You are on page 1of 20

PERENCANAA ULANGA BASEMENT

GEDUNG HI-TECH CENTRE


SURABAYA DENGAN DINDING
Oleh : Suwarno

Edited by....
Igun’z
0274-9194045
PERENCANAAN ULANG BASEMENT GEDUNG HI-TECH CENTRE
SURABAYA DENGAN DINDING PENAHAN TANAH MODEL MODIFIED
DIAPHRAGM WALL DAN PONDASI UTAMA BELL-SHAPED BORED PILE

Oleh :

Suwarno*)

Abstrak
Semula Basement gedung Hitech Centre Surabaya direncanakan memakai dinding penahan basement
model secant pile. System ini memiliki kelemahan yaitu rentan terhadap kebocoran air tanah, oleh sebab
itu diusulkan desain ulang dinding penahan tanahnya dan pondasi utamanya. Type yang diusulkan adalah
dinding diafragma yang dimodifikasi (modified diaphragm wall), dan pondasi utama type bell-shaped
bored pile berukuran 2.5x Dshaft diujungnya. Modified diaphragm wall adalah inovasi kecil pada dinding
diafragma konvensional yaitu dengan menaruh tiang pancang diantara panel-panel dinding diafragma
untuk mentransfer semua beban aksial pada lapisan tanah kuat melalui pile. Dengan kata lain, panel-
panel dinding diafragma akan lebih pendek dari dinding diafragma konvensional. Hasil perencanaan
ulang adalah dinding diafragma dengan panel berdimensi 0.5 x 1.5 x 15 m3 dan PC pile persegi ukuran
50x50 cm2 yang dipancang sampai kedalaman -23m MT, serta bell-shaped bored pile dengan kedalaman -
19 m dengan dimensi shaft 1.5 m dan dimensi bell 3.5 m. Ujung bell harus ditempatkan pada layer stiff
clay, karena pembentukan bell hanya bisa pada clayey soil atau tanah lempung, dan tidak bisa dibuat
pada lapisan pasir sepadat apapun.

Kata kunci : basement, HTC, modified diaphragm wall, bell shaped bored pile, tiang straight, shaft PC
pile.

Sistim secant piles memiliki kelemahan


PENDAHULUAN utama, yaitu pada saat penggalian terdapat
ƒ Latar Belakang banyak kebocoran air tanah pada bagian pile
Konstruksi struktur bawah tanah bukan bentonite sehingga diperlukan adanya pekejaan
merupakan barang baru bagi dunia teknik sipil, dinding pelapis tambahan untuk membuat sistim
namun dalam membuat sebuah struktur bawah ini kedap air. Metode kombinasi antara dinding
tanah diperlukan kriteria tersendiri dalam penahan tanah model secant piles dengan sistem
desainnya maupun pada tahap pengerjaanya top-down merupakan salah satu dari alternatif
nanti. yang dapat dikerjakan dalam kasus ini, namun
Pada proyek pembangunan gedung Hi- ada beberapa metode kombinasi lain yang
Tech Centre Surabaya. Selain mempunyai cukup tepat untuk kasus pembangunan
struktur gedung 7 lantai keatas, direncanakan basement di proyek HTC. Metode yang
pula gedung ini mempunyai 2 lantai di bawah dimaksud ini lebih umum dilaksanakan, yaitu
tanah (basement) sampai kedalaman -7 m di perbedaannya pada sistim penahan tanahnya
bawah muka tanah, yang digunakan sebagai menggunakan sistim diaphragm wall.
lahan parkir. Sedangkan sistem pendukungnya (support
system) tetap menggunakan top-down. Pada
*) Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP-ITS dan Kepala diaphragm wall yang akan direncanakan ini
Laboratorium Mekanika Tanah dan Batuan
diadakan sedikit modifikasi dari sistim

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 3


diaphragm wall yang konvensional, begitu juga TUJUAN
dengan sistim pondasi utamanya juga diadakan 1. Mendisain ulang struktur bawah tanah
redesign. Dengan ini maka penulis bermaksud (basement) pada proyek gedung HTC
mendesain ulang dua komponen utama yang Surabaya, yang meliputi diaphragm wall
ada dalam desain basement yaitu pondasi dan yang dimodifikasi dengan penanaman tiang
sistem penahan tanahnya untuk mengetahui pancang beton, pondasi utama berupa tiang
perbandingan kemudahan pelaksanaan dari bor, dan pelat lantai basement
desain lama dengan desain baru yang diusulkan. 2. Menganalisa kestabilan diaphragm wall, dan
tiang bor utama dan pelat-pelat lantai
RUMUSAN PERMASALAHAN penunjang terhadap semua kemungkinan
Permasalahan-permasalahan di lapangan gaya yang bekerja.
yang tercatat adalah sebagai berikut : 3. Menganalisis defleksi pada tiang-tiang dan
x Kondisi site yang terletak di tengah-tengah dinding yang telah direncanakan.
bangunan yang permanent, sehingga tidak 4. Hasil akhir disain akan dibandingkan dengan
memungkinkan pemakaian angker disain yang sudah ada dalam hal kemudahan
x Kondisi lingkungan yang ramai dengan pelaksanaan dan spesifikasi disain.
orang
x Site tidak terlalu luas LINGKUP PEMBAHASAN
x Muka air tanah yang cukup tinggi 1. Perencanaan dilakukan di Proyek HTC

x Dinding penahan tanah harus juga mampu Surabaya.

menerima gaya aksial dari kolom yang 2. Data yang digunakan adalah data sekunder

cukup besar. 3. Perencanan ulang meliputi :

x Sistim penahan tanah harus merupakan x Perhitungan desain basement

dinding permanen yang sekaligus dapat x Dilakukan perhitungan penulangan

digunakan sebagai dinding basement. x Menganalisa kestabilan tiga komponen


Sehingga perumusan masalah yang ingin utama basement dari desain baru
dipecahkan yaitu : x Gambar desain
1. Menentukan disain struktur bawah tanah lain x RAB tidak dihitung.
yang dapat menggantikan desain lama x Direncanakan juga metode pelaksanaan
dengan kelebihan kemudahan dinding penahan tanah, pondasi tiang
pelaksanaannya serta dapat menjawab bor, serta metode top-down.
permasalahan-permasalahan di lapangan. Ringkasan pembahasan yang dilakukan
2. Mendapatkan sebuah disain yang tidak disajikan dalam Tabel 1.
hanya lebih mudah dalam pelaksanaannya
namun juga memiliki kestabilan dan
kekuatan.

