Abu Umamah r.a., yang bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimanakah permulaan
kenabianmu? Jawab Nabi saw., “Doa ayahku Nabi Ibrahim a.s ………………………………………………… (R. Ahmad).
Karena itu Nabi saw. bersabda: “Aku doa ayahku Ibrahim dan berita gembira yang disampaikan oleh Nabi Isa
a.s.”
***
Begitulah, keturunan bukan jaminan. Ia bisa mendapat celaka, bilamana berlaku zalim. Sementara banyak orang
yang membanggakan keturunan. Padahal Allah hanya melihat dari segi ketakwaan. “Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku, supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang-orang yang bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS 49:13).

47
Alangkah ironinya, kalau kemudian Yahudi, yang mengklaim dari keturunan Ibrahim a.s. melalui Ishaq dan
Ya’qub as. (Israel), bangga dan sombong dengan keturunan atau ras. Menganggap bahwa mereka adalah anak-anak
tuhan. Kekasih-kekasih dan pilihan tuhan. Sedang selain mereka, dianggap hanyalah keledai atau benda belaka.
Dipergunakan sebagai alat untuk produksi memuaskan hawa nafsu dan keserakahan mereka terhadap dunia. Yang
menginginkan umur panjang, seribu tahun, bahkan lebih, karena cinta dan rakusnya itu!
Lihatlah ayat-ayat ini:
”Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: “Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-
Nya”………. (QS 5: 18).
“Dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini kematian itu selama-lamanya,……..(QS 2; 95).
“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan
(lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal
umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan.” QS 2: 96).
Yahudi Zonis, Amerika Serikat dan sekutu, ingin menjadi polisi dunia dalam tatanan dunia baru, hanya untuk
memenuhi selera hawa nafsu saja. Mendapatkan kesenangan dunia, tanpa mau mengindahkan dan melihat kepentingan
rakyat negara lain yang terjajah. Miskin dan menderita.
Merasa anak-anak kesayangan tuhan, lihat apa yang terdapat dalam Protokol XI poin 8:
“Tuhan menganugerahkan kita, orang-orang terpilihnya, anugerah penyebaran, dan semua orang menganggapnya
sebagai kelemahan kita, namun kenyataannya menampilkan seluruh kekuatan kita, yang kini membawa kita ke ambang
kedaulatan dunia.” Lalu lihat pula protokol-protokol ini:
Protokol XIV, poin 1: “Ketika kerajaan kita berkuasa, dilarang ada agama selain Tuhan Esa kita, tempat kita
menggantung nasib karena kita sebagai orang pilihan, maka melalui-Nya pula nasib kita dipersatukan dengan tujuan-
tujuan dunia.”
Protokol XIV poin 11: “Perbedaan kapasitas akal antara Goyim (non Yahudi) dan diri kita sendiri, terlihat jelas
dari tanda posisi kita sebagai Orang Terpilih dan kualitas tertinggi kemanusiaan kita, pada kontra pembedaan terhadap
pikiran kasar Goyim. Mata mereka terbuka, namun tidak melihat apa pun dan tidak menanamkan (mungkin hanya
untuk hal-hal materi). Jelaslah sudah, bahwa alam sendiri telah menakdirkan kita untuk menuntun dan memimpin
dunia.” 27) ibid. “The Protocols Of the Meetings Of the Elders of Zion, Kelompok Mizan, Hikmah, Jakarta.
***
Kesombongan dan kebanggaan seperti inilah, yang juga menjerumuskan iblis ke neraka! Ketika ia diperintahkan
Allah untuk bersujud kepada Adam as., tapi menolak. Merasa lebih tinggi kedudukannya dari pada Adam as. yang

48
diciptakan dari tanah, sedang ia sendiri dari api. “Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: “Sujudlah
kamu kepada Adam”, maka mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang. (QS 20:116).
“Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu semua kepada Adam”, lalu
mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: “Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?”
(QS 17:61).
“Dia (iblis) berkata: “Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas
diriku?”…………………………..(QS 17:62).
Begitupula di dalam QS 15:28-33, terdapat informasi mengenai kesombongan dan pembangkangan iblis, karena
diciptakan dari api. Merasa lebih baik dalam beribadah dan kedekatan pada Allah, tapi kemudian harus kalah dan
tersaingi, karena mesti sujud kepada Adam a.s., yang dimuliakan lebih dari padanya.
Ibnu Abbas ra. berkata: “Dahulunya iblis sebelum melaksanakan pelanggaran dosa bernama Azazil, dan ia
termasuk makhluk yang rajin beribadat dan luas ilmunya, karena itulah ia merasa sombong.”
Said bin al-Musayyab berkata: “Iblis itu termasuk pimpinan Malaikat dunia.” 28) (Lihat’Terjemah Singkat Tafsir
Ibnu Katsier , Jilid I, diterjemahkan oleh H Salim Bahreisy - H Said Bahreisy, PT Bina Ilmu, 1992)
Langkah iblis dalam pembangkangan dan kesombongan ini, kemudian diikuti oleh manusia kebanyakan. Mulai
dari anak cucu Adam as, seperti Qabil, yang merasa lebih, dan iri pada Habil. Yahudi yang merasa ‘ras/bangsa pilihan
tuhan’, lebih dari bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain, menganggap mereka sebagai keturunan Ibrihim as melalui
Sarah dan Ishaq as., yang dianggapnya lebih tinggi dan mulia dari pada Hajar, wanita Afrika yang melahirkan Isma’il
as., yang kemudian garis keturunannya melahirkan Rasulullah saw., sampai ke Abu Lahab, sang paman, orang yang
merasa lebih senior, lebih kaya dan mulia kedudukannya dibanding sang kemenakan, Rasulullah saw., sehingga
menentangnya bilamana diketahui, bahwa Muhammad adalah utusan Tuhan!
Hingga kini, di era globalisasi ini, tipe manusia sombong yang melahirkan iri dan dendam, menjadi fenomena
yang mudah terlihat. Menimbulkan bencana bagi kehidupan dan manusia!
***
SEMENTARA ITU, beliau saw., bersabda: “Aku kesayangan Allah (dan tidak congkak). Aku membawa panji
‘PUJIAN’ pada hari kiamat, di bawahnya Adam dan yang sesudahnya (dan tidak congkak). Aku yang pertama pemberi
syafa’at dan yang diterima safa’atnya pada hari kiamat (dan tidak congkak). Aku yang pertama menggerakkan pintu
surga dan Allah membukanya untukku dan aku dimasukkan-nya bersama-sama orang-orang beriman yang fakir (dan
tidak congkak). Dan aku yang paling mulia dari kalangan terdahulu dan terbelakang di sisi Allah (dan tidak
congkak).” (H.R.Attirmidzi).

49
“Aku Muhammad dan Ahmad (terpuji), yang dihormati, yang menghimpun manusia, Nabi penyeru taubat, dan
Nabi (penyebar) rahmat.” (H.R.Muslim).
***
Melihat hal yang demikian, maka jelaslah Muhammad saw., yang memiliki akhlak yang agung dan telah dipuji
oleh Allah. itu, yang mempratekkan Al Qur’an di dalam perikehidupannya, berstatus sebagai rahmatan lil ‘aalamien,
rahmat untuk semesta alam, adalah utusan Allah untuk seluruh manusia, demi menyempurnakan akhlak mereka!
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS 21 :107).
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira
dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”(QS 34 :28).
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (H.R. Al Bazzaar).
***
PEREMPUAN ITU tetap merenung. Mengingat-ingat ayat QS 49:13. tadi, dan Hadits: “Sesungguhnya akulah yang
paling tahu tentang Allah di antara kamu dan akulah yang paling takut kepada-Nya.”
MasyaAllah. Rasulullah saw. memang orang yang paling mulia. Paling bertakwa. Paling takut. Paling cinta pada
Allah di antara para Rasul, Nabi, dan manusia pada umumnya. Cinta pada orang-orang beriman. Penuh kasih sayang
padanya. Cinta pada manusia, menginginkan keimanan dan kebaikan untuk dunia dan akhiratnya. Juga sangat
memperhatikan dan kasih sayang pada makhluk-makhluk ciptaan Allah lainnya di dalam fenomena alam ini!
“Maka sudah sepantasnyalah, kalau beliau saw. itu dicintai, dimuliakan, dihormati, lebih daripada diri kita
sendiri!” ucapnya kagum dan terpesona mengingat pribadi dan akhlak Rasul saw. itu.
Dan dingatnya ayat untuk itu: “Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka
sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka……(QS 33: 6).
Berkata Abdullah bin Hisyam: “Pada suatu ketika kita berada bersama Rasulullah saw., tiba-tiba berkata Umar
ibnul Kahththab yang tangannya sedang dipegang oleh beliau: “Demi Allah, hai Rasulullah, engkau kucintai lebih dari
segala sesuatu kecuali diriku.” Lalu bersabdalah Rasulullah: “Tidak beriman seseorang daripada kamu, melainkan ia
menyintaiku lebih dari dirinya sendiri.” Kemudian berkata Umar: “Sekarang demi Allah, engkau lebih kucintai
daripada diriku sendiri.” “Sekaranglah hai Umar, sempurna imanmu,” jawab Rasulullah saw..
Bahkan, saking mulia kedudukan Rasul-Nya di sisi Allah, Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuknya!
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS 33: 56).
Dan mulutnya pun bergumam mengucapkan shalawat itu untuk Rasul-Nya saw.. “Allahumma shalli ‘ala
Muhammad wa ‘ala aali Muhammad.”

50
***
“Bahkan, ya bahkan, orang-orang dari belahan dunia Barat sendiri pun, mengakui hal itu!” pikirnya.
Dan untuk itu, perempuan itu kemudian berjalan arah ke rak bukunya. Mengambil sebuah buku berjudul:
“Muhammad Di Mata Cendekiawan Barat” 29) Asy Syaikh Khalil Yasien, Gema Insani Press, 1989, hal 116…
Membuka halamannya, dan berhenti pada materi yang diinginkan. Menuliskan dalam rangkuman, agar
pembacanya dapat lebih leluasa menyimak. Sebab informasi yang ingin disampaikan lewat buku tersebut, agak sedikit
panjang. Dan ia mengharap agar pembaca jangan menjadi bosan, atau malas membaca dan mencermatinya. Karena
menurutnya, hal ini perlu, sedikit banyak untuk mengetahui keperibadian Rasulullah saw., meski datangnya dari para
orientalis. Baik yang sudah mendapat hidayah, oleh kebenaran yang ditemui dan didapati, maupun yang belum. Yang
masih terbungkus kepercayaan atau keyakinan yang dianut, atau bahkan dilumuri kekotoran karat jerat materi duniawi.
Satu persatu dari mereka itu pun, terinformasikan. Bermula dari:
PRANCIS:
1.Francois Volter. Seorang tokoh pergerakan material dan salah seorang anggota revolusi terhadap tokoh-tokoh
kekuasaan agama dan sipil. Dia termasuk juga salah seorang penulis kawakan di zamannya. Lahir di Paris, 1694-1778.
Banyak karya tulisnya, antara lain berjudul: “Muhammad”.
Tulisnya dalam bukunya: ”Sesungguhnya dalam diri Muhammad terdapat hal-hal yang menakjubkan, baru, dan
indah. Mendorong orang untuk mengagumi dan menghormatinya. Suatu yang luar biasa, dia berdiri seorang diri
menyeru kaumnya menyembah Allah. Dia menanggung gangguan mereka demi dakwahnya itu bertahun-tahun
lamanya di hadapan masyarakat musyrik, yang berusaha mati-matian untuk melawan dakwahnya dan menumpas
idenya. Sungguh dia patut mendapat penghargaan dan pujian.”
“Lain dari itu, Anda melihat dalam perjalanan hidupnya, dia pribadi yang tidak pernah menarik diri dari salah
seorang sahabatnya. Suka kepada anak-anak, tidak pernah melewati mereka melainkan berhenti sejenak melepas
senyumnya dan berlemah-lembut dengan mereka.”
“Sungguh keluhuran-keluhuran sifat yang menghias diri Muhammad itu, sudah cukup untuk menghancurkan
kritik-kritik yang dilontarkan orang kepadanya, sehingga yang tersisa hanyalah kekaguman kepadanya dan
penghargaan terhadap pribadinya.”
2. Pastor Loizon.
Dikutip dari majalah “Al-Muqtatif” jilid 1V nomor: 7, dalam sebuah ceramahnya ia menyatakan: “Sesuai dengan
akidah kaum muslimin, maka Muhammad yang lahir di Mekah pada malam kesepuluh bulan April 570 M, dari
keluarga bangsawan Quraisy, salah satu kabilah terkenal di Jazirah Arab, adalah nabi terakhir dari semua nabi Allah.
Nasabnya melonjak terus sampai ke Isma’il bin Ibrahim Al-Khalil. Kakeknya adalah juru kunci Ka’bah, pusat

51
pemerintahan mereka, tempat ibadat agama bangsa Arab yang watsani itu. Ayahnya, Abdullah, meninggal dunia
sebelum kelahirannya. Ibunya meninggal dunia pada waktu ia berusia enam tahun.”
“Ia memiliki watak yang mulia dan akhlak yang luhur, pemalu dan sangat perasa. Pamannya mengasuhnya sejak
berusia enam tahun. Sejak usia itu tanda-tanda kecerdasan dan kecerdikan akalnya sudah mulai tampak. Ia melewati
teman-temannya yang sedang bermain-main, lalu mereka mengajaknya main bersama. Tetapi ia menjawab, bahwa
manusia itu diciptakan untuk mewujudkan karya agung dan tujuan mulia, bukan untuk mengerjakan perbuatan rendah
dan urusan yang sia-sia. Akhlaknya mulia, adat-istiadatnya baik. Tidak memiliki rasa angkuh, tidak suka memuji diri
dalam bergaul dengan orang, memiliki daya tangkap yang luar biasa, kecerdasan yang tinggi dan kelembutan yang
mulia.”
Dalam bukunya “Asy-Syarq” pada halaman 61, tokoh orientalis ini menyatakan:
“Sesungguhnya Muhammad itu tidak diragukan dan dipungkiri, bahwa ia termasuk para nabi dan siddiqin, dan
terbilang Rasulullah yang sangat sukses di dalam mengatasi berbagai masalah. Bahkan ia termasuk seorang nabi yang
sangat mulia, sehingga bagaimanapun besar sanjungan kita, namun masih belum mencakup segala aspek kebaikan
untuk kehidupan ini.”
3. Monsieur Amiel Parnamcam
Lahir pada tahun 1857 dan meninggal pada tahun 1924. Dia tergolong penulis terkenal pada abad X1X.
Dalam bukunya “Asy-Syarq wal Islam”, yang merupakan salah satu di antara karangannya, ia mengatakan antara
lain: “Sesungguhnya saya ingin melukiskan Muhammad dengan lukisan yang sesuai dengan realita sekuat mungkin,
seperti yang saya pahami dan saya baca tentang dia dari berbagai buku, seperti juga yang saya lihat dari jiwa yang
hidup dari para pengikutnya.”
“Dia dibesarkan dalam suasana kemandirian. Berusaha keras membiayai hidup dari hasil keringatnya, karena ia
tidak memiliki kekayaan yang bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. Kekayaan satu-satunya yang ia miliki ialah
kejujuran, amanat, kebersihan, dan keikhlasan. Semuanya itu demi Allah, dan merupakan kekayaan yang paling mulia
dan agung. Demikianlah sifat Muhammad di tengah-tengah masyarakat yang tidak mengenal akhlak dan tidak
mengenal keluhuran.”
4. Gustave Lebon
Lahir pada tahun 1841 dan meninggal pada tahun 1931. Terkenal sebagai ahli filsafat dan ilmu kemasyarakatan.
Banyak karangannya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Dalam bukunya “Al-Hayat”, ia menguraikan
kelebihan-kelebihan Muhammad dan tentang bangsa Arab di Timur. Dalam halaman 43 ia mengatakan:
“Sesungguhnya Muhammad, meskipun ia dituduh dengan berbagai tuduhan yang keji, namun ia telah tampil dengan
hikmah yang melimpah ruah. Bersikap lapang dada, murah hati terhadap ahli dzimmah (warga negara non muslim),

52
dan telah membebaskan beberapa negara yang luas sekali dari cengkeraman Romawi dan Parsi, serta mengangkat
derajat warganya di atas semua warga dunia.”
“Dia menyampaikan dakwahnya itu dengan amanat kepada berbagai kabilah pengembara yang sudah terbius
menyembah batu dan berhala, yang sudah tergelincir ke dalam kebatilan jahiliah, lalu ia menghimpun barisan mereka
yang berserakan dan mempersatukan tekad bulat mereka yang sudah terpecah belah. Kemudian ia mengarahkan
pandangan mereka pada pengabdian kepada Al-Khaliq. Maka menjadilah ia manusia terbaik di seluruh jagat raya ini,
kedudukan, kebangsaan, kepemimpinan dan kenabiannya. Itulah dia Muhammad yang agamanya telah dianut oleh
empat ratus juta umat Islam. Bertebaran di seluruh permukaan bumi ini, mengaji Al Qur’an berbahasa Arab yang
terang itu.”
“Maka Rasul seperti itu layak diikuti risalahnya. Cepat-cepat dianut agamanya, karena merupakan suatu dakwah
yang mulia. Landasannya mengenai Al-Khaliq, menganjurkan kebajikan dan melarang kemungkaran. Bahkan semua
yang dibawanya adalah bertujuan untuk kebaikan dan demi perbaikan. Sedang kebaikan itu sendiri adalah dambaan
semua orang Mukmin, dan kesana aku menyeru seluruh umat Nasrani.”
Dalam bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan judul “Addin wal Hayat”, pada halaman 67,
Gustav Lebon menulis sebagai berikut: “Sesungguhnya Muhammad telah mendapat kepatutan dari kaumnya yang
belum pernah dicapai oleh seorang raja, amir, atau seorang pemenang perang manapun juga. Dia seorang berakhlak,
dan memiliki hikmah yang tinggi. Hatinya lembut dan penuh kasih sayang, cinta, jujur dan amanat.”
“Akal Muhammad adalah akal paling besar, dan pendapat-pendapatnya adalah pendapat paling jitu.”
5. Edward Montet
Dilahirkan di Lyon pada tahun 1856 dan meninggal pada tahun 1927. Seorang orientalis Perancis, guru besar ilmu
dan bahasa ketimuran di Universitas Genewa. Banyak menulis buku, di dalam judul “Hadhirul Islami wa
Mustaqbaluhu”, antara lain mengatakan: “Muhammad adalah orang yang luhur akhlaknya. Baik pergaulannya. Lembut
tegur sapanya. Tepat hikmah-hikmahnya. Jujur kata-katanya. Adapun sifat utamanya ialah kebenaran apa yang diterima
dan diucapkan. Sungguh watak keagamaan Muhammad mengagumkan para pembahas yang teliti dan bersih tujuannya
di dalam melihat pancaran terang keikhlasannya. Sungguh Muhammad adalah seorang reformis agama. Agamanya kuat
dan kukuh. Tidak pernah bertindak sebelum terlebih dahulu berpikir jauh ke depan. Ia telah mencapai usia
kesempurnaan dengan dakwahnya yang agung itu. Yang telah menjadikan cahaya kemanusiaan paling terang dan
cemerlang, dalam memerangi kemusyrikan dan adat-adat buruk yang telah membelukar di kalangan bangsanya di
zamannya. Banyak orang yang tidak mengenal Muhammad dan tidak memberikan hak-haknya secara wajar. Dia
seorang reformis yang mengenal perkembangan hidup manusia dengan cermat dan teliti.”

53
“Muhammad telah melarang pembunuhan manusia, mengubur anak perempuan hidup-hidup, melarang minum-
minuman keras, dan bermain judi. Semua perbaikan itu memilki dampak positif yang tiada terhingga dalam pembinaan
akhlak. Karenanya, layaklah kalau sekiranya Muhammad ditempatkan pada deretan para pembesar yang berhati baik
terhadap umat manusia. Sungguh kepatuhan terhadap kehendak iradat Allah., nampak dengan jelas sekali pada
Muhammad dan pada Al Qur’an, sesuatu yang tidak ditemukan dalam agama Nasrani.”
6. Sydioe
Seorang orientalis dan sejarawan besar, anggota persatuan cendekiawan Perancis. Lahir pada tahun 1817 dan
meninggal pada tahun 1893. Dalam bukunya: “Khulashatu Tarikhil Arab”, halaman 54 ia berkata: “Muhammad keluar
menawarkan dirinya kepada kabilah-kabilah yang datang di musim haji, sehingga Allah berkenan menampilkan
agamanya. Ia keluar pada musim itu untuk menyeru orang supaya beriman. Lalu ia berjumpa dengan enam tokoh
Khazraj di Aqabah. Kepada mereka ia bacakan sebagian dari isi Al Qur’an, lalu mereka beriman dan kembali ke
Madinah menyebarkan iman mereka itu. Pada musim haji berikutnya, ia keluar lagi, dan ternyata 12 orang Anshar
berbaiat kepadanya. Kemudian teman-teman mereka yang sudah berada di Mekkah, datang menyusul mengikuti jejak
mereka. Mereka bersepakat dan mufakat untuk seia-sekata akan membela darahnya seperti membela sanak keluarga
mereka. Kemudian Malaikat Jibril memberitahukan hal itu kepadanya. Lalu dia memanggil putra pamanannya, Ali bin
Abi Thalib r.a., dan memerintahkan supaya ia tidur di tempat tidurnya, berselimut seolah-olah sedang kedinginan.
Ternyata Allah menyelamatkannya dari kejahatan kaumnya. Memanglah, Dia lebih layak untuk menyelamatkan nabi-
Nya yang sedang menyebarkan dakwah-Nya, dan lebih pantas untuk memukul kembali persekongkolan ke dada
mereka sendiri. Begitulah Dia membimbingnya terus menerus, sehingga ia tidak butuh pada bantuan siapapun, dan
keluar sebagai pemenang yang disambut di setiap zaman dengan gegap gempita.”
Selanjutnya ia berkata: “Sesudah Muhammad saw. menang, maka ia telah menjadikan kabilah-kabilah Arab itu
satu tatanan umat menuju satu tujuan. Sehingga semua orang melihat penjelmaannya sebagai satu umat besar yang satu
sisi sayap kerajaannya mencapai Spanyol, dan sisi yang satu lagi mencapai India. Maka berkibarlah di mana-mana
panji peradaban, ketika itu Eropa sedang dirundung kegelapan jahiliah pada abad-abad pertengahan.”
7. Alfonso De Lemartine
Lahir di Bordeaux pada tahun 1790 dan meninggal dunia pada tahun 1869. Ia termasuk seorang penyair terkenal
dan penganut aliran romantisme. Di antara buku puisinya “At-Ta’ammulaat”, dan buku prosanya “As-Safar ilasy
Syarq”, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, dalam halaman 47 ia berkata:
“Sesungguhnya Muhammad itu di atas manusia dan di bawah Tuhan. Dia adalah seorang rasul, berdasarkan
hukum akal yang didukung oleh bukti-bukti empiris yang sangat menguatkan. Teka-teki yang dibawa Muhammad
dalam dakwahnya, mengungkapkan nilai-nilai kerohanian, suatu agama langit yang ia persembahkan kepada umatnya,

54
bangsa Arab. Alangkah cepatnya mereka menganut agama itu, suatu agama tertinggi yang pernah dikaruniakan Al-
Khaliq kepada umat manusia.”
Selanjutnya di halaman 84, antara lain ia mengatakan: “Apakah kalian pernah melihat Muhammad telah
melakukan penipuan dan kecurangan, pernah melakukan kebatilan dan kepalsuan? Tidak! Sesudah kita mendalami
sejarahnya dan menelusuri jalan kehidupannnya, maka tipu daya, kepalsuan, kebatilan dan kecurangan, semua pertanda
dari kemunafikan dalam akidah, dan bahwa kebohongan itu tidak memiliki kekuatan seperti halnya kejujuran.
Sungguh, kehidupan Muhammad, kekuatan pengamatan dan pemikirannya, kekuatan jihad dan terjangnya terhadap
khurafat umatnya dan kejahilan bangsanya, keberanian dan ketabahannya dalam menghadapi para penyembah berhala
dan kesanggupannya menerima ejekan mereka, semangatnya dalam menyebarkan risalahnya dan melancarkan
peperangan dengan personalnya jauh lebih sedikit dari lawan-lawannya, keyakinannya dengan kemenangan dan
keimanannya dengan kesuksesan, tekad kuatnya untuk menegakkan kalimat Allah dan menegakkan akidahnya,
kontaknya yang tiada putus-putusnya dengan Allah, semua itu merupakan bukti besar bahwa dia tidak
menyembunyikan tipu daya. Tidak hidup atas dasar kebatilan atau kebohongan, namun ia didukung dari belakang oleh
akidah yang jujur, ditunjang oleh keyakinan yang memancar terang dari dalam kalbunya, dan justru keyakinan itulah
yang mengobarkan semangat dan memberikan kekuatan kepadanya untuk memulihkan kehidupan suatu ide yang
agung, sebagai suatu hujjat yang kukuh dan dasar ajaran yang serasi, yaitu mewujudkan penunggalan Allah Taala.”
8. Monsieur Johllabum
Ia dilahirkan pada tahun 1781 dan meninggal pada tahun 1868. Dalam mukadimah karangannya untuk Al
Qur’anul Karim yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, pada halaman 63 ia berkata: “Supaya orang mengetahui
secara mendalam apa sebenarnya isi seruan yang dikumandangkan seseorang, pertama-tama ia harus mengenal diri
pribadi da’inya.”
“Dari cuplikan sekilas kami khususkan untuk Muhammad, pembuat undang-undang yang berbangsa Arab itu,
pendiri yang dapat kami namakan dengan liga Islam, tiba-tiba dunia ini berhasil menyerap cahaya petunjuknya. Seolah-
olah kita melihat dunia ini lahir kembali, sepasang penglihatannya dibuka untuk melihat pada suatu prinsip ajaran
mulia nan luhur.”
9. Pater Alexander Dumas
Hidup antara tahun 1803-1870. Pengarang buku-buku cerita. Di antara buku-bukunya ada yang berjudul “Al
Fusanuts Tsalatsah” isinya antara lain: “Muhammad adalah mukjizat Timur, berdasarkan tanda-tanda yang ada dalam
agamanya, dalam keluhuran akhlaknya dan dalam berbagai sifatnya yang terpuji.”
10. Hiliar Block

55
Seorang penulis dan sejarawan terkenal. Lahir pada tahun 1815 dan meninggal pada tahun 1895. Ia adalah
peneliti agama-agama Timur. Di antara buku karangannya: “Budha dari India”; “Muhammad dan Al Qur’an.” Dalam
buku yang terakhir ia menulis pada halaman 37 sebagai berikut: “Saya nyatakan bahwa mukjizat seperti ini, sangat
penting ditinjau dari berbagai aspek dan mempunyai pengaruh serta dampak yang besar. Sudah tentu hal ini
menimbulkan tampilan kuat yang tidak bisa ditafsirkan. Meskipun sumber dan dokumen yang ada pada kami dapat
menolong untuk memahami sebab-sebab yang menjadikannya suatu fakta yang dapat diinderakan.”
“Ini suatu pergerakan agama, tidak bisa disangsikan lagi. Bangsa Arab tidak keluar dari jazirahnya untuk
merampas dan merampok, akan tetapi mereka keluar untuk menyebarkan agama baru yang dibawa Muhammad. Untuk
menyampaikan berita gembira pada nilai-nilai luhur yang diserukan Muhammad, menyampaikan sifat-sifat agung yang
diperintahkan untuk disandang oleh Muhammad.”
11. Monsieur Meismer
Dalam bukunya “Al-Arab fi’Ahdi Muhammad”, yang diarabkan oleh Fuad Buthrus dari Syria pada 1922, antara
lain menyatakan: “Sesungguhnya orang yang berlagak tolol dan mengingkari kejujuran Muhammad, maka orang
tersebut telah memotong masalah ini tanpa penyelesaian, dan memaksakan diri untuk mempertanggung jawabkan
akibat kesombongannya itu, sekaligus menghanyutkan dirinya ke dalam suatu perjalanan akhir yang buruk. Yang
mereka lakukan bukanlah suatu karakter dari hati nurani yang bebas, mereka bermaksud jelek kepada Muhammad,
yang terkenal dengan berbagai sifat kesempurnaannya.”
12. Jeamme Prour
Seorang orientalis besar. Banyak karya tulisnya, antara lain: “Muhammad, Napoleon Dari Langit”, diterjemahkan
ke bahasa Arab oleh Muhammad Shaleh Al-Bandaq. Dalam halaman 52 ia mengatakan: “Sesungguhnya penyampaian
risalah ke seluruh dunia ini, adalah merupakan tujuan pertama dan terakhir dari Nabi Muhammad. Kesibukan keluarga
dan kesibukannya, tidak mungkin bisa memalingkan dari penunaian tugasnya sama sekali. Kalau Anda melihat
keganasan dan persekongkolan berdarah kaum Quraisy dengan kebulatan tekadnya yang senantiasa ingin
membunuhnya, bahkan kalau Anda melihat kabilah-kabilah Arab pada waktu itu, Anda akan berkesimpulan bahwa
sifat agresif merupakan watak umum mereka. Hingga waktu itu, nabi, meskipun pengikutnya sudah mulai banyak,
belum mendapatkan izin untuk mengadakan perlawanan dan peperangan. Namun, sesudah tindakan ganas Quraisy
mencapai puncaknya, maka turunlah wahyu, yang membolehkan mengadakan perlawanan dan peperangan terhadap
para teroris dan perusuh itu. Firman-Nya: “Telah diizinkan berperang kepada orang-orang yang diperangi, karena
mereka sesungguhnya telah dianiaya, dan sesungguhnya Allah benar Mahakuasa untuk memenangkan mereka. Orang
yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena berkata, “Tuhan kami
hanyalah Allah.” (QS 22: 39-40).

56
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas,
karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS 2: 190).
Selanjutnya ia berkata: “Muhammad adalah seorang nabi, pembuat undang-undang, politikus, raja besar, orator,
pembicara yang menarik, panglima besar yang ulung. Meskipun ia tidak pernah memasuki salah satu sekolah tinggi
Romawi, dan tidak pernah pernah pula memasuki sekolah Parsi, namun namanya sudah tersebar luas dan mulia dengan
Rabbnya, sehingga namanya saja sudah cukup dikenal orang tanpa menyebutkan nama keluarganya, seperti halnya
Napolion. Sungguh Muhammad adalah Napolion dari langit. Muhammad tidak mempunyai musuh bebuyutan yang
menghalalkan semua cara, dan menyiapkan semua kekuatan untuk menumpas dakwahnya selain dari penduduk
Mekkah.”
13. Lateis
Lahir di kota Bordeaux pada tahun 1847 dan meninggal pada tahun 1909. Ia seorang sejarawan besar. Dalam
sebuah artikel yang dimuat dalam majalah “Al-Hilal”, jilid III edisi 8, antara lain ia mengungkapkan:
“Sesungguhnya Muhammad terkenal jujur sejak kecil, sehingga ia digelari sebutan Al-Amin. Ia besar sekali
perhatiannya pada agama bangsanya sampai akhir hayatnya, dan ia tidak meninggal dunia, melainkan sesudah
membina dasar-dasar agama dan membangun negara.”
14. Calliman Huart
Seorang orientalis, lahir di Perancis (1854-1927), lama bermukim di Damascus sebagai penerjemah Konsulatnya
pada kedutaan Perancis di Istambul. Ia juga pernah menjabat sebagai sebagai Ketua Lembaga Pendidikan dan Sastra di
Paris, serta pernah pula menjadi guru bahasa ketimuran di sana. Menulis buku “Tarikhul Arab”, pada jilid satu ia
mengatakan: “Bagaimana Muhammad mengenal Khadijah? Bagaimana mungkin ia mendapatkan kepercayaannya dan
kawin dengan dia? Jawaban pertanyaan pertama, hingga kinipun kami masih belum dapat merabanya. Namun jawaban
pertanyaan yang kedua, berbagai berita sepakat mengatakan, bahwa Muhammad termasuk seorang kelas utama dalam
keluhuran jiwanya, dia digelari Al-Amin, orang kepercayaan kaumnya. Pada orang itu, semua masyarakat yang di
sekitarnya menaruh rasa kepercayaan yang luar biasa besarnya, karena ia merupakan suri teladan utama dalam
kelurusan.”
15. Cadadovic
Hidup pada tahun 1805-1887. Di antara karya-karyanya, menyusun perbendaharaan kata-kata bahasa Prancis
yang berasal dari bahasa Timur. Persis seperti yang dilakukan oleh Liete, seorang orientalis Prancis lainnya, yang lahir
pada tahun 1827 dan menjadi anggota salah satu lembaga di Paris.
Dovic banyak mempunyai karangan, antara lain: “Mufakkhirul Islam”, yang menyatakan:

57
“Sesungguhnya Muhammad sejak berusia 25 tahun hingga 40 tahun, banyak berpikir, tenang, dan tentram. Ia
seorang yang berpikiran jauh, takwa, dan berakhlak luhur. Sesudah mencapai usia dewasa, semua kekuatan akalnya di
arahkan untuk memikirkan inti ketuhanan, banyak meneliti soal keagamaan, dan sejak itulah ia mulai menyepikan diri
dari kebisingan hidup, dan sering menyendiri di gua Hira, yang tidak seberapa jauh dari kota Mekkah.”
16. Diesoen
Seorang penulis Prancis yang sangat terkenal, di dalam salah satu pembicaraannya tentang nabi Muhammad
kepada sastra Arab, ia berkata: “Tidak dapat penglihatan seseorang yang memandang agama Muhammad sebagai
agama yang penuh dengan khurafat dan kebohongan, sebab hal itu sangat bertentangan dengan fakta dan realita. Malah
Muhammad sendiri telah menyatakan bahwa Islam adalah penyempurna agama Masehi.”
17. David de Louis
Hidup pada tahun 1848-1925. Dalam bukunya “Al-Islam” antara lain ia menulis: “Muhammad telah
mengingatkan masyarakat Arab yang sederhana dan telah membina suatu masyarakat atas dasar yang sesuai dengan
kedalaman watak masyarakat itu. Adapun masyarakat yang beriman kepada Allah yang Mahaesa dan kenabian
Muhammad, mereka mendapat predikat sebagai umat Muhammad, dan Muhammadlah kelak yang akan menjadi saksi
antara bangsa Arab di hadapan Allah. Tidak mungkin Allah akan mengutus atau akan memilih seorang Rasul dan juru
selamat lain, sesudah Dia mengirimkan Muhammad sebagai juru selamat kepada umat manusia dan menyampaikan
peringatan-Nya dengan firman-Nya yang terakhir.”
18. Monsieur Chanelei
Pada suatu waktu ia ditanya tentang risalah Islam, maka menurut majalah “A-Muqtathif” jilid III no: 7, ia
menjawab: “Sesungguhnya risalah Muhammad itu adalah risalah yang paling utama di antara risalah-risalah yang
pernah dibawa oleh para nabi sebelumnya, karena ia sampainya kepada bangsa-bangsa dalam keadaan murni, bersih
dari cacat dan terpelihara dari berbagai kekurangan. Bahkan di dalamnya terdapat berbagai pelajaran yang sangat
berharga, yang tidak pernah di temukan dalam agama-agama lain.”
19. Raimer Grousset
Seorang orientalis, sejarawan dan sastrawan kenamaan. Banyak buku karangannya, antara lain, “Tarikhul Hurubis
Shalibiyah” Madaniyaatusy Syarq”. Dalam buku yang disebut terakhir ini, antara lain ia menulis: “Ketika Muhammad
menunaikan tugasnya sebagai da’i, ia adalah seorang pemuda, pemurah, dan penolong, penuh semangat dalam
melakukan berbagai kebajikan. Seorang yang sangat mulia di tengah masyarakat sekitarnya. Pada waktu itu bangsa
Arab sedang bergelimang dalam kewatsaniyahan dan penyembahan batu. Kemudian ia mengeluarkan mereka dari
kewatsaniyahan itu ke agama tauhid yang murni. Di saat masyarakat hidup secara nomaden dalam kebuasan sempurna,

58
hidup dalam kekacauan dan saling berperang, ia membangunkan suatu pemeritahan kesatuan yang demokratis untuk
mereka, lalu memperhalus budi pekertinya dan melunakkan kekerasannya.”
20. Laplace
Seorang ahli falak kenamaan. Seorang penemu teori yang menyatakan bahwa alam ini pada mulanya terjadi dari
bola kabut yang meledak, lalu menjadi benda-benda langit, berupa bintang-bintang dan satelit-satelitnya, termasuk di
dalamnya bumi kita ini. Di dalam bukunya yang berjudul “Al-Adyan” antara lain ia menyatakan: “Meskipun kami
tidak percaya dengan agama langit, namun agama dan syariat Muhammad merupakan tatanan kemasyarakatan bagi
kehidupan umat manusia. Kami mengakui bahwa Muhammad itu besar dengan agama, dengan prinsip, dan dengan
intelektualismenya, maka tidak ada jalan lain kecuali memetik pelajarannya itu.”
21. Monsieur Postel Guillaume
Seorang orientalis lahir pada tahun 1581 dan meninggal tahun 1654. Telah menyusun alphabet dari dua belas
bahasa, di antaranya bahasa Arab, ia menyatakan: “Bahasa Arab merupakan bahasa paling fasih sastranya. Ia bahasa
suatu umat yang dipimpin oleh Muhammad, seorang nabi yang Arab itu. Ia merupakan seorang paling fasih di antara
orang-orang yang berbicara dengan bahasa Dhad (Arab). Dia telah berbicara dengan bahasa yang sangat fasih dalam
kata-katanya yang terkenal. Karena itulah kami sangat hormat kepadanya dan hormat pada bahasanya.”
22. Weinngan Maxim
Lahir di Brussel pada tahun 1867. Mantan Panglima Pasukan Prancis yang pernah juga menjabat sebagai Duta
Besar di Syria dan Lebanon pada tahun 1923. Banyak tulisan kenang-kenangannya yang berharga. Ia pernah diundang
pada acara peringatan Maulid Nabi di Beirut pada tahun 1925, lalu sambutnya:
“Meskipun umat Islam memperingati Maulid Nabi Muhammad, namun hal itu sangat kecil artinya. Karena dia
telah memberi kepada mereka sebuah agama yang lebih tinggi, dari seluruh agama yang ada. Dia perwujudan pribadi
besar, seorang moralis besar, dan dalam syariatnya adalah imam para nabi. Maka kepada orang berkeadilan, jika
diserukan untuk memperingati semua tokoh sejarah, maka di antara mereka yang berada di urutan teratas adalah,
Muhammad Rasulullah; sang Panglima Tertinggi itu, untuk mewujudkan syari’at Allah di muka bumi, dan untuk
memusatkannya ke dalam dada semua orang.”
23. Rene Descartes
Lahir pada tahun 1597 dan meninggal pada tahun 1650. Ia terkenal dengan bukunya: “Maqalaha At-Thariqah”,
yang mempunyai pengaruh kuat dalam pemikiran Arab. Buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Jamil
Sheliba pada tahun 1950, dan merupakan sumber filsafat modern. Antara lain katanya: “Kami sama dengan kaum
muslimin dalam kehidupan ini. Akan tetapi mereka menerapkan dua risalah, yaitu Isa (iah) dan Muhammad (ia),
sedang kami tidak menerapkan yang kedua. Kalau kami bersikap adil, tentu kami akan bekerja sama. Karena risalah

59
mereka sesuai dengan zaman, dan pimpinan syariatnya, Muhammad, yang tidak sanggup ditandingi oleh seluruh
bangsa Arab, baik Qur’an-Nya ataupun kefasihannya. Bahkan sejarah belum pernah melahirkan seorang lelaki yang
lebih fasih lidahnya dari dia, lebih dalam logikanya, dan lebih agung akhlaknya. Ini membuktikan apa yang dnikmati
oleh nabi kaum muslimin itu berupa sifat-sifat terpuji, memerikan kelayakan kepadanya menjadi nabi pada rangkaian
terakhir para nabi, sehingga agamanya dianut oleh ratusan juta umat manusia.”
24. De Slane Mac Gokein
Lahir pada tahun 1810 dan meninggal pada tahun 1879. Dialah penyusun indeks program ketimuran yang
disimpan diperpustakaan Nasional Paris. Dia penyempurna terjemahan “Mukaddimah” Ibnu Khaldun ke dalam bahasa
Prancis. Dalam terjemahan tersebut pada halaman 107 antara lain ia menyatakan: “Sesungguhnya bangsa Arab
merupakan suatu umat yang memiliki keistimewaan dalam banyak sifat. Ia mempunyai agama yang lengkap dan
paripurna. Ia tidak akan dicela melainkan oleh orang yang tidak mengetahuinya. Pimpinan agama mereka adalah
Muhammad yang miskin itu. Sebelum kita mengetahui agama, terlebih dahulu kita wajib mengenali, siapa pembawa
agama itu. Dengan jujur aku nyatakan, dalam rangkaian para nabi, tidak ada yang sama sekali seperti Muhammad, dan
dalam rangkaian semua syariat, tidak ada yang serupa dengan syariatnya. Sungguh tidak berlebihan kalau kami
menyatakan, bahwa Muhammad adalah sebaik-baik orang yang pernah membawa syariat. Ia telah berdiri tegak di
hadapan para tiran Quraisy, sehingga berhasil menyempurnakan apa yang diinginkan, sampai mengakhiri seluruh
perjalanannya mempraktekkannya. Dia dan syariatnya berhasil tumbuh dengan subur, wanginya semerbak dan
sebutannya semarak. Tidak mungkin kita akan mengeruhkan dan memfitnahnya lagi.”
25. Monsieur Siffter de Sasie
Pakar ketimuran yang mendirikan Persatuan Asia Prancis, lahir pada tahun 1750 dan meninggal pada tahun 1838.
Ia membangkitkan semangat orang-orang yang hidup sezamannya, supaya mempelajari bahasa Timur, terutama
bahasa Arab. Banyak karangannya mengenai masalah ketimuran. Dalam bukunya “Al-Hayat” halaman 26 antara lain ia
tulis: “Saya tidak dapat melukiskan kata-kata yang lebih tepat, selain menyatakan bahwa agama Islam itu sesuatu yang
paripurna dan berpenangkal. Di dalamnya terdapat pelajaran-pelajaran inti, bagaimana tidak, sedang pendirinya
Muhammad bin Abdullah, seorang pemikir agung dan filsuf besar. Agamanya layak untuk tetap berlaku dan tidak
berubah-ubah. Dia sejak kecil terkenal dengan kejujuran, amanat, setia, dan rendah hatinya. Dia terkenal kefasihan
bicaranya, pendapatnya mengena, dan semangat berdakwahnya berapi-api.”
26. Monsieur Bertlemy Harbellu
Hidup pada tahun pada tahun 1695-1776. Menghimpun berbagai tulisan Arab, belajar bahasa Arab di Paris,
menyusun buku “Al-Maktabah Asy-Syarqiyah”, sebuah ensiklopedi lengkap yang memuat berbagai filsafat dan sastra
yang berasal dari Timur. Antara lain tulisnya: “Sesungguhnya bahasa Arab merupakan salah satu bahasa sastra

60
terbesar, yang paling luhur keindahan dan kefasihannya ialah bahasa Adh-Dhad, bahasa Arab. Muhammad nabinya
orang Islam, telah mendendangkannya dengan bangga sekaligus sebagai bukti kemuliaan bahasa itu, sabdanya: ‘Aku
adalah orang terfasih berucap dengan bahasa Adh-Dhad itu.’ Hal tersebut memang benar. Karena kata-katanya yang
abadi menunjukkan yang demikian itu.”
27. Dr. Wile
Seorang orientalis (1818-1889) Belajar bahasa Arab dan Suryani di Paris. Bekerja di Al-Jazair sebagai guru dan
penerjemah. Ia menerjemahkan “Athbaqidz Dzahab” oleh Az-Zamkhasyri. Dia juga menulis “Tarikhul Khulafa”,
antara lain tulisnya: “Muhammad layak mendapat kekaguman dan penghargaan kita sebagai seorang reformis agung,
bahkan ia dia patut juga diberi gelar nabi. Kita tidak usah mendengarkan cerita orang-orang yang bermaksud jahat dan
pendapat orang-orang ekstrem. Sungguh Muhammad itu seorang besar dalam agama dan pribadinya. Barang siapa yang
menyerangnya, jelas dia tidak mengerti dan melecehkan jasa-jasanya.”
28. Conte Henry de Castri
Seorang orientalis yang hidup di tahun 1853-1915. Dalam bukunya “Al-Islam” pada halaman 73, antara lain ia
menulis. “Kami tidak membutuhkan pengakuan terhadap kejujuran Muhammad dari pengukuhan bahwa dia telah
merasa puas dengan kebenaran risalahnya dan hakikat nubuatnya. Adapun tujuan utama dari risalahnya ialah,
menegakkan keesaan Allah di tempat pengabdian berhala yang disembah oleh kabilahnya sejak ia lahir.”
Buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan judul ”Khawatir was Sawanih” terjemahan Ahmad
Fathu Basya, cetakan Mesir. Dalam halaman 152, ia menulis: “Muhammad tidak membaca dan tidak menulis. Malah
seperti yang dikatakan-Nya sendiri, dia seorang nabi yang ummi, suatu gelar yang tidak seorang pun di zamannya
menyangkal kebenarannya. Memanglah sulit bagi seorang di Timur akan menuntut ilmu tanpa diketahui oleh orang
lain, karena kehidupan orang timur bersifat terbuka. Apalagi bacaan dan tulisan pada waktu itu hampir tidak terlintas
pada pikiran orang.”
Akhirnya ia mengatakan: “Dengan keterangan di atas, jelaslah bahwa Muhammad tidak pernah membaca kitab
suci, tidak pernah agamanya itu mengutip agama-agama yang terdahulu, seperti yang dituduhkan orang dengan
kebodohan dalam sejarah Muhammad. Suatu sejarah yang penuh mengandung pujian dan pengagungan kepadanya
yang sudah tentu tidak akan diketahui oleh orang-orang yang tidak mengenalnya.”
29. Ernest Renan
Seorang ilmuwan sejarah purba, lahir pada tahun 1893. Banyak karangannya, antara lain: “Hayatul Masaih”,
cetakan ke 13, pada halaman 9, ia menyatakan: “Sejarah Muhammad yang Arab itu, seperti yang dilukiskan dalam
‘Sirah Ibnu Hisyam’, merupakan sejarah pilihan terbesar dari berbagai kitab samawi.”
30. Monsieur Caussiur de Parceval

61
Hidup pada tahun 1836-1818, banyak buku karangannya, antara lain: “Tarikhul Arab”. Dalam buku tersebut ia
menulis: “Menurut pendapat saya, Muhammad, nabi yang Arab itu dilahirkan pada tanggal 20 Aab (Agustus) 570 M.
Lelaki yang datang dengan membawa agama baru, sesudah syarat-syarat kenabian berhasil dipenuhi. Agamanya itu
bersih dari kesangsian dan kesesatan. Dia datang dengan membawa mukjizat sebagai bukti kebenaran dakwahnya yang
berkeberkatan. Mulai menyebarkan agamanya yang lurus itu dengan menanggung duka derita dan ancaman tiada
tertahankan dari kaumnya, kemudian ia hijrah ke Madinah. Sesudah penaklukan kota Mekah, dosa lawan-lawannya
diampuni, lalu mereka pun masuk Islam.”
31. Alfonso Athien Dinet
Lahir di Paris (1861-1929). Perasaannya halus, jiwanya lembut, pribadinya penuh gelora, masuk Islam dan pergi
menunaikan ibadah haji pada tahun 1828. Ia berwasiat, apabila meninggal agar jenazahnya dikebumikan di desa “Abu
Sa’adah”, di Aljazair. Banyak buku karangannya, antara lain ‘Hayatu Shahra’, Hayatul Qulub, Asyi’ah Khashah bin
Nuril Islam, Muhammad Rasulullah, dan Alhajju ilaa Baitil Haram.” Dalam bukunya yang berjudul: “Muhammad
Rasulullah“, pada halaman 48, antara lain ia menulis: “Dalam perjalanan ini, tidak memungkinkan bagi kami untuk
menyajikan semua segi dan aspek kehidupan gemilang, sama dan persis sebagaimana yang ditempuh kehidupan Nabi
Muhammad, nabinya kaum muslimin itu.” Dalam halaman 49 ia menulis: “Dapat kita lihat bahwa di antara para nabi
yang telah mendirikan agama, Muhammad merupakan satu-satunya yang mampu bekerja tanpa bantuan keajaiban
mukjizat materi, semata-mata mengandalkan pada kewajaran dan kebenaran risalahnya serta pada keunggulan Al
Qur’an yang berketuhanan. Kesanggupan kerja Muhammad tanpa uluran keajaiban mukjizat, itu merupakan mukjizat
terbesarnya.”
“Lukisan kaum muslimin dan karya-karyanya, Anda temukan sebagai suatu gambar yang pucat ketimbang
kesempurnaannya yang mulia, kebenaran hal tersebut tidak usah diperdebatkan. Sebagaimana kami melihat kaisar-
kaisar Romawi dengan kehalusan patung-patungnya, namun yang nampak hanyalah kedok-kedok palsu dari wajah
mereka yang mati, di bawah lukisan penuh kesombongan. Lukisan mereka akan senantiasa mati, tak mampu ilusi kami
untuk menghidupkannya. Hakikat ini menimbulkan image dalam benak kami, untuk menyebarluaskan prospektus
sejarah Muhammad ini, yang melukiskan jejak-jejak keagamaan kepada para pengikutnya, sebagai bagian dari
kehidupan bangsa Arab dan sebagian kota-kota Hijaz yang adalah tanah airnya.”
Dalam halaman 87 ia menulis : “Muhammad tidak menyusun Al Qur’an.”
“Sungguh mengagetkan saya, karena ada di antara para orientalis yang berpendapat bahwa Muhammad telah
menggunakan kesempatan untuk bercerita dan menyusun karya-karyanya yang akan datang dengan menaburkan
keraguan, dan menyatakan bahwa Muhammad pada masa itu telah menyusun Al Qur’an seluruhnya.”

62
“Apakah mereka benar-benar tidak mengetahui, bahwa kitab Ilahi ini bersih dari suatu perencanaan sebelumnya
dalam bentuk apapun, yang disusun dalam gaya dan sistem kemanusiaan. Semua surat dari surat-suratnya, terpisah
antara satu dengan yang lain, terutama dengan adanya peristiwa yang terjadi sesudah risalah selama lebih dari 23 tahun,
dan amat tidak masuk akal kalau Muhammad sanggup menduga dan meramalkan terjadinya peristiwa-peristiwa itu.”
Dalam halaman 345 ia menulis: “Maka agama Muhammad telah membuktikan sejak hari-hari pertama, bahwa ia
adalah agama paripurna yang sesuai dengan semua tempat dan zaman. Kalau ajarannya sesuai dengan semua akal,
karena ia memang agama fitrah, sedang fitrah itu sendiri tidak berbeda antara seseorang dan iapun sesuai dengan semua
tingkat peradaban.”
32. Cardivoe
Orientalis alumnus lembaga Katolik di Paris. Lahir pada tahun 1886 dan meninggal pada tahun 1925. Banyak
karangannya, antara lain berjudul “Mufakkirul Islam”, yang mengatakan: “Bangsa Arab pada zaman Jahiliah banyak
melakukan kejahatan dan kerusakan, mereka berjempalitan dalam kesesatan, hingga datangnya seorang yang bernama
Muhammad, lalu ia memerangi adat-istiadat mereka yang buruk itu, serta menyeru untuk menganut agama baru,
dengan prinsip ajarannya yang mulia. Maka barisan mereka dapat dipersatukan dan adat istiadatnya dapat diperbaiki.
Tiba-tiba bangsa Arab menjadi suatu umat yang terpandang, memiliki peradaban dan kebudayaan yang tinggi. Maka
Muhammad merasa puas, karena mereka mau mendengarkan kata-katanya dan menerima pendapat-pendapatnya.
Muhammad terbilang peringkat utama di antara agama-agama samawi dalam keagungan, kemuliaan dan peradaban.
33. Sadioe Louis
Lahir di Paris pada tahun 1808 dan meninggal tahun 1875. Dalam bukunya “Tarikhul Arab” pada halaman 37
antara lain ia menulis: “Kalau semua orang bersikap adil, tentulah kemenangan yang diraih Muhammad, nabi Arab itu
bukanlah untuk bangsa Arab semata, namun untuk seluruh alam juga. Karena ia tidak membawa agama khusus untuk
bangsa Arab, serta ajarannya sangat layak mendapat penghargaan dan kekaguman, yang menunjukkan bahwa dia
adalah agung dalam agamanya, agung dalam akhlaknya, dan agung dalam sifat-sifatnya. Alangkah besar kebutuhan
dunia pada orang-orang seperti Muhammad, nabinya kaum muslimin itu. Khusus kepada bangsa Arab, selayaknya
wajib merayakan peringatannya tiap-tiap tahun, karena dialah yang telah mengangkat mereka dari lembah kejahilan,
sehingga tiba-tiba menjadi satu umat yang mempunyai nama dalam deretan umat yang maju.”
34. Pastor Isaaq Tiles
Lahir di Bordeaux (1810-1897). Pengarang buku “Haqaiqut Tarikh”, pada halaman 76 antara lain tulisnya:
“Sesungguhnya kalau kita mau meneliti dengan seksama dalam karya-karya Muhammad dan kenabiannya, kita tidak
akan menemukan sesuatupun yang mencela atau mengecam Nasrani, bahkan kita akan melihat garis pemisah antara
kaum Yahudi dan kaum Nasrani. Islam datang mengemban kebahagiaan dan menciptakan peradaban. Muhammad

63
serupa dengan Musa, membolehkan poligami dan perbudakan. Walau perbudakan itu sendiri sedikitpun bukan
bersumber dari akidah Islam. Muhammad membolehkannya karena dalam keadaan darurat. Sedangkan poligami, Musa
malah tidak mengharamkan dalam Tauratnya dan Daud juga tidak mengharamkan dalam zaburnya. Kami wajib
memahami bahwa akhlak Islam lebih luhur dari akhlak Nasrani.”
35. Lausane
Hidup antara tahun 1786-1837. Seorang guru kimia dan ilmu falak. Dalam bukunya: “Allahu fis Sama”, antara
lain ia menulis: “Muhammad telah dikirim ke negeri Arab sebagai Rasul. Negeri tersebut, yang telah lama sekali larut
dalam pengabdian berhala, sehingga perlu diadakan revolusi besar dalam soal agama.”
“Ketika Muhammad menaklukkan kota Mekah, di Baitullah, di Ka’bah, ditemukan tidak kurang dari 360 buah
berhala. Pada waktu itu Muhammad berdiri di hadapan tiap berhala, memukul dengan tongkatnya, seraya mengucapkan
firman Allah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah hancur, sesungguhnya yang batil itu pasti hancur.” (QS
17:81) Berhala-berhala itu berjatuhan satru persatu di bawah kakinya.” “Muhammad bukan nabinya bangsa Arab saja,
namun dia adalah seorang nabi yang paling besar dalam mengibarkan panji mentauhidkan Allah. Agama Musa
meskipun salah satu agama tauhid, namun ia bersifat nasionalis murni, khusus untuk Bani Israil. Akan tetapi agama
Muhammad disebarkan atas dua kaidah dasar, yaitu mentauhidkan Allah dan meyakini hari kebangkitan. Muhammad
telah mengumumkan ajarannya kepada seluruh bumi ini, dan hal tersebut suatu karya besar yang berhubungan erat
dengan kemanusiaan. Baik secara totalitas maupun rinciannya, bagi orang-orang yang menyadari risalah Muhammad
yang prinsip ajarannya dianut dan diterapkan oleh 400 juta umat manusia.”
“Seorang seperti Rasul ini, risalahnya wajib diikuti dan dakwahnya segera dianut, karena merupakan suatu
dakwah yang mulia. Dasar utamanya untuk mengenalkan al-Khalik, menganjurkan orang melakukan kebaikan dan
menjauhkan diri dari kemungkaran. Malah semua yang dibawanya bertujuan untuk kebaikan dan perbaikan, sedang
kebaikan itu sendiri adalah cita-cita semua orang mukmin. Pada agama inilah saya menyerukan semua kaum Masehi
untuk menganutnya.”
36. Dr. Maurice Andra
Seorang sejarawan besar, lahir pada tahun 1795 dan meninggal pada tahun 1872. Banyak mengarang buku dan
salah satu di antaranya berjudul: “Al-Insan wal Hayat”, pada halaman 13 ia menulis:
“Muhammad memandang masalah kehidupan ini sangat potensial, dan juga memandang semua karya
kemanusiaan, bagaimanapun remehnya, sangat penting adanya. Suatu keburukan yang ditimbulkan akan mempunyai
dampak abadi, begitu pula dengan kebaikan, akan memberi pengaruh positif dan abadi juga. Manusia dengan kebaikan-
kebaikannya itu akan menduduki kelas tertinggi, dan dengan keburukannya akan merosot ke lembah terendah. Sikap
pendiri itu berkobar-kobar dalam jiwa lelaki dari padang pasir itu, seolah-olah terukir dengan huruf api dan ia

64
menyampaikan kepada kaumnya dengan ucapan-ucapan bagaikan cahaya. Busana apapun yang dikenakan oleh hakikat
ini, pola apapun yang dipergunakan dalam menampilkan dirinya, namun hakikat tersebut harus dikuduskan, dalam gaya
dan rupa apapun penampilannya.”
37. Monsieur Amiel Durminkhim
Lahir di Toulouse (1757-1857). Banyak buku karangannya, antara lain “Hayatu Muhammad” Dia terbilang
cendekiawan besar Prancis. Dalam mukadimah bukunya itu ia menulis:
“Tidak seorangpun di dunia ini, yang bisa memungkiri keberadaan Muhammad. Akan tetapi ada orang yang
memungkiri sebagian dari terjemahan Muhammad dalam bahasa Arab. Ada juga yang melampaui dalam mengecam
dan menolak, sehingga mereka tergelincir ke dalam kezaliman. Saya berusaha menjadikan buku ini sebagai biografi
yang sebenarnya, berdasarkan pada sumber-sumber Arab yang asli, tanpa mengabaikan segala sesuatu yang bersifat
penelitian para ahli yang berkenaan dengan topik tersebut, pada akhir-akhir ini. Saya ingin melukiskan untuk
Muhammad, nabinya kaum muslimin itu, suatu lukisan persis dengan aslinya, seperti yang saya pahami dari literatur
yang saya baca dan saya nikmati, dan dari lidah kaum muslimin yang masih hidup. Apabila semua hidup kemanusiaan
itu ditempuh untuk belajar, maka semua peristiwa yang meliputi berbagai episode, akan melukiskan suatu hakikat dari
hakikat yang ada. Maka langkah besar pengaruh dan manfaatnya, berjumpa dengan seorang besar yang menjadi anutan
sebagian besar umat manusia.” Dalam halaman 83 ia menyatakan: “Ada sebagian orang yang menjelek-jelekkan
Muhammad, karena sangat cenderung kepada kaum wanita. Namun yang tidak dapat disangkal, Muhammad itu
bukanlah seorang yang rakus, tidak membanggakan diri, tidak fanatik, dan tidak terdorong oleh berbagai kepentingan,
akan tetapi ia seorang pemaaf, pengasih dan seorang yang berkemanusiaan tinggi. Ia murah senyum, luhur akhlak,
menyenangkan hati, hidup sederhana, membersihkan kamarnya sendiri, menisik bajunya, menjahit sandalnya, memerah
susu kambingnya sendiri, tidur di emperan tanah mesjid, bangkit dari tidurnya dan membukakan pintu hanya karena
ngeong seekor kucing yang hendak keluar, mengusap keringat kudanya dengan mantelnya, membagi-bagikan sedekah,
menjauhkan diri dari segala penampilan yang bersifat duniawi, dan melarang orang menggelarinya dengan sayyid.”
38. Monsieur Jan Torinon Cru
Seorang orientalis, hidup pada tahun 1867-1924, menyusun buku dengan judul: “Al-Arab” yang di dalam
mukadimahnya antara lain menulis: “Sesungguhnya Allah telah memilih Muhammad untuk membimbing umatnya,
memerintahkan kepadanya supaya menghancurkan agama palsu mereka dan membuka mata untuk melihat nur cahaya
kebenaran. Sejak saat itulah ia senantiasa menyerukan dengan nama yang Satu lagi Tunggal, sesuai dengan yang
diwahyukan kepadanya dan sejalan dengan akidahnya yang kuat.” Kemudian disisipkan ke dalam diri Muhammad
kumpulan Kitab-Kitab, penuh dengan aneka rupa rahasia ketuhanan, dan diwahyukan kepadanya berbagai ragam
hakikat melampaui jarak jangkau akal alaminya. Lantaran itulah Allah mengajarkan manusia dengan pena,

65
mengajarkan apa yang tidak ia ketahui. Itulah rahasia wahyu, rahasia kalimat yang tersurat dan demikianlah kalimat
yang tersurat itu bernilai sebagai wahyu Ilahi.”
Dalam halaman 65 ia menyatakan: “Pada tahun 610 Masehi, Muhammad mencapai usia dewasanya. Ia tidak
dapat membayangkan keadaan kaumnya tanpa merasakan sedih dan pilu. Tiap kabilah Arab masing-masing
mempunyai berhala sendiri. Mereka banyak bercerita tentang jin, hantu dan kuntilanak. Namun mereka tidak
menyadari semuanya itu. Ketidaksadaran tersebut akibat kematian rohani. Pada waktu itu pikiran Muhammad hanya
tercurah kepada Allah. Ia sudah terlepas dari berbagai kekuatan selain dari kekuatan itu. Dia tidak melihat zat yang lain
selain Allah yang Mahasatu.”
“Muhammad pada masa itu senang menyendiri. Ia merasa dalam kesendiriannya di gua Hira seolah-olah
mendapatkan kebahagiaan yang dalam, sehari ke sehari daya tariknya semakin kuat. Ia tinggal beberapa minggu di
sana, sedang makanan yang dibawa hanya sedikit, karena senang puasa dan shalat tahajjud.”
39. Monsieur Deitet Vannan
Seorang orientalis Prancis (1823-1879) yang pada tahun 1875 ke Timur. Ia menyusun sebuah buku dengan judul:
“Asy’ah Khashah bi Nuril Islam”, antara lain pada halaman 29 ia tulis: “Sesungguhnya Al Qur’an yang dibawa
Muhammad itu telah mencatat Kitab-Kitab Suci yang lain, dan ia merupakan satu-satunya Kitab yang menyeru orang
untuk bersikap lemah-lembut dan baik hati.”
“Telah datang kepada Rasulullah, Muhammad, salah seorang dari Bani Salim bin Auf, namanya: Al-Husain,
katanya: “Ya Rasulullah, saya mempunyai dua orang tua yang masih beragama Masehi dan keduanya enggan masuk
agama Allah. Saya bermaksud akan memaksa keduanya.” Maka jawab Rasulullah, Muhammad, ‘Tidak ada paksaan
dalam menganut agama, seperti yang tercantum dalam ayat Al-Kafirun (56): Untukmu agamamu, dan untukku
agamaku, dan seperti yang tercantum dalam surat Al-Ankabut (46): “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab,
melainkan dengan cara yang lebih baik.”
40. Cawadufoe
Seorang orientalis ahli sastra Praancis, lahir pada tahun 1872-1933, banyak mengetahui sejarah bangsa Arab dan
menyusun sebuah buku dengan judul “Al-Arab”, pada mukadimahnya ia menulis: “Muhammad seorang ummi yang
tidak pandai membaca dan menulis, bukan filsuf, namun ia selalu berpikir dalam hal tersebut, sehingga terciptalah
dalam dirinya dengan jalan kasyaf yang bertingkat dan berkesinambungan, suatu akidah yang dilihatnya mampu untuk
menumpas habis kewatsaniaan (keberhalaan).”
“Muhammad meskipun ia seorang ummi, namun ia tergolong seorang yang paling cerdas akalnya, paling piawai
pendapatnya, senantiasa bersuka hati, banyak diam, lemah-lembut, luhur budinya, banyak berzikir dan sedikit bergurau.
Baginya sama hak kewajiban orang dekat dan orang jauh, orang kuat dan orang lemah, cinta kepada orang miskin,

66
tidak meremehkan orang fakir karena kepapaannya, dan tidak menakuti seorang raja karena takhtanya. Mempersatukan
para sahabatnya dan tidak menjauhkan mereka. Berbicara dengan kawan atau lawannya. Tidak menampik uluran
tangan orang yang mau menyalaminya. Duduk di atas tanah, menjahit sandal dan bajunya sendiri.”
INGGRIS
41. Samuel Zweimer
Seorang misi Protestan dan orientalis yang memimpin majalah “Dunia Islam” dalam edisi bahasa Inggris. Banyak
karya tulisnya yang bermutu dalam rangka hubungan antara Islam dan Kristen, antara lain Yesus dalam Ihya’ Khazali.
Ia meninggal dunia di kampung halamannya di Leeds pada tahun 1914.
Dalam bukunya itu “Yasu’ fi Ihyail Khasali” antara lain menulis: “Sesungguhnya kepiawaian Muhammadlah,
yang menyebabkan ia sukses dalam menyebarluaskan pengaruhnya. Juga ditambah dengan pengetahuannya yang luas
tentang beragama di zamannya. Di saat merasa dirinya mampu melakukan kebajikan dan membalas budi orang, maka
segera ia lakukan sebagai pernyataan terima kasihnya atas kenikmatan yang pernah ia rasakan, sehingga menjadi suri
teladan luhur yang tiada taranya. Ia pernah disusui oleh seorang budak Abu Lahab, Tsuwaibah namanya, beberapa hari
sebelum diambil Halimah Assa’diyah ke desanya untuk disusui dan diasuh. Sesudah ia mengetahui hal itu, ia merasa
wajib memelihara budi baik tersebut dan membalasnya sebatas kemampuan. Ia pun berusaha mendorong istrinya
Khadijah, supaya membeli budak itu dari Abu Lahab dan membebaskannya, namun Abu Lahab tidak sudi menjualnya.
Karena itulah ia merasa terpaksa hanya mengadakan hubungan baik dengan budak itu selama ia berada di Mekah,
sebagai tanda terima kasihnya atas kebaikan wanita yang telah sudi menyusuinya itu.”
42. Sir William Suir
Dalam bukunya “Sirah Muhammad” halaman 31 mengatakan: “Muhammad terkenal dengan kata-katanya yang
jelas dan agamanya yang mudah. Dia telah menyelesaikan karya-karyanya dengan baik, sehingga berhasil memukau
hati orang. Belum pernah sejarah mencatat nama seorang pembaharu yang berhasil membangkitkan jiwa dan
menghidupkan akhlak yang luhur, serta mengangkat nilai-nilai keutamaan dalam waktu relatif singkat, seperti yang
dilakukan oleh Muhammad.” Dalam bukunya yang berjudul: “Muhammad”, ia menulis: “Di antara sifat Muhammad
yang mulia yang patut disebutkan dan layak dikenang, kelembutan dan penghargaan yang merupakan perangai sehari-
hari dengan para sahabatnya, meskipun terhadap mereka yang paling rendah tingkat sosialnya sekalipun. Suka
memaafkan, rendah hati, kasih-sayang, dan lemah-lembut, kesemuanya itu sudah membudidaya dalam dirinya. Cinta
kasih terhadap semua orang yang hidup di sekitarnya, sudah tertanam dalam. Ia segan untuk mengatakan ’tidak’,
meskipun ia tidak mampu untuk memenuhi hajatnya. Ia labih suka berdiam diri dari pada menjawab. Ia bersifat pemalu
melebihi seorang gadis. Aisyah berkata: “’Kalau ia sedang susah, kami dapat melihat pada wajahnya. Dia tidak pernah
menyusahkan orang kecuali dalam rangka fi sabililllah. Dia hampir tidak pernah menolak undangan seseorang

67
meskipun si pengundang tersebut seorang fakir miskin, dan tidak pernah menolak hadiah seseorang meskipun kurang
bernilai. Kalau duduk berhadapan dengan siapapun orangnya, ia tidak pernah mengangkat lututnya, merasa angkuh
atau sombong. Ia seorang yang lemah-lembut dan kasih-sayang pada anak-anak. Kalau ia melewati kumpulan anak-
anak yang sedang bermain-main, selalulah ia mengucapkan salam kepada mereka. Ia kerap kali mengajak orang lain
untuk makan bersama tanpa memandang status sosialnya, memperlakukan musuh yang paling keras sekalipun, dengan
hormat dan murah hati, walaupun di saat menang dan terhadap penduduk Mekah yang telah bertahun-tahun
memaklumkan perang dan tidak mau tunduk kepadanya, sehingga semua kabilah Arab yang paling keras memusuhinya
bertekuk lutut kepadanya. Nampak pula dimensi berpikirnya jauh ke depan.”
Ketika William ditanya tentang nabi Muhammad, dikutip dari majalah Al-Hilal tahun IV nomor 7, ia menjawab:
“Dalam akidah Muhammad, manusia itu digambarkan sama sekali tidak berdaya di hadapan kekuasaan Allah swt., dan
ia tidak mempunyai alasan serta dalih di hadapan-Nya. Namun Dia banyak memberikan maaf. Dalam akidahnya juga,
semua manusia bersaudara dengan manusia yang lain. Pada hari kiamat Allah tidak akan menghilangkan dari hitungan-
Nya, amal seseorang yang sebesar zarrah pun yang telah dilakukannya selagi ia hidup di dunia ini.”
43.Thomas Carell
Seorang orientalis yang belajar bahasa Arab di Bagdad dan mengajarkannya di Cambridg, Inggris, Hidup antara
tahun 1762-1805. Dalam bukunya yang berjudul: “Muhammad Rasulul Huda war Rahmah”, diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab oleh Muhammad As-Siba’i, penulis Mesir terkenal, pada halaman 4 menyatakan: “Orang-orang fanatik
dan kafir itu menuduh bahwa Muhammad dengan kegiatannya hanyalah mencari popularitas pribadi, kecermalangan
wibawa dan kekuasaan. Demi Allah, tidak demikian. Sungguh dalam kalbu orang besar putra padang pasir yang
gersang itu, yang kedua matanya memancarkan sorotan tajam, yang jiwanya bergejolak, penuh rahmat, kebajikan,
kerinduan, bakti, penuh hikmah, memiliki bukti kuat, pikirannya tidak pada keduniaan dan tuntutannya tidak cederung
pada kewibawaan dan kekuasaan. Sudah menjadi kebiasaan Muhammad hidup menyepi, jauh dari kebisingan manusia
pada bulan Ramadhan, seperti juga adat sebagian besar bangsa Arab pada waktu itu, suatu kebiasaan terpuji. Alangkah
besar daya guna kebiasaan itu, terutama bagi seorang seperti Muhammad. Dia hidup menyepi bersama dirinya dan
secara diam-diam berdialog dengan pribadinya di tengah pegunungan beku membatu, berusaha membuka dadanya
untuk mengisinya dengan rahasia alam yang tersembunyi. Sungguh kebiasaan terpuji. Sungguh risalah yang ia tunaikan
hanyalah suatu kebenaran yang gamblang, dan suara yang ia kumandangkan hanyalah suara kebenaran yang menggema
dari alam yang tidak dikenal, namun ia sepotong kehidupan yang menguak keluar dari kalbu alam, maka iapun
bagaikan berkas cahaya yang menerangi alam raya ini.”
Dalam halaman 7 ia berkata: “Sungguh memalukan bagi seorang beradab yang masih mau mendengarkan
tuduhan bahwa agama Islam itu bohong, atau bahwa Muhammad itu pembohong. Kini sudah tiba saatnya bagi kita

68
untuk memerangi cerita palsu dan berita profokasi itu. Apakah dapat diterima akal kalian, seorang pembohong bisa
menciptakan suatu agama? Demi Allah, seorang pembohong tidak akan mampu meskipun hanya mendirikan rumah
dari batu.” Halaman 53, dalam bukunya yang berjudul “Pengaruh Islam dan Jasanya terhadap bangsa Arab”, antara lain
berkata: “Allah dengan perantaraan Islam telah mengeluarkan bangsa Arab dari kegelapan ke alam nan terang, dan
telah menghidupkan mereka dari suatu umat yang mati. Bukankah mereka itu semula terdiri dari kaum Badui yang
malas lagi miskin, yang mengarungi padang pasir gersang, sejak dunia berkembang belum pernah terdengar suaranya
dan belum pernah terasa gerak kehidupannya, lalu Allah berkenan mengirimkan kepada mereka di Mekah seorang nabi
dari sisi-Nya, membawa risalah dari kerajaan-Nya, tiba-tiba kemalasan itu berubah menjadi kemasyhuran, kebodohan
menjadi kepintaran, kerendahan berubah menjadi ketinggian, dan kelemahan menjadi kekuatan. Cahayanya memancar
terang dan sinarnya mencapai penjuru mata angin: utara, selatan, timur dan barat, hanya dalam tempo seabad dari
peristiwa itu, sehingga kerajaan Arab tersebut memiliki orang-orang di India dan di Andalusia. Semuanya adalah berkat
cahaya keutamaan, kemuliaan, budi luhur, kekuatan, suka menolong, kecermelangan kebenaran dan hidayat.
Demikianlah bangsa Arab itu hidup dalam tingkat keutamaan dan mencapai puncak kemuliaan, selama mereka
berpegang teguh pada agamanya yang menyakinkan dan melaksanakan metode keimanannya.”
Orietalis tersebut telah melukiskan Muhammad dengan gambaran yang sebaik-baiknya. Bahkan dalam bukunya
“Al Abthal”, ia melukiskan kepiawaian dan kepahlawanan Muhammad lebih terinci.
44.Phitteli
Seorang orientalis pembahas, dan sejarawan besar, hidup di sekitar 1815-1890, dalam mukadimah bukunya yang
berjudul: “Al-Hayat”, diarabkan oleh Dr. Sami Al-‘asya dari Mesir, ia berkata: “Adakalanya seorang sejarawan
menyimpang dalam tulisannya untuk mengamati kehidupan seorang yang telah berhasil mendapatkan kekuatan yang
luar biasa dan berhasil menguasai pikiran dan tindak tanduk para pengikutnya, kepiawaiannya telah berhasil menyusun
dasar-dasar agama yang luhur, politik, dan hingga kinipun ia masih menguasai jutaan orang dari berbagai warna kulit
yang berbeda-beda. Sungguh keberhasilan Muhammad sebagai pembuat undang-undang di antara umat Asia yang
paling tua dan kstabilan tatanannya berabad-abad lamanya, hidup dalam berbagai aspek kerangka kemasyarakatan,
merupakan bukti bahwa lelaki yang piawai itu sendiri dari berbagai unsur kemampuan.”
45. Jhon Arouks
Dalam bukunya “Udhama’u Tarikh” halaman 83, ia menulis: “Kami tidak pernah mengetahui bahwa Muhammad
telah melakukan suatu kerendahan sepanjang hidupnya. Karena itulah kami memandangnya seorang yang besar.”
46. San Phibel

69
Dalam bukunya “Yasu’ wa Muhammad”, halaman 9 ia menulis: “Sesungguhnya Muhammad datang membawa
undang-undang sipil dan agama untuk untuk kaum muslimin. Apabila mereka ingkar, maka mereka telah
menghilangkannya.”
47. Elias John Gibb
Salah seorang orientalis terkenal. Meninggal dunia di kampung halamannya, Cardiff-Inggris, pada tahun 1903.
Banyak tulisannya yang diterbitkan sesudah ia meninggal dunia, antara lain: “Al-Arab Qablal Islam wa Ba’dahu”,
di sana ia menyatakan: “Akidah Muhammad itu murni, tiada keraguan dan kepalsuannya. Siapa yang menyangkal
kehormatannya, maka orang itu layak dicurigai pemahamannya dan akal pikirannya.”
48. Bernard Shaw
Hidup pada tahun 1817-1902. Konon ia menulis buku dengan judul “Muhammad”, yang telah dibakar oleh
pemerintah Inggris, di antara isinya ialah: ”Dunia sangat membutuhkan seorang yang berpikiran seperti Muhammad.
Nabi ini telah menempatkan agamanya dalam tempat terhormat dan tersanjung. Ia merupakan agama terkuat untuk
menggulung semua peradaban, kekal abadi untuk selama-lamanya. Aku melihat banyak di antara bangsaku yang telah
menganut agama ini dengan sadar, dan aku yakin agama ini akan menemukan lahan subur dalam benua ini, yaitu
Eropa.” Di salah satu pernyataannya yang lain ia mengatakan: “Kalau dunia ini ingin selamat dari kejahatan-
kejahatannya, maka cepat-cepatlah ia memeluk agama ini. Ia suatu agama perdamaian, gotong-royong dan agama
keadilan di bawah naungan syariat yang berperadaban dan teratur rapi. Tidak ada masalah apapun di dunia ini,
melainkan dilukiskan dan ditimbang dengan timbangan yang tidak mengenal salah sama sekali. Aku telah menyusun
sebuah buku dengan judul “Muhammad”, namun begitu ia diterbitkan, langsung dilarang penyebarannya karena tradisi
Inggris.”
Dalam bukunya “Azzanjiyah Tabhatsu ‘anil-lah”, diarabkan oleh Al-Ustad Abdullathif Syararah, pada halaman
213 ia menyatakan: “Sesudah Al-Masih 600 tahun, Muhammad mengadakan lompatan jauh ke depan, dari keberhalaan
yang buta-tuli lagi mematikan, ke agama tauhid yang terang benderang. Ia meninggal dalam keadaan menang. Nampak
mustahil baginya menggiring kaumnya menganut ketuhanan tanpa menanamkan rasa cinta, dan membangkitkan
semangat rela menantikan janji kenikmatan bagi kaum mukminin, dan menakutkan mereka dari ancaman bagi para
pembangkang yang nahas, sesudah roh mereka berpisah dari tubuhnya. Dia juga dengan terpaksa, atas desakan yang
jujur dan ikhlas, menampilkan beberapa mukjizatnya untuk diperlihatkan kepada beberapa orang pengikutnya yang
masih senang pada khurafat dan kekanak-kanakan. Sebelum Islam kembali sebagai suatu keimanan yang hidup,
diperlukan adanya penelitian kembali dan pengenalan mendalam pada watak hakiki dari agama itu.”
49. Sir Herbert Spencer

70
Seorang filsuf, lahir di Cardiff, Inggris, pada tahun 1820 dan meninggal pada tahun 1903 Dalam bukunya:
“Ushulul Ijtima” pada halaman 37, ia menyatakan: “Hendaklah kalian menjadikan Muhammad sebagai perlambang
politik agama yang tepat, dan seorang yang paling jujur dalam menerapkan sistemnya yang kudus, di tengah-tengah
umat manusia seluruhnya. Muhammad merupakan suatu sosok amanat yang dijelmakan dalam kejujuran yang murni,
siang dan malam selalu tekun untuk menghidupi umatnya.”
50. Mister Marcudar
Lahir di Inggris (1837-1893), seorang orientalis. Dikutip dari majalah “Al-Hilal” tahun VI nomor 9, antara lain ia
menyatakan: “Muhammad memperlakukan sama antara orang kaya dan orang miskin. Sungguh ia seorang nabi yang
berkeberkatan yang diutus Allah untuk segenap umat manusia.”
51. Sir Palmer
Seorang orientalis yang lahir pada tahun 1795 dan meninggal pada tahun 1883. Menerjemahkan Al Qur’an ke
dalam bahasa Inggris, dan di dalam mukadimahnya ia menyatakan: “Muhammad datang dengan membawa prinsip
agung dan agama dunia. Sekiranya umat manusia sadar, tentulah ia jadikan akidah dan metode dalam perjalanan
hidupnya. Muhammad seorang terkenal agung dalam akhlaknya, agung dalam sifat-sifatnya, agung dalam agama dan
syariatnya. Kiranya tidak berlebih-lebihan kalau saya menyatakan, bahwa syariatnya telah memberikan pelajaran
kepada umat manusia, peraturan dan perundang-undangan, dan tidak ada agama terdahulu yang menyamainya. Umat
Islam yang kemudian menganutnya sebagai prinsip dan sekaligus juga sebagai akidah, karena mereka mengetahui
kandungannya berupa kehidupan kerohanian dan landasan-landasan yang kukuh kekar.”
52. Mister D.S. Margoliouth
Hidup pada tahun 1868-1940. Orientalis Inggris ini menjadi salah seorang anggota Lembaga Ilmu di Damaskus.
Menerbitkan dam menerjemahkan “Ma jamul Udaba’”, karangan Yaqut Al-hamawi, “Al-Ansab”, karangan Sam’ani
dan “Rasailul Mu’arri” ke dalam bahasa Inggris. Pada suatu waktu di tahun 1927, ia diundang menghadiri peringatan
Maulid Nabi saw. di Damaskus, lalu sambutnya: “Sesungguhnya hari lahirnya Muhammad adalah hari besar dunia,
bukan untuk bangsa Arab saja. Karena ia tidak dilahirkan, melainkan untuk suatu masalah besar, yaitu untuk
menyampaikan risalahnya ke seluruh jagat raya ini. Ada yang mau menerimanya dan ada pula yang menolaknya. Ia
amat padat dengan ramuan peradaban dan pelajaran yang mengabdikan diri untuk kemanusiaan serta memberinya
kendali kepemimpinan dalam kehidupan. Akan tetapi risalah itu diterima oleh suatu umat yang tidak memahami isinya,
dan isinya yang terbaik ialah kemampuannya untuk dapat menyesuaikan diri dan abadi, meskipun usianya sudah
lanjut.”
53. Stanly Gifones

71
Lahir pada tahun 1841 dan meninggal dunia pada tahun 1904. Lama mengembara ke pedalaman Afrika. Dalam
bukunya yang berjudul: “Ad-Diyanaat wal ‘Ushur” pada halaman 511, ia menulis antara lain: “Berdasarkan
pengamatan kami pada zaman para nabi, terbukti bahwa mereka datang untuk memecahkan berbagai masalah yang
tidak dapat dipecahkan oleh akal manusia. Sebelum risalah Musa, Bani Israil tidak menemukan jalan keluar dari
ancaman Fir’aun atau untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa dan hal-hal lain yang perlu perbaikan. Sebelum risalah
Isa Almasih, tidak terdapat jalan keluar untuk memberikan harapan kepada jiwa yang putus asa, di suatu zaman di saat
perkumpulan-perkumpulan rahasia sedang mengadakan persekongkolan untuk mengadakan pembunuhan terhadap
orang-orang kaya, karena pada waktu itu masyarakat menderita kekurangan dan kemiskinan, di tengah raja dan para
hulubalangnya yang gemar menimbun emas. Materi lebih utama daripada keutamaan. Karena itulah Isa diutus dengan
akhlak kerohanian. Ternyata Isa membawa pemecahan unik, bukan rekayasa akal manusia, ucapnya, ‘Kalian tidak
harus membawa bekal perjalanan, tidak perlu menyimpan dua pakaian dan tidak usah membawa tongkat.” Dia
mengajarkan kesederhanaan hidup pada orang, bahkan ia mengatakan, ‘Orang kaya tidak akan masuk ke dalam
kerajaan langit.’ “Nubuat Muhammad datang untuk mengobati berbagai aspek kehidupan secara umum. Yang jelas
dakwahnya telah menggoncangkan sendi-sendi dunia dan menguasai sebagian besarnya.”
54. Sir Muir
Dalam bukunya “Tarikhu Muhammad”, pada halaman 20, cetakan tahun 1912, tulisnya: “Sesungguhnya
Muhammad, nabinya kaum muslimin itu, sejak kecil digelari Al-Amin berdasarkan kesepakatan masyarakat negerinya
karena keluhuran akhlak dan kebersihan perangainya. Kalau ada gelar kehormatan yang patut diberikan kepada
seseorang, maka Muhammadlah yang paling berhak menerimanya. Sudah tentu orang tidak akan mengenal kalau ia
tidak mau mengetahuinya. Sungguh berbahagia orang yang berkesempatan mengamati sejarahnya yang mulia dengan
cermat, sejarah yang ditinggalkan Muhammad di atas semua rasul dan pemikir dunia.”
55. Hilliar Blaoun
Seorang orientalis lahir pada tahun 1847, dalam bukunya “Fikratul Hayat”, halaman 63 dan 64 antara lain
menyatakan: “Ketika kota-kota di kawasan kekaisaran Bizantium berpestapora memperingati kemenangan Heraclius
terhadap Parsi, ketika semua semua warga masyarakatnya sedang bergembira ria, terjadilah mukjizat Muhammad.
Sesuatu yang belum pernah dibayangkan dan diimpi-impikan orang. Suatu peristiwa yang lebih menyerupai gempa
bumi atau banjir besar yang datang dengan cepat dan keras, tanpa ada tanda-tanda terlebih dahulu. Tidak ada gejala
yang mendahului peristiwa besar itu, tidak ada alamat yang memungkinkan orang dapat berjaga-jaga. Belum seberapa
lama dari kemenangan Heraclius itu, ketika pasukan berkuda dari gurun sahara melintasi kawasan kekaisaran
Bizantium, tidak pernah ada orang yang mendengar cerita tentang mereka sedikit pun, selain bahwa mereka
sekolompok nomaden, manusia pengembara yang berpindah-pindah dengan kuda dan ontanya untuk mencari padang