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 4


Tabel 1. Perbandingan Desain yang Sudah Ada ƒ Tekanan Tanah Aktif dan Pasif
dengan Desain yang Baru. Namun jika suatu dinding vertikal licin
yang membatasi suatu massa tanah tersebut
Desain yang sudah Desain yang baru diijinkan bergerak,maka tekanan tanah
ada
horizontal dalam elemen tanah tersebut akan
Sistim Secant Pile Diphragm Wall
berkurang secara terus menerus. Dan akhirnya
penahan tanah dengan modifikasi
penanaman tiang dicapai suatu keseimbangan plastis. Kondisi
pancang beton untuk tersebut dinamakan sebagai kondisi aktif
daya dukung
menurut rankine (1857) “Rankine’s active
pondasi.
state”. Tekanan tanah yang bekerja pada
Pondasi Utama Tiang Bor dengan Tiang bor dengan
tulangan pelebaran dinding tersebut (ıa) dinamakan tekanan tanah
memanjang dan penampang di ujung aktif.
tulangan lateral tiang (bell-shaped).
berbentuk spiral
Va V v u Ka  2c Ka
Support Top Down Top down Down dimana Ka = koefisien tekanan tanah aktif
System Construction construction (lihat
§ T·
metode pelaksanaan Ka tan 2 ¨ 45 $  ¸
top-down pada sub
© 2¹
bab 6.4) Sedangkan keadaan tanah pasif adalah
apabila suatu dinding vertikal licin tak terhingga
didorong masuk secara perlahan-lehan kearah
DASAR TEORI. dalam tanah ,maka tegangan horizontal
ƒ Tekanan Lateral Tanah Keadaan Diam (ıh)akan bertambah secara terus menerus. Pada
Bila suatu dinding tidak bergerak keadaan ini, keruntuhan tanah akan terjadi yang
membatasi suatu massa tanah ,maka massa kita kenal sebagai kondisi tanah pasif menurut
tanah tersebut akan berada pada suatu keadaaan Rankine (1857) “Rankine’s passive state”.
keseimbangan elastis (elastic equilibrium), rasio Tekanan tanah yang bekerja pada dinding
antara tekanan arah vertikal dan horizontal tersebut adalah tekan tanah pasif (ıp).
dinamakan koefisien tekanan tanah dalam
Vp V v u Kp  2c Kp
keadaan diam (ko)
dimana Kp = koefisien tekanan tanah pasif
Vh
Ko § T·
Vv Kp tan 2 ¨ 45$  ¸
© 2¹
Menurut Jaky (1944)
ƒ Koefisien Tanah Aktif dan Pasif menurut
Ko 1  sin T (untuk tanah berbutir) Coulomb (1776)
Menurut Brooker dan Ireland (1965) Anggapan-anggapan dasar dalam teori
Ko 0.95  sin T (untuk tanah lempung tekan tanah Coulomb adalah sebagai berikut :
terkonsolidasi secara normal) 1. Tanah adalah isotropic dan homogen
yang mempunyai gesekan dan kohesi.

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 5


2. Bidang runtuh permukaan urugan balik akan didapatkan dalam bentuk persamaan
adalah bidang datar aD 3  bD 2  cD  d 0 , yang kemudian bisa
3. Adanya gesekan tanah dengan diselesaikan dengan trial & error.
dinding. Sudut gesekan ini dinamakan Langkah 2
į Menentukan tekanan tanah aktif dan pasif yang
kondisi keruntuhan yang dianggap oleh bekerja pada dinding turap. Dari sisi tanah pasif,
Coulomb diilustrasikan seperti Gambar 2.1 dipergunakan faktor keamanan sebesar 1.5 – 2.
yaitu untuk tanah cohesionless digunakan sudut
geser I’ .
tan I
tan I ' dimana
SF
I’ = sudut geser efektif

SF = faktor keamanan (1.5-2)

Gambar 2.1 : Kondisi Menurut Coulomb

sin 2 D  I
Ka
sin I  G sin I  E º
2
ª
sin D sin D  G «1 
2
»
«¬ sin D  G sin D  E »¼

sin 2 D  I
Ka
sin I  G sin I  E º
2
ª
sin 2 D sin D  G «1  »
¬« sin D  G sin D  E ¼»

ƒ Perhitungan dinding turap dengan


metode free earth support
Asumsi dari metode ini adalah : Gambar 2.2. Tekanan Aktif dan Pasif pada
1. Tiang turap dianggap kaku jika Tanah Kohesif pada Kondisi Short-therm
dibandingkan dengan tanah sekitarnya dimana :
2. Dinding turap dapat bergerak dengan
r = faktor adhesi = 1  Cw
cukup untuk menimbulkan tekanan c

tanah minimum aktif dan pasif. Cw = adhesi antara lempung dan sheet pile

Langkah langkah perhitungan : Cw = 0.56

Langkah 1 C = nilai kohesi tanah

Besar kedalaman turap diwakili dengan variabel Ka = koefisien tanah aktif (menurut rankine
D, yang kemudian akan dicari nilainya. Pada dan Coulomb)
akhir perhitungan dengan metode ini, harga D

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 6


Kp = koefisien tanah pasif (menurut rankine
dan Coulomb)
Cu = cohesion undrained

Langkah 3
Menghitung kedalaman (D) turap
Dengan cara ™MT = 0, atau dengan ™Mo = 0
bila tanpa jangkar
Langkah 4
Gambar 2.3 Tekanan Lateral Tanah pada
Mencari gaya angker (T)
Dinding yang Diperkuat Bracing (Bowles,
Dengan cara ™Fx = 0
1982)
T =™Ea - ™Ep
Dimana :
™Ea = total gaya aktif yang bekerja akibat tanah
maupun surcharge
™Ep = total gaya pasif yang bekerja.

ƒ Tekanan lateral tanah pada braced


evcavation wall
Dinding yang diperkuat oleh bracing
ataupun tie back difungsikan untuk menahan
tekanan lateral tanah, namun dengan adanya
bracing atau tie back yang menahan pergerakan
dinding, tanah yang terdapat dibalik dinding
tidak dalam keadaan aktif. Tekanan tanah lebih
seperti pada keadaan diantara aktif dan at rest
(Bowles 1982).
Gambar 2.4. Apparent diagram menurut Peck
Tekanan lateral tanah pada dinding yang
dan Tschebotariof (1973)
diperkuat dengan bracing ataupun tie back lebih
tampak berbentuk trapezium daripada segitiga,
ƒ Pemilihan bentuk dan jenis pondasi
lihat Gambar 2.3.
Ada berbagai macam bentuk pondasi
yang dapat digunakan. Untuk memilih bentuk
pondasi yang memadai, perlu diperhatikan
apakah pondasi itu cocok untuk berbagai
keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu
memungkinkan untuk diselesaikan secara
ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya. Bila

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 7


keadaan tersebut ikut dipertimbangkan maka Tabel 2.1. Matrik I (Kombinasi antara Pondasi
dalam menentukan jenis pondasi, hal-hal berikut dengan Retaining Wall)
harus dipertimbangkan : Tiang Bor Tiang Pancang
Pondasi
1. Keadaan Tanah pondasi
2. Batasan akibat konstruksi diatasnya Retaining
Wall
(susperstructure)
3. Batasan-batasan dari sekelilingnya Secant Pile/ C1(T.Bor & C5( T. Pancang +
(lokasi proyek) Continous Pile Sec. Pile) Sc. Pile)
Diaphragm Wall C2( T.Bor & C6 ( T.Pancang +
4. Waktu dan biaya pekerjaan.
D. Wall) D. Wall)
Berikut ini akan diuraikan jenis-jenis
Sheet Pile C3(T. Bor & C7( T.
pondasi yang sesuai dengan keadaan tanah Sheet Pile) Pancang+Sheet
pondasi yang bersangkutan. Pile)

1. Bila tanah pendukung pondasi terletak Soldier Pile C4 (T.Bor & C8(T. Pancang+
Soldier P.) Soldier P.)
pada permukaan tanah atau 2-3 meter
di bawah permukaan tanah , maka
Kemudian disusun Tabel kombinasi II, yaitu
pondasi yang digunakan adalah
kombinasi antara Matrik I diatas dipasangkan
pondasi telapak
dengan sistem penunjang yang ada. Kombinasi
2. Bila tanah pendukung pondasi terletak
II diberikan dalam Tabel 2.2.
pada kedalaman sekitar 10 meter di
bawah permukaan tanah maka yang
Tabel 2.2. Matrik kombinasi II
digunakan adalah pondasi tiang atau
(Kombinasi Matrik I dengan Sistem Penunjang)
pondasi tiang apung (sumuran). Jika
menggunakan tiang maka tiang baja Sistem
penunjang
atau tiang beton akan kurang Top Down Internal Bracing

ekonomis, karena tiang-tiang tersebut (A) (B)


Hasil pada
kurang panjang. Matrik I
C1 C1-A C1-B(tidak layak)
3. Bila tanah pendukung pondasi terletak
C2 C2-A C2-B(tidak layak)
pada kedalaman sekitar 20-40 meter C3 C3-A(tidak C3-B(tidak layak)
dibawah permukaan tanah maka yang layak)
digunakan adalah pondasi tiang, baik C4 C4-A(tidak C4-B(tidak layak)
mungkin)
baja maupun beton.
C5 C5-A(tidak C5-B(tidak layak)
mungkin)
ƒ Analisa pemilihan desain C6 C6-A(tidak C6-B(tidak layak)
Tabel Kombinasi I, yaitu kombinasi mungkin)

antara sistem penahan tanah dengan pondasi C7 C7-A(tidak C7-B(tidak layak)


mungkin)
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
C8 C8-A(tidak C8-B(tidak layak)
mungkin)