72
rumput dan sumber mata air. Mereka adalah bangsa badui.” Selanjutnya kata Hilliar Blaoun: “Pada kesempatan ini
saya menyatakan, bahwa mukjizat sepenting itu sangat jauh pengaruhnya dengan keberhasilannya yang luar biasa,
nampaknya hal tersebut didukung oleh kekuatan yang tidak dapat ditafsirkan, dan berdasarkan sumber-sumber serta
dokumen-dokumen yang ada pada kami, kiranya dapat menolong kami untuk memahami sebab-sebab yang
menjadikannya suatu masalah yang faktual dan dapat diinderakan.”
56. Sir Charles Arman
Seorang sejarawan terkenal, lahir pada tahun1886, dan meninggal dunia pada tahun 1940. Dia mengarang sebuah
buku kecil tentang Islam, antara lain tulisnya: “Sesungguhnya kepribadian Muhammad itu bersemangat revolusioner
dan bergolak mengungguli kekuatan pribadi biasa yang mendapat kurnia. Negara Arab belum pernah melahirkan
seseorang, baik sebelum maupun sesudahnya, yang mampu memberikan kesan cemerlang dalam sejarah dunia.
Sungguh menertawakan sekali anggapan sebagian orang yang menyatakan bahwa hal tersebut merupakan suatu
konsekuensi logis dari keadaan ideal dan ekonomi pada abad ke 7 sesudah Masehi di negara Arab. Bahkan prinsip
ajaran yang dibawanya adalah prinsip yang dianut oleh semua umat dan dengan cepat idenya itu dapat direalisasikan di
negara Arab, karena memang dipandang sangat berguna, dan tidak ada di antara agama-agama yang lalu yang
memeranginya.”
57. Mark MullerOrientalis dan penulis buku cerita (1790-1865). Lama mengembara di berbagai Negara Arab. Di
antara bukunya ada yang berjudul “Muhammad wa Muhammadiyah”, di halaman 27 tertulis: “Kaum Masehi akan
terperanjat menyadari bahwa Muhammad adalah salah seorang pendukung Al-Masih, dan agama Al-Muhammadiyah
(Islam) tiada lain salah satu pembela agama Nasrani. Pada saat yang sama kaum Muslimin dan Masehi akan terperanjat
pula pada penyebab yang mengakibatkan mereka bertengkar dan berperang dalam sejarah. Kaum Masehi di dunia akan
mengetahui dan menyadari bahwa agama Muhammad itu bersih dari tipu daya, dan bahwa ia mengandung penawar
yang mampu memulihkan penyakit umat manusia.”
58. Bossurt Smith
Seorang ilmuwan besar, lahir di Newcastle pada tahun 1815 dan meninggal pada tahun 1892. Ia tergolong
seorang ahli pikir dan ahli kimia. Bukunya tentang orang timur, antara lain berjudul: “Al-Adabu fi Asia”, berkata dalam
mukadimahnya: “Sesungguhnya mukjizat abadi yang diserukan Muhammad ialah Al Qur’an, yang merupakan suatu
fakta nyata. Kalau kita amati situasi pada waktu itu, bagaimana para sahabatnya mengikuti dan menghargainya,
kemudian kita perhatikan pula pastor-pastor gereja atau dengan paus-paus pada abad-abad pertengahan, niscaya kita
akan melihat mukjizat agung yang dimiliki Muhammad, nabinya kaum muslimin itu. Dia tidak menunggu takdir
membawa mukjizat, namun apa yang dikatakan, lansung dilakukan dan disaksikan oleh para sahabatnya pada saat itu
juga. Sahabatnya tidak pernah bercerita tentang mukjizat yang tidak dilakukan atau dipungkiri kedatangannya. Mana

73
lebih kuat dari bukti itu? Muhammad pada akhir hayatnya mengaku seperti apa yang diakui pada awalnya, bahwa ia
benar-benar adalah Rasul Allah. Saya yakin bahwa pada suatu waktu, filsafat Masehi yang agung akan mengakui hal
itu.” Dalam buku “Muhammad wal Islam” ia menulis sbb: “Walau kita menghargai sejarah Islam, karena kita
melihatnya dari jendela keadilan, maka samalah dengan kita menghargai pimpinannya yang telah meletakkan batu
pertamanya, yaitu Muhammad, yang mau tidak mau kita harus mengakui, bahwa ia seorang besar dengan akal
pikirannya, dan dengan agamanya. Orang Nasrani dan kaum lainnya yang ikhlas harus bersikap adil, sampai benar-
benar memahaminya kelak.” Pada halaman 346 dari bukunya “Hayatu Muhammad”, ia menyatakan: “Sesungguhnya
Muhammad datang dengan sebuah Kitab yang memuat perundang-undangan syariat, peribadatan dan berita umat-umat
yang lalu. Kalimat-kalimatnya bersih dari kata-kata yang buruk, hikmah dan hakikatnya cemerlang, dan dia merupakan
satu-satunya mukjizat nabi yang paling besar.”
AMERIKA
59.Doktor Litnez
Dalam salah satu artikel di majalah “Al-Muqthtif” edisi V tahun ke 4, yang diarabkan oleh Al-Ustad William
Basila dari Mesir, ia menulis: “Muhammad adalah seorang nabi yang diberi wahyu oleh Allah. Pada suatu waktu, Dia
mewahyukan kepadanya denga nada gusar, karena ia telah memalingkan wajahnya dari seorang tunanetra yang miskin,
lantaran sedang berbicara dengan seorang kaya lagi berwibawa. Wahyu itupun telah disiarkannya juga. Kalau tuduhan
sebagian orang Kristen yang tolol itu terhadap dia memang benar, tentulah wahyu itu tidak mungkin bisa ditemukan
dan tentu pula dia akan hilang ditelan zaman.”
60. Andra Williams
Dalam buku orientalis ini yang berjudul “Amriki fil Biladil ‘Arabiyah”, yang diarabkan oleh Umar An-Nashar, ia
menyatakan: “Mungkin nama Muhammad adalah nama paling popular di dunia dan banyak diepergunakan oleh orang
Arab yang telah melihat cahaya memancar dari negeri jauh di tengah-tengah jazirah Arab, yaitu Mekah pada tahun 571
Masehi. Kepadanya Allah telah mewahyukan firman-Nya, kemudian dibukukan dan disebarluaskannya. Ia menyeru
para sahabatnya untuk percaya kepada Allah Yang Mahaesa sebagai Rabb mereka, dan dengan Muhammad bin
Abdullah sebagai Rasul-Nya. Memerintahkan melakukan amal saleh dan melarang melakukan perbuatan keji. Telah
menetapkan suatu Kiblat untuk mereka dalam menunaikan shalat. Ia berpulang ke rahmatullah sesudah tahun 633
Masehi, dengan meninggalkan untuk kaumnya suatu agama baru, Kitab Wahyu, risalah besar untuk mengembangkan
agama dan menegakkan peradaban. Pada masa hidupnya ia menyeru pada persaudaraan baru, persaudaraan seorang
muslim dengan saudaranya sesama muslim, tiada beda antara yang pertama dan yang kedua, baik dia seorang amir
maupun seorang hamba sahaya, melainkan dengan amal saleh, perbuatan yang mulia. Kemudian ia mengirimkan
kaumnya untuk menyerbu dunia, untuk mempersatukan bumi dalam satu kesatuan. Kita menemukan Islam keluar dari

74
satu medan ke medan lainnya dengan meraih kemenangan, sehingga dunia lama, baik di Timur maupun di Barat tunduk
pada kekuasaannya.”
61. Harun Marcos
Hidup pada tahun 1812-1887. Seorang doktor dalam ilmu filsafat. Dalam bukunya yang berjudul “Hayatu
Muhammad, Nabiyul Muslimin”, ia berseru: “Marilah kita mencari titik temu, kami ingin mengutarakan Islam yang
benar dan nabinya yang besar. Pembicaraan kita sekarang mengenai pemerintahan Islam pada permulaan Islam. Kami
akan membentangkan tatanannya pada pada masa pimpinannya, kepala dan panglima tertingginya masih hidup,
Rasulullah yang pemurah itu. Supaya kami dapat mengutarakan bahwa para sahabat, para khalifah, dan pimpinan
Islam, dahulunya melakukan kewajibannya dengan amanat dan cermat, sesuai dengan ajaran syariat yang mulia yang
dibawa Muhammad. Pada waktu itu tidak ada dukung mendukung dan partai-partai, akan tetapi sebaliknya dari itu.
Pemerintahan Islam pada waktu itu memiliki seluruh kaum muslimin secara utuh, sebagai suatu lembaga kebersamaan
yang terjalin erat. Berbicara dengan benar, mewakili lidah seluruh kaum muslimin. Tiap-tiap muslim mendukung dan
memperkuat saudaranya sesama muslim, dan menjadi kewajiban mereka untuk ikut merasakan derita yang dialami oleh
saudaranya yang lain. Keadilan Muhammad mencapai semua anggota kaum muslimin. Muhammad adalah seorang
pemimpin, seorang panglima dan sekaligus seorang politikus dalam arti kata kepemimpinan politik yang paling mulia
dan agung. Ini nampak dalam potretnya yang paling indah yang pernah dikenal manusia. Kiranya layak bagi kita, jika
berbicara tentang kepemimpinan politik untuk menangkis semua tuduhan palsu yang masih saja melekat dalam benak
orang-orang yang dangkal akalnya, yang tidak mempunyai kemampuan sebiji zarrahpun untuk berpikir logis. Begitu
pula dengan fitnah dan kepalsuan yang selalu diulang-ulang oleh orang-orang dungu itu, yang menuduh tidak ada
hubungan antara agama dan politik, suatu perkiraan yang sangat salah.”
62. George Toldez
Lahir di Chicago (1815-1897). Dia pernah menjabat sebagai direktur Bank Dagang di sana. Banyak juga
karangannya, antara lain mengenai adat istiadat bangsa Arab, “Al-Hayat’, di dalamnya ia menulis: “Merupakan suatu
kezaliman yang keji kalau kita memicingkan mata terhadap hak-hak Muhammad, padahal kita tahu benar, bagaimana
keliaran bangsa Arab sebelum ia diutus, dan bagaimana pula keadaan itu dapat merubah secara drastis, sesudah ia
mengumumkan kenabiannya. Bagaimana agama Islam telah memberikan pancaran cahayanya dengan puas, kepada hati
jutaan orang yang menganutnya dengan penuh rasa rindu dan kagum terhadap keutamaannya. Karena itulah,
meragukan kerasulan Muhammad samalah dengan meragukan takdir Ilahi yang meliputi seluruh alam raya ini.”
63. Profesor Hocniel
Lahir di Michigan (18340-1891) Dalam mukadimah bukunya yang berjudul “Asy-Syarq” ia menulis antara lain:
“……….. Rumah Muhammad yang besar itu di Madinah, merupakan pusat pertama dari agama baru itu. Ia tidak lebih

75
dari sebuah pelataran yang dibangun dengan tanah liat, dinding-dindingnya didirikan dari batu bata yang dibakar,
tingginya kira-kira 11 kaki Di dalamnya berdiri gubuk-gubuk sederhana dan lorong-lorong, beratapkan daun-daun
korma, disediakan bagi para istri dan para pengikutnya yang gemar beribadat. Itulah cikal bakal peradaban Islam
pertama.”
64. Mister Aurich
Seorang sejarawan besar, dalam buku pertamanya “Al-Hayatu wal Islam”, ia menulis: “Sebenarnya nabi terakhir
itu adalah seorang yang sederhana, berbudi luhur, berpikiran jauh, agung serta memiliki pendapat yang luar biasa
tingginya. Kata-katanya yang pendek sangat indah dan memiliki pengertian yang dalam. Sungguh ia seorang kudus
yang mulia.”
65. Mister Stanly Lane Poole
Dilahirkan di Amerika pada tahun 1880. Dalam bukunya “Aqwalu Muhammad” antara lain ia menulis: “Dan ia
seorang pengasih sayang, suka mengunjungi orang sakit dan orang miskin, menyambut undangan para hamba dan
budak. Ia menjahit bajunya dengan tangannya. Dengan demikian ia adalah seorang nabi yang kudus. Dibesarkan dalam
keadaan yatim dan miskin, hingga menjadi seorang pemenang perang yang agung.”
66. Mark

Seorang orientalis, lahir di Grennland Amerika (1795-1868). Dalam bukunya “Uzhama’usy Syarq” halaman 93,
antara lain ia tulis sebagai berikut: “Roh Islam telah memancar dari Muhammad Rasulullah kepada kaum muslimin,
kepada para da’i dan orang-orang saleh, dengan roh nan kuat itu pulalah, yang memaksa nabi hijrah dari Mekah ke
Madinah. Sementara kaum musyrikin berusaha keras mencari untuk mengganggunya dan bahkan untuk membunuhnya.
Anehnya lawan-lawan nabi itu tidak mau membiarkan nabi keluar dari Mekah, malah mereka berusaha mencegahnya
jangan sampai hijrah. Mereka mengepung rapat rumahnya untuk menangkap atau membunuhnya. Namun roh
terpendam yang menggelora semangat, telah mengilhaminya supaya mengambil segenggam pasir dan melemparkannya
pada lawan-lawannya itu. Maka mereka pun tertidur dan nabi selamat dari pengepungan menuju ke padang pasir dan
bersembunyi di gua Ghar (Tsur) Jangan Anda mengira bahwa persembunyiannya di gua itu dapat menyelamatkan diri
dan nyawa dari kematian. Namun Islam dan kekuatan kerohaniannya yang bersemayam di dalamnya, telah menjadikan
burung dara bertelur di mulut gua tersebut. Berbagai pikiran simpang siur dalam benak mereka. Akhirnya mereka
berkesimpulan, bahwa nabi bagaimanapun juga, tidak mungkin berada dalam gua itu. Bagi siapa yang beriman
terhadap keesaan Allah, tentulah dengan mudah ia menyaksikan kekuatan Tangan Allah yang menggerakkan alam
semesta ini, meskipun ia tidak melihatnya dengan indera penglihatan semata, terutama ketika nabi dikepung rapat oleh
musuh-musuhnya, tiba-tiba datang pertolongan Allah yang tidak terlihat berupa burung merpati yang bersarang di
mulut gua itu.”

76
67. Washington Arowich
Pada suatu peringatan Maulid Nabi saw. di Detroit, tahun 1934, yang dikutip majalah “Ar-Rafiq”, jilid III nomor
4, dalam sambutannya mengatakan: “Muhammad bukan hanya tidak suka pada dunia, malah ia mendapat cemooh dan
hinaan yang luar biasa dari kaumnya, sehingga ia terpaksa meninggalkan kampung halamannya. Baginya yang
terpenting meluruskan akidah. Cita-citanya luhur, keyakinan pada Rabbnya indah sekali. Keyakinan pada syariat-Nya
melampaui keyakinan semua rasul yang terdahulu. Sebagai buktinya, dapat saya kemukakan sabdanya, ‘Kalau mereka
meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, dengan maksud supaya aku menghentikan
dakwahku ini, tidak mungkin aku akan meninggalkannya.”

JERMAN
68. Dr. Theodore Noeldeke
Seorang orientalis terkenal, lahir di Hamburg, ibu kota perdagangan pada trahun 1836, meninggal pada tahun
1920. Menekuni berbagai bahasa Timur: Suryani (Syria kuno), Parsi dan bahasa Arab. Dia juga menyusun “Tarikhul
Qur’an”. Dalam halaman 83, antara lain ia menyatakan: “Al Qur’an turun kepada Muhammad, nabinya kaum
muslimin, bahkan nabinya dunia, karena ia datang dengan agama besar ke dunia ini, dengan suatu syariat yang terdiri
dari sastra dan pelajaran-pelajaran. Maka wajiblah kepada kita untuk bersikap adil dalam berbicara tentang
Muhammad. Karena kita tidak pernah membaca tentang Muhammad, selain sifat-sifat kesempurnaan belaka, maka
layaklah ia mendapat penghormatan.”
***
SUDAH PANJANG deretan nama-nama yang terpampang. Walau tidak semua yang tersalin. Apakah dari Amerika,
Jerman, Belanda, Denmark, Belgia, Swedia, Kanada, Italia, Skotlandia, Yugoslavia, Argentina, Irlandia, Spanyol,
Rusia, dan sebagainya lagi. Namun satu hal yang jelas, kepribadian Rasul saw. yang luhur terpuji itu, mereka akui
dengan penuh penghormatan dan penghargaan. Meski kehati-hatian di dalam membaca buku para orientalis itu,
ketelitian melihat, memperhatikan, mencerap, memengertikan, menyaring makna kata-kata atau kalimat, tetaplah harus
dilakukan. Karena banyak di antara mereka, kadang-kadang tidak jujur di dalam menuliskan tentang Islam maupun
Rasul-Nya saw.. Seringkali juga memanipulasi kata, menggelincirkan pengertian, merancukan pembacanya, lewat kata
atau kalimat yang digunakan. Meski ada diantara mereka yang mendapat hidayah dan masuk ke dalam Islam, setelah
memperlajari dan mengkajinya.
Di sela-sela rasa syukur dan terima kasih pada orientalis tadi, yang telah mau dan bersusah payah mempelajari
masalah ketimuran Islam; sastra, bahasa, sejarah, budaya, agama, segala sesuatu dari peradaban Islam dan adat-istiadat
Timur Arab, sampai Balkan, Andalusia, Sisilia, namun, patutlah disesali dan disayangkan; bahwa apa yang dipelajari

77
dan diketahui para orientalis itu, kadang tidak membawa manfaat bagi diri mereka sendiri sebagai pengkaji dan
peneliti. Apalagi bagi pembaca atau pencerna. Malah mendatangkan kerancuan, kebimbangan, keraguan, pengikisan
akidah, pada sebahagian pembacanya. Yang mungkin awam, belum, kurang jeli dalam melihat dan memahami, tidak
mengetahui hakikat Islam itu sendiri secara benar. Apakah itu disebabkan karena faktor diri yang sudah sedemikian
rupa memasung mereka; di mana telinga pekak tak mau mendengar pesan-pesan. Hati tertutup tak mau menerima
hidayah dan kebenaran. Akal tumpul tak sehat lagi, hingga penglihatan buram tak jelas. Kalau tidak mau dikatakan buta
sama sekali, tak bisa melihat mana yang baik dan tidak. Mana yang benar dan salah. (QS 7: 179, 2:256, 20:125-126)
Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau himpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya
adalah seorang yang melihat? Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka
melupakannya, dan begitu (pula) pada hari kamupun dilupakan.” (QS 20:125-126).
Lalu, apakah hal yang demikian terjadi, disebabkan fanatik buta terhadap doktrin agama yang dianut? Atau
keinginan terhadap kedudukan dan harta? Atau sebutan dan gelar-gelar lain yang membanggakan, yang menandakan
hawa nafsu kebodohan dan kezaliman begitu merajai? Namun satu hal yang jelas, hal ini terkait pada masalah agama
dan missionarisme. Politik, sosial, ekonomi, penjajahan, imperialisme, kolonialisme, hal-hal lain yang mendasari.
***
ORIENTALISME

Untuk lebih memperjelas ini, perempuan atau ibu itu, mengambil sebuah buku dari meja tulisnya. Yang
berkenaan dengan masalah tersebut. 30) ‘Orientalisme Serbuan Ideologis Dan Intelektual’, Mustolah Maufur, MA.
Pustaka Al- Kautsar, 1995.
Menurut buku tersebut, kata orientalisme berasal dari bahasa Prancis, yaitu ‘orient’, dan berarti ‘timur’. Sedang
dalam bahasa Latinnya, ‘oriri’, yang berarti, ‘terbit’.
Dalam bahasa Prancis dan Inggris, ‘orient’ berarti; ‘arah terbitnya matahari atau bumi belahan Timur. Sedang
‘isme’ berasal dari bahasa Belanda. ‘Isma’ dalam bahasa Latin, ‘ism, bahasa Inggris; berarti ‘A doctrin, theory, or
system.’ Maka orintalisme menurut bahasa dari buku tersebut, dapat diartikan dengan; ‘ilmu tentang ketimuran atau
studi tentang Dunia Timur.
Tapi pengertian orient dalam konteks orientalisme, lebih banyak menekankan pada pengertian Dunia Timur Islam
secara keseluruhan; termasuk Andalusia, Sisilia dan wilayah Balkan, dari pada mengenai Dunia Timur secara geografis
atau politis. Sedang orientalis adalah seorang spesialis tertentu dalam bidang ketimuran.
Orientalisme memberi isyarat pembagian geografis menjadi dua bagian yang tidak seimbang; ‘Barat dan Timur’,
‘dunia berbudaya dan dunia terbelakang’. Orientalisme bukannya ungkapan dari niat tertentu Barat untuk sekedar

78
memahami Dunia Timur, tapi dalam beberapa hal, mengandung strategi untuk menguasai, memanipulasi, bahkan
mencaplok sebuah dunia yang nyata-nyata berbeda dan merupakan alternatif. Maka pengertian yang mengatakan
bahwa; “Orientalism is a study of the character, quality of manner typical of orient people” (Orientalisme adalah studi
mengenai karakter, sifat, tingkah laku bangsa-bangsa Timur) tanmpak sangat bersih dan sederhana, namun tidak
mengisyaratkan pengertian yang dapat memberi batasan-batasan yang jelas.
Sedangkan menurut seorang penulis Turki, Abdul Haq Ediver yang disebut dalam “Turkish Account of
Orientalism”, Muslim World, Vol: 43, 1953 halaman: 276, memberi definisi: “Orientalism is an organic whole which is
composed of the language, religion, culture, geography, history, literature and art of the orient”. (Orientalisme adalah
satu pengertian sempurna yang terkumpul dari pengetahuan yang berasal dari sumbernya yang asli mengenai bahasa,
agama, budaya, geografi, sejarah, kesusatraan, dan seni bangsa-bangsa Timur).
“Pengertian yang dikemukakan oleh penulis Turki tersebut, bersifat umum,” kata penulis itu memberi komentar.
“Belum memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai hakikat orientalisme. Karena tidak memberi muatan yang
mencakup hubungan integral antara aktifitas orientalisme sebagai kajian akademis, dan kegiatan imperialisme serta
misi keagamaan yang akarnya kembali pada satu perbedaan mendasar antara Timur dan Barat, yaitu latar belakang
ideologis dan kultural.”
“Terlepas dari gagasan-gagasan yang ada, orientalisme adalah disiplin akademis yang digunakan Barat, untuk
mendekati Timur secara sistimatis, sebagai topik ilmu pengetahuan, penemuan, dan pengalaman.”
“Dengan pendekatan orientalisme pula, Barat berhasil memantapkan kehadirannya dalam bentuk penetrasi
militer, ekonomi, budaya, dan ideologi, di hampir seluruh wilayah Dunia Timur Islam yang hingga kini pengaruhnya
masih dirasakan kuat,” tulisnya pula. 31) (Orientalisme, Serbuan Ideologis Dan Intelektual, Mustolah Maufur, MA,
Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, 1995, halaman 11, 12, 15)
***
Dan perempuan itu kemudian berpikir: “Jika orang awam yang baru mengetahui sedikit mengenai agama,
membaca tulisan para orientalis satu kata saja, kalau tak hati-hati, barangkali dapat membuat kalimat atau informasi
yang dibaca, menjadikannya bingung. Kacau, rancu, bahkan tak jarang, ragu. Membuat orang yang kurang iman dan
pengetahuan ke Islaman, bisa terpengaruh. Ikut-ikut latah menyuarakan yang sama. Padahal, pembahasan mereka
kadang penuh kekeliruan. Bahkan kebohongan-kebohongan yang disengaja. Malah banyak persoalan-persoalan bahasa
dan kesusastraan serta sejarah, yang disalah gunakan dari kebenaran.”
Dalam pembahasan-pembahasan di Encyclopedia of Islam, kesalahan lebih menonjol lagi. Terutama dalam hal-
hal yang berhubungan dengan soal-soal keagamaan murni.

79
“Meskipun orang-orang orientalis telah memberikan jasa-jasa seperti yang disebutkan di atas, namun mereka
tidak terlepas dari fanatik agama atau fanatik rasial.” Renungnya lagi mengingat buku bacaan yang lainnya. 32)
(Orientalisme, Ditinjau Dari Kacamata Agama (Qur’an Dan Hadits), A. Hanafi, M.A, Pustaka Alhusna, Jakarta, 1981,
halaman 18)
Sehingga tak pelaklah, kegeraman terhadap para orinetalis yang tidak jujur ini, yang menyelewengkan sejarah
perjalanan kehidupan Rasulullah saw., diungkapkan oleh Sekh Sulaiman Annadwy sebagai berikut;
“Margoliuth, guru besar bahasa Arab pada Oxford University, telah menerbitkan kitab yang berjudul
‘Mohammed’ pada tahun 1905 M. Dan ia jadikan kitab ini sebagai lanjutan daripada kitabnya yang membicarakan
tentang ‘orang-orang besar sedunia’. Dia mengarang kitab itu bukan untuk memuji kerasulan Nabi Muhammad, tapi
ingin mengacau apa yang berhubungan dengan sejarah perjalanan nabi. Tidak perduli kenyataan yang diterangkan oleh
ahli sejarah, dan membantah yang dikarang oleh kebenaran riwayat.”
Dan katanya pula: “Mungkin tak ada kitab dalam bahasa Inggris yang amat mencela terhadap Nabi seperti itu.”
33) (Risalah Nabi Muhammad Saw, Seikhh Sulaiman Annadwy, alih bahasa H.Chudri Thaib, Al Ikhlas, Surabaya,
1985, halaman 80)
Masih banyak lagi hal-hal yang menyakitkan umat Islam, yang telah dilakukan para orientalis terhadap kajian
‘akdemis’nya itu. Namun satu hal yang harus dilakukan adalah; bagaimana seorang muslim harus benar-benar
bertanggungjawab atas keislamannya, dengan selalu belajar dan belajar mengenai ajaran agamanya. Sehingga wawasan
keislaman menjadi kuat dan luas. Di samping tak segan-segan pula untuk mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain.
Baik yang berkenaan dengan agama-agama, ideologi, faham-faham, dan sebagainya. Agar selalu jeli di dalam melihat
perbandingan. (QS2: 256).
Bukankah wahyu pertama adalah perintah untuk membaca? (QS 96:1-5)
Dan ilmu adalah sesuatu yang teramat penting di dalam Islam? (QS 58:11, 3:18, 39:9, 20:114, 68:1)
“….dan barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan
baginya untuk menuju surga” (H.R. Muslim dari Abu Hurairah).
“Apabila anak Adam telah mati, maka putuslah segala amal perbuatannya, kecuali tiga hal: Shadaqah jariyah,
ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak saleh yang mendoakannya.” (H.R. Muslim dari Abu Hurairah)
“Menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap muslim.” (H.R. Ibnu Majah, dari Anas bin Malik ra.).
Bahkan, diperintahkan untuk menuntut ilmu walau sampai ke negeri Cina.
Bukankah untuk masuk ke dalam agama Islam, tidak melalui paksaan?
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan
yang sesat…..(QS 2:256).

80
Manusia memang diberi kebebasan untuk memilih. Pilihan itu melalui ilmu. Supaya bisa melakukan studi
komperatif terhadap faham, ajaran, ideologi, dan agama yang lain.
Lalu, ilmu apalagi yang terbaik, kalau bukan Al Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya saw.? Contoh teladan terbaik bagi
manusia di segala aspek dan segi kehidupan itu? Yang bersifat menyeluruh dan sempurna? (QS 39: 17-18, 33:21, 5:3,
34:28, 21:207).
Tidak hanya Islam yang mengatakan begitu. Tapi juga sejarah. Orang banyak yang jujur dan terpercaya, sehat
akal fikiran, memiliki akidah dan akhlak yang baik, menyaksikan, mencatat, menulis, mengetahui, mendengar,
mengkaji, mempelajari, menyelidiki, meneliti, melakukan observasi, dan lain-lain. Dengan berbagai sistematika ilmu
dan keilmiahannya. Seperti yang diketengahkan, diinformasikan, diungkap, ditulis, diceritakan, bahkan, oleh
sebahagian orientalis yang jujur, yang tanpa ragu-ragu lagi kemudian memeluk agama Islam, mendapat hidayah dari
Allah.
***
Ya. Itulah Muhammad Rasulullah saw.. Tipe ideal. Idola setiap manusia yang sehat akal pikiran. Bersih hati. Kuat
iman. Yang kita mesti mencintai, mengikutinya di dalam sepak terjang kehidupan, tingkah laku individual maupun
sosial, demi mencapai kebahagiaan dan keselamatan hidup dunia maupun akhirat! Yang sadar, bahwa hanya jalan-Nya,
dan jalan Rasul-Nya sajalah, yang dapat membawanya ke arah itu. (QS 6:153, 12:108, 3:31, 4:59, 4: 65, 59: 7).
Dan memang, seseorang yang pantas dan patut menjadi idola, teladan dan ikutan, hanyalah pribadi agung yang
memiliki beberapa kriteria persyaratan seperti ini:
1. Memiliki sejarah yang benar. Sah. Perjalanan kehidupannya disaksikan orang banyak yang jujur dan terpecaya.
Memiliki akidah keimanan yang sehat. Mengandung nilai-nilai keilmiahan.
2. Kehidupannya bersifat menyeluruh, meliputi berbagai segi kehidupan, sudut pandang, perbuatan, dan segenap
keadaan.
3. Kehidupannya bersifat sempurna, dalam arti sesuatu terjadi dengan tidak putus-putus, dari satu fase ke fase
yang lain, satu lingkungan ke lingkungan yang lain. Dan seterusnya.
4. Bahwa perbuatan yang dilakukannya itu baik dan benar.
5. Apa-apa yang dikatakan dan diajarkan, diperaktekkan dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan mampu
dilakukan dalam, atau oleh masyarakat pada umumnya.
6. Segala sesuatu yang diucapkan, diserukan, diajarkan, dan sebagainya lagi, bisa dilaksanakan sepanjang masa
dari perjalanan kehidupannya. Sepanjang masa dari perjalanan kehidupan masyarakat.
***

81
Dan manusia seperti itu, tidak lain hanyalah, Muhammad Rasulullah saw.! Hamba-Nya yang terpuji, berbudi
luhur, mulia, dan agung. (QS 68: 4) Yang pahala perbuatannya tiada putus-putus.
“Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tiada putus-putusnya.” (QS 68:3).
Yang dengannya Allah bersumpah demi bintang ketika terbenam, bahwa ia tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan
tiadalah yang diucapkannya itu, (Al Qur’an), menurut kemauan hawa nafsunya. Yang ucapannya tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan kepadanya, diajarkan kepadanya oleh Jibril yang sangat kuat, mempunyai akal yang cerdas.
“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang
diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, yang mempunyai akal yang
cerdas;……..”. (QS 53: 1- 6).
“Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan
(hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri (kepada Allah)”. (QS 16:102).
Dan sejenak, perempuan itu teringat akan orang-orang yang mengaku sebagai nabi, dan diberikan wahyu dari
jibril. “Orang-orang yang tak bertanggung jawab seperti itu, ada kan? Bahkan memiliki pengikut yang lumayan jua?”
pikirnya. Mengingat ini kepalanya pun jadi tergeleng-geleng ke kanan dan ke kiri. “Tidak hanya Musailamah di zaman
itu, tapi sekarang pun orang mengaku-ngaku sebagai nabi. Naudzubillahi mindzalik!” ucapnya penuh ketakutan.
Serentak itu, pikirannya menerawang ke perilaku orang-orang di zaman ini. Di mana segala macam perbuatan buruk
dan merusak banyak dilakukan. Tidak hanya orang awam atau rakyat kecil, tapi juga para pemimpin, tokoh dan
pejabat. Bahkan, mereka yang memiliki ilmu pengetahuan umum dan agama, ‘para pewaris’ Nabi, ada yang berbuat
seperti itu. Yang tidak mendidik dan mencontohkan. Sehingga rakyat kebanyakan menjadi bingung mencari ‘idola’ di
tengah perbuatan dan keadaan seperti itu. Sudah hidup susah penuh penderitaan, stress, dan sebagainya lagi, maka
bilamana ada seseorang yang memilki sedikit ‘kepintaran’ dan mengaku ‘nabi’, kemudian mengajak mereka, maka
mereka tak pikir panjang lagi. Apalagi mereka sendiri awam dalam bidang agama. Kejahilan menyebabkannya percaya
saja, dan mengikuti. Suatu hal yang perlu menjadi evaluasi introspeksi ulang, bagi yang berkecimpung dalam bidang
dakwah. Ternyata masih banyak yang awam dalam pengetahuan agama, dan perlu perhatian.
Atas keberanian para ‘ulama gadungan’ yang tidak mengetahui keBesaran dan keKuasaan Allah itu, ia pun lalu
ingat ayat Al Qur’an: “………………..Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah
ulama……….” (QS 35:28). “(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-
Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. ……. “ (QS 33:39)
***

82
YA. ITULAH Rasululah saw.. Seorang hamba Allah yang sangat beriman. Cinta dan takut kepada Allah. Sangat
menginginkan keimanan dan keselamatan bagi umatnya. Terasa berat olehnya penderitaan mereka. Yang lemah lembut,
tidak bersikap keras lagi berhati kasar, yang amat belas kasihan dan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min! (QS
2: 285, 2: 165, 3:159, 9:128). Seorang manusia dan Rasul saw. yang diperintahkan untuk mengatakan: “Sesungguhnya
aku hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah
Tuhan Yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal
yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS 18: 110).
Adakah orang yang seperti itu? Adakah hamba-Nya yang semulia itu?
***
4. “PADA SUATU MALAM”
Manusia diciptakan dari tanah dan ruh. Unsur materi dan non materi. Memiliki tiga dimensi. Ruh, akal dan jasad.
Ketiga dimensi ini mempunyai potensi mendapatkan posisi, bila malam dipergunakan semaksimal mungkin untuk
beribadat kepada Allah. Apakah itu shalat, zikir membaca Al Qur’an, atau membaca lainnya yang bermanfaat. Baik
yang bersifat agama maupun ilmu pengetahuan umum. Tertulis ataupun tidak.
Saat ruh memperoleh, mendapatkan santapan makanan berupa nilai-nilai agama dengan melakukan aspek ibadat,
maka nilai ruhaniah akan semakin tinggi. Akal dipergunakan untuk berpikir, merenung, dan membaca segala
fenomena. Realitas kehidupan keseharian yang bersifat lokal internal, eksternal internasional, individual sosial, keadaan
umat dan manusia pada umumnya di dalam segala aspek terjang kehidupannya. Di samping alam lain, baik yang hidup
ataupun yang mati.
Untuk itu, fungsi organ biologis berupa mata dan telinga, akan sangat berperan. Menerima pesan-pesan yang
disampaikan dari apa yang dilihat dan didengar. Merasa dengan hati dan akal, atas segala sesuatu. Melihat, mendengar,
merasa, hingga pikiran dan tindak pun menjadi sehat dan baik. Mau menerima petunjuk Allah. Hidayah-Nya. (QS 2:38,
20:123-127). Sehingga gerak jasad di siang hari, menjadi positif. Penuh aktifitas yang berguna dan bermafaat.
Pengabdi Allah, ahli ibadat di malam hari, singa-singa Allah di siang hari. Para pejuang yang melakukan amal saleh,
berjihad di jalan-Nya, di dalam realitas kehidupan diri dan dunianya itu! (QS 9:24, 9:111-112, 28:77).
Dalam kondisi yang demikian, teraihlah predikat; mendapatlah posisi. Menjadi manusia-manusia yang bertakwa!
Gerak seluruh tubuh dan diri yang bersifat materi maupun non materi, berada di dalam kesatuan. Ruang lingkup Allah
dan lingkaran-Nya. Maka segala sesuatu yang tertuju pun, hanyalah kepada, dan untuk Allah semata. Bukan yang lain.
Sebagaimana orang tawaf melihat dan menghadapkan seluruh organ dan diri yang bersifat materi dan non materi hanya
kepada Ka’bah! Lambang atau simbol, kiblat segala tujuan, yang hanya mencari keridhaan-Nya!

83
Dinamis progresif. Berputar bergerak. Bergerak berputar. Individual sosial. Sosial individual, secara bersama-
sama bergerak dalam langkah yang bermanfaat dan berguna. Baik untuk dirinya sendiri, maupun orang lain.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api
neraka.” QS 3:190-191).
Dan salah satu tanda kekuasaan Allah yang besar itu adalah, malam, pikir si ibu.
Dari sanalah cikal bakal segala tindak akan nampak. Baik atau buruk. Bermanfaat atau tidak. Untung atau rugi.
Malam yang dimanfaatkan untuk berzikir, sujud, rukuk, mengingat ke-Besaran dan ke-Agungan-Nya dengan shalat,
merenung memikirkan keKuasaan-Nya di langit dan di bumi, dan apa yang ada di antara keduanya, mensyukuri
nikmat-Nya dengan sepenuh hati dan jiwa, hidup kita tidak akan gersang. Bermakna. Tidak pincang dan buta. Ber
keseimbangan dengan penglihatan yang benar. Tidak akan mmbahayakan diri, menjerumuskan manusia, merugikannya
dunia akhirat. Sebaliknya, sepintar apapun ilmu yang dimiliki, sebanyak apapun harta yang dipunyai, sebesar apapun
kedudukan yang menyertai, tidak akan berguna, atau kurang bermakna, bilamana tidak memanfaatkan malam seperti
apa yang dikehendaki Allah. Ilmu tanpa iman, akan memerosokkan pada kegelapan kesengsaraan. Pikir tanpa zikir,
akan membawa pada malapetaka. Hanya orang-orang beriman dan berilmulah, yang akan diangkat derajatnya beberapa
derajat di atas yang lainnya. (QS 58:11). Ibadat, keikhlasan, dan kekhusu’an pengabdian, yang lahir dari pemanfaatan
malam demi meng-Agungkan ke-Besaran ke-Kuasaan-Nya di semesta alam, hingga segala fenomena kehidupan terlihat
nyata di pelupuk matanya, terdengar jelas di pendengaran teliganya, terasa di lubuk hati, diterima oleh akalnya, akan
membawanya pada gerak, layaknya singa-singa Allah membela agama-Nya!
Lahir pemikiran dari akal yang berfungsi. Terjelma gerak dari kemauan yang mendasari. Praktek amal saleh pun
nyata di dalam setiap langkahnya sehari-hari. Untuk Allah, dan kebaikan kedamaian itu sendiri. Mencari keridhaan-
Nya semata, tanpa pamrih sesuatu apapun. Mereka itulah singa-singa Allah! Orang-orang yang berakal. Allahu Akbar!
***
DAN IBU ITU tambah merenung. Berpikir dan menghayati. “Dan saking pentingnya malam, bahkan ada surah
bernama ‘Malam’ atau ‘Al lail’, ucapnya lirih di dalam hati. “Ada himbauan agar menegakkannya dengan shalat
tahajjud, sebagai ibadat tambahan. Supaya bisa bangkit dari ketertiduran selama ini. Keterlenaan dan keterpesonaan
yang merugikan!”

84
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit
(daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan
bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (QS 73: 1-4).
“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusuk) dan bacaan di waktu itu lebih
berkesan.” (QS 73::6).
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu:
mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS17:79).
***
“Ya. Malam bisa mewujudkan impian. Merealisasikan cita-cita.” Dan ia pun semakin diguyur semangatnya.
Dihujani harapannya. Agar malam-malam yang berlalu terisi dengan cinta pada Tuhannya. Supaya gerak tindaknya
mewujud dalam kebaikan kebenaran, dan keadilan.
“Tetapi,“ ia seakan berpikir lagi. Di dalam menulis rangkuman bukunya ini, ia telah melewati malam berjam-jam
di hadapan komputer. Apakah ini adil? Padahal ada hak tubuhnya untuk mendapatkan porsi dari kelelahan kerja.
Kekuatan tubuh manusia terbatas. Memerlukan waktu untuk istirahat. Maka malam juga berfungsi untuk
mengendorkan dan menenangkan urat saraf, setelah berjuang dan beraktifitas seharian. Tidur di malam hari,
melepaskan lelah sejenak, untuk bangun dan bangkit kembali di pagi hari, berjuang menunaikan tugas dan kewajiban
di siang hari. Begitu seterusnya, hingga Allah mengangkatnya ke tempat yang terpuji!
Ia semakin terpesona dengan segala ajaran agamanya itu. Yang mengajarkan keseimbangan di dalam gerak
aktifitas hidupnya. Antara jasmani dan rohani. Dunia akhirat. Siang dan malam. Maha Suci Tuhan yang telah
menciptakan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, sehingga bila sekarang kaum muslimin Palestina
menderita luka akibat tingkah polah Israel, maka nanti mereka juga akan merasakan hal yang sama. Sebagaimana pada
perang Uhud kaum muslimin mendapat luka, maka pada perang Badar pun, kaum kafir mengalami kekalahan. Hal yang
sama. ( Lihat QS 3:140).
Masa kejayaan dan kehancuran dipergilirkan, untuk memberi pelajaran bagi manusia, demi membedakan orang-
orang yang beriman dengan orang-orang kafir. Sementara itu, malam-malam yang dipenuhi cinta dengan zikir dan
ibadat, pikir dan renung, akan melahirkan orang-orang yang konsisten, komit dengan kebenaran dan tetap berjuang di
jalan Allah, seperti Hamas dan Jihad Islam, Hezbollah, atau pun mereka yang lain di muka bumi, yang serupa
dengannya.
***
5. “DARI MASJIDIL HARAM KE MASJIDIL AQSHA”

85
MASJIDIL HARAM

Masjid adalah syiar Islam. Tempat manusia berhubungan dengan Tuhan. Wadah pembersihan hati. Rumah Allah
untuk beribadah dan shlalat. Menghamba, menyerahkan diri dengan seluruh aspek yang dimiliki, mengEsakan dan
mengAgungkan-Nya. Lambang persatuan dan kesatuan umat. Sarana ukhuwwah dan persamaan manusia. Alat
pertemuan dan mencari ilmu. Bermusyawarah di dalam memperbincangkan permasalahan dan solusi umat. Sarana
berpolitik dan berstrategi menurut cara-cara yang diridhai Allah, dan dicontohkan Rasul-Nya saw.. Dimakmurkan dan
dibangun berdasarkan keimanan dan ketaqwaan, demi kemaslahatan umat manusia dunia dan akhirat.
“Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,
serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka
merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS 9:18).
Dan bukan seperti masjid Dhirar. Yang dibangun dan didirikan orang-orang munafik untuk menimbulkan
kemudharatan. Digunakan sebagai terompet perpecahan dan permusuhan terhadap umat dan Islam itu sendiri, demi
kepentingan orang-orang kafir. Yang kemudian diruntuhkan atas perintah Rasul saw., berkenaan dengan wahyu yang
diterimanya setelah kembali dari peperangan Tabuk.
“Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan
kemudharatan (pada orang-orang mu’min), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mu’min
dan menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu…………….” (QS 9:
107). Memang, masjid yang dibangun oleh orang-orang munafik semacam ini, sekarang pun banyak. Dan orang-orang
yang mengotorinya, tega melakukan politik pecah belah di antara saudaranya sendiri, juga banyak. Mereka tak segan-
segan berkoar-koar, hanya untuk membuat kekacauan dan kerusakan di atas nama, selain Allah! Hati mereka
berpenyakit dan berbau busuk!
***
Bagaimana pula masjid yang dibangun Nabi Ibrahim dan putranya Ismail a.s.? Ibu itu bertanya-tanya,
sebagaimana yang pernah dibacanya di dalam Al Qur’an: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina)
dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami),
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QAS 2:127).
“Dan ( ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan):
“Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang
thawaf , dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku’ dan sujud.” (QS 22: 26).

86
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di
Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang
nyata, (di antaranya) Maqam Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; ………… (QS
3:96).
“Allah telah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi
manusia…………………..(QS 5:97).
Ayat-ayat itu seakan menyembul begitu saja.
***
KINI SEBUAH BUKU menempati hatinya pula. Diambilnya dari rak di mana ia berada. Ia ingin menjadikan cerminan
fondasi dan landasan untuk anda. Walau mungkin anda sedikit merasa ‘tak biasa’ dengan gaya bahasanya. Apalagi
agak panjang. Buku tersebut menuturkan, bahwa Ibnu Abbas r.a.menceritakan kisah kedatangan Ibrahim bersama Hajar
dan putranya Ismail ke Mekah: Baitullah pada ketika itu merupakan suatu tanah tinggi, yang sering dilanda banjir dari
kiri kanan. Keadaan demikian berjalan beberapa lama, hingga pada suatu ketika datanglah rombongan Jurhum atau
keluarga dari Jurhum melalui jalan Kada’. Mereka singgah di bahagian rendah dari Mekah, dan mereka melihat seekor
burung terbang berputar-putar. Karenanya mereka pun mengatakan bahwa burung itu mungkin berputar-putar di atas
tempat yang ada airnya untuk menunjukkan kepada kita air itu, maka mereka pun menyuruh orang mencari air.
Kemudian orang yang disuruh itu kembali memberitahukan tentang adanya air. Mereka semua bergerak ke tempat
air itu. Di sana mereka menemukan ibu Ismail, lalu mereka minta izin untuk tinggal di situ.
Ibu Ismail mengatakan mereka boleh bertempat tinggal di situ, tetapi tidak mempunyai hak menguasai air.
Sebenarnya ibu Ismail pun ingin memperoleh teman. Akhirnya semua mereka bertempat di situ, hingga terjadilah
beberapa rumah tangga. Ismail kian hari kian besar dan mempelajari bahasa Arab dari orang-orang Jurhum itu. Sikap
dan kelakuan Ismail sangat menarik perhatian mereka. Karenanya di kala Ismail beranjak besar, mereka pun
mengawinkan salah seorang gadis mereka dengan Ismail.Diterangkan oleh Mas’udi, bahwa Ismail beristri dengan Al-
Jauwas, gadis dari Sa’ad Al-Imlaqi. Beberapa lama kemudian, ibu Ismail pun meninggal dunia dalam usia 90 tahun.
Kemudian datanglah Ibrahim setelah Ismail beristri, untuk melihat peninggalan-peninggalannya.
Ibrahim tidak menemukan Ismail di rumahnya.
Oleh istri Ismail diterangkan, bahwa dia pergi mencari keperluan rumah tangga. Kemudian Ibrahim menanyakan
tentang keadaan penghidupan mereka. Istri Ismail menerangkan bahwa mereka hidup dalam keadaan sangat sempit dan
dia mengadukan halnya. Ibrahim mengatakan, kalau demikian, apabila telah datang suamimu, sampaikanlah salamku
kepadanya dan suruhlah ia merobah ambang pintu rumahnya.
Setelah Ismail kembali, ia menanyakan apakah ada orang yang datang ke mari?

87
Istrinya menjawab: ada, yaitu seorang tua, serta diterangkan keadaannya. Dia menanyakan tentang Anda, dan
tentang penghidupan kita. Saya telah menerangkan bahwa kita dalam keadaan sempit.
Kemudian Ismail bertanya: apakah dia ada meninggalkan suatu pesan?
Istrinya menjawab: Ia menyampaikan salam untuk Anda dan menyuruh Anda merobah ambang pintu. Mendengar
itu Ismail pun mengatakan bahwa yang datang itu adalah ayahnya dan menyuruh Ismail menceraikan istrinya.
Maka setelah istrinya itu diceraikan, diapun beristri lain.
Diterangkan oleh Al Mas’udi, bahwa Ismail beristri dengan istri yang kedua, yang bernama Syamilah binti
Muhalhal Ibn Sa’ad.
Beberapa lama kemudian Ibrahim datang lagi dan tidak menemukan Ismail.
Karena itu Ibrahim masuk ke dalam rumah dan menanyakan tentang Ismail. Istrinya menjawab bahwa Ismail
pergi mencari rezeki. Ibrahim bertanya tentang keadaan mereka. Maka istri Ismail menjawab, bahwa mereka dalam
keadaan baik dan dia memuji Allah atas keadaannya yang baik itu. Ibrahim bertanya tentang jenis makan dan minuman
yang diminumnya. Dia mengatakan; daging dan air. Maka Ibrahim pun memohon, berkata untuk mereka terhadap
daging dan air itu.
Nabi menerangkan bahwa pada waktu itu belum ada lagi biji-bijian. Dan pada masa itu daging dan air tidak dapat
menjadi makanan orang yang tinggal di luar kota Mekah.
Ibrahim mengatakan, apabila suamimu telah datang, sampaikanlah salamku kepadanya dan suruhlah dia
membiarkan ambang pintunya.
Setelah Ismail datang, dia menanyakan, apa ada orang yang datang ke mari?
Istrinya menjawab; telah datang seorang tua yang amat baik keadaannya. Dia bertanya kepadaku tentang Anda
dan tentang keadaan penghidupan kita. Aku menjawab bahwa kita hidup dalam keadaan baik. Kemudian Ismail
bertanya; apa ada sesuatu yang dipesankan? Istrinya menjawab: dia menyampaikan salam untuk Anda, dan menyuruh
Anda membiarkan tetap ambang pintu ini.
Mendengar itu Ismail pun berkata: itu adalah ayahku dan dia menyuruh aku supaya tidak menceraikan Anda.
Beberapa lama kemudian Ibrahim datang lagi di saat Ismail lagi membuat anak busur di bawah batang kayu yang
dekat dengan sumur zam-zam. Setelah Ismail melihat ayahnya, dia pun bangun menyambut ayahnya dan mereka pun
berpeluk-pelukan. Ibrahim berkata: Hai Ismail, Allah menyuruh aku mengerjakan suatu pekerjaan yang berat.
Ismail menjawab: kerjakanlah apa yang disuruh Allah Anda kerjakan.
Ibrahim bertanya: apakah engkau akan menolongku? Seraya melanjutkan bahwa: Allah menyuruhnya
membangun di situ sebuah rumah dan ditunjukkannya sebuah tempat yang agak tinggi dari tempat-tempat di
sekitarnya. Maka di waktu itulah ditinggikan fondasi rumah itu. Ismail membawa batu dan Ibrahim yang menyusunnya.

88
Setelah dinding rumah agak tinggi, dibangunlah sebuah batu dan diletakkan untuk tempat berpijak bagi Ibrahim
dalam menyusun batu-batu dinding. Sambil Ismail memberikan batu, maka kedua mereka mengucapkan: “Wahai
Tuhan kami, terimalah dari pada kami, sesungguhnya Engkau senantiasa mendengar lagi senantiasa mengetahui.”
Do’a ini tetap dibaca oleh Ibrahim dan Ismail di saat mengelilingi bangunan yang diselesaikan ini.
Beginilah yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam shahihnya. 34) (dikutip dari buku Pedoman Hajji, Prof. Dr.
T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Bulan Bintang, Jakarta, 1978)
***
CERMINAN

BAITULLAH yang dibangun dan didirikan oleh Ibrahim dan Ismail a.s., adalah pertanda ketaqwaan. Penyerahan
diri secara total dan bulat-bulat seorang hamba kepada Allah, tanpa pamrih. Suci, murni, ikhlas, menaati segala
perintah, menjauhi segala larangan-Nya. Mencintai sepenuh hati, mengEsakan, tanpa memperserikatkan-Nya dengan
apapun! Tidak pada harta, kekuasaan, wanita, atau apapun juga, yang menjadi nafsu kebanggaan dan kesombongan
diri. Perhambaan yang suci murni penuh keikhlasan, hanya untuk mencari keridhaan-Nya. Manifestasi ketauhidan yang
amat sangat. Ketaatan yang amat penuh kepada Allah, dan kelurusannya di dalam menjalankan agama-Nya! (Lihat QS
16:120-121, 6: 78-79, 3: 67-68, 60: 4).
Begitupula dengan Rasulullah saw.. Uswatun hasanah. Contoh teladan terbaik manusia. Apalagi bagi kaum
muslimin. (QS 33:21). Beliau saw.merupakan generasi penerus, berdasarkan doa nabi Ibrahim a.s: “Ya Tuhan kami,
utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau,
dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS 2:129).
Riwayat al-Irbadh bin Sariyah r.a. mengatakan, bahwa Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya aku telah ditetapkan
oleh Allah akan menjadi penutup dari semua Nabi, Rasul di waktu Adam masih tanah liat, dan aku menerangkan
kepadamu asal mulanya itu; ialah doa ayahku Ibrahim, dan berita gembira yang dibawa oleh Isa, dan impian ibuku
dan demikianlah ibu dari pada Nabi melihat dalam impian mereka. (HR. Ahmad).
Abu Umamah r.a. bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimanakah permulaan kenabianmu? Jawab Nabi saw., “Doa
ayahku Nabi Ibrahim a.s. dan berita gembira yang disiarkan oleh Isa a.a. dan ibuku telah melihat seakan-akan ada
cahaya keluar dari perutnya, sehingga dapat menerangi gedung istana di negeri Syam”. (R. Ahmad).
Karena itu nabi saw. bersabda: “Aku doa ayahku Ibrahim dan berita gembira yang disampaikan oleh Nabi Isa
a.s.”

89
Adapun impian yang diperlihatkan pada ibu Nabi saw. ketika hamil, dan menceritakan mimpinya hingga tersebar
pada kaumnya, sebagai pendahuluan dari kenabiannya. Sedang sebutan negeri Syam, sebagai perlambang tempat
ketetapan keteguhan kerajaannya kelak. Oleh karena itu, di akhir zaman kelak, negeri Syam akan menjadi markas
Islam. Di sana pula akan turun Isa bi Maryam, di menara timur yang putih di Damsyik.
Juga tersebut dalam hadits Bukhari, Muslim, Nabi saw. bersabda: “Akan tetap ada dari umatku, golongan yang
mempertahankan hak, tidak menghiraukan siapa saja yang menentang mereka atau menghinakan mereka sehingga
tibanya Amrullah (kiamat), sedang mereka tetap demikian.” Dalam riwayat Bukhari ada tambahan: “Dan mereka di
Syam.” 35) ( Lihat “Terjemah Singkat Ibnu Katsir”, Jilid I, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1992.)

***
SEMENTARA ITU, sebuah riwayat Hadits yang diriwayatkan Abu Dzar, mengatakan seperti berikut: “Aku pernah
bertanya kepada Rasul Allah saw. tentang masjid pertama yang didirikan di muka bumi. Beliau menjawab: Al
Masjidul Haram. Saya bertanya lagi: Lantas masjid mana lagi?. Beliau menjawab: “Al Masjidul Agsha.” Saya
bertanya lagi: Berapa tahun jarak waktu yang memisahkan pembangunan dua masjid itu? Beliau menjawab: “Empat
puluh tahun. Setelah itu bumi adalah masjid bagimu. Di manapun engkau berada bila waktu shalat telah tiba,
shalatlah! Di situpun terdapat fadhilah.” (Hadits shahih diketengahkan oleh Al-Bukhari (VI/315-317, 359), dan oleh
Muslim (II/63). Juga diketengahkan oleh An-Nasai. Ibnu Majah. Al-Baihaqi, At-Thayalisi dan Ahmad bin Hambal,
semuanya berasal dari hadits Abu Dzar. 36) (Hadits ini dikutip dari buku Fighus Sirah, Muhammad Al-Ghazaliy, hal
139).
***
Jadi, Masjidil Haram adalah masjid pertama yang dibangun di muka bumi. Di dalamnya terdapat Ka’bah, yang
dasar-dasarnya dibina dan ditinggikan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail a.s.. Syiar dari adanya Allah dan eksistensi Islam.
Pengakuan akan keBesaran ke-Agungan-Nya, sebagai satu-satunya Ilah yang tak tertandingkan dengan apapun juga.
Sarana bagi manusia untuk beribadat kepada-Nya. Tempat berkumpulnya manusia di dalam pengabdian kepada-Nya.
Perhambaan diri manusia terhadap Dzat Yang Maha Agung, dalam ikatan individual sosial kehidupannya.
Persaudaraan dan persamaan status, tanpa membedakan kedudukan, pangkat, harta, warna kulit, bahasa, bangsa, ras,
etnik, ataupun atribut-atribut lain, yang biasanya disandang manusia di dalam peri pergaulannya sehari-hari. Yang
kerapkali mengotori jiwa manusia dan membuatnya jadi tertipu.
Di sinilah seyogianya tempat berkumpul manusia-manusia beriman dan berilmu. Orang-orang mu’min yang
berakal. Yang selalu mempergunakan dan memanfaatkan aspek pikir dan dzikir. Merumuskan langkah-langkah politik
dan kemasyarakatan. Segala sesuatu yang berkenaan dengan urusan ibadat dunia akhirat. Perwujudan ketaqwaan,

90
mencari keridhaan Allah, sebagaimana yang dicontohkan nabi Ibrahim a.s. dan generasi penerusnya, Rasul pilihan dan
utama, teladan terbaik untuk manusia, Muhammad saw.!
Ke sinilah setiap tahun manusia berdatangan. Di sinilah setiap tahun mereka berkumpul, melaksanakan ibadah
haji atau umrah. Tetapi, adakah hal-hal, seperti yang dicontohkan dan diajarkan mereka yang mulia itu, diikuti dan
diterapkan secara total menyeluruh, oleh kaum muslimin saat ini? Baik secara individual maupun sosial? Itulah satu
pertanyaan! Karena hanya dari sinilah, perbedaan yang nyata, siapa yang benar dan tetap setia dengan janji, akan
terlihat dan terbukti! “Di antara orang-orang mu’min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka
janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada (pula) yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) menunggu-
nunggu dan mereka sedikitpun tidak merobah (janjinya), supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang
benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 33:23-24).
Dari titik ini pulalah, fondasi dan landasan, segala kemenangan bakal teraih. Benteng pertahanan terkuat kaum
muslimin di dalam melawan hawa nafsu buruk diri, dan para musuh. Tonggak kebangkitan gerakan muslim di dalam
meraih cita-cita. Senjata pamungkas yang tak akan terkalahkan!
***
MASJIDIL AQSHA

Masjidil Aqsha adalah masjid kedua. Dibangun di muka bumi setelah Masjidil Haram. Setelah itu, maka bumi
adalah masjid bagi seluruh umat Islam. “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu
menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS 2:115).
Sekedar informasi, ayat ini adalah sebagai hiburan dari Allah pada Rasulullah saw., dan sahabatnya yang telah
diusir dari Mekah, dan terpaksa meninggalkan Masjidil Haram. Pada saat itu, Rasul saw. shalat menghadap Baitul
Maqdis di hadapan Ka’bah, ibu itu seolah ingin sedikit memberikan informasi. Ketika beliau hijrah ke Madinah,
menghadap ke Baitul Maqdis sekira enam belas bulan, kemudian dipindahkan oleh Allah untuk menghadap Ka’bah.
Karena itu, Allah menurunkan ayat 115 dari surat Al-Baqarah ini.
Ibnu Abbas r.a. berkata: “Pertama yang dimansukhkan dalam al-Qur’an soal Kiblat, yaitu ketika Nabi saw. hijrah
ke Madinah, sedang penduduknya banyak juga orang Yahudi. Allah menyuruhnya menghadap Baitul Maqdis, maka
gembiralah kaum Yahudi. Rasulullah saw. telah menghadap selama 16/17 bulan. (Padahal) Nabi saw. lebih suka
menghadap kiblat Nabi Ibrahim a.s., dan beliau selalu berdoa dan melihat-lihat ke langit, menantikan turunnya ayat,
sehingga turunlah ayat 144 (dari surah Al-Baqarah): “Qad naraa taqalluba wajhika fissamaa’I fala nuwalli yannaka

91
qiblatan tardhaa ha = Aku telah melihat berulang-ulangnya wajahmu melihat ke langit, maka Aku akan memalingkan
engkau ke kiblat yang anda suka. Maka hadapkan wajahmu ke arahnya.”
Ketika kaum Yahudi mendengar hal itu, mereka ragu dan berkata, “Mawallahum an qiblatihim mullati kaa nu
alaiha = Mengapakah engkau berpaling dari kiblat yang telah mereka hadapi”.
Maka Allah menurunkan ayat: “Qul lillahil masyriqu wal maghrib, fa ainama tuwallu fatsamma wajhullah =
Katakanlah, hadapkanlah wajahmu, maka di situlah Allah”.
Ibnu Jarir berkata, “Allah telah menurunkan ayat 115 ini, sebelum diwajibkan menghadap Ka’bah, hanya Allah
memberi tahu kepada Nabi saw. dan sahabatnya, bahwa mereka boleh menghadap ke mana saja, maka pasti akan
berhadapan dengan Allah. Tetapi, ayat ini kemudian dimansukhkan, dengan ketetapan menghadap ke Ka’bah (Masjidil
Haram) dan Allah menyatakan bahwa ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, demikian pula Dzat Allah meliputi segala
sesuatu, tiada terbatas oleh apapun juga.
***
Masalahnya dengan mengetengahkan ini adalah, sebagai pelajaran untuk kita. Karena banyak di antara
masyarakat muslim di dunia, terutama dari kalangan penguasa dan pemimpinnya, lebih senang menghadapkan
wajahnya pada sistem dan peraturan yang datang dari luar. Apakah berbentuk ideologi sosialis ba’athis, liberalis
kapitalisme, populis sosialis, demokratis nasional, skularis ‘islamis’. Dan sebagainya lagi.
Padahal jelas-jelas, saat masih menghadapkan wajahnya ke Masjid Al-Aqsha, Rasulullah saw. sudah mengharap
dan menunggu-nunggu, melihat-lihat ke langit untuk turunnya wahyu, agar bisa menghadap ke Masjidil Haram.
Sebagai pelajaran, ini berarti, menghadap Masjidil Haram, adalah lambang dan simbol perwujudan kemurnian
aqidah dan kesucian iman, yang diperlukan sebagai pondasi atau benteng terkuat melawan Israel, Amerika Serikat, para
Zionis di mana pun juga, di mana materialisme dijadikan acuan mereka, dan sistem-sistem tersebut sebagai landasan
asasnya. Sedang bagi Islam, jelas tidak ada Barat atau Timur yang harus dijadikan kiblat. Tetapi hanyalah Allah dan
Rasul-Nya semata, dan amal ibadah yang telah ditetapkan dan menjadi aturan-Nya. (QS 2:177, 6:153, 12:108).
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan
itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat;
dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-
orang yang bertakwa.” (QS 2:177).

92
Dan sasaran membebaskan Palestina, di mana Masjidil Aqsha berada, masyarakat muslim Palestina dijajah dan
dihina, nilai-nilai agama, sejarah peradaban dan kebudayaannya dilecehkan dan dinodai, maka sudah sepantasnyalah,
kalau lewat iman dan keyakinan yang disimbolkan oleh Masjidil Haram, Ka’bah itu, dan Masjidil Aqsha, masjid suci
kedua kaum muslimin, tempat atau markas Islam dengan orang-orangnya yang konsisten pada kebenaran dan
perjuangan, kita bisa, dan bangkit melawan. Membersihkan tempat suci dan masyarakatnya dari kekotoran sampah
penjajahan dan penindasan Israel serta antek-anteknya itu!.
***
Masjidil Haram merupakan rumah Allah yang pertama kali dibangun untuk umat manusia di kota Mekah al-
Mukarramah oleh nabi Ibrahim a.s. dan putranya Ismail a.s.. Masjidil Aqsha, masjid kedua yang dibangun oleh Nabi
Ya’qub a.s., dan diperbaharui oleh Nabi Daud a.s., disempurnakan oleh nabi Sulaiman a.s.
Masjidil Aqsha adalah kiblat pertama umat Islam, ketika melaksanakan shalat. Kemudian pada tahun kedua
setelah hijrah, datang perintah Allah untuk menjadikan Ka’bah di Mekah al-Mukarramah sebagai kiblat kaum
muslimin. Masjidil Aqsha, yang merupakan tempat bertolaknya Isra dan Mi’raj, belum menjadi masjid dalam arti
sesungguhnya, tapi masih dipenuhi patung berhala, dan patung tersebut sebanyak 309 buah. Karena sebelum memeluk
Islam, bangsa Arab terbiasa menyembah-nyembahnya. Dan Rasulullah saw. merasa berat sekali untuk melakukan
shalat di tempat yang penuh dengan hegemoni kekufuran di dalamnya. Bukankah masjid tersebut, beserta Qubbah
Shakhrah, merupakan tempat pembuangan sampah yang penuh dengan tumpukan kotoran? Sehingga Nabi sendiri tidak
melakukan shalat di kedua tempat itu, atau di salah satu dari lokasi tersebut, pada saat beliau melakukan Isra’nya. Tapi
di tempat lain, jauh dari sampah-sampah kekotoran dan kezaliman yang dilakukan kaum kafir musyrik! Dan etika
Umar ibnul Khaththab r.a. datang ke sana, beliau sendiri yang menyapu sampah tersebut. Mengangkut dengan
surbannya, membuangnya sejauh mungkin dari kedua lokasi tersebut. 37.) “Tempat-Tempat Bersejarah Dalam
Kehidupan Rasulullah, Hanafi Muhallawi, Gema Insani, 1992. Bisa juga lihat; Jerusalem, Satu Kota Tiga Zaman,
Karen Amstrong, Risalah Gusti, 2004)). Betapa penting arti masjid ini, bisa kita lihat melalui hadits: “Janganlah
kalian melakukan perjalanan kecuali untuk mengunjungi tiga masjid ini…Masjidil Haram, Masjid ini (Masjid
Nabawi), dan Masjid Al-Aqsha.” (HR Bukhari, Muslim, Imam Ahmad, dll). Sedang urgensi Masjidil Aqsha bagi umat
Islam, ditandai dengan kedatangan Rasul saw. ke sini. Oleh karena itu, ia harus benar-benar diperhatikan oleh kaum
muslimin. Sebab, dari titik inilah, kaum Yahudi melakukan kezaliman atasnya, kepada umat Islam, dan kepada manusia
pada umumnya.
Kezaliman itu antara lain adalah: Agresi Israel terhadap Masjidil Aqsha, dengan cara menggali parit-parit di
sekeliling tembok Masjidil Aqsha.
Apa tujuannya?

93
Salah satunya adalah, meruntuhkan bangunan-bangunan, rumah-rumah, dan bangunan wakaf yang ada di
sekeliling Masjidil Aqsha. Rumah-rumah dan bangunan-bangunan ini, dulu dibangun oleh Salahuddin Al-Ayyubi,
ketika ia berhasil membebaskan kota Al-Quds. Rumah-rumah dan banguan-bangunan itu, berfungsi untuk melindungi
Masjidil Aqsha. Tapi, dengan adanya penggalian parit-parit ini, tidak mustahil, bermaksud untuk meruntuhkan rumah-
rumah dan bangunan-bangunan tersebut, sebagai suatu peninggalan sejarah, di atas kecermelangan peristiwa dan
perlawanan seorang beriman yang tangguh, terhadap kezaliman dan permusuhan pada Islam dan umatnya. Di mana
tujuan akhirnya adalah, untuk meruntuhkan Masjidil Aqsha itu sendiri, sebagai masjid suci umat Islam, pertanda
kejayaan dan kemuliaan peradaban Islam, dengan sejarah keemasannya itu, akan dihancurkan, diganti dengan
peradaban mereka!
Organisasi-organisasi Islam dan kaum muslimin, telah memprotes terhadap penggalian parit-parit tersebut. Tapi
orang-orang Yahudi mengajukan alasan, bahwa mereka sedang mencari lokasi Haekal Sulaiman, yakni tempat
peribadatan kuno mereka. Padahal mereka tidak menemukan apa-apa, dari apa yang mereka harapkan. Sejak 1967
hingga kini, orang-orang Yahudi tak pernah menemukan satu pun peninggalan kuno mereka. Sebab, hanya bekas-
bekas peninggalan Islam sajalah, yang tersebar luas di seluruh wilayah Al-Quds!
***
Agresi Israel lainnya terhadap Masjidil Aqsha adalah, usaha mereka untuk mendirikan sinagog/tempat
peribadatan Yahudi, di pelataran Masjidil Aqsha. Dengan alasan, bahwa pelataran tersebut adalah milik mereka. Di
mana dulu terdapat tempat peribadatan mereka. Sejak tahun 1967 hingga kini, kaum muslimin telah mengorbankan
waktu, harta, jiwa raga mereka, untuk mencegah orang Yahudi membangun sinagog mereka di pelataran masjidil
Aqsha. Orang Yahudi mengatakan: “Pelataran Masjidil Aqsha itu sangat luas, dan karenanya berilah kami sebagian
kecil saja darinya untuk kami dirikan di atasnya tempat peribadatan kami.” Mereka menggunakan siasat dan rencana
untuk menipu. Karena pelataran Masjid Al-Aqsha adalah bagian tak terpisahkan dari Masjid Al-Aqsha. Yang
keseluruhan luasnya adalah 140 acre. Sedang satu rakaat saja shalat di Masjidil Aqsha, sama dengan lima ratus rakaat
pahalanya dari shalat di tempat lain, sebagaimana Rasulullah telah menyatakannnya. Artinya, seorang muslim yang
mengerjakan shalat di bagian mana pun dari pelatarannya, atau di dalamnya, atau di pintu-pintu gerbangnya, atau di
bagian mana pun, akan memperoleh pahala tersebut. Bahkan segenggam saja pun dari tanah Masjidil Aqsha diberikan
kepada Yahudi, berarti kehilangan Masjidil Aqsha!
***
Agresi lainnya terhadap Masjidil Aqsha adalah, mereka ingin melakukan pembakaran.

94
Pada tanggal 21 Agustus 1969 PBB digegerkan oleh berita usaha pembakaran Masjid Al-Aqsha, sehingga
sebagian dari Masjid Suci ini mengalami kerusakan berat. Dan usaha semacam itu, pernah terulang kembali . 38) (lihat
buku Palestina: Solidaritas Islam Dan Tata Politik Dunia Baru).
Dan untuk lebih melengkapkan informasi tentang penodaan terhadap Masjidil Aqsha, baiklah di sini dikutipkan
gambaran perbuatan tersebut, dari buku: “Palestina Merdeka atau Intifadah Jilid III, 39) Editor Dra Al
MuzzammilYusuf, Pengantar Prof. M. Riza Sihbudi, Comes, 2007.
***
PENODAAN MASJID AL-AQSHA

7 Juni 167: Pemerintah kolonial Israel, setelah menjajah bagian Timur kota Al-Quds tahun 1967, merampas
kunci-kunci pintu barat (Mesjid Al-Aqsha) dan sampai sekarang belum dikembalikan.
21 Agustus 1969: Seorang teroris Yahudi, Danis Rohan, merangsek masuk ke halaman Masjid Al-Aqsha dan
berhasil mencapai mihrab (tempat imam shalat) lalu membakarnya, dalam upayanya menghancurkan masjid suci
tersebut. Api itu sempat menjalar ke penjuru halaman lainnya, namun penduduk Palestina berhasil memadamkannya,
hingga tidak sampai meluas ke mana-mana.
11 Oktober 1979: Polisi kolonial Israel melepaskan tembakan dan gas air mata secara bertubi-tubi ke arah
jama’ah shalat, sehingga menyebabkan puluhan jama’ah tersebut luka-luka.
14 Agusutus 1979: Kelompok radikal Yahudi, Ghorshon Salamon, berusaha merangsek Masjid Al-Aqsha, namun
upaya ini gagal. Kemudian seorang radikal lainnya, Mair Kahana, bersama kelompoknya, kembali berusaha merangsek
masjid didukung oleh aparat polisi dalam jumlah besar. Namun ada lebih dari 20 ribu penduduk Palestina menghadang
upaya tersebut dan terlibat bentrokan antara mereka dengan polisi kolonial Israel, demi menjaga kesucian masjid.
Selama bentrokan tersebut, ada puluhan warga muslim yang terluka.
19 April 1980: Para pendeta Yahudi mengadakan kongres di Al-Quds (terjajah) merencanakan untuk menguasai
Masjid Al-Aqsha.
1 Mei 1980: Kelompok radikal Yahudi Kahana meletyakkan bom seberat 1 ton (TNT) di masjid Al-Aqsha, untuk
diledakkan. Namun upaya itu belum berhasil, karena terungkap terlebih dahulu.
30 Juli 1980: Pemerintah Zionis Israel mengumumkan secara resmi, bahwa kota Al-Quds sebagai ibu kota abadi
Negara Zionis tersebut. Bagi para pemimpin Yahudi, ‘tidak ada artinya Israel, tanpa Jerusalem. Dan Jerusalem tak ada
artinya tanpa Solomon Temple’, yang diklaim oleh mereka berada di bawah bangunan masjid Al-Aqsha.
28 Agustus 1981: Pihak pemerintah kolonial Israel menggali terowongan di bawah halaman masjid.

95
20 Maret 1982: Para kelompok radikal Yahudi menggunakan kesempatan keputusan konferensi para pendeta
Yahudi pertama, dengan mengirimkan surat ancaman dalam berbagai bahasa, Ibrani, Inggris, Spanyol dan lainnya,
kepada para pejabat kementrian Waqaf Islam. Mereka meminta Waqaf Islam untuk meninggalkan Masjid Al-Aqsha.
11 April 1982: Seorang teroris bernama, Goldman dan salah satu anggaota militer Israel, merangsek masuk ke
halaman masjid lewat pintu Al-Ghawanemah. Lalu melepaskan tembakan secara serampangan, ke arah jama’ah shalat.
Hingga menyebabkan sejumlah penduduk Palestina gugur syahid seketika, dan 60 lainnya luka-luka. Setelah itu
Goldman merangsek ke Masjid Qubbah Shakhrah, dan mengancam akan merobohkannya. Akan tetapi upaya ‘si teroris’
itu gagal, karena dihalang-halangi penduduk Palestina.
20 Mei 1982: Pejabat di Waqaf Islam menerima surat ancaman melalui pos, dari kelompok-kelompok radikal
Yahudi yang memintanya agar mengizinkan orang-orang Yahudi menunaikan ritualnya di Masjid Al-Aqsha. Jika tidak,
mereka akan diancam dibunuh.
20 Januari 1983: Organisasi-organisasi Yahudi Amerika menggalang dana, untuk pendirian Haikal di atas
reruntuhan Al-Aqsha dengan membuat dompet-dompet peduli.
26 Mei 1983: Pintu utama bangunan Kementerian Waqaf Islam roboh, akibat pihak kolonial Israel menggali
terowongan sepanjang 3 meter.
21 Agustus 1985: Kepolisian kolonial Israel akan mengizinkan orang-orang Yahudi radikal, untuk menunaikan
kegiatan agamanya di Masjid Al-Aqsha, jika ada 10 orang yang memintanya.
4 Agusutus 1986: Sejumlah pendeta Yahudi menyelengarakan konferensi khusus, yang kemudian memutuskan
untuk mengizinkan kepada orang-orang Yahudi menunaikan ritual agamanya di Masjid Al-Aqsha. Mereka juga
memutuskan untuk membangun sinagog Yahudi di halaman masjid suci tersebut.
12 Mei 1988: Aparat polisi kolonial Israel melakukan tindakan represif terhadap aksi unjuk rasa yang dilakukan
selepas shalat Juma’at. Akibatnya ada lebih dari 100 jama’ah shalat menjadi korban luka-luka.
2 Juli 1988: Departemen Agama Israel menggali terowongan di dekap pintu Al-Ghawanemah. Dan pada tanggal
yang sama Mahkamah Agung Israel memutuskan untuk mengizinkan kepada para kelompok radikal Yahudi memasuki
Masjid Al-Aqsha, dan menunaikan ritual agamanya di halaman masjid. Hal ini menggambarkan dukungan resmi Israel
kepada aksi-aksi penindasan/penodaan terhadap Masjid Al-Aqsha.
8 Oktober 1990: Kelompok Yahudi yang menamakan dirinya dengan ‘penjaga Haikal Sulaiman’ telah meletakkan
batu pondasi bagi pembangunan sinagog Yahudi di dalam masjid. Batu itu beratnya mencapai 3,5 ton.
“Ini sejarah baru, masa penjajahan Islam telah berakhir, dan kini bangsa Yahudi berkuasa!!” kata Jarshon Salon,
ketua kelompok tersebut.

96
Tahun 1996: Awal dimulainya penggalian di bawah masjid Al-Aqsha. Dan hingga kini, secara arsitek bangunan,
masjid Al-Aqsha kosong dari pondasi, karena tergeser oleh penggalian-penggalian yang dilakukan oleh Zionis Israel.
Bahkan para ahli bumi mengatakan, “jika ada gempa yang hanya berkekuatan 4,4 skala richter saja, maka bangunan
masjid itu akan roboh”.
27 Juli 1996: Kelompok Yahudi menamakan dirinya dengan sebutan ‘Penjaga Haikal’, merangsek halaman
Masjid Al-Aqsha dengan kawalan dari militer kolonial Israel.
25 September 1996: Terowongan digali di bawah masjid suci itu.
13 Mei 1998: Sejumlah pemukim Yahudi melakukan tindakan jahat baru terhadap Masjid Al-Aqsha, dengan
membakar salah satu pintu utamanya. Dan bagian-bagian pintu tersebut memang sudah hancur.
10 Agustus 1999: Pihak pemerintah kolonial Israel, di bawah gelap malam, melakukan penutupan terhadap
jendela dinding Masjid Al-Aqsha di bagian selatan, yang menyebabkan penerangan Masjid menjadi gelap.
28 September 2000: PM Israel Ariel Sharon, menginjakkan kaki kotornya di masjid, yang kemudian memicu
meletusnya intifadhah Al-Aqsha. Rakyat Palestina marah atas kelancangan yang dilakukan Sharon dengan
menginjakkan kakinya yang kotor di masjid yang suci itu. Sejak meletusnya hingga sekarang, tercatat 5 ribu rakyat
Palestina gugur syahid, dan ribuan lainnya luka-luka.
6 Pebruari 2007: Pemerintah Zionis Israel merobohkan jembatan yang menghubungkan ke pintu Magharibah.
Bahkan secara tegas, PM Zionis Israel Ehud Olmert memerintahkan kepada media Israel untuk mengambil gambar
penodaan itu dengan mengatakan. “Ambil gambar perobohan itu dan siarkan ke dunia bahwa masa Arab dan Islam atas
tanah ini sudah berakhir. Yahudi saatnya berkuasa di tempat ini.”
Beberapa bulan yang lalu, pemerintah Zionis Israel telah melarang jenazah umat Islam untuk dikuburkan di
pekuburan Islam di dekat masjid Al-Aqsha, dengan alasan bahwa kuburan itu adalah tempat bersejarah peninggalan
Yahudi.
***
Betapa kelompok-kelompok garis keras Yahudi sudah merencanakan dengan serius penyerangan dan pendudukan
Masjid Al-Aqsha, antara lain adalah:
- Pemasangan spanduk besar-besaran di kota-kota Israel yang menyerukan warga Yahudi untuk ikut bersama-
sama, menyerang dan menduduki Masjid Al-Aqsha.
- Pihak maskapai penerbangan Israel El-Al, melakukan sosialisasi visual di setiap pesawat terbangnya dengan
memasang foto kota Al-Quds (Jerusalem) dengan tidak memperlihatkan Masjid Al-Aqsha dan Qubbah al-Shakhrah.
Bahkan sebaliknya, mereka menggantikan masjid suci itu dengan sinagog Yahudi (Haikal Sulaiman).

97
Sejumlah kelompok agama Yahudi meyakini bahwa tahun 2005 adalah tahun terakhir untuk membangun sinagog
Yahudi di atas Masjid Al-Aqsha. Jika sampai batas ini tidak terlaksana, maka menurut keyakinan mereka, kemarahan
Tuhan akan segera turun menimpa mereka. Tidak hanya tanggal dan hari yang mereka tetapkan, tapi sampai batas jam
penyerangan sudah ditentukan. Yaitu setengah delapan pagi (waktu setempat, atau sekitar jam satu siang waktu
Indonesia barat). Mereka sangat serius dengan rencana jahatnya, tetapi adakah umat Islam sadar, bahwa salah satu
tempat yang disucikan oleh agamanya tersebut, terancam kesuciannya oleh tangan-tangan kotor Yahudi itu?! Dan
bagaimanakah sikap mereka atas hal ini? Apakah tidak menghiraukan, dan bermasabodoh saja?
***
Duhai, leher si ibu seperti tercekik melihat kenyataan ini. Wajahnya merah padam penuh amukan kemarahan.
Dan apa yang dapat dilakukannya kemudian hanyalah, melampiaskan segala perasaannya itu, dalam semangat
menggebu menulis dan menginformasikan, agar dapatlah sedikit meredam api yang menyala dan membakar dadanya. .
Bukankah, pena seorang pecinta kebenaran dan keadilan, adalah pedang yang akan menebas segala kebatilan, dan
mendatangkan yang hak? Ya. Di hatinya hanya ada satu kerinduan dan cita-cita. Terpateri di dalam dada. Palestina
akan merdeka, dan itu bukan suatu khayalan yang sia-sia. Tapi kenyataan di atas fakta, sebagaimana yang terjadi dan
dialami Rasul saw. dan para sahabatnya, kaum muslimin dan mukminin pada saat Fathu Mekah. Kemenangan Besar
tercapai. Keberhasilan teraih. Seperti yang digambarkan dan dilukiskan Allah melalui firman-Nya: “Dan katakanlah:
“Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti
lenyap. (QS 17:81). “Ya benar.” Seru ibu itu dengan bersemangat, “Allah pasti akan melontarkan yang hak kepada
yang batil, lalu yang hak itu menghancurkannya, maka serta merta yang batil itu lenyap!”
***
PELAJARAN YANG DIPETIK

Iman dan ketaqwaan adalah bendera ketauhidan. Benteng terkuat pertahanan. Pertanda kekuatan kesabaran dan
perjuangan. Kekuatan ketabahan dan kemantapan. Kekuatan keyakinan dan percaya diri! Dicerminkian oleh Nabi
Ibrahim a.s., di contohkan oleh Rasulullah saw., dan juga Nabi-Nabi lainnya dari kalangan bani Israil. Yusuf, Musa,
Daud, Sulaiman, Isa a.s.!
Dengan senjata ini, gerak fisik yang didasari oleh kekuatan rohani yang suci bersih, ditujukan murni hanya untuk
mengharap keridhaan Allah, berjuang meninggikan Kalimat-Nya, menegakkan kebenaran dan keadilan di atas landasan
agama, dalam proses perjalanannya tentu akan dibantu oleh Sang Pemilik ke-Kuasaan dan ke-Kuatan, yaitu Allah swt,
hingga perjuangan itu akan terealisasi dan berhasil! (QS 7:47, 24:55, 28: 5, 21: 105, 17: 81, 8:7-8, 61:9).

98
Untuk menguatkan akan keyakinan terhadap hal tersebut, di sini terulang apa yang telah diungkapkan di atas tadi:
Yaitu Hadits Bukhari, Muslim; Bahwa Nabi saw. telah bersabda: “Akan tetap ada dari umatku golongan yang
mempertahankan hak, tidak menghiraukan siapa saja yang menentang mereka sehingga tibanya Amrullah (kiamat),
sedang mereka tetap demikian.” Dalam riwayat Bukhari ada tambahan: “Dan mereka di Syam”.
Dipertegas Hadits riwayat Ath-Thabrani, bahwa dikatakan oleh Rasulullah saw: “Orang Syam, istri-istri mereka,
anak-anak mereka, dan budak-budak mereka, semuanya adalah mujahid di Jalan Allah. Siapa pun mereka yang
mendiami sebuah kota atau benteng, adalah mujahid.“
Selain itu, menurut riwayat Imam Ahmad: “Kelompok yang terus di tolong dan konsisten di jalan kebenaran
hingga hari kiamat, berada di negeri Syam. Secara khusus di Baitul Maqdis dan sekitarnya.“
***
JADI, hanya dengan itulah, mempertahankan yang hak, konsisten dengan kebenaran, tidak menghiraukan siapa
saja yang menentang, kita bisa menjadi baik. Memperoleh kemenangan dan keberuntungan. Dunia maupun akhirat.
Dan dari titik inilah, Al Masjidul Haram dengan Ka’bah-Nya di Mekah, sebagai syiar ibadat yang murni ikhlas, tempat
berkumpul manusia menghambakan diri kepada Sang Pencipta, singa-singa Allah dengan status Ulil Al-Bab, penuh
keyakinan di dalam hati, baik dan sehat dalam logika berpikir, tentram di dalam batin, terwujud di atas gerak dan
perbuatan yang nyata, dapat mencapai kemenangan itu! Membuang sampah-sampah dan kekotoran yang telah
melumuri Masjidul Aqsha, yang telah dibangun oleh Nabi Ya’qub a.s., diteruskan oleh Daud, disempurnakan oleh
Sulaiman a.s., yang kesemuanya merupakan perwujudan dari agama dan akidah yang satu, yaitu Islam!
Hanya dari sinilah, perbedaan yang nyata, siapa yang benar dan tetap setia dengan janji, (QS 33: 23-24) akan
terlihat dan terbukti! Dan bukan seperti apa yang telah dilakukan sebahagian kaum Yahudi sekarang, yang
mengatasnamakan warisan agama Musa a.s. dengan Taurat-Nya, tapi lebih kental dengan ‘Talmud Yudaisme dan
Zionismenya’ idola imaginatif mereka terhadap Daud dan Sulaiman a.s., yang notabene telah diselewengkan ajarannya
sedemikian rupa, dari rel agama sejati. Menzalimi manusia dan kemanusiaan, terutama sekali, bangsa dan rakyat
Palestina itu!
Kalau boleh diumpamakan di sini, Masjidil Haram sebagai basis iman dan ketaqwaan, kesucian hati dan
kemurnian niat, Masjid Nabawi sebagai lambang atau simbol kesederhanaan hidup di dunia, dasar-dasar pijakan dan
praktek ajaran Islam, maka Masjidil Aqsha adalah markas persatuan dan perjuangan umat, sekaligus hasil, yang
akhirnya akan tinggal landas menuju akhirat, surga kesenangan dan kebahagiaan sejati nan abadi. Sidratul Muntaha!
Wallahu ‘alam!
6. “YANG TELAH KAMI BERKAHI SEKELILINGNYA”

99
Jazirah Arab, Timur Tengah, adalah wilayah yang diberkahi. Ini bisa dilihat dari beberapa aspek; antara lain;
Historis ideologis:
Sejarah Timur Tengah adalah sejarah diturunkan Islam, Rasul-Rasul, dan Nabi-Nabi. Dimulai dari Nabi Adam a.s
hingga ke Rasul atau Nabi yang terakhir, Muhammad saw.. Ada yang diceritakan dan ada pula yang tidak. (QS 4:163-
165). Jadi Timur Tengah tempat diturunkannya Rasul-Rasul, Nabi. Islam, Muhammad saw., dan Kitab-Nya yang
diberkati, sebagai bukti kebenaran ajaran-Nya; yang mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya terang
benderang. Sejarah lahirnya umat terbaik, pilihan dan pertengahan antara dunia dan akhirat. (QS 4: 174, 5: 16, 2: 257,
6: 155, 3:110, 2:143. 28: 77).
Ekonomis:
Timur Tengah terkenal dengan hasil minyaknya yang melimpah. Selain hasil bumi lain yang bermanfaat. Sumber
ekonomi yang sangat vital demi kemajuan dan kesejahteraan serta perkembangan bangsa. Bahkan kabarnya, di Saudi
Arabia terdapat juga besi dan uranium. Dengan potensi kekayaan dan historis ideologis seperti itu, maka keberkahan
akan melingkupi rakyatnya.
Geografis:
Timur Tengah adalah jembatan dunia. Ia berada di tengah. Di pusat antara benua-benua. Negeri-negeri Arab
merupakan daerah lalu lintas internasional yang vital sekali. Bersifat alamiah. Menghubungkan barat dengan timur,
utara dengan selatan, secara timbal balik. Sejak zaman dahulu, dunia Arab sudah menjadi lalu lintas darat dan laut. Dan
zaman sekarang, fungsinya bertambah lagi sebagai lalu lintas internasional.
Arti dari pada semua lalu lintas darat, laut dan udara tersebut adalah, bahwa wilayah negara-negara Arab
merupakan jembatan yang terbentang luas di tengah-tengah tiga benua. Asia, Afrika, Eropa. Apabila jembatan ini
tertutup, maka tertutuplah pintu keluar-masuk, dari dan ke masing-masing benua tersebut. Kecuali kalau melalui jalan
lain yang amat susah dan tidak ekonomis.
Strategis:
Dengan keadaan geografi seperti itu, maka ia merupakan pusat strategi yang tak ada bandingannya di dunia. Ia
dapat menguasai tiga benua, yaitu Eropa, Afrika dan Asia. Ia dapat pula menguasai kontrol atas Laut Tengah, Laut
Merah, Samudra Hindia, Selat Akaba, Selat Arabia dan bagian timur Samudra Atlantik. Barangsiapa menguasai daerah
ini, ia dapat dengan mudah memindah-mindahkan angkatan darat, laut dan udaranya, dari satu tempat ke tempat lain
sekitar samudra-samudra, selat-selat dan benua-benua tadi. Di dalam buku “A Soldier With The Arab” John Glubb,
mengatakan: “Suatu negeri yang mempunyai kesanggupan perang hebat sekali, negeri itu berada di atas suatu landasan
yang kokoh di Timur-Tengah. Ia dapat memukul Eropa, Asia dan Afrika menurut kehendaknya. Jika serangan itu
dilancarkan, ia dapat sampai ke jurusan manapun, baik di Eropa, Asia, maupun Afrika. Negeri itu sanggup memisahkan

100
Eropa dari Asia, memisahkan dua-duanya dari Afrika (kecuali lewat Spanyol dan Marokko). Negeri-negeri itu
mempunyai kesanggupan juga untuk menjerumuskan negeri-negeri sekutu, dan memisahkannya satu sama lain.”
Glubb mengatakan juga: “Sekalipun dalam peperangan yang akan datang dipergunakan senjata-senjata nuklir,
tetapi kenyataan itu tidak berarti, bahwa tidak diperlukan lagi adanya pasukan darat.”40) Palestina Nicola Durr disadur
Muhammad Tohir, 1980, PT Ammaarief, Bandung, hal 41-42)
***
SERENTAK ITU, pikiran perempuan itu pun melayang pada perang yang dilancarkan Amerika Serikat dan
sekutu internasional, terhadap Irak. Dan bagaimana pula ia telah memerangkap Saddam Husein, Presiden Irak, hingga
melakukan invasi ke Kuwait tahun 1990, lalu menyerangnya secara bersama atas nama PBB, pada tahun 1991, dengan
tuduhan bahwa Irak agressor. Dan pada tahun 2003, kembali menyerangnya dengan tuduhan memiliki senjata
pemusnah massal. Walau bukti atas tuduhan ini tak pernah ditemui.
Bukankah jazirah Arabia gudang minyak, dan itu termasuk Irak? Dan bukankah pula, Irak adalah lambang
supremasi budaya dan peradaban Islam? Ke empat aspek ini, tentu saja sangat menggiurkan para Zionis. Betapa tidak?
Jelas kan?
***
7. “AGAR KAMI PERLIHATKAN KEPADANYA SEBAGIAN DARI TANDA-TANDA (KEBESARAN) KAMI”

Tanda-tanda ke Besaran Allah di semesta alam, ‘begitu banyak’. Di bumi, langit, ataupun yang terdapat di antara
keduanya. Begitupula di akhirat. Di dalam perjalanan Isra’ Mi’raj ini, nyata, bahwa sebagian tanda ke Besaran itu
terlihat melalui Ilmu-Nya yang sempurna. ‘Tak terhingga’. Tak ada bandingnya dengan ilmu siapapun dan apapun
juga. “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh
laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS 31: 27).
Katakanlah: “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah
lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”.
(QS 18:109). “Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu
mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya.” (QS 20:110, 2:255). Maka, dengan mudahnya Dia memperjalankan hamba-
Nya., Rasul-Nya yang paling mulia dan dan paling bertakwa. Beberapa jam di malam hari, dari Masjidil Haram di
Mekkah, ke Masjidil Agsha di Palestina. Dan dari sana, langsung ke Sidratul Muntaha, di langit ke tujuh. Tanpa harus
repot-repot seperti para ilmuwan melakukannya saat ini. Dengan berbagai perlengkapan, seperti pesawat angkasa luar,

101
Soyuz atau Challenger, astronot, berbagai fasilitas ilmu pengetahuan, teknologi canggih yang mendukung ke arah itu.
Yang harus dimiliki sebagai prasyarat untuk bisa menuju dan berada di angkasa luar!
“Ilmu manusia sangat sedikit dan terbatas. Apalagi yang berkenaan dengan masalah roh.” (QS 17:85). Pikir
perempuan itu melihat ke diri, dan ke Perkasaan dan ke Mahabesaran Allah swt!
Ke Besaran Allah, sebagai pemilik ilmu sempurna ‘tak terhingga’, dapat kita lihat jua misalnya, pada ‘Kekuatan
Kehendak-Nya yang tak terbatas’. Bila Dia mau, maka hanya dengan “Kun Fayakun”, terjadi apa yang dikehendaki.
Seperti telah tercermin sebelumnya, dan telah digambarkan pula di atas! (QS 36:82). Ke-Besaran dan Ke-Maha
Agungan Allah, tercermin di segala fenomena alam semesta yang dimiliki. Sebagaimana yang terlihat dan dialami
Rasul-Nya saw., diberitakan dan digambarkan AlQur’an (QS 53:13-18), juga Hadits.
Surga dan neraka yang dilihat oleh Rasul saw., menjadi pertanda yang tak bisa dipungkiri oleh orang-orang
beriman, akan Kekuasaan Keadilan-Nya, di atas ke-Benaran yang mutlak! Di mana yang durhaka dan kafir menempati
neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu, dan yang beriman serta beramal sholeh memperoleh surga, yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya! (QS 2:23-24).
TANDA-TANDA KEBESARAN-NYA, memang selalu terlihat, dan tak mungkin dipungkiri. Nyata di segala
kejadian dan keadaan. Di setiap diri, dan segenap ufuk!
***
8. “SESUNGGUHNYA DIA ADALAH MAHA MENDENGAR LAGI MAHA MELIHAT”

Tidak ada sesuatupun yang tertutup bagi ‘pendengaran-Nya’. Dan tak ada sesuatupun yang tersembunyi dari
‘penglihatan-Nya’. Semua jelas dan nyata. Tak ada yang menyamai pendengaran-Nya, juga tak ada yang menyerupai
penglihatan-Nya. (Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan
dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu.
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS 42:11).
Apa yang dapat dipetik dari pelajaran QS 17:1 ini?
Allah adalah Maha Suci di atas ke-Esaan ke-Agungan-Nya. Maha Suci di atas Ke-MahaKuasaan dan keBesaran-
Nya. Maha Suci di atas ke Maha Pengetahuan-Nya yang meliputi segala sesuatu. Tidak ada yang sebanding, setara,
serupa, dan menyamai-Nya di dalam ke-Besaran ke-Agungan dan ke-Maha Perkasaan ke-Kuasaan-Nya itu.
Allah adalah Tuhan atau Ilah yang patut dipuji. Disembah, diibadati, dengan penuh keikhlasan dan kemurnian
ketaatan. (QS 2:255, 98:5).
Sementara itu, hamba-Nya yang mulia dan paling bertakwa, di antara para manusia dan para Rasul serta Nabi a.s.;
telah mengalami berbagai ujian. Cobaan dan tantangan. Fase-fase kritis dan berat di dalam memperjuangkan keadilan

102
dan kebenaran. Menegakkan Kalimatullah di muka bumi. Dienul Islam yang tinggi sempurna dan diridhai-Nya. Yang
harus kehilangan Khadijah binti Khuwailiid, istri yang dicintai dan selalu mendampingi. Mendukung dan
membenarkan. Rela mengorbankan uang dan kekayaannya demi dakwah dan risalah yang diemban sang suami. Nabi
dan Rasul saw. itu. Yang kemudian juga kehilangan pamannya Abu Thalib, yang selalu memberikan dukungan dan
menopang dakwahnya, di atas tekanan, tindasan, fitnah dan kezaliman yang dilakukan kaum kafir Quraisy Mekkah,
dan bani Tsaqif di Thaif. Tapi tetap sabar dan tabah, istiqomah dan komit dengan risalah yang dibawa, tekun beribadat
di malam hari hingga bengkak kaki karena lama berdiri. Merenung dan memikirkan keBesaran keAgungan Allah
dengan segala ciptaan-Nya di langit, bumi, dan segala sesuatu di antara keduanya. Bersyukur memuji dengan
bercucuran air mata disebabkan takut, cinta dan ketakwaan. Memikirkan keadaan umat yang menyembah dan
mempersekutukan-Nya dengan berbagai macam berhala. Berbuat keonaran dan kerusakan hingga membuat manusia
menderita sengsara. Merasa sedih terhadap hal itu, dan berkeinginan sekali untuk bisa melepaskan umat manusia dan
kaumnya dari keterpasungan hawa nafsu buruk keduniawian. Menginginkan keimanan dan kebaikan untuk umatnya.
Rasul pilihan yang menjadi contoh teladan terbaik umat manusia. Dan tak ada tolok bandingannya itu. Tak heranlah,
kalau kemudian Allah dengan segala ke Besaran ke Maha Agungan-Nya, membawa dan memperjalankannya pada
suatu malam, dari Masjidil Haram di Mekah, sebagai lambang dan simbol perwujudan tauhidullah. Peng-Esaan Allah
tanpa pamrih dan tanpa memperserikatkan-Nya dengan sesuatu apapun. Ikhlas murni, suci bersih, sebagai seorang
hamba terhadap Tuhan-Nya. Sang Pencipta yang Maha Esa dan Kuasa, Allah Rabbul ‘alaamien!.
Ya itulah Rasul saw.! Utusan Tuhan, Nabi saw., pilihan yang jujur dan benar, amanah serta fathonah di dalam
menyampaikan risalah dan dakwah. Penuh tanggung jawab, dedikasi, cinta, takut kepada-Nya dengan tingkah laku
merupakan praktek, penjelmaan realisasi manifestasi Al Qur’an. Ajaran dan bukti dari suatu kebenaran dan keadilan
yang Mutlak! (QS 2:147, 5: 48, 17:105, 41:53). Pantaslah, kalau manusia dan utusan Allah seperti ini, mendapat
kehormatan dari RabbNya, dengan memperjalankannya, menghiburnya, sambil memperlihatkan sebagian dari tanda-
tanda keBesaran-Nya, di langit maupun bumi, dunia maupun akhirat, surga maupun neraka!
***
Sedang malam yang melahirkan singa-singa Allah, adalah perwujudan dari keimanan dan ketakwaan yang selalu
teraliri jihad yang tak kenal kompromi. Terjual dan terbeli. Menjual dan dibeli, sebagaimana yang terlihat dan
tercermin dari mereka-mereka yang rela berkorban waktu, tenaga, perasaan, pikiran, harta maupun jiwa. Berperang
pada jalan Allah; membunuh atau terbunuh. Selalu bertaubat dan beribadat, memuji Allah. Melawat mencari ilmu
pengetahuan dengan berjihad, berpuasa, ruku’, sujud, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat mungkar.
Memelihara hukum dan aturan-aturan Allah. Mencari dan meraih kemenangan yang besar, yang ganjarannya berita
gembira berupa surga!

103
***
Masjidil Haram adalah rumah kesucian dan kemurnian pikir, gerak, rasa dan tindak. Keyakinan keimanan dan
ketakwaan. Wujud nyata di dalam meng-Esakan Allah sebagai satu-satunya Ilah yang patut disembah dan diibadati.
Fondasi dan landasan pergerakan di dalam proses ke arah penyampaian tujuan!
***
Sementara Baitul Magdis di Palestina, Masjidil Aqsha, rumah Allah di atas kesatuan akidah dan persatuan umat,
tercermin di dalam kepemimpinan Rasul saw. sebagai imam, dan para Rasul, Nabi a.s. lainnya sebagai makmum.
Diwakili kemudiannya oleh para ulama, cerdik cendekia, orang-orang berakal atau Ulil Al-Bab, dan mereka yang
berjuang di dalam jajarannya, di atas saf yang rapi dan teratur. Bersatu padu sebagai pimpinan dan kader pengikut,
yang harus tetap terjaga dari segala kekotoran jahiliyah. Sampah masyarakat, pewaris sisa-sisa kekotoran orang
durhaka dari kalangan musuh-musuh Allah, penyandang kekafiran itu. Dan perlawanan terhadap segala ketidakadilan
dan penyelewengan, kezaliman yang dilakukan musuh-musuh Allah dari kalangan Zionis dan sekutu, yang kini sedang
merajalela menguasai dan mengotori, membuat bencana dan kerusakan bagi manusia di muka bumi, adalah hal mutlak
yang harus selalu dilakukan dan diperioritaskan kaum muslimin!
***
Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat segala peristiwa. Maha Mengetahui segala keadaan. Pergerakan
manusia-manusia yang bergerak karena Dia, konsis dan komit di dalam mempertahankan kesucian agama dan
penegakannya, maka gerak dan manusia seperti itu, tak akan pernah menjadi sirna dan sia-sia. Ia akan selalu ditolong,
sebagaimana ia telah menolong agama-Nya dan orang-orang yang bersama dengan-Nya. (QS 47: 24: 55, 28: 5, 21: 105,
9:31). “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukianmu.” (QS 4:7). Orang-orang yang komitmen dan konsisten dengan kebenaran hingga hari ini
dan seterusnya, sebagaimana yang digambarkan Hadits riwayat Bukhari dan Muslim, serta Ath-Thabrani dan Ahmad
tadi!
DAN SEKARANG, kita melihat itu, di sana. Di wilayah Syam. Di Palestina! Mereka berjuang menegakkan
keadilan dan kebenaran dengan keimanan di dada mereka, membuat mereka tiada ragu sedikitpun, walau untuk itu
mereka harus mengorbankan waktu, tenaga, perasaan, pikiran, harta maupun jiwa! “Sesungguhnya orang-orang yang
beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS
49:15). Manifestasi keimanan adalah keyakinan. Bukan keraguan! Dan mereka yakin, bahwa Allah Maha Mendengar
dan Melihat. Maha Berkuasa dan Perkasa. Maha Menolong dan tak terkalahkan. Sehingga landasan perjuangan mereka

104
pun pasti, bahwa, kalaupun mereka harus mati dan syahid, maka kematian mereka adalah satu anugerah. Satu karunia.
Suatu kemenangan. Karena mereka yakin, bahwa mereka ‘tetap hidup’ di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki!
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati: bahkan mereka itu hidup di
sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya
kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum
menyusul mereka. Bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS 3:169-
170).
Ya. Mereka pejuang-pejuang di jalan Allah itu, tidaklah mati. Mereka tetap hidup di alam lain yang bukan alam
kita ini. Di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi-Nya. (Hanya Allah sajalah yang mengetahui,
bagaimana keadaan hidup itu). Dan mereka juga bergirang hati, terhadap teman-teman mereka yang masih hidup, dan
menanti, tetap berjihad di jalan-Nya, tidak rasa khawatir di dada mereka, dan tidak pula bersedih!
***

BAB III.

TELUSUR

FOKUS

AGAR TERLIHAT dan diperoleh perpspektif yang lebih jelas dan mengena untuk rangkumannya, perempuan itu
berpikir; bahwa ia sedikit banyak mesti melakukan penelusuran. Dan memang, ia sudah memulainya pada fokus utama.
Dan itu Ibrahim a.s, beserta anak cucu. Ishak dan Ya’qub. Atau yang lebih dikenal dengan sebutan; Bani Israil.
Selayang pandang, ia merasa perlu menengok dulu ke masa di zaman batu. (500-14000 SM). Di mana manusia sudah
mendiami wilayah Palestina. Sedang 14000-8000 SM, diindentifikasikan sebagai bentuk kehidupan berperadaban, yang
disebut dengan peradaban An-Nathufiah. 41) Ibid, “Palestina, Sejarah, Perkembangan, Dan Konspirasi, DR. Muhsin
Muhammad Shaleh, Gema Insani, 2002.

105
Ah, ia seperti tercenung.
“Zaman batu?” Bayangan ke masa itupun serta-merta melintasi benaknya. Bagaimana batu digunakan sebagai alat
keperluan dan kebutuhan melanjutkan hidup, memperjuangkan segala apa yang di dambakan. “Sederhana. Sederhana
sekali,” pikirnya. “Sebagaimana kesederhanaan cara berpikir mereka saat itu.” Gambaran perbandingan dengan
keadaan sekarang, membuat hatinya meringis; miris. Betapa tidak? Sekarang manusia sudah tidak sesederhana itu jalan
pikiran maupun kebutuhannya. Dunia dan pemikiran materialisme membuatnya semakin serakah dan tamak. Tak puas-
puas mereguk dan mendapatkan apa yang diinginkan. Hedonis, konsumeris, bahkan… kanibalis? Karena itu, filosofi
‘homo homini lupus’, manusia adalah serigala bagi manusia lainnya dari Thomas Hobbes, sepertinya mengena betul.
Machiavellisme, tujuan menghalalkan cara, tanpa lagi memandang, melihat, mengindahkan kaedah-kaedah hukum,
moral dan agama, benar-benar dipraktekkan. Karena memang, di peradahan posmodernisme ini, yang ditandai dengan
materialisme liberalis kapitalismenya, manusia sudah merendahkan dirinya sedemikian rupa, hingga hampir
menyerupai binatang. Tidak lagi asli dalam wujudnya yang hakiki. Kekerasan dan kegersangan ‘batu’ yang menempati
hati, sudah membuatnya gelap. Pekat, hitam, kelam, beku, dingin, acuh. Bermasabodoh terhadap segala hal dan
keadaan yang menghancurkan. Sehingga sepertinya cahaya tak tembus lagi ke dalam sanubari akal pikiran. Curahan
hujan yang bagaimanapun kadarnya, sukar dan sulit melelehkannya. Apalagi……
***
Al-Qur’an menggambarkan sifat tabiat buruk kaum Yahudi, yang selalu melanggar janji, sombong dan durhaka,
membangkang kepada Allah dengan membuat keonaran, kekacauan dan kerusakan, sehingga dikutuk oleh Allah lewat
cerminan kepemilikan ‘batu’ pada hatinya, terlihat pada ayat ini: “(Tetapi) karena mereka melanggar janji, Kami kutuk
mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membatu………” (QS 5:13).
Bukankah hal seperti itu, ‘hati keras membatu’ terlihat juga dibanyak hati dan diri manusia kini?
Perlakuan zalim terhadap rakyat berbagai bangsa, keserakahan hidup di dalam meraup dan menguasai
perekonomian global, hegemoni kekuasaan lewat tatanan dunia baru yang mereka bentuk, dengan mereka sebagai
polisi, merasa berhak mengatur manusia, negara dan bangsa lain yang terjajah, tanpa melihat sisi kemanusiaan, rasa
keadilan, tidakkah nyata terlihat di Palestina? bahkan di Irak, Lebanon, Afghanistan, Phlipina, dan di tempat-tempat
lain. Apalagi bagi mereka yang konsekuen dengan ajaran agamanya; dianggap militan, radikal, teroris?!
Ya. Orang-orang Yahudi Zionis memang tidak senang kepada mereka. Dan ini pun diperlihatkan oleh Al Qur’an:
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka……..” (QS
2:120).“…………..Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari
agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup……………….(QS 2:217).

106
Lalu, ketika bangsa-bangsa lain, penguasa Arab dan pemimpin negara yang mayoritas rakyatnya muslim, demi
kebutuhan vested dan national interest mereka, melihat perlakuan itu, bukan bergerak melawan atau menentang,
menolong sang saudara, tapi malah sama-sama menjadi ‘batu’ seperti mereka. Sama-sama memboikot keuangan.
Mempersempit dan mempersulit ruang gerak Hamas. Pemerintahan dan penguasa yang terpilih oleh rakyat dan
bangsanya, lewat sebuah pemilihan umum legislatif yang demokratis, jujur dan fair!
***
Kalau mereka-mereka itu menempatkan dan menjadikan ‘batu’, sebagai alat ketidakadilan dan pemuasan hawa
nafsu serakah mereka, maka lain lagi dengan anak-anak dan remaja Palestina. Mereka malah menjadikannya sebagai
alat perjuangan! Walau dengan kesederhanaan yang dimiliki berupa: ‘Peluru Batu’. Atau, ‘Senjata Batu’!
Ingatannya pun melayang ke anak-anak Palestina. Keperistiwa yang terjadi dan mereka alami sehari-hari. Apalagi
setelah adanya gerakan intifadah, yang menggunakan batu sebagai alat perlawanan terhadap tentara Israel.
Untuk itu, Ashmat dan kawan-kawan seperjuangan pun, menjadi fokus perhatiannya.
***
Ashmat adalah salah seorang gadis dari kampung Salim yang ikut dalam barisan Pasukan Pelempar Batu. Karena
penduduk dan kampung tersebut selalu diganggu teror tentara Israel dalam operasi kejahatannya.
Agar tentara Israel tidak bisa melewati jalan itu, Ashmat dan kawan-kawan langsung melemparkan batu ke arah
tentara Israel. Menutup jalan yang akan menuju ke kampungnya.
Berada di belakang pasukan pelempar batu, ternyata tidak membuat Ashmat puas. Maka ia langsung menuju
barisan terdepan. Berhadapan langsung dengan pasukan tentara Israel. Bersama dengan saudara-saudara seimannya,
dengan tangan mungilnya, Ashmat terus melemparkan batu, sementara lidahnya terus menerus menggemakan takbir:
“Allahu Akbar…Allahu Akbar… Allahu Akbar…!”
Peluru-peluru yang dimuntahkan dari senjata tentara Israel, mendesing kencang di atas kepala
mereka….menembus semua calon korban; manusia, hewan, pohon, dan juga bangunan tempat tinggal warga sipil
Palestina. Tetapi semangat jihad mereka, tak membuat Ashmat dan kawan-kawannya gentar, ciut, apalagi takut! Justru
hati seorang Ashmat, semakin bersemangat setiap kali mendengar letusan gema suara senjata Israel.
Dan ia akan kembali bertakbir, memotifasi setiap anggota pasukan pelempar batu, agar tidak mundur, walau
kematian menghadang di hadapan! “Kami ingin mati syahid.. ., kami ingin mati syahid..!” teriak dan serunya dengan
suara lantang. Kata-kata itu ia kumandangkan ke atas langit, memompa semua teman-temannya untuk kembali
bertakbir: “Allahu Akbar..Allahu Akbar!” Sambil berucap dan berseru: “Dunia bagi kita tidak ada artinya. Sungguh
sangat hina orang yang kabur dan mundur dari medan perang. Allahu Akbar .Allahu Akbar..Allahu Akbar!”

107
Di tengah kecamuk lemparan bebatuan ke arah tentara Israel, tiba-tiba salah seorang pejuang wanita terkena
tembakan. Maka Ashmat serentak bertakbir..”Allahu Akbar…la ilaha illallah! Al syahid habibullah!” (yang mati syahid
adalah kekasih Allah!). Dengan teriakan itu, maka jatuhnya korban di antara barisan para pejuang wanita tidak
mengendorkan tangan mereka dari keinginan melemparkan bebatuan. Justru semangat mereka semakin bergejolak
dalam dada, dan gema takbir semakin menjulang ke langit!
Ashmat terus menyerang tentara Israel dengan melemparkan batu ke arah mereka. Terus melakukan itu, tanpa
takut suara desingan peluru yang hanya beberapa senti meter di atas kepala! Bahkan, tidak puas dengan posisi
lemparnya, ia maju ke barisan terdepan. Lebih dekat ke tantara Israel. Seolah ingin menantang dan berkata: “Bunuhlah
aku, hancurkanlah aku, lemparkan aku ke genangan darah merahku, kalian tidak akan pernah hidup di atas tanahku.
Tidak akan pernah bisa terbang di atas langitku!”
Salah satu anggota keluarga melihat Ashmat dari kejauhan, sedang melemparkan batu demi batu ke arah tentara
Israel, dengan sorot matanya yang tajam, dan mimik wajahnya yang penuh keberanian. Dan itu dilakukannya berulang-
ulang.
***
Mendapat perlawanan ketat dari pejuang wanita Palestina itu, maka tentara Israel meminta pasukan tambahan.
Sementara Ashmat dan teman seperjuangannya, terus melancarkan serangan lemparan batunya. Tetapi rupanya, rasa
semangat yang berkobar dalam hati, tidak bisa menolak datangnya peluru tentara Israel ke arahnya. Peluru itu langsung
menyerang jantungnya, yang akhirnya membuatnya terjatuh dan mati. Gugur sebagai syahid, dan terpuji!
Begitulah. Ashmat seorang hamba yang mulia, mencintai Islam sebagai agama, kembali ke pangkuan Rabbnya
bersama barisan para syuhada. Para syahid dan syahidah, dengan kematian yang mereka cita-citakan dan rindukan
selama ini, dan di atas kehidupannya itu! Suatu keberanian yang terpuji dari jiwa perjuangan menegakkan keadilan dan
kebenaran seseorang yang sadar diri, status, dan tujuan hidupnya!
Setelah sejenak mengembara di atas sifat tabiat batu yang keras, beku, tak bermanfaat, dan bagaimana pula peran
batu yang digunakan anak-anak Palestina melawan Israel, maka perempuan itupun menemukan hakikat perbedaannya
yang mencolok! Allahu Akbar!
***
SETELAH LANTUNAN pikiran ini, perempuan itupun kembali melakukan penelusuran di masa silam. Di atas
informasi yang diperolehnya dari sang penghadir imaginasi, untuk buku rangkuman visualnya. Dan kembali menelusuri
buku tersebut:
2500 SM, kabilah Kan’an datang dari jazirah Arab. Membangun kota dan desa di Palestina. Pisan, Alqolan, Aka,
al-Khalil, Usdud, Bi’ru, Alsaba, dan Betlehem. Mereka menjadi penduduk utama di sana. Menurut para ahli sejarah,

108
mayoritas penduduk Palestina sekarang, khususnya di pedesaan, adalah keturunan kabilah-kabilah Kan’an, Umuriah,
dan Palestina. Kabilah-kabilah Arab yang mendiami Palestina, sebelum dan sesudah al-fath al-Islami. Mereka
kemudian berasimilasi, menyatu dengan penduduk local, memeluk Islam dan menjadi bangsa Arab di bawah payung
pemerintahan Islam, rentang waktu 13 abad. Dari titik ini, teraba dan tercium, bahwa Yahudi bukanlah pemilik sah dan
sejati negeri ini, kan?
***
Kedatangan Nabi Ibrahim a.s, dari Ur, Selatan Irak, ke Palestina (sekitar 1900 SM), menjadi tonggak bersejarah
bagi terbitnya cahaya tauhid di bumi penuh berkah ini. Yang kemudian menjadi argumentasi dan pengklaiman Yahudi,
bahwa Palestina sebagai wilayah atau tanah yang dijanjikan Tuhan untuk mereka. Atas dasar keturunan Ibrahim
melalui Ishak dan Ya’qub a.s., yang dikenal dengan sebutan, Bani Israil. Yang kemudian lebih terkenal dengan karakter
khas kesombongan dan kebanggaan terhadap ras yang mereka miliki; bahwa mereka adalah bangsa pilihan tuhan.
Sebagaimana kaum Nasrani juga beranggapan, bahwa mereka adalah anak-anak dan kekasih-kekasih Allah.
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: “Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya”.
Katakanlah: “Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu? (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan
kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dan
kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali
(segala sesuatu).” (QS 5:18).
***
Nabi Ibrahim alaihimussalam, tinggal dan hidup di sana. Sering berbolak balik melakukan perjalanan dakwah.
Membawa istrinya Hajar, meninggalkannya bersama Ismail atas perintah TuhanNya di Mekkah. Suatu tempat yang
pada waktu itu belum dihuni manusia. Sementara Ismail, Ishaq dan Ya’qub, lahir di Palestina. Beliau mempunyai anak
12 orang. Salah satunya adalah Yusuf a.s. Yang paling saleh dan takwa di antara mereka. Yang selalu menjaga dan
meninggikan panji-panji tauhid, ajaran sang ayah dan kakek moyangnya. Nabi Yusuf menjadi raja di Mesir, Nabi
Ya’qub dan segenap keluarganya hijrah ke Mesir. Di sana mereka mengalami kemajuan dan perkembangan. Baik
personil maupun kekayaan dan kedudukan.
Setelah Nabi Yusuf meninggal dunia, kondisi sosial mereka yang begitu terhormat, mulai tergeser. Mereka
meningalkan amar ma’ruf nahi mungkar. Terjauh dari syari’at Nabi Yusuf as. Kerajaan Mesir yang tadinya mereka
pimpin, menurut Max I Dimont, selama satu abad diambil alih oleh bangsa lain. Sejak itulah, bangsa Yahudi
mengalami kehidupan nestapa. Mereka diperbudak berabad-abad lamanya oleh bangsa Hyksos, (nama suku dari Asia)
dan kemudian oleh bangsa Mesir sendiri.
Sesuai kehendak Allah, Musa as. lahir. Beliau diselamatkan dari kezaliman Fir’aun.

109
Setelah terjadi pembunuhan tidak sengaja, ia pergi menyelamatkan diri ke Madyan. Menikah dengan putri Nabi
Syu’aib, Jiethero/Zipporah. Sepuluh tahun beliau di sana, dan Allah memerintahkannya untuk kembali ke Mesir.
Sebagai seorang Rasul yang diutus untuk Bani Israil, nabi Musa pun berdakwah menyampaikan risalah, hingga ia
dengan sejumlah pengikutnya hijrah dari Mesir ke Palestina, karena kezaliman Fir’aun, dan perintah Allah swt untuk
datang ke sana. Dan Al-Qur’an menggambarkan; betapa mereka memiliki mental penakut, tidak mau diajak masuk ke
Palestina, karena disana ada kaum gagah perkasa. Tercermin lewat ayat-ayat berikut: “Hai kaumku, masuklah ke tanah
suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada
musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. Mereka berkata: “Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu
ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar
daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya.”
Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi ni’mat atas
keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu
akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”
Mereka berkata: “Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di
dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya
duduk menanti di sini saja.” Berkata Musa: “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku.
Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu.” Allah berfirman: “(Jika demikian), maka
sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar
kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang fasik
itu.” (QS 5:21-26).
Ini terjadi sekitar tahun 1200 SM.
Sementara itu, maksud dikatakan sebagai; tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, adalah;
bahwa tanah Palestina itu ditentukan bagi kaum Yahudi, selama mereka beriman dan taat pada Allah 42) Catatan kaki
pada ayat tersebut, di dalam Al Qur’an Dan Terjemahnya, Khadim al Haramain asy Syarifain (Pelayan kedua Tanah
Suci) Fahd ibn ‘Abd al ‘Aziz Al Sa’ud, Raja Kerajaan Saudi Arabia mendapat kehormatan sebagai penganjur untuk
dicetaknya Al Qur’an dan Terjemahnya ini.
***
Selanjutnya tulis Fathuddin Ja’far M.A, dalam buku: “Dunia Islam versus Tata Dunia Baru”, 43) Lembaga
Pengkajian dan Pengembangan Dakwah “Khairu Ummah”, 1994, adalah sebagai berikut:

110
Sejarah mencatat, bahwa pola pikir mereka rusak. Mentalitas mereka ambruk. Hati mereka keras seperti batu.
Jiwa mereka gersang. Hampa dari nurani. Sikap mereka kasar. Kendati terhadap Nabi dan Allah. Bahkan, Nabi saja ada
yang mereka bunuh. Semua itu disebabkan karena mereka kufur terhadap nikmat yang Allah berikan!
Fakta sejarah menyebutkan, bahwa hampir 200 tahun mereka terpontang-panting dipadang Tiih, sampai Nabi
Daud dan Sulaiman berhasil mendirikan sebuah kerajaan di Palestina (1040-970). Setelah Nabi Sulaiman wafat,
kerajaan itu pecah menjadi dua. Israel dan Yahuda (923-722,dan 923-586 SM). 721 SM, kerajaan Israel ditaklukkan
oleh Tiglath Pileser III, Raja Assyira. Bangsa Yahudi kemudian ditangkap dan diporak-porandakan. 586 SM, Raja
Buhtunsar (Nebuchanezzar) menaklukkan Kerajaan Yudah/Yahuda. Seluruh bangsa Yahudi digiring ke Babilonia.
Dijadikan budak. Dengan demikian Jerusalem/AlQuds, berakhir jadi pusat peradaban Yahudi. 550 SM, Persia
menguasai Palestina. 160 SM, Romawi menaklukkannya. Demikian seterusnya, hingga Palestina menjadi kawasan
strategis, dan tempat percaturan bangsa-bangsa, sampai kedatangan Islam di bawah pimpinan Umar b. Khaththab!
***

DOKTRIN

DI BABILONIA itulah, bangsa Yahudi menanamkan doktrin. Yaitu janji ke kampung halaman kepada para
pengikutnya. Sebagaimana yang ditulis Muhammad Algazzali, di dalam buku, 44) “Islam Arab Dan Yahudi Zionisme”,
Ghalia Indonesia1970. Berkenaan dengan teks-teks di dalam kitab suci mereka dan Perjanjian Lama, beliau menulis:
“Bahwa akan saya bacakan kepada Anda, kutipan dari kitab-kitab suci yang beredar dikalangan mereka itu, yang
mengungkapkan bahwa Palestina adalah suatu kerajaan khusus yang diperuntukkan bagi mereka. Dan bahwa mereka
terusir dari sana sebagai hukuman Tuhan atas dosa-dosa yang telah mereka lakukan. Dan bahwa Tuhan yang telah
menjatuhkan hukuman itu, kemudian mengampuni kesalahan mereka. Lalu memutuskan akan memulangkan mereka ke
tanah air mereka yang pertama, agar dapat melimpahkan atas mereka minyak samin, madu dan arak. Karena Ia telah
menyesal atas perlakuan-Nya terhadap umat pilihan-Nya, dan akan mengembalikan pada mereka tanah air dan
kemuliaan mereka, hingga kekuasaan dan kebesarannya akan berdiri teguh di atas puing runtuhan umat-umat lainnya.“
“Dan marilah kita baca bersama, kalimat-kalimat yang terdapat dalam kitab-kitab suci mereka,” ajak beliau di
dalam bukunya tersebut. Dan inilah teks-teks tulisan itu: “Oleh karena itu, bersabdalah Tuhan yang menjadi Penguasa
itu: disebabkan kamu mengganggu ketentraman sebagian besar umat yang berada di sekeliling kamu, dan kamu tak
hendak menempuh jalan yang Kuharuskan, dan tidak berbuat sesuai dengan peraturan-peraturanKu, serta tidak pula
bekerja menurut undang-undang yang berlaku pada pada umat-umat sekeliling kamu….. Oleh karena itu, - demikian
sabda Tuhan yang menjadi Penguasa itu - inilah Aku datang padamu (maksudnya Jerusalem atau Baitul Maqdis), dan

111
akan memperlakukan hukum di tengah-tengahmu di hadapan mata umat, serta akan memperbuat terhadapmu, seperti
apa yang belum pernah dan tidak akan pernah Kuperbuat disebabkan kesalahan-kesalahanmu! Dari sebab itu, bapa-
bapa dan anak-anak akan memakan bapa-bapa mereka, dan Aku akan memberlakukan hukum di antara kamu, sedang
sisa keturunanmu akan Kusemaikan di setiap sejarah…...” (Ish-hah kelima, Ezekil: 7-10).
“Disebabkan kamu menepuk dada dan berjalan di muka bumi dengan sombong, serta merasa gembira dan tidak
peduli terhadap maut di bumi Israel, karena itu, inilah Aku melakukan kekuasaanKu, dan menyerahkan kamu sebagai
tawanan bagi bangsa-bangsa, dan Kucabut urat akarmu dari muka bumi, serta Kupukul kamu dari muka bumi serta
Kupukul hancur, hingga kamu menyadari bahwa Aku inilah Tuhan!“. (Ish-hah kedua puluh lima, Ezekil: 6-7).
“Ke pembuangan mereka pergi berlalu, sedang pemimpin yang berada di tengah-tengah mereka juga memikul
beban di atas pundaknya dan turut pergi. Mereka harus membuat lubang di tembok agar dapat dikeluarkan, masing-
masing mereka menutup wajahnya agar matanya tidak melihat bumi. Demikianlah Aku memasang perangkapKu
hingga mereka terjerat, lalu Kubawa mereka ke Babilon, yaitu negeri orang-orang Khaldan, tetapi mereka tak dapat
menyaksikannya, dan di sanalah mereka menemui kematian. Lalu Kutebarkan dengan setiap angin berita kepada orang-
orang sekeliling, agar membantu pemimpin serta anak buahnya itu. Dan Kuhunus pedang di belakang mereka, hingga
ketika mereka Kucerai-beraikan di antara bangsa-bangsa dan Kusebar keseluruh pelosok bumi, sadarlah mereka bahwa
Aku ini adalah Tuhan! Tetapi beberapa orang di antara mereka Kusisakan dari bahaya pedang, bahaya kelaparan dan
penyakit, hingga mereka dapat menceritakan penderitaan mereka di kalangan bangsa-bangsa yang mereka datangi,
hingga mereka mengetahui bahwa Aku ini adalah Tuhan “. (Ish-hah kedua belas Ezeki : 11-16).
“Oleh sebab itu katakanlah pada keluarga Israel - demikian sabda Tuhan yang menjadi Penguasa - bukanlah
karena kamu Aku berbuat tetapi adalah asma kudus yang telah kamu nodai di kalangan bangsa-bangsa yang kamu
datangi. Maka Kusucikan namaKu yang Agung yang telah bernoda dan kamu kotori di mata bangsa-bangsa itu, hingga
mereka mengetahui bahwa Aku ini adalah Tuhan….”
Bersabda Tuhan yang menjadi Penguasa: “Ketika Aku telah menjadi suci dalam pandangan mata mereka, dan
memungutmu dari kalangan bangsa-bangsa dan menghimpunmu dari segala pelosok bumi, lalu membawamu ke
kampung halamanmu serta Kutuangkan kepadamu air suci, hingga kamu dapat membersihkan diri dari segala najis dan
setiap berhala, maka saat itulah Aku mensucikan kamu “

***

Kitab-kitab Perjanjian Lama, tidak hanya merayu Bani Israel agar berdatangan dari segala tempat ke Palestina, bahkan
juga telah memaparkan daerah-daerah yang akan mereka duduki, serta batas-batas yang memisah antara suatu suku
dengan lainnya, dan telah membagi-bagi Damsyik, Homs, Beirut serta negeri-negeri lain yang terletak di Timur

112
Tengah. Dan inilah batas-batas bumi itu: “Ke arah Utara dari lautan besar, jalan Hestelon hingga sampai ketujuan:
Homs, Beirut, Shatsem yang terletak di antara Damsyik dan batas Homs, dan Hashar Tengah yang terletak berbatasan
dengan Houran. Mengenai batasnya dari Lautan ialah, Hashar ‘Inan batas Damsyik, sedang di utara ialah batas Homs.
Ini di sebelah Utara. Dan sebagian selatan arah kanan dari Tsamar ke perairan Maributs Qadasy, ialah sungai sampai ke
lautan besar. Ini bagian kanan arah Selatan. Dan bagian Barat adalah lautan besar dari batas sampai setentang dengan
jalan masuk ke Homs. Ini bagian Barat, maka hendaklah kamu bagi-bagi tanah ini di antara kamu anak cucu Israel!“
***
Kalimat-kalimat ini dari Perjanjian Lama, walau tidak memahami dengan jelas nama-nama yang menjadi batas tanah
tersebut, atau yang menerangkan arah sasaran penyebutan Perjanjian Lama itu, tetapi rupanya orang-orang Yahudi
menyimpulkannya dalam satu singkatan terkenal “Tanah Air Israel ialah dari Sungai Eufrat sampai ke Sungai Nil “ .
Memang, mereka lebih tahu mengenai apa yang terdapat dalam Kitab-kitab suci mereka, dan lebih mengerti akan
apa yang dimaksud oleh Ezekil, penerima peta ini dari wahyu ilahi, - menurut kepercayaan mereka -
***
Ezekil, yaitu penulis ish-hah-ish-hah ini, hidup di hari-hari malapetaka pertama dari Israel. Yakni setelah mereka
mengalami kebobrokan, hingga Allah memberikan kemenangan kepada Nebukdnezar dengan belatentaranya. Mereka
melindas negeri Israel, menghancurkan kuil, lalu menggiring puluhan ribu orang-orang Yahudi sebagai tawanan. Ezekil
menghibur kaumnya dengan kalimat-kalimat tersebut, dan memberikan harapan besar, bahwa mereka akan bebas dari
tawanan Babilon. Dan akan kembali ke negeri mereka.
Demikianlah apa yang dikatakan oleh Kita-kitab Taurat, Talmud dan surat-surat Perjanjian Lama lainnya, yang
membacanya diambil sebagai ibadat oleh orang-orang Yahudi, baik di Timur maupun di Barat, yang telah mengilhami
siasat mereka, apakah dimasa lalu, atau sekarang. Sebagai doktrin yang kemudian mengikat kaum Yahudi beraliran
keras, sedemikian kuatnya.
***
Kemudian pada saat yang tepat, datanglah orang-orang Yahudi untuk menerima tanah air yang telah dijanjikan oleh
Kitab-kitab mereka itu. Dan mulailah mereka melancarkan perang sapu bersih, yang tak dapat tidak, harus dilakukan
untuk menjamin tegaknya kerajaan. Keunggulan mereka sebagai suatu bangsa, disamping sifat tabiat mereka yang
penuh hawa nafsu serakah! “Sungguh kamu akan dapati mereka sebagai manusia yang paling rakus terhadap
kehidupan (di dunia)”. ( QS 2: 96 ). Bagi kita, adalah suatu hal yang pasti, bahwa Allah telah mengutuk Bani Israel,
disebabkan kedurhakaan dan permusuhan mereka. Dan sebelum mengetahui dari sumber-sumber lain, hal ini telah kita
ketahui dari Kitab Suci kita yang terpercaya. Lalu, apakah perangai-perangai Yahudi yang menyebabkan mereka
beroleh laknat itu, telah berubah?

113
Ribuan tahun telah berlalu, bagi bangsa yang terusir ini, yakni bangsa pembunuh perkhabaran, bangsa yang
membangkang terhadap wahyu Ilahi, di mana Allah mengutus Isa kepada mereka lalu mereka dustakan, dan mereka
berusaha membunuhnya, kemudian diutusNya pula Muhammad setelah itu, tetapi mereka masih mendustakan dan
mencoba pula untuk membunuhnya. Demikianlah, waktu silih berganti. Dan orang-orang Yahudi itu di mana pun
mereka berada, tetap menjadi simbol bagi keakuan dan kekasaran. Makan riba, menyebarkan ucapan-ucapan keji,
melakukan tindak kerusakan dan penindasan terhadap manusia. Tetapi penulis Perjanjian Lama telah menjanjikan
kepada orang-orang Yahudi, bahwa mereka akan kembali ke Palestina, darimana mereka di singkirkan dulu. Dan
orang-orang itu pun mewarisi harapan ini turun menurun. Dan merasa bahwa wilayah ini, adalah pusaka yang suatu
saat pasti akan kembali kepada mereka. Dan bahwa orang-orang selain mereka adalah pendatang yang mesti lenyap
atau berlalu. Di atas dasar inilah, bangsa Arab dan Palestina diperlakukan tanpa prikemanusiaan, keadilan dan ke-
adaban!
***
Melihat Yahudi ada di Amerika, Eropa, negara-negara Barat, ibu itupun mengkerenyitkan kening. “Kenapa ya, kok
Yahudi ada di Eropa?”, ia seakan bertanya. Dan sekedar untuk membantunya, baiklah kita kembalikan kepada buku
tersebut kembali di atas. 45) Ja’far M.A, ‘Dunia Islam versus Tata Dunia Baru’, Lembaga Pengkajian dan
Pengembangan Dakwah “Khairu Ummah”, 1994.
***
YAHUDI DAN EROPA

“Kontak Yahudi dengan Eropa, terjadi sejak tahun 334 SM.” Begitu buku itu memulai. Ketika Alexander The
Great dari Yunani mencaplok Palestina, dan Yahudi lalu digiring ke Yunani. Di situlah mereka kemudian menyebar ke
kawasan Eropa. Di sana mereka melakukan perubahan-perubahan doktrin kitab suci mereka. Hingga sesuai dengan
lingkungan dan zaman. Hal ini, tentang bagaimana mereka menyembunyikan, merubah, menambah, mengganti,
mengurangi dan sebagainya lagi, bisa dilihat didalam Al-Qur’an, pikir ibu itu pula mengingat ayat-ayat yang pernah
dibacanya dalam kitab suci itu: “…………………………… Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-
tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan
kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak
berkhianat),……… .” (QS 5:13).
“Hai Ahli Kitab, sesunguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al
Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya……..” (QS 5:15 ).

114
“Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka
mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?” (QS
2:75).
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu
dikatakannya: “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu.
Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan
besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.” (QS 2:79).
***
Dan di Eropa itu mereka menguasai pasar dan perekonomian/keahlian lainnya. Mereka ditindas dan dikucilkan,
meski sudah menjadi kelas menengah dan atas. 1300 Masehi, mereka di usir dari Inggris. 1400 Masehi, di usir dari
Perancis. 1500 Masehi, di usir dari Spanyol. Dan pada abad inilah, Yahudi memperluas wilayah petualangannya hingga
sampai ke Eropa Tengah, Rusia, dan Amerika Selatan. Selama satu abad, 1600-1700, kaum Yahudi berhasil menguasai
pasar dan perekonomian Eropa. Dan seterusnya buku lain berbicara menimpali: Sejak abad 16 M lahirlah pergerakan
reformasi agama, ‘Gerakan Protestan’, yang mengkonsentrasikan pada persoalan iman pada perjanjian lama/’Taurat’.
Pergerakan ini memandang, bangsa Yahudi berdasarkan ‘konsepsi Taurat, adalah penduduk Palestina yang
terdiaspora di atas bumi!’ Dan berkeyakinan, bahwa bangsa Yahudi akan berkumpul kembali di Palestina untuk
menyongsong kedatangan Nabi Isa a.s., yang di tunggu-tunggu, dan akan menasranikan mereka. Setelah itu akan lahir
zaman yang berlanjut sekitar 1000 tahun, dengan kondisi hidup penuh kebahagiaan.
Pengikut gereja-gereja Protestan telah menjadi penduduk mayoritas di Amerika, Inggris, Belanda, dan setengah
dari populasi Jerman. Dengan demikian, muncullah ‘Zionisme Non-Yahudi’ secara khusus bersemi di tengah
masyarakat pemeluk Protestan yang mendukung proyek Zionis dengan latar belakang agama.
Pada sisi lain, sesungguhnya Eropa, khususnya di abad 19, telah menyaksikan perubahan-perubahan politis
substansial. Sejak Revolusi Perancis terhadap pemerintahan monarki tahun 1789, terbentuklah negara Eropa modern.
Tersebarlah konsepsi nasionalis dan keinginan-keinginan nasional. Mewujudlah sistem skularis yang memisahkan
agama dari negara., dan peranan gereja pun termarjinalkan. Bahkan, mereka melibatkan diri dalam pendalaman ilmu
pengetahuan modern. Demikian juga halnya di Rusia dan beberapa kawasan Eropa Timur lainnya.
Mereka mulai melihat titik terang, ketika mereka hendak melangkah kembali ke Palestina. Para ilmuan mereka
mulai berfikir merumuskan teori, yang akan menghancurkan hidup umat manusia, dengan tujuan mengacau dunia dan
memperlicin jalan ke Palestina. Mereka berhasil menciptakan renaisans dan revolusi indutri. (Revolusi Perancis).
Dengan itu mereka berhasil pula meciptakan sistem kapitalisme-materialisme, yang berfungsi sebagai ideologi modern
menggantikan agama Kristen. Di Rusia mereka berhasil menciptakan revolusi Bolshevik, agar sistem sosialis komunis

115
merakyat dan berhasil menggeser kekuasaan Tsar. Semua upaya itu berjalan lancar, hingga dunia Barat dan Rusia
berantakan. Untuk kawasan Dunia Islam, khususnya Arab dan Turki, mereka tiupkan nasionalisme. Dan berhasil
memporak-porandakan negeri Arab Islam, sehingga melepaskan diri dari khilafah Islamiyah Utsmaniyah.
Dan untuk melanjutkan telusuran, baiklah kita melihat bagaimana Palestina berada di dalam pelukan Islam.
***
PALESTINA DALAM PELUKAN ISLAM.

Sejak Umar ibnul Khaththab, 15H/636 M, Palestina berubah menjadi daerah berkarakteristik Islam. Dan
berduyun-duyunlah penduduknya memeluk agama ini. Bahasa mereka berubah menjadi bahasa Arab. Penduduknya
menyatu dengan kabilah Arab yang datang dari jazirah Arab, dibawah payung peradaban Islam. Sampai 1920 Masehi,
akhir Khilafah Utsmaniyah dan sebelum jatuh ke tangan Inggris, Palestina adalah negeri damai dan aman. Orang-orang
Yahudi dan Nasrani hidup dengan baik dan tentram ditengah komunitas Islam yang berkuasa. Tidak ada pembantaian,
penjarahan, pengusiran, dan berbagai bentuk kejahatan lainnya, seperti sekarang ini, kecuali ketika pasukan Salib
berhasil menaklukkan Palestina sekitar abad XI Masehi. Ketika itu pasukan Salib melakukan pembantaian, yang
menurut sejarah, sampai-sampai darah mengucur di jalan-jalan. Namun dengan pertolongan Allah, Palestina berhasil
direbut kembali oleh Shalahuddin Al-Ayyubi dari Kurdistan. Beliau adalah generasi ketiga, setelah dipimpin oleh
Imaduddin Zanki, berdarah Turki, dan berasal dari kota Mousel, yang kemudian digantikan putranya Nuruddin Zanki.
Kemudian syahid, dan kepemimpinan diserahkan kepada Shalahuddin Al-Ayubi. Yang berhadapan dengan pasukan
Salib dan berhasil melumpuhkannya secara total. Dan Palestina kembali kepangkuan Islam yang damai. Kemudian
digabungkan kedalam kawasan Khilafah Utsmaniyah sejak 1516-1917. Singkatnya, pemerintahan Islam di Palestina
mampu bertahan lebih kurang 1200 tahun sampai tahun 1917. Masa pemerintahan yang terpanjang dalam rentang
sejarah penguasa Palestina. Di mana Islam menjadi identitas pemimpin dan penduduknya sekaligus. Menguasai semua
wilayahnya dan bukan sebagian saja. Sebagaimana Islam juga terkenal dengan toleransi agama dan kebebasan
agamanya. Islam menjadi pengayom tanah suci ini yang terbaik, dengan melindungi kehormatannya.
Dengan kedatangan para sahabat Rasulullah, dan berdiam di sana menyebarkan ajaran dan nilai-nilai, agama ini
benar-benar terpatri di Palestina. Di antara para sahabat itu adalah Ubadah bin Shamit, Syadad bin Us, Usamah bin
Zaid bin Haritsah, dan lain-lain. Begitu juga para tabi’in asli Palestina. Mereka adalah Raja’a bin Hayamah al-Kindi,
Ubadah bin Nasi al-Kanadi dan Ruh bin Zanba’. Selain mereka , para tabi’in lain yang pernah datang ke Palestina
adalah seperti Malik bin Dinar, Auza’i, Sufyan ats-Tsuri, bin Shihab bin az-Zuhri. Para ulama yang dilahirkan di
Palestina Gaza, yaitu Imam Syafi’i. Dsbnya lagi. 46) (Lihat buku-buku; Fathuddin Ja’far M.A, ‘Dunia Islam versus
Tata Dunia Baru’, Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dakwah “Khairu Ummah”, 1994. DR. Muhsin Muhammad

116
Shaleh, ‘Palestina, Sejarah, Perkembangan dan Konspirasi’, Gema Insani, 2002. Sofyan Al-Banna, ‘Palestine emang
gue pikirin!’, Pro You, Yokyakarta).
***
Dilihat dari segi sejarah, pemerintahan Bani Israel di Palestina sangatlah singkat. Tidak lebih dari 4 abad di sebagian
wilayah Palestina Sedang pemerintahan Islam telah berlangsung selama 12 abad (636-1917) dijeda oleh peperangan
Salib untuk beberapa masa. Sementara, sebagian besar bangsa Yahudi telah meninggalkan wilayah Palestina. Terputus
kontak dengan negara ini, selama 18 abad. (sejak 135 M sampai dengan abad 20), padahal penduduk pribumi Palestina
asli, belum pernah meninggalkan negeri ini, selama 4500 tahun. Hingga tiba waktu pendeportasian besar-besaran yang
dilakukan kriminal Zionis pada tahun 1948. Dan mereka tetap berjihad, untuk dapat mengembalikan tanah leluhur
mereka, hingga kini.
80% Yahudi di zaman ini, tidak ada hubungannya sama sekali dengan Bani Israel. Tidak ada relasi dengan
Palestina, keturunan maupun sejarah. Karena sebagian besar Yahudi kontemporer adalah bangsa Yahudi ‘Khazar’ yang
berasal dari kabilah-kabilah Tatar, Turki kuno yang berdiam di wilayah Kokaz (selatan wilayah Rusia). Mereka
berkonversi ke Yahudi, pada abad 8 SM di bawah pimpinan rajanya, Bolan, tahun 740 M. Di saat kerajaan mereka
runtuh, tersebarlah mereka ke berbagai penjuru Rusia dan Timur Eropa. Mereka ini yang sekarang disebut Yahudi al-
Asyakanaz. 47). (lihat sekitar Yahudi al-Khazar di buku Asma Faur, Palestina dan Klaim-klaim Yahudi, Beirut: Dar al-
Ummah, 1995, hlm.235-241, Palestina, Sejarah Perkembangan Dan Konspirasi, DR. Muhsin Muhammad Shaleh,
Gema Insani 2002).

***

ZIONISME, MENGHALALKAN SEGALA CARA

Zionisme adalah suatu paham yang mengatas namakan Zion. Nama salah satu bukit pada tanah yang dijanjikan,
di mana raja Daud pernah mendirikan istananya. Kata ini pernah dipakai sekumpulan orang Yahudi yang menamakan
dirinya “Lovers of Zion“ sebagai suatu tujuan untuk kembalinya Yahudi ke Palestina. Gerakan Zionisme pertama kali
dicetuskan oleh Theodore Herzl, tokoh Yahudi Hungaria dan jurnalis sebuah media berpengaruh di Wina (Austria). Ia
menulis buku berjudul “Der Judenstaat“ atau “Negara Yahudi“. Bukunya sangat provokatif. Menyulut orang-orang
Yahudi yang waktu itu dimusuhi di Eropa. Sekelompok orang Yahudi dari Rusia dan Polandia, kemudian merancang
untuk merealisasikan sebuah organisasi demi tujuan itu.
Berbagai langkah dan strategi dilancarkan oleh kaum Yahudi untuk menembus dinding Khilafah Utsmaniyah,
yang pada waktu itu ‘kropos’ karena berbagai permasalahan dan kelemahan, namun masih merupakan ganjalan bagi

117
mereka, agar bisa ‘mulus’ memasuki Palestina. Untuk itu mereka melakukan berbagai ‘akal bulus’. Antara lain dengan
mengajukan permohonan izin untuk tinggal di Palestina kepada Sultan Hamid, tahun 1892. Seperti apa yang dilakukan
sekelompok Yahudi Rusia, melalui Konsulat Khilafah Utsmaniyah di Odessa, Rusia. Yang dijawab oleh Sulan Hamid
waktu itu, dengan ucapan: “Pemerintah Utsmaniyah memberitahukan kepada segenap kaum Yahudi yang ingin hijrah
ke Turki, bahwa mereka tidak akan dibolehkan menetap di Palestina.“
Mendengar jawab ini, kaum Yahudi terpukul. Duta Amerika di Istambul campur tangan. Bahkan Herzl sendiri
menemui Sultan Hamid tahun 1896, meminta izin mendirikan sebuah gedung di al-Quds. Yang dijawab oleh Sultan
Hamid: “Sesungguhnya imperium Utsamani adalah milik rakyatnya. Mereka tidak akan menyetujui permintaan itu.
Sebab itu simpanlah kekayaan kalian dalam kantong kalian sendiri.”
.Dalam konfrensi Basel Swiss, 29-31 Agustus 1897, mereka merumuskan strategi baru yang konprehensiip, untuk
menghancurkan Khilafah Utsmaniyah yang sudah kritis dan hampir sekarat itu. Yaitu dengan melakukan sogokan,
memperalat wanita yang akan dijadikan umpan bagi para penguasa khilafah Utsmaniyah. Baik dalam acara pesta
maupun acara lain. Dan beberapa wanita diorbitkan menjadi istri para menteri dan petinggi Utsamaniyah. Di samping
melakukan penyamaran sebagai muslim, seperti yang dilakukan Musthofa Kamal Ataturk. Untuk kasus Indonesia, kita
kenal seorang ’Christian Snouck Hurgronje’. 1857-1936, yang menyamar sebagai muslim dengan nama; Abdul
Ghaffar, hingga bisa masuk kota Mekah, dengan pakaian layaknya seorang yang akan menunaikan ibadah haji, hingga
tak mengundang kecurigaan.
Melihat gencarnya aktifitas Yahudi Zionis ini, Sultan Abdul Hamid mengeluarkan keputusan pada tahun 1900,
berupa pelarangan atas jamaah haji Yahudi di Palestina untuk tinggal di sana lebih dari 3 bulan. Selama 3 bulan itu,
paspor Yahudi yang sedang beribadah di Palestina, harus diserahkan kepada petugas khilafah yang terkait. Jika
masanya sudah habis dan mereka belum meninggalkan Palestina, maka mereka akan dideportasi ke negeri asalnya.
Tahun 1901 Sultan Abdul Hamid mengeluarkan keputusan mengharamkan penjualan tanah kepada Yahudi di
Palestina.
Theodore Hertzl ternyata tak berputus asa. 1902 ia datang kepada Sultan Hamid, kali ini dengan sogokan, berupa:
1) 150 jt Poundsterling khusus untuk Sultan.
2) Membayar semua hutang pemerintah Utsmaniyah, yang mencapai 33 jt Poundsterling Inggris
3) Membangun kapal induk untuk menjaga pemerintah yang membutuhkan dana sebesar 120 jt Frank.
4) Memberikan pinjaman dana sebesar 35 jt Pounds, tanpa bunga.
5 ) Membangun sebuah Universitas Utsmaniyah di Palestina.
Namun semua giuran dan iming-iming sogokan itu ditolak oleh Sultan Hamid!
***

118
Demikian pula mereka melakukan lobi terhadap para petinggi negeri, yang mereka di dalamnya berpengaruh
kuat; seperti Inggris, Perancis, Amerika dan Rusia.
Lalu apa pula yang dilakukan Yahudi dalam rangka menegakkan Israel?
Secara singkat, terlihat di sini:
1) 1897, Konfrensi Basel, Swiss, yang disponsori oleh Herzl.
2) 1907 meningkatnya aktifitas freemasonry untuk menjatuhkan Sultan Abdul Hamid.
3) 1917 Perjanjian Balfour dan Lenin untuk memberikan Palestina sebagai tanah air orang Yahudi.
4) 1927 meningkatnya pembangunan rumah dan gedung milik Yahudi di Palestina atas bantuan Inggris.
5) 1937, Yahudi di Palestina mulai membangun kekuatan terorisme bersenjata. Mendapat senjata dan latihan
militer dari sekutu, ketika terlibat dalam PD II.
6) November 1947 dikeluarkan resolusi PBB tentang pembagian tanah Palestina, antara penduduk Palestina
dengan Yahudi pendatang. Kemudian pembubaran Ikhwanul Muslimin, dan pembunuhan terhadap Hasan Al-
Banna, yang banyak berperan dalam membela Palestina dari cengkeraman Yahudi.
7) 1956 Sinai dan Jalur Gaza dikuasai oleh Israel, setelah gerakan Islam Arab di pukul, dan Abdul Qodir Audah,
Muhammad Firgholi dan Yusuf Tho’at, yang terlibat perang dengan Yahudi di hukum mati oleh rezim Mesir.
8) 1967, semua kawasan Palestina jatuh ke tangan Yahudi, demikian juga Golan, dan Sinai. Peristiwa itu terjadi
setelah penggempuran terhadap gerakan Islam. Sayyid Qutb yang amat ditakuti Israel, dihukum gantung.
9) 1977, serangan terhadap Lebanon dan perjanjian Camp David yang disponsori oleh mendiang Anwar Sadat
dari Mesir.
10) 1988, surat rahasia Yasser Arafat untuk mengakui eksistensi Israel. Berjanji hidup damai dengan Yahudi, dan
akan menumpas segala aktivitas rakyat Palestina yang menggunakan senjata dan kekerasan melawan Israel.
11) Oktober 1991, konferensi damai Arab-Israel di Madrid.
12) 19 Agustus 1993 di Oslo, Norwegia, terjadi kesepakatan. Dan 13 September 1993 di Washington, di bawah
pengawasan Presiden Clinton, dihadiri oleh Yasser Arafat dan Yishak Rabin, kesepakatan ini ditandatangi
oleh Mahmud Abbas dari Palestina, dan Shimon Peres dari Israel. Juga ditandatangani oleh Menteri Luar
Negeri AS dan Rusia, sebagai saksi.
***

DALAM TELUSUR INI, ibu itu berpikir untuk berhenti sejenak. Melihat dan berkenalan dengan tiga pergerakan
Palestina, dan mesin perjuangan mereka. Dan ia mulai melirik ke buku-buku itu lagi: 48) Fathuddin Ja’far M.A, ‘Dunia
Islam versus Tata Dunia Baru’, Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dakwah “Khairu Ummah”, 1994. DR.

119
Muhsin Muhammad Shaleh, ‘Palestina, Sejarah, Perkembangan dan Konspirasi’, Gema Insani, 2002. Sofyan Al-Banna,
‘Palestine emang gue pikirin!’, Pro You, Yokyakarta, ‘Palestina Merdeka atau Intifadah Jilid III’, Comes, 2007.
1. Organisasi Pembebasan Palestina
2. Intifadah
3. Hamas

ORGANISASI PEMBEBASAN PALESTINA


Setelah mendapat dukungan dari negara-negara Arab, terutama Mesir dan liga Arab, Ahmad Al-Shuqaeri
membawa draft deklarasi nasional Palestina dan AD/RT PLO ke wilayah-wilayah pemukiman selama 30 kali
kunjungan. Dan pada tanggal 28 Mei sampai 2 Juni 1964 diselenggarakanlah konferensi nasional Palestina, dan Ahmad
Al-Shuqaeri dipilih sebagai ketuanya. Salah satu bunyi deklarasi nasional Palestina yang disetujui dalam konferensi itu
adalah; mengakui akan ke-Araban Palestina; hak memiliki tanah Palestina bagi rakyatnya; menolak program Zionisme;
menolak mengakui negara Yahudi Israel; dan keputusan pembagian wilayah Palestina.
Sampai di titik kalimat terakhir itu, dahi si ibu berkernyit sedikit. “Kok bisa ya, kalau kemudian PLO dengan
Fatah dan Yaser Arafat, jadi berubah di tahun 1988? Bahkan kemudian di tahun 1993, mengadakan kesepakatan Oslo?
Bersedia menumpas rakyat dan saudara sendiri, demi memperturutkan segala arahan dan keinginan Zionis Israel.
Bahkan, ikut menyetujui, bahwa kawan seperjuangan dari bangsa dan saudara sendiri, dikatakan ‘teroris’, pelaku aksi
kekerasan. Apakah nilai perjuangan sudah mudah mulai bergeser, dan racun pencucian otak mulai teralami? Ataukah
memang ia sudah ‘kebingungan’ melihat Anwar Sadat berdamai dengan Israel, setelah ‘kalah’ di perang 1973, posisi
negara-negara Arab semakin melemah, menjadi ‘penonton’, apalagi setelah perang Teluk, dan dunia Arab semakin
tidak peduli pada Palestina, sedang sejak 1982 aksi kemiliteran dan politik PLO juga melemah, ‘arus realistis’ untuk
penyelesaian secara damai, makin gencar, atau juga barangkali karena habis menikah dengan ‘Suha Al-Thowil,
sekretaris dan advisor pribadinya, yang tidak membedakan antara Islam, Kristen, atau Yahudi, yang penting baginya
adalah sama-sama penduduk Palestina?”
Huh, lagi-lagi ia menggelengkan kepala penuh keheranan. “Wallahu ‘alam”. Akhirnya ucapnya menyerahkan
segala sesuatu pada sang Pemilik Pengetahuan secara persis! Meski rabaan berbagai penyebab itu, masih menggelayuti
hatinya. Apalagi setelah masa kehancuran komunisme, invasi Irak ke Kuwait 1990, periode Madrid 1991, penyerbuan
Amerika Serikat ke Irak atas nama PBB, kelemahan dan kemandulan yang dimiliki negera-negara Arab, kesusahan
keuangan dan kemelempenan dukungan mereka terhadap rakyat dan bangsa Palestina, last but not least, kekuasaan
‘tunggal’ sang dunia. Jagoan dan si cowboy adikuasa Amerika Serikat, yang memperlihatkan ‘kehebatan’nya dengan
meluluhlantakkan Saddam Hussein, Irak, Afghanistan itu!

120
Tetapi untuk meneruskan pengenalan terhadap PLO/OPP, di atas telusurnya itu, ia meneruskan: Paska Perang
tahun 1967, antara Israel dengan Arab, jatuhlah Jalur Gaza dan Tepi Barat ke tangan Israel. Kekuatan Arab semakin
lemah dan Abdul Naser mengalami krisis kepercayaan. Dengan begitu, dukungan kepada Ahmad Al-Shuqaeri juga
melemah. Maka pada tanggal 24 Desember 1967, ia mengundurkan diri dari kepemimpinan PLO. Digantikan oleh
Yahya Hammoudah sebagai pejabat sementara. Pada masanya dilakukan reaktualisasi dan rekonstruksi bangunan PLO.
Bahkan ada revisi deklarasi nasional Palestina, yang disahkan pada koferensi nasional Palestina pertama di Al-Quds
tahun 1964. Keberhasilan regenerasi dan reorganisasi ini, tidak lepas dari upaya sebagian besar organisasi berani mati
fedaiyyin, terutama kelompok Fatah.
Atas dasar itu, konferensi nasional Palestina keempat digelar di Kairo pada tanggal 7-17 Juli 1968. Yang
memutuskan menyetujui semua bentuk revisi dan regenerasi tadi, dengan dipengaruhi oleh kelompok-kelompok
fedaiyyin.
Konferensi kelima, kembali digelar di Kairo tanggal 1-4 Pebruari 1969 dengan dominasi fedaiyyin di dewan
eksekutif. Dan Yaser Arafat sebagai pemimpin Fatah, didaulat menjadi pemimpin PLO sejak saat itu!
Pada tahun 1974, Arafat pertama muncul di panggung politik internasional, ketika diijinkan berpidato di depan
Majelis Umum PBB. Tahun 1982, Israel di bawah pimpinan Menteri Pertahanan Ariel Sharon, menyerbu Lebanon.
Tujuannya untuk memusnahkan Arafat serta PLO untuk selamanya. Upaya ini gagal, namun Arafat serta pasukannya di
usir ke Tunisia. Tahun 1987, pecahlah intifadah.

INTIFADAH

Percikan Intifadah (Intifadhah al-Mubarakah) terjadi pada tanggal 9 Desember 1987 paska syahidnya 4 orang
pekerja Palestina, di peristiwa penabrakan sengaja yang merenggut nyawanya, pada hari sebelumnya. Para syuhada
terus berjatuhan dan demontrasi kian meluas dan menjalar ke setiap wilayah Gaza dan Tepi Barat, yang diikuti oleh
seluruh rakyat.
Gerakan intifadah ini, memiliki beberapa ciri dan karekteristik:
1. Warga dalam wilayah yang terjajah, Gaza dan Tepi Barat, adalah pihak pertama yang mengambil inisiatif
perjuangan jihad ini.
2. Aliran Islam ambil bagian secara penuh, tegas, dengan segala aktifitasnya.
3. Berlangsung secara tertib dan efektif.
4. Melibatkan hampir setiap sektor dan lapisan masyarakat, dari segi aliran, kelompok dan umur.
5. Penuh keberanian dan pengorbanan, partisipasi anak-anak, kawula, dan kaum ibu.

121
6. Muncul semangat itsar ‘mendahulukan kepentingan orang lain’, kerja sama dan keberanian.
7. Perlawanan massal yang ekstensif. Pemogokan massal, demonstrasi-demontrasi, memboikot administrasi sipil
Zionis, membersihkan masyarakat dari para agen dan penjaja kerusakan dan obat-obat terlarang.

***
BUKU DI TANGAN yang masih digenggam, diletakkan sejenak. Ingatan serta pikirannya mulai melayang ke zaman
Orde Lama, di ‘Bumi Pertiwi’nya sendiri. Ketika akhir kejatuhan Sukarno. Presiden pertama Republik yang dicintaiya
ini. Saat rakyat dengan para mahasiswa, cendekiawan, kaum terpelajar, berbagai elemen lain, bersama-sama bersatu
bergerak menentangnya, dalam gerak revolusi atas keberpihakannya, yang lebih pada komunis Rusia kemudian RRT.
Menyeleweng dari garis yang ditetapkan, sehingga menjadi berat sebelah dan tak seimbang lagi. Menjadi diktator di
atas kekuasaannya yang semakin besar dan melebar. Tak mengindahkan konstitusi dan undang-undang. Apakah itu
karena politik kekuasaannya sendiri yang sudah mulai dipengaruhi nafsu yang meraja, atau ditimbulkan oleh para
penjilat berselimut musang, yang mengelilingi. Dengan prinsip asal bapak senang. Ditetapkan sebagai Presiden seumur
hidup, di atas prinsip nasakom, demi kesatuan dan persatuan nasional. Membuat rakyat bingung di antara kepercayaan,
agama, dan faham-faham yang dianut. Sengsara di atas kenaikan harga, politik berdikari, dengan ekonomi
terpimpinnya, dan sebagainya lagi. Dan sebagainya lagi.
Seorang Presiden yang pada awalnya ia kagumi karena kepintarannya berpidato. Orator dengan kecerdasan dan
daya intelektual yang dimiliki. Pelopor dari gerakan Non Blok saat itu. Sehingga menjelmakan Konferensi Asia Afrika
di Bandung. Dengan keperibadian yang tidak onggak-angguk, menunduk merendah, menjilat dan taat kepada petinggi
Barat seperti Amerika Serikat dan sebagainya. Tapi gagah berwibaya penuh kharisma dan percaya diri, meski hanya
sebagai seorang Presiden dari negara Dunia Ketiga, yang belum berkembang. Masih memerlukan bantuan luar negeri
demi kemajuan dan perkembangan bangsa dan negara.
Ya ketika itu, angkatan 1966 dengan KAMI dan rakyat, berhasil menumbangkan dan menurunkannya di atas
Surat Perintah 11 Maret. Dan begitu pula pada saat Orde Baru dengan Presiden Suharto. Yang mulai pula
menyeleweng dan menyimpang dari garis kepentingan hidup orang banyak, sang rakyat jelata, dengan perilakunya
yang lebih mementingkan proyek mercu suar dan dinasti keluarga. Menindas dan memperkosa hak-hak rakyat,
terutama hak-hak politik, bersuara dan beragama, di mana Pancasila yang tadinya hanya merupakan asas atau dasar
negara, kemudian dirubah menjadi asas politik keormasan. Massa diambangkan sedemikian rupa, di atas rasa ketakutan
mengeluarkan pendapat. Pengeritik, pelaku oposisi, dengan prinsip yang harus dianut, dalam nama kesatuan dan
persatuan nasional, dan perekonomian alur kapitalis liberal. Hingga jurang antara si kaya dan si miskin menganga.
Sementara pembangunan gedung-gedung pencakar langit dan sarana jalan, menandai citra pembangunan. Hingga
rakyat pun tak bisa mentolerir. Meledak dalam sebuah aksi demontrasi massa. Di mana mahasiswa dan berbagai

122
elemen intelelektual serta rakyat, bersatu dan bersama-masa lagi, di dalam satu gerakan melawan pemerintah. Para
pejabat dan petinggi negara, yang mulai menyimpang dari garis rel sejati sebuah keadilan dan kebenaran tindak laku.
Mementingkan diri sendiri, keluarga, kelompok, golongan, partai serta ideologi. Menjajah, menindas, menyengsarakan
masyarakat dalam tindakan sewenang-wenang!
Begitulah, sejarah berulang kembali. Kebenaran dan keadilan akan selalu berdiri. Menjegal, menghadang,
menantang, menentang, bahkan menendangnya, hingga ia akan terjungkir balik! Lengser sebagaimana yang pernah
dialami Suharto itu! Dan hal semacam itu akan selalu menjadi pelajaran. Terjadi pada pemimpin, penguasa, dan
pejabat, yang sudah tidak bisa lagi berdiri di atas kebenaran dan keadilan, Demi kepentingan rakyat, ketenangan dan
kesejahteraan. Kebenaran dan keadilan. Sejarah itu sendiri!!
***
Ketika pergerakan Fatah dan OPP menandatangani Perjanjian Oslo September 1993, ini merupakan fase akhir
intifadah termandulkan. Sementara faksi-faksi lain, khususnya Hamas dan Jihad Islam, terus melanjutkan
perjalanannya. Meningkatkan kualitas operasi jihadiah. Namun berdirinya Pemerintahan Palestina di wilayah tanah
yang dijajah pada bulan Mei 1994, telah memadamkan banyak nyala api, sebagaimana juga ia berhasil menghilangkan
partisipasi massal rakyat setiap hari. Maka, persoalan secara makro, terbatas pada para anggota pergerakan dan faksi-
faksi. Enam tahun perjalanan intifadah, Desember 1987-Desember 1993, menurut sensus yang dihitung oleh OPP,
bahwa jumlah syuhada tidak kurang dari 1540, yang cedera 130 ribu, dan sekitar 116 ribu warga yang ditangkap!
***

HAMAS

Berdirinya pergerakan Harakah al-Muqawwamah al-Islamiyah (Hamas), bersamaan dengan waktu dimulainya
gerakan intifadah. Mengeluarkan dekrit pertamanya pada tanggal 14 Desember 1987, dengan pendiri dan pemimpinnya
Syaikh Ahmad Yasin (1936-2004). Seorang tua yng didorong di atas kursi roda karena lumpuh, kemudian ditembak
secara biadab oleh pasukan Zionis Israel, seusai menunaikan shalat subuh berjamaah di sebuah masjid di Desa el-
Sobra, kota Gaza, Senin 22 Maret 2004, dengan melepaskan tiga rudal dari pesawat-pwsawat tempur helinya! Yang
menyebabkan juga beberapa orang syahid, dan 16 lainnya luka-luka. Termasuk dua anak Syeikh Ahmad Yasin, Abdul
Hamed dan Abdul Ghani. Yang beberapa waktu kemudian berselang, pemimpin dan penggantinya, Abdul Aziz Rantisi,
mengalami hal yang sama. Dibunuh Zionis Israel, dan syahid pula. Biadab!
Hamas dikenal sebagai faksi atau pihak yang paling dinamis dan efektif, kalau bukan yang paling menonjol.
Mendapat popularitas baik dari kalangan mahasiswa, asosiasi-asosiasi seperti di Universitas an-Najah, Universitas

123
Gaza, al-Khalil, Beirut, al-Quds, asosiasi insinyur, dokter, apoteker, advokat, guru, dan kamar dagang. Mengkoordinasi
rakyat Palestina, dan memiliki kemampuan berkonflik secara militer yang efektif, tanpa bergantung pada unsur luar.
***
Di dalam wawancaranya di surat kabar, Dr Hisyam Syarabi, yang terkenal dengan inklinasinya pada skularisme,
antara lain mengatakan, bahwa sesungguhnya Hamas dapat berhasil berprestasi dalam hal yang tidak dapat dicapai oleh
OPP dan faksi-faksinya lebih dari ¼ abad; dalam menyimpulkan bentuk baru untuk mengkoordinasi rakyat Palestina
serta kemampuan berkonflik secara militer yang efektif tanpa bergantung pada unsur luar.
Sebagaimana diketahui, dalam kondisi supremasi Zionis Yahudi, konspirasi internasional, kelemahan politik
Palestina, perpecahan dan ketercabikan bangsa Arab dan Islam, maka sesungguhnya aksi gerakan Hamas tidak
bermaksud untuk membebaskan dan memerdekakan Palestina, dalam waktu segera dan langsung. Yang diupayakan
oleh gerakan ini adalah peperangan yang akan dilanjutkan oleh generasi-generasi yang akan datang. Maka dalam
kondisi seperti ini, Hamas berdaya upaya untuk melewati periode dan masa sekarang, untuk memelihara yang hak dan
mempertahankan akar-akar jihad. Meski harus menghadapi berbagai tantangan dengan mempersembahkan para
pejuang yang berkualitas dan siap untuk berkorban dan syahid. Sehingga para pengamat dan analis Israel mengakui,
bahwa “Hamas telah memperlihatkan figur manusia Palestina yang baru, dan mereka adalah para orang yang siap mati
syahid”.
Salah seorang pakar Zionis juga menegaskan, bahwa Hamas sangat dinamis dan inisiatif. Sebagaimana juga
diakui oleh Jendral Urai Saghi, Kepala Dinas Intelijen Militer, bahwa Hamas memiliki metode operasi yang canggih,
sangat rahasia, dan dapat melakukan operasi yang mencolok dan sangat memukul.
Selain itu, Hamas dapat menjalani kedinamisan yang tinggi, sehingga dapat menggantikan posisi generasi
pimpinan dalam waktu yang sangat singkat. Maka setiap kali terungkap, pimpinannya syahid atau tertangkap, muncul
pimpinan baru yang menggantikan dan melanjutkan aksi. Padahal setelah kesepakatan damai oleh OPP dengan entitas
Zionis, berdirinya pemerintahan otonom di Gaza dan Tepi Barat sejak 1994, yang menjadikan operasi syahadah hampir
dikatakan mustahil, tapi masa 1994 dan seterusnya, menyaksikan perkembangan yang kualitatif. Secara khusus, operasi
syahadah. Seperti misalnya aksi pembalasan di Masjid al-Ibrahimi (Februari 1994) Kesyahidan Yahya Ayyash,
direspons dengan sejumlah operasi di bulan Februari-Maret 1996, yang menggoncangkan entitas Zionis. Sehingga
mengundang dunia untuk mengadakan konferensi yang diikuti negara-negara besar guna ‘memerangi terorisme’.
Zionis dan Otoritas Palestina, melakukan berbagai kampanye. Bekerja sama langsung dengan Amerika, dan
menggunakan seluruh teknologi pengamanan membabi buta. Menargetkan setiap apa saja yang ada hubungan dengan
pergerakan beraliran Islam di Palestina. 49) IBID. “Palestina, Sejarah, Perkembangan dan Konspirasi”, Dr Muhsin
Muhammad Shaleh, Gema Insani, 2002.

124
Hamas mengalami, dan hingga kini masih mengalami, masa yang paling berat. Baik dari dalam, maupun dari luar.
Apalagi setelah kemenangannya secara fair, jujur dan demokratis, di Pemilu legislatif, Januari 2006. Tantangan dan
permusuhan kepadanya, semakin menjadi-jadi. Kelompok Zionis Israel, Amerika Serikat dan sekutu, yang selalu
mendengungkan teriakan bahwa Hamas adalah militan, keras, radikal, teroris, serta merta menghentikan bantuannya.
Memboikot, mengepung, melakukan intimidasi politik, ekonomi, diplomasi, aksi-aksi teror terhadap para pemimpin
pemerintahannya, anggota parlemen dan mereka-mereka yang tidak disukai, dengan melakukan intrik-intrik
pembedaan dan ketidakadilan yang kentara dan mencolok. Perlakuan dan tindakan yang sama sekali bertetangan
dengan prinsip-prinsip demokrasi mereka sendiri!
***

PADA TITIK INI, di saat hatinya jadi terpicu gebu dan haru, ibu itu kemudian teringat buku yang baru diperoleh.
Pemberian dari penulisnya sendiri, yaitu bapak Amrozi Rais LC. Yang telah menulis kumpulan tulisan pendek, menjadi
sebuah buku. Yang sebahagiannya telah dikemukakan di atas, bersama-sama dengan buku yang lain: “Palestina
Merdeka atau Intifadah Jilid III”. Dan di sini, ibu itu akan mencuplikan sebagian di antara halaman-halaman 120-129,
yang dirasakannya perlu untuk diinformasikan, menambah dan melengkapi wawasan rangkuman:

KRISIS HAMAS AMERIKA

Hamas dan gerakan Islam lain, yang beberapa tahun terakhir bintangnya mulai bersinar, termasuk ikhwan Mesir,
menghadapi sejumlah tantangan internal dan eksternal, yang mungkin menjadi tantangan paling berbahaya.
Kemenangan Hamas dianggap sebagai penghalang bagi rencana Bush untuk menyebarkan demokrasi di Arab dan dunia
Islam. Demokrasi Bush telah menjadi bumerang, karena berhasil mengantarkan kaum islamiyyin sampai di puncak
kekuasaan, bertolak belakang dengan yang diharapkan.
Kemenangan Hamas telah menjadi tamparan kedua bagi proyek Bush di Timteng, setelah kemenangan ikhwan di
Mesir, yang menguasai 20% kursi. Perkembangan ini akan menjungkirkan rencana-rencana AS di kawasan.
Menempatkan proyek Bush dalam terpaan angin. Menunjukkan kegagalan kebijakan politiknya pada saat tengah
mengalami pukulan di Irak. Meskipun Amerika Serikat secara diplomatis menyebut sukses Hamas ini sebagai
“kemenangan demokrasi yang datang untuk perubahan”, namun, AS tetap tidak menerima secara praktis atas
perubahan ini, sehingga memutuskan menghukum bangsa Palestina, dengan memutus segala bentuk dukungan dan
bantuan dana, meski Hamas menang sesuai kaedah-kaedah demokrasi Barat yang dipaksakan AS di kawasan.