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 8


Keterangan : - C1,C2,C3, C4….dst dapat dilihat dasarnya adalah kolom langsing yang
pada Tabel 2.1
digunakan unutk mentransfer beban dari super
- Alasan tidak layak atas dasar
sewa strut yang mahal structure ke lapisan tanah keras. Tiang pancang
pada umumnya memiliki diameter 750 mm atau
Analisa terhadap 16 hasil kombinasi
kurang, dimana ukuran inilah yang
Tabel 2.2 :
membedakan dengan pondasi tiang bor ataupun
1. Kombinasi desain yang menggunakan
caisson. Tiang pancang bervariasi menurut jenis
tiang pancang sebagai pondasi untuk
materialnya, antara lain tiang beton, tiang baja,
superstructure, sebenarnya mungkin
ataupun kayu.
dilaksanakan namun jika dikombinasikan
Daya dukung tiang pancang didasarkan
dengan support sistem top down menjadi
pada tahanan kulit tiang, tahanan ujung tiang,
tidak mungkin untuk dilakukan.
ataupun kombinasi dari keduanya.
2. Internal bracing mungkin dilaksanakan,
Perumusan kapasitas tiang pancang bedasarkan
namun ada beberapa alasan yang
Metode Luciano Decourt (1982)
membuat metode ini tidak layak untuk
QL Qp  Qs
dilaksanakan :
Dimana :
x Biaya sewa strut yang mahal
QL = kapasitas tiang ultimit / maksimum
x Bahaya lendutan strut yang terlalu
Qp = kapasitas ujung tiang
besar
Qs = kapasitas gesekan tiang
3. Dinding turap sheet pile tidak mungkin
untuk dilaksanakan karena kebanyakan
QL q p u Ap N p u K u Ap
sheet pile didesain untuk tidak menerima
beban aksial super structure yang besar
serta diperlukan sheet pile yang cukup Dimana :

panjang. QL = Daya dukung tanah maksimum (ton)

4. Dinding turap soldier pile tidak mungkin Np = Harga SPT disektar 4B diatas hingga 4B

dilaksanakan karena pada umumnya dibawah dasar tiang pondasi(B=diameter

soldier pile mempunyai kelemahan dalam pondasi)

waterproofing antar soldier pile (rawan K = Koefisien karakteristik tanah :


x
bocor). Untuk lempung = 12 t/m2
x
Oleh karena itu, metode yang diambil Untuk lanau berlempung = 20 t/m2
x
adalah 2 (dua) metode yang sangat berpotensi Untuk lanau berpasir = 25 t/m2
x
layak dilaksanakan untuk menjawab Untuk pasir = 40 t/m2
permasalahan-permasalahan yang ada. Ap = Luas penampang ujung tiang
qp = Tegangan diujung tiang
ƒ Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang merupakan Qs = qs x As = (Ns/3 +1) x As
salah satu bentuk pondasi dalam, dimana pada
JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 9
Dimana : (friction bearing capacity). Secara umum
Qs = Tegangan akibat tekanan lateral dalam dirumuskan sebagai berikut :
2
(t/m ) Qu Qp  Qs
Ns = Harga rata-rata sepanjang tiang tertanam ,
dengan batasan : 3 ” N ” 50 Dimana :
As = Keliling x panjang tiang yang terbenam Qu = kapasitas tiang ultimit / maksimum
(luas selimut tiang) Qp = kapasitas ujung tiang
Qs = kapasitas gesekan tiang
ƒ Pondasi Tiang Bor
Pada dasarnya tiang bor atau drilled Formula daya dukung Tiang Bor menurut
piers , digunakan untuk mengistilahkan tiang Reese (1978).
yang dicor di tempat (cast in place pile) dengan
cara mengebor lubang kemudian mengecornya Pada tanah lempung (I = 0)
dengan beton. Pada umumnya tiang bor

¦
berdiameter diatas 750mm. Badan tiang pada
Q ult = Qsi  Qp
umumnya berdiameter sama atau straight shaft
atau terdapat pembesaran di dasar tiang. Dimana :

¦ ¦
Ada beberapa keunggulan tiang bor jika
Qsi = Ds us u p'u'L
dibandingkan dengan tiang pancang yaitu:
1. Karena memiliki kapasitas beban yang
lebih besar, maka dibutuhkan tiang bor
yang lebih sedikit jumlahnya dari pada Qp = NccAp = 9 su.p Ap
tiang pancang untuk menahan beban yang
bekerja dari suatu struktur. ǹ = faktor reduksi berdasarkan proses
2. Tidak seperti halnya tiang pancang, pada konstruksi tiang bor
konstruksi tiang bor tidak dibutuhkan Su,s = Kuat geser undrained rata-rata sepanjang
adanya pile cap. Karena ukuran diameter tiang ǻL
tiang bor yang cukup besar dapat lang p’ = Keliling tiang
sung dihubungkan dengan kolom. 'L = Kedalaman tiang
3. Untuk kedalaman yang tidak terlalu besar, Su,p = Kekuatan geser tanah undrained rata-rata
dapat diadakan inspeksi untuk melihat pada 0.5B diatas dasar tiang sampai 3B
keadaan didasar pondasi dibawah dasar tiang.
4. Tiang bor dapat didesain untuk menahan
beban lateral dan momen yang lebih besar.
Perhitungan daya dukung tiang pada didasarkan
pada dua hal, yaitu tahanan ujung tiang (end
bearing capacity) dan tahanan gesekan tiang

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 10


Tabel 2.3. Nilai Į untuk memperkirakan q p Ap
Qp =
tahanan kulit tiang bor ditanah lempung. Dp
Metode Konstruksi Į dimana :
Metode kering menggunakan qp = tekanan ujung maksimum, didasarkan pada
0.5
lightweight slurry loading test.
Dibor dengan menggunakan
0.3
Lumpur bentonite Tabel 2.5. Nilai qp Tanah Pasir
Tiang bell yang ujungnya terletak Kepadatan pasir qp
pada tanah yang kekerasannya (kPa)
hampir sama dengan tanah 0.3 Pasir lepas 0
disekitar kulit tiang Pasir dengan 1600
kepadatan sedang 4000
Dengan metode pengeboran Pasir padat
kering
0.15
Dengan pengeboran mengguna- Įp = 2 x B (diameter tiang)
kan Lumpur bentonite
Ujung tiang bor tertumpu pada Formula lain untuk penghitungan daya
tanah yang memiliki kekerasan dukung tiang bor
0
yang jauh melebihi tanah disekitar
kulit tiang Formula Hansen (1970).
Untuk ujung pondasi pada pasir :
Pada tanah pasir
Qu = Qs + Qp Qa
Qs = K po’tan į x As =