125
Hamas akan menghadapi banyak masalah; berdampingan dengan negara-negara sekutu Washington (Mesir dan
Yordania), dan juga Israel. Yang dianggap Washington sebagai ancaman bagi kepentingannya di ketiga negara
tersebut; revolusi dalam peta konflik di Timteng, dan perubahan dalam prinsip-prinsip konflik di kawasan.
Untuk itu, sejak kemenangan Hamas, tidak henti-hentinya Washington, pusat-pusat kajian Barat dan stasiun-
stasiun televisi, membicarakan tentang kegagalan rencana Bush di kawasan, dan pentingnya menghentikan rencana
tersebut. Setelah terbukti bahwa kotak-kotak pemilu menjadi milik kaum islamiyyin; bahwa bangsa Arab pada akhirnya
menyuarakan pilihan Islam, justru setelah kawasan ini diterpa kebebasan dan digempur kekuatan-kekuatan liberal serta
partai-partai sekuler, melalui tekanan demokratisasi!
Kemenangan Hamas juga dianggap akan mengembalikan konflik Palestina-Israel ke titik nol, dan ketegangan
yang tajam di kawasan. Yang kemudian berlanjut pada perasaan kebencian akan Amerika Serikat di kawasan, dan
kemungkinan berpindah ke AS, sebagaimana peristiwa 11 September!
***
SEBAB KEMENANGAN ISLAMIYYIN

Menurut Muhammad Jamal Irfah, banyak tafsiran tentang sebab-sebab kemenangan Hamas. Sebagian besar
menyebut, sebabnya adalah “suara protes” pada praktek-praktek rezim Arab, termasuk di Palestina. Dan hal ini bisa
menguat, akibat meningkatnya kekerasan dan penindasan terus menerus yang dialami gerakan Islam, dan meluasnya
basis simpatisan pendukung dan anggota, serta bukti kegagalan usulan ideologi lama.
Di antara sebab klasik yang menjelaskan kemenangan kaum islamiyyin secara umum adalah:
Pertama, kemauan melakukan reformasi politik dan sosial, yang dikibarkan gerakan Islam, termasuk ikhwan di
Mesir dan Hamas di Palestina.
Kedua, upaya memerangi kerusakan dan membangun kesetiakawanan sosial. Yang kemudian menjadi program
jelas dalam fatsun (kode etik) gerakan Islam secara umum. Sehingga membuat gerakan Islam senantiasa nyambung
dengan masyarakat dan sibuk dengan kerja-kerja sosial.
Ketiga, perlawanan terhadap situasi, di mana rezim-rezim Arab tunduk dan mengekor pada Barat, meski ini juga
menjadi slogan kekuatan oposisi Arab lainnya. Ini juga yang disuarakan Hamas terhadap Fatah.
***
Adapun sebab-sebab baru, yang menjelaskan gelombang massa memilih kekuatan Islam adalah:
Pertama, masuknya sejumlah kekuatan Islam, yang berlaga secara politik dan pengalaman yang diperoleh di
parlemen atau pemerintahan, seperti “Hamas” Aljazair dan partai Amal Yordania. Hal itu mendorong gerakan lain
untuk ikut berpolitik, dan mendorong rakyat Arab memilih kaum islamiyyin.

126
Kedua, keyakinan partai-partai Islam, akan urgensinya ikut serta dalam kancah politik, melakukan perubahan,
menduduki parlemen atau pemerintahan, bertujuan untuk melawan dan mencegah rencana-rencana yang
menghancurkan Islam.
Ketiga, munculnya fatsun (etika politik), program-program dan piagam-piagam kepartaian bagi kekuatan Islam.
Seperti watsiqatul ishlah (piagam reformasi) dan baramijul ikhwan al-intikhabi (program pemilu ikhwan), keduanya
diterbitkan ikhwan di Mesir. Juga program-program pemilu Hamas (baramijuhamas al intikhabi) di Palestina.
Semua itu adalah program-program, meski belum disempurnakan, yang menjadi perhatian bagi kekuatan-
kekuatan islam, dengan tidak tamak terhadap pergantian kekuasaan dan keinginan mendapatkannya
***
LANGKAH HAMAS

Dari statemen para pemimpin Hamas, terungkap rancangan langkah gerakan ini; yang terangkum dalam dua isu
pokok:
Pertama, strategi kelanjutan hidup sehari-hari rakyat di dalam negeri, membangun sarana dan prasarana
perbaikan, di samping menangani masalah kerusakan.
Kedua, strategi keluar dari kebuntuan dan situasi sulit desakan internasional, agar Hamas mengakui Israel dan
meletakkan senjata.
Di samping dua langkah yang harus ditempuh Hamas itu, masih ada beberapa permasalahan, yang mungkin
cukup sulit dilakukan. Di antaranya terkait urusan dalam negeri, dan penanganan masalah kerumahtanggaan negara,
yaitu program terbatas, membentuk pemerintahan dengan menggabungkan antara kebijaksanaan politik dan proyek
perlawanan, sambil mengembalikan format pembangunan proyek nasional yang terkait dengan perbaikan aparatur
negara, pembangunan ekonomi, pengawasan atas penyelewengan-penyelewengan serta pembagian bantuan luar negeri
secara adil kepada seluruh rakyat, agar tidak sampai ke tangan-tangan koruptor. Juga akan menangani berbagai konflik
dalam negeri. Kemudian permasalahan yang terkait dengan urusan luar negeri, perundingan dan pengakuan terhadap
Israel. Pada poin ini nampaknya Hamas harus lebih berhati-hati, karena harus menggabungkan diri pada PLO, sebagai
konsekuensi dari piagam Kairo, pada Maret 2005, terutama terkait masalah restrukturisasi organisasi ini, karena PLO
diakui secara internasional sebagai pihak sah, yang mewakili secara resmi, melakukan perundingan dengan Israel.
***
STRATEGI DALAM NEGERI

Pertama, masalah bantuan luar negeri, terkait dengan desakan internasional.

127
Kedua, kekhawatiran terjadinya konflik dalam negeri, sebagai imbas dari penolakan petinggi Fatah untuk
menyerahkan dinas keamanan ke tangan Hamas.
Ketiga, terkait dengan warga Palestina yang berada di wilayah pendudukan.
Berdasarkan statemen para petinggi Hamas, langkah yang akan ditempuh gerakan ini adalah:
Pertama, melakukan penyempurnaan program nasional, serta merekonstruksi apa yang telah dibangun oleh PLO
dan Fatah sejak kesepakatan Oslo, serta memperbaiki kekurangan yang ada. Seperti banyak ditegaskan pemimpin
Hamas, termasuk Khaled Mish’al dan Musa Abu Marzuq, bahwa Hamas akan memperbaharui proyek nasional dan
terus menyempurnakan apa yang telah dimulai dengan memberikan hal-hal yang baru.
Namun ditegaskan, terkait masalah rekonstruksi PLO, pentingnya merubah tatanan dasar organisasi yang lama,
termasuk masalah keanggotaan dan pemilihan ketua secara bebas dan langsung, serta penggabungan semua unsur dan
kekuatan yang ada, ke dalam organisasi ini.
Kedua, membangun masyarakat Palestina, menangani urusan rumah tangga, melalui agenda pembicaraan dan
kesepakatan nasional atau musyawarah bersama seluruh elemen. Agar semua kebijakan diputuskan secara bersama,
bukan monopoli kelompok tertentu.
“Kami mengusulkan tentang keikutsertaan politik, agar keputusan politik tidak didominasi faksi-faksi tertentu.
Kami meminta keikutsertaan politik bagi seluruh faksi Palestina, untuk menanggung semua beban nasional.”
Ketiga, membangun struktur pemerintahan teknokrasi, bukan yang berbasis politik. Tujuan pokoknya
membangun Palestina dari dalam, dengan menggunakan semua potensi dan pribadi-pribadi yang mempunyai
kemampuan dan keikhlasan dalam menjawab semua tuntutan rakyat.
Keempat, menjamin pembagian bantuan luar secara adil, memotong jalur birokrasi yang panjang dan praktek
korupsi serta pajak-pajak upeti dari bantuan ini. Hamas juga akan melakukan revistalisasi pekerja sosial gerakan yang
selama ini sudah berjalan. “Hamas akan mencukupi 27,5% keperluan rakyat Palestina, melalui pusat-pusat dana sosial
gerakan, sementara sisanya akan diperoleh dari bantuan luar negeri,” ungkap Abu Marzuq.
Kelima, prioritas ekonomi yang bertumpu pada sumber pendapatan sendiri, di samping sumber lain dari Arab dan
dunia Islam, guna menghentikan ketergantungan terhadap ekonomi Israel.
Keenam, mencari solusi penanganan masalah dinas keamanan, dengan meminta Presiden membagi komando
Dinas Intelejen dan Kepala Keamanan Pusat dengan pembagian tugas yang jelas.
***
STRATEGI LUAR NEGERI

Terkait dengan tekanan internasional.

128
Bila ingin diakui di tingkat internasional, Hamas memang dituntut untuk mengikuti dan bergabung dengan PLO
sebagai kuasa resmi Palestina di tingkat internasional. Di sini Hamas dituntut untuk mengakui entitas “negara Israel”
sebagai syarat terjadinya perundingan dan pengakuan Barat terhadap pemerintahan Hamas. Namun yang terpenting
adalah, membuat strategi untuk bergaul dengan dunia internasional. Terutama dengan Arab dan dunia Islam. Kemudian
berusaha mencari alternatif bantuan selain dari Arab dan dunia Islam, seandainya tiba-tiba bantuan itu terputus.
Selanjutnya adalah melakukan rekonstruksi PLO mencakup perubahan prioritas perundingan dan menghentikan
penyerahan yang tidak berguna. Mengaitkan gencatan senjata dengan penyerahan wilayah oleh Israel, termasuk
penarikan mundur dari wilayah Palestina terjajah. Dengan jelas hal ini diungkapkan para pemimpin Hamas.
Seperti diungkapkan Misy’al dan Abu Marzuq, “Kesalahan sudah terjadi sejak lama, maka wajib bagi kita
memperbaikinya pada kesempatan ini. Kita tidak mungkin mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya.”
Artinya Hamas akan tetap menghormati kesepakatan yang telah ditandatangani sebelumnya, akan tetapi pihaknya
akan mengkaji ulang dan meninjau kembali, bila itu melanggar prinsip-prinsip dasar hak Palestina.
***
Tulisan tersebut kemudian dikomentari oleh penulisnya, sebagai berikut: Dari sini nampak bahwa Hamas sedang
menjungkirbalikkan realita politik yang telah berlalu. Semuanya memang sulit untuk dibuat satu tafsiran. Tapi
bagaimanapun inilah eksperimen ketiga sebuah partai yang memiliki orientasi islam, sampai pada kekuasaan, setelah
Aljazair dan Sudan. Eksperimen yang diliputi berbagai persoalan internal maupun eksternal. Terlebih karena
keberadaan negara masih dalam pencarian di bawah penjajah dan berlanjutnya periode pembebasan nasional.
Eksperimen ini masih menuntut jawaban-jawaban atas berbagai persoalan di atas yang di hadapi, dan bagaimana
merealisasikan langkah-langkah dan strateginya. Baik juga buat percontohan untuk kajian dan pengalaman bagi
sebagian gerakan Islam yang terjun dalam kancah politik, demikian ulasnya.
***

SETELAH KESEPAKATAN OSLO, berbagai perjanjian dan kesepakatan, sebenarnya hanya menguntungkan Zionis.
Seperti: Kesepakatan Kairo, 4 Mei 1994, Taba, 28 Desember 1995, Perjanjian Plantation, 23 Oktober 1998, Syerm
ash-Shekh, 4 September 1999, dan sebagainya.
Sikap Zionis terus mengulur waktu. Menjanjikan saja dan memperlemah. Di mana perjalanan kekuasaan Palestina
selalu saja mendapat kesulitan. Berada dikegagalan pemerintahan Palestina atas tuntutan Israel, yang menuntut
pemukulan gerakan Hamas, bahkan yang belakangan ini sudah memperoleh kemenangan secara demokratis, saat
pemilu Januari 2006. Namun mereka tetap saja memusuhi dan tidak mengakui. Melakukan perongrongan,
pemboikotan, bahkan menyerang para pemimpinnya di atas tindakan dan perbuatan keji ala Machiavellisme. Mencapai

129
tujuan dengan menghalalkan segala cara. Fanatisme tanpa dasar, yang dijadikan alat untuk menguasai Jazirah Arab,
mendirikan Negara Israel Raya dari Sungai Efrat sampai ke Sungai Nil! Walaupun kini pada hakekatnya, terjadi
gencatan senjata selama 6 bulan, 19 Juni 2008, antara Hamas dan Israel, di atas tekanan internasional, demi kebutuhan
mendesak rakyat dan bangsa, yang diboikot semena-mena dalam segala aspek kehidupan kemanusiaannya. Meski
landasan persyaratannya Resolusi 242 dan 338, yang mengharuskan Israel hengkang dari tanah yang direbutnya pada
tahun 11967 itu.
***
RENUNGAN

Perempuan itu terus merenung. Menelusuri dan mengingat-ingat gerak tindak Israel yang telah berbuat zalim.
Padahal dulu Bani Israel adalah bangsa yang dimuliakan dan dipilih Tuhan., sebelum mereka benar-benar khianat dan
mengingkari janji dengan berbuat kedurhakaan. “Dan sesungguhnya telah Kami pilih mereka dengan pengetahuan
(Kami) atas bangsa-bangsa.” (QS 44:32). “Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan
kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat.” (QS 2:47).
“Ya,” pikirnya, “mereka dipilih dan dimuliakan Tuhan atas bangsa-bangsa dan segala umat, tapi hanya di masa
itu. Di kala mereka memegang teguh amanat Allah. Menjaga dan memelihara keimanan. Menyembah dan
menghambakan diri kepada Allah, tanpa memperserikatkan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan bukan pada saat mereka
telah khianat. Mengingkari janji, berbuat durhaka kepada Tuhan, melakukan kezaliman terhadap manusia dan
kehidupan kemanusiaan.”
Kembali doa Nabi Ibrahim teringat olehnya, juga bagaimana janji Tuhan kepadanya, bahwa keturunannya akan
menjadi Imam, kecuali bagi mereka yang zalim!
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada
mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta
mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS 2:129.)
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim
menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim
berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku. Allah berfirman: “JanjiKu (ini) tidak mengenai orang-orang
yang zalim”. (QS 2:124). Begitu pula diingat sabda Rasul-Nya saw: “Sesungguhnya aku telah ditetapkan oleh Allah
akan menjadi penutup dari semua Nabi, Rasul di waktu Adam masih tanah liat, dan aku menerangkan kepadamu asal
mulanya itu; ialah doa ayahku Ibrahim, dan berita gembira yang dibawa oleh Isa, dan impian ibuku dan demikianlah
ibu dari pada Nabi melihat dalam impian mereka. (HR. Ahmad).

130
Dan ketika Abu Umamah r.a. bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimanakah permulaan kenabianmu? Jawab Nabi
saw., “Doa ayahku Nabi Ibrahim a.s. dan berita gembira yang disiarkan oleh Isa a.a. dan ibuku telah melihat seakan-
akan ada cahaya keluar dari perutnya, sehingga dapat menerangi gedung istana di negeri Syam”. (R. Ahmad).
Dan Nabi saw. bersabda: “Aku doa ayahku Ibrahim dan berita gembira yang disampaikan oleh Nabi Isa a.s.”
***
Meski doa ini termanifestasi, dan diwujudkan oleh Rasulullah saw., namun hasil dari permohonan itu, tercermin
juga lewat Ishak dan Ya’qub a.s., yang kemudian dikenal sebagai ‘Bani Israel’.
‘Isra-El’, dalam bahasa Ibrani berarti “hamba Tuhan”; merupakan personifikasi dari hamba Tuhan yang sejati.
Yang di mana nabi-nabi itu diutus. Sementara kriteria permintaan dan janji pengabulan Tuhan tersebut, tidak termasuk
kepada mereka yang zalim! “Rupanya,” dan ingatan ibu itu semakin bervisualisasi, “ini pulalah yang mengkhawatirkan
dan mencemaskan Ya’kub a.s menjelang ajalnya. Ketika ia mengumpulkan putra-putranya dan bertanya kepadanya:
“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya:
“Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek
moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS
2:133).
Yusuflah yang tersaleh dan terbaik di antara mereka. Yang menjaga dan memelihara apa yang telah menjadi
pilihan dan kurnia Allah, dengan kelurusan tauhid yang dimilikinya itu. Saat ia menyeru narapidana di penjara,
menjauhkan dan menghindarkan mereka dari segala sesuatu yang disembah selain Allah. Menerangkan kepada mereka
tanda-tanda iman yang benar. Dan berkata kepada mereka kala itu, dan diinformasikan lewat wahyu:
“………………………………Yang demikian itu adalah sebagian dari apa yang diajarkan kepadaku oleh Tuhanku.
Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedangkan mereka
ingkar kepada hari kemudian. Dan aku mengikut agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya’qub. Tiadalah
patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari kurnia
Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia itu tidak mensyukuri-(Nya).” (QS
12:37-38).
***
Dan yang terjadi kemudian adalah: Mereka mengkhianati janji. Menyeleweng dan menyimpang. Mencampur
adukkan antara yang hak dan bathil. Menyembunyikan yang hak, dengan membeli kehidupan dunia atas akhirat.
Beriman kepada sebagian Al-Kitab, dan ingkar dengan sebagian yang lain. Menulis apa-apa yang bukan hak; merubah,
mengganti, menambah, mengurangi, mendustakan Rasul-Rasul, bahkan ada yang dibunuh. Menjadi durhaka,
mengundang kemarahan dan kemurkaan Tuhan! (QS 2: 83, 2: 42, 2: 85-86, 2: 75,79, 2: 90-91, 3:70-71, 3:78, 5: 13,15,

131
70, 78). Mereka berbuat aniaya terhadap diri mereka sendiri, di atas kekuasaan hawa nafsu dan cinta dunia! (QS 45:23,
2:96). Mereka membangkang, merongrong Musa a.s., dengan berbagai pertanyaan dan permintaan. (QS 2:55, 2:61,
2:67-71). Melakukan penyembahan sebagaimana yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh Samiri. Seorang Bani
Israil dari suku Assamirah, yang telah membuat patung anak lembu dari emas, bertubuh dan bersuara, padahal para
mufassirin berpendapat, bahwa patung itu tetap patung tidak bernyawa. Dan suara yang seperti lembu, hanyalah
disebabkan oleh angin yang masuk ke dalam rongga patung, dengan tehnik yang dikenal oleh Samiri waktu itu. Dan
berkata kepada kaum mereka saat itu: “Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.” (QS 2:51,54, 7:148,
20: 88).
Begitu pula kekafiran mereka terhadap Isa.s. dan ibunya Maryam, yang ingin dibunuh dan telah dituduh
melakukan perbuatan mesum. “Dan karena kekafiran mereka (terhadap ‘Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam
dengan kedustaan besar (zina) dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih ‘Isa putra
Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh
ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka………………. (QS 2:156-157).
Sifat busuk mereka yang penuh angkara dan iri, terlihat ketika mereka mendustakan kedatangan dan mengingkari
ke Rasulan Muhammad saw.. Padahal mereka selama itu menunggu-nunggu kadatangannya. Namun karena
mengetahui bahwa Muhammad saw. adalah keturunan Ismail, Bani Hasyim, cucu dari Abdul Mutholib dan anak
Abdullah bin Abdul Mutholib, maka fanatismenya muncul di atas kebanggaan ras pilihan. Melalui Ishak dan Ya’qub,
dari seorang ibu Sarah yang mulia, dan bukan dari Ismail yang ibunya Hajar. Yang dianggap sebagai budak dari Mesir,
dan berasal dari Ethopia, Afrika. Jauh di bawah kadar kemuliaan menurut versi mereka. Padahal yang nyata, mereka
adalah sama-sama bersaudara dari satu kakek, yaitu Ibrahim a.s.!.
***
Dan ia terus merenung dan menelusuri, hingga pada kezaliman dan kebrutalan Israel di saat ini, yang dilihatnya di
televisi, didengar dan dibaca lewat media. Pengepungan terhadap Jalur Gaza, penyiksaan-penyiksaan terhadap rakyat
Palestina, hingga listrik dan air pun susah di dapat, dan betapa ibu-ibu, anak-anak, para wanita dan kaum lemah
lainnya, diperkosa hak-haknya sedemikan rupa, meski dalam topeng, ‘hak-hak asasi manusia’ dan ‘demokrasi yang
diagungkan’. Seperti yang selalu didengungkan Amerika Serikat; pemelihara, penyumbang, pelindung nomor satu
terhadap segala kepentingan Israel. Politik, ekonomi, sosial, militer, dan lain-lain!
***
Lihatlah, betapa sikap arogansi Amerika Serikat paska Perang Dingin! Di mana ia berpandangan bahwa, stabilitas
yang hidup di saat Perang Dingin, sudah harus dihapus dan diganti dengan pandangan baru. Menurutnya; stabilitas

132
bukanlah akhir dari segala-galanya. Maka dalam doktrin Bush, yang sering disebut sebagai ‘grand strategy’ baru
kebijakan luar negerinya, dicanangkan hal-hal sebagai berikut:
Pertama, komitmen untuk mempertahankan dunia yang unipolar, dengan Amerika Serikat sebagai sumbu, yang
berati tidak ada pesaing.
Kedua, analisis baru tentang ancaman global, dan bagaimana ancaman itu harus ditangani. Sedang ancaman baru
itu adalah terorisme. Yang menurutnya, ancaman baru itu adalah kelompok-kelompok teroris yang mungkin memiliki
senjata nuklir, kimia, dan biologis; tidak dapat dihalangi, diatasi, kecuali dimusnahkan!
Ketiga, tidak bisa lagi mempertahankan konsep deterrence (pencegahan), seperti yang dilakukan dalam Perang
Dingin. Pencegahan, kedaulatan, dan perimbangan kekuatan, bekerja bersama-sama. Ini berarti perubahan strategi
pertahanan, dan menurut strategi pertahanan lama, sebuah negara akan aman, apabila memiliki dan menumpuk
berbagai senjata, termasuk peluru kendali nuklir; untuk menghadapi serangan negeri lain. Strategi seperti itu tidak
cukup lagi, dan tidak sepenuhnya menjamin keamanan, pendapatnya.
Untuk bisa aman, menurut strategi baru itu, tidak ada pilihan lain, kecuali menyerang!
Oleh karena itu menurut Doktrin Bush, penggunaan kekuatan perlu dilakukan lebih dahulu, untuk mencegah
mereka yang digolongkan sebagai ancaman potensial, berubah menjadi persoalan besar…
Prinsip ini merubah aturan internasional menyangkut pertahanan diri dan norma-norma PBB menggunakan
kekuatan. Ternyata, doktrin keamanan ini, menjadi dasar bagi Amerika Serikat untuk bertindak sesukanya. Walau tidak
ada ancaman jelas sekalipun; Amerika Serikat kini dengan mudah mengklaim, bahwa sudah saatnya menggunakan
kekuatan militer sebagai tindak pencegahan!.
***
Di Akademi Militer West Point misalnya, Bush menegaskan; militer harus siap menggempur segera setelah
diperintahkan di setiap sudut dunia. “Semua Negara yang memutuskan untuk melakukan agresi dan teror, akan harus
menanggung akibatnya,” katanya.
Di mata banyak negara, doktrin Amerika Serikat ini, bisa dibaca sebagai campur tangan terhadap negara lain,
tanpa sebab yang jelas dan dasar yang jelas pula, kecuali sebab dan dasar yang diyakini benar oleh Amerika Serikat
sendiri.
Empat, pembongkaran dan penyusunan ulang pengertian kedaulatan, sebagai akibat dari munculnya doktrin
keamanan baru. Hal itu harus dilakukan, menurutnya, karena kelompok teroris tidak dapat dihalangi, dicegah, dan
Amerika Serikat harus siap untuk melakukan invasi ke mana-mana setiap saat, guna menghancurkan ancaman!
Tindakan (intervensi) itu menurut Amerika Serikat harus dilakukan; karena teroris tidak menghormati perbatasan
(negara). Itulah sebabnya, negara-negara yang membiarkan wilayahnya dijadikan markas para teroris, entah secara

133
sengaja (memberi izin) atau tidak sengaja (tidak mampu menegakkan hukum di wilayahnya sendiri), secara efektif
mengorbankan hak-hak kedaulatannya.
Jika mengikuti pemahaman kedaulatan seperti itu, maka perang terhadap terorisme dan problem
pengembangbiakan senjata pemusnah massal, jadi kusut. Mengapa, bisa jadi negara-negara yang secara sebenarnya
tidak menghendaki terorisme, atau menentang terorisme, tetapi tak mampu berbuat apa-apa terhadap kelompok teror,
karena kurangnya penegakan hukum, bisa menjadi sasaran kekuatan militer Amerika Serikat, yang memandang negara
tersebut melindungi teroris!
Lima, strategi baru itu merupakan depresiasi umum terhadap aturan-aturan dan perjanjian-perjanjian internasional
serta kemitraan keamanan internasional.
Enam, akan memainkan peran secara langsung dan secara leluasa, dalam menjawab ancaman-ancaman. Pendirian
ini didasarkan atas anggapan, bahwa tidak ada negara lain atau koalisi, bahkan Uni Eropa sekalipun, memiliki
kemampuan untuk menanggapi teroris. Walaupun dilihat dari sisi kemampuan militer barangkali pandapat itu benar,
pendirian seperti itu dipandang oleh banyak negara sebagai sikap arogansi Amerika Serikat. Tambahan lagi, Amerika
Serikat berpendapat, bahwa operasi bersama dan penggunaan kekuatan militer lewat suatu koalisi, cenderung tidak
efektif.
Tujuh, dalam visi strategi barunya, Amerika Serikat berpendapat, bahwa perlu menilai ulang terhadap stabilitas
internasional. Pada dasarnya Whasington berpendapat, bahwa pandangan-pandangan tentang stabilitas yang hidup di
zaman Perang Dingin, sudah harus dihapus, dan diganti dengan pandangan baru. Oleh karena itu menurut mereka,
stabilitas bukanlah akhir dari segala-galanya, seperti yang diungkapkan di atas tadi!
***
Doktrin Bush yang memberikan peluang bagi Amerika Serikat untuk melakukan aksi militer terhadap suatu ancaman,
entah teroris atau negara, dapat dilihat sebagai perubahan, yang semula terfokus pada doktrin ‘pencegahan’ atau
penangkisan’ (doctrine of deterrence), dengan doktrin baru itu lalu menjadi lebih aktif. Tidak menunggu serangan
sampai terjadi!
Dengan bersenjatakan doktrin Bush, Pakistan dipaksa untuk melepaskan dukungannya yang telah lama diberikan
pada Taliban dan melepaskan sikap toleransinya pada Al-Qaeda. Doktrin Bush juga membantu memperkuat kembali
hubungan Amerika Serikat dengan negara-negara China, Rusia, dan India. Dan mengisolasi; dengan memasukkan Irak,
Iran, dan Korea Utara, ke dalam kelompok ‘poros setan’. Dan memaklumkan hak Amerika Serikat untuk melakukan
serangan preemtif di mana-mana! Sebagaimana yang telah dilakukannya dengan menyerang Afghanistan, Irak, dengan
tuduhan memiliki senjata pemusnah massal, tempat berlindung, membantu pejuang Palestina, dan kelompok Al-Qaeda,
dengan Osama bin Ladennya! 50) (Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish, Trias Kuncahyono, Kompas, 2005.)

134
***
Itulah sebuah renungan, penghayatan penganalisaan, hak asasi dan demokrasi ala Amerika Serikat dengan
Zionismenya, yang membuat kepala ibu tadi jadi tergeleng ke kanan dan kekiri lagi, tak habis pikir di atas ‘kegilaan’
yang dibuat mereka. Dan bagaimanakah pula dengan Anda?
***

BAB IV.

PENGKHIANATAN YAHUDI,
PERSPEKTIF SIRAH NABAWI

HAL YANG DISENANGI perempuan itu selain membaca Al Qur’an dan Hadits, adalah membaca Sirah Nabawi.
Maka alur renung dan penelusuran dikaitkan dengan itu. Ia meraih buku-bukunya. Apakah dari Muhammad Al
Ghazaliy, Munir Gadban, Said Ramadhan Buthi, dan lain-lain. Mulai membuka halaman demi halaman.

MEMBENTUK MASYARAKAT BARU

SEJAK HIJRAH dan menetap di Madinah, beliau saw. menfokuskan diri membentuk masyarakat baru.
Menegakkan tugas risalah dengan meletakkan dasar-dasar yang diperlukan. Antara lain dengan:
- Memperkokoh hubungan umat Islam dengan Tuhan-Nya, dengan cara membangun masjid.
- Memperkokoh hubungan intern umat Islam, dengan cara mempersaudarakan sesama muslim.
- Mengatur hubungan antara umat Islam dengan orang-orang asing yang tidak seagama dengan kaum muslimin,
dengan cara melakukan perikatan perjanjian.
Ketika Rasulullah saw. tiba di Madinah, orang Yahudi telah lama bermukim di situ. Hidup bersama-sama kaum
musyrikin. Dan beliau saw. menerima kenyataan keberadaan mereka ini, dengan penuh kebijakan. Beliau saw. tidak

135
bermaksud menyingkirkan, apalagi memusuhi. Bahkan menawarkan perdamaian kepada kedua golongan itu, atas dasar
kebebasan masing-masing untuk memeluk agama dan keyakinan mereka. Satu sikap Islam yang terpuji.
Perjanjian itu antara lain menetapkan:
1. Bahwa kaum muslimin baik yang berasal dari Qureisy, dari Madinah maupun dari kabilah lain, yang bergabung
dan berjuang bersama-sama; semuanya itu adalah satu umat…
2. Kaum mu’minin akan bertindak terhadap orang dari keluarganya sendiri yang berbuat kezaliman, kejahatan,
permusuhan atau kerusakan. Terhadap perbuatan itu semua kaum mu’min akan mengambil tindakan bersama,
sekalipun yang berbuat kejahatan itu anak salah seorang dari mereka sendiri.
3. Orang-orang musyrik di Madinah tidak boleh melindungai harta dan jiwa orang-orang musyrik Qureisy dan
tidak akan merintangi tindakan kaum mu’min terhadap mereka.
4. Setiap orang mu’min yang telah mengakui berlakunya perjanjian sebagaimana yang termaktub di dalam
naskah, jika ia benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Akhir, tidak akan memberikan pertolongan dan
perlindungan kepada orang yang berbuat kejahatan. Apabila ia menolong dan melindungi orang berbuat kejahatan,
maka ia terkena laknat dan murka Allah pada hari kiamat.
5. Di saat-saat menghadapi peperangan, orang-orang Yahudi turut memikul biayanya bersama-sama kaum
mu’minin.
6. Orang ‘Auf dipandang sebagai bagian dari kaum mu’minin’.
7. Orang-orang Yahudi tetap pada agama mereka, dan kaum muslimin pun tetap pada agamanya sendiri.
8. Orang-orang Yahudi dari Bani Najjar, Bani Al-Harits, Bani Sa’idah, Bani Jasym, Bani ‘Aus…(dan beberapa
kabilah Yahudi lainnya), diperlakukan sama dengan orang-orang Yahudi dari Bani’Auf.
9. Orang Yahudi harus memikul biayanya sendiri, dan kaum muslimin pun harus memikul biayanya sendiri,
dalam melaksanakan kewajiban memberikan pertolongan secara timbal balik, dalam tindakan melawan fihak lain yang
yang memerangi salah satu fihak yang terikat dalam perjanjian itu.
10.Masing-masing fihak akan saling berbuat kebajikan, dan saling mengingatkan serta tidak akan saling berbuat
kejahatan.
11.Tidak akan ada seorang pun dari masing-masing fihak yang hendak berbuat jahat terhadap sekutunya di dalam
perjanjian. Masing-masing wajib menolong setiap orang yang diperlakukan secara zalim. Tetangga wajib dipandang
sebagai dirinya sendiri, dan tidak akan diganggu atau diperlakukan secara buruk..
12. Semua fihak wajib saling bantu melawan fihak yang menyerang Madinah.
13. Setiap orang dijamin keselamatannya untuk meninggalkan atau tetap tinggal di Madinah, kecuali yang berbuat
kezaliman dan kejahatan. Dan bahwasanya Allah-lah yang akan melindungi fihak yang berbuat kebajikan dan takwa.

136
***
Piagam perjanjian tersebut mencerminkan kepemimpinan kaum muslimin, yang ditandai oleh kepribadian
Rasulullah saw. yang memiliki karakter keadilan dan kebijakan, oleh keinginan untuk bekerjasama dan saling bantu
sejujur-jujurnya dengan Yahudi, sebagai orang-orang yang berdomisili di Madinah dalam komunitas masyarakat yang
heterogen.
Tapi apa lacur yang terjadi kemudian?
Orang-orang Yahudi dengan pembawaan dasar mereka yang buruk, haus kekuasaan dan harta, sombong dan
bangga diri, hasut, iri dan dendam, serakah pada hal-hal yang bersifat keduniawian, melanggar dan mengkhianati
perjanjian tersebut. Sebelumnya, mereka juga telah melanggar apa yang menjadi perjanjiannya dengan Allah.
Para ahli kitab mengenal Rasulullah, seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri, tapi mereka
menyembunyikan kebenaran itu. “Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil)
mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara
mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.” (QS 2:146).
***
Ya, mereka dengan sengaja menyembunyikan kebenaran itu karena dengki. Walau sebelumnya mereka begitu
antusias memohon dan menantikan kedatangannya: “Dan setelah datang kepada mereka Al Qur’an dari Allah yang
membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk
mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui,
mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.”
“Alangkah buruknya (perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah
diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Karena
itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang
menghinakan.”
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kepada Al Qur’an yang diturunkan Allah”, mereka
berkata: “Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami.” Dan mereka kafir kepada Al Qur’an yang
diturunkan sesudahnya, sedang Al Qur’an itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada
mereka. Katakanlah: “Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika kamu orang-orang yang beriman?”
“Sesungguhnya Musa telah datang kepadamu membawa bukti-bukti kebenaran (mu’jizat), kemudian kamu jadikan
anak sapi (sebagai sembahan) sesudah (kepergiannya), dan sebenarnya kamu adalah orang-orang yang zalim.”
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit (Thursina) di atasmu (seraya
Kami berfirman): “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!” Mereka menjawab:

137
“Kami mendengarkan tetapi tidak menta’ati”. Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah)
anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah: “Amat jahat perbuatan yang diperintahkan imanmu kepadamu jika betul
kamu beriman (kepada Taurat)”. (QS 2:89-93).
***
PENGKHIANATAN BANI QAINUQA’

Tercatat dalam sejarah, bahwa Bani Qainuqa’, kabilah Yahudi yang bermukim di pinggiran kota Madinah, telah
melakukan pelanggaran terhadap perjanjian, atau ‘Piagam Madinah’. Yaitu pada bulan Syawwal tahun kedua Hijri.
Sebab-sebabnya antara lain:
1) Keburukan sifat dan watak yang dimiliki Yahudi.
2) Merasa sombong dan bangga terhadap ‘ras, atau bangsa pilihan’; menganggap ‘anak-anak/kekasih-kekasih
Allah’. (QS 5:18), sehingga melecehkan, menghinakan dan menyepelekan bangsa atau ras lain.
3) Rasa hasut dan dendam. Setelah kaum muslimin memenangkan perangnya terhadap kaum musyrikin Qureisy
di Badr, hati mereka bergolak dengan kedengkian dan keburukan prasangka. Dan mereka mulai melakukan tindakan-
tindakan yang menusuk perasaan dan menyakitkan hati kaum muslimin. Rasulullah saw. masih bersabar untuk itu.
Mengingatkan dan mengumpulkan mereka di pasar Bani Qainuqa’, dan berkata: “Wahai sekalian orang Yahudi, masuk
Islamlah kalian sebelum Allah menimpakan bencana kepada kalian, sebagaimana yang dialami orang-orang Qureisy.
Demi Allah, kalian pasti tahu bahwa aku utusan Allah.”
Mereka berkata: “Hai Muhammad, janganlah Anda merasa bangga karena mengalahkan orang-orang yang Anda
hadapi. Demi Tuhan, kami semua tukang perang. Jika Anda memerangi kami, pastilah Anda tahu, bahwa Anda belum
pernah memerangi orang-orang seperti kami.”
4) Gelagat permusuhan yang mereka nampakkan, dengan memperluas aksi dan provokasi.
5) Perkataan Ka’ab bin Al-Asyraf, salah satu gembong Yahudi, yang berkata bohong di dalam menjawab
pertanyaan Abu Sufyan, ketika ia bertanya padanya: “Manakah yang lebih disukai Tuhan, agama kami ataukah agama
Muhammad dan para sahabatnya? Manakah yang memperoleh petunjuk Tuhanmu dan lebih dekat kepada kebenaran:
kami ataukah Muhammad dan para sahabatnya……?” Dan dia menjawab: “Kalianlah yang berada di jalan yang benar.”
Apa yang diucapkan Ka’ab ini diungkapkan oleh Al Qur’an: “Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang
diberi bagian dari Alkitab? Mereka mempercayai jibt dan thaghut (segala bentuk sesembahan selain Allah) dan
mengatakan kepada orang-orang kafir (kaum musyrikin Mekah), bahwa kaum musyrikin Mekah itu lebih berada di
jalan yang benar daripada orang-orang yang beriman (kepada Allah).” (QS 4:51).

138
6) Sepulangnya dari Mekah, Ka’ab lebih berani lagi memperlihatkan permusuhannya terhadap kaum muslimin,
dengan membuat syai’ir-sya’ir yang mengandung rayuan pada wanita muslimat.
7) Adanya wanita Arab yang membawa perhiasannya ke tempat perdagangan Bani Qainuqa’. Ia mendatangi
seorang tukang sepuh untuk menyepuhkan perhiasan. Kemudian duduk menunggu sampai tukang sepuh Yahudi itu
menyelesaikan pekerjaannya. Tiba-tiba datanglah beberapa orang Yahudi berkerumun mengelilingi, dan minta kepada
wanita Arab itu supaya membuka penutup mukanya. Tetapi ia menolak. Tanpa diketahui oleh wanita itu, secara diam-
diam si tukang sepuh menyangkutkan ujung pakaian yang menutup seluruh tubuhnya, pada bagian punggungnya.
Ketika wanita itu berdiri, terbukalah aurat bagian belakang. Orang-orang Yahudi yang melihatnya, tertawa terbahak-
bahak. Wanita itu menjerit meminta pertolongan. Mendengar teriakan itu, salah seorang dari kaum muslimin yang
berada di tempat perniagaan itu, secara kilat menyerang tukang sepuh Yahudi dan membunuhnya. Orang-orang Yahudi
yang berada di tempat itu kemudian mengeroyoknya, hingga orang muslim itu mati terbunuh.
Peristiwa itulah yang menyebabkan terjadinya peperangan antara kaum muslimin dan orang-orang Yahudi Bani
Qainuqa’. 51) (detilnya bisa lihat di buku-buku Sirah a.l: Manhaj Haraki, Syaikh Munir al-Gadban, Fiqus Sirah,
Muhammad al-Gazaliy, Sirah Nabawiyah, DR. Muhammad Said Ramdhan al-Buthy, dll)
***
Kembali ke Bani Qainuqa:
Allah berfirman: “Dan jika kamu mengetahui pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah
perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berkhianat.” (QS 8:58). Beliau saw. memahami, bahwa tujuan ayat ini adalah perang. Karena itulah beliau pernah
bersabda; “Aku sangat mengkhawatirkan Bani Qainuqa”. Akhirnya Rasulullah saw. segera bergerak menuju
perkampungan mereka, pada hari Sabtu pertengahan Syawwal, dua puluh sekian hari, paska Perang Badr. Sebab,
mereka sangat mungkin, berlaku curang. Dan jika saja kaum muslimin mendiamkan tindak kejahatan ini, berarti
mereka lemah. Pada gilirannya musuh siap melancarkan peperangan setiap saat. Karenanya, tidak ada lagi pilihan,
selain perang. Jika demikian, hendaknya kaum muslimin yang memulai inisiatif itu. Rasulullah saw. telah
mengembalikan perjanjian itu, sejak beliau mengajak mereka masuk Islam.
***
Seterusnya, orang-orang Yahudi sudah terkepung di rumah-rumah dan benteng mereka. Menyerah, menerima
hukuman atas pengkhianatan dan pelanggaran terhadap perjanjian tersebut.
Setelah mereka berada di bawah kekuasaan beliau saw., datanglah Abdullah bin Ubay bin Salul, tokoh munafik
nomor satu, biang kerok di dalam membuat keonaran. Dan ia berkata: “Hai Muhammad, perlakukan para sahabatku itu
dengan baik.” Permintaan ini tidak diindahkan Rasul saw. Sehingga ia mengulanginya. Tetapi Rasul saw. berpaling

139
muka, sambil memasukkan tangannya ke dalam baju besinya. Wajah beliau tampak berubah. Kemudian menjawab:
“Tinggalkan aku!”. Beliau tampak sangat marah, hingga raut wajahnya tampak merah padam.
Beliau mengulang kembali ucapannya, sambil memperlihatkan kemarahannya: “Celaka engkau, tinggalkan aku!.”
Abdullah bin Ubay menyahut: “Tidak demi Allah, aku tidak akan melepaskan Anda, sebelum Anda mau
memperlakukan para sahabatku itu dengan baik. Empat ratus orang tanpa perisai, dan tiga ratus orang bersenjata
lengkap, yang telah membelaku terhadap semua musuhku itu; apakah hendak Anda habisi nyawanya dalam waktu
sehari? demi Allah aku betul-betul mengkhawatirkan terjadinya bencana itu!”
Rasulullah saw. akhirnya berkata: “Mereka itu kuserahkan padamu dengan syarat, mereka harus keluar
meninggalkan Madinah dan tidak boleh hidup berdekatan dengan kota ini.”
Orang-orang Yahudi Bani Qainuqa’ itu kemudian pergi meninggalkan Madinah, menuju sebuah pedusunan
bernama “Adzra’at” di daerah Syam. Belum berapa lama tinggal di sana, sebagian besar dari mereka mati ditimpa
bencana.52) ((Manhaj Haraki, Syaikh Munir Muhammad al-Gadban, Robbani Press jilid 1, 2003, Sirah Nabawiyah, Dr.
Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy, buku kedua, Robbani Press, Jakarta,1977, dll)
***
YANG PERLU DICERMATI:

Ada beberapa hal yang perlu dicermati di dalam masalah ini.


!) Masalah perempuan
2) Masalah fitnah/pemutar balikkan fakta
3) Perilaku orang-orang munafik, dan kerjasama yang mereka lakukan dengan orang-orang kafir/Yahudi.

1) MASALAH PEREMPUAN

Di dalam peristiwa pengkhianatan Yahudi Bani Qainuqa’ ini, salah satu unsur penyebabnya adalah, terjadinya
pelecehan/perendahan terhadap perempuan Arab/Muslimah. Perempuan sejak zaman dahulu, memang jenis kelamin
yang selalu direndahkan derajat dan martabatnya oleh kaum pria, ideologi atau peradaban tertentu. Tapi tidak oleh
Islam.
Peradaban Yunani: Di Yunani saat itu, peradaban paling tua di dunia, mereka menyebut perempuan ‘Oikurema’,
yang berarti benda untuk mengurus rumah. Plato, ahli filsafat Yunani, tiap-tiap hari mengucap terima kasih pada dewa-
dewa, karena dewa-dewa itu melahirkan dia sebagai seorang merdeka, dan bukan sebagai budak belian. Sebagai laki-
laki, dan bukan sebagai perempuan. Socrates mengatakan: “Wanita adalah sumber besar dari kekacauan dan

140
perpecahan di dunia. Ia bagaikan pohon ‘dafali’ yang mana dari luar terlihat sangat indah, tapi apabila burung gereja
mematuknya, ia pasti mati.” (“Sarinah”, IR Sukarno, 1963)
***
Peradaban Cina: Dalam kitab suci Cina, wanita dinamakan ‘Air yang celaka’. Karena ia akan mengikis habis
segala keberuntungan yang baik. Di Cina wanita sangat dihina dan direndahkan. Tidak berhak memiliki anaknya. Laki-
laki bebas untuk mendapatkan wanita, mengganti istri, menceraikan dan mencampakkan, kapan saja yang diinginkan.
Menjualnya, kapan saja suka. Setelah menjanda, mereka ditinggalkan menjadi milik keluarga laki-laki. Tidak mungkin
baginya untuk menikah lagi. Terjadi perbudakan dan pembunuhan anak. Tahun 1937 saja, masih ada 2.000.000 wanita
menjadi budak di Cina.
***
Hindu: Kaum perempuan Hindu, benar-benar mengalami kekejaman yang tanpa batas. Perlakuan yang mereka
terima sangat menyakitkan hati dan tubuh mereka. Jika suaminya mati, para janda harus menjalani suatu upacara kejam
yang disebut ‘Sati’. Mereka harus membakar diri di atas timbunan kayu bakar pembakar mayat suaminya. Karena ada
anggapan, bahwa seorang janda merupakan seorang yang sangat menjijikkan, mencelakakan, dan pantas dicampakkan.
Status janda yang tidak menjalankan Sati, dinilai sangat tercela. Mereka dituduh tidak punya perasaan, maka mereka
akan dibakar hidup-hidup, dari pada hidup lama disiksa oleh tangan kejam masyarakat!
Dalam ajaran Hindu yang berdasarkan Ordonansi Manu dinyatakan;”Wanita tidak boleh mencari kebebasan dan
tidak boleh mengerjakan sesuatu berdasarkan pada kesenangan yang mereka ingini.”
“Bagi wanita atau remaja putri, walaupun mereka masih berusia satu hari, tidak boleh mengerjakan segala
sesuatunya dengan bebas, meskipun di rumah sendiri.” (Manu, 5 hal 147).
“Pada masa kanak-kanak seorang wanita harus mengabdi kepada ayahnya, pada masa remaja pada suaminya,
apabila suaminya sudah meninggal, mereka harus takluk pada anak laki-lakinya, wanita tidak boleh berbuat
sebebasnya.” (Manu, 5 hal 140).
***
Budha: Dalam konsep Budha, pengajaran tentang nivana (keselamatan), tidak bisa diserahkan di bawah
pengawasan wanita. Konsep-konsep wanita dalam agama Budha, dijelaskan dalam kalimat-kalimat terkenal dari
sarjana pengikut Budha,yang dikutip oleh Bettany di dalam bukunya “Agama-agama Dunia “ sebagai berikut:
“Karakter wanita tersebut, tidak terukur dalamnya, bagai ikan yang berlatih dalam air, dan menurut tabiatnya,
mereka selalu menggoda siapa saja yang dijumpainya. Selalu berdusta dengan siapa saja serta selalu memutar balik
kebenaran dengan kebohongan.”

141
Yahudi: Dalam agama Yahudi, berdasarkan pada Hebrew Scripture, (kitab suci Yahudi) kaum wanita selalu
berada di bawah kutukan para dewa. Sejak kelahiran seorang wanita, dia telah berdosa dan akan berlangsung terus
hingga dia meninggal dunia. Di mana pun wanita berada, dia tidak dianggap makhluk terhormat yang harus
dimuliakan. Tapi mereka adalah makhluk yang harus dihukum. Dan posisi mereka hanyalah perhiasan rumah tangga
belaka.
***
Kristen: “Kalian tahu,” kata St. Tertullian kepada wanita, bahwa kalian itu adalah Hawa, firman Tuhan atas jenis
kalian, yang berlaku sampai sekarang adalah, bagaimanapun juga dosa harus menyertai kalian, kalian adalah pintu
gerbangnya setan, kalian yang membuka segel pohon tersebut, kalian orang pertama yang lari dari hukum Allah, kalian
yang merayu (Adam) ketika setan tidak cukup berani menggoda. Kalian dengan mudah menghilangkan bayangan
Tuhan dari laki-laki, karena rayuan kalian yang mematikan, maka anak Tuhan harus mati sebagai penebus dosa.”
“Di hadapan sejumlah laki-laki, St.Gregory Thaumaturgus berkata, saya mencari kemurnian yang sebenarnya dari
mereka (wanita), dan saya tidak mendapatkannya satupun. Dan sungguh, seorang bisa menemukan kebenaran di antara
seribu laki-laki, tapi tidak akan pernah menemukannya di antara seribu wanita.”
St. John Chrysostom, memandang wanita sebagai makhluk yang paling jahat, patut mendapatkan kesengsaraan,
dia benar-benar penggoda dan penambah penyakit.
Gereja ortodox Yunani menentang bahwa wanita itu mempunyai perasaan. Pada Dewan Macon, seorang Uskup
dengan bernafsu mengatakan bahwa wanita itu bukanlah dari jenis manusia. Di Prancis pada tahun 586 M pernah
diselenggarakan suatu sidang untuk membahas persolan wanita: Apakah wanita itu manusia ataukah bukan manusia?!
Setelah melalui suatu diskusi yang panjang akhirnya diambil keputusan, bahwa kaum wanita adalah manusia, tetapi
mereka itu diciptakan hanya untuk satu keperluan, yaitu: mengabdi kaum pria! Dengan keputusan itu kaum perempuan
diperlakukan sebagai pelayan kaum pria. Padahal pada masa itu Islam telah memberikan hak-hak penuh kepada wanita
di samping kewajiban-kewajiban.
Romawi: Tak seorang pun dapat menyangkal adanya kesengsaraan yang tak putus-putusnya dan keadaan yang
sangat mengerikan yang terjadi pada kaum wanita di kerajaan Roma. Pada waktu itu, tanpa rasa kasihan mereka
siramkan minyak yang panas ke tubuh para wanita; mereka seret wanita-wanita itu lalu diikatkan ke tiang, kemudian
ditarik oleh seekor kuda yang berlari kencang. Kekejaman-kekejaman itu sampai abad 17. Dewan pengadilan tinggi
yang mengadakan pertemuan di Roma, dengan suara bulat memberi keputusan yang di luar perikemanusiaan, bahwa:
‘Kaum wanita itu tidak punya jiwa.”
Jahiliyah Arab: Keadaan wanita di Semenanjung Arabia lebih memperihatinkan. Mereka tidak dianggap sebagai
seorang manusia yang mempunyai perasaan dan keinginan-keinginan. Mereka dianggap sebagai gabungan antara

142
seekor binatang dan manusia. Mereka tak perlu dihormati sebagai wanita yang utuh. Jika suatu saat seorang ibu
melahirkan seorang anak perempuan, maka wajah mereka menjadi merah karena malu. Dan anak itu mereka bunuh
hidup-hidup. ( QS 16: 58, QS 81: 8-9). 53) “Mempersoalkan Wanita, Nazhat Afza, Kurshid Ahmad, Gema Insani Press,
1993
Lalu, bagaimana pandangan Islam terhadap perempuan?
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS 16:97).
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak
menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik lakai-laki atau perempuan, (karena) sebagian
kamu adalah turunan dari sebagian yang lain……………………..” (QS 3:195).
“Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mu’min lelaki dan perempuan, (akan mendapat) syurga yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di syurga
‘Adn……….. (QS 9:72).
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS 49:13).
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min, laki-laki dan
perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar,
laki-laki dan perempuan yang khusu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut
(nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS 33:35).
“………..mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka………” (QS 2:187).
“Masuklah kamu kedalam surga, kamu dan istri-istri kamu digembirakan.” (QS 43: 70).
“Wanita adalah belahan separo (yang sama) dengan pria.“ (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
“Takutlah pada Allah, dan hormatilah kaum wanita.” (HR. Muslim).
“Sebaik-baik kalian adalah yang selalu berbuat baik terhadap istri-istri kalian.” (HR. Tirmidzi).
“`Seorang sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, siapa yang paling berhak memperoleh pelayanan dan
persahabatanku?” Nabi saw. menjawab: “Ibumu…ibumu…ibumu, kemudian ayahmu dan kemudian yang lebih dekat
kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu.” (Mutaffak ‘Alaih).

143
Rasulullah saw. memberikan posisi mulia kepada kaum ibu, sebagaimana yang dikatakan beliau: “Bahwa surga
itu terletak di bawah telapak kaki ibu.” (HR .An-Nasai).
***
Nyata di sini, bahwa Allah mempersamakan antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana manusia yang utuh.
Dan hanya berbeda dari sisi keperempuanannya, sesuai kodrat iradatnya sebagai wanita, dengan ciri-cirinya yang
khusus, dan memang lain dengan lelaki. Di atas hak dan kewajiban mereka masing-masing. Berguna demi kelestarian,
keharmonisasian, ketentraman, ketertiban kehidupan kemanusiaan itu sendiri.
“……dan anak-anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan……… “ (QS 3: 36)
***
Jadi tidak seperti pada peradaban, agama, ideologi atau budaya bangsa-bangsa seperti di atas tadi, yang memandang
rendah terhadap wanita, maka Islam sebaliknya. Menghormati dan memuliakan wanita. Memberikan hak-haknya sesuai
porsi dan kewajiban. Dan di antara kedua jenis itu memiliki tanggung jawab masing-masing. (QS 4:34, 32, 2: 228, 65:
6-7, dlll)
Pada saat Barat baru saja memperjuangkan hak-hak mereka untuk mendapatkan pendidikan, dengan tuntutan
dibukanya sekolah-sekolah bagi kaum wanita, dan hak-hak perwalian di Amerika pada tahun 1776, dan berikutnya di
Prancis tahun 1789, di Inggris 1792, dan seterusnya di tempat-tempat lain, maka di dunia Islam, Semenanjung Arabia,
hak-hak tersebut sudah diperoleh kaum perempuan. Bahkan, ketika perempuan Barat baru memperoleh hak-hak
politiknya di abad 19 dan 20, maka hak semacam itu sudah didapat oleh perempuan Muslimah di abad-abad 6 dan 7.
Dengan adanya hak bersuara (bai’at) yang dilakukan kaum perempuan terhadap Rasulullah saw., sebagai pemimpin
dan Rasul-Nya. (QS 60:12). Dan bagaimana pula Sirah Nabi memperlihatkan, betapa suara perempuan itu didengar dan
diperhatikan, tercermin lewat suatu peristiwa, sesaat setelah ditandatanganinya Perdamaian Hudaibiyah, antara Rasul
saw. dan kafir Quraisy Mekah.
***
Pada waktu itu Rasulullah saw. memerintahkan kaum muslimin supaya menyembelih ternak-ternak kurban dan
mencukur rambut kepala sebagai tanda ‘umrah, kemudian pulang ke Madinah, tetapi tak seorang pun yang bergerak
melaksanakan perintah beliau. Hingga Rasulullah saw. mengulangi perintah tersebut sampai tiga kali. Masalahnya saat
itu, mereka masih bingung atas tindakan Rasul saw., yang menyetujui dan menandatangani perjanjian Perdamaian
Hudaibiyah, yang menurut mereka, akan merendahkan kaum muslimin. Padahal, kadar pengetahuan dan pemahaman
mereka untuk itu, jauh di bawah Rasul saw., yang dituntun berdasarkan wahyu.
Ketika Beliau saw. melihat tidak ada yang bergerak melaksanakan perintah, beliau pun masuk ke dalam
kemahnya. Menceritakan kejadian tersebut kepada istri beliau, yaitu Ummu Salamah.

144
Sebagai tanggapan, Ummu Salamah berkata: “Ya Rasul Allah saw., apakah Anda ingin supaya mereka
melaksanakan perintah itu? Keluarlah, tapi jangan berkata sepatah kata pun dengan salah seorang dari mereka.
Sembelihlah ternak kurban Anda sendiri, lalu panggillah tukang cukur Anda dan bercukurlah.”
Rasulullah saw. kemudian keluar. Tidak berbicara dengan siapa pun juga, dan berbuat sebagaimana yang
disarankan oleh istri beliau.
Ketika kaum muslimin melihat Rasul Allah saw. berbuat sebagaimana yang disarankan oleh Ummu Salamah,
kebingungan mereka mulai hilang. Mereka mulai sadar, telah berbuat tidak menaati perintah Nabi. Mereka lalu segera
bergerak beramai-ramai menyembelih ternaknya masing-masing. Saling mencukur rambut secara bergantian.
Yang ingin ditekankan di sini adalah, bahwa Islam melalui Rasul-Nya saw., memperlihatkan, bahwa suara dan
pendapat perempuan sangat dihormati. Pendapat dan hak bersuara itu merupakan salah satu hak politik.
***
Begitupula yang terjadi dan dilakukan Ummu Hani, ketika diberi kewenangan untuk melindungi para tawanan.
Sehingga seorang tawanan perang yang dijamin keselamatannya oleh sahabat wanita, tidak akan diganggu. Berkata
Ummu Hani, sepupu Rasul saw.: “Ya Rasulullah, aku telah melindungi dua orang.”
Rasululah menjawab: “Kami akan melindungi orang yang engkau lindungi, hai Ummu Hani.”
***
Begitu juga di zaman Khalifah Umar bin Al-Khaththab.
Seorang perempuan datang mengunjungi Saiyidina Umar ra., mengeritik tindakannya yang melarang orang
berlomba-lomba dalam jumlah pemberian mas kawin. Berkata perempuan itu kepadanya: “Hai Amiral Mu’minin,
mengapa engkau hendak membatasi jumlah mas kawin? Tidakkah engkau mendengar firman Allah swt.: yang artinya:
“Dan jika kamu ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain, sedang kamu telah memberikan di antara mereka
harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun.” (QS 4:20).
Mendengar kritik perempuan yang dikuatkan dengan dalil dari Al Qur’an itu, berkatalah Khalifah Umar: “Telah
benar seorang perempuan dan bersalah Umar.”
***
Nah, pada abad jauh sebelum feminisme atau gerakan emansipasi lahir, Islam telah memberikan hak-hak tersebut
pada perempuan. Lihatlah pada tokoh-tokoh Khadijah binti Khuwailiid, seorang manager dan pengusaha yang sukses.
Aisyah binti Abu Bakar Siddieq, sastrawati, periwayat hadits, faham terhadap hal-hal yang bersifat medis, dan lain
sebagainya, kalau disebutkan di sini niscaya akan menempati deretan nama-nama yang panjang.
***

145
KEMBALI pada peristiwa pengkhianatan Bani Qaqinuqa’, di mana Orang Yahudi telah melecehkan perempuan
Arab/Muslimah, maka di sini dapat dicatat beberapa hal. Yaitu: ‘Bahwa mereka telah menjadikan perempuan sebagai
alat untuk mencapai tujuan politik’. Seperti yang dilakukan Zionis Yahudi terhadap imperium Utsmaniyah di atas tadi,
dan lain-lain.
Dan itu dilakukan dengan cara seperti berikut:
- Alat penyogok, penggiur pejabat-pejabat tinggi dari negara musuh, dengan menjadikannya sebagai istri atau
teman sejawat, hingga dapat mempengaruhi politik tertentu. Mengetahui/membuka rahasia negara.
- Hamba sahaya syahwat, menggiurya pada berbagai macam giuran duniawi, sehingga sukar menjadi muslimah
sejati. Tonggak penegak, dan pelahir generasi muslim, masyarakat bangsa yang bermoral dan memegang teguh nilai
agama. Seperti apa yang telah digambarkan sebuah hadits: “Perempuan itu tiang negara. Manakala baik, baiklah
negera. Manakala rusak perempuan, rusaklah negara.”
- Pembuang-buang waktu, pecinta keduniawian dengan segala macam atributnya. Merayu para wanita muslimah
dengan lagu, musik, novel, tulisan-tulisan cengeng tak bermutu, hal-hal yang bersifat hiburan seperti film, sandiwara,
sinetron, gossip, bahkan iklan, informasi-informasi internet, vcd, cd, dan lain-lain. Menjadikan para muslimah sebagai
pemimpi. Ka’ab al Asyraf, tokoh atau gembong Yahudi saat itu, menggunakan syair-syair lagu sebagai alat perayu
untuk para wanita muslimah. Kini, hal serupa juga dilakukan mereka.
- Sebagai perempuan bodoh. Menafikan dirinya sebagaimana manusia utuh, dengan hak-hak yang dimiliki,
hingga tidak bisa berbuat apa-apa. Sebagai ‘kerbau dicocok hidung’ ‘si dewi dan si tolol’ seperti yang digambarkan
Bung Karno, lewat bukunya ‘Sarinah’, atas pernyataan Professor Havelock Ellis; bahwa kebanyakan laki-laki
memandang perempuan sebagai ‘suatu blasteran antara seorang dewi dan seorang tolol. Sehingga tidak bisa berperan
apa-apa di dalam ikut serta membimbing, membantu mencerdaskan kehidupan bangsa. Menelurkan generasi umat
pilihan yang adil dan pertengahan antara dunia dan akhirat.
- Atau sebaliknya, menjadikannya sebagai ‘tokoh’ penggerak kebebasan dan persamaan hak, atas nama
‘kesetaraan dan keadilan untuk perempuan’. Mempengaruhi dan mengajak perempuan-perempuan lain, agar ikut pula
bersama-sama, mencapai kebebasan dan persamaan itu, dalam gambaran ‘perempuan modern’, yang melampaui kodrat
aslinya. Sementara perbuatan itu sendiri, tidak lagi dilihat sebagai tindak kejahatan, tapi semata-mata sebagai kemajuan
peradaban di atas keadilan bagi perempuan. Yang mereka anggap harus terus diperhatikan, ditegakkan dan
diperjuangkan, sebagai prinsip hidup yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Dan bukan memperjuangkan kemanusiaan
secara keseluruhan, di atas nama laki-laki dan perempuan, yang benar dan baik! Seperti yang dicerminkan Allah swt:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan

146
sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah;
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS 9:71).
- Menjadikannya sebagai ‘sosok muslimah’ yang tidak taat pada peraturan dan ajaran agamanya, serta tidak
berakhlak. Misalnya saja di dalam cara berbusana, berpenampilan dan berperilaku yang tidak baik dan seronok.
Memperlihatkan, menampakkan bagian-bagian tubuh, yang sebenarnya terlarang, dan senang bergosip. Bergunjing,
mempercakapkan, membicarakan orang lain, mengolok-olok dan berprasangka.
”Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada
suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera
saudara-saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-
pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang
aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS 24: 31).
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 33:59).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum memperolok-olokkan kaum yang lain ( karena) boleh
jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela
dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk………..”. (QS 49:11).
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu
adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing
sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat
lagi Maha Penyayang.” (QS 49:12).
***
SATU IRONI, bahwa pelarangan memakai jilbab, tidak hanya terjadi di Turki, saat sekularisme berkuasa dengan
Musthofa Kamal Attaturk sebagai penguasa, tapi juga di mana-mana. Baik di negara yang penduduknya mayoritas
beragama Islam, maupun yang tidak. Misalnya saja di negeri kita, ketika Daud Yusuf menjadi Menteri Pendidikan dan

147
Kebudayaan. Apalagi di negara dan pemerintahan yang mayoritas penduduknya non muslim, seperti kasus di Prancis
itu!
Yahudi dan zionisme, sebagai pemegang kendali perekonomian dan pasar global, juga perindu kekuasaan dan
pengatur dunia, tak segan-segan menggulirkan gagasan, agar nafsu serakah dunianya lewat materialisme; kapitalisme,
liberalisme, sosialisme dan komunisme, terwujud dan mengejawantah dengan baik, melalui wanita ini. Di atas
ketidaksadaran dan ketidakpahaman para wanita. Juga terhadap lelaki, di atas ketidakpahaman dan ketidak sadaran diri,
dalam bidang agama dan nilai-nilai baik ajaran agama yang dianutnya itu.
Orang-orang seperti Karl Marx, Sigmund Freud, Durkheim, meneriakkan slogan, agar perempuan keluar dari
kungkungan rumah dan keluarga serta fitrah diri mereka. Bekerja melepaskan belenggu moral, agama dan kodrat.
Menafikan fitrah sebagai pengikat tali pernikahan. Mengusung dan membawa mereka pada pola hidup hedonis,
konsumeris, permisif. Menampakkan kuku dan taring tajamnya hingga ke masa kini. Dibalut dan dikemas, dalam
gerakan-gerakan perempuan yang berjalan dan bergerak terus, di tengah kemelut dunia, di bawah budaya patriarki yang
diselewengkan oleh ketiadaan pengetahuan keislaman dan iman yang mantap dan kuat. Di mana faktor ekstern dan
intern, saling terkait. Lengkap melengkapi, sebagai bagian dari penyebab.
***
Sistem patriarki, yang seyogianya mengatur dan memimpin keluarga dalam kehidupan yang baik, sebagai wakil
Tuhan di muka bumi (QS 2: 30, 11: 61, 4:34), memberikan kemakmuran, keamanan, perlindungan, pengayoman,
keberkahan dan kesejahteraan, ternyata telah disalah gunakan. Diselewengkan dari nilai-nilai-Nya yang sejati, dengan
stempel sebagai; ‘produk islam’, sehingga perempuan menjadi teraniaya. Padahal ia hanyalah sebuah penyelewengan di
atas ketidakpahaman dan ketidaksadaran belaka. Selain memang juga sebuah kezaliman dan kebodohan.
Poligami, sebagai sesuatu yang dilegalisir di dalam Islam melalui QS 4:3, telah pula diselewengkan sedemikian
rupa, sebagai alat pemuas nafsu, tanpa pengertian dan pemahaman yang benar. Sehingga terjadi ketidakadilan dan
penganiyaan pula terhadap wanita. Menimbulkan lagi ‘stempel buruk’ atasnya.
***
BAGAIMANA DENGAN KARTINI?

Telah diperlihatkan, bahwa perempuan diperlakukan secara tidak bijaksana. Malah teraniaya. Sehingga masuklah
para perempuan melalui pintu-pintu yang telah dibuka dan dikumandangkan para tokoh Yahudi seperti yang telah
dikemukakan di atas. Tetapi, bagaimana pula dengan Kartini? tokoh yang mengatasnamakan keadilan dan
kemanusiaan, yang berasal dari bumi tercinta ini, baik bagi perempuan maupun untuk para lelaki, manusia pada
umumnya?

148
Rupanya telah di salah artikan dan diselewengkan pula!
Betapa tidak?
Tengoklah, bagaimana ia telah berteriak: “Pergilah! Laksanakan cita-citamu. Bekerjalah untuk hari depan.
Bekerjalah untuk kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindas di bawah hukum yang tidak adil dan paham-paham
palsu tentang mana yang baik dan mana yang jahat. Pergi! Pergilah! Berjuang dan menderitalah, tetapi bekerjalah
untuk kepentingan yang abadi,“ ucap dan serunya dalam suratnya pada Nyonya Abendanon, 4 September, 1901.
Pengamatan Kartini yang tajam, perasaannya yang peka terhadap kondisi masyarakat saat itu, di mana
ketimpangan hak, dan berbagai kezaliman dilakukan terhadap perempuan, membuatnya menulis surat kepada Prof
Anton dan Nyonya, 4 Okotber, 1902; “Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak
perempuan, bukan sekali-sekali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam
perjuangan hidupnya, tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita
lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam/sunnatullah sendiri ke dalam tangannya:
menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.“
Betapa pula, kalau disimak dari suratnya kepada Nyonya Abendanon 1 Agustus 1903: “Ingin benar saya
menggunakan gelar tertinggi yaitu : hamba Allah “. Dan bagaimana pula, cita-citanya yang tinggi, supaya citra buruk
Islam, ‘stempel islam’, oleh polah-polah tingkah laku tak bertanggung jawab penganutnya, bisa terhapus? Bisa kembali
sebagaimana yang diinginkan Allah dan Rasul-Nya?
Inilah kata-katanya dalam surat kepada Ny Van Kol, 21 Juli, 1902: “Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat
bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai.”
Kartini menyadari bahwa Islam telah disalah gunakan. Disalah artikan. Jadi sasaran fitnah, tidak hanya oleh
mereka yang di luar, tapi juga di dalam. Dari kalangan muslimin yang tidak memahami, dan senantiasa mendominasi
dan menyepelekan hak dan peranan perempuan. Tidak memberi kesempatan membina bakat dan keterampilan. Tidak
memperoleh peluang untuk menampilkan kemampuan yang mereka miliki, agar dapat berjalan sendiri tanpa didominasi
kaum lelaki. Baik di bidang dakwah, pemikiran, ilmu sastra, pengetahuan umum, pendidikan politik, dll. Karena
kejeniusan bukan hanya milik kaum lelaki saja, bukan?
Tidak sia-sia Al Qur’an menceritakan kepada kita, tentang kepiawaian Ratu Balqis di dalam memimpin kerajaan
Saba, yang letaknya dekat kota San’a, ibu kota Yaman sekarang. Berani, cerdas, bijaksana. Yang diceritakan dalam QS
27:23, 29… dstnya dalam kaitan kisahnya dengan Nabi Sulaiman. Begitupula dengan apa yang diperankan dan
dilakukan tokoh-tokoh perempuan lainnya di dalam Islam. Apakah mereka itu Ummul Mukminin seperti Khodijah,
Aisyah, Ummu Salamah, Shafiyah, ataukah perempuan-perempuan mulia semacam Fatimah binti Rasulullah saw, Siti
Maryam, Asiah istri Fir’aun, atau juga shahabiyah seperti Ummu Sulaim, Asma binti Abu Bakar, Nafisah, Sitti

149
Sukainah binti Husein r.a. lambang kemajuan ilmu, sastra dan seni, gemar belajar, hingga ke tokoh di Perang Salib.
Syajaratud-Dur. Dan sederetan nama-nama lagi, di bidang ilmu yang dikuasainya masing-masing,. yang terlalu panjang
bilamana disebutkan di sini. Khusus untuk Kartini, sayang sekali, sebelum cita-citanya berhasil, ia telah dipanggil
pulang keharibaan Ilahi.
***
BAGI BEBERAPA PENULIS wanita Amerika, keluarga merupakan sumber kesemrawutan dan perlu
dihapuskan. Menurut Alison Jaggar, seorang Profesor di Universitas Cincinati dan kepala Komite Asosiasi Filsafat
Amerika tentang status Wanita dalam Filsafat, keluarga dipandang sebagai ‘dasar penindasan wanita‘, ‘memperkukuh
heteroseksualitas ‘, menanamkan struktur karakter feminin dan maskulin yang mumum pada generasi mendatang’.
Jaggar ingin melenyapkan keluarga, dan menciptakan sebuah masyarakat, di mana dengan bantuan teknologi,
seorang wanita dapat membuahi yang lainnya….laki-laki bisa menyusui …. dan ovum yang terbuah, bisa ditransfer ke
tubuh perempuan atau laki-laki. Satu-satunya yang menghalangi, menurut para feminis ini, adalah ‘phallocentricity‘
dan ‘androcentrity‘, pandangan bahwa masyarakat diorganisasikan di sekitar lelaki dan organ-organ seksualnya.
Dikatakan oleh filosof Barbara Minnich: “Yang kami lakukan sebagai feminis adalah sebanding dengan
penghancuran yang dilakukan Copernicus atas geosentrisitas kita, Darwin atas sentrisitas specimen kita. Kami sedang
menghancurkan androsentritas, perubahan ini bersifat fundamental, ‘berbahaya juga menyenangkan‘ Taylor 1991:7.
Tentu saja hal ini tidak ada bedanya dengan free sex, kumpul kebo dan anarkhisme seksual yang didukung oleh
teknologi pencegahan kehamilan dan obat-obatan seks. 54) (Rekayasa Demografis dan Globalisasi Kerusakan Aspek
Konspiratif Konferensi Kairo Dan Beijing, Ummu Hani, Yayasan Pengembangan Sumber Daya Muslimah, Ibu
Harapan, 1996.).
***
DARI ‘PINTU KARTINI’

Dari ‘pintu’ Kartini, masuklah perempuan ke setiap wilayah kehidupan. Tidak hanya domestik, tapi juga publik.
Memperlihatkan eksistensi dan menempati posisi: Apakah Presiden, Menteri, anggota DPR, Prof, Dr, Sarjana, seniwati,
sastrawati, artis, gelar-gelar dan ahli-ahli di berbagai bidang keilmuan dan profesi. Bermunculan di tengah
kehirukpikukkan dunia yang gemerlapan, dan kesibukan mereka yang memperjuangkan keadilan. Baik untuk
masyarakat umum yang tertindas, atau yang mengatasnamakan perempuan, menurut versi masing-masing, di atas fakta
ketidakpuasan yang melandasi, dan keinginan agar keadilan mengejawantah di dalam perikehidupan manusia.
Fakta yang berbicara, terlihat dan tertangkap, nyata bahwa dunia masih diliputi keserbasemrawutan istilah dan
kedudukan. Keserbabingungan porsi dan status. Keserbaburukan tingkah dan perilaku. Yang kemudian melahirkan

150
kecamuk kehidupan itu sendiri. Bencana dan musibah. Tidak hanya mengenai dan menimpa gender yang berstatus
feminin, tapi juga maskulin. Bahkan mereka yang tidak puas terhadap kedua istilah dan status tersebut. Berdasarkan
persepsi bahwa, haruslah dicari arti dan kebenarannya, seperti apa yang diyakini anggota Women’s Liberation.
Misalnya, yang menganggap bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara biologis, telah dibesar-
besarkan untuk menindas kaum perempuan. Dan menuntut diadakannya penyelidikan secara ilmiah, sampai
ditemukannya perbedaan laki-laki secara psikologis. Mereka berkeyakinan, bahwa kaum wanita memiliki kebutuhan
seksual mereka sendiri, yang tak butuh pasangan laki-laki untuk memenuhinya. Tak akan tunduk untuk berhubungan
seksual, kalau mereka sendiri tak merasa membutuhkan. Membantah teori Freud, bahwa orgasme wanita dalam
hubungan seksual terletak di vagina. Karenanya tergantung pada hubungan heteroseksual, (laki-laki). Dan kata mereka,
kepentingan keluarga tidak harus didahulukan dari kepentingan-kepentingan kehendak individual. Siapapun bebas
bereksperimen dengan gaya keluarga baru, yang membolehkan individu untuk membangun dengan caranya sendiri. 55)
“Peran Ganda Wanita Modern” Ibnu Ahamad Dahri, Pustaka Al-Kautsar, 1992) Ingin merealisasikan istilah Family
Structures, struktur-struktur atau keragaman bentuk keluarga, dalam tatanan masyarakat dunia. Artinya, pasangan yang
terbentuk dari dua orang yang bersamaan jenis, diakui sebagai sebuah keluarga. Tegasnya, segala macam bentuk
penyimpangan seksual dan penyakit-penyakit yang merusak kemanusiaan manusia yang diakibatkan sikap hedonistik
dan permisif budaya Barat, ditampung dan dilegalisir oleh undang-undang!
***
KARTINI TERPASUNG

Apa lacur yang terjadi?


Cita-cita Kartini yang begitu agung dan mulia, terpasung! Diterima tidak dengan konsekuensi kesadaran. Tidak
dengan kewajiban dan tanggung jawab sebagai bangsa yang adil dan beradab. Individu-individu yang seharusnya
bersatu, bekerja keras, saling bantu membantu menegakkan keadilan, hak-hak kemanusiaan umum secara keseluruhan,
demi kebahagiaan kesejahteraan masa depan bangsa dan umat manusia, kemudian jadi terpecah, di atas penamaan jenis
tertentu. Saling menzalimi dan mementingkan diri. Kelompok, golongan, partai, mazhab, etnik, agama, dan sebagainya.
Baik dari segi jenis kelamin, maupun atribut-atribut lain!
***

UMMUL MUKMININ KHADIJAH

151
Sementara itu, di abad 6, 7, Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailiid, gambaran utuh seorang manusia
sekaligus perempuan, telah memperlihatkan dan mewujudkan keaslian nilai dan ajaran Islam. Sebelum cita-cita Kartini
untuk menjadi hamba Allah, sebelum gerakan emansipasi atau feminisme itu lahir di abad 19.
Khadijah telah merealisasikan semua itu. Melalui wujud praktek kehidupan sehari-hari, yang penuh dengan
ketakwaan, di mana kemuliaan dan kecerdasan diri, segala sesuatu yang ia miliki, termanifestasi dalam usaha dan
statusnya sebagai hamba Allah yang bertakwa, dan seorang pengusaha wanita yang cerdas serta sukses di zaman itu.
Yang telah menyumbangkan, mengorbankan tenaga, waktu, pikiran, dan hartanya, untuk dakwah, jihad di Jalan Allah,
Dienul Islam dan Rasul-Nya saw.. Yang untuk itu ia sanggup menahan segala coba dan derita, ujian dan tantangan
hidup!
Rasul saw. bersabda: “Ia (Khadijah) beriman kepadaku saat orang-orang mendustaiku. Ia bantu aku dengan
hartanya ketika orang-orang mengucilkanku. Allah memberiku keturunan darinya sementara tidak dari istri-istriku
yang lain.: (HR. Imam Ahmad).
Khadijah sebagai seorang perempuan, digelari dengan sebutan; ‘Afifah Thahirah” atau “wanita suci”. Sedang
sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Ali r.a. mengatakan, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baik
wanita (langit) adalah Maryam binti Imran, dan sebaik-baik wanita (bumi) adalah Khadijah binti Khuwailiid.”
Dalam Kitab Shahih Bukhari, Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Jibril datang kepada Nabi saw., lalu berkata:
“Ya Rasulullah, ini Khadijah telah datang membawa nampan, di dalamnya ada lauk-pauk atau makanan dan
minuman. Apabila ia datang padamu, sampaikanlah salam dari Rabb-nya, beri berita gembira ia dengan sebuah
istana di dalam surga yang terbuat dari mutiara berlian. Di dalamnya tidak akan pernah merasa bising dan lelah.”
Dan patutlah, kalau kemudian di dalam salah satu hadits, ia diberi penghormatan sebagai salah satu dari empat
perempuan mulia dan utama, di antara Fatimah binti Muhammad saw, Maryam binti Imran, dan Asyiah istri Fir’aun,
yang akan menempati surga!
***
PENJAGAAN/PERLINDUNGAN

Kemuliaan agama, kehormatan seorang muslimah, penjagaan dan perlindungan, telah diperlihatkan oleh
Rasulullah saw., melalui pengepungan terhadap benteng Yahudi Bani Qainuqa’! Ini menunjukkan, betapa pentingnya
menjaga dan menegakkan ‘izzah, kemuliaan agama, dan kehormatan seorang perempuan muslimah. Memelihara dan
menghormati kedudukan seorang perempuan, penyangga sebuah bangunan, peletak dasar keluarga dan tatanan
masyarakat, sebagai tiang negara untuk kelahiran sebuah bangsa yang bermoral dan beradab, adalah merupakan
tanggung jawab seorang pemimpin negara, ulama, tokoh masyarakat, di atas pijakan dasar aturan Allah swt!.

152
Kenapa tidak?
Karena dari sinilah, ketentraman, ketertiban dan kedamaian dunia akan bermula!
“Perempuan adalah tiang negara. Bilamana ia baik, maka akan baiklah negara dan bangsa itu. Sebaliknya
bilamana ia buruk, maka akan rusak dan buruklah negara dan bangsa itu.”
Tetapi, bagaimanakah sekarang? Penjagaan dan penghormatan terhadap agama dan kaum perempuan, telah
menjadi sesuatu yang tidak diperhatikan. Telah menjadi sesuatu yang diabaikan. Kalau tidak mau dikatakan; dikhianati.
Semata-mata karena mereka buta dan meninggalkan agama. Asing atau alergi terhadap ajaran agamanya sendiri.
Sehingga banyak dari kaum lelaki, tidak bisa mendidik dan memberikan pengajaran dan perlindungan. Pengayoman
dan ketentraman. Baik bagi keluarga, istri dan anak-anaknya itu, (QS 4:34), maupun pemimpin pemerintahan, terhadap
rakyat yang dipimpinnya. (QS 11: 61, 2: 30). Begitu pula, para ‘ulama sebagai pewaris nabi, pembina umat.
“Kamu semua adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam pemimpin dan
bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas
kepemimpinannya………………” dstnya ( HR. Bukhari dan Muslim).
“Barangsiapa diserahi kekuasaan urusan manusia lalu menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan
orang-orang yang membutuhkan, maka Allah tidak akan mengindahkannya pada hari kiamat. (HR. Ahmad).
***
Peraturan dan undang-undang, lebih banyak berkiblat kepada peraturan atau undang-undang yang datang dari
luar. Dari Romawi, Perancis, Belanda, dan adat setempat. Mengakar di per-undang-undangan dan pola pikir
masyarakat, dari pada nilai-nilai atau ajaran-ajaran Islam itu sendiri. Walaupun misalnya, mayoritas penduduk adalah
muslim. Sehingga terjadilah, kericuhan dan pertentangan di dalam memutuskan dan menentukan permasalahan
pornografi dan pornoaksi, misalnya. Sesuatu yang menjadi dasar pembentukan akhlak dan perilaku bangsa atau umat.
Dengan alasan; negara bermasyarakat heterogen. Meliputi berbagai budaya dan beragam agama. Padahal, bukankah
nilai baik suatu tingkah laku, moral individu dan sosial, adalah hal yang diinginkan oleh budaya, masyarakat, bangsa
atau negara yang sehat, dan setiap ajaran agama?
***
KALAU UMPAMA, pengepungan terhadap benteng Bani Qainuqa’, kita ambil pelajarannya, bahwa benteng tersebut
adalah sistem pertahanan Yahudi waktu itu, lalu sekarang kita menoleh ke media massa, dan mengatakan bahwa ia
telah mempengaruhi masyarakat di dalam meraih opini, menjadikan alat tersebut untuk kepentingan mereka; politik,
ekonomi, sosial, agama, ideologi, faham, ras, bangsa, seni budaya, dan sebagainya pula, menipu, menggiur, merusak,
menimbulkan mimpi-mimpi dan khayal-khayal, imaginasi yang membangkitkan angan-angan dan tingkah laku buruk,

153
baik untuk perempuan, anak-anak, remaja, lelaki atau yang lainnya, maka bagaimanakah kita melakukan pengepungan
terhadap hal itu? Sebagaimana nabi telah melakukannya terhadap benteng Bani Qainuqa’?
Apa dan bagaimanakah, peran pemimpin di dalam hal ini?
Jelas di dalam peristiwa pengkhianatan Bani Qainuqa’, Rasulullah saw. telah menggunakan aturan-aturan
perjanjian, undang-undang Allah swt yang telah disepakati bersama, di dalam menghukum mereka yang melanggar.
Melakukan tindak kejahatan dan pelecehan terhadap agama dan perempuan. Lalu, bagaimanakah negara dengan
penduduk mayoritas muslim dalam hal ini? Apakah tetap menggariskan; bahwa negara dengan masyarakat heterogen,
berfaham plural? Padahal nyata-nyata, ada agama dan umat, yang dirugikan secara mayoritas. Perempuan, lelaki, anak,
remaja dan sebagainya lagi?
***
Di dalam sirah, Rasulullah saw. tak semena-mena melakukan perang. Tetapi itu terjadi akibat permusuhan,
penyerangan, kebencian kaum kafir kepada Islam dan umatnya. Yang melakukan perang, tindak kejahatan, demi
menghancurkannya. Wajarlah, kalau Rasul saw. telah melakukan perang, demi menegakkan ‘izzah, keadilan dan
kebenaran. Kedamaian, ketentraman, keamanan dan ketertiban, dari perilaku buruk, jahat, merongrong, memusuhi,
memerangi, menindas, mendeskreditkan Allah dan Rasul-Nya, Islam dan umat, kehidupan kemanusiaan itu sendiri
pada umumnya! Dan bagaimanakah sekarang, jika hal serupa itu pula, terjadi di negara-negara yang mayoritas
penduduknya Islam? Yang dikatakan telah melakukan ‘tindak kekerasan’, ‘terorisme’, radikalisme, ekstrimisme,
padahal akar permasalahan yang melatarbelakangi, tak pernah dibicarakan. Apalagi diungkap. Atau bahkan diadili
sesuai martabat hukum di dalam menegakkan kebenaran dan keadilan serta hak asasi manusia. Apakah tetap akan
selalu mengalah, dengan alasan-alasan semacam itu? Pluralitas, heterogen, berbagai budaya, etnik, dan agama?
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu pemimpin-
pemimpinmu, jika mereka telah mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan
mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS 9: 23).
Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang
kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada
Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.”
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS 9:24).
***
Kalau tadi, penjagaan dan perlindungan terhadap agama dan perempuan datangnya dari luar; pemimpin, ulama,
para tokoh masyarakat, sistem dan sebagainya pula, maka bagaimana, sisi yang datangnya dari dalam? Bersifat
kesadaran, di dalam diri manusia itu sendiri? Lelaki maupun perempuan, terhadap gempuran, serangan musuh, baik

154
yang datang dari media massa, maupun yang lain? Karena kita melihat dan mengetahui, bahwa ada perang yang lebih
besar dari perang fisik (Badar, Uhud, ), yaitu apa yang disebut perang melawan hawa nafsu.
Tidakkah benteng pertahanan, penjagaan dan perlindungan diri, harus selalu diutamakan, diupayakan sedemikian
rupa oleh umat? Oleh lelaki, maupun perempuan? Sebelum ia bisa, dan dapat memperoleh perlindungan dan penjagaan
yang datang dari luar? Karena memang, penjagaan dan perlindungan seperti itu, barangkali memerlukan perjalanan
panjang yang tak kenal henti. Berbagai strategi, upaya, usaha, sebagaimana yang telah diperlihatkan dan dilakukan
Rasulullah saw. dan para sahabat, di dalam perjalanan kehidupannya yang tercermin pada Sirah Nabi.
Benteng pertahanan apalagi, jika bukan memperkuat iman, pengetahuan keislaman, akhlak, wawasan
pengetahuan umum? Terutama di dalam masalah ideologi, faham-faham, ataupun gerak tipu musuh di dalam strategi
memurtadkan muslim atau muslimah. Minimal, agar mereka tahu dan waspada terhadap orang-orang yang ingin
menjauhkan mereka dari nilai-nilai dan ajaran Islam itu sendiri. Termasuk di sini adalah; meruntuhkan dan
menghancurkan nilai-nilai akhlak yang baik!
***
PEREMPUAN ITU semakin menggebu-gebu di bawa arus bacaan dan keadaan kehidupan yang memenuhi pikirannya.
Dalam hal ini, pembinaan iman dan akidah, menjadi sangat penting, pikirnya. Awalnya, tentu saja dilakukan oleh
mereka yang berwenang dan mampu di dalam hal tersebut. Terutama sekali dari fihak ulama. Atau mereka yang lain,
seperti yang telah digambarkan di atas. Karena dengan ini, mereka dapat memperkuat diri. Melakukan benteng
perlawanan melawan hawa nafsu. Menjaga dan melindungi diri dari perangkap yang dilakukan mass media, kurikulum
sekolah dan perguruan tinggi, lingkungan yang buruk, sistem, dan sebagainya lagi!
Tapi di sini, bukan tempatnya untuk membicarakan masalah itu lebih jauh. Karena lebih menfokuskan pada
pembahasan tentang pengkhianatan Yahudi yang terdapat di dalam Sirah Nabi.
***
2) FITNAH/MEMUTAR BALIKKAN FAKTA

KA’AB AL-ASYRAF:
- Berkata bohong tentang kebenaran
- Menghembus-hembuskan permusuhan pada kaum muslimin
Ka’ab Al-Asyraf, tokoh Yahudi, berkata bohong di dalam menjawab pertanyaan Abu Sufyan, saat ia bertanya
padanya: “Manakah yang lebih disukai Tuhan, agama kami, ataukah agama Muhammad dan para sahabatnya?
Manakah yang memperoleh petunjuk Tuhanmu, dan lebih dekat kepada kebenaran: kami ataukah Muhammad dan para
sahabatnya……?” Dan Ka’ab Al-Asyraf menjawab: “Kalianlah yang berada di jalan yang benar.”