Dimana Ap
( cNcsc d c  L' JNqsq d q  0.5B p N J sJ )
K = faktor tekanan lateral tiang SF
po’ = tegangan overburden efektif rata-rata
Untuk ujung pondasi lempung I = 0
į = I untuk tiang bor dalam pasir
As = Luas area kulit tiang.
Ap
Qa = 5.14 u Su u (1  s c ' d c ' )  L' J
SF
Tabel 2.4. Faktor Tekanan Lateral Tiang
Kedalaman dampai dasar K
Formula Terzaghi (1943).
< 7.5m 0.7
Untuk ujung pondasi pada pasir :
7.5m < L > 12m 0.6
Ap
L>12m 0.5 Qa = ( L' JNq  0.4JBpN J )
SF
L’ = kedalaman dasar pondasi.

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 11


Untuk ujung pondasi lempung I = 0 7. Muka air tanah cukup tinggi yaitu berada
Ap u 9 u c sekitar 1 meter dibawah permukaan tanah
Qa =
SF setempat.
ANALISA ƒ Analisa data pembebanan
ƒ Analisa data tanah Analisa beban untuk turap dinding.
Dari hasil penyelidikan pada kelima titik 1. Beban luar : Berupa beban dari luar yang
bor, maka pada umumnya (rata-rata) lapisan bekerja pada turap saat proses awal
tanah pada lokasi proyek dapat disimpulkan konstruksi dinding diafragma (surcharge =
sebagai berikut : 1 t/m2)
1. Pada bagian atas terdapat lapisan lunak dari 2. Beban Dalam : Berupa beban yang
jenis silt dan fine sand , sebagian ditimbulkan dari tekanan tanah aktif, serta
mengandung clay (N-SPT = 1.2) , berwarna air tanah.
coklat , hingga kedalaman 2-3 meter di
bawah permukaan tanah setempat. Analisa data beban struktur atas.
2. Selanjutnya ditemukan lapisan pasir, dengan Analisa gaya-gaya reaksi pada struktur
kepadatan sedang (N-SPT = 12-18), atas gedung HTC yang dibebankan pada
berwarna abu-abu, hingga kedalaman 5-8 struktur pondasi dan dinding diafragma dihitung
meter. dengan menggunakan program komputer SAP
3. Setelah lapisan tersebut, ditemukan lapisan 2000 V.9.03. Gaya-gaya reaksi tersebut dihitung
sangat lunak dari silty clay (N-SPT=1), pada perletakan jepit yang didesain terletak
berwarna abu -abu, hingga kedalaman 16- pada kolom-kolom dilantai basement. Pada
17 m. perhitungan gaya-gaya reaksi tersebut
4. Selanjutnya didapatkan lapisan yang agak digunakan beberapa kombinasi pembebanan
keras dari silty clay , berwarna abu-abu sesuai SNI 2847-2002.
denan ketebalan 2-3 meter. 1. Kombinasi 1 : 1.4D
5. Dibawah lapisan tersebut, ditemukan lapisan 2. Kombinasi 2 : 1.2D + 1.6L
silty clay yang lebih keras lagi (N-SPT =22- 3. Kombinasi 3 : 1.2D + 1 L + 1.6W
40) , berwarna abu-abu, hingga kedalaman 4. Kombinasi 4 : 1.2D + 1L + 1E-X
sekitar 22 meter dari permukaan tanah +0.3E-Y
setempat. 5. Kombinasi 5 : 1.2D + 1L + 1E-Y +
6. Pada bagian bawah dari pengeboran, 0.3E-X
ditemukan lapisan pasir dan lanau yang
padat hingga sangat padat (N-SPT = 30-50),
berwarna coklat dan abu-abu kehijauan
hingga kedalaman sekitar 30 meter atau
kedalaman akhir pengeboran.

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 12


PERHITUNGAN PERENCANAAN P1 sampai dengan P7 = tekanan tanah
ƒ Perencanaan Dinding Diafragma. kesamping
P8 = tekanan kesamping akibat air tanah
P9, P10 dan P11 = tekanan kesamping akibat
beban surcharge.
P12 sampai dengan P14 = tekanan tanah pasif.
F1 dan F2 = gaya reaksi strut.

Kesetimbangan momen di posisi strut :

¦ MF2 0 (momen di posisi strut F2).

0 = -0.9D2 -8.62 + 73.15


0 = D2 +10D -84.86

Gambar 4.1. Pemodelan Dinding Penahan Dengan cara coba-coba didaptkan D = 5.48

Tanah. D’ = 5.48 x 1.2 = 6.577 m


Panjang total dinding yang tertanam dari muka
tanah harus minimal 7m + 7.577 m = 14.577
m | 15 m

ƒ Perhitungan kedalaman dinding


berdasarkan hydrodynamic dan kontrol
terhadap bahaya heaving

Perhitungan kedalaman berdasar


Hydrodinamic

Gambar 4.2. Gaya-gaya pada Dinding Penahan 6


Tanah

Gambar 4.3. Permodelan Perhitungan


Hydrodinamic

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 13


Kedalaman yang aman terhadap qult = vertical overburden pressure
hydrodynamic berarti konstruksi dinding aman qult 20.3
SF = 1.27 >1.25 .. Ok.
pada saat dilakukan dewatering, sehingga pada Vuplif 15.94
saaat proses penggalian nantinya aliran air tanah
tidak akan menjadi masalah yang serius dan ƒ Perhitungan gaya dalam pada dinding
dewatering aman dilakukan. dan analisa defleksi dinding
Kedalaman Dc aman dapat dihitung dengan
mengontrol rasio antara nilai gradien hidrolis i Perhitungan gaya dalam dinding
dengan gradien hidrolis kritis. Momen maksimum terletak pada bagian
bawah dinding (-11.00 m), 4.00 meter dibawah
i (gradien hidrolis ) * SF < icr (gradien hidrolis galian basement dengan nilai 19.21 ton-m.
kritis)
Gaya geser maksimum = 18.43 ton/m
iexit x 1.2 < i critical
Gaya aksial maksimum = 5.7 ton/m
'h J'
u 1.2 <
Dc Jw

§ 0.712  1.32 ·
¨ ¸
6 © 2 ¹
u 1.2 <
Dc 1
7.2 < 1.016 Dc
Dc > 7.0866 m

Kontrol terhadap bahaya heaving


Karena berkurangnya tegangan efektif atau
overburden pressure akibat proses ekskavasi,
maka ditakutkan lapisan lempung lunak akan
mengalir kedalam lubang galian dan terjadi
heave. Sehingga dengan keadaaan yang Gambar 4.5. Bidang Momen pada Dinding
demikian perlu adanya kontrol kedalaman
dinding terhadap bahaya heave. Analisa defleksi dinding
Digunakan program Plaxis 7.2 untuk
mengecek defleksi yang terjadi pada dinding.
Total displacement dinding di ujung atas yang
terjadi sebesar 18.33 mm, menunjukkan angka
yang cukup aman untuk displacement dinding.

Gambar 4.4. Permodelan Heaving

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 14


ƒ Perencanaan Daya Dukung Dinding Jelas terlihat bahwa SF daya dukung
Diafragma. dinding dinding tersebut tidak memenuhi syarat.
Spesifikasi dari dinding difragma yang Dari kondisi tersebut, diadakan analisis agar
akan direncanakan: desain dinding memenuhi daya dukungnya.
Tebal : 50 cm Didapatkan 2 (dua) alternatif yang bisa
Panjang/kedalaman : 15 m dari muka tanah dilakukan untuk memperbaharui desain dinding
Mutu beton (fc) : 30 Mpa yaitu :
Metode Pengerjaan : Penggalian dengan 1. Memperdalam kedalaman dinding
clampshell dan bentonite slurry dengan perkiraan sampai lapisan tanah
Untuk perencanaan daya dukung keempat keras yaitu kurang lebih pada
dinding tersebut dianalisa secara terpisah. Untuk kedalaman 20-25 m.
memudahkan perhitungan, satu bentang dinding 2. Menanam tiang pancang didalam
tersebut dianggap seperti elemen struktur dinding diafragma sampai kedalaman
pondasi dalam yang mempunyai tahanan ujung tanah keras.
dan tahanan kulit seperti pada Gambar 4.6.
Alternatif dengan memperdalam dinding

Variasi (Tabel 4.1) Dari perhitungan daya dukung tanah


diperoleh hasil besarnya tahanan kulit (skin
friction) serta tahanan ujungnya, bahwa
kedalaman -22 meter merupakan kedalaman
yang aman untuk dibangun dinding dengan
angka keamanan rata-rata pada setiap dinding
lebih besar 3 (tiga).

Alternatif dengan Menanam Tiang Pancang


Gambar 4.6. Tahanan Ujung dan Kulit pada
di dalam Dinding (Modified Diaphragm
Elemen Dinding
Wall)
Mempertahankan kedalaman dinding
Tabel 4.1. Daya Dukung Dinding pada
difragma sedalam 15 meter namun untuk
Kedalaman -15m MT
menambah daya dukung dinding tersebut
Dinding Daya dukung Pu (beban SF
Dinding aksial) ditanam tiang pancang sebanyak yang
Dinding 2311 ton 4929 ton 0.37 diperlukan di dalam dinding tersebut.
Utara
Langkah-langkah analisa perhitungan
Dinding 1254 ton 3113 ton 0.35
kedalaman pemancangan:
Timur
Dinding 1224 ton 2895 0.37 1. Dibuat permodelan struktur pada program
Barat SAP 2000 Ver 9.3

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 15


2. Diasumsikan panel dinding diafragma tidak ƒ Perencanaan Tulangan Dinding
menerima beban aksial yang disebarkan Diafragma
oleh pile cap. Mmaks = 19. 21 ton-m
3. Reaksi vertikal axial (Rz) yang terbesar Geser maks = 18.43 ton/m
pada titik-titik pancang dijadikan patokan Dengan perumusan tulangan lentur pelat dan
sebagai Pmax. penulangan geser pelat didapatkan
4. Dihitung daya dukung pile tunggal menurut
kedalamannya, sampai ditemukan daya Tabel 4.3. Penulangan Satu Panel Dinding
dukung yang aman dengan angka Tulangan memanjang D19-200
keamanan diatas 3 (tiga). Angka daya Tulangan sengkang 3D13-200
dukung yang dipakai adalah angka yang
telah dikalikan dengan faktor efisiensi ƒ Perencanaan Struktur Pile Cap
pondasi group. Merupakan struktur yang mengikat
§ Qu · antara panel dinding diafragma dengan tiang
¨ 3¸
© P max ¹ pancang beton.
Tabel 4.2. Rzmax pada tiap Dinding b = 1 meter h = 0.7 meter ĭ = 22 mm
Dinding Rz(max) fy = 400 MPa fc’ = 30 MPa
Dinding utara 241 ton Mu-tumpuan max = 49.2 T-m (dari SAP 2000)
Dinding selatan 241 ton Mu-lap max = 21.553 T-m (dari SAP 2000)

Dinding Timur 259 ton


Tabel 4.4. Penulangan Struktur Caping Beam
Dinding Barat 245 ton
Tul. Tumpuan 9D22
Tul. lapangan 9D22
Untuk mengetahui kedalaman aman, diperiksa
safety factor hingga sebesar 3 sebagai hasil bagi Sengkang sendi 3D13-125

kapasitas dukung ultimit single pile yang telah plastis

dikalikan faktor efisiensi dengan Pmax. Rata- Sengkang setelah 3D13-300

rata kedalaman pemancangan pada setiap sendi plastis

dinding adalah -23m MT.