155
***
Sekarang, fitnah atau pemutar balikkan fakta semacam itu terjadi; Islam dan kaum muslimin diberi label teroris.
Dianggap barbar. Pelaku kekerasan. Padahal, betapa kita telah melihat dan mengetahui, bahwa Islam adalah agama
yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan dan kebenaran. Agama yang berfungsi menegakkan keadilan dan
perdamaian. Dengan contoh-contoh yang telah diperlihatkan sejarah, di mana perilaku mereka begitu baik dan mulia.
Diakui dan dipersaksikan oleh para cendekiawan Barat, sebagaimana yang dikutipkan di atas tadi. Tidak ada yang
terzalimi di atas dasar haknya sebagai manusia. Hingga Allah memuji mereka sebagai umat terbaik yang dilahirkan
bagi manusia. Umat pilihan dan pertengahan, yang adil, di antara kehidupan dunia dan akhirat. (QS 3:110, 2: 143, 28:
77).
Tidak hanya di batas zaman itu saja mereka berperilaku baik, tapi juga terlihat, saat masa Umar bin al-Khathab
dan Salahuddin al-Ayyubi di Yerusalem, Palestina. Bagaimana mereka melaksanakan dan memperlakukan orang-orang
di luar agama mereka sendiri, dengan keadilan, kebaikan dan penuh kebijaksanaan. Menghargai hak-hak asasi mereka,
menghormatinya sebagai seorang manusia. Sedang Amerika Serikat, Israel, sekutu Zionis, malah melakukan tindakan
kezaliman. Mempraktekkan barbarisme, sebagaimana yang diajarkan Machiavelli. Demi mencapai tujuan, mereka
menghalalkan segala cara. Tidak mengindahkan kaedah hukum, norma, apalagi moral agama. Kedaulatan suatu negara,
hak asasi manusia, demokrasi sebagaimana yang mereka dengungkan, semua mereka terjang dan langgar! Melakukan
serangan membabi buta tanpa mengenal prikemanusiaan. Baik terhadap rakyat-rakyat di Afghanistan, Sudan, Irak,
Lebanon, apalagi Palestina!
***
Menghembus-hembuskan fitnah, memutar balikkan fakta, berkata bohong, dapat kita lihat juga pada sekularis
Barat, yang lahir di Eropa, akibat kesewenang-wenangan yang dilakukan pemuka agama terhadap para cendekiawan,
perempuan, dan rakyat jelata. Yang pada waktu itu berstatus sebagai orang-orang tertindas di bawah kepenguasaan
Kaisar, Pendeta dan kaum Feodal. Sehingga mereka tidak lagi percaya terhadap institusi keagamaan. Lalu melakukan
pemisahan agama dari negara, dan dari kehidupan masyarakat pada umumnya. Baik politik, sosial, ekonomi, seni,
budaya, dan lain-lain lagi. Yang akhirnya melalui perkembangannya, melahirkan revolusi industri di Inggris pada abad
18, setelah paska renaissans di abad 15-16 itu.
Kemajuan ilmu dan teknologi yang terus berkembang, menyebabkan mereka berhasil memegang supremasi
dunia. Menguasai peradaban global, dan menganggapnya sebagai hasil dari adanya pemisahan agama dari kehidupan
negara, dan dari kehidupan masyarakat umum. Di mana untuk itu mereka lalu menghembus-hembuskan, memfitnah,
mengatakan, dan mempersamakan, bahwa hanya dengan pemisahan seperti itulah, kaum muslimin baru bisa lepas dari
keterpurukan, kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinannya selama ini!

156
***
Padahal, masalah ini jauh berbeda.
Persoalannya terletak di dua hal yang bertolak belakang. Antara agama Kristen pada saat itu, dengan agama
Islam. Dulu, Eropa abad pertengahan, agama yang dianut, nilai-nilai dan ajaran, tidak menunjang ke arah ilmu
pengetahuan. Tidak sejalan dengan ilmu. Tidak menghargai dan menghormati. Misalnya saja pada saat ahli ilmu
pengetahuan mengatakan bahwa bumi itu bulat/elips, dan bergerak mengitari matahari, ahli agama mengatakan
sebaliknya. Bahwa mataharilah yang bergerak mengitari bumi. Dan ia rata. Dan sebagainya lagi, yang intinya
bertentangan dan tidak sejalan dengan pengetahuan. Hingga terjadi aksi pembunuhan terhadap para ahli ilmu
pengetahuan seperti Galileo, Bruno dan sebagainya.
Sedang Islam, sejak dulu sampai sekarang, dan seterusnya hingga akhir zaman, ilmu begitu dihormati dan
dimuliakan. Dituntut untuk dicari dan digali. Mulai dari buaian, sampai ke liang lahad, bahkan sampai ke negeri Cina!
Seorang beriman dan berilmu, diangkat derajatnya lebih dari pada orang biasa, atau awam. Ayat yang pertama turun
pun, adalah perintah membaca. Malah, bukan hanya membaca saja, tapi juga menuliskan
***
Simaklah ayat-ayat dan hadits-hadits yang berikut ini: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (QS 96:1-5).
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya…………”. (QS 2:31)
“Allah menyatakan bahwasanya tidak Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang menegakkan
keadilan. Para Malaikat dan orang-orang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu) Tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS 3: 18).
“…………….niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…………… “ (QS 58 :11).
“…………………….Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui, dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakal-lah yang dapat menerima pelajaran.” (QS 39:9).
Juga yang berkenaan dengan ilmu ini, bisa dilihat pada QS 29 :43, 49, 13: 43, 27:40, 7: 7, 52, 55:3-4. 3:190-191.
“Orang berilmu (ulama) itu adalah pewaris dari Nabi-Nabi.” (Dirawikan Abu Dawud, Ath-Thurmudzi, dari
Abid Darda’). “Isi langit dan isi bumi memintakan ampun untuk orang yang berilmu.” (ini adalah sebagian dari Hadits
Abid Darda’). “Menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim” ( HR.Ibnu Majah dari Anas).

157
“Carilah ilmu itu meskipun di negeri Cina; karena sesungguhnya mencari ilmu merupakan kewajiban bagi
setiap orang Islam, para Malaikat meletakkan sayapnya (memayungkan sayapnya) karena senang (rela) dengan yang
ia tuntut”. (HR. Ibnu Abdul Barr). “Kelebihan orang berilmu atas orang ‘abid (orang yang banyak ibadahnya),
adalah seperti kelebihan bulan malam purnama dari bintang-bintang yang lain.” ( dirawikan Abu Dawud, At-Tirmidzi
dll, dari Abid Darda’). “Barangsiapa menjalani suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dianugerahi Allah kepadanya
jalan ke sorga”. (HR Muslim dari Abi Hurairah). Dan lain-lain lagi yang menyatakan keutamaan ilmu, dan orang yang
mencari dan memilikinya.
***
Jadi, antara Islam dengan yang di Eropa abad pertengahan itu, nyata bedanya. Bahkan orang-orang Barat sendiri,
belajar dari orang Islam saat masih di Sekolah Tinggi Toledo, di Andalusia, Spanyol. Dan di tempat-tempat lain.
Sementara fillsafat Yunani pun ditranfer dan dikenalkan melalui tangan-tangan orang-orang Islam. Dan kejayaan Islam
di masa lalu, juga karena memperaktekkan seluruh ajaran agamanya, tanpa dengan memilah-milahnya. Lihatlah
Periode Madinah. Rasulullah saw. menjadi pemimpin negara. Melakukan aktifitas politik, diplomasi, perang,
musyawarah, guru, pendidik, negarawan, ahli strategi, dan sebagainya lagi di segala aspek kehidupan kemasyarakatan,
selain melakukan ibadah hablum minallah. Begitu pula dengan zaman para sahabat.
Sekali lagi, Islam bersifat menyeluruh dan sempurna. Tidak sektoral. (QS 2: 208, 5: 3, 34: 28, 21: 207).
Jadi, Islam tidak memisahkan antara agama dengan negara. Antara kehidupan pribadi dengan kehidupan sosial
kemasyarakatan; politik, ekonomi, ilmu, seni, budaya, dan sebagainya lagi.
***
Suatu negara atau bangsa bisa maju dan berkembang, tidak ditentukan oleh adanya pemisahan agama dengan
negara; politik, ekonomi, sosial, seni, atau budaya. Lihatlah dulu Jepang. Bagaimana ia terikat pada agama Shinto, tapi
kemudian bisa berkembang dan maju. Kemajuan suatu negara atau bangsa, lebih banyak didukung oleh faktor
manusianya. Individual maupun sosial. Bagaimana mereka bekerja, melakukan aspek kerjanya secara bersungguh-
sungguh dan berkualitas. Disiplin tinggi, di samping prasarana lain yang menunjang dan mendukung ke arah itu.
Potensi, sumber daya alam, dinamis, lurus, jujur, memegang teguh amanah, menghargai, menghormati, memanfaatkan
waktu sedemikian rupa, jeli di dalam melihat, memiliki supervisi yang berillian di dalam menentukan dan mengambil
keputusan. Memimpin dan mengelola. Memiliki profesionalitas, dedikasi, pintar, rajin, ulet, teguh, tabah, sabar, selalu
mengkaji dan meneliti. Melakukan observasi dan pencarian. Pantang mundur dan tidak mudah menyerah. Pokoknya
sifat-sifat positif yang dimiliki manusia secara individual maupun sosial. Watak tabiat manusia dengan akhlak dan
perilakunya yang baik dan benar. Iman yang sehat dan benar, di samping ilmu, wawasan, akhlak, serta amal yamg baik,
merupakan tolok ukur suatu kemajuan/kesuksesan.

158
“Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat
pekerjaanmu itu, …….. (QS 9:!05). “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah sungguh-
sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS 94: 7-8). Katakanlah:
“Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih
benar jalannya.” (QS 17: 84). “Sesungguhnya Allah sangat menyenangi apabila seseorang di antara kamu, bila
mengerjakan sesuatu, dilakukannya dengan baik.” (HR. Imam Baihaqi dari ‘Aisyah)
“Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan (kualitas) dalam segala sesuatu.” (HR Muslim dari Nawwas bin
Sam’an).
Rasulullah sangat menganjurkan profesiolisme dalam setiap pekerjaan yang dilakukan oleh seorang Muslim.
Meski itu hanya sekedar membunuh cecak: “Barangsiapa yang dapat mematikan cecak dalam sekali pukulan, dia
mendapat seratus kebaikan. Siapa yang mematikannya dalam pukulan kedua, maka dia mendapat sekian kebaikan
(artinya loebih kecil dari yang pertama). Dan siapa yang membunuhnya pada pukulan ketiga, maka bagintya sekian
kebaikan (lebih kecil dari yang kedua).” (HR. Imam Ahmad, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah,
sebagaimana dalam shohih “Al-Jamie’ Ash- shogier” No 6460).
Profesionalitas (itqon) dituntut dalam semua pekerjaan. Dan banyak lagi ayat atau hadits, yang memotifasi
manusia untuk melakukan sesuatu, sebagaimana yang digambarkan di atas. Dan bagaimana pula tokoh-tokoh ideal di
zaman Rasul saw. dan sahabat, dan mereka yang datang sesudahnya, telah bisa, dan dapat melakukannya. Hingga ilmu
pengetahuan ditelurkan, dan kaum muslimin tercatat di dalam sejarah, dengan kegemilangan peradaban. Zaman emas
yang dimiliki, justru pada saat mereka menyatukan iman dan keislaman serta ilmu pengetahuan, di dalam praktek
kehidupannya sehari-hari. Secara individual maupun sosial.
***
Fitnah. Memutar balikkan fakta. Menghembus-hembuskan permusuhan dari kalangan kafir terhadap kaum muslimin,
mengiming-iminginya untuk membalas dendam, melakukan serangan balasan terhadap kaum muslimin, hingga terjadi
perang Uhud, sebagaimana yang dilakukan Ka’ab Al-Asyraf, hingga sekarang pun, di era globalisasi, hal semacam itu
kerap terjadi. Lihat saja kawasan Timur Tengah! Bagaimana mereka terpecah, memecahbelahnya menjadi berbagai
negara kecil, faham, ideologi, mazhab, aliran dan lain-lain.
India dan Pakistan, di mana Inggris telah mewariskan perpecahan dan permusuhan, kemudian melahirkan juga
negara Bangladesh/Pakistan Timur dan permasalahan Kashmir.

Israel frustrasi menghadapi Gerakan Intifadah Palestina, India begitu pula menghadapi Jihad Kashmir. Apa yang
mereka katakan sebagai; bahaya fundamentalisme Islam; membuat India dan Israel sepakat melakukan kerjasama di

159
bidang terorisme. Sehingga Duta Israel untuk India mengatakan: “Problema ancaman fundamentalisme Islam
merupakan tantangan yang sama-sama dihadapi oleh India dan Israel. Kita (India dan Israel) harus mampu menumpas
bahaya tersebut sampai ke akar-akarnya. Kami di Israel menyadari bahwa kelemahan India (menghadapi
fundamentalisme) akan berpengaruh terhadap Israel. Karena kedua-duanya sama-sama menghadapi problema
fundamentalis Islam dan nuklir.” Setelah itu dia mengatakan: “Kashmir adalah bagian dari India. Saya adalah duta
Israel untuk seluruh kawasan India, termasuk Kashmir.”
Padahal kalau dilihat dari sejarah, sejak 1220 Masehi, Islam menjadi agama resmi di bumi yang subur itu. Dan
berakhir sejak 1819 di mana orang-oang Sikh menduduki kawasan itu, kemudian menjualnya pada Inggris oleh
kelompok Dograh Hindu. Sejak itu masyarakat Muslim Kashmir menderita.
Begitupula apa yang terjadi di Philipina. Antara Pemerintahan Pusat/Manila, dengan Philipina Selatan/Muslim
Moro. Bekas jajahan Spanyol sekitar 3 abad. Di mana kemudian, Amerika Serikat semakin mempertajam cengkeraman
kukunya di wilayah tersebut, atas nama terorisme. Sehingga terjadilah seperti apa yang terlihat..
Lain lagi dengan yang terjadi di Bosnia, dan tempat-tempat lain. Ethiopia, Eritra, dan terutama sekali di Palestina.
Mereka mengatakan bahwa kemenangan Hamas dalam pemilu, hanyalah kemenangan para teroris, untuk itu harus
dimusuhi dan diperangi. Di boikot, di blokade, dilakukan pembantaian terhadap rakyat Palestina di Gaza, markas besar
mereka yang melakukan jihad perlawanan! Bahkan, untuk merealisasikan cita-cita ‘perang terhadap terorisme’, dengan
initial Islam militan, PBB pun diikutsertakan.
***
Mereka memutarbalikkan fakta dan memfitnah. Yang betul dikatakan salah. Yang salah dikatakan benar. Seperti
yang dilakukan oleh kebanyakan para Orientalis. Berkedok ilmu, tapi lebih banyak mengarah pada tujuan untuk
merancukan pemikiran kaum muslimin. Mengikis iman dan keyakinan terhadap Islam. Melakukan aksi provokasi, dan
politik pecah belah. Menjauhkan dari nilai-nilai sejati agama yang dianut. Ajaran, sejarah, budaya, bahasa Arab,
akidah, dan sebagainya pula.
Selain itu, Ka’ab Al-Asyraf membuat sya’ir-sya’ir yang mengandung rayuan pada wanita muslimat. Seperti juga
apa yang dilakukan media massa sekarang. Manipulasi, fitnah, memelintir berita dan informasi, membuat rayuan pada
wanita dan anak-anak muda, demi pola dan gaya hidup yang tak sesuai dengan moral ketimuran dan agama. Film,
sinetron, musik, iklan, acara selebritis, gossip, dibuat sedemikian rupa hingga merugikan kaum muslimin. Disesuaikan
menurut apa yang menjadi keinginan mereka. Kepentingan politik, ekonomi, sosial, ras, bangsa, ideologi, agama,
budaya, faham, dari para pemilik/pemegang power informasi tersebut. Seperti apa yang dilansir oleh Jerry D. Gray di
atas. Bahkan dipertegas dengan strategi yang dibuat para Protokolis Yahudi, dalam ‘The Protocols of The Meetings of
The Elders of Zion’, ‘Berita Acara Pertemuan Para Pemuka Agama Zion’. Atau bahkan seperti apa yang juga dilansir

160
dan dikatakan Prof, Akbar S. Ahmed, di dalam buku Posmodernisme, Bahaya Dan Harapan Bagi Islam, Bab VI, Iblis
Jahat: Media Sebagai Majikan. Hal 250; sebagai hasil keterlibatannya dengan media Barat:
“Mengapa para orang tua Muslim cemas melihat Media Barat Modern? Karena universalitas, kekuatan dan
pengaruh citranya; karena media memusuhi Islam; karena citra media ini dapat dengan mudah menginvasi privasi
rumah tangga Muslim; dan karena di rumah tangga Muslim di Barat, media membantu menciptakan apa yang oleh
orang Pakistan disebut BBCD (the British Born Confused Desi). Citra yang terus menerus datang melalui televisi ke
para penonton berupa berpasang-pasang insan yang sedang melakukan hubungan seks, orang berbuat menyakitkan,
anggota badan dan usus tercerai-berai, disjecta membra di mana-mana. Kaset video yang menyertai lagu-lagu pop,
menghasilkan citra yang sungguh aneh. (dalam ‘Black or White’ kita melihat Michel Jackson dengan aneh berubah
menjadi harimau kumbang). Citra ini, menghapus citra lain, apakah daya tarik film dokumenter yang serius atau
keramahtamahan palsu chat show. Berbagai tabloid terus merendahkan derajat wanita. Dengan foto-foto dan cerita-
cerita porno seperti pada halaman 3 the sun yang sudah dikenal itu. Dan VCR, apa yang dapat dilihat dengan bebas
padanya adalah pintu jebakan menuju citra paling gelap, paling bejat yang bisa disulap manusia – apapun
tersedia……….”
***
Kalau media Barat sudah rusak begitu, sementara sumber berita kita datang darinya, karena ia pemegang
supremasi berita/informasi dunia, dan antene parabola menjamin akses ke sana, bagaimana dampaknya bagi
masyarakat umum? Khususnya moral agama anak bangsa? Belum lagi dari perusahaan pertelevisian nasional sendiri?
Para Zionis dengan Protokolnya, sebagaimana yang telah diterakan di atas, ingin menghancurkan dan merusak
tatanan masyarakat ‘Goyim’. (Yaitu orang-orang yang mereka anggap sebagai keledai atau barang, dan hanya dijadikan
alat produksi demi kepentingan mereka).
***
3) PERILAKU ORANG-ORANG MUNAFIK

Pengkhianatan Bani Qainuqa’ yang berkenaan dengan kaum munafik, yang diwakili oleh Abdullah bin Ubay bin
Salul itu, bisa kita lihat hampir di setiap pemerintahan. Terutama sekali dari suatu negara yang mayoritas rakyatnya
berstatus muslim. Apakah ia sebagai pemimpin pemerintahan itu sendiri, dalam hirarki birokratnya, ataukah yang lain.
Apakah pemerintahan itu berbentuk Republik, Kerajaan, Emirat, atau sebutan lainnya. Apakah ia berfaham Liberal
Kapitalisme Demokrat, Sosial Komunisme, Sekularisme, atau bahkan berlabel ‘Islam’ sekalipun!
Dan Al Qur’an menginformasikan tentang mereka ini: “Di antara manusia ada yang mengatakan, “Kami
beriman kepada Allah dan hari kemudian.” Padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.

161
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang
mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang
pedih disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan pada mereka, “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi.” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya
mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar. Apabila dikatakan kepada mereka,
“Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang yang telah beriman.” Mereka menjawab, “Akan berimankah kami
sebagaimana orang-orang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh
tetapi mereka tidak tahu. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang beriman, mereka mengatakan “Kami
beriman.” Dan bila mereka kembali pada setan-setan mereka, mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami sependirian
dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.” Allah akan membalas olok-olok mereka dan membiarkan mereka
terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah
beruntung perniagaannya, dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (QS 2: 8-16)
***
Inilah gambar nyata yang terjadi di Madinah. Terulang kembali di dalam generasi manusia seluruhnya.
“Kita akan mendapatkan macam orang-orang munafik ini, dari kalangan orang-orang atas super. Yaitu orang-
orang yang tidak terdapat keberanian di dalam diri mereka, untuk menghadapi kebenaran iman yang nyata. Bahkan di
dalam diri mereka terdapat keberanian untuk mengingkari kebenaran secara nyata,” demikian tulis Sayyid Quthub 56)
dalam ‘Fi Zhilaalil Qur’an’, Di Bawah Naungan Al Qur’an, alih bahasa, H. Bey Arifin & Jamaludin Kafie, PT Bina
Ilmu, Juz pertama, 1982).
Selanjutnya Sayyid Quthub bertanya: “Kenapa mereka berbuat kemunafikan seperti ini?” Yang kemudian
dijawabnya pula: “Karena di dalam tabiat mereka ada bencana. Di dalam hati mereka ada baksil. Dan itulah yang
menyebabkan mereka menyimpang dari jalan lurus yang terang. Itu pulalah yang menjadikan mereka pantas untuk
menerima tambahan penyakit dari Allah. Penyakit menimbulkan penyakit”.
“Sifat lain dari sifat-sifat mereka, terutama orang-orang atas dari kalangan mereka, yang pada permulaan hijrah
memiliki kedudukan tinggi di atas kaumnya, kepemimpinan dan kekuasaan seperti Abdullah bin Ubay bin Salul, adalah
sifat menentang. Membenarkan kerusakan yang mereka kerjakan, dan bergirang hati bila mereka merasa aman dengan
perbuatannya.” Begitu tulisnya selanjutnya. “Mereka tidak mau berhenti sampai ke batas dusta dan tipuan saja, bahkan
mereka melindungi kedua sifat itu di dalam kecongkakan, dan berpura-pura bila dikatakan kepada mereka; janganlah
berbuat kerusakan di muka bumi, mereka tidak cukup dengan kehendak untuk menghilangkan sifat merusak dari dalam
diri mereka, malah mereka melangkah kepada kebanggaan dan merasa benar.”

162
“Orang-orang yang paling banyak berbuat kerusakan, kemudian berkata bahwa dirinya berbuat kebaikan,
sungguhlah banyak kita dapati di setiap masa. Mereka berkata demikian karena di depan mereka terdapat ukuran
(norma) yang berbeda.”
“Apabila norma (ukuran) ikhlas sudah rusak dan lenyap dari dalam jiwa, maka rusaklah seluruh ukuran dan
norma. Dan orang-orang yang niat hatinya tidak ikhlas (murni) bagi Allah, sulitlah buat menyadari perbuatannya yang
rusak. Sebab ukuran baik dan buruk, benar dan rusak di dalam jiwa mereka, lebih condong kepada hawa nafsunya
sendiri. Dan tidak dikembalikan kepada konsepsi Tuhan,“ begitulah Sayyid Quthub.
***
Orang-orang munafik semacam ini, adalah .musuh-musuh dalam selimut. Merongrong, mengacau,
mengkisruhkan, dan membuat kaum muslim menjadi tidak aman, lewat kerusakan yang mereka perbuat dengan
pelbagai cara. Sedang mereka tidak merasa sungkan atau malu untuk itu. Melakukan tindakan bantuan, bekerjasama
dengan musuh-musuh kaum muslimin, dalam suatu bentuk konspirasi. Menghancurkan saudara semuslimnya sendiri.
Hal ini bisa kita lihat di belahan dunia kaum muslimin. Di Irak, Afghanistan, Pakistan, Sudan, Ethiopia, Eritra,
Philipina. Atau bahkan, di Palestinanya sendiri! Kubu-kubu yang haus kekuasaan, harta, kedudukan, hawa nafsu
duniawi, rela menjadikan diri-diri mereka, boneka-boneka permainan. Hiburan bagi musuh, di atas tontonan yang
menertawakan, kalau tidak mau dikatakan; konyol dan menyedihkan!
***

PENGKHIANATAN BANI NADHIR

Terjadi pada Rabi’ul Awwal, tahun keempat Hijri. Di antara sebab-sebabnya adalah:
- Terbunuhnya secara tidak sengaja dua orang Bani Amir, oleh ‘Amru bin Umayyah adh-Dhamiri, ketika
dalam perjalanan pulang ke Madinah dari Bi’ru Mau’nah.
- Atas peristiwa ini, Rasulullah saw. bersama para sahabat, tidak sampai sepuluh orang, hari Sabtu, selepas
shalat di masjid Quba’, mendatangi dan menemui mereka. Meminta diyat/ bantuan tebusan bagi 2 orang yang dibunuh
secara tak sengaja oleh Amru bin Umayyah. Sebagai konsekuensi tanggung jawab dari Piagam Madinah yang telah
disepakati bersama, di mana Bani Nadhir adalah sekutu Bani Amir.
- Diperkampungan Bani Nadhir, Rasulullah saw. menyatakan hal tersebut. Dan mereka menjawab: “Kami
akan lakukan. Duduklah, hingga kami menjamu Anda.”
- Ketika itu Rasulullah bersandar ke sebuah rumah, masing-masing dari mereka saling meninggalkan yang
lain. Huyay bin Akhthab mengusulkan agar mereka melemparkan batu dari atas rumah di mana Rasulullah sedang

163
bersandar. Mereka berniat membunuh beliau. Amru bin Jahsy lalu mulai melakukan aksinya, hendak melemparkan
batu besar kepada beliau, dan ia pun telah menyiapkan batu yang hendak ia gunakan untuk melakukan aksi itu.
- Tiba-tiba wahyu datang kepada beliau, memberitahukan tentang persekongkolan mereka. Rasulullah saw.
segera bangkit berdiri, seakan-akan mempunyai keperluan mendesak dan berangkat menuju Madinah.
- Saat beliau tidak kembali-kembali, para sahabat yang tadi menyertainya, menyusul. Sebelum itu, beliau telah
mengutus seseorang untuk mencari Muhammad bin Maslamah. Beliau menceritakan kepada mereka tentang niat jahat
orang Yahudi itu.
- Muhammad bin Maslamah datang, dan beliau bersabda kepadanya: “Pergilah kamu kepada orang-orang Yahudi
Bani Nadhir. Dan katakan kepada mereka, bahwa Rasulullah telah mengutusku kepada kalian, agar kalian semua keluar
dari negeri beliau, karena pelanggaran kalian terhadap perjanjian itu, dan niat jahat kalian. Aku beri tempo kepada
mereka sepuluh hari. Barangsiapa yang setelah itu masih terlihat di sana, aku akan penggal lehernya.” 57) Al-Muqrizi,
Imta’ul Asma’, I/178-179, dikutip dari buku Manhaj Haraki, Syaikh Munir Muhammad al-Gadban, hal 389-390).
Tidak ada pilihan lain bagi orang-orang Yahudi Bani Nadhir, kecuali harus meninggalkan daerah sekitar
Madinah. Menurut apa yang telah digariskan Rasulullah saw., di atas pengkhianatann dan kejahatannya itu. Tetapi,
orang-orang munafik di Madinah, yang dikepalai oleh Abdullah bin Ubay bin Salul, memberitahu mereka melalui
seorang utusan: “Kalian hendaknya tetap tinggal di sini, kamilah yang akan membantu kalian menghadapi Muhammad
dan para pengikutnya.” Suatu mental yang dimiliki orang-orang munafik di dalam merealisasikan apa yang menjadi
keinginannya, dalam dambaan hawa nafsu yang telah melilit dan menjerat. Bekerjasama dan saling membantu di dalam
kemungkaran. Atas dorongan kaum munafik itu, orang-orang Yahudi mulai percaya lagi pada kekuatannya. Mengambil
keputusan untuk bersiap diri menghadapi serangan. Mereka mengirim utusan menghadap Rasulullah, menyampaikan
kebulatan tekad mereka: “Kami tidak akan keluar! Silahkan bertindak sesuka Anda!”
Mereka berlindung di dalam perbentengan, dan siap menghadapi pertempuran. Tekad mereka untuk melawan
kaum muslimin bertambah kuat, setelah mendengar Abdullah bin Ubay bin Salul menyiapkan dua ribu prajurit untuk
membantu mereka. Tidak ada jalan bagi Rasul saw., kecuali harus menghadapi mereka dengan kekerasan. Rasulullah
saw. kemudian memerintahkan kaum muslimin supaya mengepung rapat pemukiman Bani Nadhir. Dan beliau juga
memerintahkan kaum muslimin untuk membabat habis semua ladang kurma milik mereka. Selama dalam
pengepungan, orang-orang Yahudi itu menderita kekurangan makan minum, hingga membayangkan tak lama lagi maut
akan datang merenggut nyawa mereka. Perlawanan terhadap Yahudi Bani Nadhir ternyata berhasil dengan baik.
Mereka menyerah, dan bersedia meninggalkan Madinah. Diperbolehkan membawa harta miliknya yang dapat diangkut,
kecuali senjata. Untuk peristiwa Bani Nadhir ini, Allah swt. telah menurunkan ayat-Nya pada surat Al-Hasyr.
***

164
Hal yang patut dicermati adalah:

1) Kesetiaan pada perjanjian.


2) Antara kata, pernyataan dan perbuatan, berbeda.
3) Pengepungan, blokade, pemboikotan.
4) Orang kafir dan munafik, saling bekerjasama.

1) KESETIAAN PADA PERJANJIAN

Di dalam peristiwa pengkhianatan Bani Nadhir ini, jelas terlihat Rasulullah secara konsekuen menepati apa yang
telah menjadi isi dari kesepakatan itu. Yaitu dengan membayar diyat/denda kepada yang berhak. 2 orang yang dibunuh
secara tak sengaja oleh Amru bin Umayyah. Sebagai konsekuensi tanggung jawab dari Piagam Madinah. Di mana Bani
Nadhir adalah sekutu Bani Amir. Namun kesetiaan terhadap perjanjian ini hanya dimiliki oleh Rasul saw. dan tidak
pada Yahudi. Yang malah ingin menciderai dan membunuh Rasul saw., atas sikap jujur dan amanahnya itu.
Sampai sekarang pun hal seperti ini sering terjadi! Israel dan sekutu Zionis, tidak setia memegang perjanjian atau
kesepakatan yang telah dibuatnya. Bahkan pada ‘Peta Jalan Damai’ saja, beberapa poin yang telah disepakati itu,
dihapus atau ditiadakan, bilamana menyangkut kepentingan mereka. Hal-hal yang dirasa bakal merugikan, tentu saja,
tidak akan ditolerir oleh mereka.
***
2) ANTARA KATA, PERNYATAAN DAN PERBUATAN, BERBEDA.

Hal ini tercermin pula dari kata-kata atau pernyataan yang diucapkan mereka tadi: “Kami akan lakukan.
Duduklah, hingga kami menjamu Anda.” Tapi apa lacur yang terjadi? Mereka bukan menepati janji dan kata-katanya
itu, tapi malah ingin menciderai dan membunuh Rasul saw.. Jadi, antara kata, pernyataan dan perbuatan, berbeda. Dan
ini seringkali dilakukan mereka. Al Qur’an telah menginformasikan sebelumnya, tentang tabiat atau watak sebahagian
Yahudi ini. Di mana antara kata, pernyataan dan perbuatan, berbeda: “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji
dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapa, kaum
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah
shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan
kamu selalu berpaling. Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu): kamu tidak akan
menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari

165
kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu mempersaksikannya. Kemudian
kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung
halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka
datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu.
Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah
balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari
kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” QS 2:
83-85). Ayat ini berkenaan dengan cerita orang Yahudi di Madinah pada permulaan Hijrah. Yahudi Bani Quraidhah
bersekutu dengan suku Aus. Dan Yahudi Bani Nadhir bersekutu dengan orang-orang Khazraj. Antara suku Aus dan
suku Khazraj sebelum Islam, selalu terjadi persengketaan dan peperangan, yang menyebabkan Bani Quraidhah
membantu Aus, dan Bani Nadhir membantu orang-orang Khazraj. Hingga di antara mereka, kedua suku tersebut,
terjadi peperangan dan tawan menawan, karena membantu sekutunya. Namun, jika kemudian ada orang-orang Yahudi
tertawan, maka kedua suku Yahudi itu bersepakat untuk menebusnya. Kendatipun tadinya mereka berperang-perangan.
Dalam masalah Palestina, kita mengenal apa yang dinamakan Deklarasi Balfour. 2 Nopember 1917. Sebuah
pernyataan yang dikirimkan James Balfour, ketika itu Menteri Luar Negeri Inggris, kepada Lord Walter Rotsheld.
Isinya antara lain: “Bahwasanya Pemerintah Sri Baginda melihat dengan perasaan simpati, maksud pembentukan tanah
air nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina, dan akan mencurahkan usaha sejauh mungkin guna mempermudah
tercapainya tujuan tersebut. Hal itu perlu difahami dengan pengertian yang jelas, bahwa untuk mencapai maksud itu,
tidak boleh diambil tindakan apapun yang bersifat perkosaan terhadap hak-hak sipil dan agama golongan-golongan
yang bukan Yahudi di Palestina. Dan tidak boleh memperkosa hak-hak serta kedudukan politik yang dinikmati orang-
orang Yahudi di daerah lain manapun. Saya akan berterima kasih apabila tuan menyampaikan deklarasi ini kepada
Persatuan Zionis.”
***
Surat tersebut, walau menyalahi hak-hak bangsa dan rakyat Palestina atas negaranya sendiri, yang telah dirampas
dan diberikan kepada yang bukan seharusnya, namun ada satu hal yang patut kita ‘garis bawahi’. Yaitu yang mengenai
kata-kata atau pernyataan “tidak boleh diambil tindakan apapun yang bersifat perkosaan terhadap hak-hak sipil dan
agama golongan-golongan yang bukan Yahudi di Palestina”.
Kata-kata atau pernyataan tersebut, ternyata hanya isapan jempol belaka. Karena pada prakteknya, berbeda sama
sekali. Mereka telah memperkosa hak-hak sipil dan agama golongan-golongan yang bukan Yahudi. Terutama sekali
bangsa Palestina itu sendiri. Baik yang beragama Kristen, apalagi yang beragama Islam. Semacam Hamas dan Jihad
Islam. Kata-kata dan pernyatan ini, bisa juga kita temui pada saat mereka membagi-bagi Palestina di tahun 1947,

166
dengan keluarnya resolusi PBB No 181. Di mana hak kemerdekaan bagi bangsa dan rakyat Palestina secara murni,
telah dikebiri. Bahkan resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB 242 (1967) 338 (1973) 3236 (1975), ES712 29 Juli
1980, yang pada intinya menyerukan penarikan mundur Israel secara total dan tanpa syarat dari seluruh wilayah yang
diduduki, termasuk Yerusalem, ternyata tidak direalisasi dan dilaksanakan. Ia hanyalah kata-kata atau pernyataan
belaka. Jadi sekali lagi, antara kata dan pernyataan, berbeda. Bahkan mereka menciderai, menteror, membunuh rakyat
dan bangsa Palestina. Kaum muslimin pada umumnya di Gaza, dengan melakukan kekejaman-kekejaman yang tiada
tara!
***

3) PENGEPUNGAN, BLOKADE, PEMBOIKOTAN

Dalam peristiwa pengkhianatan Bani Nadhir ini, Rasulullah saw. kemudian memerintahkan kaum muslimin
supaya mengepung rapat pemukiman Bani Nadhir. Yang selama pengepungan itu orang-orang Yahudi menderita
kekurangan makan minum, hingga membayangkan tak lama lagi maut akan datang merenggut nyawa mereka. Dan
beliau juga memerintahkan kaum muslimin untuk membabat habis semua ladang kurma milik mereka. Sedang tindakan
pembabatan ladang kurma ini telah diberi izin oleh Allah swt melalui wahyu-Nya yang terdapat di dalam QS 59: 5.
“Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh)
berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan Dia hendak memberikan kehinaan kepada
orang-orang fasik.” Sebagai konsekuensi perbuatan jahat mereka yang merongrong, mengkhianati, melanggar
perjanjian yang telah disepakati, bahkan ingin membunuh Rasulullah saw. sebagai pemimpin Negara Madinah. Suatu
perbuatan keji dari manusia-manusia yang semena-mena dan tidak bertanggung jawab!
Perlawanan terhadap Yahudi Bani Nadhir ini ternyata berhasil dengan baik.
***
Ironinya sekarang, strategi tersebut malah diambil alih oleh Zionis dan sekutu. Sekarang mereka yang mengepung kita.
Memboikot dan memblokade. Lihat saja bagaimana negara-negara dunia ketiga, khususnya negara-negara yang
mayoritas penduduknya muslim, dikepung sedemikian rupa. Baik dalam masalah politik, ekonomi, sosial, militer, ilmu
dan teknologi, seni dan budaya. Melalui institusi atau lembaga pemerintahan, keorganisasian, ekonomi, politik, sosial,
seni, budaya, dan sebagainya. Benteng-benteng mereka itu beragam. Baik yang berbentuk penempatan sistem
pertahanan militer di wilayah-wilayah strategis, (umpama di Saudi Arabia, Kuwait, Turki, Philipina), atau penguasaan
dan kepemilikan terhadap Bank-Bank, Organisasi-Organisasi Internasional, World Bank, IMF, WTO, Perusahaan-
perusahaan Multinasional (Multi National Corporation), Media massa (Reuters, CNN, BBC, CBS, VOA ), Organisasi-

167
Organisasi Internasional, (PBB dll). Organisasi-organisasi yang bersifat sosial, seni dan budaya. Lembaga-lembaga dan
institusi-institusi pendidikan. Universitas dan Perguruan Tinggi.
Dengan benteng-benteng mereka yang seperti itu, mereka bisa mengontrol, mengawasi, melakukan berbagai
kepentingan mereka. Politik, ekonomi, sosial, militer, seni, budaya.
***
Ketika Amerika Serikat dan sekutu menyerang Irak 1991, maka ia berlindung di bawah perbentengan PBB. Dan
mass-media melancarkan berita atau informasi yang menunjang ke arah pembenaran mereka. Mereka meraup opini
massa atas ini. Begitu juga dengan penyerangan ke Afghanistan, akibat peristiwa 11 September 2001, yang menuduh
Osama bin Laden sebagai otak pelaku pemboman, dan berada di sana. Lalu memerintahkan pemerintah Taliban untuk
menyerahkannya. Dan bilamana pemerintah Taliban tidak mengabulkan permintaan mereka untuk menyerahkan Osama
bin Laden, maka konsekuensi ketidaktaatan terhadap perintah tersebut, Amerika Serikat dan sekutu memborbardirnya
dengan serangan yang tanpa mengenal prikemanusiaan. Blokade, pemboikotan ekonomi, militer, sering mereka
lakukan. Lihat saja bagaimana mereka melakukannya terhadap Nicaragua, Libya, Sudan, Irak, Palestina. Dan sekarang,
mereka merencanakan melakukannya terhadap Iran, di atas isu nuklir perdamaiannya.
***
Kalau saja umat Islam mau meniru dan mencontoh Rasulullah saw. di dalam melakukan pembabatan pohon
kurma Yahudi Bani Nadhir, sebagai suatu tindak perlindungan atau proteksi terhadap ekonomi kaum muslimin,
dengan melakukan pemotongan atau pemutusan urat nadi perekonomiannya, minimal pemboikotan terhadap produksi
Zionis atau Amerika Serikat, dan sebaliknya membangun perkonomian mandiri, membeli barang-barang hasil produksi
dalam negeri, (kalau sekiranya belum mampu terhadap produk industri berat, boikot saja yang ringan-ringan. Dan kalau
belum bisa melakukan produksi atau industri berat, lakukan yang bersifat agraris), misalnya produk makan-makanan,
minum-minuman, perkebunan, pertanian, dsbnya, maka tentu hal ini akan menghasilkan gerak laju perekonomian kita.
Dan sedikit banyak akan mempengaruhi atau merugikan perekonomian mereka.
Politik berdikari seperti apa yang pernah dicetuskan Bung Karno, sebetulnya baik. Bukankah bumi kita, wilayah
kaum muslimin itu luas? penuh dengan barang tambang dan hasil bumi? Timur Tengah penuh dengan minyak, besi,
bahkan uranium (Saudi Arabia). Mesir menghasilkan kapas, Malaysia menghasilkan karet, kelapa sawit. Indonesia,
memiliki sumber minyak, gas alam, emas, batubara, pertanian, perkebunan, perikanan, perhutanan. Apalagi ditambah
dengan sumber manusianya, dengan penduduk sekitar 240 juta? Walau ironinya, beras masih mengimpor. Kedelai
masih mengimpor. Bahkan minyak pun, katanya akan mengimpor? Padahal, bilamana negara-negara atau rakyat dari
suatu negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, konsekuen untuk memboikot produk yang dihasilkan
Amerika/Barat/apalagi Israel, dari yang terberat maupun ringan, maka tentu perekonomian mereka akan mengalami

168
kemunduran. Lihat saja bagaimana Raja Faisal dari Saudi Arabia 1973, di mana ia telah menggunakan minyak sebagai
alat untuk itu, hingga perekonomian dunia menjadi lesu, dan mengalami resesi. Sayang seribu sayang, industri
persenjataan atau militer mereka, malah ditunjang dan dibantu negara-negara dunia ketiga. Bahkan sesama muslim,
harus berperang dan membeli senjata mereka, untuk saling membunuh dan menghancurkan. Bukankah ini suatu ironi
dan tragi?
***
Jika Rasulullah saw. melakukan pengepungan pada benteng pertahanan mereka, dan memerintahkan pembabatan
terhadap ladang kurma mereka, sebagai mata pencaharian dan gerak usaha perekonomian mereka kala itu, maka
pantaslah, kalau Bung Karno merintis usaha ke arah itu. Baik dalam rencana perekonomian nasionalnya, atau, dalam
masalah politik dan rasa keadilan. Di mana beliau dengan tegas dan berani, memerintahkan dan memutuskan untuk
keluar dari PBB. Sarang persekutuan internasional di dalam mementingkan dan mengutamakan para Zionis. Dalam hal
ini Amerika Serikat, dan mereka yang berada di Dewan Keamanan. Sehingga PBB tidak bisa berlaku adil terhadap
mereka yang lain, yang berada di Majelis Umum. Yang tidak seirama dan sealiran dengan mereka. Baik dalam politik,
ideologi, faham, budaya ataupun agama. Sehingga resolusi yang dilahirkan Dewan Keamanan PBB, selalu dapat di
veto oleh mereka. Terutama oleh Amerika Serikat sebagai pemegang supremasi dan penyumbang terbesar organisasi
tersebut. Apalagi bilamana menyangkut masalah yang berkenaan dengan Palestina. Berapa kali mereka memveto
terhadap resolusi-resolusi yang diajukan. Bahkan bukan itu saja, mereka pun tak pernah mengindahkan, mengacuhkan,
dan merealisasikan resolusi-resolusi yang sudah ditelurkan. Seperti resolusi 242, 338, dan lain sebagainya itu.
***
Tak pelaklah, kalau melihat kepincangan dan keresahan ekonomi yang telah ditimbulkan Amerika Serikat, Zionis
dan sekutu, terhadap pasar Global, seyogianya negara-negara dunia ketiga melakukan aksi berdikari. Berdiri di atas
kaki sendiri di bidang ekonomi. Di mana negara-negara terbelakang dan dunia baru berkembang bersatupadu di
dalamnya. Sebagaimana yang terlihat dan tercermin pada Negara-Negara Non Blok dan OKI. Walau dalam
pelaksanaan gerak dan tindak, belum memadai dan memuaskan. Masih dipengaruhi situasi politik, ekonomi, militer,
pengetahuan dan teknologi, sosial, agama, ideologi, ras, vested interest ataupun national interest mereka.
Tetapi, walau bagaimanapun juga, kerja keras demi mengembangkan perekonomian negara sendiri, harus tetap
dimajukan dan diperjuangkan dengan sekuat tenaga dan usaha. Lihat saja kaum muslimin dulu, ketika mereka hijrah
dari Mekah ke Madinah, mereka tak memiliki apa-apa. Tapi kemudian dengan kemauan dan kerja keras, prinsip
berjuang dengan jiwa penuh keimanan dan keyakinan di atas landasan ajaran Islam, maka mereka bisa melakukan
persaingan terhadap Pasar Bani Qainuqa’Yahudi, dengan pasar Anshor yang mereka dirikan.

169
Negara-negara dunia ketiga, Amerika Latin, Afrika, Asia, apalagi negara-negara yang penduduknya mayoritas
muslim, bisa saja melakukan hal seperti itu. Bekerjasama saling bantu membantu, memperkuat ikatan persaudaraan,
membangun kekuatan bagi perekonomiannya masing-masing.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.” (QS 7:96).
Kalau seekor burung saja masih diberikan rejeki, bergerak beranjak terbang di pagi hari, dan hasil di sore hari,
maka apakah manusia yang diberi karunia akal dan ilmu pengetahuan, dengan fisik dan anggota biologis yang begitu
sempurna, tidak bisa berbuat dan melakukan hal yang semacam itu? Lihat QS 65: 2-3, QS 72: 16.
Jadi di sini, sekali lagi tergantung manusianya! Tergantung bangsa dan negaranya. Para pemimpinnya. Maukah
mereka, ataukah tidak. Semua berpulang kepada mereka. Kepada sang pemimpin dan pengelola. Kepada ilmu yang
mereka miliki dan kepribadian yang mereka punyai. Sedang arahan untuk itu sudah jelas. Terdapat di dalam Qur’an,
Hadits, Sirah Nabawi, dan contoh yang diberikan Rasul-Nya saw., serta para sahabat. Takwa, jujur, memegang amanat
agama dengan segala ajaran dan nilai-nilainya, adil, tidak zalim dan bodoh, berjuang dan bekerja keras demi
menegakkan dan menaikkan ‘izzah agama, bangsa dan negara, dan kemuliaan kaum muslimin. “Sesungguhnya Kami
telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat
itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan amat bodoh.” (QS 33:72).
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.” (QS 7:96).
“Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan
mengusir orang-orang yang lemah daripadanya”. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi
orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui.” (QS 63:8).
***
Al-Bukhari mengetengahkan sebagai berikut: Setibanya kaum Muhajirin di Madinah, Rasul Allah saw. segera
mempersaudarakan ‘Abdurahman bin ‘Auf dengan Sa’ad bin Ar-Rabi’. Ketika itu kepada ‘Abdurahman, Sa’ad berkata:
“Aku termasuk orang Anshar yang mempunyai banyak harta kekayaan dan kekayaanku itu akan kubagi dua, separoh
untuk Anda dan separoh untukku. Aku juga mempunyai dua orang istri, lihatlah mana yang Anda pandang baik bagi
Anda. Sebutkan namanya, ia akan segera kucerai dan sehabis masa iddahnya Anda kupersilahkan nikah dengannya!”

170
‘Abdurahman menjawab: “Semoga Allah memberkahi keluarga dan kekayaan Anda. Tunjukkan saja kepadaku, di
manakah pasar kota kalian?” ‘Abdurahman kemudian ditunjukkan tempat pasar Bani Qainuqa’. Ketika pulang ternyata
ia membawa gandum dan samin! Begitulah seterusnya, ia berusaha dan berdagang di pasar.
Pada suatu hari ‘Abdurahman bin ‘Auf datang kepada Rasulul Allah saw. dengan pakaian bagus dan rapi.
Rasul Allah bertanya: “Apakah engkau sudah mempunyai penghasilan?”
Ia menjawab: “Ya Rasul Allah saw., aku telah nikah.”
“Berapa maskawin yang kau berikan kepada istrimu?”, tanya Rasul Allah.
“Setail emas!,” jawab ‘Abdurahman.
***
Dari kacamata ini terlihat, betapa keperibadian ‘Abdurahman bin ‘Auf! Ia bukan tipe manusia yang begitu saja
mau dikasihani atau ditolong. Meski dalam hal ini, persaudaraan itu didasari keikhlasan dan kesadaran persaudaraan.
Namun ia tetap memiliki mental, jiwa dan keperibadian yang tangguh. Ia hanya ingin dan minta ditunjuki ‘pasar’,
sebagai lahan memperjuangkan kejayaan dan kemaslahatan ekonomi umat, di atas kenyataan keadaannya yang pada
saat itu tidak memiliki apa-apa. Dan modal yang dimilikinya pada saat itu hanyalah keyakinan, iman, akhlak, Islam,
dan kerja keras! Tak heranlah, kalau kemudian umat Islam, dengan mental dan keperibadian seperti itu, dapat memiliki
pasar, sebagaimana yang dimiliki Bani Qainuqa’!. Bahkan kemudian, pasar Anshor pun menjadi alat saing yang tak
kecil artinya terhadap pasar Yahudi itu! Jadi, dengan kerja keras, kesungguhan kemauan, jeli melihat segala potensi dan
strategi, bukan mustahil sesuatu yang diinginkan dan dibutuhkan, akan berhasil. Bukan mengandalkan orang lain,
meminta belas kasihan dan bantuan, sebagaimana sekarang banyak terlihat! Kaum muslimin, bangsa-bangsa, negara-
negara, tergantung dan dibuat tergantung kepada asing. Amerika Serikat dan sekutu Baratnya. Palestina kepada Israel
dan negara-negara Arab, atau muslimin!
Uswatun hasanah, perilaku Rasul saw. yang bersifat menyeluruh di segala bidang itu, rupanya belum
mendatangkan kepercayaan atau keyakinan sebahagian umat Islam, untuk mencontoh dan menirunya. Mereka tidak
mau melihat Islam dan perilaku Rasul-Nyaserta sahabat, sebagai solusi terbaik berbagai permasalahan hidup dan
kehidupan. Padahal jelas-jelas Al Qur’an telah memberikan perintahnya: QS 4: 58, 80, 82, 65, 59:7, 6:153, dll.
***

4) ORANG KAFIR DAN MUNAFIK, SALING KERJASAMA


Kembali ke pengkhianatan Bani Nadhir. Tekad mereka untuk melawan kaum muslimin, bertambah kuat setelah
mendengar Abdullah bin Ubay bin Salul menyiapkan dua ribu prajurit untuk membantu mereka. Tidak ada jalan bagi
Rasul saw., kecuali harus menghadapi mereka dengan kekerasan. Bahkan beliau siap pula menghadapi kabilah-kabilah

171
Yahudi lain. Atau bahkan, kaum musrikin Arab yang hendak bergabung dan membantu Yahudi. Inilah suatu kenyataan
di atas ketidakbaikan kemungkaran. Bahwa orang-orang kafir dan munafik itu, memang saling bantu membantu di
dalam memerangi dan memusuhi kaum muslimin. Dari dulu sampai sekarang. Namun anehnya, masih saja kaum
muslimin tidak menyatukan barisan dalam saf yang teratur rapi dan padu, di atas suatu bangunan yang kokoh. (QS
8:73, 61:4). Malah terpecah-belah. Saling mementingkan diri, kelompok, golongan, mazhab, dan lain sebagainya. Dan
persaudaraan di antara mereka pada sebahagiannya, bersifat slogan belaka. Sebagai angin yang berlalu tanpa membawa
kesan! Sementara kaum munafik, secara terang-terang, terselubung, tersembunyi, saling bantu membantu, bekerjasama
dengan kaum kafir. Lihat saja masalah Palestina, Afghanistan, Irak, dan lainnya itu, apakah tidak ada kaum munafik
yang berperan melajukan, memperlicin gerak permusuhan mereka terhadap kaum muslimin?
Sejak imperialisme melebarkan sayapnya ke mana-mana, ke dunianya para muslimin, setelah masa pencerahan
dan revolusi industri, maka hasil bumi dan tambang dari negara-negara tersebut, dikeduk dan dirampok. Digunakan
sebagai bahan baku, suku cadang, produksi dan industrilisasi, atau yang lain lagi, demi memenuhi selera kepuasan
materialime mereka. Ironinya, hasil produksi dan industri itu, dilemparkan kembali di pasaran negara-negara yang
mereka jajah. Yang merupakan ajang kolonialisasi. Dan mereka yang berkecimpung di dunia politik, ekonomi, militer,
ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sebagainya lagi, seperti pejabat-pejabat pemerintahan, konglomerat, ilmuwan dan
lain-lain pula di negeri itu, saling dukung dan bekerjasama merealisasikan tujuan mereka. Sementara rakyat-rakyat di
negara-negara tersebut, menyambutnya dengan antusias dalam pola hidup mereka yang hedonis konsumeris serba
permisif! Dan kapitalisme liberalisme yang menjadi sistem acuan dan anutan perekonomian mereka, kemudian menjadi
raksasa bagi pasar global mereka sampai detik ini. Di atas global trade, baik yang tergabung dalam trust-trust, ataupun
kartel-kartel, organisasi persekutuan ekonomi bersama dengan berbagai nama.
***
Kembali ke Bani Nadhir. Akhirnya mereka terusir dan menyerah. Diusir keluar dari Madinah dengan hanya
membawa barang-barang mereka yang dapat diangkut, tapi tanpa membawa senjata! Dan bagaimana pula dengan
Abdullah bin Ubay bin Salul, yang menjanjikan akan membantu dengan 2000 orang prajurit itu?
Ternyata ia tidak menepati janji.
Orang-orang munafik memang bersifat suka mengingkari perjanjian. Berkata bohong, dan penakut. Mereka hanya
melihat dari segi kepentingan mereka. Terutama yang bersifat materi atau duniawi belaka. Dan bilamana ia melihat
celah ke arah itu susah, atau tidak mungkin, karena berbagai sebab, maka ia tak akan segan-segan mendustakan dan
mengkhianati.
***

172
PENGKHIANATAN BANI QURAIDHAH

Terjadi setelah perang Ahzab. Perang Golong-golongan. Disebut juga perang Khandaq. Atau perang Parit. Sebab-
sebabnya antara lain:
- Adanya perasaan dengki dan dendam. Memusuhi dan berkeinginan untuk memerangi Islam dan pemimpinnya.
Rasulullah saw., para sahabat, dan kaum muslimin pada umumnya.
- Adanya keinginan untuk menghancurkan Islam dan umatnya, dengan membentuk suatu persekongkolan dan
persekutuan di antara mereka. Konspirasi.
- Bujukan dan rayuan yang dilakukan oleh Huyay bin Akhthab, pemimpin dan gembong Yahudi di dalam
peristiwa pengusiran Bani Nadhir, kepada Ka’ab bin Asad, pimpinan Bani Quraidhah yang terikat perjanjian dengan
Rasulullah saw. dalam kesepakatan ‘Piagam Madinah’. Di mana karena rayuan dan bujukan ini, dan melihat
kesempatan baik yang menguntungkan di atas pemikiran akan keberhasilan bisa menumpas kaum muslimin dengan
Rasul-Nya saw., dalam konspirasi mereka dengan kaum kafir Quraisy dan Bani Gathfan, di atas dendam selama ini,
akhirnya mereka menyetujui untuk berperang. Melanggar dan mengkhianati perjanjian.
***
Akhir dari peristiwa pengkhianatan ini tentu saja, mendapat balasan yang setimpal. Itu dilakukan Rasulullah saw.
dengan cara pengepungan yang berlangsung selama dua puluh lima hari. Dan bagi mereka yang menolak turut serta
dalam kegiatan memusuhi Rasul saw., diberi pengampunan. Sebagai balas budi atas kebaikan sikap mereka. Diberi
kebebasan kepada mereka untuk pergi ke mana saja yang mereka inginkan. Setelah itu barulah kaum muslimin
menyerang benteng yang tertutup rapat itu, dan mendobrak dengan kekerasan.
Ketika itu, ‘Ali bin Abi Thalib disertai Zubair bin Al-Awwam, berseru kepada pasukan yang dipimpinnya:
“Hai regu pasukan beriman, demi Allah, benteng mereka harus kita serang. Sekalipun aku akan mengalami nasib
seperti Hamzah!” Mendengar suara ‘Ali itu, orang-orang Bani Quraidhah berteriak: “Hai Muhammad, kami bersedia
tunduk kepada putusan Sa’ad bin Muazd!” Mereka itu lalu diminta turun dari benteng. Kemudian digiring ke sebuah
tempat tahanan, menunggu kedatangan Sa’ad untuk mengambil keputusan mengenai mereka.
Hal ini memperlihatkan pada kita, bahwa keberanian yang dilandasi iman dan ketakwaan, sehingga rela mati,
syahid, sebagaimana Hamzah, yang dinyatakan Ali bin Abi Thalib, adalah merupakan suatu senjata, yang mebuat
musuh menjadi takut! Lihat saja, bagaimana kalang kabutnya mereka menghadapi gerakan perlawanan yang dilakukan
pejuang-pejuang Palestina, apalagi dalam Amaliyah Istisyahadiyah? Yang mereka katakan sebagai ‘bom bunuh diri’
itu? tapi fatwa DR Yusuf Qardhawi, memperbolehkannya?
***

173
Sa’ad bin Muadzd adalah seorang pemimpin kabilah Aus di Madinah. Pada masa jahiliyah, kabilahnya bersekutu
dengan Yahudi Bani Quraidhah. Dengan kesediaannya tunduk kepada Sa’ad, orang-orang Yahudi itu menduga akan
memperoleh manfaat dari hubungannya dengan Sa’ad di masa lampau. Dan Rasulullah saw. mengabulkan permintaan
Bani Quraidhah ini, dengan menyetujui dan meminta Sa’ad untuk memutuskan perkara.
Tetapi apa yang terjadi?
Sa’ad bin Muadzd adalah pribadi tangguh. Ia tidak terpengaruh atas persekutuan masa lalunya, di saat masih jahil.
Tak ada kolusi baginya. Tak peduli terhadap rengek tangis penuh harap sang bekas teman, yang mengkhianati
perjanjian yang telah disepakati, kemudian bergabung dalam satu konspirasi untuk menghancurkan Islam, Rasul saw.
dan kaum muslimin. Padahal telah diperingatkan Rasul saw. melalui utusannya, untuk tetap setia pada janji dan tidak
mengkhianati, ternyata disambut dengan ucapan-ucapan yang tidak patut. Meskipun Yahudi Bani Quraidhah itu
merengek-rengek minta belas kasihan dari bekas sekutrunya, yaitu Sa’ad, tetapi ia tetap mengambil keputusan sesuai
dengan hukum Allah. Tak peduli apakah mereka senang ataukah tidak!
Dan keputusan itu adalah: Semua lelaki harus dibunuh. Keluarga mereka ditawan sebagai budak. Kekayaan
mereka disita, dibagikan kepada kaum muslimin yang hidup menderita.
Keputusan ini disambut baik oleh Rasulullah saw. dengan ucapan: “Engkau telah mengambil keputusan
mengenai mereka sesuai dengan hukum Allah..” (HR Bukhari dan Muslim di dalam “Shahihnya” masing-masing dari
hadits Abu Sa’id Al-Khudri).
***
Saat giliran gembong Yahudi, Huyay bin Akhthab, mendapatkan hukumannya, ia menoleh kepada Rasul saw.
sebelum berjongkok, untuk kemudian dipancung kepalanya. Dan katanya ketika itu: “Demi Allah, aku tidak menyesali
perbuatan memusuhimu. Yang pasti ialah, barangsiapa yang ditakdirkan kalah oleh Allah, ia pasti kalah!”
Setelah itu ia memandang pada kaumnya dan berkata: “Tak usah takut menghadapi suratan takdir….bencana
besar yang telah ditakdirkan Allah atas Bani Israil!”
Sehubungan dengan peristiwa mundurnya pasukan Ahzab dan hancurnya Yahudi Bani Quraidhah, turulah firman
Allah: “…….Dan Allah menghalau orang-orang kafir itu dalam keadaan mereka sangat jengkel karena mereka tidak
memperoleh keuntungan apapun juga. Allah menghindarkan kaum muslimin dari bencana perang, dan Allah Maha
Kuat lagi Maha Perkasa. Allah-lah yang menurunkan orang-orang Ahlul-Kitab (yakni Bani Quraidhah) yang
membantu kaum Ahzab, dari benteng-bentang mereka. Sebagian dari mereka kalian bunuh dan sebagian yang lainnya
kalian tawan. Allah-lah yang mewariskan kepada kalian tanah-ladang, tempat-tempat kediaman dan harta kekayaan
mereka, demikian pula tanah-tanah yang belum pernah kalian injak. Sungguhlah bahwa Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.” (QS 33: 25-27).

174
***
YANG PATUT diperhatikan dalam peristiwa ini adalah:

1) Dengki Dan Dendam .


2) Keikut Sertaan Pemuka Agama di dalam Mempengaruhi Massa.
3) Persekutuan dan Konspirasi.
4) Sikap tegas dan keberanian.
5) Kesombongan seorang kafir.

1) Dengki dan Dendam:


Huyay bin Akhthab menyatakan: “Demi Tuhan, kalian yang lebih utama terhadap kebenaran itu daripadanya.
Kalian mengagungkan rumah ini (Baitullah), meyediakan air minum, menyembelih unta, dan menyembah apa yang
disembah oleh nenek-moyang kalian. Kalianlah yang lebih layak terhadap kebenaran itu daripadanya.” Dan kemudian
mengajak kaum kafir Quraisy dan Bani Gathfan untuk bergabung. Berperang memerangi Rasulullah saw. dan para
sahabat. Kaum muslimin. Begitu pula membujuk Bani Quraidhah, kaum Yahudi yang telah menyepakati perjanjian
Madinah, untuk mengkhianati perjanjian.
Kenapa Huyay bin Akhthab melakukan hal seperti itu?
Sifat sebahagian Yahudi, memang penuh dengan dengki dan dendam. Dengki pertama tentu saja tertuju pada diri
Rasulullah saw., yang sebelumnya mereka tunggu kedatangannya, sebagai Nabi terakhir, dan mengharap bahwa Nabi
tersebut dari kalangan mereka, turunan Ishaq, Ya’kub, atau Bani Israil, dan bukan Ismail a.s. yang ibunya Hajar,
dianggap lebih rendah, meski keturunan dari kakek yang sama, yaitu Ibrahim a.s.
Atas dasar kebanggaan dan kesombongan ini, maka mereka tak mau mengakuinya sebagai Rasul!
“Dan setelah datang kepada mereka Al Qur’an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka,
padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir,
maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat
Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.” (QS 2: 89).
“Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada
mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)
nya seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah)” (QS 2: 101).

175
Orang-orang Yahudi Ahli Kitab sebenarnya mengetahui dari Taurat, tentang akan kedatangan Rasul terakhir,
Muhammad saw., tetapi karena sifat hasut, dengki, dan sombong, mereka mengingkarinya. Melakukan permusuhan
terhadap Rasul saw., para sahabat, kaum muslimin, dengan berbagai cara yang licik!
***
Sampai sekarang pun, setelah menelan pil pahit kekalahan di masa lalu, ditaklukkan bangsa Assyuria, Mesir, Babilonia,
dibenci dan diusir dari Eropa. Spanyol, Inggris, Prancis, Rusia, Jerman, bahkan oleh Rasulullah saw. dari Madinah,
karena kejahatan mereka, dengki dan dendam itupun, tetap berkecamuk. Sehingga George Bush keceplasan pada saat
menyerang Irak dengan istilah stigmatik: crusade! Anehnya, yang dijadikan korban di sini bukan Barat atau Eropa, tapi
Palestina!
Lalu, apa pula makna seperti ini?
Moshe Dayan Menteri Pertahanan Israel, sesaat Perang 5 Juni 1967, setelah menduduki Jerusalem dan menyentuh
bumi, berkata: “Ini pengganti Khaibar”.
Pasukan tempur Yahudi berhasil memasuki wilayah al Quds dan Masjidil Aqsha, sembari bernyanyi-nyanyi.
“Musymusy dan apel….agama Muhammad berpaling dan tunggang langgang”, “Muhammad telah mati…dengan
meninggalkan kaum wanita”. Mereka berteriak, “Ayo kita balas dendam (kekalahan) di Khaibar….”
Tanggal 28 September 2000, Ariel Sharon menginjakkan kaki kotornya di Masjid tersebut, dan Ehud Olmert
memerintahkan pada media Israel untuk mengambil gambar penodaan pada saat merobohkan jembatan yang
menghubungkan ke pintu Magharibah seraya mengatakan: “Ambil gambar perobohan itu dan siarkan ke dunia bahwa
masa Arab dan Islam atas tanah ini sudah berakhir. Yahudi saatnya berkuasa di tempat ini.”
8 Oktober 1990: Kelompok Yahudi yang menamakan dirinya dengan ‘penjaga Haikal Sulaiman’ telah meletakkan
batu pondasi bagi pembangunan sinagog Yahudi di dalam masjid. Batu itu beratnya mencapai 3,5 ton. “Ini sejarah
baru, masa penjajahan Islam telah berakhir, dan kini bangsa Yahudi berkuasa!!” kata Jarshon Salon, ketua kelompok
tersebut.
Yosef Weitz, Direktur Land Department of Jewish National Fund, menulis pada buku hariannya tertanggal 20
Desember 1940: “Dan antara kita sendiri harus sudah jelas bahwa tidak ada tempat bagi dua rakyat di negeri ini.
Setelah orang-orang Arab diusir, maka negeri ini akan terbuka lebar bagi kita. Sebaliknya, selama orang-orang Arab
masih tinggal di sini, negeri ini akan tetap sempit dan terbatas… Satu-satunya solusi adalah Tanah Air Bangsa Israel
(Land of Israel) atau sekurang-kurangnya Tanah Air Bangsa Israel di sebelah Barat (yaitu Palestina), tanpa rakyat Arab.
Tidak ada ruang kompromi dalam hal ini. Satu-satunya cara adalah dengan mengusir warga Arab dari sini ke negera-
negara tetangga secara keseluruhan, kecuali di kota Bethlehem, Nazareth, dan Jerusalem. Jangan sekali-kali tersisa satu

176
desa atau satu suku bangsa pun di sini. Dan hanya setelah itu, negeri ini akan mampu menampung jutaan orang Yahudi
dan solusi akan ditemukan atas Jewish Question. Dan tidak ada solusi lainnya.”
Dalam sebuah pertemuan rahasia dengan dubes Uni Soviet di London pada Feruari 1941, Chaim Weizman,
Presiden Organisasi Zionis Dunia (1921-1933 dan 1933-1946) dan presiden pertama Negara Yahudi Israel,
menawarkan pengusiran satu juta warga Palestina dari tanah air mereka dengan imbalan menempatkan 4-5 juta orang
Yahudi dari negara-negara Eropa Timur. Laporan rahasia dubes Uni Soviet ini, tersimpan rapi di lemari arsip
Kementerian Luar Negeri Rusia, hingga dibuka pada bulan Mei 1993 oleh harian Israel Yediot Aharonot, dan
kemudian dikutip oleh harian al-Quds dan al-Ra’i pada 29 Mei 1993.
“Tepat pada waktunya sekarang ini bagi pemuka-pemuka Yahudi Amerika yang terhormat, khususnya dari
mereka saya belajar, untuk berkata secara berani dan terbuka, ‘Marilah berhenti berbohong kepada dunia dan diri
sendiri. Kita mengambil paksa tanah air Palestina. Kita mengambil paksa tanah ini. Bahkan, apabila kita memberikan
rakyat Palestina ‘otonom’ atau penentuan nasib sendiri, atau ‘Tepi Barat’ atau sebuah Negara Palestina, kita masih akan
mengambil paksa sebagian besar dari wilayah dari negeri ini. Marilah sekurang-kurangnya mulai dengan menceritakan
kebenaran yang ada.” (Ron David, penulis Yahudi, dikutip dari bukunya Arab & Israel for Beginners, New York, 1993,
hlm. 210).
“Bangsa dan rakyat Yahudi dan sekutu-sekutunya harus menyadari bahwa kebangkitan Islam adalah bahaya nyata
bagi Israel. Seluruh pihak yang mencintai bangsa dan rakyat Israel, seharusnya berbuat sekuat tenaga untuk
memadamkan semangat kebangkitan Islam ini. Bila tidak, Israel dan juga seluruh peradaban Barat, akan menghadapi
bahaya besar ini.” (Seorang komentator Radio Pemerintah Israel, 22:15,5 September 1978.)
“Pemerintah Israel membentuk sebuah dewan pakar yang terdiri dari tiga puluh orang ahli di bidang psikologi,
sejarah, sosiologi, ilmu politik dan strategi untuk mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan munculnya Shalahuddin
al-Ayubi dan menganalisis kemungkinan munculnya Shalahuddin al-Ayubi baru, baik itu seorang pahlawan muslim
maupun organisasi Islam, dan cara-cara untuk memeranginya.” (Selebaran al-Buraq, diterbitkan oleh al-Buraq untuk
reportase dan dokumen media, Yordania, edisi 18, 30 Juni 1981).
Betapa tidak? Dendam itu jauh jauh, telah berkecamuk. Saat mereka kalah di Khaibar, dan terusir dari sana.
Meskipun itu terjadi karena ulah mereka sendiri yang membangkang, mengkhianat, mengganggu, melakukan
provokasi, memusuhi, menyerang Rasul saw. dan kaum muslimin. Padahal mereka telah diperlakukan dengan baik,
adil, sesuai hak-hak kemanusiaannya pada perjanjian Madinah, yang telah disepakati bersama. Bukan seperti di Eropa,
di mana mereka juga telah diusir, diperlakukan tidak sebagaimana kaum muslimin memperlakukannya. Memang,
mereka itu, Bani Qainuqa’, Nadhir, Quraidhah, Khaibar, pantas diusir. Karena mereka telah berbuat khianat terhadap

177
kesepakatan perjanjian yang telah mereka setujui. Melakukan penghinaan; pelecehan terhadap perempuan, provokasi,
memerangi, melakukan permusuhan dan kejahatan terhadap Rasul saw., agama, dan kaum muslimin!
***
2) Keikut Sertaan Pemuka Agama di dalam mempengaruhi massa.
“Yang aneh,” tulis Muhammad Alghazaliy dalam ‘Fiqhus Sirahnya, hal 494; “para pendeta Yahudi berusaha
keras meyakinkan kaum penyembah berhala di Mekah, bahwa berperang melawan Muhammad saw. adalah kebenaran
yang harus dilaksanakan. Dan menghancurkan Muhammad saw. adalah tindakan yang diridhai Tuhan. Mereka
berdalih, kepercayaan orang-orang Quraisy jauh lebih baik daripada agama Muhammad saw. dan adat istiadat serta
tradisi jahiliyah, jauh lebih baik daripada ajaran-ajaran Al Qur’an!
Orang-orang Quraisy bukan main gembiranya mendengar pernyataan itu. Menambah kebulatan tekad mereka
untuk melancarkan perlawanan. Mereka lalu menyatakan kesediaannya menyerbu Madinah bersama orang-orang
Yahudi. Dan hal semacam inipun terjadi, saat sejumlah pendeta Yahudi menyelengarakan konferensi khusus, yang
kemudian memutuskan untuk mengizinkan kepada orang-orang Yahudi menunaikan ritual agamanya di Masjid Al-
Aqsha. Mereka juga memutuskan untuk membangun sinagok Yahudi di halaman masjid suci tersebut.
***
Masalah keikutsertaan pemuka agama di dalam mempengaruhi massa, bisa kita lihat melalui Rabi-Rabi/Hakhom-
hakhom/tokoh agama Yahudi mereka. Atau kita temui juga pada Perang Salib, dengan para pemuka agama mereka,
Paus Urbanus II, Pendeta Peter dari Amiens Prancis, dll.
Dengan semboyan “Begitulah kehendak Tuhan,” mereka pun menyerbu ke Palestina. Menyerang kaum muslimin
yang mereka sebut ‘kafir’. Yang untuk itu, menjamin surga bagi mereka. Hingga banyaklah dari kalangan yang
beragama Nasrani, ikut bersama mereka, bertempur dan berperang!
Begitupula dengan pemuka agama yang tergabung dalam Orientalisme. Seperti yang telah dikemukakan pada
bab-bab sebelumnya. Sedang pemuka agama Anglikan, para fundamentalis yang memegang kekuasaan pada lobi-lobi
di Amerika Serikat, dapat mempengaruhi Senat dengan para Senatornya di dalam mengambil keputusan, bukanlah hal
yang asing untuk itu.
Keikutsertaan para pemuka agama, juga bisa kita temui di kalangan kaum muslimin. Mereka mempengaruhi
massa, sehingga berkiblat dan berfihak kepada mereka. Baik di dalam partai politik, keormasan, faham, pendapat,
aliran, dll, sehingga membuat umat menjadi bingung, resah, kacau, terpicu dan terjerumus pada perpecahan dan saling
mementingkan golongan, partai, faham, pendapat, atau aliran masing-masing, di atas kedangkalan mereka sendiri
terhadap ajaran, dan pengetahuan agamanya. Dalam selubung kefanatisan, figuritas, dan taklid buta.
***

178
3) Persekutuan dan Konspirasi.
Persekutuan dan konspirasi yang dilakukan Yahudi dengan kaum musyrikin Quraisy, Tihamah, Bani Gathfan,
terhadap Rasulullah saw. dan kaum muslimin, terus berlanjut hingga hari ini. Tak putus-putus dan bosan-bosannya
mereka berkonspirasi dalam hal itu. Saat sebelum, dan sesudah kekhalifahan Utsmani, sampai kini, mereka tetap saja
melakukan hal tersebut. Dengki yang tertanam di dada mereka, melahirkan benci dan permusuhan. Dendam yang
dimiliki, keinginan menguasai dunia dalam genggaman hawa nafsu di atas tatanan dunia baru yang mereka bentuk,
merupakan perwujudan dari hal-hal tersebut. Lihat QS 2: 120, 217. 5:82.
Sementara kekerasan rasa, hati yang membatu di atas kesombongan kebatilan dan ketidakbenaran, tetap merajai
jiwa-jiwa mereka. Sikap-sikap Raja Abdullah dari Yordania tahun 1948 dengan Raja Abdul Aziz dari Saudi Arabia,
Raja Faruq dari Mesir dan seterusnya, hingga ke Raja Hussein, Gamal Abdul Nasser, Saddam Hussein, Emir, Sultan,
Presiden, dan lainnya di Semenanjung Arabia, Jazirah Arab dan Afrika, yang bersekutu, melakukan kerjasama dengan
Barat, apakah dalam kubu demokrat, sosialis Baa’this, skularis nasionalis, dan sebagainya, memperlihatkan cerminan
itu.
Dan betapa banyak kita melihat pemimpin-pemimpin Palestina seperti Izzuddin Al-Qossam, Imad Aqil, Abdullah
Azzam, Yahya Ayyash, Syeh Ahmad Yasin, Abdul Aziz Rantisi, dan pejuang-pejuang lain, menjadi syahid karena
permusuhan dan kebencian kaum kafir. Yang melakukan politik Machiavelli, tujuan menghalalkan cara, di dalam gerak
tindak kejahatannya. Termasuk di dalam melakukan persekutuan dan konspirasi.
***
4) Sikap tegas dan keberanian.
Setelah kaum muslimin menyerang benteng yang tertutup rapat itu, dan mendobrak dengan kekerasan, dan ‘Ali
bin Abi Thalib disertai Zubair bin Al-Awwam, berseru kepada pasukan yang dipimpinnya: “Hai regu pasukan beriman,
demi Allah, benteng mereka harus kita serang. Sekalipun aku akan mengalami nasib seperti Hamzah!”. Maka
mendengar itu, orang-orang Bani Quraidhah berteriak: “Hai Muhammad, kami bersedia tunduk kepada putusan Sa’ad
bin Muazd!”
Sikap tegas dan berani yang diperlihatkan orang-orang beriman semacam Ali bin Abi Thalib dan Zubair Al
Awwam, tercermin dalam fenomena ini. Yakin akan Allah dan hari pertemuan dengan-Nya nanti, melahirkan sikap-
sikap demikian. Mereka tidak takut mati, bahkan merindukan kematian atau kesyahidan seperti yang dialami Hamzah
bin Abdul Muthalib pada saat Perang Uhud. Ususnya keluar bergelantungan di tombak Wahsyi, budak Jubair bin
Muth’im, yang ingin mendapatkan kebebasannya melalui itu. Perutnya dibedah Hindun binti ‘Utbah, istri Abu Sufyan,
untuk dikunyah hatinya dengan keganasan melebihi gerwani!

179
Ya, Ali bin Abi Thalib dan Zubair Al Awwam, adalah gambaran mereka yang tidak pernah takut untuk
menyerang benteng kekafiran yang dimiliki orang-orang Yahudi yang jahat, karena landasan iman dan keyakinan yang
mereka miliki. Seperti halnya Imad Aqil dari Brigade Izzuddin Al Qassam, Hamas, Palestina, yang melawan Zionis
Israel dengan keberanian yang amat sangat. Meski harus gugur sebagai syahid dengan tubuh diberondong peluru
hingga robek-robek. Dan kepalanya hancur serta otaknya jatuh berceceran dari kepalanya, oleh pengkhianatan yang
dilakukan antek Israel Walid Hamudiyah, atas info yang diberikannya pada serdadu Zionis Israel, tentang tempat
keberadaan Imad Aqil!
Sikap tegas dan berani ini, tidak hanya sampai di batas para lelaki Palestina saja, tapi juga pada perempuannya.
Baik yang muda ataupun tua. Remaja, pelajar, mahasiswi, para istri maupun kaum ibunya. Mereka ikhlas mati,
mendapatkan kesyahidan demi menjunjung agama, keadilan dan kebenaran!
***
Sementara itu, sikap tegas dan berani ini, terdapat pula pada Sa’ad bin Muazd!
Sa’ad bin Muadzd adalah seorang pemimpin kabilah Aus di Madinah. Pada masa jahiliyah, kabilahnya bersekutu
dengan Yahudi Bani Quraidhah. Maka wajar, kalau Bani Quraidhah mengharap bantuan dan kerjasamanya untuk itu.
Namun apa yang terjadi? Sa’ad tetap mengambil keputusan sesuai dengan hukum Allah. Tak peduli apakah mereka
senang ataukah tidak! Benci ataukah tidak! Yang penting, dan menjadi prioritas utama adalah, menegakkan keadilan
dan kebenaran itu sendiri. Dan bukan yang lain. Maka tak ada kata keraguan di dalam dirinya dalam memutuskan yang
hak!
Sekali lagi, itulah cerminan keyakinan dan iman yang mantap di dalam beragama!
Tapi bagaimana pula sekarang?
Teman atau sekutu, lebih diutamakan daripada menegakkan agama, kebenaran dan keadilan. Mereka takut untuk
menyatakan ketegasan, berpihak pada yang benar, menolak yang salah, dihadapan sang teman atau sekutu, hanya
karena mementingkan diri, kelompok, golongan, dinasti, bangsa, mazhab, dan faham mereka. Ironi dan traginya,
bilamana teman atau sekutunya itu jelas-jelas kafir, membenci dan memerangi agama, kaum muslim, sesama
saudaranya itu, yang telah mengusir mereka dari negerinya, seperti yang dilakukan Israel terhadap rakyat dan bangsa
Palestina.
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada
memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang
memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu.
Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS 60:8-9).

180
***

5) Kesombongan seorang kafir.


Tercermin pada Huyay bin Akhthab. Ia tak mau menyesali perbuatan jahat yang dilakukannya terhadap
Rasululllah saw. dan kaum muslimin. Kendati di atas itu, kebenaran yang diketahui oleh pengetahuan yang dimiliki,
sesuai status diri sebagai ahli kitab, membuatnya terpaksa mengakui kekalahan. Menjadi pecundang di atas ke-
Perkasaan Allah swt. Sang Pemilik Kekuatan dan Kekuasaan. Kebenaran dan Keadilan. Allahu Akbar!
Dan itulah kesombongan seorang kafir yang telah dibutakan mata hati. Dipekakkan telinga. Dilumpuhkan akal
fikir, karena karat dengki, dendam dan kebutaan sudah merajai jiwa. Memahkotai diri!
***
PERANG KHAIBAR

Perang ini terjadi pada bulan Muharram, tahun ke 7 Hijriyah.