PERENCANAAN PONDASI UTAMA

Hasil spesifikasi disain adalah sebagai berikut : DAN PELAT BASEMENT

x Kedalaman panel dinding -15m MT, dengan ƒ Perencanaan pondasi bell-shaped bored

ukuran panel 0.5 x 1.5 m2 pile


Gambaran umum
x Tiang pancang 50x50 cm2 WIKA PC Pile
Bertujuan untuk mengadakan
solid dengan kedalaman pemancangan -23m
penghematan pada penggunaan volume beton
MT
serta memperbesar daya dukung pondasi. Disain
ulang yang dimaksud adalah memperbesar base

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 16


area dari tiang bor tersebut yaitu sampai 2.5 x Kontrol Uplift
Dshaft. Adanya beban uplift dari air tanah
mengakibatkan gedung terkena beban angkat
Perencanaan struktur pondasi bell-shaped keatas. Keadaan ini sangat berbahaya ,karena
bored pile dapat mempengaruhi kestabilan gedung,
x Perencanaan Dshaft dipakai 1.5 m terutama pada saat pembangunan pelat
x Dbell digunakan 2.5 Dshaft = 3.75 m , dengan basement telah selesai , dan beban bangunan
hbell = 2 m yang bekerja hanya 4 lantai. Untuk itu diadakan
analisis kesetimbangan beban antara uplift
dengan beban mati gedung yang hanya 4 lantai.
Resultante(max-karena uplift) = -178.81 ton (keatas)
Perhitungan kapasitas uplift tiang bor berdasar
Das (1980)
Qu = (Cu x Bc + J u L ) x Ap
Tulangan tiang bor dihitung dengan program
PCACol (Portland Cement Association, 1988), Qu = (74.58 x 6.12 + 125.6) x 9.61625

dihasilkan U =1% dari Agross, sehingga dipakai = 5596.942 kN = 570.53 Ton > 178.81 Ton
….OK
22D30 dengan tulangan spiral D10-200.

Kontrol Ground Loss


Perencanaan daya dukung bell-shaped bored
Kontrol dilakukan untuk mengecek
pile.
bahaya penyusutan lubang (pengurangan
Kapasitas dukung bell shaped bored
diameter lubang), sebagai akibat tanah disekitar
pile dihitung dengan menggunakan formula dari
lubang menyusut kedalam lubang.
Reese (1976). Karena pembesaran ujung tiang
Berdasar Lukas dan Baker , bahaya ini dapat
hanya dapat dilakukan dilakukan pada non-
diukur dari rasio antara tegangan overburden
caving soil atau tanah kohesif, maka pada kasus
efektif dengan tegangan geser undrained.
ini bell-shaped hanya dapat dilakukan pada
Po'
lapisan lempung berlanau yang kaku di Rs =
Su
kedalaman antara 17 m – 22 m.
Jika Rs < 6 maka penyusutan berjalan lambat.
Jika Rs > 6 maka penyusutan berjalan cepat.
Po’ pada kedalaman 22 m = 133 kPa
Su rata-rata sampai kedalaman 22 m = 137 kPa
98.06kPa
Rs = = 2.08 (penyusutan berjalan
47.11kPa
lambat).

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 17


ƒ Perencanaan Pelat Basement. HASIL PERENCANAAN.
Pelat basement merupakan pelat dibawah ƒ Modified diaphragm wall
tanah yang langsung berhubungan dengan tanah a. Hasil perencanaan panel-panel dinding
dibawah galian basement. Pelat ini didesain berukuran 0.5 x 1.5 x 15 m3.
untuk menerima gaya uplift dari air tanah b. Tiang pancang yang digunakan adalah
dimana pada kondisi normal berada pada -1m tiang pancang prestress solid dengan
dibawah muka tanah dan gaya hidup berupa ukuran 50x50cm2, dan dipancang sampai
kendaraan yang parkir, karena lantai ini kedalaman -23m.
difungsikan sebagai lantai parkir. Selain itu c. Hasil perhitungan penulangan dinding,
pelat basement ini merupakan struktur pada tiap panel dipakai tulangan vertikal
penopang dari dinding diafragma. Namun untuk / memanjang D19-200 tulangan geser
mengetahui momen terbesar yang mungkin 3D13-200.
terjadi , dianggap beban kendaraan belum d. Penggalian panel dinding diafragma
ada,sehingga yang bekerja beban merata dari dilakukan dengan clampshell yang
uplift pressure yang cukup besar. Ilustrasi dipasang pada crawler crane. dan pada
kondisi tersebut dapat dilihat pada gambar saat penggalian digunakan bentonite
dibawah ini. slurry dengan berat jenis sebesar 1.4
gr/cc untuk menjaga kestabilan lubang
saat penggalian.
e. Pemancangan dilakukan dengan
hydraulic hammer kapasitas 9 Ton

ƒ Bell-shaped bored pile


a. Hasil perencanaan ujung tiang bor
Gambar permodelam perhitungan pelat
dibesarkan sampai 2.5Dshaft yaitu 3.50
basement
meter, sedangkan Dshaft tiang sebesar
Data-data beban uplift dan beban lateral
1.50 m.
pada pelat tersebut dimasukkan analisa struktur
b. Tiang dibangun sampai kedalaman -
SAP 2000 sehingga menghasilkan hasil output
19m, dan pembesaran ujung tiang
momen sebagai berikut :
hanya bisa dilakukan sampai
Mux = 38.29 ton-m
kedalaman -22.00 m karena setelah
Muy = 54.10 T-m
kedalaman tersebut terdapat lapisan
pasir dimana pemebesaran ujung tidak
Tabel 5. Hasil penulangan pelat
dapat dilakukan.
Tulangan arah X D19-200
c. Tulangan tiang dipakai 18D25 dan
Tulangan arah Y D19200
sengkang spiral D10-200,

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 18


d. Pengeboran dilakukan dengan auger
tool, drilling bucket dan underreamer. Spesifikasi
e. Pada saat pengeboran digunakan Dinding Desain lama Desain baru
casing 12.00 meter sampai kedalaman - Penahan
11.50 m MT dan digunakan juga tanah
bentonite slurry untuk menjaga Modified
kestabilan lubang dinding. Secant pile
Model Diaphragm wall
Perbedaan antara desain lama dan baru
Primary Pile Wall panel :
diberikan dalam Tabel 6.
Dimension D = 60 cm 50x150 cm2
Secondary
Tabel 6. Perbedaan Disain Lama dan Baru. Tiang pancang :
Pile D = 80
50x50cm2
cm
Primary Pile Wall panel = -
Pondasi Depth = -15m MT 15m MT
Utama Secondary
Straight Tiang pancang = -
Bell-shaped bored Pile = -26m
shaft bored 23m
pile MT
Model pile Mutu beton fc' = 30 Mpa fc' = 30 Mpa
Dshaft =1.5 Slump = 15- Slump = 15-18
Dshaft=1.5m
Dimension m 18 cm cm
L= 18m Dbell = 3.5 m Tools Drilling tool Grabber/clamshell
L= 12m Drilling
Mutu beton fc' = 30 Mpa fc' = 30 Mpa Pile driver
bucket
Slump = 15- Slump = 15-18 Casing 10 m
18 cm cm Cost Lebih murah Lebih mahal
Tools Drilling tool Drilling tool
Drilling
Drilling bucket METODE PELAKSANAAN UMUM DAN
bucket
REVIEW PERBEDAAN DISAIN LAMA
Vibro
Vibro hammer DAN DISAIN BARU
hammer
ƒ Umum
Under reamer
Urutan pelaksanaan pengerjaan 3 hal, yaitu :
1. Urutan pelaksanaan Modified
diaphragm wall
2. Urutan pelaksanaan Bell-shaped bored
pile

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 19


3. Urutan pelaksanaan Top-down 2. Dimensi panel dinding adalah 50 cm x 150
construction cm, panjang 15.00 meter dan tiang
ƒ Urutan Pelaksanaan Modified diaphragm pancang 50 cm x 50 cm panjang 23 meter.
wall 3. Pondasi utama type bell-shaped bored pile
Pengerjaan dinding diafragma terdiri dari berdiameter 1.50 m dan diameter bell 3.50
3 (tiga) pekerjaan yang mendasar, yaitu : m dengan kedalaman 12.00 meter ternyata
a. Pekerjaan persiapan lebih efisien dibandingkan dengan type
b. Pekerjaan pemancangan ,penggalian straight shaft bored pile berdiameter 1.50
dan pemasangan besi tulangan meter (tanpa bell).
c. Pekerjaan pengecoran
ƒ Urutan pelaksanaan bell-shaped bored pile DAFTAR PUSTAKA
D 1500 mm Bowles, J.E. , 1996. ”Foundation Analysis and
Pengerjaan bell-shaped bored pile terdiri Design”, 5thEdition, New York, McGraw-
Hill.
dari 3 (tiga) pekerjaan yang mendasar, yaitu :
Cernica,`John N., 1995. “Geothecnical
a. Pekerjaan persiapan Engineeering & Foundation Design”,
b. Pekerjaan pengeboran dan New York, John Wiley & Sons.
pemasangan besi tulangan Coduto, Donald P., 1994. ”Foundation Design
: Principles and Practices”, New Jersey,
c. Pekerjaan pengecoran Prentice-Hall
Das, Braja M. 1998. ”Mekanika Tanah
ƒ Urutan Pelaksanaan Top-down. (Prinsip Rekayasa Geoteknis)”, Jakarta,
Erlangga.
a. Pemasangan modified diafragma wall
Das, Braja M., 1990. ”Priciples of Foundation
yang dilengkapi dengan tiang pancang, Engineering”, Second Edition, Boston,
b. Pengerjaan bell shaped bored pile, PWS-KENT Publishing Company.

c. Penggalian tanah didalam basement Nakazawa M, Kazuto.2000. ”Mekanika Tanah


dan Teknik Pondasi”. Cetakan 7, Jakarta,
dan sekaligus dapat dilakukan Pradnya Paramita.
pengerjaan lantai dasar (ground) secara Nawy P.E, Edward G., 1998. “Beton
Bertulang”, Bandung, PT Refika Aditama
bersamaan,
d. Pengecoran pelat dasar basement,
sekaligus pengerjaan lantai 1 dan
seterusnya secara bersamaan.

KESIMPULAN.
1. Dinding penahan basement model
modified diaphragm wall ternyata lebih
efisien dan lebih murah dibandingkan
dengan model secant pile,

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 20


JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007 / 21

You might also like