Adapun di antara sebab-sebabnya adalah:
- Kemajuan pesat yang dicapai Islam dan kaum muslimin, yang menimbulkan rasa terancam dan ketakutan pada
pihak kafir, sehingga mereka bersatupadu ingin menyerangnya.
- Persekongkolan jahat antara kaum Yahudi dan Bani Gathafan di dalam rencana menghancurkan Islam dan kaum
muslimin, dengan Rasulullah saw. sebagai utusan Allah dan pemimpin, menjadi sasaran tujuan jahatnya.
***
Persekutuan, persekongkolan, konspirasi antara kaum musyrikin Arab dan Yahudi, terdapat di Perang
Khandaq/Perang Parit, atau Golong-golongan. Selain itu, juga di Perang Khaibar. Di mana kaum Yahudi bersekongkol
dengan Bani Ghatafan. Mereka berkomplot untuk memerangi Rasul saw. dan para sahabat, saat mereka mendengar dan
mengetahui akan kesuksesan Rasul saw. di dalam menjalankan misi risalah dan dakwah agama.
Hal seperti ini pun, terjadi sekarang. Saat mereka merasa dan mengetahui bahwa kebangkitan Islam mulai terjadi,
tercium di seantero bumi, rasa takut, karena melihat fenomena tersebut, menimbulkan prasangka di benak kaum kafir,
Yahudi Zionis dan para sekutu, dan langsung menuduhnya, bahwa Islam adalah sebuah ancaman. Takut, bahwa sejarah
telah memperlihatkan, Islam dan peradabannya pernah memahkotai dunia, dengan zaman keemasan dan kejayaan
dalam seluruh aspek kehidupan baik yang ditimbulkannya, akan mengewantah kembali. Dan buru-burulah mereka
menyusun strategi, bersama-sama teman, apakah itu termasuk PBB, atau bahkan mereka yang dikenal dan diketahui
sebagai negara berpenduduk Islam, Arab, untuk mengepung dan menghalangi kebangkitan itu secara bersama-sama,
dalam kemasan ‘melawan aksi terorisme’. Ke mana dan di mana pun, kalau iri dan dengki, dendam dan keinginan

181
berkuasa, memiliki harta kekayaan dunia sudah merasuk sedemikan rupa pada diri seseorang, kelompok, kaum, bangsa
dan negara, hingga mengabaikan segala kebaikan, kebenaran dan keadilan, Allah dan agama-Nya, maka kejatuhan itu
cepat atau lambat, pasti akan terjadi. Seperti tercermin pada Perang Khaibar!
Perbentengan dan sarana logistik, kekayaan dan kekuatan yang dimiliki Yahudi Khaibar, gagal menghancurkan
kaum muslimin. Bahkan Yahudi Khaibar menyerah dan mengadakan perjanjian. Bersedia meninggalkan Khaibar hanya
dengan unta dan kuda, dan seluruh sisa kekayaan diserahkan kepada kaum muslimin. Meski ada sekelompok di antara
mereka yang mengkhianati, yang kemudian lalu dibunuh. Sedang yang lain, yang tunduk di bawah kekuasaan Islam,
setelah memohon pada Rasul saw. untuk mengerjakan tanah garapan mereka dengan imbalan separoh dari hasilnya,
dan dikabulkan Rasul., tetap tinggal di sana. Walau Rasul saw. menegaskan, sebagaimana yang diungkapkan Al-
Bukhari, Muslim, Abu Dawud: “Kalau kami hendak mengusir kalian, tentu kalian kami usir.”
***
Di antara fenomena kejadian yang patut diperhatikan dalam perang ini, antara lain adalah:

1) Strategi Rasul dalam menghadapi musuh yang berkomplot/bersekutu.


2) Masalah perbentengan musuh.
3) Kualitas pribadi muslim sebagai persyaratan kemenangan.
***
1) Strategi Rasul dalam menghadapi musuh yang berkomplot/bersekutu:
Strategi Rasul saw dan para sahabat dalam menghadapi kenyataan persekutuan dan persekongkolan jahat antara
kaum Yahudi dan kabilah Arab, atau Bani Gathafan, adalah dengan menceraiberaikan persekutuan mereka. Melakukan
gerak tipu. Karena dalam keadaan perang dan diperangi, gerak tipu semacam ini diperbolehkan. Hal ini terlihat saat
Perang Ahzab/Khandaq. Ketika Nu’aim bin Mas’ud datang menghadap beliau dan menyatakan kesediaannya memeluk
Islam. Ia dipesan supaya merahasiakan keislamannya, dan supaya segera kembali ke tengah-tengah kaum musyrikin,
untuk memecah belah kekuatan mereka. Kepadanya beliau saw. berpesan: “Di antara kita engkau adalah satu-satunya
yang dapat melakukan tugas itu. Bila engkau sanggup, lakukanlah tugas itu untuk menolong kita. Ketahuilah bahwa
peperangan sesungguhnya adalah tipu muslihat…..!”
Di dalam perang tersebut Rasulullah mengetahui dengan jitu, peran yang akan dilakukan Nu’aim, supaya
membawa pada keberhasilan, melalui penyembunyian identitas sebenarnya dari dirinya. Yang telah beralih agama dari
kafir musyrik kepada Islam. Sehingga dengan mudah dapat memperdaya musuh, yang tentunya masih belum
mengetahui keislamannya itu, dan menyangka masih sebagai teman. Dan strategi memecahbelah di antara mereka,
lebih mudah dilakukan untuk bisa membawa pada keberhasilan.

182
Sementara di dalam Perang Khaibar ini, Rasulullah memahami benar watak Bani Gathafan sebagai kabilah Arab
yang haus pada harta kekayaan dan mementingkan keluarga. Maka untuk itu, ia memilih strategi gerak tipu/manufer,
agar orang-orang Gathafan mengira bahwa seluruh kekuatan muslimin akan dikerahkan untuk menyerang mereka.
Mengenai hal itu Ibnu Ishaq mengatakan, sebagaimana yang diutarakan Muhammad Al-Ghazaliy dalam buku
Fiqhus Sirahnya; “Aku mendengar, setelah Bani Gathafan mendengar berita tentang niat Rasul Allah saw. hendak
menyerang Khaibar, mereka berkumpul, lalu keluar untuk mengerahkan bantuan pada orang-orang Yahudi dalam
peperangan melawan Muhammad saw.. Akan tetapi, di tengah perjalanan, mereka mendengar berita, bahwa kaum
muslimin akan melancarkan serangan dari arah belakang. Mereka teringat pada keluarga dan harta benda yang
ditinggalkan, karena itu mereka lalu pulang ke rumah masing-masing menjaga keluarga dan harta bendanya. Mereka
membiarkan apa yang terjadi antara Rasul Allah dan orang-orang Yahudi di Khaibar.”
Dengan demikian kaum muslimin berhasil memisahkan atau memencilkan Yahudi Khaibar dari sekutu-sekutunya
yang terdiri dari kaum musyrikin itu.
Aneh dan ironinya sekarang, yang banyak melakukan gerak tipu/manufer untuk memecah-belah adalah dari
kalangan musuh. Apakah Israel, Amerika Serikat, imperialis kolonialis, dll. Sehingga kaum muslimin atau Arab
menjadi terpecah belah, bertempur sesamanya, dan tidak bersatu. Di mana-mana hal seperti ini tercermin dan terlihat
pada berbagai kasus. Saat Saddam Husein, Irak, menyerang Iran dan kemudian Kuwait, misalnya.
Sebaliknya, anehnya, mereka bersekutu pada pihak musuh, yang ingin menghancurkan Islam dan kaum muslimin.
Sesama saudara, malah dihancurkan! Kan aneh?
***
2) Masalah perbentengan musuh.
Sifat kaum Yahudi salah satunya adalah tidak mengerahkan pasukan untuk bertempur di medan terbuka. Mereka
biasa berperang di belakang tembok. Dan perbentengan mereka banyak. Di Khaibar mereka memiliki perbentengan
antara lain yang disebut perbentengan Nitat. Yaitu benteng Na’im, Sha’ab, Wathih dan benteng Sulaim, dll. Di mana
kaum muslimin dengan pemimpinnya Rasul saw., dapat melumpuhkan perbentengan tersebut satu persatu. Kualitas
iman, islam, strategi militer, akhlak dan kegigihan perjuangan perlawanannya adalah bagian penyebab dari
keberhasilan itu.
Saat ini, bila dimisalkan dengan Zionis Israel, Amerika Serikat dan sekutu, maka mereka pun sering melakukan
strategi ini. Melakukan serangan dan penghancuran kaum muslimin, dengan citra Islamnya, melalui “perbentengan”
yang mereka miliki. Dan itu bisa melalui Organisasi Internasional semacam PBB, IMF, WTO, World Bank, berbagai
perusahaan Multinasional/ Multi National Corporation. Atau pula bisa melalui media massa; CNN, MSNBC, FOX
NEWS, televisi CBS, BBC, VOA, dll. Bahkan melalui Uiversitas dan Perguruan Tinggi, lengkap dengan kurikulum

183
yang diatur lewat kerjasama di antara mereka dengan anak jajah, boneka dari negara mana mereka berhubungan. Atau
bisa pula melalui lembaga, perkumpulan, organisasi seni budaya, sosial, seperti Lion Club, Rotary Club, pokoknya
macam-macam. Tidak heran, di kalangan pemikir, penulis, sastra dan para sastrawannya pun, sekarang terbagi di dalam
blok-blok komunitas. Antara yang liberal, tapi kadang-kadang masih membungkusnya dengan kemasan ‘Islam’, dan
yang Islami. Sehingga pertempuran itu menjadi ramai. Dengan nama-nama komunitas yang mereka miliki, dan tingkah
laku mereka, yang saling berbeda tentunya. Dan penyokong dana untuk pertarungan itu, berada di belakang layar
panggung permainan, dari mereka, yang tentunya memiliki banyak kekayaan dan harta sebagai kapitalis-kapitalis, atau
bahkan super kapitalis!
***
3) Kualitas pribadi muslim sebagai persyaratan kemenangan.
Ketika itu, pada Perang Khaibar, Rasulullah saw. berkata: “Besok pagi panji peperangan akan kuserahkan kepada
orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan dicintai Allah dan Rasul-Nya!”
Sepanjang malam banyak para sahabat yang meraba-raba; siapakah gerangan yang akan diserahi panji itu?
Keesokan harinya mereka berdatangan kepada Nabi saw., ingin mengetahui, siapakah orang yang akan menerima
penyerahan panji. Ternyata, beliau memanggil ‘Ali bin Abi Thalib ra., kemudian menyerahkan panji perang kepadanya.
Saat itu ‘Ali berkata: “Ya Rasul Allah, mereka akan kuperangi hingga semuanya enyah dari sana!”
***
Begitulah kualitas pribadi muslim, yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, tentu akan mengikuti apa yang dibawa
Rasul-Nya saw., ajaran agama-Nya itu. Dan tentu ia akan dicintai pula oleh Allah dan Rasul-Nya. Akan berjuang
melenyapkan kebatilan hingga titik darah penghabisan, penuh kesabaran perjuangan. Karena mereka adalah orang-
orang beriman, yang benar dengan pernyataan keimanannya, dan tidak ragu-ragu. Rela berjihad dengan mengorbankan
harta dan nyawanya untuk itu. Dan setiap yang berjuang menolong agama-Nya, maka ia akan menolong dan
meneguhkan kedudukannya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada
jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS 49:15).
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu.” (QS 47:7).
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 3: 31).
Orang-orang semacam inilah yang dibutuhkan untuk memenangkan pertarungan antara hak dan batil! Orang-
orang seperti ‘Ali bin Abi Thalib dan semisalnyanya itu! Dan orang-orang seperti itu, akan selalu hadir di persada

184
bumi. Menolak keganasan dari manusia-manusia perusak, yang zalim dan bodoh, demi menegakkan keadilan dan
kebenaran. Membela agamanya! “…….Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan
sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta
alam.” (QS 2:251).
***
Tak pelaklah kalau kemudian di akhir zaman, peraih kemenangan di atas kebenaran dan keadilan, adalah kaum
muslimin. Sebagaimana yang diinformasikan sebuah hadits: “Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Sungguh belum akan tiba hari kiamat sehingga kamu semua (kaum muslimin) memerangi kaum Yahudi, sampai-
sampai batu yang dibelakangnya ada orang Yahudi yang bersembunyi itupun berkata: “Hai orang Islam, ini ada
orang Yahudi, bunuhlah ia!” (diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim). Suatu kiasan yang memberi pengertian bahwa
pada saat itu sudah tidak ada gunanya lagi bagi kaum Yahudi itu untuk bersembunyi di mana saja pun tempatnya, tulis
Sayid Sabiq dalam “Aqidah Islam”, mengomentari hadits tersebut. 58) lihat buku tersebut: ‘Aqidah Islam’, Sayid
Sabiq, Diponegoro, 1978.
Bahkan sebelum itupun, menurut penulis ‘Palestina Merdeka atau Intifadah Jilid III’, rakyat dari negara-negara
Arab atau muslim yang ditindas para pemimpin atau penguasanya, akan bangkit melawan pemerintahan negaranya
masing-masing, untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, sehingga terjadi apa yang disebut sebagai intifadah jilid
III!
***

BAB V

GAMBAR LONGOKAN

“GAMBAR LONGOKAN?” Ibu itu terus merenung. Meraba kening, seolah berpikir, gerangan apakah bahan-bahan
bacaan yang tepat untuk melengkapi judul ke 4 dari buku rangkumannya itu? “Ya tentu harus disesuaikan. Terkait
dengan tulisan-tulisan lain. Agar klop di sasaran tujuan, tidak melenceng ke mana-mana,” pikirnya.

185
Ia seolah menyetujui ide itu. Dan mulai merancang sub bagiannya; tingkah laku mereka yang telah
menjerumuskan Palestina dalam malapetaka kemanusiaan; bagaimana rakyat dan wanita Palestina turut berjuang; LSM
dan Organisasi Hak Asasi Manusia yang tidak mengindahkan penderitaan dan permasalahan kaum perempuan, yang
ditindas dan diperlakukan semena-mena oleh tentara Israel di Palestina.
Seketika wajahnya berseri. Kegembiraan atas penemuan ide itu, nampak selintas di sinar matanya.
Tapi kemudian, mengingat LSM dan Organisasi Hak Asasi Manusia, yang tidak mengindahkan penderitaan dan
permasalahan kaum perempuan yang ditindas dan diperlakukan semena-mena oleh tentara Israel di Palestina, membuat
wajahnya kelihatan seperti masam. Dalam hal ini, ingatannya tertuju ke buku yang sudah lama dimiliki. Diambil dari
rak buku, dibacanya bagian demi bagian yang dirasakan penting. 59) Idem. “Palestina, Beginilah Ia Hilang, Beginilah
Ia Kembali”, Nicola Durr, disadur Muhammad Tohir, 1980, PT Alma’arif, Bandung, dan buku yang baru diberikan
salah seorang kenalan: “Genderang Jihad Wanita Palestina”, Penerjemah Anan Nurdin LC (Sekretaris Comes, Editor
Drs. H. Almuzzammil Yusuf)
Niatnya untuk mengutip kedua buku tersebut, yang berkenaan dengan isi judul yang telah dipilihnya, di
realisasikannya segera: Dan ia lalu mulai melongok Inggris. Peletak dasar bencana bagi Palestina, selain Amerika
Serikat sekarang ini.
***
INGGRIS

Negara ini adalah awal. Karena dari titik inilah, bencana menimpa Palestina. Bahkan dunia. Saat ia pada paruh
abad enam belas, mengincar Palestina. Yang ketika itu masih di dalam kekuasaan Ottoman atau Kekhalifahan
Utsmaniyah. Disebabkan oleh ambisi untuk menguasai harta kekayaan melimpah yang dimiliki jazirah Arab, dengan
sumber minyaknya itu. Juga oleh letaknya yang strategis, yang merupakan jembatan dunia antara Eropa, Afrika dan
Asia. Dalam hal ini, terutama juga, demi kepentingannya sendiri di dunia Timur, daerah koloninya di India. Termasuk
pula dalam persepektif, melihat Yahudi, yang terasa ‘merongrong dan kurang disenangi’, namun ‘dibutuhkan’. Apalagi
beberapa abad yang lalu, perang Salib baru saja usai. Perancis, sebagai saingan utama, mengklaim sebagai pihak yang
paling banyak memberikan andil pada perang tersebut. Maka atas dasar inilah, Inggris mati-matian bertekad
mendapatkan Palestina, meski apapun resikonya!
Apalagi, pada tahun 1535, dengan pengklaiman itu, Perancis meningkatkan kegiatannya di dunia Arab. Maka
Inggris tak ayal lagi, melakukan manufer dan gerak politiknya. Awalnya, menyingkirkan Prancis sebagai rival. Saingan
terberat, di samping Rusia dan Jerman. Kemudian menguasai wilayah-wilayah yang penuh berkah dan menguntungkan
ini, dengan gaya politik tipu muslihatnya terhadap negara dan pemimpin Arab.

186
Apapun, Inggris rela mengorbankan. Bahkan, kedudukannya di bagian mana saja di dunia. Seperti India, dan lain-
lain. Tapi ia sama sekali tak rela, dan tak mau untuk melepaskan wilayah Arab yang penuh berkah, dengan kekayaan
yang melimpahruah dan menguntungkan itu! Negeri-negeri Arab bagi Inggris, merupakan masalah hidup atau mati.
Untuk itu, dijadikanlah Yahudi sebagai salah satu alat politik. Di mana ia mengeluarkan Deklarasi Balfour, dan berjanji
untuk mendirikan negara Yahudi atau Zionis di Palestina. Dan mulailah kerjasama itu dilakukan dengan berbagai cara
licik!
***
Saat Napoleon Bonaparte melakukan penyerbuan ke Timur, ia memperopagandakan bahwa ia akan mengembalikan
orang-orang Yahudi ke Jerusalem. Akan memulihkan kembali bangunan ‘Haikal’, apabila mereka membantu
penyerbuan ke Palestina. Hal itu merupakan pukulan terhadap Inggris.Yang memandang, bahwa gerakan Napoleon ini
akan sangat membahayakan kepentingannya. Maka dimulailah mengatur siasat dan strategi.
Untuk sampai pada tujuan yang direncanakan, Inggris meletakkan suatu garis politik yang amat jauh
jangkauannya. Yaitu:
1) Memberikan pukulan penghabisan kepada Libanon dan Mesir, agar kedua negeri ini tidak lagi dapat berdiri.
Tidak lagi dapat melakukan tindakan-tindakan seperti yang dilakukan pada tahun 1831. Pukulan tersebut dilancarkan
dalam rangka aksi-aksi pendudukan lebih jauh atas daerah-daerah Arab, sebagaimana yang telah direncanakan sejak
lama.
2) Menciptakan kubu-kubu pertahanan darat di daerah-daerah pantai timur Laut Tengah, untuk menjamin jalur
perhubungannya dengan India lewat Laut Merah dan teluk Arabia. Yang dimaksud kubu-kubu pertahanan oleh Inggris
ketika itu ialah: - Pendudukan atas daerah Mesir
- Membangkitkan pertentangan-pertentangan golongan di Lebanon, untuk menghancurkan negeri ini
dari dalam, dan untuk mendirikan suatu pemerintahan di sana yang berfihak kepada Inggris. Bahkan jika situasi
internasional memungkinkan, Inggris hendak mendudukinya sekali.
- Mendirikan suatu negara Yahudi di Palestina, yang bersedia menjalankan garis politik Inggris.
***
Menurut perhitungan Inggris, kekuasaan yang akan ditancapkan di Lebanon, dapat lebih bertahan lama, daripada
kekuasaan yang akan ditancapkan di Mesir. Tetapi meskipun demikian, adanya suatu negara Yahudi di Palestina, akan
lebih menjamin kepentingan-kepentingan Inggris di daerah-daerah Arab. Dan politik ini, rencana pelaksanaannya sudah
terpateri jauh-jauh di masa silam. Sejak terdesaknya Ibrahim Pasya lewat berbagai jalan, merobek-robek persatuan dan
merusak perekonomian.
Inggris berusaha menduduki Mesir, dan berhasil pada tahun 1882.

187
Untuk memecah-belah Lebanon, Inggris giat membangkitkan pertentangan-pertentangan golongan di kalangan
penduduk. Dan Kolonel H. Rose serta Kolonel Charles Henry Churchill, adalah dua orang Inggris yang ‘berjasa’ sekali
menenggelamkan Lebanon ke dalam lautan air mata dan darah!
Lalu, bagaimanakah dengan keadaan Lebanon sekarang, yang terobek-robek pula dalam perpecahan,
pertentangan dan persaingan?
***
Kecuali apa yang sudah diperbuat di Mesir dan Lebanon, Inggris tetap menghitung-hitung kesempatan untuk
mendirikan sebuah negara Yahudi di Palestina. Ini sudah difikirkan Inggris jauh sebelum lahirnya Theodore Herzl,
seorang pendiri Zionisme Internasional. Tepatnya sebelum 30 tahun Herzel lahir. 70 tahun sebelum berdirinya gerakan
Zionisme Internasional. 90 tahun sebelum dikeluarkannya Deklarasi Balfour. Dan kerjasama untuk saling bantu
membantu, tunggang-menunggangi, alat-memperalati dengan Zionis Internasional, mulai ditingkatkan.
Pada tahun 1838, Inggris membuka Konsulat di Jerusalem. Ini merupakan perwakilan Eropa yang pertama dibuka
di sana. Menteri Luar Negeri Inggris, Lord Palmerstone, memerintahkan kepada Konsul-nya, supaya menempatkan
orang-orang Yahudi di bawah perlindungan dan pengawasannya, untuk dijadikan duri, di dalam tubuh Ottoman, dan
dijadikan saluran, untuk campur tangan dalam urusan-urusan Palestina.
Pada tahun 1841, bersama-sama Prusia, Inggris mendirikan keuskupan di Palestina. Dengan persetujuan
pemerintah Inggris, gereja Anglikan mengangkat seorang Yahudi Inggris beragama Nasrani, Michael Salomon
Alexander, sebagai uskup Inggris pertama di Palestina. Tugas penting yang dibebankan ialah, menyiarkan agama di
kalangan orang-orang Yahudi, yang ketika itu berjumlah 10.000 orang.
Pada permulaan abad ke-19, golongan-golongan agama dan politik di Inggris sudah mulai mengadakan kampanye
di kalangan penduduk. Menyerukan kepada orang-orang Yahudi Inggris, supaya kembali ke Palestina. Dalam
kampanye tersebut, mereka mengemukakan alasan-alasan: Bahwa orang-orang Yahudi di Palestina sudah banyak yang
memeluk agama Nasrani, dan bahwa kembalinya orang-orang Yahudi ke Palestina adalah pelaksanaan daripada nubuat
yang menjanjikan akan kembalinya orang-orang Yahudi ke tanah suci Palestina. Suatu nubuat yang diciptakan oleh
Benyamin Dezraely, seorang Yahudi, dalam tulisannya pada tahun 1847, yang berjudul’Tenkurd”, dan tidak ada
hubungannya sama sekali dengan ajaran-ajaran agama. Baik Yahudi ataupun Nasrani.
Propaganda semacam itu menjadi bertambah santer lagi, setelah mendapat dorongan dari kalangan-kalangan
politik dan tokoh-tokohnya. Latar belakang semuanya itu adalah; ekpansi ke Palestina dengan selubung ‘simpati’, ‘peri
kemanusiaan’ dan untuk ‘meringankan beban penderitaan orang-orang Yahudi yang sedang dirundung malang’.
***

188
Lord Shafsterburry adalah salah seorang dari banyak tokoh Inggris yang mendukung gerakan Zionisme. Ia berjasa
besar dalam memberikan pelayanan kepada orang-orang Yahudi. Selalu menonjol-nonjolkan simpati pemerintahannya
kepada mereka. Ia mempunyai hubungan famili dengan Lord Palmerstone, Menteri Luar Negeri Inggris ketika itu.
Dengan mudah ia mengadakan hubungan dengan kalangan-kalangan pemerintahan yang menaruh perhatian kepada
masalah-masalah Yahudi. Beberapa tahun yang silam, ia selalu menyerukan kepada orang-orang Yahudi, supaya
kembali ke tanah suci. Dalam suatu konferensi di London untuk menentukan hari depan Syria, ia menyerahkan suatu
memorandum kepada Palmerstone, yang isinya meminta supaya orang-orang Yahudi dikembalikan ke Palestina.
Apakah yang menjadi tujuan Safsterburry? Untuk kepentingan orang-orang Yahudi ataukah untuk kepentingan
Inggris? Soal ini bukan merupakan rahasia!
Masalah penempatan orang-orang Yahudi di Palestina, yang selalu menjadi perhatian Inggris, sudah tidak
menjadi rahasia lagi bagi semua orang Yahudi. Kini, saatnya Herzl, pendiri gerakan Zionis Internasional, untuk mulai
merencanakan adanya perundingan-perundingan resmi dengan Inggris.
Ketika itu Herzl sudah mempunyai hubungan-hubungan baik dengan Arthur Balfour, Perdana Menteri Inggris,
Lord Chamberlain, Lord Landesdorn dan lain-lain. Berkat bantuan seorang Yahudi Inggris, Leopold Greenberg,
pemimpin surat kabar ”London Cronicle”. Jadi, bukankah media dari dulu sampai sekarang, memegang peranan yang
penting?
***
WEIZMAN, Presiden pertama Israel, mengatakan; bahwa Inggris adalah negara satu-satunya yang bisa
diharapkan untuk kebaikan Zionisme. Sejarah hubungan kedua belah pihak sudah membuktikan hal itu.
Pertemuan antara Weizman dan Balfour, untuk pertama kalinya terjadi pada tahun 1906 di kota Manchester. Di
mana pemimpin Zionis itu menjelaskan keinginan kaum Yahudi, untuk menjadikan Palestina sebagai tanah air mereka.
Balfour bertanya kepada Weizman: “Apakah banyak jumlah orang Yahudi yang berfikir seperti tuan?”
Setelah Weizman meyakinkan hal itu, lalu Balfour menjawab: “Kalau soalnya memang demikian, pada suatu hari
kalian akan menjadi suatu kekuatan.” Sejak itu Weizman giat mengadakan hubungan dengan para pembesar Inggris.
Misalnya Loyd George, Balfour, Herbert Shamuel, Yasseu, Digwood, Robert Ceicyl dan lain sebagainya, meskipun
waktu itu Palestina belum berada di tangan Inggris.
Menjelang akhir 1914, Weizman menemui Mr Scot. Pemimpin redaksi surat kabar “Manchester Gurdian”,
seorang yang terkenal simpatinya pada cita-cita Yahudi. Scot ini adalah sahabat karib Loyd George, yang ketika itu
menjadi Menteri Keuangan dalam Kabinet Esqueth. Tanggal 3 Desember 1914, Weizman bersama Scot menghadiri
suatu jamuan santap pagi yang diadakan oleh Loyd George. Dalam jamuan tersebut hadir pula Herbert Shamuel,
Yesseu dan Digwood. Dalam kesempatan ini Loyd George bertanya kepada Weizman tentang Palestina. Tentang

189
jumlah dan orang-orang Yahudi di sana. Kemudian George menyarankan supaya Weizman menghadap Balfour dan
Esqueth, guna membicarakan masalah-masalah Yahudi dengan kedua tokoh tersebut.
***
Herbert Shamuel dalam kesempatan tersebut berkata; bahwa ia mempunyai niat menyampaikan memorandum
kepada Perdana Menteri, mengenai soal-soal itu. Ia akan mendesak supaya Inggris segera menguasai Palestina, dan
kemudian menempatkan di sana 1.000.000. orang Yahudi.
Weizman menerima baik saran Loyd George. Kemudian ia segera menghadap Balfour. Yang ketika itu adalah
Menteri Seberang Lautan dalam Kabinet Esqueth. Sembilan tahun yang lalu, kedua orang itu pernah mengadakan
pertemuan di kota Manchester.
Baru saja Weizman memasuki ruang kerjanya, Balfour segera menyambutnya sambil berkata: “Saya sedang
memikirkan suatu saat yang dahulu pernah disebut-sebut dalam pembicaraan kita berdua. Saya yakin Anda akan
mendapatkan Jerusalem nanti, pada waktu meriam-meriam sudah tidak lagi memuntahkan peluru.”
Di fihak lain, Balfour berusaha menjebak Weizman, untuk dipergunakan sebagai alat kepentingan Inggris.
Tetapi kaum Zionis itu bukannya tidak mengerti, bahwa Inggris memang sudah sejak lama berambisi hendak
menguasai Palestina. Untuk dijadikan pelindung imperiumnya di terusan Suez. Dan bagaimana arti sumber minyak di
wilayah Arabia. Mereka mengerti apa yang menjadi idaman Inggris, dan sebaliknya Inggrispun mengetahui apa yang
menjadi idaman mereka. Sama-sama mengerti lho!
Inggris menyadari bahwa penaklukkan secara militer terhadap Palestina, tidak akan mengekalkan kekuasaannya
di sana. Lagi pula tidak ada kekuatan yang akan mendukungnya kecuali Zionis. Seperempat abad lamanya kaum Zionis
berusaha mendapatkan pengakuan dari fihak Inggris, atas hak-hak mereka di Palestina. Dan Inggris berpendapat bahwa
sekarang telah tiba saat yang baik untuk mengeluarkan deklarasi, guna lebih memperkokoh hubungannya dengan
orang-orang Yahudi. Akhirnya Balfour, Menteri Luar Negeri Inggris, mengirim sepucuk surat kepada seorang Lord
Yahudi, Walter Rotsheld. Berisikan suatu deklarasi, yang di kemudian hari lebih dikenal dengan nama: “Deklarasi
Balfour”, 2 November 1917. Singkat kata, sejak dikeluarkannya Deklarasi Balfour, Inggrislah yang menelurkan negara
gurem, Israel. Inggrislah yang mempergunakan kekerasan senjata untuk mengusir bangsa Arab dari tanah airnya di
Palestina. Agar telur yang ditinggalkan dapat menetes subur dan hidup!
Inggrislah yang dengan memasukkan orang-orang Yahudi perantauan ke Palestina, menjadi suatu perbandingan
mencolok dari permulaannya. Inggrislah yang dengan besi dan api, merealisasikan Deklarasi Balfour. Karena memang
Deklarasi itu dibuat untuk kepentingannya sendiri dan Zionisme!
Inggrislah yang tidak mau melaksanakan isi ‘Buku Putih’ , yang walaupun sedikit, mengandung pengakuan atas
hak-hak bangsa Arab atas tanah airnya sendiri. Inggrislah yang mengkhianati kewajiban perwalian yang menjadi

190
tugasnya di Palestina. Inggrislah yang memusuhi bangsa Arab/Palestina, dengan menyerahkan kota-kota dan desa-desa
di Palestina kepada orang-orang Zionis. Justru pada saat ia memikul tanggung jawab perwalian di sana!
Inggrislah yang memperkosa orang-orang Arab, supaya menyerahkan kota Haifa kepada kaum Zionis. Inggrislah
yang menghalangi perjuangan pasukan-pasukan Arab/Palestina, untuk mengejar dan menumpas gerombolan-
gerombolan Zionis di tahun 1948. Inggrislah yang memerintahkan Taufiq Abul Huda, Perdana Menteri Yordania,
supaya tidak menyerang orang-orang Yahudi bersenjata. Inggrislah yang berada di belakang komplot untuk
menghancurkan angkatan perang Mesir. Inggrislah yang memberi kemungkinan kepada gerombolan bersenjata Zionis
untuk sampai ke Akaba, dengan jalan menghalang-halangi pasukan Arab Yordania menghadapi serangan mereka.
Inggrislah yang membuka kesempatan kepada gerombolan bersenjata Zionis untuk menguasai Mutsallats, dengan
mengeluarkan pejuang-pejuang Irak dari medan tempur, dan memerintahkan mereka kembali ke Baghdad. Inggrislah
yang dengan sengaja menenggelamkan negeri Palestina ke dalam kekacauan dan pertumpahan darah, yang merenggut
banyak nyawa.
Bukankah pembesar-pembesar Inggris sendiri yang mengatakan, bahwa Inggris akan mengakhiri
pemerintahannya di Palestina pada tanggal 15 Mei “walaupun ini akan berarti penyerahan negeri itu kepada
kekacauan?” Karena itulah, Inggris bersitegang untuk meninggalkan Palestina hari itu juga, meskipun diminta oleh
Rahman Azam Pasya, supaya ditangguhkan dulu, sampai adanya kesempatan mendapatkan pemecahan guna mencegah
kehancuran Palestina.
‘Palestinalah satu-atunya negeri, di dalam sejarah imperialis Inggris, di mana Inggris diminta untuk tetap
tinggal, tetapi ia bersikeras hendak cepat meninggalkannya’.
Inggrislah yang melahirkan negara Israel, dan Inggris pulalah yang kemudian membebankan tanggung jawabnya
kepada Amerika Serikat dan PBB!
***
PRANCIS

Perang Salib baru saja usai. Dan Perancis mengklaim sebagai pihak yang paling banyak memberikan andil pada
perang tersebut. Maka pada tahun 1535, Perancis meningkatkan kegiatannya di dunia Arab. Saat Napoleon Bonaparte
melakukan penyerbuan ke Timur 1798. Ia memperopagandakan bahwa ia akan mengembalikan orang-orang Yahudi ke
Jerusalem. Akan memulihkan kembali bangunan ‘Haikal’, apabila mereka membantu penyerbuan ke Palestina.
Untuk semuanya itu, Prancis membuka bagian selatan dari negerinya, untuk dijadikan daerah memberi latihan
kepada anasir Yahudi yang menentang kekuasaan Inggris di Palestina. Anasir Yahudi ini dilatih, untuk bagaimana

191
bergerak, dan menghadapkan Inggris pada berbagai kesukaran. Orang Yahudi dijadikan garpu untuk membuat kue
yang diinginkan. Baik oleh Inggris maupun Prancis.
Pada akhir abad ke 19, bahasa dan kebudayaan Prancis pada umumnya telah mencapai kedudukan yang tinggi di
Syria, Libanon dan Palestina. Sehingga dianggap sebagai kebudayaan yang paling tinggi dan tersebar luas di kalangan
penduduk. Ini merupakan hasil pekerjaan Prancis yang ingin menjadikan negeri ini sebagai daerah pengaruhnya.
Prancis menggunakan setiap kesempatan untuk menyatakan terus terang niatnya, hingga hal ini sudah bukan rahasia
lagi di kalangan internasional. Sudah tentu Inggris sangat tidak senang melihat kenyataan tersebut.
Pada tahun 1914, Menteri Luar Negeri Prancis menyatakan, bahwa pemerintahnya menganggap negeri Syria
seluruhnya, mulai perbatasan Turki sampai perbatasan Mesir, sebagai daerah pengaruh Prancis. Hanya saja Prancis
tidak melarang negara-negara lain ikut serta mengurus tempat-tempat suci yang ada. Prancis tidak merasa cukup hanya
mempunyai pengaruh di daerah-daerah itu saja, tapi juga menuntut dataran-dataran yang luas lainnya di Asia Kecil.
Termasuk wilayah negeri-negeri Arab yang membentang sampai ke perbatasan Iran. Inggris berpendapat bahwa
jatuhnya Syria ke dalam cengkeraman Prancis, akan sangat membahayakan pangkalan-pangkalannya yang berada di
sekitar daerah itu. Inggris mengetahui sepenuhnya apa yang menjadi tujuan Prancis di Timur Tengah. Sejak sebelum
Perang Dunia I, Inggris telah berusaha mengadakan saling pengertian dengan Prancis mengenai masalah negeri-negeri
Arab. Di samping selalu menghimbau Prancis untuk rela meninggalkan daerah tersebut. Tetapi Prancis selalu menolak,
bahkan berpegang teguh pada tuntutan-tuntutannya. Tidak jarang terjadi perselisihan dan pertikaian-pertikaian di antara
dua negara besar yang saling berebut kekuasaan, di negeri-negeri bangsa lain!
***
Tetapi akhirnya, tercapai perjanjian Sax Picot. Prancis mendapat wilayah meliputi Syria, Libanon, dan Galil.
Sedang Inggris mendapat Aka dan Haifa. Bagian selatan, yakni Palestina tanpa Galil, di tempatkan di bawah sistem
internasional. Tetapi Prancis kemudian menjadi cemas, setelah melihat bahwa persetujuan tentang pembagian Palestina
di antara negara-negara anggota PBB sudah hampir menjadi kenyataan.
Oleh sebab itulah, Prancis segera mendukung proyek lain yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat, Truman,
pada bulan Maret 1948. Yaitu proyek yang hendak menjadikan Palestina sebagai negeri yang berada di bawah
perwalian internasional, selama waktu dilakukannya peninjauan baru terhadap masalah Palestina.
Inggris dengan giat menentang, dan berusaha giat menghalang-halangi, menggagalkan proyek Truman. Rusiapun
menentangnya dengan segala kekuatan. Sementara itu, Prancis tidak pernah menghendaki adanya keputusan untuk
membagi-bagi tanah Palestina. Karena ia mengharap, bahwa suatu saat, ia sendiri yang akan dapat memikul tugas
perwalian.
***

192
RUSIA

Pada masa itu Rusia sedang menantikan timbulnya keadaan kacau, dan goncang di daerah-daerah Palestina.
Karena keadaan yang demikian itu, akan menguntungkan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan politiknya.
Lebih-lebih karena pada masa itu, para pemimpin negara-negara Arab, menolak kerjasama dengan Rusia dalam bentuk
dan di lapangan apapun. Ketakutan itu timbul, karena mereka sudah berfihak sepenuhnya kepada imprialisme Barat,
dan takut pada komunisme. Padahal mereka mendapat perlakuan yang tidak selayaknya dari fihak Inggris, Prancis dan
Amerika Serikat. Moskow berpendapat, bahwa proyek pembagian Palestina yang diusulkan kepada PBB, dengan
konsekuensi akan berdirinya negara Yahudi di jantung dunia Arab, adalah sesuai dengan kepentingan-kepentingannya.
Terutama untuk mencapai tujuan-tujuannya:
- Mempertahankan kekacauan dan kegoncangan yang memang menjadi kehendak pimpinan Kremlin. -
- Membuka kemungkinan untuk terciptanya suatu negara Yahudi, guna dijadikan pangkalan Komunisme dunia di
negeri-negeri Arab.
- Untuk memperkokoh kedudukan orang-orang komunis Yahudi, khususnya yang berasal dari Rusia dan negeri -
negeri Eropa Timur.
- Membuka jalan untuk keluarnya Inggris dari Palestina.
- Menampar muka pemimpin-pemimpin Arab, dan orang-orang lain, yang mengikuti jejak imprialisme Barat. Dll.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Moskow mendukung proyek pembagian Palestina. Menginstruksikan pada
partai-partai komunis di negeri-negeri Arab, supaya menyokong pelaksanaan proyek tersebut.
***

AMERIKA SERIKAT

Pengaruh kaum Zionis di Amerika Serikat, luas dan dalam sekali. Baik di kalangan resmi maupun swasta. Di
bidang ilmu, kebudayaan, perburuhan, ekonomi, pers, radio, film, apa saja yang ada kaitannya dengan pikiran dan
dollar. Baik dalam bentuknya yang langsung, ataupun tidak.
Waktu itu, dunia belum terlalu jauh dari masa Nazi-isme dan Hitlerisme. Kaum Zionis masih selalu menyiarkan
berita-berita tentang pembunuhan dan keganasan-keganasan Hitler. Mengeksploitasi hati nurani rakyat Amerika
Serikat, dan membangkitkan rasa simpati mereka pada Zionisme.
Gedung Putih saat itu ramai dengan pegawai-pegawai Zionis dan kaki tangan-kaki tangannya. Di luar tempat itu,
juga dikelilingi oleh orang-orang mereka. Malang sekali, Arab pada ketika itu tidak ada yang menolong. Bahkan dari

193
kalangannya sendiripun, tidak juga. Pemimpin Arab ketika itu, beku dan sempit pandangan. Tanpa disadari, sebenarnya
itu sudah membantu Zionisme. Meskipun demikian, Truman sendiri pada waktu itu masih ragu. Ia khawatir kalau-kalau
kepentingan bangsanya akan menghadapi ‘tindakan buruk’ dari orang-orang Arab. Oleh karena itu, pada Maret 1948,
delegasi Amerika Serikat di PBB, membelakangi proyek pembagian Palestina, dan mengetengahkan proyek Amerika
sendiri: Untuk menempatkan Palestina di bawah sistem perwalian Internasional, selama diadakan peninjauan baru
terhadap masalah Palestina. Truman mengirimkan instruksi kepada beberapa orang Duta Besarnya, untuk memberikan
nasehat kepada orang-orang Arab, agar dapat menerima proyek yang diusulkannya.
***
Tentang pendirian Amerika Serikat itu, Mahmoud Fahmy Noqrasyi, Menteri Luar Negeri Mesir, memberikan
penjelasan di dalam sidang tertutup Parlemen Mesir, 12 Mei 1948. Ia berkata: “Penduduk Palestina telah bangkit
melancarkan perlawanan gagah berani. Perlawanan ini sepenuhnya adalah tepat. Karena dapat menarik perhatian orang
kepada pihak Arab. Mereka mengorbankan jiwa dan segala miliknya untuk perjuangan menentang Zionisme.
Perlawanan mereka terus berlangsung dan mencapai sukses-sukses yang menggembirakan. Mereka berhasil
menggungguli kekuatan kaum Zionis dengan satu berbalas dua. Berhasil pula menarik pandangan dunia dan perhatian
Amerika Serikat. Tidaklah diragukan lagi bahwa perla Timbullah saling tolong menolong antara Nabi Isa a.s. dan
Imam Almahdi. Sedang di belakang kedua pemimpin itu berdirilah pemimpin-pemimpin Islam lainnya, yang berusaha
keras hendak membunuh Dajal Yahudi, serta melumpuhkan ajakannya. Demikianlah peristiswa yang akan terjadi saat
itu Timbullah saling tolong menolong antara Nabi Isa a.s. dan Imam Almahdi. Sedang di belakang kedua pemimpin itu
berdirilah pemimpin-pemimpin Islam lainnya, yang berusaha keras hendak membunuh Dajal Yahudi, serta
melumpuhkan ajakannya. Demikianlah peristiswa yang akan terjadi saat itu wanan mereka itu, sangatlah besar
pengaruhnya terhadap perubahan sikap Amerika Serikat terhadap proyek Pembagian Palestina.”
“Pernah salah seorang Amerika yang mempunyai kedudukan penting datang kepada saya. Ia mengatakan kepada
saya, bahwa ia bertugas menyampaikan sepucuk surat dari Presiden Amerika Serikat, Truman, kepada raja Abdul Aziz
Ibn Saud. Ia membocorkan kepada saya isi surat tersebut. Yang pada pokoknya, memberitahukan bahwa pemerintah
Amerika Serikat sudah tidak lagi mendukung proyek pembagian Palestina.”
“Duta Besar Amerika Serikat di Iraq juga telah menemui saya, ketika itu di PBB, dan ia pun membocorkan hal
yang sama, yaitu bahwa pemerintah Amerika Serikat kini telah mengurangi dukungannya terhadap proyek pembagian
Palestina. Tak lama sesudah itu, sekarang saudara-saudara menyaksikan, bahwa wakil Amerika Serikat di Dewan
Keamanan telah melepaskan sokongannya kepada proyek tersebut, dan mengambil pendirian yang lain. Itu adalah
berkat perlawanan yang berani yang dilancarkan oleh bangsa Arab dalam mempertahankan negerinya.”

194
Nograsyi lalu menambahkan: “Duta Besar Amerika Serikat pernah datang menemui saya. Ia menyatakan bahwa
keadaan di Palestina berkembang dari buruk menjadi lebih buruk lagi, sehingga persoalan ini hampir menjelma menjadi
peperangan yang berlarut-larut. Amerika Serikat yang senantiasa menjanjikan bantuan-bantuan kepada pemerintah
Mesir, kini menyatakan terus terang bahwa ia tidak lagi dapat memberikan bantuan, kecuali apabila sudah tercapai
persetujuan atas syarat-syarat perwalian (yang diusulkan), atau jika ada proyek lain yang diajukan sebagai
penggantinya”.
Mendengar sikap Amerika Serikat seperti itu, hebohlah orang-orang Zionis dan simpatisan-simpatisannya. Semua
bergerak menggunakan cara luar biasa untuk menekan Truman, agar ia kembali pada proyek pembagian.
Akhirnya Truman jatuh tersungkur di bawah palugodam kaum Zionis, dan orang-orang Amerika pendukungnya.
Mereka menuntut supaya Amerika Serikat berfihak kepada orang-orang-orang Yahudi “yang teraniaya”.
Menghadapi tekanan-tekanan itu, Truman mulai condong kepada kaum Zionis. Sedang fihak lain yang berhadap-
hadapan dengan kaum Zionis (Arab), tidak sebuah palugodam pun, yang diayunkan sebagai imbangan.
Akhirnya Truman berpendapat, bahwa tak akan ada bahaya apapun di hadapan bangsanya yang banyak
mempunyai kepentingan di dunia Arab. Ia mendengar teriakan-teriakan kaum Zionis, dan kemudian bersedia
memenuhi tuntutan-tuntutan mereka!
Dalam hal ini Truman dapat diibaratkan, seperti yang ada di dalam hikayat Pelatus, yang memerintahkan
penyaliban orang, untuk memenuhi keinginan suatu gerakan gila dan lalim. Tetapi Truman tidak sepenuhnya sama
dengan Pelatus, karena kemudian ia tidak segera membasuh tangannya dari dosa yang dilakukan Pelatus. Ia bahkan
terus maju bersama-sama gerakan gila dan lalim itu, sambil memandang praktek penyaliban tersebut sebagai sesuatu
yang ‘tidak aneh’.
***
Jika Inggris merupakan fihak yang menabur benih, kini Amerika Serikat negara paling kuat di dunia, yang
memupuk negara Zionis, dan menyediakan apa-apa yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya.
Jika Inggris negara yang pertama-tama bertanggung-jawab atas terbentuknya negara Israel, maka Amerika Serikat
yang pertama-tama harus memikul tanggung-jawab, atas masih dapat hidupnya Israel sampai sekarang! Memberi
bantuan terus menerus di bidang politik, ekonomi, militer. Bantuan-bantuan tersebut bersifat resmi, dan ada pula yang
tidak. Demikianlah kendaraan Amerika laju terus, dengan penumpang-penumpang Zionismenya. Sementara pemimpin
dan negara-negara Arab, tertimpa malapetaka. Masih tetap bersikap masa bodoh, di tengah politik kepentingan diri,
dinasti, mazhab, superioritas kebanggaan bangsa di atas wilayah regional!
***

195
Sekarang Amerika Serikat menjadi pewaris politik Inggris di Palestina dan dunia Arab. Sebagai negara industri
kelas satu di dunia, Amerika Serikat pasti lebih haus akan minyak, daripada Inggris, Prancis atau Rusia. Maka tak
segan-segan ia dan sekutunya melakukan serangan ke Irak atau Saddam Hussein, atas nama demokrasi, terorisme dan
kepemilikan senjata massal, di bawah gempuran peristiwa 11 September 2001 yang menghantam Pentagon dan menara
World Trade Center di New York, serta menghajar rakyat sipil Afghanistan, tanpa rasa perikemanusiaan. Dan dengan
senjatanya pula yang diberikan pada Israel, ia menghacurluluhkan rakyat dan bangsa Palestina!
***

BAGAIMANA PULA dengan negara-negara Arab?


Buku tersebut menuturkan:
Sekitar tahun 1947 terdapat 7 negara Arab. Yaitu Mesir, Yordania, Iraq, Arab Saudi, Yaman, Syria dan Libanon.
Liga Arab sudah terbentuk. Rahman Azam Pasya sebagai sekretaris Jendral. Hubungan-hubungan di antara kepala
negara mereka tidak sejernih dan seerat seperti yang diinginkan. Malapetaka di Palestina tidak cukup menjadi
peringatan bagi mereka untuk mempersatukan sikap. Mereka tidak dapat bersatu di dalam menghadapi bahaya dan
keselamatan yang mengancam.
Raja Abdullah dari Yordania, memusuhi Syukri El-Quatly Presiden Republik Syria. Karena Raja Abdullah
berambisi untuk mendirikan apa yang disebutnya “Syria Raya”. Ia juga bermusuhan dengan Raja Abdul Aziz dari Arab
Saudi. Disebabkan oleh permusuhan tradisionil yang ada dalam sejarah hubungan antara kedua keluarga, Hasymet dan
Saudi. Raja Abdullah juga menjadi lawan dari Raja Farouq, dari Mesir. Disebabkan oleh persaingan tradisionil yang
ada antara dua negara tersebut. Yang sama-sama ingin memimpin dunia Arab. Pangeran Abul Ilah, Mangkubumi
Kerajaan Iraq, menjadi penentang politik pamannya sendiri. Yaitu Raja Abdullah dari Yordania. Maka dengan
demikian, posisi umum di kalangan negara-negara Arab, menjadi terbagi-bagi seperti berikut:
Kelompok Hasymet, terdiri dari Yordania dan Iraq, lawan, kelompok yang terdiri dari Arab Saudi, Syria dan
Mesir. Yaman dan Lebanon berada di luar dua kelompok tersebut.
***
Amman adalah pusat suatu pemerintahan negara Arab, yang kepadanya tercurah harapan penduduk Arab
Palestina. Terutama sekali penduduk daerah-daerah yang menjadi gelanggang operasi gerombolan-gerombolan Zionis
bersenjata, seperti Hagana, Origon dan lain sebagainya, dalam melampiaskan nafsu balas dendam terhadap bangsa
Arab.
Timbullah saling tolong menolong antara Nabi Isa a.s. dan Imam Almahdi. Sedang di belakang kedua pemimpin
itu berdirilah pemimpin-pemimpin Islam lainnya, yang berusaha keras hendak membunuh Dajal Yahudi, serta

196
melumpuhkan ajakannya. Demikianlah peristiswa yang akan terjadi saat itu Penduduk Arab di daerah-daerah itu,
sangat mengharapkan bantuan Raja Yordania, yang selama itu selalu mengeluarkan pernyataan-pernyataan hendak
membasmi dan menghancurkan gerombolan-gerombolan Zionis, segera setelah berakhirnya masa perwalian Inggris di
Palestina, yaitu pada tanggal 14 Mei 1948.
“SOS! SOS!” kita dalam bahaya!” Dan entah apa lagi jeritan-jeritan seperti itu, selalu ditujukan kepada Amman.
Jeritan yang menunjukkan memang benar-benar bangsa Arab Palestina, menaruh harapan dan percaya kepada niat Raja
Abdullah untuk membersihkan Palestina dari sampah Zionisme. Sebagaimana yang selalu didengung-dengungkan oleh
radio Amman.
Mereka beranggapan, bahwa kesempatan kali ini merupakan kesempatan mati atau hidupnya Raja Abdullah
sendiri. Dan ia pasti akan mempergunakan kesempatan itu untuk merealisasi cita-citanya yang besar, yang tidak
mungkin dapat dicapai dalam kesempatan lain. Segala sesuatunya telah dipersiapkan demikian rupa, agar Raja
Abdullah masuk ke Palestina, dan keluar dengan menggondol kemenangan. Sehingga andaikata nanti, ia akan
mengangkat diri sebagai Raja seluruh Palestina, tak akan ada seorang juapun yang berani menentangnya.
Penduduk Palestina sudah demikian sabarnya menelan berbagai alasan yang dibuat-buat oleh Raja Yordania itu.
Lebih-lebih waktu ia membiarkan Dur Yasin, Heifa, Thebria, Yava dan kota-kota lainnya, diserahkan bulat-bulat oleh
Inggris kepada kaum Zionis. Atas nama keamanan dan ketertiban, yang menjadi tanggung-jawabnya di Palestina.
***
Pada waktu itu, bangsa Arab Palestina mengatakan: “Raja belum mempunyai alasan karena Inggris masih berada
di negeri ini. Tetapi coba, tunggu nanti pada tanggal 15 Mei. Pada hari itu pejuang-pejuang gagah berani Amman, akan
dilepas dari sangkarnya, dan akan menumpas kaum Zionis dalam waktu beberapa hari saja!”
Ketika itu di sana memang belum ada seorang pun yang mengerti, bahwa sesungguhnya Raja Yordania itu tidak
merdeka. Tidak mempunyai itikad baik, dan bukannya orang yang bertekad hendak membebaskan Palestina. Belum
ada juga orang yang mengerti, bahwa ia sesungguhnya hanya berniat hendak berhenti di daerah-daerah perbatasan dan
tidak sampai mengganggu daerah-daerah lain, yang oleh Inggris sudah ditetapkan khusus bagi orang-orang Yahudi
sesuai dengan rencana yang sudah diambil.
Tidak lain dari Menteri Luar Negeri sendiri, Ernest Bevin, yang mengatakan kepada Perdana Menteri Yordania,
Taufiq Abul Huda,: “Janganlah kalian berangkat untuk menyerang daerah-daerah yang sudah diperuntukkan khusus
bagi orang-orang Yahudi”. (John Glubb: “A Soldier With The Arabs”. Hal 66).
Menjelang musim dingin tahun 1948, yakni 2 bulan sebelum berdirinya, apa yang dinamakan negara Israel,
Perdana Menteri Yordania, Taufiq Abul Huda, berangkat ke London mengepalai suatu perutusan untuk mengadakan
perundingan dengan Inggris, tentang perubahan perjanjian bilateral antara Inggris dan Yordania.

197
Sehabis perundingan, Abul Huda minta kepada Bevin, supaya bersedia mengadakan pertemuan khusus.
Bevin menyetujui dan diadakanlah perundingan.
Taufiq Abul Huda memberikan penjelasan kepada Bevin, tentang situasi yang akan terjadi akibat pembagian
negeri Palestina. Antara lain ia mengatakan, bahwa orang-orang Yahudi telah menduduki seluruh Palestina. Haj Amin
Al Huseiny sedang berusaha mengangkat dirinya sebagai penguasa Palestina. Katanya, semua itu tidak sesuai dengan
kehendak Inggris dan Yordania.
Abul Huda meneruskan pembicaraannya, dan mengatakan kepada Bevin; bahwa Raja Abdullah dan
pemerintahnya baru saja menerima permintaan dari para pemuka Palestina, supaya tentara Yordania segera
memberikan bantuan dan perlindungan kepada penduduk Arab Palestina. Sesaat setelah Inggris menarik diri dari sana.
Pemerintah Yordania mengusulkan, supaya dapat disetujui mengirimkan pasukan-pasukannya pada saat berakhirnya
perwalian Inggris. Guna menduduki bagian-bagian dari daerah Palestina yang berbatasan dengtan Timur Yordan, dan
yang oleh Inggris sudah diperuntukkan bagi orang-orang Arab.
Bevin dapat menyetujui usul tersebut.
Jenderal Glubb, sebagai sumber yang memberi keterangan tentang hal itu, mengatakan kepada Abul Huda dalam
bahasa Arab. Dan memperingatkan; bahwa pasukan-pasukan Yordania tidak diperbolehkan menduduki daerah-daerah
Ghaza, dan dataran tinggi Galil, walaupun kedua daerah tersebut diperuntukkan bagi bangsa Arab.
Waktu itu Bevin berkata kepada Abul Huda: “Janganlah kalian berangkat untuk menyerang daerah-daerah yang
sudah diperuntukkan khusus bagi orang-orang Yahudi.”
Abul Huda menjawab: “Kami tidak mempunyai cukup kekuatan yang diperlukan untuk itu, sekalipun kami
menginginkannya.”
Glubbb berkata, bahwa ketika itu semua orang di London menduga apa yang akan dilakukan oleh pasukan-
pasukan Yordania, yang menduduki daerah-daerah Palestina, kecuali Ghaza dan Galil!
Tahukah, mengapa Raja Abdullah bersedia melaksanakan nasehat-nasehat London, untuk tidak menyerang
Yahudi? Mengapa ia menyembunyikan nasehat London yang berbisa itu, di hadapan Liga Arab dan negara-negara
sebangsanya sendiri? jika ia berniat tidak hendak menyerang daerah-daerah Yahudi sebagaimana yang diminta oleh
London? Mengapa ia selalu dengan semangat tinggi, mengeluarkan pernyataan-pernyataan hendak mengarungi
peperangan di Palestina? Mengabdi kepada siapakah Raja Abdullah dengan politiknya itu?
Jelaslah, bahwa Raja Abdullah memang bertindak, sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan oleh
proyek pembagian Palestina buatan Inggris!
Bagaimana ia sampai dapat mempercayai Inggris, yang dahulu mengusir semua anggota keluarganya dari Hijaz,
tumpah darah mereka? Bagaimanakah ia sampai bisa menjadi lupa, bahwa Inggris itu jugalah dulu, yang mengenakan

198
mahkota kerajaan di atas kepalanya, seusai upacara pemasangan belenggu di atas leher ayahnya? Sang putra dijadikan
Raja atau Pangeran, dalam keadaan sang ayah diharuskan meringkuk di dalam tahanan. Yang mengenakan mahkota
dan memenjarakan ayahnya, Inggris itu juga! Bagaimana Raja Abdullah masih juga dapat mempercayai Inggris?
***
Pada saat itu, Raja Abdullah sangat memusuhi Mesir. Karena Mesir dipandangnya sebagai negara Arab tandingan
yang kuat, dan membahayakan rencana ekspansinya di negeri-negeri Arab Timur, khususnya Syria. Ia sangat dendam
terhadap Mesir, karena Mesir selalu menyokong politik Syria. Mesir selalu mengulurkan tangan tangan kepada kaum
politisi Syria, setiap waktu mereka merasa menghadapi ancaman yang hendak menerkam Syria, dengan alasan
pembentukan negara Syria Raya, di bawah pimpinan Raja Abdullah.
Didorong oleh sikap permusuhannya terhadap Mesir, ia selalu berpendapat, bahwa semua usaha harus diarahkan
untuk melemahkan kedudukan Mesir, dan menjauhkannya dari percaturan politik di Arab Timur. Demi rencana-
rencana politiknya sendiri di daerah-daerah Arab tersebut. Dari situlah khayalnya timbul, bahwa kepentingannya
terjalin erat dengan kepentingan Inggris. Di situlah bertemu antara maksud London dan maksud Amman!
John Glubb memberikan kesaksian bahwa: “Raja Abdullah sama sekali tidak dapat mengadakan saling pengertian
dengan orang-orang Mesir.”
Raja Abdullah dulu sering mengulang-ulang perkataan: “Tentang Palestina saya lebih banyak takut akan adanya
keluarga yang iri hati, daripada musuh yang dengki.”
***
Raja Abdullah sangat tidak menyukai kaum politisi Syria. Karena mereka ini menolak gagasan untuk mendirikan
apa yang disebutnya;”Negara Syria Raya” di bawah pimpinannya. Mereka dituduh cenderung kepada Mesir dan Saudi
Arabia. Yaitu dua negara yang dipandang mencurigai dan menentang gagasan tersebut.
Pada tanggal 4 Agustus 1947, Raja Abdullah mengeluarkan pernyataan lewat radio. Ia menyerukan dibentuknya
suatu panitia yang bertugas menyatukan bagian-bagian daerah “Syria Raya” dengan Iraq. Ia menyerukan hal itu pada
saat masalah Palestina di PBB, sedang menghadapi perkembangan yang berbahaya, dan Mesir sedang melancarkan
perlawanannya terhadap politik Inggris di Dewan Keamanan.
Tanggal 17 Agustus 1947, Raja Abdullah mengirim surat kepada Syukri el Quatly, untuk menjelaskan maksud
pernyataannya. Quatly segera mengetok kawat kepada Raja Farouq dan Abdul Aziz di Cairo dan Riyadh, minta
bantuan supaya menggagalkan niat Raja Abdullah. Putra Raja Abdul Aziz, Pangeran Saud, mengatakan dengan terus
terang kepada El Barazy: “Baginda Raja semalam tidak dapat tidur, karena dikejutkan oleh persoalan tersebut. Apabila
mereka sampai masuk ke Syria, itu berarti meluaskan kekuasaan imperialisme dan hilangnya keseimbangan di negeri-
negeri Arab. Kami betekad hendak memperkokoh hubungan di antara negara-negara Arab. Tetapi masalah itu

199
merupakan ancaman terhadap kita. Rencana-rencana Abdullah sangat bertentangan dengan kepentingan-kepentingan
kita.” ( El Barazy “Al Hayat” 24-1-1953).
Lalu Pangeran Saud menambahkan: “Orang-orang Hasymet tidak mempunyai apapun yang berarti. Saya sama
sekali tidak menghiraukan mereka. Mereka semua sudah berada di tangan Inggris dan sudah menjadi alat yang patuh.”
Dalam buku catatannya el Barazy mengatakan: “Raja Abdul Aziz pernah berkata terus terang kepada seorang
Kuasa Usaha Inggris, yang menaruh perhatian besar kepada masalah-masalah tersebut. Beliau menandaskan:
“Sepanjang hidupnya hingga sekarang, ia (Raja Abdullah) selalu picik pendirian. Ia selalu bersama-sama Inggris dan
semua orang Hasymet memang setia kepada Inggris.”
Lalu Raja Abdul Aziz mengemukakan lebih jauh: “Abdullah pernah memerintahkan seorang kepala Sekretariat
Istananya menghadap Syukri El Quatly, untuk menyampaikan sepucuk surat yang berisi permintaan agar Quatly
menyerahkan kedudukan kepadanya dan membiarkan ia menduduki kepemimpinannya di Syria. Demikian rupa
keterlaluannya, hingga ia berani melalui Quatly minta kepada saya, agar saya mau menyetujui keinginannya. Abdullah
sendiri sebetulnya bukan apa-apa. Saya sanggup membuat dia tidak bisa keluar dari rumahnya. Tetapi saya mengingat
kalian, hai orang-orang Inggris……..”
Bagaimana sebenarnya perasaan Raja Abdullah, dapat diketahui dari pembicaraannya dengan Nahdem El Qudsy,
Perdana Menteri Republik Syria, tgl 28 Januari 1950. Dikatakan oleh Abdullah: “Terus terang saya berkata, bahwa
kami dikeluarkan dari Hijaz, karena Syria dan Palestina. Suatu suku bangsa yang kuat dari orang-orang Arab telah
menindas kami di tanah suci. Mereka melancarkan pengrusakan, pembunuhan dan mencemaskan negeri itu. Karena
pengorbanan kami yang amat besar itu, maka siapa saja di antara kalian yang datang kemari hendak mengajak kami
berdamai, saya anggap perbuatannya itu suatu kejahatan yang patut dihukum.” (at Takmilah hal 39).
Seterusnya ia berkata: “Adapun apa yang kalian sebut tentang perlunya ada persetujuan antara raja-raja Arab,
guna meniadakan jurang yang kalian katakan ada di antara mereka, dulu saya pernah pergi ke Cairo dan Riyadh. Saya
lupakan semua rasa permusuhan dan saya singkirkan jauh-jauh. Saya anggap perjalanan saya ke Najd dahulu itu, tidak
membawa manfaat apapun.” Semua ungkapan tersebut menunjukkan, bahwa Raja Abdullah menyimpan dendam
kusumat terhadap pemimpin-pemimpin Syria. Karena mereka menolak bernaung di bawah dulinya, dan mencari
perlindungan kepada Mesir dan Saudi Arabia. Raja Abdullah dendam terhadap Saudi, tidak hanya negeri ini
menyokong pemimpin-pemimpin Syria saja, tapi ada alasan lain yang lebih besar dan lebih mendalam pengaruhnya;
orang Saudilah yang dahulu mendobrak kekuasaan keluarga Abdullah, orang-orang Hasymet dari Hijaz, hingga mereka
terpaksa harus hengkang meninggalkan tanah tumpah darahnya. Tidaklah mungkin bagi Raja Abdullah, seorang
‘terhormat berasal dari Hijaz’ (sebutan yang selalu dipergunakan oleh Abdullah untuk menyebut dirinya) akan dapat

200
melupakan ‘kekejaman’ orang-orang Saudi terhadap keluarganya. Sebaliknya pula dengan orang-orang Saudi,
senantiasa ingat, bahwa Raja Abdullah dan keluarganya, tidak akan dapat melupakan perbuatan mereka.
“Rupanya, malapetaka yang terjadi di Palestina, tidak dapat menghilangkan, atau setidak-tidaknya mengurangi,
rasa permusuhan dan persaingan yang ada, di atas ambisi kepentingan diri, harta, kekuasaan, keluarga, golongan,
faham, bangsa dan negara, serta ideologi dan mazhab, pada sementara penguasa negara-negara Arab hingga kini!” Pikir
ibu itu serentak membaca dan menganalisa kejadian-kejadian dan keadaan-keadaan yang menimpa dunia Arab!
Begitu seterusnya, hingga ke masa Gamal Abdul Nasser, Saddam Hussein, Muammar Ghadafi.
Bahkan, paska pembebasan Kuwait dari invasi Irak, semakin kuat kehadiran dan pengaruh AS di kawasan Teluk.
Baik militer, politik, maupun ekonomi. Sejumlah negara Teluk malah menandatangani kesepakatan keamanan dengan
AS. Semua teori As di kawasan Teluk sejak era Presiden Nixon, hingga Presiden Bush, bertujuan menjamin
terlindunginya kepentingan AS di kawasan kaya minyak tersebut.
Impian AS menjadi kenyataan paska invasi Irak ke Kuwait tahun 1990. Selama itu, AS berhasil membangun
armada V di Bahrain, menempatkan pasukan darat dan udara di Kuwait. Menggunakan fasilitas pangkalan udara secara
permanen di Arab Saudi dan Qatar. Kehadiran dan pengaruh AS yang sangat besar di kawasan Teluk itu, memang
mengundang kecemasan akan terjadinya ketimpangan pola hubungan antara AS dan GCC (Dewan Kerja Sama Teluk),
yang beranggotakan Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA) dan Kesultanan Oman. Sejak berdiri
GCC menjalin kerja sama cukup erat dengan AS. Akan tetapi, pergeseran sangat signifikan menyangkut hubungan AS
dan GCC itu, terjadi paska invasi Irak ke Kuwait. Semula GCC mendukung Irak dalam perang melawan Iran, dengan
dalih Irak sebagai saudara tua sesama Arab yang bisa menciptakan perimbangan dalam melindungi kepentingan Arab
di kawasan Teluk. Namun, kasus invasi Irak ke Kuwait, telah mengubah prinsip dan cara pandang secara mendasar.
Bukan hanya di tataran GCC tetapi juga di tingkat Arab secara keseluruhan.
Menteri Luar Negeri Qatar, Hamd bin Jassem At Thani, pada KTM Liga Arab di Cairo, menegaskan, bahwa
pihaknya tidak mampu mencegah Amerika Serikat, menggunakan pangkalan militernya di Qatar. Sedang Kuwait
menuduh, Lebanon telah memanipulasi rekomendasi pertemuan para Menteri Luar Negeri Liga Arab di Cairo. Lebanon
memimpin pertemuan Liga Arab tersebut, sebagai pemegang ketua bergilir Liga Arab. Ketegangan serupa, secara
mengejutkan, muncul lagi antara Libya dan Arab Saudi dalam forum KTT Arab di Sharm el-Sheikh, serta antara
Kuwait dan Irak, pada KTT OKI di Doha. Penyebab ketegangan tersebut tak lain juga adalah masa kehadiran AS di
kawasan Teluk.
Khadafy saat itu mengungkapkan, Raja Fahd bin Abdul Aziz menyampaikan padanya seusai invasi Irak ke
Kuwait 1990, bahwa Arab Saudi akan bersandar pada Amerika Serikat untuk mempertahankan diri menghadapi
ancaman Irak. Raja Fahd juga mengatakan, siap berkoalisi dengan setan untuk mencegah ancaman Irak.

201
Tak pelak lagi, Pangeran Abdullah memotong ucapan Khadafy itu dengan menandaskan bahwa Arab Saudi bukan
antek kolonial. Ia balik bertanya, berkat siapa Khadafy bisa sampai ke puncak kekuasaan?
Pangeran Abdullah lalu minta Khadafy tidak berbicara tentang masalah yang bukan wewenangnya.
“Kebohongan di depan Anda dan kuburan di bawah telapak Anda,“ ujar Pangeran Abdullah pada Khadafy.
Sementara itu, sempat terjadi saling kutuk pula antara ketua delegasi Kuwait, Menlu Sheikh Sabah Ahmad Al
Jabir Al Sabah dan ketua delegasi Irak, Wakil Ketua Dewan Revolusi, Izzat Ibrahim.
Di antara isi pidato Kuwait yang membangkitkan kemarahan Irak, adalah pidato Seikh Sabah yang menyatakan
mendukung usualan Presiden Uni Emirat Arab (UAE) Sheikh Zaid bin Sultan, yang meminta Saddam Hussein dan
pimpinan Irak lainnya mundur.
Ketua delegasi Irak, Izzat Ibrahim, yang mendapat giliran pidato setelah Kuwait, langsung berang! Dengan
mengutuk AS dan antek-anteknya, Ibrahim lalu menyampaikan, bahwa rakyat Irak sedang menghadapi ancaman
kolonial baru, dan AS terus berusaha memaksakan kehendaknya untuk urusan bangsa lain, dengan cara diktator dan
tirani, yang jelas bertentangan dengan semua hukum internasional dan Piagam PBB!
“Rakyat Irak selama 12 tahun terakhir ini menghadapi provokasi AS yang bertujuan menjajah tanah Irak, tunduk
pada hegemoni AS, dan merampas kekayaannya, sebagai titik tolak untuk mengubah peta politik Timur Tengah yang
lebih memberi keuntungan pada politik kolonial AS dan Zionisme, yang memimpikan negara Israel Raya, yang
membentang dari Sungai Nil ke Sungai Eufrat,” tandas Ibrahim.
***
Dari kasus pertengkaran mulut Libya-Arab Saudi, Kuwait-Irak, dan penolakan Kuwait-Qatar atas rekomendasi
KTM Liga Arab di Kairo, terkuak betapa soal kehadiran AS di kawasan Teluk, telah membuyarkan sistem bangunan
hubungan sesama Arab, yang berpijak pada semangat solidaritas, dengan berdasarkan pada persamaan etnis, budaya,
bahasa, agama, dan latar belakang sejarah. Lebih ironis lagi, hilangnya solidaritas tersebut, justru terjadi tatkala bangsa
Arab sangat membutuhkannya. Itulah saat-saat ketika rakyat Palestina setiap hari dibombardir oleh pasukan Israel dan
rakyat Irak mendapat giliran pula dibombardir pasukan AS dan sekutunya! 59) “Laporan Dari Lapangan, Geliat Irak
Menuju Era Pasca Saddam”, Musthafa Abd. Rahman, Kompas, Oktober 2003, hal 108-111.
***
Begitulah. Mereka terkotak-kotak, terpecah-belah, di dalam faham, ideologi dan kecenderungan. Apakah sosialis
kiri, sosialis populis islam, Baa’this, nasional skularis, demokratis, moderat, di atas label; mayoritas
Muslim.....Sehingga menumpahkan darah para syuhada, menggugurkan para pejuang, seperti Hasan Al Banna, Sayid
Quthub, Izzuddin Al-Qossam, Al Hajj Amin Al-Husaini, Yahya Ayyash, Syaikh Ahmad Yasin, Abdul Aziz Rantisi,
Imad Aqil,dll. Mereka dapat diumpamakan, dan tidak hanya kepada negara, pemerintahan, pemimpin-pemimpin, atau

202
para penguasa Arab saja, tapi juga negara-negara, pemerintahan, pemimpin, para penguasa yang mayoritas
penduduknya muslim; seperti Hadits-hadts ini: “Dapat diperkirakan bahwa kamu akan diperebutkan oleh bangsa-
bangsa lain, sebagaimana orang-orang berebut melahap isi mangkok. Para sahabat bertanya, “Apakah saat itu
jumlah kami sedikit, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tidak, bahkan saat itu jumlah kalian banyak sekali, tetapi
seperti buih air bah (tidak berguna) dan kalian ditimpa penyakit wahan.” Mereka bertanya lagi, “Apa itu penyakit
wahan, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Kecintaan yang sangat kepada dunia dan takut mati.” (HR.Abu Dawud).
“Akan tiba satu jaman atas manusia dimana perhatian mereka hanya tertuju pada urusan perut dan kehormatan
mereka hanya benda semata-mata. Kiblat mereka hanya urusan wanita (seks) dan agama mereka adalah emas dan
perak. Mereka adalah makhluk Allah yang terburuk dan tidak akan memperoleh bagian yang menyenangkan di sisi
Allah.” (HR.Adailami).
“Kelak akan menimpa umatku penyakit umat-umat terdahulu yaitu penyakit sombong, kufur nikmat dan lupa
daratan dalam memperoleh kenikmatan. Mereka berlomba mengumpulkan harta dan bermegah-megahan dengan
harta. Mereka terjerumus dalam jurang kesenangan dunia, saling bermusuhan dan saling iri, dengki, dan dendam
sehingga mereka melakukan kezaliman (melampaui batas).“ (HR. Al Hakim).
***
Tak heranlah, kalau sampai seorang ibu Palestina, Raisah Abu Labdah, “Ummu Fadi, (32 tahun), merintih
berteriak, karena kebrutalan Israel, atas sebab langsung dan tak langsung penguasa Barat dan Arab, seperti ini: “Mana
orang Barat itu, yang mengeluarkan jutaan Dolar, hanya untuk menyayangi binatang? Tidakkah ada di antara mereka,
yang mau mengasihani anak-anak kami, yang menjadi gelandangan seperti ini? Tidakkah mereka mau berpikir tentang
kebenaran sekali lagi….!? Tangan kananku patah saat aku menolong anak-anakku keluar dari rumah yang mulai
meruntuhi kami, pada saat kami kedinginan dan di gelap gulita!”
“Saya hanya ingin para pemimpin Arab tahu, dan menyadari kondisi kehidupan kami, bangsa Palestina yang
hidup dalam kehinaan, kenistaan dan penjajahan. Saya tidak mempunyai sepeser uangpun untuk membayar gerobak
keledai itu, sehingga yang bisa saya lakukan hanyalah berjalan kaki dengan menggendong anak kecil saya dan
menuntun anak kedua saya. Sementara mereka, para pemimpin Arab dan muslimin hidup tenang, duduk di atas kursi
dari kulit hewan yang mewah.“ Begitu ucap Aisyah Al Hurany, ibu dengan dua orang putra, (23 tahun), yang tinggal di
kota Nablus, sementara suaminya di kampung ‘Hawarah’ yang serba kekurangan makanan pokok dan obat-obatan,
karena blokade Israel, sehingga terputus dengan daerah sekitar, seperti yang telah terungkapkan di atas tadi!.
***
WANITA BERJUANG

203
Perjuangan rakyat Palestina di atas kurun waktu, tak pernah berhenti. Tak ada kata diam atau menyerah di atas
penjajahan dan kezaliman. Satu syahid tumbuh seribu. Satu hilang, jutaan datang. Menghadang, menerjang, menantang
segala kebiadaban dan kekejaman. Meski harta, keluarga, bahkan diri sendiri, laki-laki, perempuan, tua muda, remaja,
balita dan bayi sekalipun, mereka rela melepaskan dan mengorbankannya!
Semua kekejaman justru menimbulkan heroisme. Semangat perlawanan, dan bukan kepengecutan. Apalagi
setelah munculnya shohwah Islamiyah (kebangkitan Islam) al mubarokah, yang melanda seluruh sudut kota Beit al
Maqdis sejak intifadhah pertama, 8 Desember 1987. Yang memompa motivasi seluruh generasi islam untuk ikut
berpartisipasi dalam ‘parade’ jihad. Dan yang sangat menggembirakan ternyata, yang berpartisipasi dalam gerakan
jihad dan dakwah itu, bukan hanya para pemuda saja, tapi para gadis belia Palestina. Mereka seolah berlomba berebut
untuk ikut dalam gelombang jihad, yang dihiasi oleh wanginya darah para syuhada yang suci!
***
DAN SI IBU ingin melukiskannya dalam rangkuman potret wangi perjuangan mereka, pad ‘Gambar Longokan’
nya. Barangkali saja kita semua ikut tersentuh, dan mau berbuat sama. Atau paling tidak, membantu di dalam tindak
sosial, kata, perbuatan, informasi, apa saja, sebagai bukti adanya simpati dan persaudaraan. Kiriman bunga nan wangi
serta mengharumkan untuk mereka. Gadis-gadis muda belia, para istri, kaum ibu, sebagiannya tertera dan tercatat di
sini:
***
DARIN ABU AISYAH
“Kepribadian Darin memang tidak seperti wanita biasa…..Ia merupakan salah satu aktifis Islam di Universitas Al
Najah. Ia sangat militan dan loyal kepada agamanya. Dan berakhlak mulia. “ Demikian kata Ibtisam, kakak kandung
Darin mengungkapkan kekaguman kepada adik tercintanya yang telah memperioritaskan surga Allah dengan bom
syahidnya, ketika umurnya masih sangat muda.
Kakaknya itu kemudian melanjutkan: “Syahidnya Wafa Idris, wanita pertama pelaku bom syahid, bukanlah
pendorong utama bagi Darin berfikir tentang mati syahid. Sejak lebih dari setahun lalu, ia selalu berbicara tentang cita-
citanya untuk menjadi pelaku bom syahid. Karena ia begitu ngotot untuk mendapatkan yang ia cita-citakan, maka ia
mulai mencari sebuah organisasi, yang bisa memberikan fasilitas untuk mencapai tujuannya itu.”
“Suatu hari Darin pernah mendatangi Jamal Mansyur (salah seorang pemimpin gerakan jihad Hamas yang syahid
dibom militer Israel pada bulan Agustus 2001). Darin meminta persetujuannya agar menerimanya sebagai anggota
sayap militer Hamas, sambil menegaskan niatnya untuk melakukan aksi bom syahid. Tetapi tampaknya Darin tidak
diterima oleh Hamas. Al syahid Jamal Mansyur pada waktu itu berkata kepada Darin: “Kalau nanti kaum lelaki sudah
habis, baru kami akan meminta bantuan dari kalian kaum perempuan.”

204
Rupanya jawaban dari Al Syahid Jamal Mansyur itu, tidak memuaskan seorang aktifis Darin. Ia selalu berbicara
kepada teman-temannya tentang masalah jihad dan mati syahid. Ketika ada yang mati syahid dari para pejuang
Palestina, ia selalu mengikuti mengiringi jenazah para syuhada. Dan kalau ada demonstrasi, ia wanita pertama yang ada
di barisan terdepan. Dan kakak kandungnya menambahkan: “Setelah Hamas tidak merespon keinginannya untuk
berperan serta dalam melakukan aksi bom syahid, ia langsung mendatangi Pasukan Berani Al-Aqsha, dan nampaknya
mereka respon semangat Darin dan memberikan fasilitas untuk melakukan aksi bom syahid itu.”
Menurut para analis yang dekat dengan Hamas, bahwa alasan penolakan Syeikh Jamal Mansyur, tidak terkait
dengan kebijakan sayap militer Hamas secara keseluruhan. Hanya memang kaum lelaki merupakan kebijakan prioritas
gerakan jihad Hamas.
Dalam sebuah kaset rekaman video yang diambil sebelum melakukan aksi bom syahid, Darin mengungkapkan
alasan melakukan hal yang termasuk langka itu, bahwa: “Ini semua ia lakukan untuk membalas darah para syuhada,
pejuang Palestina yang telah terlebih dulu mencapai gelar syahid dan untuk membela kesucian masjid Al Aqsha yang
telah dikotori oleh tangan jahat Zionis Israel.” Dalam rekaman video itu juga Darin mengatakan; Bahwa wanita
Palestina akan terus berperan serta dalam jihad dan perlawanan total terhadap penjajah Israel, sambil mengajak seluruh
wanita Palestina khususnya, dan semua wanita muslimah dimanapun mereka berada, untuk meneruskan jalan para
syuhada yang telah menemui Rabbnya. Darin berkata: “Hendaklah disadari oleh si pengecut Sharon, bahwa setiap
wanita Palestina akan melahirkan pasukan tentara pejuang Palestina yang akan merindukan mati syahid. Ketahuilah
Sharon, peran wanita bukan hanya menangisi kepergian anak-anaknya, saudaranya dan suami-suaminya yang kalian
bantai, tetapi kondisi mencekam dengan teror yang kalian lancarkan, akan mendorong wanita Palestina melakukan bom
syahid!”
***
WASIAT SYAHIDAH DARIN ABU AISYAH

Bismillahirrohmannirrohiem.
Sholawat dan salam semoga tercurah kepada pemimpin mujahidin sayyidina Muhammad saw., amma ba’du.”
Allah swt berfirman: “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):
“Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal seseorang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau
perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang
diusir dari kampung halamannya, yang disakiti di jalanKu, yang berperang dan dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan
kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di
bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan di sisi Allah ada pahala yang baik.” (QS 3:195).

205
Maka karenanya peranan wanita muslimah Palestina sama dengan peranan para mujahidin laki-laki lainnya di
Palestina. Kini aku telah memutuskan untuk menjadi wanita Palestina kedua yang melakukan aksi bom syahid, untuk
melengkapi jalan jihad dan mati syahid yang dibentangkan oleh Wafa Idris. Kini aku hibahkan jiwa dan raga yang
murah ini, di jalan Allah swt, sebagai aksi balasan atas kematian para syuhada lainnya, dan sebagai aksi pembalasan
atas pengotoran masjid-masjid kita umat Islam dan agama mulia kita. Juga sebagai aksi pembelaan terhadap Masjid Al
Aqsha dan Baitullah yang sedang berada dalam cengkeraman musuh-musuh Allah di mana mereka bebas melakukan
hal-hal yang diharamkan oleh Allah swt di dalamnya sebagai penghinaan terhadap agama Islam dan risalah
Muhammad saw.. Dan karena semua yang kumiliki termasuk jasad dan ruh ini, sudah ku persembahkan untuk Allah
dan agama-Nya, agar menjadi senjata mortir yang membakar Zionis Israel, dan menghancurkan Zionis yang mengaku
sebagai “hamba pilihan tuhan” itu. Wanita Palestina akan tetap berjalan di jalan Allah, berjihad melawan segala bentuk
kezaliman. Untuk itulah aku mengajak semua saudara-saudaraku sesama wanita, untuk berjihad di jalan Allah, karena
jalan jihad adalah jalan yang dipilih dan dijalani oleh para salafusholeh kita.
Untuk itulah saya mengajak kepada semua wanita yang masih mempunyai harga diri dan izzah Islam untuk
memilih jalan jihad… agar mereka para pengecut Zionis itu tahu dan sadar, bahwa mereka tidak ada apa-apanya di
depan keagungan semangat jihad kita. Dan agar pengecut dan penakut Sharon sadar, bahwa semua wanita Palestina
akan terus melahirkan barisan para pejuang yang akan berani mati demi Islam agamanya, walaupun mereka, Zionis itu
sudah berusaha untuk membantai mereka sejak mereka masih berada dalam rahim para ibunya.
Dan agar mereka tahu bahwa peranan wanita Palestina tidak terbatas hanya menangisi kepergian anak-anaknya,
suaminya, bapaknya dan saudara-saudaranya yang kalian bantai, tetapi wanita Palestina bisa membuat dirinya dan
jasadnya menjadi peluru hidup, yang akan tersebar di setiap sudut kehidupan rakyat Yahudi Israel, agar mereka sealalu
berada dalam ketakutan!
Akhirnya saya ajak setiap muslim dan muslimah, pejuang dan mujahidin yang merindukan kemerdekaan dan mati
syahid… agar tetap tegar dan teguh memilih jalan jihad ini….jalan pilihan mati syahid dan kehormatan.
Hormat Saya
Anakmu, Syahidah, Darin Muhammad Taufiq Abu Aisyah
Pasukan Berani Mati Al Aqsha’- Palestina

***

AYAT AL AKHROS

206
Suatu yang amat langka memang, jika senandung pengantin, harus mengiringi kepergian seorang syahidah. Tapi
itulah yang terjadi. Syadi Abu Labin, calon suami Ayat, sangat terkejut dengan berita syahid tunangannya itu. Karena
beberapa jam sebelumnya, ia sempat bertemu dan berdiskusi tentang masa depan hidup kerumahtanggaannya dengan
Ayat. Di mana dalam beberapa kali diskusi dan pembicaraan, Ayat menginginkan anak wanita, dan mengusulkan untuk
memberinya nama: Adi. Makanya ia tak menyangka kalau Ayat begitu cepat pergi, menjadi salah satu pejuang
istimewa Palestina
“Kami merencanakan untuk menikah setelah ujian sekolah selesai tahun ini. Tetapi rupanya Allah mempunyai
rencana lain bagi kami berdua….”
’Semoga kita berdua bertemu di surga,” itulah kalimat terakhir yang ditulis Ayat untuk saya di dalam suratnya.
Kemudian Syadi termenung sejenak.
“Ayat lebih saya cintai, bahkan dari diri saya sendiri. Ia seorang yang berjiwa tegar, motifasi tinggi, cerdas dan
kreatif. Ia sangat mencintai bangsa dan negerinya. Selalu ceria dalam hidup. Berangan-angan menjamin keamanan bagi
seluruh anaknya, karenanya ia sangat khawatir dengan eksistensi Zionis Israel. Setiap bicara tentang masa depan, ia
akan akhiri dengan cita-citanya untuk menjadi pelaku bom syahid. Selalu ia bayangkan korban Yahudi berjatuhan,
sementara darah kami membasahi tanah, yang akan mengalir ke sorga. Waktu itu kami berjanji akan melakukan aksi
bom syahid berdua, bersama-sama.”
“Saya selalu berharap bisa menemaninya dalam melakukan aksinya. Kemudian mati syahid bersama. Tetapi
sekarang ia telah mendahului saya.” Ucap Syadi Abu Labin, calon suami Ayat.
“Saya hanya bsa mengatakan “selamat atas syahidnya”. Semoga Allah memberikan jalan kepada saya untuk
mengikuti jejaknya secepat mungkin…ya…secepat mungkin…” Walau nampaknya ia berusaha untuk sabar, namun
Syadi Abu Labin, calon suami Ayat itu tidak bisa menyembunyikan rasa sedihnya….
Ayat Al Akhros telah pergi dengan memilih kaum pengantin surgawi.
Selamat jalan Ayat….!
***

IBU MARYAM, DAN PUTRANYA MUNIR

Sementara itu, ada kisah lain. Istri Haji Isa, ibu Maryam, dan putranya Munir.
“Istriku tidak pernah tinggal di rumah. Waktunya ia habiskan untuk membantu para mujahidin di lapangan. Ia
berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dengan mengenyampingkan keselamatan jiwanya. Tanpa memperdulikan

207
tembakan peluru yang berdesing terus selama hampir 9 hari masa pengepungan tentara Israel di kamp pengungsian
Jenin.”
“Aktifitas sehari-harinya dimulai dengan sholat malam. Dan setelah sholat shubuh, ia akan segera disibukkan
dengan menyiapkan makanan untuk para pemuda yang siap bertempur pada siang harinya. Ia juga yang membikin roti-
rotinya. Dari mulai menyiapkan tepung, dan sebagainya. Dalam sehari tidak kurang dari seratus bungkus makanan
untuk semua para mujahidin di kamp pengungsian Jenin. Dua jam setelah menyiapkan segalanya, ia akan memulai
‘petualangan’ yang paling sulit untuk seorang perempuan, di tengah mesin perang terus ditabuh oleh militer Israel.”
“Ia akan masuk dari satu gang ke gang lainnya. Dari satu lorong, menapaki lorong lainnya. Menyampaikan
makanan yang ia buat sendiri. Dalam melaksanakan tugasnya, terkadang ia tidak memperhatikan kondisi sekitar. Baik
sedang tenang, atau sedang terjadi peperangan antara mujahidin dan tentara Israel. Yang terpenting baginya adalah,
jangan sampai pejuang muda dan mujahidin itu kelaparan, dalam mengemban amanah dan tanggung jawab jihad yang
mereka jalani. Seolah tidak ingin dan tidak menerima, ada anggota mujahidin yang mati ‘kelaparan’.” Begitu Haji Isa
menuturkan cerita tentang istrinya.
Sebetulnya ia sudah berusaha melarang istrinya untuk pergi keluar rumah, ketika ada serangan tentara Israel.
Tetapi, ancaman penjara dan peluru, tidak pernah membuatnya takut dan gentar.
“Pada suatu waktu ketika ia baru pulang dari membagikan makanan bagi para mujahidin, istri saya masuk
terburu-buru. Wajahnya nampak merah seperti orang ketakutan. Dengan terengah-engah, ia berkata pada saya: “Tentara
Israel menembaki saya dari beberapa arah. Tetapi alhamdulillah, Allah telah menyelamatkan saya.”
***
Dalam Brigade Izzuddin al Qassam, Munir merupakan orang yang bertanggung jawab atas bahan peledak, untuk
meledakkan tank-tank militer Israel di sebuah jalan kamp Jenin. Dengan keahliannya membaut bahan peledak, ia telah
berhasil meledakkan beberapa tank-tank Israel yang menuju ke Jenin, beberapa bulan yang lalu.
Pada Jum’at 5 April 2002, hari ketiga dari serangan Israel ke Jenin, Munir kembali mendapat tugas untuk
meledakkan salah satu tank Israel. Tetapi rupanya, itulah hari di mana barisan syuhada sudah menanti. Ketika ia
mendengar suara tank akan melewati rumah yang ia tempati, dengan segera ia melihat dari jendela rumah. Agar bisa
melemparkan bahan peledak ke arah tank.
Tetapi rupanya tentara Israel sudah mengintai dan mengetahui keberadaan Munir di rumah itu. Maka ketika
mereka melihat anggota badan Munir nampak di jendela, mereka langsung menembaknya. Sehingga beberapa peluru
mengenai dadanya. Ia terjatuh dan mengerang kesakitan. Darah terus mengalir dari dadanya dengan sangat deras.
Teman-teman mujahidin sebenarnya ingin menolongnya. Membawanya ke rumah sakit dengan cepat. Tetapi,
jangankan membawa ke rumah sakit, untuk memasukkannya ke mobil ambulan saja, mereka tak bisa. Karena tentara

208
Israel melalui helikopter terus menembaki rumah itu. Bertubi-tubi, tanpa memberi kesempatan para medis untuk
menolong. Ia terus kehilangan darah sampai maghrib. Dan akhirnya, bergabung dalam barisan syuhada!
Yang menyayat hati setiap orang mu’min pada waktu itu adalah, kabar syahidnya Munir, tak pernah sampai pada
keluarga. Termasuk ibunya sendiri. Ibu Maryam, dan bapak Haji Isa.
Konon, pada Jum’at 5 April 2002, seperti biasa, ibunda Munir, ibu Maryam, menyiapkan segala makanan untuk
para mujahidin di lapangan. Ia kemudian masuk ke dapur. Mengambil makanan, kemudian keluar membagikan
makanan itu. Setelah selesai, kembali ke rumahnya. Masuk ke dapur untuk menyiapkan adonan tepung pembuat roti.
Tetapi tiba-tiba, ia mendengar suara helikopter terus berputar-putar tepat di atas rumahnya. Terdengarlah suara ledakan
hebat di rumah itu. Semua tetangga mendatangi asal suara. Mereka masuk ke dalam rumah itu, tapi terhalangi asap
tebal. Sehingga tidak bisa melihat apapun. Dan ketika asap sudah menipis, mereka menemukan ibu Maryam sudah
tergeletak di atas tempat adonan, dengan luka di sekujur tubuhnya. Terutama muka dan dadanya hancur. Justru dua hari
setelah syahidnya Munir, sang putra ibunda Maryam, singa pejuang ‘rangsum mujahidin’ di lorong-lorong sempit
Palestina itu, juga menyusul syahid. Terkena tembakan pesawat helikopter Israel, persis, pada hari Munir syahid, dan ia
baru syahid setelah dua hari kemudian!
***

SURAT GADIS BELIA,


PERINDU SYAHID

Dapatkah Aku Bersama Anda Dalam Amaliyah Istisyahadiyah?

Bismilaahirrohmanirrohim,
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh wa ba’du:
Aku seorang gadis belia, al faqir ilallah tabaraka wa ta’ala; Semua harapanku adalah aku dapat mati syahid.
Selama aku dapat berjalan, maka aku meminta dan berdiskusi dengan ahli-ahli agama dan ulama untuk mewujudkan
tujuanku ini. Alhamdulillah, inilah cita-cita dan harapanku yang paling tinggi, dan membuat diriku selalu berbinar-
binar adalah tujuanku ini akan terealisasi atas ijin Allah. Cita-cita dan harapanku ini bukan untuk mencari popularitas
atau berbangga-banggaan. Sekali-kali tidak!! Akan tetapi, karena aku sudah banyak membaca tentang keutamaan jihad
dan syahadah. Demi Allah yang jiwaku di dalam genggaman-Nya, semangatku semakin bertambah bersama dengan
semakin banyak aksi bom syahid (amaliyah istisyahadiyah) yang dilakukan dengan penuh keberanian. Maka aku
berharap, aku termasuk orang-orang yang dibenarkan Allah dalam firman-Nya: “Di antara orang-orang mukmin itu ada

209
orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur dan
ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya).”
Dan aku termasuk orang yang menunggu-nunggu, dan menunggu-nunggu itu lebih panas dari bara api karena
perasaan gelisah dan tegang. Aku selalu bertanya pada diriku sendiri, kenapa aku tidak menjadi Sa’id El Huturi atau
Izzuddin El Mishri bahkan menjadi Abdullah Sya’ban atau Ibrahim Rayan? Kenapa aku tidak dapat memperoleh
syurga dan berada di sisi Tuhan Yang Maha Mulia Pemilik Arsy, seperti Muhammad Farhat? Aku, demi Allah yang
tiada tuhan yang patut disembah kecuali Dia, telah mentalaq tiga duniaku, karena aku sudah tidak dapat merasakan
nikmat dan kelezatannya. Karena aku sangat sadar bahwa dunia adalah rumah persinggahan dan akhirat adalah rumah
tinggal abadi. Oleh sebab itu, aku memutuskan dan memprogram diriku menjadi bom manusia, seperti Abdul Basith
Audah dan Fuad El Hurani. Demi Allah Yang Maha Agung, jiwaku telah kuikat dengan kursi di syurga di mana
Rasulullah saw. beserta Yahya Ayasy, Sumaiyah binti Khiyath atau Amar bin Yasir. Maka tidak ada jalan lain bagiku
kecuali berjalan untuk mencapai tujuan ini; cita-cita yang menyibukkan diriku dan menguasai hatiku. Aku berdoa dan
memohon kepada Allah, agar gerakan Perlawanan Islam Hamas mau menerimaku; aku sangat berharap; aku rindu
bertemu Allah azza wa jalla dan pergi meninggalkan dunia ini. Ketahuilah, aku tidak shalat kecuali aku memohon dan
berdoa pada Allah, agar aku dikaruniai rizki syahadah; agar aku dijadikan golongan orang-orang yang berperang di
jalan-Nya untuk menegakkan panji-panji Islam, dan mendamaikan orang-orang Mukmin. Demikianlah, aku tidak
membaca Al Qur’an kecuali semakin menambah semangat ingin bersegera mewujudkan amaliyah istisyahadiyah ini;
apapun yang harus kukorbankan. Saya sangat berharap sekali mendapatkan syahadah, bukan untuk popularitas, demi
Allah; akan tetapi, aku sangat ingin berjumpa dengan-Nya.
Wahai “Hamas”, - semoga Allah melindungi Anda semua - hendaklah Anda sambut harapanku ini! Aku
memohon kepada Allah semoga Anda setuju dan janganlah Anda tolak. Tak seorangpun dapat berhujah bahwa para
gadis belia tidak disyariatkan untuk melakukan amaliyah istisyhadiyah, seperti anggapan sebagian orang. Berangkat
dari dasar agama ini, aku ingin melaksanakan amaliyah ini. Berdasarkan dalil-dalil agama Islam, jihad pada hari ini
adalah fardhu ain. Lalu mengapa pula Anda tidak mau memberi bagian syurga Na’im buat gadis-gadis belia sepertiku?
Inilah yang dapat aku katakan, berdasarkan fatwa Syaikh Yusuf Qardhawi – semoga Allah melindunginya.
Sekali lagi aku berharap dengan amat sangat, terimalah aku! Sekuntum bunga di kebun jihad dan amaliyah
istisyhadiyah. Terimalah aku! Setetes dara di pemandian darah para syuhada yang suci; pemandian yang telah menjadi
pancuran yang mengalirkan dan menawarkan kepada para syuhada’ wewangian suci nan harum.
Aku berharap Anda tidak menguburkan semangat fanatisku ini. Jangan anda buat frustrasi niatku dan cita-citaku.
Akupun telah siap dengan segala persiapan dan perbekalan jika Anda tidak mau menerimaku, insyaAllah…

210
Insya Allah.
Aku berdoa kepada Allah agar Anda menerimaku…
Surat dari seorang gadis belia yang merindukan syahadah.
Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh.
***
IBU ITU tercenung membaca surat gadis belia ini. Ia melihat dirinya. Usianya jauh dari gadis remaja tersebut. Dan ia
merasa malu. Gadis belia itu berani mentalaq dunia dengan talaq 3, seperti Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah telah
mentalaqnya dengan talaq yang sama. Dan gadis itu mengikuti. Berani mengorbankan diri untuk suatu cita-cita mulia.
Menjadi syahadah demi membela kebenaran dan keadilan. Membela orang-orang tertindas di muka bumi. Meskipun
peluru atau senjatanya adalah dirinya sendiri, yang digunakannya sebagai bom syahid! Suatu keberanian yang tak
terbayangkan. Suatu keberanian yang tak dapat digambarkan dengan kata-kata atau ungkapan apapun. Kematian yang
ditantang dan dirindu oleh sang pecinta, yang yakin akan ada-Nya! Yakin akan hari kemudian yang dijanjikan-Nya.
Yakin akan pertemuan dengan-Nya. Yakin, bahwa mati itu bukanlah mati, tapi hidup di sisi-Nya dan mendapatkan
rezki! Dan saking senang dan nikmatnya hidup seperti itu, maka orang yang syahid akan berkata, barangkali seperti
ini: “Kalau sekiranya aku dapat kembali ke dunia, maka tak akan bosan-bosannya aku untuk berjuang, dan kembali
berperang membela agama dan Tuhanku, agar dapat pula syahid berulang-ulang!”
***
Lalu, bagaimana dengan kematian yang lain? Kematian yang akan selalu menjemput manusia, mau atau tidak
mau. Bukankah mati, suatu ketentuan yang pasti? Di mana manusia tak akan bisa lari dari padanya. (QS 3; 185, 21: 35,
56: 60, 2: 95-96). Lalu, kematian yang bagaimanakah yang diinginkan? Apakah kematian saat sakit parah di tempat
tidur? Kematian saat sehabis tabrakan? Kematian mendadak, mengagetkan dan tanpa sebab? Kematian akibat gempa
bumi atau malapetaka lain? Kematian karena usia tua? Kematian karena dipukuli orang akibat perbuatan jahat?
Kematian karena hukuman mati, oleh karena menjadi bandar, pemilik, peroduser, penjual dan penyebar narkoba?
Kematian saat berbuat maksiat, berzina, memperkosa, dan diperkosa? Ya, kematian yang bagaimanakah yang Anda
inginkan??
Apakah Anda tak ingin, kematian yang akan memberi kehidupan? Yang menyeru manusia untuk berperang
meninggikan kalimat Allah, yang dapat membinasakan musuh yang membenci dan memusuhi serta menyerangnya?
memebela Islam dan kaum muslimin? Menyeru kepada iman, petunjuk, dan segala yang ada hubungannya dengan
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat?
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada
sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu………………….” (QS 8: 24).

211
“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: “Berangkatlah (untuk
berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan
kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan
kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.” (QS 9: 38).
***
Dan perempuan itu lebih lagi mengingat diri. Di usianya itu, ia lebih memperjuangkan diri untuk lebih sehat dan
kuat. Baik dengan makanan, minuman, olah raga, istirahat cukup, perawatan, obat-obatan, vitamin, suplemen, dan
sebagainya. Sedapat-dapatnya demi memperpanjang umur, bahkan kalau dapat, lari dari kematian. Saking takut mati
dan cintanya pada dunia. Sedang si gadis belia itu, telah mempersiapkan segala persiapan dan perbekalan, hanya demi
menyambut mati. Suatu mati dan kematian yang memang benar-benar berarti penuh kemuliaan!
“Alangkah bedanya,” pikirnya. “Alangkah bedanya…” gumamnya.
Dan ia teringat QS 59: 18-19: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa
kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.”
“Astaghfirullah..astaghfirullah…” perempuan itu berkomat-kamit dengan mulutnya, berulang-ulang. Membaca
istighfar dan memohon ampun. Takut akan dosa dan kelalaian selama ini. Meski Alhamdulillah, sebelum itupun, rasa
rindunya tertagih, setelah sering melakukan perenungan dan introspeksi diri. Dan rangkuman yang sedang dikerjakan
itu, adalah awal dan wujud dirinya dalam memilih. Walau tidak, atau belum semanis dan secantik gadis muda belia
yang rela mengorbankan diri hanya untuk Allah, Dzat Maha Esa, Yang Maha Kuasa, sangat Pengasih dan Penyayang!
Tapi setidak-tidaknya, minimal, pena adalah senjata. Dan senjata yang digunakan untuk meninggikan Kalimat Allah,
hunusannya tidaklah sia. Sasarannya kan mengena. Kemenangannya kan menjelma. Apakah itu berupa hakikat secara
kasat mata, ataukah dalam kesyahidan yang teraih. Yang pasti, Allah telah menjanjikan, bahwa bagi orang-orang yang
beriman dan beramal salih atau salihat, serta tertindas, maka mereka akan mewarisi kemenangan itu. Akan menjadi
khalifah dan pemimpin. Mewarisi bumi.
***
Dan ia pun teringat QS 28: 4-6, juga QS 7: 137, pada saat Bani Israel ditindas di Mesir oleh Fir’aun, dan
kemudian diberi karunia. Dijanjikan untuk menjadi pemimpin, sebagai orang-orang yang akan mewarisi bumi.
Termasuk buminya Jazirah Arab yang penuh berkah. Syam, Palestina, Lebanon, Syria, dan sekitarnya. Meski itu dulu,
ketika mereka masih memegang bendera tauhid, dan sebagai orang-orang yang tertindas, karena kezaliman Fir’aun.
Dan bukan seperti masa kini. Dimana mereka telah durhaka, dan dikutuk Allah. Salah menganggap, dengan anggapan

212
dan pikiran, bahwa mereka sebagai anak cucu Bani Israel, bangsa pilihan tuhan, anak-anak dan kekasihnya, berhak
mewarisi itu. Menjadi pemimpin dunia dengan mendirikan Negara Israel Raya. Dari Sungai Eufrat di Irak, sampai ke
Sungai Nil di Mesir. Tentu saja, Palestina termasuk bagian terpenting yang menjadi wilayahnya. Karena mereka
berdalih, akan kembali ke Zion, suatu bukit di sana, atas paham yang dicetuskan Theodore Herzl. Berdasarkan
kepercayaan yang mengatasnamakan Zion, sebagai tanah yang dijanjikan. Di mana menurut mereka, raja Daud pernah
mendirikan istananya. Sehingga sekumpulan orang Yahudi menamakan dirinya “Lovers of Zion“. Pecinta-pecinta Zion,
sebagai tujuan kembalinya mereka ke Palestina. Menjadi pemimpin dunia, di atas tatanan baru yang mereka bentuk,
dimana mereka menjadi polisinya yang berhak mengatur segala bangsa dan negara-negara, dengan peri kehidupan,
corak, gaya, budaya, sebagaimana yang mereka kehendaki; Di atas politik penjajahan, penindasan, kekuasaan,
peradaban, dan harta rakus mereka terhadap dunia!
Seketika, mata perempuan itu jadi berkilat. Sinarnya memancarkan kegarangan dan kemarahan yang nyata.
“Subhanallah!” teriaknya, “Engkau telah mempersaksikan sekarang, bahwa merekalah, kaum Yahudi Zionis itu, yang
menjadi Fir’aun! Ilmu, kekayaan dan kekuasaan yang mereka miliki, digunakan mereka hanya untuk menindas bangsa-
bangsa dan negara-negara yang lemah, kaum mustad’afin yang tertindas di muka bumi ini. Maka pantaslah kalau Allah
mengutuk kalian, karena kedurhakaan kalian itu. Sehingga tempat kalian adalah neraka!!” Ucapnya dengan kemarahan
yang sangat, atas perilaku orang-orang Yahudi yang durhaka tersebut. 60) ( QS 2: 79-91, 3:112).
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada……………………………………” ucapnya mengingat dan
menirukan petikan bacaan dari QS 3: 112. Dan mulutnya pun lalu bergumam penuh kepercayaan dan harapan, atas
kemenangan yang bakal diperoleh kaum yang tertindas itu. Kaum muslimin seperti yang terdapat di Palestina, Jazirah
Arab, dan dimana-mana mereka berada. “Dan Allah telah menjanjikan; bahwa kamilah kaum muslimin sejati, dengan
iman dan amal salih, yang tertindas di muka bumi ini, yang akan memimpin dan mewarisi bumi. Termasuk Syam
dengan Palestinanya!.” Ujarnya pula penuh keyakinan yang menyemangati. Matanya nanar berbinar, sinarnya seakan
memancar menembus ke wilayah yang disebutkan itu.
Dan hal-hal yang berkenaan dengan ayat-ayat tersebut, berhamburan dari mulut dan ingatannya: “Dan Kami
hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka
pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi) dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi………………. “ (QS 28 5-6).
“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian
baratnya yang telah Kami beri berkah padanya………………” (QS 7:137).
“Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini
dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh.” (QS 21: 105).

213
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang
saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun
dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka merekalah orang-orang yang fasik.” (QS
24: 55).
Serentak itu, tangan dengan jari-jari yang mengepal, menyatu menjadi satu bulatan utuh dan kuat,
dihantamkannya keras-keras ke meja tulis di hadapan. “……………………………Sesungguhnya Allah tidak merobah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri……………………………”. (QS 13:11).
“Dan merekalah, rakyat Palestina, penduduk Syam, kaum pelopor yang akan merubah, sehingga terjadi
perubahan,” ujarnya bersemangat, mengingat Hadits yang telah dibaca dan disampaikan, dalam rangkumannya itu.
Giginya bergemerutuk di mulut. Wajahnya semakin penuh dengan kilatan cahaya, di tengah tekad yang seolah
terpatri dalam gambaran mereka yang terus berjuang di Palestina. Tak pernah kenal henti, walau ditindas dan dianiaya.
Disiksa dan dipreteli hak asasi kemanusiaannya! Dan ia kembali mengingat buku yang dibacanya, tentang kekejaman
tentara Israel terhadap para wanita Palestina. 61) IBID/Idem: “Genderang Jihad Wanita Palestina, Comes, Tabu,
KKPA.)

WAWACARA TV ALJAZIROH;

KE MANA LSM DAN ORGANISASI HAM?

Dan ini salah satu perkenalan. Gambaran cuplikan edit, dari wawacara TV Aljaziroh; Ahmad Mansyur dengan
DR Maryam Abu Dakkah, Sekjen Ikatan Seluruh Wanita Palestina.
DR Mayam dilahirkan di Jalur Gaza, tahun 1952. Tahun 1968, ketika beliau berumur 16 tahun, ditangkap oleh
pemerintah Israel. Dipenjara selama dua tahun. Tahun 1970, ia diusir secara paksa ke Yordania. Beliau salah satu
Pengurus Pusat Front Pembebasan Rakyat Palestina. Setelah diusir ke Yordania, ia bergabung dengan beberapa pejuang
Palestina. Melarikan diri ke tempat persembunyian, dan aktif melakukan aktifitas perang bersenjata. Bahkan beliau
merupakan Komandan Markas Militer Palestina di Lebanon. Beliau berhasil mengambil gelar Doctoral di Universitas

214
Sofia pada tahun 1991 jurusan Falsafah dan Ilmu Sosial. Beliau kembali ke Gaza pada tahun 1995. Sekarang beliau
aktif berpolitik dan kegiatan-kegiatan lainnya.
***
Ahmad Mansyur: Bisakah Anda menceritakan realitas kehidupan sehari-hari wanita Palestina?
DR Maryam: Saya melihat wanita Palestina sekarang ini berada dalam kondisi kehidupan yang paling sulit
sepanjang sejarah hidupnya. Tetapi walaupun demikian, wanita Palestina tetap survive berada dalam barisan pejuang
dengan yang lainnya, dalam jihad di Palestina. Dan menurut saya, ini merupakan bukti sejarah dari keteguhan wanita
dalam berjuang membela tanah dan bangsanya. Kalau kita melihat secara mendalam, dalam sejarah perjuangan
Palestina, ada dua golongan yang menjadi pilar perjuangan: Laki-laki dan wanita. Wanita dalam perjuangan di
lapangan, sama seperti laki-laki. Itu terjadi sejak perang melawan penjajah Israel meletus pertama kali, dan sejak
munculnya revolusi rakyat Palestina. Simbol utama wanita Palestina dalam intifadah, adalah kemerdekaan bangsa
Palestina. Dan berjuang demi kemerdekaan Palestina merupakan prioritas utama wanita Palestina. Dalam
kesehariannya, mereka tidak akan merasa tenang, berada di tengah-tengah masyarakat, kecuali kalau sudah lebih
mementingkan bangsa dan tanah airnya. Dan menurut saya, dengan memposisikan diri seperti itu, wanita Palestina
sudah berada dalam koridor yang tepat, walaupun memang akan mengundang banyak bahaya bagi jiwa wanita
Palestina, dari pihak penjajah Israel. Mereka tidak jarang mendapat siksaan keras, pengusiran, dan bahkan
pemerkosaan. Tetapi, walaupun demikian, mereka tetap kukuh dengan perjuangan mereka. Dari perang bersenjata,
sampai aksi bakti sosial. Demontrasi, aksi turun ke jalan-jalan, juga tugas mendidik anak-anak sebagai calon pejuang di
masa datang. Melihat itu semua, maka kita bisa mengatakan, bahwa apa yang dilakukan oleh wanita Palestina, sungguh
sesuatu yang sangat agung dan mulia, untuk kemerdekaan bangsa ini. Dan nampaknya sulit sekali untuk
menggambarkan dengan kata-kata, kesemangatan dan tugas-tugas berat yang diemban wanita Palestina. Mereka
mendidik anak-anak di rumah, menyiapkan keperluan keluarga, menjadi guru-guru sekolah, menjadi dosen di
universitas. Dengan peranan yang signifikan dari kaum wanita Palestina itu, lahirlah pejuang-pejuang handal Palestina.
Dan ini menunjukkan orisinalitas peranan wanita Palestina, yang akan dicatat oleh sejarah dan diingat baik-baik oleh
generasi yang akan datang.
Ahmad Mansyur: Tanpa mengurangi rasa kagum saya atas jasa-jasa wanita Palestina seperti yang baru saja
diungkapkan oleh ibu, tetapi saya sekarang ingin sekali mengetahui secara riil, hari-hari yang dilewati oleh seorang
wanita Palestina dan fakta-fakta kehidupan yang mereka lewati akhir-akhir ini, karena peranan wanita Palestina dan
kondisi yang sesungguhnya, kurang mendapat liputan yang memadai sejak intifadah meletus.
DR Maryam: Wanita Palestina dalam setiap harinya seperti hanya menunggui kedatangan serangan demi
serangan militer Israel. Karena memang faktanya tentara Israel menggunakan segala cara dengan berbagai peralatan

215
canggih yang digunakan, dalam menyerang rakyat Palestina dalam waktu yang berbeda-beda dan tidak menentu. Anda
bisa bayangkan sendiri bagaimana militer Israel bisa menembaki atau bahkan memboldoser rumah penduduk Palestina
pada jam 12 malam, dan pasti dalam waktu seperti itu, anak-anak dan ibu-ibu sudah terlelap tidur, yang membuat ibu-
ibuya begitu tertekan karena harus lari dengan menggendong dan menyeret anak-anaknya supaya tidak terkena
runtuhan atau senjata militer Israel. Dan hal ini bersifat menyeluruh dari satu rumah ke rumah yang lain. Yang
membuat warga sekitar menjadi bingung dan gelisah harus ke mana mereka berlindung. Karena semua bangunan di
Gaza ini, hampir seluruhnya sudah hancur diterjang peluru dan meriam dari pesawat militer Israel yang semakin
canggih. F 16 dan senjata canggih lainnya, diujicobakan terhadap rakyat sipil yang tidak bersenjata. Hal ini membuat
ibu-ibu sangat khawatir dengan nasib anak-anaknya, yang rata-rata berada di jalanan dan di kamp pengungsian.
Mungkin Anda bisa membayangkan, bagaimana seorang ibu pada tengah malam, dengan memegang erat tangan
anak-anaknya, menggendong yang lainnya, harus lari pontang-panting menghindari serangan Israel. Dengan kondisi
sepereti ini, membuat anak-anak mengalami gangguan rasa ketakutan yang luar biasa. Bahkan banyak di antara mereka
yang mengalami gangguan psikologies, depresi dan stres berat. Saya sendiri merasakan bagaimana setiap hari
mendengar serangan-serangan pesawat tempur dan tank-tank lapis baja yang lalu lalang di depan mata kita, seolah
tidak percaya bahwa saya ada di tempat seperti ini. Sama sekali tidak ada rasa aman dan tentram dalam kehidupan
sehari-hari wanita Palestina. Kondisi ini dirasakan oleh semua wanita Palestina di sana, dan semua ibu-ibu harus
menjaga keselamatan jiwa anak-anaknya Tetapi dengan serangan yang membabi buta dari militer Israel, membuat
mereka tidak tahu bagaimana caranya menjaga anaknya itu. Karena tidak ada lagi bangunan dan fasilitas tempat
mereka bersembunyi dari serangan tentara Israel, kecuali ia hanya bisa tiarap di tengah jalan dengan mendekap anak-
anaknya sekuat-kuatnya dan seerat-eratnya. Karena itu, mungkin Anda sering melihat anak-anak dan wanita
bergerombol berkumpul di tengah jalanan, ketika ada serangan dari militer Israel. Itu karena mereka tidak tahu harus di
mana mereka bisa bersembunyi kecuali di jalan-jalan raya.
Ahmad Mansyur: Kalau kita perhatikan lebih jeli lagi, ternyata setiap harinya banyak sekali martir-martir hidup
dari para syuhada, dan sejak intifadah meletus, saya melakukan sensus terhadap aksi itu, di mana saya melihat di antara
mereka ada orang tua dan juga anak-anak. Bahkan saya melihat ada satu keluarga yang sengaja mengorbankan seluruh
keluarganya untuk menjadi martir. Sehingga banyak wanita atau ibu-ibu menjadi kehilangan suami, yang
mengakibatkan ibu tersebut menjadi tulang punggung keluarga, penanggungjawab atas semua beban keluarganya. Saya
mempunyai catatan tersendiri, bahwa sekitar 62% wanita yang ada di jalur Gaza, adalah para janda. Ini
mengindikasikan bahwa mereka sebagai istri dan atau ibu, tetapi mempunyai peran ganda dalam keluarga. Bagaimana
seorang wanita bisa hidup, memerankan peran yang begitu berat, di tengah kondisi kehidupan yang sangat tidak
kondusif untuk seorang janda, agar bisa tetap survive dan bertahan hidup?

216
DR Maryam: Saya ingin mengungkapkan bahwa hal ini adalah masalah lama, yang muncul sejak penjajah Israel
menginjakkan kakinya di negeri Palestina. Tetapi bedanya, serangan-serangan Israel dan perang itu tidak terjadi tiap
hari. Dan dalam sejarahnya, memang di Palestina selalu ada istri para syuhada, atau adik wanita yang menggantikan
peranan kakaknya yang mati syahid, tetapi pada waktu itu hanya berkisar antara 25% saja, dan sekarang telah
meningkat begitu tajam, hingga mencapai angka yang Anda sebutkan tadi. Sekarang kondisi itu semakin parah. Banyak
wanita Palestina yang tidak bisa melanjutkan sekolah mereka, sehingga membuat mereka tidak mempunyai keahlian
apapun. Dengan kondisi pendidikan dan minim skill seperti itu, ditambah dengan beban terhadap keluarga dan anak-
anaknya, membuat wanita Palestina akan menerima tawaran kerja sekasar apapun, seperti menjadi tukang jahit, kerja di
garmen dengan gaji yang sangat minim, dengan jam kerja yang melebihi batas kewajaran. Mereka, para wanita itu
bekerja tanpa kenal lelah, baik ketika hujan turun atau ketika di tengah terik matahari, mereka tetap bekerja demi
sesuap makanan.
Ahmad Mansyur: Saya baca gaji paling rendah justru terdapat di Palestina.
DR Maryam: Ya memang. Kondisinya semacam itu. Ditambah lagi dengan harga barang termahal, terdapat di
Gaza. Itu karena pengaruh penjajahan Israel terhadap Palestina dengan sifat penjajahan uviversal. Baik penjajahan
secara fisik, juga secara ekonomi. Di mana dalam jual beli, orang Palestina terpaksa membeli barang dengan harga
yang sama dengan warga Israel, padahal pendapatan warga Israel, sepuluh kali lipat lebih besar daripada pendapatan
orang Palestina. Ini bentuk penjajahan lain terhadap bangsa Palestina. Karena ekonomi Palestina sangat tergantung
kepada ekonomi Israel. Dan gambaran perimbangannya mencapai 13, 6% dari keseluruhan keluarga.
Ahmad Mansyur: Penderitaan wanita Palestina sepertinya tidak berhenti sampai pada titik kehilangan sanak
saudara dan anggota keluarga, tetapi kalau kita melihat kebijakan pemerintah Israel akhir-akhir ini, ternyata mereka
menggunakan strategi teror dengan menghancurkan tempat tinggal warga sipil Palestina dan mengusir ribuan kepala
keluarga dari tempat tinggal mereka, yang mengakibatkan wanita Palestina banyak yang tinggal di padang pasir tak
beratap dengan terik matahari yang menyengat dan dingin yang menggigil, sementara itu ketika tentara Israel akan
menghancurkan rumah, mereka juga menghancurkan seluruh isi rumah itu tanpa terkecuali pakaian mereka. Sehingga
ketika mereka berada dalam padang pasir yang gersang itu mereka tidak punya pakaian, kecuali yang mereka pakai
saja.
DR Maryam: Ya memang nampaknya aksi militer Israel semakin tidak manusiawi dan semakin brutal. Karena di
Gaza saja ada sekitar 300 lebih rumah (waktu itu/pen) penduduk Palestina dihancurkan tanpa alasan. Itu berarti ada
sekitar 2000 kepala keluarga sekarang berada di jalanan. Yang mengakibatkan mayoritas penduduk Palestina di Gaza
Selatan dan Utara tidak mempunyai tempat tinggal. Kebrutalan pasukan Sharon tidak cukup sampai di sana, tetapi
setiap malam mereka juga menghancurkan ladang pertanian dan menebang pohon-pohon zaitun yang siap panen.

217
Ahmad Mansyur: Padahal pohon zaitun itu merupakan pohon yang menjadi simbol Palestina secara turun
temurun?
DR Maryam: Ya itu benar…pohon zaitun, pohon sikamore yang rindang…pohon yang selalu berbuah tak
mengenal musim… tentara Israel juga mencabuti pohon korma dengan akar-akarnya…
Ahmad Mansyur: Mungkin yang perlu ditekankan adalah penderitaan yang dirasakan oleh wanita Palestina akibat
dari kekjaman tentara Israel itu…
DR Maryam: Ribuan kepala keluarga sekarang berada di kamp pengungsian, dan perlu Anda ketahui, bahwa
kondisi kehidupan sehari-hari di kamp pengungsian itu sangat berat. Apalagi bagi seorang ibu yang terus dihantui
keselamatan anaknya. Bagaimana mereka tidak khawatir kalau setiap hari tentara Israel terus mendatangi kamp
pengungsian mereka dan terus menghancurkan rumah-rumah tanpa kenal waktu dan kondisi. Ditambah dengan
serangan militer Israel yang terus dilakukan, yang mungkin merubah peranan seorang ibu menjadi penanggung jawab
dalam keluarga, karena suaminya syahid atau ditangkap oleh militer Israel.
Ahmad Mansyur: DR Maryam… ibu pernah dipenjara selama dua tahun, padahal umur ibu waktu itu baru
berumur 16 tahun saja, bisa Anda ceritakan bagaimana penderitaan wanita Palestina di dalam penjara Israel, apalagi
banyak dari mereka masih anak-anak dan gadis belia?
DR Maryam: Pada masa saya dipenjara memang kondisi keamanan sedang memanas dan gawat. Karena waktu
itu termasuk masa-masa awal penjajahan Israel. Waktu saya dipenjara dilarang siapapun menenngok saya, termasuk ibu
dan seluruh anggota keluarga. Mereka sama sekali tidak diberi tahu di mana keberadaan saya. Dan yang ditahan saat itu
jumlahnya sangat banyak.
Ahmad Mansyur: Di penjara mana ibu ditahan?
DR Maryam: Di penjara pusat Gaza.
Ahmad Mansyur: Bentuk siksaan psikologis apakah yang pernah ibu rasakan?
DR Maryam: Yang paling saya rasakan adalah ancaman dan teror dari tentara Israel. Seperti Anda ketahui bahwa
kondisi keamanan Gaza pada waktu itu sangat tidak kondusif. Tetapi kami pada dasarnya sudah terlatih untuk teror
yang dilepaskan oleh tentara Israel tersebut.
Ahmad Mansyur: Bukankah ibu pada waktu itu masih anak-anak?
DR Maryam: Ya..mereka tidak membedakan antara anak-anak dan orang tua.
Ahmad Mansyur: Apakah ada bentuk teror khusus, yang berbeda terhadap wanita dengan para tahanan lelaki?
Dan bisakah ibu menceritakan perasaan ibu akibat teror masa lalu, walaupun sudah berlalu sekitar 30 tahun lebih?
karena saya yakin akibat dari siksaan itu, masih membekas sampai sekarang.

218
DR Maryam: Sebenarnya tidak ada perbedaan mendasar cara mereka melakukan siksaan baik pada tahanan
wanita ataupun kepada tahanan laki-laki. Tetapi beban penderitaan, jelas sangat berat bagi seorang perempuan. Pada
waktu saya ditahan, dan saya yakin itu masih terus dilakukan sampai sekarang, kami sesama tahanan wanita harus tidur
di atas lantai, diwajibkan menggunakan pakaian yang sudah tidak layak pakai dan bau busuk, piring dan gelas yang
biasa kami gunakan juga sangat kotor. Ditambah dengan adanya larangan bagi keluarga tahanan untuk mengunjungi
sanak saudaranya atau bahkan anaknya. Kami juga dilarang untuk mengobrol dengan sesama tahanan. Kami juga
dipaksa untuk tidur walaupun kami belum mengantuk atau belum waktunya tidur, ya tentu dengan bentakan dan kata-
kata kasar dari para petugas penjara. Dan bagi kami yang waktu itu masih kanak-kanak, teror semacam itu sangat berat.
Ahmad Mansyur: Mendengarkan cerita penderitaan dari beberapa ibu-ibu, membuat kita sangat sedih, atas sikap
yang tidak manusiawi dari Zionis Israel terhadap wanita Palestina, apalagi kalau kita memperhatikan kondisi
kebrutalan tentara Israel di perbatasan dan pos pemeriksaan. Tentara Israel melakukan kejahatan yang sangat biadab di
pos pemeriksaan. Mereka menyiksa baik secara pisik atupun teror mental. Sampai banyak wanita Palestina
mendapatkan perlakuan tidak manusiawi, bahkan salah satunya ada yang dipukul di kepalanya sampai jilbabnya copot,
matanya terluka dan mengakibatkan matanya buta. Hal ini pernah ditayangkan langsung oleh TV Al Jazeera.
Bahkan, ketika bulan puasa, kalau ada wanita yang akan melewati pos pemeriksaan atau penjaga perbatasan, para
tentara itu memaksa para wanita Palestina untuk berbuka puasa sebagai bayaran melewati perbatasan. Dan ini jelas
merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Saya ingin bertanya, ke mana LSM dan organisasi internasioal yang sangat
keras menyuarakan HAM? Dan ke mana para LSM wanita yang suka lantang menyuarakan aspirasi emansipasi wanita?
Padahal wanita di Palestina selalu didera berbagai tindakan kejahatan. Yang paling sadis dan menyayat hati, adalah
ketika ada wanita Palestina yang sedang hamil, dan tentara Israel penjaga pos pemeriksaan mempersulit
pemeriksaannya, melarang wanita hamil itu untuk dibawa ke rumah sakit bersalin. Sehingga banyak wanita Palestina
yang melahirkan di depan tentara Israel, dan dilarang untuk dirawat oleh siapapun. Dalam beberapa kasus, banyak
wanita Palestina yang akhirnya keguguran di pos pemeriksaan itu. Melihat hal itu saya ingin bertanya kepada LSM
internasional yang gigih membela kepentingan dan kehormatan wanita, mana peranan kalian sebagai pembela
perempuan?
DR Maryam: Memang yang sangat disayangkan adalah bahwa HAM tidak berlaku bagi wanita Palestina dan
rakyatnya secara keseluruhan. Padal hal ini merupakan realitas kehidupan sehari-hari mereka di lapangan, tetapi tidak
ada sama sekali organisasi HAM internasional yang peduli dengan nasib rakyat Palestina. Seolah aturan dan semua
resolusi tentang HAM tidak berlaku bagi rakyat Palestina. Saya sendiri sudah berusaha untuk memberitahukan hal ini
kepada berbagai pihak Internasional yang berwenang. Terutama kepada organisasi yang mengaku membela HAM yang
sering melakukan aksi seolah mereka itu membela kepentingan seluruh manusia yang hak asasinya sebagai manusia

219
ditindas atau dirampas. Padahal mereka itu mendapat sokongan finansial kuat dari berbagai instansi. Untuk memahami
ketidakpedulian HAM terhadap rakyat Palestina, nampaknya kita harus terlebih dahulu memahami persepsi ‘manusia’
dalam pandangan negara-negara Barat dan Amerika Serikat, sebelum memahami terminologi HAM. Karena
nampaknya kita umat Islam ini tidak dianggap manusia oleh mereka. Bayangkan saja, bagaimana mereka menyiksa
wanita Palestina sedemikian kejam, sadis dan tidak berprikemanusiaan dan terkesan rasis.
Mungkin Anda pernah mendengar kisah seorang gadis Palestina yang dipaksa membuka kerudungnya, karena ia
menolak, akhirnya salah seorang tentara Yahudi menyiksanya sampai ia mencongkel matanya. Bahkan banyak wanita
Palestina yang berada di daerah konsentrasi Yahudi, sama sekali tidak diperbolehkan untuk melahirkan di rumah sakit
bersalin. Kalau mereka menumpang ambulan sekalipun, pasti tentara Israel akan menembakinya. Karena petugas
kemanusiaan di Palestina sama-sama terancam. Bahkan ada salah seorang di antara mereka, ketika sudah melahirkan,
karena masih lemas dan tidak ada yang melindunginya, salah seorang Yahudi melemparkan anaknya dari jendela.
Sekarang prosentase ibu melahirkan di rumah tanpa bantuan, meningkat tajam. Karena kondisi keamanan yang
tidak memungkinkan untuk pindah dari satu daerah ke daerah lain. Di mana Israel telah membuat chek point (pos
pemeriksaan) di setiap sudut jalan raya yang dilewati oleh para pemakai jalan. Alasan yang kedua yang mengakibatkan
tidak mungkin untuk memindahkan para korban dari daerah yang satu ke daerah yang lain, karena minimnya mobil
ambulan. Sementara korban kekejaman dan tembakan tentara Israel terus bertambah setiap menit dan detik. Dan lagi
tentara Israel dalam melakukan penyerangan tidak mengindahkan undang-undang internasional yang melarang untuk
menyerang para pekerja sosial atau Palang Merah Internasional, termasuk mobil ambulan. Tetapi realitasnya di
lapangan mereka menembaki semuanya tanpa terkecuali.
***
Demikianlah cuplikan gambaran wawancara TV Al Jazeera dengan DR Maryam, yang dapat ditangkap si ibu.
Dicukupkannya hanya sampai di situ, meski banyak lagi cerita-cerita tentang penderitaan dan siksaan ibu-ibu atau
wanita-wanita Palestina di penjara Israel. Mereka dan keluarga menjadi syahid karena siksaan dan kesewenang-
wenangan. Wanita tua sekalipun, masih mendapat siksaan dari tentara Israel. Bahkan banyak di antara mereka yang di
penjara tanpa sebab yang jelas.
Melihat dan menyadari keadaan ini, kepala perempuan itu seperti tergoyang-goyang pula. Seolah heran tak
mengerti akan jalan pikiran dan perasaan manusia-manusia tak berprikemanusiaan itu. Dari pelupuk matanya
membayang bening air kepiluan. Betapa LSM dan organisasi HAM, begitu tega melakukan diskriminasi, pembedaan
dan ketidakadilan terhadap perempuan dan rakyat Palestina, hanya karena hal-hal yang menjadi prinsip kepentingan
ras, bangsa, ideologi, paham, politik, ekonomi, budaya, dan agama mereka! Hatinya berteriak lirih. Tapi serentak itu

220
pula, dari mata yang mengandung bening air kepiluan, lama kelamaan tersorot pandang yang tajam. Setajam
penglihatan dari visi yang membuatnya geram!
***

BAB VI

HUDAIBIYAH,
DAN PETA JALAN DAMAI

PEREMPUAN ITU TERUS MERENUNG. Kali ini ingatannya tertuju pada QS 2: 208. Mulutnya tergerak, dan
bergumam: “Islam agama damai. Tentu saja mencintai perdamaian,” katanya. “Dan Rasulullah saw. telah
mewujudkannya dalam ‘Perdamaian Hudaibiyah’,“ pikirnya lagi. “Suatu perdamaian antara kaum muslim Madinah
dengan kafir Quraisy Mekah. Yang telah membawa keberuntungan, keberkahan, kemuliaan, dan kemenangan bagi
kaum muslimin.” Dan hal ini telah dinyatakan al Qur’an, sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya, Kami telah
memberimu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosa yang telah lalu dan
yang akan datang, serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, dan
supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak).” (QS 48:1-3).
Perjanjian perdamaian ini, awalnya tak dapat dicerna oleh para sahabat, karena kekurangpahaman dan
keterbatasan mereka. Hingga membawa kegaduhan kebingungan di antara mereka. Terutama Umar bin Al-Khathab.
Namun kemudian, terakui, dan diakui secara aklamasi; bahwa ia merupakan suatu kemenangan yang nyata atas strategi
politik dan diplomasi yang dilakukan Rasul saw., yang memiliki kadar lebih, dibanding para sahabat. Sebagai seorang
Rasul yang diturunkan dan dibimbing wahyu, tentu tak akan sama dengan siapa pun. Baik dalam strategi
kebijaksanaan, atau kepiawaian kepemimpinannya.
Dan ibu itu kemudian mulai membuka buku Sirah Nabi. Berhenti pada halaman yang berkenaan dengan
Perdamaian Hudaibiyah. Di mana isi butir-butir perjanjian itu kemudian dibacanya satu persatu:

221
1) Gencatan senjata selama sepuluh tahun. Tidak saling menyerang, membunuh, mencuri, mengkhianat, ataupun
melakukan tindak kejahatan lain, di antara kedua belah pihak. Dan semua orang terjamin keamanannya. Baik dari
kalangan musyrikin Quraisy, maupun dari muslimin Madinah. Rasulullah saw. dengan para sahabatnya.
Dengan adanya gencatan senjata selama sepuluh tahun ini, yang keabsahannya terjamin dalam praktek, dan bukan
melulu di atas kertas, keamanan jadi terjamin. Manusia terlepas dari ancaman ketakutan dan kehancuran akibat
kejahatan dan perang. Kedamaian yang diinginkan, benar-benar terjelma.
Serentak itu, bibirnya jadi merekah. “Ya benar,” katanya, “kala itu gencatan senjata dan keamanan, benar-benar
terjamin di antara kaum muslimin dan kafir Quraisy.” Kepalanya terangguk-angguk, senyumnya menyungging.
“Seorang Rasul, utusan Tuhan, manusia teragung, terbaik, pintar, cerdas, bijaksana, jujur, tak pernah dusta, pegang
amanat, tak pernah mengkhianati janji, dibimbing wahyu, memang lain. Tak sebanding dengan mereka yang terlibat
dalam “Peta Jalan Damai”, katanya lagi dalam hati.
Ingatan pada “Peta Jalan Damai’ yang ditelurkan oleh Tim Kwartet; Amerika Serikat, PBB, Uni Eropa, Rusia,
mengisi benaknya. Begitu pula dengan kesepakatan Oslo 13 September 1993 di Whasington. Yang dihadiri oleh Yasser
Arafat, diawasi Presiden Clinton, ditandatangani Mahmud Abbas dari Palestina dan Shimon Peres dari Israel.
Disaksikan oleh kedua Menteri Luar Negeri; Amerika Serikat dan Rusia.
Dan perempuan itu seakan mulai menganalisa. Memperhatikan dan membandingkan: “Peta Jalan Damai
mengandung banyak persyaratan yang merugikan rakyat Palestina,” benaknya berbicara. “Semenjak kesepakatan Oslo,
Pemerintahan Palestina diharuskan untuk membasmi segala bentuk kekerasan dan terorisme. Melakukan tindak nyata
dengan menangkap, menghentikan gerakan oposisi, atau kelompok yang merencanakan serangan terhadap Israel,”
ucapanya pula dalam hati. “Mereka disebut teroris, radikal, militan, yang dianggap mengancam keamanan dan
mengganggu perdamaian. Membahayakan Israel, Zionisme Amerika Serikat dan sekutu. Seperti Hamas dan Jihad Islam
itu,” gumam pikirnya pula. “Maka, diperlukanlah ‘seorang pemimpin reformis’, dengan pihak keamanan yang telah
direformasi pula, yang mau memerangi terorisme, siap serta mampu membangun demokrasi efektif berdasarkan
toleransi dan kebebasan yang dianut mereka. Dasar licik!” katanya seperti geram. 62) lihat teks “Peta Jalan Damai”
Peace Road Map, oleh Tim Kwartet, Comes, Jakarta ).
***
Israel dan Palestina sering melakukan gencatan senjata. Tetapi, pelanggaran selalu saja terjadi. Keamanan tidak
terjamin, bahkan mendatangkan bencana di kalangan rakyat Palestina. Apalagi saat pemerintahan Otoritas Palestina
begitu taat melakukan aksi ‘damai’nya. Menjaga dan menjamin keamanan Israel, dengan tidak menggunakan atau
mengadakan perlawanan bersenjata terhadap entitas Zionis. Padahal, poin-poin ‘Peta Jalan Damai’ mengharuskan
mereka untuk melakukan penekanan terhadap oposisi. Terhadap Hamas dan Jihad Islam. Mengejar, menangkap,

222
menyerang, mengadakan koordinasi langsung dan terbuka dengan aparat keamanan Israel dan Amerika, sehingga perlu
memperbesar polisi Otoritas Palestina, menjadi 40 ribu orang. Suatu jumlah polisi terbesar di dunia, jika dibanding
dengan jumlah penduduk Palestinanya sendiri. Dan itu dilakukan mereka hanya untuk memenuhi keinginan ‘musuh’,
dan membantai saudara sendiri. Koordinasi keamanan antara Israel, Otoritas Palestina, Amerika, berhasil
menggagalkan banyak operasi jihad yang direncanakan Hamas atau Jihad Islam. Penangkapan-penangkapan pun,
bukan mustahil terjadi pada para mujahidin. Sedang operasi pemburuan dan keamanan, terus terjadi, setelah setiap kali
operasi jihad dilakukan. Dan yang terburuk untuk itu, terjadi pada Maret 1996, setelah operasi syahadah yang
dilakukan oleh Hamas. Tindak balas atas dibunuh atau syahidnya Yahya Ayyash. Sehingga Edward Said, seorang
penulis kawakan, mengumpamakannya dengan mengatakan; bahwa ‘Arafat mencampakkan anak bangsanya sendiri
dalam perangkap yang tidak berpintu’. Sedang pemikir Palestina, Hisyam Syarabi, mengatakan; bahwa sesungguhnya
pemimpin Palestina ‘tidak mengetahui bagaimana mengambil keputusan dan bagaimana self-determination itu
berlangsung’.
Begitulah, saat pasukan Zionis terus merangsek memasuki wilayah Palestina, membangun pemukiman Yahudi
yang baru di Tepi Barat dan Gaza, melakukan aksi kejahatan dan kesemena-menaan, Hamas tetap melakukan
perjuangan dan perlawanan. Sesuai dengan diplomasi damai, politik kebijaksanaaan, tindakan militer, atau perlawanan,
bilamana musuh atau Israel, melanggar prinsip dasar, hak-hak Palestina. Seperti apa yang dilakukan setelah
memenangkan pemilu legislatif secara fair dan demokratis menurut versi mereka, namun tetap saja dimusuhi, diserang,
dan diboikot. Malah, para anggota Parlemen Hamas ditangkapi. Pemerintahan Perdana Menteri Ismail Haneya
dirongrong, diganggu, ditolak dengan dalih teroris oleh mereka. Israel, Amerika Serikat, Uni Eropa. Sehingga Menhan
Israel, Shaul Mofaz menyatakan: “Tidak ada perlindungan bagi para pemimpin Hamas, jika masih tetap akan
memerangi dan ingin menghancurkan Israel.” Sedang penasehat Menhan Israel, Amos Gelad, lebih mempertegasnya
dengan mengatakan, bahwa “pemerintah Isrsel tidak akan mengizinkan para anggota legislatif Hamas bisa ‘jalan-jalan’
bebas di Tepi Barat dan Jalur Gaza.” Sampai-sampai PM Ismail Haneya meminta, agar Uni Eropa mengkaji ulang
terhadap kebijakan yang memberikan perlakuan berbeda terhadap sejumlah menteri Palestina.
Ia mengatakan waktu itu, bahwa pemerintah persatuan nasional adalah satu kesatuan yang saling bertautan satu
sama lain. Tidak ada perbedaan. “Perlakuan berbeda kepada sebagian Menteri Palestina adalah suatu bentuk
pemberangusan terhadap pilihan demokrasi Palestina, yang tidak bisa diinterpresentasikan oleh pemerintahan
sebelumnya.” Kata Haneya. Sementara sang Presiden Mahmud Abbas dan ‘Perdana Menteri’ Salam Fayad, mereka
dukung dan lindungi. Diberi dana sejumlah 60 juta US$, di tengah kelaparan dan kemiskinan yang melanda bangsa dan
rakyat Palestina. Bukankah ini suatu ironi, bahkan tragedi? Berbeda sekali dengan Perdamaian Hudaibiyah, yang
mendatangkan kedamaian dan keamanan di wilayah tersebut, saat terjadi gencatan senjata?

223
Jadi, bagaimana nasib ‘gencatan senjata selama 6 bulan,’ yang telah disepakati 19 Juni 2008 itu? Apalagi
gencatan senjata sepanjang masa, yang ditawarkan Khalid Mish’al? Apakah akan menjamin keamanan, ketertiban dan
kedamaian? atau dilanggar dan dikhianati lagi? Yang jelas, beberapa waktu yang lalu, terjadi serangan bom terhadap
anggota Hamas. Menewaskan penduduk sipil, selain dari Hamas sendiri. Apakah itu bukan ‘permainan’ di balik
pemberian bantuan tersebut, dan gencatan senjata? Sesuatu yang bertolak belakang, dengan apa yang terjadi dan
didapati pada Perdamaian Hudaibiyah, yang penuh kedamaian dan keamanan bagi kaum muslimin saat itu.
***
Diamatinya lagi poin 2, 3, 4, dari Perjanjian Hudaibiyah:
2) Apabila ada orang dari pihak Quraisy menyebrang ke pihak Muhammad, tanpa seizin walinya, ia harus
dikembalikan kepada Quraisy.
3) Bila ada pengikut Muhammad, yang menyebrang ke pihak Quraisy, ia tidak akan dikembalikan kepada
Muhammad.
4) Kedua belah pihak tidak akan menyembunyikan niat jahat/tidak boleh terjadi pencurian dan pengkhianatan satu
terhadap yang lain.
Ketiga poin ini sangat menguntungkan kaum muslimin. Betapa tidak?
Karena, mereka yang berada di Mekkah, akibat kezaliman kaum kafir Quraisy yang telah merampas dan
menginjak hak asasi mereka sebagai kaum muslimin, pasti akan lari, atau keluar dari situ. Tidak menginginkan tinggal
di Mekkah yang penuh dengan penindasan. Seperti tercermin dan terlihat pada diri Abu Bashir. Yang lari ke Madinah,
dan disuruh kembali oleh Rasul saw., demi menghormati dan setia terhadap perjanjian yang telah disepakati. Yang
untuk itu akhirnya memaksa Abu Bashir, dan juga kawan-kawannya, antara lain Abu Jandal bin Suhail, yang karena
jiwa kepejuangannya, membuka front baru. Yaitu di Al-‘Ish. Suatu daerah pantai, di luar batas Daulah Madinah. Di
mana mereka dapat membangun dan membentuk kekuatan baru untuk melawan dan menegakkan yang hak, atas
kekejaman kafir Quraisy selama itu terhadap mereka. Yaitu dengan cara mencegat kafilah dagang mereka.
Dari segi ekonomi, hal ini tentu sangatlah menguntungkan bagi kaum muslimin. Karena kaum kafir Quraisy itu,
biasanya membawa kafilah dagangnya dari Mekkah ke Syam. Dan mereka, para pejuang yang membuka front di Al-
Ish, dengan leluasa bisa mengganggu lalu lintas perdagangan mereka. Memutus urat nadi perekonomian kaum
musyrikin, tanpa khawatir akan dituntut Daulah Madinah. Karena mereka berada di luar batas Daulah Madinah, dan
perjanjian tersebut tidak memikulkan hal itu kepada mereka. Dan dengan adanya aksi terhadap kafilah perdagangan,
maka kaum kafir Quraisy otomatis mengalami kerugian. Sedang Daulah Madinah, Rasulullah dan kaum muslimin,
dapat membangun perekonomiannya sendiri.

224
Sementara itu, kemungkinan larinya warga Madinah dari tempat ia berdomisili, adalah hal yang mustahil.
Walaupun begitu, sekiranya ada, maka hal ini tidak menyusahkan kaum muslimin. Karena bukankah, warga yang telah
murtad dan kafir, atau kaum munafik, yang tentunya bakal merongrong jalannya pemerintahan dan kaum muslimin,
lebih baik tidak ada atau tidak tinggal di Madinah? Jadi di sini terjadi penyaringan dan pembersihan dengan sendirinya,
tanpa melalui usaha-usaha yang sukar, terhadap unsur-unsur yang bakal merugikan negara atau Daulah Madinah itu.
Bahkan setelah tersiar luas berita tentang perjanjian antara kaum muslimin dan kafir Quraisy, kejahatan kaum munafik
yang bekerja membantu kaum kafir Quraisy, mulai berkurang.
Tapi sebaliknya pada ‘Peta Jalan Damai’.
Setelah pemerintahan otonomi mengambil sumpah konstitusionalnya di depan Arafat, di kota Jericho 15 Mei
1994, maka kondisi ekonomi semakin merosot. Pemerintahan Otoritas Palestina waktu itu, malah banyak melakukan
korupsi administrasi. Tindakan-tindakan yang merugikan rakyat dan bangsa Palestina. Bahkan pada bulan April 2000
para tokoh penting Palestina dan berbagai Hak Asasi Manusia, mengkategorikan Kesepakatan Oslo, dengan sesuatu
yang membawa bencana dan malapetaka ekonomi politik bagi Palestina. Income menurun, pengangguran bertambah di
wilayah Gaza dan Tepi Barat. Sejak 1993, Pemerintahan Otoritas Palestina mengalami korupsi administrasi dan
akuntabilitas yang merebak di berbagai aparat. Tidak berdaya melakukan perbaikan kondisi ekonomi rakyat.
Mengorbankan lembaga pendidikan, kebebasan politik, dan institusi-institusi sosial. Sebaliknya dengan Israel!
Adanya ‘perletakan atau perlucutan senjata’ dari pemerintahan otonom Otoritas Palestina, dan ‘pengamanan’
yang dilakukan terhadap Israel dari semua gerakan oposisi, Hamas dan Jihad Islam, maka Israel bisa menggalakkan
pertumbuhan perekonomiannya. Pembelanjaan lokal tahun 1983, US $ 15,3 miliar, melonjak menjadi US$ 105,4 miliar
di tahun 2000, yaitu 7 kali lipat (689%). Hal ini mereduksi secara tajam dependensi Israel pada Amerika. Dan bantuan
eksternal lainnya. Peningkatan pendapatan perkapita per tahun terus meroket. Yakni US$ 18,300 pada tahun 2000,
yang dianggap pendapatan tertinggi di dunia. Pertambahan nilai ekspor Israel dari US$ 11,6 miliar pada tahun 1990,
menjadi US$ 23,6 miliar pada tahun 2000. Dan pendapatan tahun 2000 ialah sebanyak US$ 40 miliar. Pendapatan ini
lebih tinggi, kira-kira US$ 8 miliar dari keseluruhan pendapatan kolektif negara-negara Arab, yaitu Mesir, Suriah, dan
Lebanon. 63) (lihat buku “Palestina, Sejarah, Perkembangan, dan Konspirasi, DR Muhsin Muhammad Shaleh, 2002).
Jika pada Perdamaian Hudaibiyah gerak orang-orang munafik melemah dan berkurang, maka pada periode ‘Peta
Jalan Damai’, polah tingkah laku mereka semakin ‘berpeluang’. Tak segan-segan mengkhianati agama, kebenaran dan
keadilan, serta saudaranya sendiri, demi kedudukan, harta, dan kekuasaan. Dan terjadilah seperti apa yang digambarkan
tadi. Pemburuan, penangkapan, penghancuran gerakan oposisi oleh pemerintahan otonom Otoritas Palestina. Terutama
terhadap mereka yang bernuansa, beritikad, berwarna Islami, seperti Hamas dan Jihad Islam. Jadi di sini terlihat bahwa
di balik aksi perdamaian yang mereka lakukan dan adakan, mengandung niat jahat tertentu untuk menghancurkan

225
mereka, kaum muslimin. Bukan seperti di Hudaibiyah, yang memang menginginkan perdamaian dalam arti dan niat
sebenarnya.
Tidak itu saja, kerakusan terhadap harta dan kekuasaan, perbedaan paham dan pandangan, program dan agenda,
menyebabkan terjadinya tindak-tindak tak terpuji di dalam masalah yang berkaitan dengan akhlak dan perilaku
individu-sosial. Korupsi, kolusi, nepotisme, dan lain-lain, semakin melemahkan dan memperparah posisi bangsa dan
rakyat Palestina. Persatuan terpecahkan di atas ambisi dan perbedaan-perbedaan tersebut. Bahkan hingga kini seperti
apa yang terjadi dengan Fatah dan Hamas. Kubu Presiden Mahmud Abbas dan Salam Fayad dengan PM Ismail
Haneya, Khalid Mish’al, Musa Abu Marzuk, dll.
Di dalam Perdamaian Hudaibiyah, penyaringan dan pembersihan terjadi dengan sendirinya, tanpa usaha-usaha
yang sulit dan sukar. Tapi tidak demikian pada Perikatan Oslo dan Peta Jalan Damai. Orang-orang yang akan
mengganggu jalannya roda pemerintahan, malah dibiarkan eksis, berkesempatan meraih hawa nafsu duniawi mereka,
dengan dukungan dari pihak luar. Dalam hal ini Israel, Amerika Serikat dan sekutu, yang tentu saja, sebagai imbalan
atas kesediaan mereka menerima, dan melakukan perjanjian damai lewat Oslo dan Peta Jalan Damai itu. Meski hadiah
tersebut hanya ’belas kasihan’ Israel setetes demi setetes, di atas periodesasi perjanjian tersebut, tetapi cukup membuat
mereka ‘betah’ dan semakin berpeluang merebut dan menginginkan kekuasaan! Alih-alih terjadi penyaringan dan
pembersihan dengan sendirinya seperti di Perdamaian Hudaibiyah!
Setelah penganalisaan ini, perempuan itu kemudian melanjutkannya dengan poin berikutnya dari Perdamaian
Hudabiyah:
5) Jika ada pihak luar yang ingin bersekutu dengan pihak Muhammad, atau ingin bersekutu dengan pihak
Quraisy, diperbolehkan.
6) Dalam tahun ini (tahun yang berjalan) Muhammad dan sahabatnya harus pulang meninggalkan Mekah, dengan
ketentuan; pada tahun berikutnya mereka diperbolehkan memasuki kota Mekah dan tinggal selama tiga hari, dengan
syarat-syarat mereka tidak boleh membawa senjata, kecuali pedang di dalam sarungnya. (tak boleh dihunus).
Kedua poin ini sangat menguntungkan kaum muslimin, pikir perempuan itu lagi.
Sebagaimana diketahui, sejak dulu, Quraisy merupakan pimpinan kekuatan kafir dan pemegang panji perlawanan
terhadap Islam. Tapi setelah perjanjian perdamaian ini, kabilah-kabilah yang memeluk agama pagan, mulai berantakan.
Mereka tidak lagi menaati pimpinan Quraisy, yang selalu melakukan politik kepentingan diri sendiri, ketimbang yang
lain. Apalagi di bidang perniagaan atau perdagangan. “Dominasi orang-orang kafir di Semenanjung Arabia, mulai
patah,” tulis Muhammad al-Ghazaliy pada ‘Fiqhus Sirah’nya.
Pengakuan de-facto dan de-yure, yang tercermin di balik kebebasan bersekutu, membawa pengaruh pula ke arah

226
hubungan sosial politik yang semakin baik. Sehingga Daulah Madinah dan kaum muslimin menjadi terpandang dan
dihormati eksistensinya. Baik sebagai umat, pemerintahan ataupun negara. Bahkan berhasil menjalin persekutuan
dengan bani Khuzaah. Jadi secara politis berhasil diakui dan setara untuk menjalankan hubungan dengan kabilah Arab,
atau negara lain. Hingga pada suatu saat, Rasulullah bisa melakukan dakwah tertulis; menulis surat kepada para raja
dan penguasa Romawi dan Persia, serta anak jajahannya. Dua negara adidaya pada saat itu.
Bahkan, dengan kondisi keamanan dan keadaan seperti itu, kegiatan kaum muslimin di lapangan pendidikan,
dakwah, militer, semakin tumbuh. Berkembang dan meluas. Karena kondisi keamanan adalah sesuatu yang menunjang
ke arah terjadinya hal tersebut. Mereka berkelana menyampaikan dakwah dan peringatan-peringatan Allah dengan
tekun. Banyak kabilah Arab Badui yang masuk Islam. Bahkan memisahkan diri, dan menolak bersekutu dengan kafir
Quraisy.
Az-Zuhri mengatakan: “Sebelum Perjanjian Hudaibiyah, Islam tidak pernah memperoleh kemenangan sebesar
yang diperoleh Perjanjian itu. Pada masa-masa sebelumnya, peperangan terjadi hanya di saat pasukan kedua belah
pihak berhadap-hadapan. Akan tetapi, setelah gencatan senjata berlaku dan tidak terjadi peperangan-peperangan baru,
orang-orang dari kedua belah pihak dapat bergaul dengan aman. Mereka dapat saling bertemu, berdialog, dan bertukar
pikiran. Setiap orang musyrik yang diajak berbicara mengenai Islam, akhirnya pasti masuk ke dalam agama itu. Selama
dua tahun sejak berlakunya Perjanjian Hudaibiyah, Islam memperoleh penganut jauh lebih banyak daripada yang
diperoleh pada masa-masa sebelumnya.”
Ibnu Hisyam mengatakan: “Kenyataan yang membuktikan kebenaran pendapat Az-Zuhri ialah, bahwa ketika
Rasulullah saw. berangkat ke Hudaibiyah, beliau hanya diikuti oleh 1400 orang. Dua tahun kemudian, yaitu pada tahun
jatuhnya kota Mekah ke tangan kaum muslimin, beliau berangkat ke Mekah diikuti oleh 10.000 orang.”
Sementara itu, aksi-aksi polisionil, gerakan-gerakan ekspedisi, semakin menambah kewibawaan militer. Kabilah-
kabilah Badui yang sebelumnya ikut bergabung mengepung Islam, malah jadi berubah. Kekuatannya semakin terobrak-
abrik.
Dan bagaimana pula kondisi setelah kesepakatan Oslo dan Peta Jalan Damai?
Periodesasi yang dijadikan acuan untuk sebuah Negara Palestina Merdeka, sampai saat ini masih mentok! Negara
Palestina Merdeka belum terwujud. Tahun 2005 sebagai tahun yang dijanjikan, sudah tersusul dengan 2008. Dan belum
juga mengejawantah. Meski George Bush di Annapolis, Maryland, November 2007, mencanangkan bahwa sekitar
akhir 2008, Negara Palestina Merdeka akan terealisasi! Ternyata, Gaza dan Tepi Barat masih mengambang di antara
jajahan dan tidak. Karena ikut campur Israel, Amerika Serikat dan sekutu, dalam peta politik penjajahan atau
kolonialisasi, kentara dan jelas terlihat di sana. Kebrutalan dan kebiadaban dilakukan di atas penginjakan hak-hak asasi
manusia dan demokrasi itu sendiri!

227
“Pemerintahan Otoritas Palestina” dilucuti senjatanya. Al-Quds (Jerusalem) menjadi ibu kota dua negara. Bahkan
Israel mengklaim untuk menjadikan ‘ibu kota abadi’. Tidak ada penguasaan terhadap masjid Al-Aqsha. Malah masjid
tersebut seringkali menjadi ajang penodaan, penistaan dan penghancuran. Sedang bangsa Palestina sebagai pemilik
sejati tanah itu, hanya mendapatkan yang tersisa di jalur Gaza dan Tepi Barat. Sesuatu yang minus arti, bila dilihat dari
kaca mata kepemilikan bangsa Palestina atas tanah airnya sendiri. Apalagi dengan adanya tembok pemisah yang
disepakati sebagai perbatasan yang ditentukan tanggal 4 Juni 1967, dan keputusan-keputusan PBB serta usulan-usulan
perdamaian Arab (usulan Arab Saudi), yang kemudian didemo dan diprotes oleh rakyat Palestina sendiri karena
ketidaksesuaiannya lagi. Yang tentunya semua ini sangat merugikan pejuang muslim Palestina dan kaum muslimin
pada umumnya. Bukankah dengan keterbatasan politik, gerak, tindak, Otoritas Palestina hanya berperan sebagai
penjaga keamanan, demi kepentingan Israel, Amerika Serikat, sekutu dan Zionisme belaka? politik, ekonomi, militer,
budaya, sosial dan kekuasaan mereka atas dunia?
Di sini terlihat, bahwa secara de facto memang ada ‘pemerintahan bayangan’, sejak Yasser Arafat
memaklumkannya tahun 1988, lalu ‘pemerintahan otonom’, ‘pemerintahan sementara’, tapi secara de yure,
fatamorgana, alias tidak ada yang disebut sebagai “Pemerintahan Palestina Merdeka’! Lalu pada saat Yasser Arafat ‘
menyadari’ dan tidak menurut dan taat lagi pada kemauan dan keinginan sang penjajah, maka ia ‘mulai tidak
disenangi’, dikepung dan di blokade di Ramalah. Di marginalkan, sebagai seseorang yang patut dicurigai, dan
merupakan ancaman juga, bagi Israel! Sekali lagi, lain dengan Hudaibiyah!
***
Pada saat Peta Jalan Damai, dengan periodesasinya menghasilkan pemilu legislatif yang dimenangkan Hamas,
maka mesin propaganda politik dan diplomasi luar negeri di dunia internasional, begitu menyudutkannya. Dikatakan
teroris, radikal, tidak suka perdamaian, tidak mau mengakui Israel, pelaku kekerasan, dsb,dsb, yang pada pokoknya
menyerukan, agar dunia internasional ‘melabelkan citra buruk’ pada Hamas dan pemerintahannya. Tidak mengakui,
mengisolir Hamas dan pemerintahannya dari peta kehidupan dan perilaku hubungan internasional. Belum lagi blokade
dan penyetopan dana di dalam rangka menghukum rakyat Palestina karena kepemilihannya terhadap Hamas pada
pemilu legislatif Januari 2006 lalu itu. Yang membuat rakyat Palestina semakin menderita. Meski Hamas telah banyak
melakukan penyesuaian di atas prinsip damainya, dengan melakukan dan ikut dalam perjanjian-perjanjian yang
diadakan. Di satu pihak, Hamas diharuskan mengakui eksistensi Israel, tapi mereka sendiri tidak mau mengakuinya.
Bahkan resolusi 242 dan 338 yang mengakui hak-hak bangsa dan rakyat Palestina atas wilayah Tepi Barat dan Jalur
Gaza, yang telah direbut Israel tahun 1967, tak juga mau diberikan dan dilaksanakan.
Sementara politik pecah belah yang dilakukan, dengan memperuncing keadaan di antara mereka yang berbeda
pandang, program, dan agenda, sementara di antara kedua kubu tersebut terdapat perbedaan-perbedaan yang

228
mendatangkan konflik. Apalagi Kongres Amerika Serikat, pemerintahan Geoge Bush, menyetujui untuk memberikan
US$ 60 juta kepada Otoritas Palestina/Fatah, atau PLO, untuk penguatan pengawal pasukan Presiden Mahmud Abbas.
Nah, coba saja bayangkan, bagaimana keamanan bisa terjamin? politik bisa stabil dan menguntungkan? Citra bangsa
dan rakyat Palestina dengan pemerintahannya yang masih ‘kabur’ itu, ditambah lagi dengan pencitraan ‘buruk’,
diplomasi keliling, propaganda buruk yang dibuat Israel, Amerika Serikat, dan para Zionis, di atas landasan ‘terorisme’,
bisa membuat negara-negara lain, internasional, berlega hati mau menerimanya sejajar di dalam pergaulan dan
hubungan antar bangsa-bangsa? Apalagi di sana tersangkut PLO, sebagai otoritas yang diakui dunia internasional
selama ini. Padahal di antara mereka ada ‘dinding’ yang belum tembus, dan masih menjadi batu penghalang. Bisa saja
uang tersebut menjadi alat menghantam Hamas dan Jihad Islam. Apakah gencatan senjata, 19 Juni lalu, selama 6 bulan,
antara Hamas dan Israel, bisa terealisasi dengan aman? Yang jelas, bukankah sudah tejadi serangan terhadap orang-
orang Hamas, dan bahkan penduduk sipil ikut pula tewas oleh pengeboman itu?
***
Belum lagi masalah pengungsi; Resolusi Majelis Umum Nomor 194, 1948, memutuskan: bahwa para pengungsi
yang ingin kembali ke kampung halaman mereka dan hidup secara damai dengan tetangga-tetangga mereka, harus
diizinkan secepatnya….. Tapi kenyataannya? … pihak Zionis Israel menolak.
“Soal pengungsi Palestina kami tetap menolak kembali ke Palestina. Ini harga mati bagi kami,” begitu ucap PM
Israel, Ehud Olmert. Sementara politik pecah belah yang mereka lakukan, semakin memperburuk citra Palestina secara
keseluruhan. Karena terlihat ada 2 kubu yang bersebrangan. Kubu sang Presiden, Mahmud Abbas, dan Perdana
Menteri, Ismail Haneya. Di mana yang satu terlihat seperti ‘memahami keadaan, dan menurut’, walau di atas tekanan
dan tindasan, sedang yang lain ‘tidak’. Meski pada dasarnya penggabungan antara kebijaksanaan politik dan
perlawanan, tetap dilakukan Hamas.
***
Perdamaian Hudaibiyah, nyata hasilnya. Yaitu adanya perkembangan dakwah, sampai Rasulullah saw. bisa berdakwah
ke mana-mana dengan aman. Melakukan ibadah umrah setahun kemudian, orang-orang dari kedua belah pihak dapat
saling bertemu, bergaul dengan aman, berdialog, bertukar pikiran. Setiap orang musyrik yang diajak berbicara
mengenai agama Islam, masuk ke dalam agama itu.
Selama dua tahun sejak berlakunya Perjanjian Hudaibiyah, Islam memperoleh penganut jauh lebih banyak,
daripada yang diperoleh pada masa-masa sebelumnya. Ketika Rasulullah saw. berangkat ke Hudaibiyah, beliau hanya
diikuti oleh 1400 orang, tapi dua tahun kemudian, yaitu pada tahun jatuhnya kota Mekah ke tangan kaum muslimin,
beliau berangkat ke Mekah diikuti oleh 10.000 orang. Sementara aksi-aksi polisionil, gerakan-gerakan ekspedisi,
semakin menambah kewibawaan militer. Kabilah-kabilah Badui yang sebelumnya ikut bergabung mengepung Islam,

229
malah jadi berubah. Kekuatannya semakin terobrak-abrik. Jadi beda dengan perikatan Oslo maupun Peta Jalan Damai,
yang tidak menimbulkan kedamaian, ketertiban dan ketenangan pada penduduknya, malah sebaliknya. Ketegangan,
kepedihan, saling serang menyerang dan bertempur sesama, belum lagi dengan sang penjajah sendiri, Israel! Walhasil
menimbulkan dan menambah penderitaan bagi rakyat Palestina, yang memang sudah menderita dan sengsara akibat
kezaliman dan kesewenang-wenangan Israel dan para Zionis! Apakah dalam kondisi yang demikian, masyarakat bisa
saling bergaul, bertemu dan bertukar pikiran dengan aman dan penuh kebahagiaan sebagaimana yang terjadi di saat dan
sesudah Perdamaian Hudaibiyah? Apalagi untuk membangun negara, masyarakat dan bangsa, baik dalam pendidikan,
ekonomi, politik, sosial, kesehatan dan kesejahteraan rakyat pada umumnya?
***
Tapi, satu hal yang jelas, agama, atau Dienul Islam, adalah urusan Allah. Wewenang-Nya. Dan merupakan
Sunnatullah, bahwa dakwah dan Islam, meski dalam tekanan dan gempuran, selalu dalam pemeliharaan-Nya. Seperti
juga Rasul-Nya saw. yang dipelihara dan dilindungi dari kejahatan orang yang ingin membunuhnya. Mematikannya.
(QS 5: 67). Jadi tetap saja ia eksis. Tetap saja ia hidup. Tak akan pernah mati. Hingga bilamana pergerakan Harakah al-
Muqawwamah al-Islamiyah (Hamas), dengan pendiri dan pemimpinnya Syaikh Ahmad Yasin, pada tanggal 14
Desember 1987, mendapat gempuran dan tantangan, cobaan dan ujian, permusuhan dari sana sini, tetaplah ia eksis.
Mencapai kemenangan di atas pemilihan bangsa dan rakyatnya. Apalagi ia adalah telur generasi, atau sayap dari pada
Ikhwanul Muslimin sendiri. Yang juga mengalami hal yang sama, mendapat gempuran dan serangan, bahkan dari
saudara seagamanya sendiri, seperti yang dilakukan presiden Gamal Abdul Nasser dari Mesir terhadapnya. Hingga
menyebabkan syahidnya Hasan Al Banna dan Sayyid Quthub, sebagai tokoh-tokohnya. Sebagai akibat kebencian dan
ketidaksenangan mereka terhadap piagam pergerakan itu. Di mana di dalam piagamnya, mereka jadikan Islam sebagai
jalannya. Sandaran ide, konsepsi dan persepsi. Kepada Islamlah gerakan ini berhukum. Dan dari padanya, meminta
jalan keluar atas perjalanannya.
Perkembangan dakwah dan Islam, telah sama terlihat, pada saat kaum islamiyyin berhasil mengantarkan umat
sampai di persada kekuasaan. Dengan kemenangan spektakuler di 5 pemilu parlemen dalam tiga tahun terakhir di
Maroko, Bahrain, Turki, Irak, Mesir dan sebelumnya FIS di Aljazair, Front Liga Rakyat di Sudan, seperti yang
diutarakan bapak Amrozi Rais LC, direktur Center for Middle East Studies. Bahkan titik terangnya telah pula terlihat di
bumi kita sendiri, dengan berhasilnya Partai Keadilan Sejahtera, yang baru beberapa tahun berdiri, tapi telah
mendapatkan kursi di DPR dan Menteri-Menterinya di lembaga eksekutif. Sedang untuk kasus Palestina, hal itu terlihat
dengan kemenangan Hamas di pemilu legislatif dan keberhasilan dakwah Islam di sana. Tercermin melalui remaja dan
mereka yang lain, yang siap mengorbankan diri, melakukan Amaliyah Istisyahadiyah? Suatu keberanian luar biasa,
yang tentu saja, keluarnya dari satu dasar atau landasan agama, yang demikian kuat merasuk ke dalam jiwa.

230
Kesyahidan yang ditunggu dan dirindu. Jadi bertolak belakang dengan yang diharapkan para musuhnya untuk
menjatuhkannya.
***
PALESTINA adalah bagian dari Jazirah Arab. Jembatan dunia, di dalam menghubungkan Eropa, Asia dan Afrika. Lalu
lintasnya sangat vital. Baik darat, laut maupun udara. Ia merupakan pusat strategi, karena letaknya yang sangat strategis
itu. Maka kalau sekiranya satu nuklir ditembakkan, tentunya akan sangat membahayakan. Padahal Israel memiliki lebih
dari 200 hulu ledak nuklir. Belum lagi yang dimiliki Amerika Serikat dan sekutu. Nah coba saja bayangkan, bagaimana
sampai begitu takut dan kalang kabutnya Israel, Amerika Serikat dan sekutu, bilamana mengetahui Iran memliki
banyak uranium untuk fasilitas nuklirnya? suatu ancaman regional, bagi jaminan keamanan Israel, dan kepentingan
Zionis Internasional. Sehingga harga minyak naik di pasaran dunia, karena Israel meningkatkan latihan militernya
untuk menyerang instalasi nuklir Iran. Padahal Iran sudah menyatakan, bahwa itu semua dilakukan demi kepentingan
energi listrik, pertumbuhan perkembangan negeri, dan perdamaian belaka? Lagi pula, alangkah curangnya, mereka
berhak memiliki nuklir, sementara negera lain tidak? Apapun kemasan di dalam melarangnya itu! Apa karena adanya
Treaty on the Proliferation on Nuclear Weapon, kesepakatan perlucutan senjata nuklir, dan menandatanganinya? Atau
karena lain.
Jazirah Arab, adalah bukti sejarah diturunkannya Islam. Tempat tinggal para Nabi as. dan saw. Tempat Isra’
Mi’rajnya beliau saw. dari Al-Masjidil Haram di Mekkah, ke Al-Masjidil Aghsha, di Palestina. Maka alangkah ironi
dan traginya, kalau kemudian menjadi sarang pengikisan iman dan Islam, melalui penetrasi budaya, westernisani, neo
kolinialisme, penjajahan politik, ekonomi, dan sebagainya lagi, atas nama liberalisasi, demokrasi, reformasi, hak asasi,
toleransi, pluralisasi, dan sebagainya pula. Dan alangkah sayangnya, kekayaan minyak yang melimpah-ruah, yang
dimiliki jazirah itu, kemudian harus dikuras sedemikian rupa, untuk kepentingan pribadi, keluarga, dinasti, bangsa,
agama, dan ideologi lain. Padahal potensi bumi yang kaya dengan minyak itu, kalau dipergunakan sebaik-baiknya
untuk kepentingan kaum muslimin dan dakwah Islam, bukankah akan melahirkan keberkahan, kemakmuran dan
keadilan ?
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.” (QS 7:96).
Persoalan Palestina adalah persoalan kemanusiaan, dan umat Islam. Bukan hanya Palestina atau Arab saja. Ia
sangat mempengaruhi dunia, kehidupan kemanusiaan, dan Islam secara keseluruhan. Dan Ibnu Musthafa dalam
bukunya “Keluarga Islam Menyongsong Abad 21“ mengatakan, bahwa dalam dunia politik dipakai istilah yang
pengertiannya bersifat khusus. Terciptalah apa yang disebut “Orwellian Language” (George Orwell), yaitu kata atau

231
istilah yang sebenarnya tidak dapat digabungkan begitu saja, karena mengandung pengertian yang sama sekali
bertentangan. Misalnya damai berarti perang. Dan perang berarti damai. Sementara Noam Chomsky dalam bukunya
yang dialih-bahasakan dengan judul “Maling Teriak Maling, Amerika Sang Teroris“ dan diberi kata pengantar oleh Drs
Jalaluddin Rakhmat, terbitan Mizan, 2001, merasa prihatin. Karena menurutnya, rasionalitas manusia telah
dikendalikan oleh kekuatan raksasa. Pikiran manusia telah dikontrol melalui penggunaan kata-kata dan pemberian
makna tertentu. Maka kemudian dihimpunkannya sejumlah kata yang telah disimpangkan maknanya. Misalnya, proses
perdamaian berarti usulan perdamaian yang diajukan oleh Amerika Serikat. Sedangkan usulan-usulan perdamaian yang
dikemukakan negara-negara Arab, apalagi Palestina, betapapun realistisnya, dianggap sebagai penolakan. Untuk itu
diciptakanlah kata-kata baru untuk usulan yang tidak sama dengan Amerika Serikat, yaitu “Rejeksionisme“. Bila
negara-negara Arab mau menerima posisi Amerika Serikat, dikatakan, “moderat“ bila tidak, “ektremis“. Begitupula
dengan terorisme.Yang semula berarti tindakan kekerasan disertai dengan sadisme, yang dimaksudkan untuk menakut-
nakuti lawan, tapi kemudian di dalam kamus adikuasa berubah menjadi, tindakan protes oleh negara-negara atau
kelompok-kelompok kecil. Yang pada akhirnya menjurus kepada negara, atau kelompok-kelompok muslim. Bahkan
para pejuang Palestina, Irak, Afghanistan, Lebanon, Moro, dan sebagainya lagi.
Melalui pengendalian makna seperti itu, maka kita akan bersimpati kepada Amerika Serikat, yang selalu bersusah
payah menciptakan perdamaian, dan akan geram, atau benci pada Arab, Palestina dan kaum muslimin pada umumnya,
karena tidak mau berdamai dan melakukan tindakan kekerasan. Atau terorisme. Sementara akar permasalahannya
sendiri, tidak dilihat sama sekali!
Newspeak baru, “Tatanan Dunia Baru“ (The New World Order), dalam kamus adikuasa berarti sistem ekonomi
dan militer dunia, sepenuhnya tunduk pada hegemoni Amerika Serikat. Maka ketika Amerika Serikat menggempur Irak
dan Afghanistan, serta Israel membantai rakyat Palestina, dikatakanlah bahwa Amerika Serikat sebagai polisi dunia,
plus sekutu, sedang menegakkan tatanan dunia baru. Dan ketika Amerika Serikat memaksakan pembatasan senjata,
melarang membuat senjata nuklir, baik untuk negara-negara Arab atau negara-negara dunia lainnya, maka ia sedang
mengajukan usul perdamaian. Begitu juga dengan demokrasi dan reformasi. Ia bisa berarti lain, dari yang sebenar dan
seharusnya. Disesuaikan dengan selera sang polisi dunia, yaitu Amerika Serikat plus sekutunya
Bilamana Peta Jalan Damai tidak menghasilkan kedamaian dan ketenangan serta keamanan bagi kehidupan
kemanusiaan, bangsa-bangsa dan negara-negara di dunia, Palestina, Arab, dunia muslim pada khususnya, maka
janganlah heran, karena ia bukanlah Hudaibiyah yang dicetuskan dan digulirkan oleh seorang Rasul saw., yang
tentunya bertindak jujur dan benar. Memegang amanat dan tidak khianat, demi kepentingan hidup manusia pada
umumnya, selain bagi kaum muslimin sendiri, untuk menjaga dan memelihara ‘izzahnya. Jadi bertolak belakang
bukan?

232
***

BAB VII

KENAPA, PALESTINA…

KESIMPULAN

SEMUA SUDAH TERANGKUM. Perempuan itu telah mengambil kesimpulan. Mengevaluasi renungan
visualnya. Bahwa Theodore Herzl telah mendirikan Zionisme dan Profesor Sergyei Nillus di Rusia pada tahun 1905
telah menerbitkan buku; ‘The Protocols of The Meetings of The Elders of Zion’. Persetujuan bersama pelaksanaan
rencana aksi bangsa Yahudi, yang berkembang sepanjang masa. Diperiksa oleh pemuka terpelajar mereka hingga saat
ini. Dan teks aslinya telah diterjemahkan oleh Victor E. Marsden. Di mana langkah-langkah dan strategi itu jelas
terlihat. Menjadi fenomena kerusakan dan malapetaka bagi dunia. Bangsa-bangsa yang mereka sebut ‘goyim’. Bangsa
di luar mereka, yang mereka anggap tak lebih hanya sebagai ‘keledai’ atau ‘benda’. Alat produksi untuk memenuhi
hajat hidup mereka di dunia. Hawa nafsu kesenangan di atas ketamakan dan ketidakpuasan memiliki materi dan
hegemoni kekuasaan. Meski diembel-embeli kepercayaan agama pada pihak-pihak tertentu, yang ‘terpesona’ oleh
Ezekil dalam ish-hah-ish-hah Perkabaran Perjanjian Lama, Kitab-kitab Taurat, Talmud, dan surat-surat Perjanjian
Lama lainnya. Yang membacanya menurut Muhammad Algazzali di dalam buku, ‘Islam Arab Dan Yahudi Zionisme’
diambil sebagai ibadat oleh orang-orang Yahudi. Baik di Timur maupun di Barat. Mengilhami siasat mereka di masa
lalu, sekarang, dan masa depan. Doktrin yang kemudian mengikat kaum Yahudi beraliran keras sedemikian kuatnya.
***
“Tuhan telah menganugerahkan pada kita, orang-orang pilihan, berkat penyebaran, walau berkat ini muncul di
hadapan semua mata sebagai kelemahan kita, namun memunculkan kekuatan kita serta membawa kita kepada ambang
pintu penyerahan kedaulatan seluruh dunia”. Begitu kaum Yahudi menganggap. Bahwa mereka adalah bangsa pilihan

233
tuhan. Seperti yang diungkapkan Protokol XI. Padahal Al Qur’an surat 5:18, telah mempersaksikan; bahwa mereka
mengaku sebagai anak-anak dan kekasih-kekasih-Nya, sedang Allah, Sang Pencipta-Nya sendiri, telah membantahnya
dengan logika berargumentasi sebuah Kitab Suci: …Katakanlah. “Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-
dosamu?” (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara
orang-orang yang diciptakan-Nya……..
***
Pikiran bahwa mereka adalah ras atau bangsa pilihan tuhan, dan dunia ini diperuntukkan bagi mereka, membuat
mereka merasa berhak untuk mengendalikan dan mengatur kehidupan negara dan bangsa-bangsa di dunia. Menjadi
polisi di dalam satu tatanan dunia baru yang mereka bentuk. ‘The New World Order’
Rencana aksi itupun mereka lakukan.
Institusi-institusi negara dengan para boneka, mereka beli dan tentukan perannya. Begitu pula dengan kepala-
kepala pemerintahan yang butuh pada ‘bantuan luar negeri’, mereka pengaruhi dan taklukkan. Terjadilah jual beli.
Sponsor mensponsori di atas berbagai kepentingan; negara, bangsa, dinasti, keluarga, diri, kelompok, golongan, partai,
dan sebagainya lagi. Panggung pun di bangun dan didirikan. Lakon dimainkan. Ditentukanlah para pemain, dan mereka
yang terlibat. Peran utama, pembantu, figuran, sutradara, sedang mereka adalah produser pemiliknya, ‘sang penguasa’.
Media massa ditunggangi. Dikekang dengan kekangan kuat. Cetak maupun elektronik. Terjadilah pemelintiran
berita dan manipulasi informasi, seperti apa yang dilukiskan Jerry D. Gray, mantan US Air Force. Wartawan Metro TV
& CNBC Asia, dalam bukunya “Dosa-Dosa Media Amerika“. Sehingga profesor Akbar S. Ahmed, dalam
bukunya’“Posmodernisme Bahaya Dan Harapan Bagi Islam, hal 262, bab VI, ‘Iblis Jahat: Media sebagai Majikan’,
berkata seperti ini: “Karena kekuatan dan keagresifan media Barat dan sikapnya yang anti Islam, orang muslim
kelihatannya kehilangan kapasitas untuk merepresentasikan diri mereka. Bahkan untuk menyatakan apa yang mereka
lihat dan ketahui, sebagai realitas hidup mereka. Realitas muslim bagi dunia, sungguh telah menjadi citra-citra di
televisi, kata permusuhan di surat kabar, humor yang kejam dalam gurauan universal. Orang muslim tidak punya suara
di media, tidak punya mimbar, sehingga tidak dapat menolak dan menjelaskan. Ungkapan identitas kultural muslim
dipandang sebagai fanatisme. Tuntutan muslim untuk mendapatkan hak-hak yang absah, dipandang sebagai
fundamentalisme………..”.
Sementara PROTOKOL IX dengan jelas menyatakan: “Agar tidak secara prematur menghancurkan institusi-
institusi non-Yahudi, kita telah meletakkan tangan efisien kita pada institusi-institusi tersebut. Mereka tadinya begitu
kaku dan teratur, tapi kita telah menggantikannya dengan bentuk administrasi yang bebas dan tidak teratur. Kita telah
mengotak-atik jurisprudensi, hak, pers, kebebasan seseorang, dan yang terpenting, pendidikan dan budaya, tonggak
penting bagi eksistensi bebas.”

234
Lembaga-lembaga pemerintahan, departemen-departemen, perguruan tinggi, universitas, organisasi sosial budaya,
dan sebagainya lagi, mereka kuasai. Mereka atur melalui agen-agen mereka. Ketua-ketua, pimpinan-pimpinan, pejabat-
pejabat teras, di atas giuran ekonomi dan tekanan politik tertentu. Sementara teknologi dan kekuatan militer, menjadi
senjata mereka pula di dalam menakut-nakuti.
***
Kalau ada serangan terhadap aksi mereka, maka jaminan perlindungan dari ‘pemerintahan’ dengan boneka-
boneka yang mereka beli, agen-agen, pemimpin-pemimpin, ketua-ketua, pejabat-pejabat, akan memberikan alasan
pembelaannya untuk itu. Bahkan, ‘permainan di balik itu’ pun, bukan mustahil mereka lakukan. Serangan, atau oposisi
yang dilakukan, ternyata di atas kepentingan mereka juga! Di garis depan akan berdiri organisasi ‘resmi’, yang selalu
menjaga kepentingan mereka. Di urutan kedua ada organisasi ‘setengah resmi’, yang berperan untuk menyerang.
Organisasi oposisi, yang penampakannya sangat bertentangan dengan mereka, hanyalah ‘gadungan’ yang tidak
menunjukkan identitas sebenarnya. Sehingga tergiring, dan seolah-olah ‘kebebasan’ sudah benar-benar terjadi dan
terjamin dengan baik bagi masyarakat ‘goyim’.
Lebih tragisnya, perilaku masyarakat dunia di luar mereka, terperangkap dalam jerat yang telah dipasang!
“Di luar hukum yang berlaku, tanpa melakukan perubahan nyata, namun dengan menggoyangkannya lewat
interpretasi yang berlawanan, kita telah menciptakan hasil yang menakjubkan.”
“Kita telah menyesatkan, memabukkan dan memerosotkan moral generasi muda non Yahudi, lewat pendidikan
dalam hal prinsip dan teori yang jelas-jelas salah bagi kita, tapi kita tanamkan dalam benak mereka.” Begitu kata
Protokol mereka.
***
Dan itulah. Alangkah tragisnya. Kini benar-benar terjadi. Mereka telah kehilangan identitas diri, bangsa, budaya,
dan agama. Kehilangan daya pikir sehat dan benar, dari apa yang dinamakan ‘orang-orang berakal’. Terjerumus dalam
perilaku yang menyesatkan. Kebodohan dan kezaliman. Keterpurukan dan kehinaan, semata-mata karena meragukan
Al Qur’an, dan tidak begitu mempercayainya sebagai solusi terbaik terhadap pelbagai masalah hidup dan kehidupan.
Bahkan, pada sebahagiannya, meragukannya, bahwa ia telah datang dan diturunkan pada Muhammad! Di mana
kemudian Allah menantangnya:
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami
(Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah,
jika kamu orang-orang yang benar. ( QS 2:23).

235
Katakanlah “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi
sebagian yang lain.” (QS 17:88).
Padahal, jelas-jelas Allah telah memperingatkan: “Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari al-Qur’an
ketika Al-Qur’an itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya al-Qur’an itu adalah
Kitab yang mulia. (QS 41: 41).
Sedang Umar bin Alkhatthab r.a. berkata: Bahwa Rasulullah saw. telah bersabda: “Sesungguhnya Allah akan
mengangkat derajat beberapa kaum dengan Qur’an, dan akan merendahkan lain kaum dengannya juga.” ( Muslim).
Dan definisi ‘kebebasan’ pun, terjadi menurut versi dan kepentingan mereka! Naudzubillahi min dzalika!
***
ZIONISME YAHUDI dan sekutu Barat, telah melakukan berbagai cara di dalam mencapai tujuan. Buku ‘Il Principe’
dari Machiavelli, dengan Machiavellismenya, dijadikan acuan dan prinsip ajaran. Sehingga apa yang dicanangkan
Thomas Hobbes, bahwa manusia adalah serigala bagi manusia lain, menjadi klop.
Dan kalimat-kalimat seperti ini, mengusung pemikiran mereka:
“Harus dicatat bahwa manusia dengan insting buruk, jumlahnya lebih banyak daripada yang berinsting baik. Hasil
terbaik di dalam memimpin mereka, akan tercapai melalui kekerasan dan teror, bukan melalui diskusi akademis. Setiap
orang mengincar kekuasaan, setiap orang akan menjadi diktator jika dia mampu, dan jarang memang orang yang
hendak mengorbankan kesejahteraan semua orang demi kesejahteraan mereka sendiri.”
“Apa yang telah menahan binatang pemangsa yang disebut manusia? Apa yang telah disajikan untuk menuntun
mereka hingga saat ini?”
“Pada awal terbentuknya struktur masyarakat, manusia menjadi korban kekuatan buta dan brutal: begitu juga
hukum – dengan kekuatan yang sama namun menjijikkan. Saya menarik kesimpulan, bahwa menurut hukum alam,
kebenaran terletak di dalam kekuatan.” (Protokol 1, point 3, 4, 5). Dan Kissinger pun menyatakan hal yang serupa dan
senada dengan itu, raja segalanya adalah: “Kekuatan!.’
Sementara “The Protocols Of The Meetings Of The Elders Of Zion, terjemahan Victor E. Marsden, menyatakan
bahwa tahun 1844, malam menjelang revolusi Yahudi tahun 1848, Benyamin Disraeli, yang nama sebenarnya tidak
dapat ditutupi adalah Israeli, ‘atau dibaptis Yahudi’, menerbitkan novel berjudul, Coningsby; yang menggambarkan
‘bahwa dunia diperintah oleh pemuka yang jauh berbeda dari yang dibayangkan oleh mereka yang tidak berada di balik
layar’ dan seterusnya menunjukkan bahwa tokoh-tokoh terkemuka ini semuanya adalah Yahudi!
Sedang Nicola Durr, “Palestina, Beginilah Ia Hilang, Beginilah Ia Kembali”, menyatakan dalam tulisannya,
bahwa pada permulaan abad ke-19, golongan-golongan agama dan politik di Inggris, sudah mulai mengadakan

236
kampanye di kalangan penduduk; menyerukan kepada orang-orang Yahudi Inggris supaya kembali ke Palestina. Dalam
kampanye tersebut mereka mengemukakan alasan-alasan; bahwa orang-orang Yahudi di Palestina sudah banyak yang
memeluk agama Nasrani dan bahwa kembalinya orang-orang Yahudi ke Palestina adalah pelaksanaan dari pada nubuat
yang menjanjikan akan kembalinya orang-orang Yahudi ke tanah suci Palestina. Suatu nubuat yang diciptakan oleh
Benyamin Disraeli, dalam tulisannya pada tahun 1847, yang berjudul ’Tenkurd”. Dan tidak ada hubungannya sama
sekali dengan ajaran-ajaran agama, baik Yahudi ataupun Nasrani.
Propaganda semacam itu menjadi bertambah santer lagi, setelah mendapat dorongan dari kalangan-kalangan
politik dan tokoh-tokohnya. Latar belakang semuanya adalah; ekpansi ke Palestina dengan selubung ‘simpati’, ‘peri
kemanusiaan’ dan untuk ‘meringankan beban penderitaan orang-orang Yahudi yang sedang dirundung malang’.
***
Sebelum resolusi PBB No 181 tahun 1947, yang membagi wilayah Palestina menjadi dua bagian, satu untuk Yahudi
dengan Israel-nya, satu lagi untuk rakyat dan bangsa Palestina yang sampai saat ini belum juga terealisasi, meski sudah
ada ‘Kesepakatan Oslo 1993 dan Peta Jalan Damai’ yang diusung Amerika Serikat dengan Tim Kwartetnya, yang
terdiri dari PBB, Uni Eropa, dan Rusia, adalah hal ‘yang patut kita mengerti’; bahwa di sana memang ada konspirasi!
Kebekuan hati, masabodoh dunia di atas pembantaian dan kekejaman tersebut, demi kepentingan negara dan
bangsa masing-masing; ‘Dunia Ketiga yang selalu menjadi ajang permainan’; Muslim, Arab, dan non Muslim; baik
yang duduk di pemerintahan negara mereka masing-masing, maupun yang berbentuk Organisasi-Organisasi
Internasional seperti Liga Arab, OKI, Non Blok, dll, apalagi PBB, adalah hal nyata yang mudah terlihat.
Dengan selimut diri, kelompok, golongan, dinasti, keluarga, paham, ideologi, bangsa, negara, budaya, agama, ras,
etnik, politik, ekonomi, di atas keserakahan harta, ketergiuran ekonomi dan pembangunan, kerakusan kekuasaan, maka
ia adalah hal yang patut ‘diprihatini dan ditangisi’.
Tindak nyata dunia untuk menolong, apalagi membantu rakyat dan bangsa Palestina, seakan-akan hilang ditelan
berbagai kepentingan tersebut. Sedang rakyat dari negara-negara itu, yang memang sudah terbelit segala macam
ketimpangan dan ketidakadilan sosial, ekonomi, politik, hukum, dininabobokkan dan dibuat terlena dalam keasyikan
ketidaksadaran diri, kemasabodohan keacuhan, kesenangan semu yang memang sengaja diperuntukkan bagi mereka,
agar sedikit melupakan kesusahan dan penderitaan hidup, di atas tekanan para pemimpin ‘boneka’ yang korup,
manipulator dan diktator; menindas, berbuat zalim terhadap rakyat yang mereka pimpin, sama dan setujuan seperti apa
yang telah diungkapkan dalam Protokol ini:
“Agar mereka tidak dapat benar-benar memikirkan diri mereka sendiri, kita akan mengalihkan perhatian mereka
kepada hiburan, permainan, rekreasi, kesenangan, dan tempat-tempat indah. Daya tarik seperti itu, akan mengalihkan
pikiran mereka sepenuhnya dari pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan harus susah payah kita jawab. Jika semakin

237
tidak terbiasa berpikir secara independen, orang akan mengekspresikan pendapat yang sama dengan kita, karena hanya
kita yang menawarkan jenis-jenis pemikiran yang baru—tentu saja lewat orang-orang yang tidak akan pernah mereka
kira ada hubungannya dengan kita.”
Tepatlah kalau kemudian Al Qur’an melukiskan : “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS 7:179).
***
‘TELUSUR’ sejarah, sejak dari sebelum Masehi hingga saat ini, ternyata menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi itu
bukan penduduk asli Palestina. Hal ini diperkuat oleh Prof. Henry Cattan, seorang ahli sejarah dan hukum internasional
kelahiran Yerusalem, berdasarkan penyelidikan secara ilmiah dan objektif di dalam bukunya: “Plestine, The Arabs and
Israel; The Search for Justice”, 1969. Meskipun mereka mengklaim bahwa merekalah yang memiliki hak untuk itu.
Dengan alasan bahwa mereka keturunan Ibrahim dari garis Ishaq dan Ya’qub, atau bani Israel, Daud, Sulaiman dan
Musa! Padahal kejelasan segala sesuatu, telah terlihat dengan nyata, bahwa Ibrahim a.s. datang ke sana sekitar 1900
SM, dan di situ sudah ada penduduk. Dan pada 2500 SM bangsa Kan’an, datang dari jazirah Arab, membangun kota
dan desa di Palestina. Pisan, Alqolan, Aka, al-Khalil, Usdud, Bi’ru, Alsaba, dan Betlehem. Dimana mereka menjadi
penduduk utama di sana. Sementara para ahli sejarah mengatakan bahwa mayoritas penduduk Palestina sekarang,
khususnya di pedesaan, adalah keturunan kabilah-kabilah bangsa Kan’an, Umuriah, dan Palestina. Demikian
seterusnya, hingga Palestina menjadi kawasan strategis. Tempat percaturan bangsa-bangsa, sampai kedatangan Islam di
bawah pimpinan Umar b. Khaththab!
Kabilah-kabilah Arab yang mendiami Palestina, sebelum dan sesudah al-fath al-Islami, kemudian berasimilasi.
Menyatu dengan penduduk lokal, memeluk Islam dan menjadi bangsa Arab di bawah payung pemerintahan Islam.
Rentang waktu 13 abad. Jadi nyata, Yahudi bukanlah pemilik sah dan sejati negeri ini.
***
Dan pada saat kerajaan mereka runtuh, dijajah Babilonia, sebagian besar bangsa Yahudi telah meninggalkan
wilayah Palestina. Berdiaspora, menyebar ke berbagai penjuru Eropa. Rusia, Timur Eropa, dan dunia. Yang sekarang
disebut Yahudi al-Asyakanaz, terputus kontak dengan negeri Palestina selama 18 abad, (sejak 135 M sampai dengan
abad 20). Sedang penduduk pribumi Palestina asli, belum pernah meninggalkan negeri ini, selama 4500 tahun. Hingga
tiba waktu pendeportasian besar-besaran yang dilakukan kriminal Zionis pada tahun 1948.

238
Di Eropa mereka menguasai pasar dan perekonomian. Ditindas dan dikucilkan. Bahkan diusir. Sementara Sirah
Nabi memperlihatkan hal yang serupa. Namun tidak sama. Lain dari apa yang mereka peroleh dan dapatkan dari
bangsa-bangsa Eropa atau Barat, saat mereka diusir dari sana. Karena pengusiran mereka dari Madinah, disebabkan
ulah kejahatan mereka sendiri. Yang merongrong, membuat kisruh, mengacaukan, mengkhianati ‘Piagam Madinah’,
traktat yang mereka telah sepakati, dengan melakukan permusuhan, provokasi, perlawanan, penyerangan, yang sifatnya
ingin menghancurkan Islam, Rasulullah saw., dan kaum muslimin. Sedang di Eropa atau Barat, karena kepentingan dan
kecemburuan sosial ekonomi. Jadi, nyata bedanya!
***
Sejak abad 16 Masehi, lahirlah pergerakan reformasi agama. ‘Gerakan Protestan’ yang mengkonsentrasikan pada
persoalan iman pada perjanjian lama, atau Taurat. Dan memandang Yahudi berdasarkan ‘konsepsi Taurat, adalah
penduduk Palestina yang terdiaspora di atas bumi! Dan berkeyakinan bahwa bangsa Yahudi akan berkumpul kembali
di Palestina, untuk menyongsong kedatangan Nabi Isa a.s., yang di tunggu-tunggu, dan akan menasranikan mereka.
Setelah itu akan lahir zaman yang berlanjut sekitar 1000 tahun, dengan kondisi hidup penuh kebahagiaan.
Pengikut gereja-gereja Protestan telah menjadi penduduk mayoritas di Amerika, Inggris, Belanda, dan setengah
dari populasi Jerman. Sementara itu, pada saat yang tepat, setelah berdirinya Zionisme dan Perang Dunia Pertama,
datanglah orang-orang Yahudi untuk menerima tanah air yang telah dijanjikan oleh Kitab-kitab mereka itu lewat
kerjasama saling butuh membutuhkan, tunggang menunggangi, alat memperalati, antara Inggris dan Zionisme Yahudi.
Dan mulailah mereka melancarkan perang sapu bersih. Yang tak dapat tidak, harus dilakukan untuk menjamin
tegaknya, ‘sang kerajaan’! Kerajaan harta dan kekuasaan! “Sungguh kamu akan dapati mereka sebagai manusia yang
paling rakus terhadap kehidupan (di dunia)”. ( QS 2: 96 ).
Muncullah “Zionisme Non-Yahudi”. Secara khusus bersemi di tengah masyarakat pemeluk Protestan yang
mendukung proyek Zionis dengan latar belakang agama. Pada sisi lain, Eropa, khususnya di abad 19, telah
menyaksikan perubahan-perubahan politis substansial. Sejak Revolusi Perancis terhadap pemerintahan monarki tahun
1789, terbentuklah negara Eropa modern. Terciptalah renaisans dan revolusi indutri. Tersebarlah konsepsi nasionalis
dan keinginan-keinginan nasional. Mewujudlah sistem skularis yang memisahkan agama dari negara, dan
mermarjinalkan peranan agama dan gereja. Bahkan paham-paham yang mereka telurkan berupa kapitalisme
liberalisme, sosialisme komunisme, yang muaranya adalah materialisme, menghancurkan hidup manusia, mengacau
dunia, memperlicin jalan ke Palestina!
Di Rusia mereka berhasil menciptakan revolusi Bolshevik, agar sistem sosialis komunis merakyat dan berhasil
menggeser kekuasaan Tsar. Semua upaya itu berjalan lancar, hingga dunia Barat dan Rusia berantakan. Sedang
kawasan Dunia Islam, khususnya Arab dan Turki, mereka tiupkan nasionalisme. Dan berhasil memporak-porandakan

239
negeri Arab Islam, sehingga melepaskan diri dari khilafah Islamiyah Utsmaniyah. Padahal, sejak Umar ibnul
Khaththab, 15H/636 M, Palestina menjadi daerah berkarakteristik Islam. Penduduknya memeluk agama ini, menyatu
di bawah payung peradaban Islam. Bahasa mereka menjadi bahasa Arab. Sampai 1920 Masehi, akhir Khilafah
Utsmaniyah, sebelum jatuh ke tangan Inggris, Palestina adalah negeri damai dan aman. Orang-orang Yahudi dan
Nasrani hidup dengan baik dan tentram ditengah komunitas Islam yang berkuasa. Tidak ada pembantaian, penjarahan,
pengusiran, dan berbagai bentuk kejahatan lainnya, seperti sekarang ini. Kecuali ketika pasukan Salib berhasil
menaklukkan Palestina sekitar abad XI Masehi. Melakukan pembantaian, yang menurut sejarah, sampai-sampai darah
mengucur di jalan-jalan. Namun, dengan pertolongan Allah, Palestina berhasil direbut kembali oleh Shalahuddin Al-
Ayyubi dari Kurdistan. Beliau adalah generasi ketiga, setelah dipimpin oleh Imaduddin Zanki, berdarah Turki, dan
berasal dari kota Mousel, yang kemudian digantikan putranya Nuruddin Zanki, kemudian syahid, dan kepemimpinan
diserahkan kepada Shalahuddin Al-Ayubi. Yang berhadapan dengan pasukan Salib dan berhasil melumpuhkannya
secara total. Dan Palestina kembali kepangkuan Islam yang damai. Kemudian digabungkan kedalam kawasan Khilafah
Utsmaniyah sejak 1516-1917.
***
Tapi, apa yang sekarang terjadi? Di bawah Zionisme Yahudi, Israel dan pendukungnya Amerika Serikat, mereka
melakukan tindak-tindak kejahatan tanpa prikemanusiaan. Hak asasi mereka tiadakan. Demokrasi dan kebebasan
mereka jadikan slogan. Mereka kubur. Yang ada hanyalah kesewenang-wenangan. Masjidil Agsha mereka nista, kotori
dan aniaya. Mereka bakar, mereka gali terowongan-terowongan di bawahnya untuk melemahkan dan menghancurkan
pondasinya. Mereka injak-injak dengan kaki-kaki mereka yang kotor dalam kemasan ibadah. Mereka bunuh orang-
orang yang sedang shalat penuh kekejian. Mereka lakukan berbagai cara untuk meniadakannya. Menghilangkan segala
sisa-sisa peradaban, agama suci, peninggalan sejarah dan budaya Islam, demi suatu tujuan: Mendirikan ‘kerajaan’ harta
dan kekuasaan, di sela-sela dinding ratapan, fenomena ibadah argumentasi Talmudis! Tetap ngotot mempertahankan
apa yang mereka inginkan; bahwa di sana ada peninggalan kerajaan Daud dan ‘Haikal Sulaiman’. Meski sampai kini,
tak kunjung ada. Saking kesalnya, hingga kelompok radikal Yahudi, Kahana, 1 Mei 1980, meletakkan bom seberat 1
ton (TNT) di masjid Al-Aqsha, untuk dihancurkan. Namun upaya itu tidak berhasil, karena terungkap terlebih dahulu.
***
Sementara itu, Kitab-kitab Perjanjian Lama tidak hanya merayu Bani Israel agar berdatangan dari segala tempat ke
Palestina, bahkan juga telah memaparkan daerah-daerah yang akan mereka duduki, serta batas-batas yang memisah
antara suatu suku dengan lainnya. Dan telah membagi-bagi Damsyik, Homs, Beirut serta negeri-negeri lain yang
terletak di Timur Tengah. Walau tidak memahami dengan jelas nama-nama yang menjadi batas tanah tersebut, atau
yang menerangkan arah sasaran penyebutan Perjanjian Lama itu, tetapi rupanya orang-orang Yahudi menyimpulkannya

240
dalam satu singkatan terkenal “Tanah Air Israel ialah dari Sungai Eufrat sampai ke Sungai Nil “ Padahal, dilihat dari
segi sejarah, pemerintahan Bani Israel di Palestina, sangatlah singkat. Tidak lebih dari 4 abad, di sebagian wilayah
Palestina. Sedang pemerintahan Islam telah berlangsung selama 12 abad (636-1917), dijeda oleh peperangan Salib
untuk beberapa masa.
***
Jazirah Arab, Timur Tengah, Syam, termasuk Palestina, adalah wilayah yang diberkati. (QS 17:1) Secara historis
dengan turunnya Islam, peradaban dan peninggalan-peninggalan budaya, para Rasul dan Nabi-Nabi a.s., dan secara
ekonomis dengan adanya minyak dan perekonomian lainnya. Begitu pula secara geografis, karena letaknya di antara
Eropa, Asia, Afrika, yang merupakan pusat strategi teramat penting. Di samping dari sudut agama dan ibadah, di mana
Masjid Al Aqsha, sebagai masjid suci ketiga di dalam perolehan banyaknya pahala shalat, setelah Masjidil Haram di
Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Yang juga merupakan Kiblat pertama bagi kaum muslimin di dalam
melakukan aktifitas shalat. Tempat Isra’ dan Mi’rajnya Rasulullah saw. yang telah diperjalankan oleh Allah swt.
sebagai seorang hamba, sekaligus Rasul dan Nabi saw. yang mulia. Contoh teladan terbaik bagi manusia, yang telah
memberikan aba-aba penting bagi kaum muslimin untuk selalu memperhatikan Palestina dengan Jerusalem dan masjid
Al-Aqshanya itu. Membersihkannya dari kekotoran kejahiliyahan dan kezaliman orang-orang musyrik kafir.
Pembangkang dan pendurhaka Yahudi, yang diberi kemuliaan di atas semesta alam pada mulanya, tapi kemudian
mengingkari dan mengkhianati-Nya, dengan melakukan tindak kezaliman di atas ketidaksetiaan perjanjian. Bahkan
membunuh para Rasul dan Nabi-Nabi-Nya. Tidak mengakui Muhammad saw. sebagai Rasul atau utusan Tuhan.
Melakukan perbuatan merusak, merongrong, memerangi, memusuhi umat Islam dengan Nabinya saw.. Bahkan sampai
detik ini pun!
***
Tindakan itu dilakukan tidak hanya kepada para pemimpin dan pejuang, dengan cara membunuhnya seperti yang
terjadi dengan Izzuddin Al-Qossam, Syeikh Ahmad Yasin, Yahya Ayyash, Imad Aqil, Abdul Aziz Rantisi dan lain-
lain, tapi juga terhadap penduduk sipil, orang tua, kaum ibu, anak muda, remaja, bahkan balita dan bayi sekalipun!
Namun di atas itu, semangat juang tak pula kenal henti. Pergerakan dari masjid ke masjid tetap terjadi. Masjidil
Haram sebagai basis iman dan ketakwaan, fondasi kekuatan lahir dan batin bagi orang-orang yang mempergunakan
aspek pikir dan zikir pada malam-malam dan siangnya, ulil al-bab, orang-orang yang berakal, singa-singa Allah yang
selalu konstans, konsisten dan komit melakukan aktifitas amal baik di dalam mencari keridhaan-Nya, kecintaan
terhadap Islam, kebenaran dan keadilan, tetap berjalan. Menghapus dan membersihkan segala kekotoran sampah yang
ditimbun berabad-abad lamanya di wilayah dan tanah yang suci itu. Tanah atau wilayah yang merupakan titik lompat
menuju kepada kesempurnaan kebahagiaan abadi. Karena di wilayah atau tanah Syam tersebut, lahir orang-orang yang

241
menurut hadits riwayat Ath-Thabrani, bahwa Rasulullah saw. telah menegaskan: “Orang Syam, istri-istri mereka, anak-
anak mereka, dan budak-budak mereka semuanya adalah mujahid di Jalan Allah. Siapa pun mereka yang mendiami
sebuah kota atau benteng adalah mujahid.“ Selain itu, menurut riwayat Imam Ahmad dikatakan sebagai; “Kelompok
yang terus di tolong dan konsisten di jalan kebenaran hingga hari kiamat berada di negeri Syam.“
“Secara khusus di Baitul Maqdis dan sekitarnya.“ Yaitu di Palestina! Dan memang, Allah telah mencanangkan;
“Agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.” Dan di antara tanda-tanda
keBesaran-Nya itu adalah: “Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”
Dan memang, Dia telah Mendengar dan Melihat segala aniaya dan kezaliman itu di Palestina dan belahan dunia
lainnya. Dan Dia tak tinggal diam!
***
BILAMANA ANCAMAN telah dirasakan mengganggu ‘ketertiban keamanan’ mereka, maka masyarakat ‘pilihan
tuhan’, tanpa segan-segan akan melakukan agresi dan invasi. Melakukan serangan militer ke wilayah-wilayah yang di
tuju. Irak, Afghanistan, Sudan, dan lain-lain. Bahkan Iran, yang diduga memiliki dan melakukan pengayaan uranium
untuk pengembangan aktifitas nuklir perdamaiannya, mulai diincar untuk diserang. Sehingga Israel melakukan latihan
militer demi menggagalkan dan menghancurkan proyek tersebut. Seperti yang pernah dilakukannya terhadap Irak di
tahun 1981. Karena bagi mereka, yang dianggap sebagai ancaman keamanan, harus buru-buru dihancurkan.
Sebagaimana Doktrin Bush telah menyatakannya: Bahwa ancaman baru itu adalah kelompok-kelompok teroris yang
mungkin memiliki senjata nuklir, kimia, dan biologis; tidak dapat dihalangi, diatasi, kecuali dimusnahkan!
Jadi bagi mereka, tidak bisa lagi mempertahankan konsep deterrence (pencegahan), seperti yang dilakukan dalam
Perang Dingin. Sebaliknya, menurut strategi baru itu, untuk bisa aman, tidak ada pilihan lain, kecuali menyerang.
Penggunaan kekuatan perlu dilakukan lebih dahulu, demi mencegah mereka yang digolongkan sebagai ancaman
potensial berubah menjadi persoalan besar…
Sementara analisis baru tentang ancaman global, bagaimana ancaman baru itu adalah terorisme, dan bagaimana ia
harus ditangani, dan bagaimana pula terorisme itu adalah kaum militan, Jihad Islam, Hamas, Hezbollah, atau lainnya,
adalah hal yang tak perlu diherankan. Karena semuanya sudah jelas. Dan gempuran untuk itupun bukan hal yang
mustahil. Baik dengan pemboikotan ekonomi, blokade, pengepungan, atau tindak-tindak politis diplomatis sosial
lainnya; lokal maupun internasional. Meski yang digempur, diboikot dan diblokade tersebut adalah mereka yang
mengikuti aturan main ‘demokrasi’. Seperti Hamas yang telah memenangkan pemilu Januari 2006, dengan jujur dan
fair. Lalu, sebagai akibat dari munculnya doktrin keamanan baru itu, mereka kemudian melakukan pembongkaran dan
penyusunan ulang pengertian kedaulatan. Hal itu harus dilakukan, karena kelompok teroris tidak dapat dihalangi dan

242
dicegah. Dan Amerika Serikat harus siap untuk melakukan invasi ke mana-mana setiap saat, guna menghancurkan
ancaman!
Tindakan intervensi itu menurut Amerika Serikat harus dilakukan; karena teroris tidak menghormati perbatasan
negara. Suatu hal yang bertentangan dan ironis sekali, kalau ternyata Israel sampai saat ini, tak pernah dengan tegas
menyatakan wilayah perbatasannya.
Di Akademi Militer West Point, Bush menegaskan; militer harus siap menggempur segera setelah diperintahkan,
di setiap sudut dunia. “Semua negara yang memutuskan untuk melakukan agresi dan teror, akan harus menanggung
akibatnya,” katanya dengan pongah. Walau tidak ada ancaman jelas sekalipun; Amerika Serikat kini dengan mudah
mengklaim; bahwa sudah saatnya menggunakan kekuatan militer sebagai tindak pencegahan.
Doktrin keamanan ini, menjadi dasar bagi Amerika Serikat untuk bertindak sesukanya. Padahal prinsip ini
merubah aturan internasional menyangkut pertahanan diri dan norma-norma PBB menggunakan kekuatan. Karena di
mata banyak negara, doktrin Amerika Serikat ini, bisa dibaca sebagai campur tangan terhadap negara lain, tanpa sebab
yang jelas dan dasar yang jelas pula, kecuali sebab dan dasar yang diyakini benar oleh Amerika Serikat sendiri, sebagai
sekutu dan pelindung Israel terbesar!
Dan terjadilah pembantaian demi pembantaian. Kekejaman demi kekejaman terhadap rakyat Palestina, oleh
Israel. Seperti apa yang diungkapkan sejarah, bahkan disaksikan sendiri oleh wanita Amerika yang kebetulan sedang
berziarah ke Jerusalem, Palestina, ataupun sang jurnalis Joe Sacco dan Taufik Rahzen, sebagaimana yang telah
diungkapkan sebelumnya.
***
Iya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat; apa-apa yang terjadi di sana. Di Palestina. Dan di bagian lain dari
dunia ini. Di mana kezaliman dan kesewenang-wenangan Zionisme Yahudi dengan Israel, Amerika Serikat dan sekutu
Eropanya, telah membuat banyak kesengsaraan dan penderitaan umat manusia. Kerusakan besar dan balabencana!
Untuk itu, Dia tidak tinggal diam. Apalagi bagi orang-orang yang selalu konsisten menolong agama-Nya. Orang-orang
beriman yang beramal shalih. Dia pasti menolong. Meneguhkan kedudukannya, memimpin dan mewariskan bumi
kepadanya, membuatnya berkuasa. ( QS 47:7, 28:5-6, 7:137, 21:105, 24:55).
***
Sirah Nabi membuktikan, mereka diusir dari Madinah karena pengkhianatan. Merongrong, memusuhi, memerangi
Islam, Rasul-Nya saw,. dan kaum muslimin. Apakah itu dalam pengkhiantan Bani Qainuqa’, Nadhir atau Quraidhah.
Bahkan dalam perang Khandaq/Ahzab, Khaibar, terlihat jelas mereka berkonspirasi untuk menghancurkan Daulah
Islamiyah. Berbagai cara mereka lakukan. Memfitnah, mengadu domba, menjelekkan, menghembus-hembuskan
permusuhan, merayu dan melecehkan wanita, menggunakan, memperalat, bekerja dengan orang-orang munafik yang

243
dapat dibeli dan dipengaruhi, melakukan provokasi, propaganda licik dan curang, mengeluarkan pernyataan-pernyataan
dan janji, menggunakan tenaga ahli atau pemuka agama, dan sebagainya, dan sebegainya pula. Namun, segalanya itu
tak menghentikan jalan dakwah dan risalah Islam, untuk terus maju dan menggempur segala tantangan. Rintangan,
halangan, atau rencana jahat yang mereka buat dan lakukan. Sehingga tidak hanya di masa lalu Islam jaya, tetapi di
masa kini, dan akan datang pun, tetap jaya. Seperti apa yang terlihat di Turki, ketika sudah dihantam sedemikian rupa
oleh Musthofa Kamal Attaturk lewat skularisme, atau di Mesir setelah dibabat habis oleh Nasserisme, di Sudan,
Yordania, bahkan di Palestina, dan di lain-lain tempat, Islam tetap eksis dan kaum islamiyyin memperlihatkan
‘kekuatan pertahanannya’ yang tak tergoyahkan. Meskipun di sana, dalam ‘Gambar Longokan’ terlihat bahwa mereka
yang mendatangkan, melahirkan, melindungi, memelihara bencana, adalah Inggris, Prancis, Rusia, Amerika Serikat,
PBB, bahkan kaum munafik yang haus kekuasaan, kekayaan, kehormatan dan prestise; seperti negeri-negeri Arab atau
negara-negara muslim, dengan para pemimpin penguasanya yang bekerjasama membantu, memboikot, menekan rakyat
dan bangsa Palestina, khususnya Hamas, yang berorientasi Islam, memenangkan pemilu legislatif secara demokratis.
***
YA. DI SANA MEMANG ADA KONSPIRASI. Persaingan, permusuhan dan kebencian. Berkelindan dengan ambisi
kekuasaan, harta, prestise dan kedudukan, di tengah-tengah perseteruan dan perpecahan, yang dibuat oleh sang aktor
ternama, Zionisme Yahudi, Amerika Serikat, PBB dan sekutu Eropanya!
Namun, rakyat Palestina, Jihad Islam dan Hamas, tetap bertahan, meski di atas gempuran ketidakcocokan,
ketidaksepahaman, ketidaksepandangan agenda saudara sebangsa sendiri. PLO atau Fatah. Yang menandatangani dan
melakukan kesepakatan Madrid dan Oslo di tahun 1991 dan 1993. Dan sempat memadamkan sejenak gerak intifadah
karena serangan dan serbuan. Penangkapan-penangkapan gencar yang dilakukan mereka atas nama pemerintahan
sementara Otoritas Palestina ‘Merdeka’! Suatu pemerintahan yang tanpa ‘ujung pangkal’. Dilucuti senjatanya, Al-Quds
(Jerusalem), menjadi ibu kota dua negara. Bahkan Israel mengklaim dan memantapkan untuk tetap menjadikannya;
‘ibu kota abadi’. “Kota terbuka“, tanpa ada penguasaan terhadap masjid Al-Aqsha, Masjid suci ketiga, Kiblat pertama
kaum muslimin. Tempat Isra’ Mi’raj Rasul-Nya saw., dan sejarah peradaban Islam. Sedang bangsa Palestina yang
terusir, pemilik sejati tanah itu, tak diperbolehkan kembali. Sementara jalur Gaza dan Tepi Barat, sesuatu yang minus
arti, bila dilihat dari kaca mata kepemilikan bangsa Palestina atas tanah airnya sendiri, apalagi dengan adanya tembok
pemisah yang disepakati sebagai perbatasan yang ditentukan tanggal 4 Juni 1967, dan keputusan-keputusan PBB serta
usulan-usulan perdamaian Arab (usulan Arab Saudi), ataupun masih merajanya pemukiman Yahudi di situ. Suatu
pemerintahan korup, penuh manipulasi, di atas akuntabilitas, kemerosotan ekonomi dan akhlak, sosial politik,
pendidikan dan keamanan. Yang sifatnya lebih berperan untuk melindungi dan menjaga keamanan Israel, Zionis Dunia,
di wilayah regional, ataupun internasional. Tapi di balik itu, gerak laju kebenaran tak akan pernah bisa dibendung.

244
Gerak perlawanan kembali menggema dan menggaung. Meneriakan kepedihan di atas terinjak-injaknya hak-hak asasi
dan kemuliaan agama, tempat-tempat suci, dalam derap langkah tak pernah mundur. Syahidlah mereka, di atas
kepahlawanan mempertahankan kebenaran dan keadilan. Lelaki maupun perempuan. Muda ataupun tua. Bahkan
remaja dan anak balita. Bayi sekalipun!
***
Bila media massa mengatakan, aksi mereka sebagai aksi bom ‘bunuh diri’, maka kesyahidan itu dipercaya melebihi
harumnya bunga semerbak nan paling wangi. Di atas fatwa ulama yang dipercaya, seperti DR Yusuf Qardhowi!
Tercatatlah nama-nama, Wafa Idris, Darin Abu Aisyah, Ayat Al Akhros, Ibu Maryam dan putranya Munir, Ashmat,
dan segudang nama lagi untuk itu. Juga mereka yang sedang menantikan gelar kemuliaan yang dianugerahkan Allah,
untuk mereka yang berjuang, menjual dan dibeli, dengan janji surga dan mendapat rezki.
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati: bahkan mereka itu hidup di
sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya
kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum
menyusul mereka. Bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS 3:169-
170).
Beribu, bahkan puluhan ribu, telah merelakan jiwanya untuk tanah air dan keadilan. Namun para Zionis Isarel dan
sekutu, dan mereka yang membutakan mata, menulikan telinga, membekukan hati, rasa dan pikiran mereka, jarang, dan
sulit untuk dapat melihat dan mendudukkan permasalahan Palestina, dalam artian dan proporsinya yang benar. Hak-hak
kemanusiaan di dalam memiliki negara dan tanah air, hak untuk melepaskan diri, bangsa dan rakyat dari kesewenang-
wenangan penjajahan Israel yang tidak berprikemanusiaan, tak tersapa dalam pandangan mereka. Tak tersentuh dalam
hati, pikiran dan jiwa mereka!
Bilamana LSM atau Organisasi Hak-Hak Asasi Manusia berteriak dan membela atas perilaku tidak adil, menindas
dan kesewenangan-wenangan yang ‘mungkin’ dilakukan bangsa, negara, kelompok atau golongan lain, tapi acuh dan
cuek, terhadap masyarakat, yang mereka cap militan atau ‘teroris’itu!
Ke mana menghilangnya suara LSM dan Organisasi Hak Asasi Manusia tersebut?
***
Lalu, bagaimana pula, bilamana kita melihat, suatu perbandingan yang mencolok, antara perdamaian yang
dicetuskan mereka, ‘Peta Jalan Damai’, di bawah usungan dan guliran Tim Kwartet, PBB, Amerika Serikat, Uni Eropa
dan Rusia; dengan Perdamaian Hudaibiyah yang dilakukan Rasulullah saw..? di mana kesetiaan, kejujuran, kebenaran,
terlihat nyata di balik fakta perjanjian atau perdamaian tersebut? Bukan rekayasa melakukan penipuan dan kelicikan di

245
atas kepentingan mereka sendiri, dalam versi yang mereka buat!? Yang semata-mata merupakan pemutarbalikkan fakta
di atas makna-makna? Sehingga pengertian dan pemahamannya pun berbeda dari arti dan tujuan yang sebenarnya?
***
Berlakulah apa yang digambarkan George Orwell, atau Noam Chomsky, pengalihan makna dari pengertian yang
sebenarnya. Di mana ‘damai’ bisa saja berarti ‘menyerah tanpa syarat’ di atas kemauan sang penggulir. Sang
pemerkasa perdamaian tersebut, atau, bisa saja berarti dan menjadi ‘melawan dan berperang’, seperti yang telah
diungkapkan di atas. Bahwa akan terjadi intifadah jilid 3, karena pengkhianatan, ketidakadilan, penindasan, korupsi,
manipulasi, kolusi, nepotisme yang dilakukan para pemimpin negara-negara Arab atau muslim, kepada rakyatnya.
Boneka munafik yang rakus melahap kekayaan, kedudukan, dan kekuasaan, sambil menindas, menghancurkan teman
dan saudara mereka sendiri, yang secara jujur telah memenangkan pemilu secara demokratis, dan mendirikan
pemerintahan dengan dukungan rakyatnya. Ataupun kesewenang-wenangan yang ingin meniadakan bangsa dan rakyat
Palestina sejati, seperti yang dilakukan Israel, Zionis Internasional, dan sekutu, di atas harkat kemanusiaan, bangsa,
agama, tanah air, dan negara merdeka yang mereka tuntut dan perjuangkan. ‘Mendirikan Pemerintahan Merdeka’,
dengan dukungan rakyatnya, setelah kemenangan demokratis pemilu legislatifnya, baru-baru itu.
***
Lalu, ketika itu terjadi, merekapun memusuhi. Memerangi dengan kejam, dalam aksi pemboikotan ekonomi,
penistaan politik dan diplomasi. Propaganda keliling dunia, bahwa Hamas, yang telah memenangkan pemilu legislatif
menurut aturan main mereka, adalah para gerombolan teroris, yang tak pantas mendapatkan hak pemerintahan dan
kekuasaan. Yang harus diboikot dan dilenyapkan. Diganti dengan para boneka yang ‘nurut dan mudah diatur’.
Mengakui eksistensi Israel, menjaga keamanannya dari rongrongan dan serangan para ‘teroris’. Sehingga rela
mengeluarkan 60 juta dolar Amerika, bagi ‘polisi gadungan’, penjaga keamanan itu! Di atas penderitaan dan
kesengsaraan rakyat Palestina yang dikepung, diboikot tanpa roti, listrik, dan air minum. Dibombardir bom dengan
buas di Gaza City!

Keadaan demikian semakin memuncak, kelaparan dan kesengsaraan, penistaan, fitnah dan propaganda, mereka
jual berkeliling dunia; Hamas tidak mau berdamai dan mengakui Israel; Hamas pelaku kekerasan dan teror; dan
sebaliknya; ketika kehormatan bangsa dan rakyat tetap dipertahankan, harkat martabatnya tetap dijaga dari segala
kejahatan, teror, penindasan, penjajahan sewenang-wenang, lalu Hamas meluncurkan roket, membalas menyerang
wilayah dan penduduk Yahudi itu, mereka pun kemudian bersedia sedikit melonggarkan kepungan dan pemboikotan,
dalam suatu gencatan senjata selama enam bulan. Karena tak tahan mendapat gempuran balasan dari roket-roket yang
diluncurkan Hamas tersebut.

246
Namun di balik itu, uang yang diberikan kepada mereka yang tak sepaham, tidak sepandangan, tak seprogram dan
seagenda, tak seirama dan cocok dengan Hamas, adalah senjata yang diperuntukkan untuk mengganggu, memukul,
menghancurkan Hamas pula. Seperti terlihat baru-baru ini, dengan diledakkannya bom yang menewaskan dan
mensyahidkan beberapa orang pejuang Hamas, dan rakyat sipil Palestina!
***
SEMENTARA ITU, perjuangan terus berlanjut. Kebenaran tak akan pupus. Karena memang dari sanalah, Syam, di
mana Palestina juga termasuk, akan selalu hadir dan berada orang-orang yang konsisten dengan kebenaran. Selalu
berjuang menegakkan agama dan negara, apapun yang akan terjadi dan dialami!
Iya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat apa-apa yang terjadi di sana. Di Palestina. Dan di bagian lain dari
dunia ini. Di mana kezaliman dan kesewenang-wenangan Zionisme Yahudi dengan Israel, Amerika Serikat dan sekutu
Eropa, telah membuat banyak kesengsaraan dan penderitaan umat manusia. Kerusakan besar dan balabencana! Maka
untuk itu, Dia tidak tinggal diam. Apalagi bagi orang-orang yang selalu konsisten menolong agama-Nya. Orang-orang
beriman yang beramal shalih. Dia pasti menolong. Meneguhkan kedudukannya, memimpin dan mewariskan bumi
kepadanya, membuatnya berkuasa. ( QS 47:7, 28:5-6, 7:137, 21:105, 24:55). Meski untuk itu, persyaratannya adalah
jelas:
“…………..Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri……………… (QS 13:11).
***
KENAPA PALESTINA

JELASLAH bagi perempuan itu, ibu tersebut, kenapa Palestina yang dipilih Zionis dan diberikan Inggris pada
Yahudi untuk menjadi negara dan tempat tinggal bagi mereka, sebagai pemuasan nafsu serakah mereka atas dunia,
kekuasaan dan harta, meski diembeli-embeli dengan nubuat Disraelli dan naskah Perjanjian Lama. Karena memang, di
sanalah, Jazirah Arab, dari Sungai Eufrat sampai Nil, terdapat harta kekayaan yang melimpah ruah. Baik dari hasil
minyak, bahkan uranium, (kabarnya Saudi Arabia memiliki uranium, selain minyak, besi, dan emas) sebagai bahan
pembuat nuklir, pembangkit energi terdahsyat, melebihi daripada energi minyak.
Di sana, Jazirah Arab, adalah jantung dan urat nadi jembatan dunia. Menghubungkan Asia, Afrika dan Eropa.
Lalu lintas darat, laut, dan udara yang sangat sangat vital. Letak geografis yang sangat strategis untuk menguasai dunia,
dengan aksi militer yang dilakukan. Satu nuklir saja bisa menghancurkan, apalagi 200 an lebih hulu ledak nuklir
dimiliki Israel!

247
Di sana pula simbol, atau lambang supremasi peradaban. Supremasi agama dan sejarah kejayaan suatu bangsa
atau kaum beriman! Di samping peninggalan-peninggalan yang mencerminkan dan membuktikan hal tersebut.
Dan di sanalah pula, rasa iri dan dendam itu bermula. Rasa bangga dan kesombongan bermanifestasi. Di atas
anggapan sebagai bangsa pilihan tuhan, di mana dunia diperuntukkan bagi mereka, dengan tatanan dunia baru yang
mereka bentuk dan dengungkan, mereka atur menurut hawa nafsu serakah mereka yang tak terpuaskan!
Di sana pula mereka dapat mengontrol, meng-erosi, menggerogoti, mendestruksi iman dan keislamanan para
pemeluknya, dengan memecahbelah, memasukkan paham-paham atau ideologi yang mereka buat dan tanamkan.
Sehingga pola pikir dan tindak-tanduk mereka menjadi terbaratkan. Cinta dunia, dalam budaya material liberal kapital
yang bersifat hedonis, konsumeris dan permisif. Di tengah-tengah paham sosial komunis baa’this, skular nasionalis,
Arabisme Nasseris, moderat wahabis, populis sosialis, dll.
Dan di sana pula, kenapa Palestina menjadi ajang perebutan, pertikaian, dan perjuangan. Ajang pertempuran
antara hak dan batil. Karena di sanalah tempat turunnya kebenaran dan pembawa risalah-Nya. Dambaan dan harapan
terhadap tegaknya kebenaran dan keadilan. Orang-orang yang konsisten dan komit dengan agamanya. Yakin akan ke
Maha Pengasih dan ke Maha Pertolongan-Nya. Membela agama-Nya, tempat suci dengan Masjidil Aqsha, kiblat
pertama, masjid suci ketiga sesudah masjidil Haram di Mekkah dan Nabawi di Madinah.. Di mana ketentuan pahala
shalatnya 500 kali dari masjid-masjid lainnya. Tempat Rasul-Nya Isra’ dan Mi’raj. Menjejakkan kaki, shalat
memimpin, menjadi imam dari para Rasul dan Nabi-Nabi a.s. lain. Manifestasi kesatuan aqidah dan penyembahan.
Kelanggengan risalah tauhid, pengesaan Allah dan keagungan Islam. Kemuliaan kedudukan yang tak terbandingkan.
Pewarisan bumi bagi orang-orang tertindas yang beriman dan beramal shalih. Memenangkan pertarungannya melawan
orang-orang zalim dan bodoh. Pengkhianat janji, pendurhaka yang mendapatkan kemurkaan-Nya.
Di sanalah tempat pertarungan antara hak dan batil diperlihatkan di atas kesetiaan mereka yang memegangnya.
Di sanalah arti kemanusiaan diperlihatkan dan dipertontonkan. Ditagih dan diminta pertanggungan jawabnya,
bagi mereka yang masih memiliki rasa. Karena ia bukan hanya masalah Arab, Muslim dan Palestina saja, tapi masalah
kemanusiaan secara keseluruhan. Di sanalah pula umat Islam ditagih keIslamannya dalam ikatan solidaritas
ukhuwwahnya, yang bukan lagi slogan. Tapi pengejawantahan yang nyata dalam bentuk amal baik, saling bantu
membantu, tolong menolong di antara sesama.
Di sanalah, negara tirai ditebarkan untuk mencegah, mengerosi, merusak iman dan keislaman seseorang,
memecah belah masyarakat bangsa dan negara. Dan di sanalah pula giuran-giuran ditawarkan para musuh. Apakah
berupa ideologi, pemikiran, paham, seni, budaya dan peradaban, ataukah kekuasaan, harta dan kedudukan. Di sanalah
pula dituntut keberanian kesadaran perjuangan rakyatnya untuk mengembalikan pemerintahan zalim dan bodoh,

248
menjadi benar, adil dan membahagiakan. Sehingga intifadah jilid 3 seperti yang dipridiksikan, bisa menjelma menjadi
kenyataan.
Di sanalah pula tapaktilas untuk bangkit dan berangkat menjadi insan-insan yang dimuliakan Allah dan
mendapatkan surga! Gerak dari masjid ke masjid di atas pondasi iman dan ketakwaan, dalam proses perjalanan
membuang, menghalau, membersihkan sampah-sampah kotor kemusyrikan demi mencapai keridhaan-Nya. Tersebut
dalam hadits Bukhari, Muslim, bahwa Nabi saw. telah bersabda: “Akan tetap ada dari umatku, golongan yang
mempertahankan hak, tidak menghiraukan siapa saja yang menentang mereka atau menghinakan mereka sehingga
tibanya Amrullah (kiamat) sedang mereka tetap demikian.”
“Dan mereka di Syam.” Bukhari menambahkan.
***
DATANGLAH DAJAL YAHUDI sebagai pertontonan, dari munculnya fitnah-fitnah terbesar. Yang tujuannya hendak
melawan gerakan Islam serta berdaya upaya untuk membuat kefitnahan umat manusia dalam urusan agama mereka.
Dengan menggunakan ilmu pengetahuan, kepandaian dan kekuatan. Tetapi Allah Ta’ala pasti akan menghancurkan
tipu daya Dajal tersebut. Karena sebaik-baik pembalas tipu daya, adalah Allah semata:
“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan tipu daya terhadapmu untuk menangkap dan
memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu
daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS 8:30).
Dan Allah akan menunjukkan ayat-ayat yang lebih besar lagi dari fitnah yang dilancarkan olehnya, yaitu,
turunnya Nabiullah Isa bin Maryam di menara timur yang putih di Damsyik. Didahului sebelumnya oleh kedatangan
Imam Almahdi a.s., keturunan Rasul saw., anak cucu dari Fatimah, putri beliau saw..
Timbullah saling tolong menolong antara Nabi Isa a.s. dan Imam Almahdi. Sedang di belakang kedua pemimpin
itu berdirilah pemimpin-pemimpin Islam lainnya, yang berusaha keras hendak membunuh Dajal Yahudi, serta
melumpuhkan ajakannya.
Demikianlah peristiswa yang akan terjadi saat itu. Mengokohkan kebenaran yang dianjurkan, meratakan ke
seluruh permukaan bumi sifat keadilan dan kejujuran dalam memerintah. Bahkan, harta melimpah diberikan.
Disebarkan secara merata ke seluruh rakyat tanpa dihitung-hitung. Menegakkan syariat Islam, dan segala sesuatu yang
sudah terpendam dari Sunnah Nabi, Rasulullah saw., dihidupkan dan dipraktekkan kembali. Agama Islam tinggi
kalimatnya di zaman beliau. Islam kokoh di muka bumi! Kemudian, jika Dajal telah terbunuh, maka hancur lebur
pulalah kaum Yahudi yang berperang bersama Dajal itu. (untuk ini bisa lihat H.R. Muslim, Abu Dawud, dari buku 64),
‘Aqidah Islam’, Sayid Sabiq, Diponegoro, 1978).

249
“Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh belum akan tiba hari kiamat sehingga
kamu semua (kaum muslimin) memerangi kaum Yahudi, sampai-sampai batu yang dibelakangnya ada orang Yahudi
yang bersembunyi itupun berkata: “Hai orang Islam, ini ada orang Yahudi, bunuhlah ia!” (diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim). Suatu kiasan yang memberi pengertian bahwa pada saat itu sudah tidak ada gunanya lagi bagi kaum
Yahudi itu untuk bersembunyi di mana saja pun tempatnya, tulis Sayid Sabiq, dalam “Aqidah Islam”, mengomentari
hadits tersebut.
***
Di sana pula tempat berkumpul dan dihidupkan kembali semua manusia. Sebagaimana diterakan dalam hadits
shahih riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Majah; bahwa Baitul Maqdis (Al Quds/Jerusalem) merupakan ‘bumi tempat
berkumpul dan dihidupkan kembali semua manusia’. Mempertanggung jawabkan segala amalannya, baik ataupun
buruk.
Nyata sekali, kenapa Palestina, menjadi urgensi dalam buku ini bukan?
***

DI MANA

Melihat itu semua, ibu itu seakan bertanya: “Di manakah kini kita berada? Apakah di kezaliman dan kebodohan?
Di antara paham-paham dan ideologi yang ditelurkan ilmuwan Yahudi? Yang memerangkap dalam sekat-sekat
nasionalisme, Pan Arabisme, skularisme, sosialisme, ba’athisme, populis sosialis, komunisme, liberalisme,
kapitalisme? Atau paham dan aliran-aliran lain, dalam peta-peta kepentingan diri, kelompok, golongan, keluarga,
dinasti, mazhab, agama, kepercayaan, aliran, fanatisme buta? yang membuat kita menjadi terpecah belah, saling
menyalahkan, lemah dan bermusuhan? Hanyut dalam arus materialisme di atas budaya hedonis, konsumeris, dan
permisif liberal? Terkungkung dalam penjara hati dan pikiran? Terperosok langkah gegabah penuh kerugian? Di
manakah kita? Dan apakah kita?
***
Padahal semua sudah jelas. Komunisme hancur karena tak sejalan dengan fitrah kemanusiaan dan kehidupan.
Mengutamakan masyarakat, menyepelekan individu, sama rata, sama rasa, memusuhi agama. Sementara liberal
kapitalisme membawa bencana dan malapetaka di atas jurang negara kaya dan miskin. Di mana perbedaan klas dan
kehidupan antara rakyatnya begitu nyata berbeda. Mencolok di antara orang-orang yang lapar, kekenyangan, dan
kelebihan materi. Pribadi-pribadi haus di atas ketamakan hawa nafsu dan kebebasan berperilaku. Sementara skularisme
membawa pada kebingungan kegamangan, di antara agama yang mengikat secara individual sosial, dengan

250
keterpisahan yang dikibarkan. Sistem dikhotomi yang tentu saja membawa pada ketidakselarasan dan keharmonian
hidup; yang menuntut keserasian, keseimbangan di antara kehidupan dunia dan akhirat, individu dengan aktifitas
sosialnya: politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, ilmu pengetahuan dan sebagainya lagi, yang merupakan satu
rangkaian tak terpisahkan dalam rangka menyelamatkan, mengatur, mengharmonisasikan kebahagiaan hidup dalam
pengertiannya yang luas, baik, dan benar. Fitrah yang selalu mengikat manusia, individu dan sosial, di dalam
perjalanan kehidupannya? (QS 7:172-173, 30:30).
Di manakah kita…..
Apakah tetap dalam skat-skat nasionalisme yang melahirkan chaufinisme? skat-skat ras yang melahirkan
Naziisme? Skat-skat paham dan mazhab yang melahirkan pertentangan dan keributan? benar membenarkan, salah
menyalahkan, selamat menyelamatkan? Fanatisme yang digolongkan Rasul saw. sebagai bukan dari kalangannya?
Di manakah kita? Apakah tetap dalam kepentingan diri, keluarga, dinasti, yang melahirkan monarki, sistem
kerajaan dan kesultanan, yang sudah harus ditumbangkan, dan tak ditolerir agama?
Di manakah kita, apakah di sistem ‘demokrasi’ yang melahirkan banyak keributan, pertentangan, kebebasan
semu, yang juga senang ‘diplintir’ oleh para penganutnya, sesuai nafas keinginan di atas kepentingannya? Baik politik,
ekonomi, militer, agama, faham, etnik, ras, bangsa, sosial budaya dan peradaban?
Di manakah kita? di ketentraman kedamaian, dan bahagia, ataukah di keributan kekacauan, bencana dan
malapetaka?
Di manakah kita? dikebodohan dan kezaliman, karena tak dapat dan tak mau menerima hidayah? meletakkan
sesuatu di atas proporsinya yang benar dan adil, sebagai wakil Tuhan di muka bumi, yang akan memimpin, mengelola,
mengatur, memakmurkan, mensejahterakan bumi dan penduduknya, di atas keadilan kebenaran, dan bukan
sebaliknya?
Ya, di manakah kita? Di tempat yang lain? Di atas kebatilan itu? atau?...
Ya. Di manakah kita. Mau ke mana, dan bagaimana?
***

KE MANA DAN BAGAIMANA

Untuk pertanyaan dan pernyataan ini, ibu itu seperti mengulang prolog kejadian dan kenyataan sebelumnya,
untuk epilog yang ditujunya. Dan ia mulai meraba dalam renungannya: Bilamana semua sudah terlihat nyata. Segala
fenomena nampak jelas. Kezaliman dan kesewenang-wenangan, ketidak adilan dan penindasan, diskriminasi dan
apartheid, kebrutalan dan kebiadaban, penjajahan dan kesengsaraan, pengkhianatan dan penipuan, kerusakan dan

251
kekacaubalauan, kesombongan dan kebodohan para Zionis dan sekutu. PBB, Liga Arab, OKI, dan organisasi-organisasi
dunia lain, sementara LSM, Organisasi Hak Asasi Manusia, tak bisa berbuat apa-apa, ya, ke mana lagi, langkah akan
tertuju? pikir ibu itu pula seperti sudah memutuskan, setelah melihat segala fenomena dan merasakan. Melihat kembali
perjanjian gencatan senjata selama 6 bulan, antara Israel dan Hamas, yang disepakati tangal 19 Juni 2008, dan
bagaimana belum lama ini, terjadi serangan bom, setelah dana US $60 juta, disetujui Kongres AS, mengalir ke tangan
OPP, Fatah?
Tiba-tiba bibirnya nyinyir menertawakan.
“Apakah Israel akan memenuhi?”
Dan ia ingat lagi semua perilaku Yahudi pada periode Madinah. Di mana Bani Qainuqa’, Nadhir, Quraidhah,
telah mengkhianati kesepakatan yang mereka buat dengan Rasul saw. Merongrong, memusuhi, melakukan provokasi,
bekerja sama dengan kabilah-kabilah Arab, Quraisy, Bani Gathafan, Tihamah, dll, memerangi Rasul saw. dan kaum
muslimin.
Begitupula ia teringat akan Peta Jalan Damai. Di mana poin-poin yang dinilai merugikan pihak Zionis Israel,
telah dicoret mereka sesuka hati. Dan seabrek pengkhianatan lainnya terhadap ‘perjanjian’ tersebut, yang disaksikan
oleh dunia internasional. Sementara mereka terus menekan Hamas untuk mengakui Israel dan komitmen dengan isi
Peta Jalan Damai. Padahal mereka sendiri tak pernah mau mengakui Hamas dan rakyat Palestina sebagai bangsa yang
berhak menentukan nasib sendiri, dan merdeka, sesuai apa yang telah digariskan PBB tahun 1947, resolusi no 181, atau
242, 338, dan lain-lain. Bahkan tahun 2005, dikatakan Palestina akan menjadi Negara Merdeka, tapi tak pernah
terwujud. Lalu George Bush di Annapolish Maryland, menyatakan bahwa harus sudah terealisasi pada akhir 2008.
“Apakah ini akan terlaksana?” Ibu itu seperti merenung lagi. Pemukiman Yahudi semakin diperbanyak. Tapal
batas negara Israel tidak ditentukan dan diperjelas. Israel Raya didengungkan dari sungai Eufrat di Irak sampai sungai
Nil di Mesir. Ibu kota abadi Israel, tgl 1 Mei 1980, oleh pemerintahnya ditetapkan di ‘Jerusalem’. Sedang rakyat dan
bangsa Palestina sendiri telah menetapkannya di ‘Jerusalem Timur’, sebagai ibu kota Palestina merdeka. Dan untuk itu
kepala si ibu kembali tergoyang-goyang. Bertanya kepada dirinya: “Kemana dan bagaimana kalau begini?” Mulutnya
semakin tertarik ke sudut; mencemoohkan.
***
Lima puluh tahun sebelum berdirinya entitas Zionis, Herzl, pendiri Organisasi Zionis Dunia, mengatakan:
“Bila kita mencaplok Jerusalem sebelum saya mati, saya sendiri yang akan menghancurkan setiap sesuatu yang
tidak sakral bagi Yahudi, dan membakar semua objek sejarah yang dibangun berabad-abad yang lalu.” Sejalan dengan
itu, pendiri Israel secara de facto dan Perdana Menteri Pertama, David Ben-Gurion menantang dengan berkata:
“Israel tidak akan berarti tanpa Jerusalem, dan Jerusalem tidak akan berarti tanpa Haikal (Sinagog Sulaiman).”

252
Dan untuk menjalankan program Yahudisasi yang sistematis dan ekstensif, entitas Zionis secara perlahan
memperluas kawasan kota Jerusalem hingga masuk ke wilayah Tepi Barat, dari 6.5 km2 di tahun 1967 menjadi 123
km2 pada tahun 1990. Hingga mencakup 840 km2, dengan 15% wilayah Tepi Barat, sebagai “Jerusalem Raya”.
Membangun lingkaran dengan 11 kantong pemukiman Yahudi, di kawasan kota Jerusalem Timur, di sekitar kota tua di
mana Masjidil Aqsha berdiri. Kawasan yang lebih luas lagi kemudian dibangun di sekitar Jerusalem, dalam rangka
mengisolasi kota tersebut dari lingkungan Arab Islam. Konsekuensinya, mustahil akan mengembalikan keseluruhan
kota, atau bagian Timurnya kepada bangsa Palestina, dalam ‘perundingan damai’nya itu.
***
Menurut perkiraan statistik tahun 2000, populasi Jerusalem barat dan timur 650 ribu, dengan komposisi 450
Yahudi dan sisanya adalah Arab. Di saat 90% bangsa Arab yang mendiami wilayah sebelum penjajahan Inggris,
Jerusalem diYahudisasikan secara progresif dan agresif. Sehingga pada tahu 2000 komposisi Yahudi mencapai 86%
dari total penduduk Jerusalem. Sementara Arab hanya mempertahankan 4% tanah wilayah ini dan sisanya 10% lainnya
dipersiapkan untuk proyek Yahudi di masa yang akan datang.
“…..Apabila dua per tiga penduduk dari satu wilayah itu sudah berbangsa Yahudi, maka wilayah tersebut secara
otomatis akan di bawah dominasi politik Yahudi” (Theodore Herzl, Pendiri Organisasi Zionis Dunia, dikutip dari As’ad
Zarrug: Israel al-Kubra, hlm.87-89. Palestina, Sejarah Perkembangan, dan Konspirasi, DR Muhsin Muhammad Shaleh,
2002).
“Kami akan menuntut atas apa yang kami butuhkan. Semakin banyak imigran yang datang, maka semakin banyak
tanah yang kami butuhkan.” (Buku Harian Herzl, vo. 2, hlm. 720)
“Padahal pengungsi Palestina nasibnya belum jelas.” Pikir ibu itu pula melihat kenyataan itu. “Bahkan tidak
diperbolehkan kembali ke tanah airnya. Masjidil Aqsha selalu diganggu dan dinodai. Ingin dirusak dan dihancurkan
lewat pembakaran, penggalian-penggalian di bawahnya, meletakkan batu pondasi 3,5 ton bagi pembangunan Sinagog
Yahudi di dalam Masjid. Dan Jarshon Salon, ketua kelompok tersebut mengatakan: “Ini sejarah baru, masa penjajahan
Islam telah berakhir, dan kini bangsa Yahudi berkuasa,” katanya.
Dan tanggal 28 September 2000, Ariel Sharon menginjakkan kaki kotornya di Masjid tersebut, Ehud Olmert
memerintahkan pada media Israel untuk mengambil gambar penodaan, pada saat merobohkan jembatan yang
menghubungkan ke pintu Magharibah, seraya mengatakan: “Ambil gambar perobohan itu dan siarkan ke dunia bahwa
masa Arab dan Islam atas tanah ini sudah berakhir. Yahudi saatnya berkuasa di tempat ini.”
Sebelumnya Moshe Dayan, Menteri Pertahanan Israel, sesaat Perang 5 Juni 1967, setelah menduduki Jerusalem
dan menyentuh bumi, berkata: “Ini pengganti Khaibar’” ucapnya.

253
Sementara itu, pasukan tempur Yahudi berhasil memasuki wilayah al Quds dan Masjidil Aqsha, sembari
bernyanyi-nyanyi. “Musymusy dan apel….agama Muhammad berpaling dan tunggang langgang”, “Muhammad telah
mati…dengan meninggalkan kaum wanita”. Mereka berteriak, “Ayo kita balas dendam (kekalahan) di Khaibar….”
Sedang Yosef Weitz, Direktur Land Department of Jewish National Fund, menulis pada buku hariannya
tertanggal 20 Desember 1940: “Dan antara kita sendiri harus sudah jelas bahwa tidak ada tempat bagi dua rakyat di
negeri ini. Setelah orang-orang Arab diusir maka negeri ini akan terbuka lebar bagi kita. Sebaliknya, selama orang-
orang Arab masih tinggal di sini, negeri ini akan tetap sempit dan terbatas… Satu-satunya solusi adalah Tanah Air
Bangsa Israel (Land of Israel) atau sekurang-kurangnya Tanah Air Bangsa Israel di sebelah Barat (yaitu Palestina),
tanpa rakyat Arab. Tidak ada ruang kompromi dalam hal ini. Satu-satunya cara adalah dengan mengusir warga Arab
dari sini ke negera-negara tetangga secara keseluruhan, kecuali di kota Bethlehem, Nazareth, dan Jerusalem. Jangan
sekali-kali tersisa satu desa atau satu suku bangsa pun di sini. Dan hanya setelah itu, negeri ini akan mampu
menampung jutaan orang Yahudi dan solusi akan ditemukan atas Jewish Question. Dan tidak ada solusi lainnya.”
Dalam sebuah pertemuan rahasia dengan dubes Uni Soviet di London pada Feruari 1941, Chaim Weizman,
Presiden Organisasi Zionis Dunia (1921-1933 dan 1933-1946) dan presiden pertama Negara Yahudi Israel,
menawarkan pengusiran satu juta warga Palestina dari tanah air mereka dengan imbalan menempatkan 4-5 juta orang
Yahudi dari Negara-negara Eropa Timur. Laporan rahasia dubes Uni Soviet ini, tersimpan rapi di lemari arsip
Kementerian Luar Negeri Rusia hingga dibuka pada bulan Mei 1993 oleh harian Israel Yediot Aharonot, dan kemudian
dikutip oleh harian al-Quds dan al-Ra’i pada 29 Mei 1993.
“Tepat pada waktunya sekarang ini bagi pemuka-pemuka Yahudi Amerika yang terhormat, khususnya dari
mereka saya belajar, untuk berkata secara berani dan terbuka, ‘Marilah berhenti berbohong kepada dunia dan diri
sendiri. Kita mengambil paksa tanah air Palestina. Kita mengambil paksa tanah ini. Bahkan, apabila kita memberikan
rakyat Palestina ‘otonom’ atau penentuan nasib sendiri, atau ‘Tepi Barat’ atau sebuah Negara Palestina, kita masih akan
mengambil paksa sebagian besar dari wilayah dari negeri ini. Marilah sekurang-kurangnya mulai dengan menceritakan
kebenaran yang ada.” (Ron David, penulis Yahudi, dikutip dari bukunya Arab & Israel for Beginners, New York, 1993,
hlm. 210.)
“Bangsa dan rakyat Yahudi dan sekutu-sekutunya harus menyadari bahwa kebangkitan Islam adalah bahaya nyata
bagi Israel. Seluruh pihak yang mencintai bangsa dan rakyat Israel, seharusnya berbuat sekuat tenaga untuk
memadamkan semangat kebangkitan Islam ini. Bila tidak, Israel dan juga seluruh peradaban Barat akan menghadapi
bahaya besar ini.” (Seorang komentator Radio Pemerintah Israel, 22:15,5 September 1978.)
“Pemerintah Israel membentuk sebuah dewan pakar yang terdiri dari tiga puluh orang ahli di bidang psikologi,
sejarah, sosiologi, ilmu politik dan strategi, untuk mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan munculnya Shalahuddin

254
al-Ayubi dan menganalisis kemungkinan munculnya Shalahuddin al-Ayubi baru, baik itu seorang pahlawan muslim
maupun organisasi Islam, dan cara-cara untuk memeranginya.” (Selebaran al-Buraq, diterbitkan oleh al-Buraq untuk
reportase dan dokumen media, Yordania, edisi 18, 30 Juni 1981).
Betapa tidak? Dendam itu jauh jauh, telah berkecamuk. Saat mereka kalah di Khaibar, dan terusir dari sana.
Meskipun itu terjadi karena ulah mereka sendiri yang membangkang, mengkhianat, mengganggu, melakukan
provokasi, memusuhi, menyerang Rasul saw. dan kaum muslimin. Padahal mereka telah diperlakukan dengan baik,
adil, sesuai hak-hak kemanusiaannya di dalam perjanjian Madinah, yang disepakati bersama. Bukan seperti di Eropa, di
mana mereka juga telah diusir, dan diperlakukan tidak sebagaimana kaum muslimin memperlakukannya.
***
Pemboman tanpa perikemanusiaan di Gaza. Blokade, pengepungan, pembiokotan ekonomi terhadap Hamas,
menghukum rakyat atas pemilihannya, hingga penduduk Palestina kelaparan karena kekurangan susu dan roti, padam
listrik, minus air minum, dihujani peluru, dan setelah Hamas membalas dengan serangan roket, sesuai politik
perlawanan di samping kebijaksanaan politik perdamaiannya, maka sesuai wataknya yang penakut, Israel lalu meminta
agar Hamas melucuti senjata, dan mengakuinya. Terjadi persetujuan, dengan kriteria, Israel harus mengikuti resolusi
242 dan 338, yang memerintahkannya keluar dari wilayah yang direbutnya pada perang tahun 1967, dan memberikan
hak menentukan nasib sendiri bagi rakyat Palestina. Membentuk sebuah pemerintahan Palestina Merdeka.
Dilakukanlah gencatan senjata selama 6 bulan. Tapi di sebaliknya, mereka mendukung Mahmud Abbas. Sang
Presiden, dengan memberikan dana 60 juta US$, untuk melindunginya, juga kelompoknya; Dan apa apa lacur yang
terjadi? pemboman dilakukan antek-antek mereka terhadap Hamas dan warga sipil, hingga menewaskan mereka.
Anggota Hamas, dan rakyat sipil.
Apakah ini yang dinamakan gencatan senjata dan perdamaian?
Lalu…bilamana telah kita ketahui seperti itu, ke mana langkah mesti ditujukan? Apakah ke negara-negara seperti
itu, yang telah berbuat kezaliman? Atau ke negara-negara Arab dan negara yang mayoritas penduduknya muslim?
Yang masih ragu, bimbang, gamang, di antara sedikit ‘belas kasihan’ dan lebih banyak mementingkan negara masing-
masing? Acuh, dingin, beku, meski mulut masih bergumam, kata-kata tertulis dan tercatatkan: “Mendukung berdirinya
negara Palestina dengan batas wilayah tahun 1967, (Tepi Barat dan Jalur Gaza) dengan ibu kota Al Quds/Jerusalem,
dan ditariknya semua pasukan Zionis Israel dari wilayah tersebut sesuai resolusi DK PBB 242 dan 338, hak pulang
kembali ke tanah Palestina bagi pengungsi Palestina yang tersebar di penjuru dunia, mencabut pendirian pemukiman
Yahudi di wilayah tersebut.”
Sementara itu, setelah perdamaian ‘Camp David’, ramai-ramai mereka mengakui eksistensi Israel di dalam
kedaulatan pemerintahannya. Menjalin hubungan diplomatik, sosial, dan perdagangan dengannya. Di bawah tekanan

255
politik tatanan dunia baru, supremasi ekonomi global yang menjajah dan mencengkeram, walau masih ada juga rasa
malu-malu yang samar, dan tidak tegas-tegas mengakui. Lalu, kalau sudah melihat hal seperti ini, ke mana langkah
akan ditujukan? Dan bagaimana?
***
“Ya,” ibu itu semakin memastikan, “ke mana dan bagaimana lagi, kalau bukan kepada jalan-Nya! agama lurus
sesuai fitrah hidup dan kehidupan. Fitrah manusia dan kemanusiaan. Yang menyampaikan, menyelamatkan dan tidak
menceraiberaikan itu?” ujarnya penuh kepastian dan keyakinan yang menggebu. (QS 3:19, 83-85, 5:3, 7: 172, 30:30,
12:108, 6:153 ).
Dan ayat itupun menempati hatinya: “dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia; dan jangan kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari
jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS 6:153).
Ya, ke mana, dan bagaimana lagi, kalau bukan pada jihad dan perlawanan? (QS 9:24, 48: 29, 5:54, 61:4).
“Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, istiri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai,
adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (S 9:24).
***
Bukankah segala fenomena telah memperlihatkan? Bahwa di sana ada rencana aksi, sombong, bangga, iri,
dendam, seperti iblis telah melakukan? Merasa ‘bangsa dan ras pilihan’, dunia diperuntukkan bagi mereka, berhak
mengatur, jadi polisi, menetukan segalanya sesuka hati, tanpa timbang rasa, apalagi mau berlaku adil, berbelas kasihan?
Pengkhianat janji, penipu di atas kata-kata ‘perdamaian’, ‘gencatan senjata’, dan sejibun lagi ungkapan atau kata-kata
tanpa makna? Berlindung dan memperalat orang-orang yang haus kuasa, kedudukan, harta, wanita, memperlakukannya
sebagai boneka, di atas kemauan sang penjajah yang ‘mendikte’, disadari maupun tidak!?
Ya, ke mana dan bagaimana lagi, langkah akan ditujukan, kalau bukan buru-buru sadar diri, mempererat
ukhuwwah, menjalin persatuan, saling bantu membantu dan menolong, dalam baris kokoh terpadu, sebagaimana
sebuah bangunan? (QS 49:10, 3:103, 42:13, 30;31-32, 61:4, 5:2). Membangun, membentuk, membina diri, keluarga,
masyarakat bangsa dan negara, dengan sdm berkualitas, dalam segala aspek kehidupan? Mental, spiritual, intelektual,
moral, aktual, material finasial?
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang
ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang
selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya……………….” (QS 8:60).

256
Bekerja dari titik nol, seperti ketika Rasulullah saw. dan para sahabat melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah.
(QS 9:105, 17:84, 94:7-8). Atau seperti Jepang setelah Nagasaki dan Hirosima dibom. Atau seperti China, Vietnam,
setelah diperangi dan dibombarder Amerika Serikat. Atau bahkan pula seperti orang-orang Yahudi, Barat, bangsa kulit
putih itu sendiri. Ironis sekali bukan?
Ya ke mana dan bagaimana lagi, kalau bukan menggali, mengelola, memanfaatkan sumber alam dan manusia.
(QS 11:61, 2:30). Ke mana dan bagaimana lagi, kalau bukan menjadi pemimpin-pemimpin sejati dengan karakter khas
yang dimiliki; kualitas keimanan, Islam, akhlak, ilmu, teknologi, wawasan keilmuan lainnya; politik, ekonomi, sosial,
militer, strategi, filsafat, hukum, seni budaya; kerja dan amal perbuatan yang mencontohkan, dan sebagainya pula, yang
pada dasarnya mementingkan rakyat; pelayan umat, kesejahteraan manusia pada umumnya. Begitupula membentuk
kualitas rakyat dan sdmnya, dalam ketaatan pada Allah, agama, para pemimpin, dengan segala ajaran, aturan, hukum
yang datang dari-Nya. (98:5, 2:207, 5:44,45,47)
“……………..Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
orang-orang yang kafir.” (QS 5:44).
“……………Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka iu
adalahorang-orang yang zalim.” (QS 5: 45).
“……………Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu
adalah orang-orang yang fasik.” (QS 5:47).
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum)
Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS 5:50).
“Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?” (QS 95:8).
Karena bukankah, hukum yang datang dari manusia, sifatnya subjektif? Apakah dari sisi individualnya sendiri,
kelompok, golongan, partai, etnik, masyarakat dengan segala faham dan ajaran serta aliran dan mazhabnya, dan
sebagainya pula. Yang dengan sendiri objektifitasnya tak dapat seratus persen benar, jujur dan adil!
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam
perkara yang mereka perselisihkan. Kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan
yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS 4:65.
“………………….Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS 59:7).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara

257
kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS 5:51).
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS 4:59).
Di samping tetap mengawasi, mengontrol, berani mengoreksi para pemimpin, sebagai pengawas terbaik, agar
mereka tidak tergelincir, melupakan apa yang menjadi tanggung jawab yang telah dibebankan, dipikulkan, diberikan,
dan diamanatkan Allah swt kepadanya!
Sementara bagi bangsa Palestina sendiri, setelah persayaratan sebagaimana tersebut di atas, kita mengetahui,
bahwa mereka pun telah memiliki seperangkat langkah-langkah manis dan cantik, baik untuk strategi dalam negeri,
maupun strategi menghadapi Israel, dan luar! Meski segala sesuatu terus berjalan mengikuti perkembangan zaman,
masyarakat, budaya dan ilmu pengetahuan. Di mana untuk itu mereka harus selalu mencermati, memperhatikan,
melakukan sesuai yang diperlukan!
Wallahu ‘alam. Wal-hamdulillaahi Robbil ‘aalamien.

258

You might also like