Professional Documents
Culture Documents
TENTANG
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di : Jakarta 15
Pada tanggal :15 Juli2002
Badan Pengawas Obat dan Makanan
H. SAMPURNO
NIP.14008774
PEDOMAN
CARA PEMBUATAN
OBAT YANG BAIK
(CPOB)
Edisi 2001
IlmuFarmasi.Com
DAFTAR ISI
Halaman
P E N G A N T A R ................................................................................. i
1. KETENTUANUMUM .................................................................... 1
2. P E R S O N A L I A ........................................................................ 11
3. BANGUNAN DAN FASILITAS .................................................... 14
4. P E R A L A T A N .......................................................................... 20
5 SANITASI DAN HIGIENE............................................................. 23
6. P R O D U K S I ............................................................................... 27
7. PENGAWASAN MUTU ................................................................. 63
5. INSPEKSI DIRI.............................................................................. 81
9. PENANGANAN KELUHAN TERHADAP OBAT,
PENARIKAN KEMBALI OBAT DAN OBAT KEMBALIAN ......... 83
10. D O K U M E N T A S I ................................................................... 87
ADDENDUM
I N D E K S .............................................................................................. 126
PANITIA PENYUSUN...........................................................................136
IlmuFarmasi.Com
CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (CPOB)
1. KETENTUAN UMUM
1.2. Definisi
Dalam pedoman ini digunakan definisi berikut:
1.2.1. Akurasi
Tingkat kedekatan hasil yang diperoleh terhadap nilai sesungguhnya
dari suatu pengukuran atau analisis.
1.2.2. Bahan Awal
Semua bahan baku dan bahan pengemas yang digunakan dalam
produksi obat.
1 IlmuFarmasi.Com
1.2.3. Bahan Baku
Semua bahan, baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat, yang
berubah maupun tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan
obat walaupun tidak semua bahan tersebut masih terdapat di dalam
produk ruahan.
1.2.8. Bets
Sejumlah produk obat yang mempunyai sifat dan mutu yang seragam
yang dihasilkan dalam satu siklus pembuatan atas suatu perintah
pembuatan tertentu. Esensi suatu bets adalah homogenitasnya.
1.2.10. Biogenerator
Suatu sistem tertutup seperti fermentator dimana bahan biologi
dimasukkan bersama bahan lain agar terjadi proses multiplikasi sel
atau reaksi yang menghasilkan suatu zat baru. Biogenerator biasanya
dilengkapi dengan peralatan asesori untuk mengatur, mengendalikan,
menyambungkan, penambahan bahan dan pengeluaran bahan.
2 IlmuFarmasi.Com
1.2.11. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
Bagian dari sistem pemastian mutu yang mengatur dan memastikan
obat diproduksi dan mutunya dikendalikan secara konsisten sehingga
produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan
sesuai tujuan penggunaan produk disamping persyaratan lainnya.
3 IlmuFarmasi.Com
1.2.17. Ditolak
Status bahan atau produk yang tidak diijinkan untuk digunakan dalam
pengolahan, pengemasan atau distribusi.
1.2.18. Dokumentasi
Seluruh prosedur, instruksi dan catatan tertulis yang berhubungan
dengan pembuatan obat.
4 IlmuFarmasi.Com
1.2.26. Kurungan Primer
Sistem pengurungan yang mencegah terlepasnya suatu bahan biologi
ke lingkungan luar langsung. Sistem ini menggunakan wadah atau tanki
tertutup atau lemari aman biologi dan prosedur untuk keamanan kerja.
1.2.28. L o t
Bagian tertentu dari suatu bets yang memiliki sifat dan mutu yang
seragam dalam batas yang telah ditetapkan. Apabila suatu produk
obat diproduksi dengan proses terus menerus, lot berarti suatu bagian
tertentu yang dihasilkan dalam suatu satuan waktu atau satuan jumlah
sedemikian rupa sehingga menjamin bagian ini memiliki sifat dan mutu
yang seragam dalam batas yang telah ditetapkan.
5 IlmuFarmasi.Com
1.2.31. Manifold
Peralatan berbentuk pipa yang dirancang khusus sehingga
memungkinkan satu atau lebih wadah gas dapat diisi secara serempak
dari satu sumber.
1.2.32. Nomor Bets
Penandaan yang terdiri dari angka atau huruf atau gabungan keduanya,
yang merupakan tanda pengenal suatu bets, yang memungkinkan
penelusuran kembali riwayat lengkap pembuatan bets tersebut,
termasuk tahap-tahap produksi, pengawasan dan distribusi.
6 IlmuFarmasi.Com
1.2.39. Pembuatan
Seluruh rangkaian kegiatan dalam menghasilkan suatu obat yang
meliputi produksi dan pengawasan mutu mulai dari pengadaan bahan
awal, proses pengolahan, pengemasan sampai obat jadi untuk
distribusi.
1.2.40. Pemulihan
Penambahan seluruh atau sebagian produk dari satu bets sebelum-
nya yang memenuhi kualitas yang ditetapkan ke bets berikut pada
suatu langkah tertentu dari proses produksi.
1.2.41. Pengawasan Selama Proses
Pemeriksaan dan pengujian yang dilembagakan dan dilaksanakan
selama proses pembuatan obat, termasuk pemeriksaan dan pengujian
terhadap lingkungan dan peralatan.
1.2.43. Pengemasan
Bagian siklus produksi yang dilakukan terhadap produk ruahan untuk
menghasilkan obat jadi.
Catatan : Lazimnya proses pengisian steril tidak dianggap sebagai
bagian dari pengemasan. Dalam hal ini produk ruahan steril adalah
produk yang sudah terisi dalam kemasan primer sebelum dilanjutkan
ke proses pengemasan akhir.
1.2.44. Pengolahan ,
Bagian dari siklus produksi mulai dari penimbangan bahan baku sampai
menghasilkan produk ruahan.
7 IlmuFarmasi.Com
1.2.46. Presisi (dari metode analisis)
Tingkat variasi (atau kecocokan) antara hasil uji dari masing-masing
contoh terpisah yang diambil dari satu bets bahan atau produk yang
homogen. Termasuk dalam hal ini variasi antar analis, waktu analisis,
pengujian terhadap ekstraksi yang sama dari contoh yang diberikan,
ekstraksi yang berbeda dan antar laboratorium yang melaksanakan
uji yang sama. Presisi lazimnyaterdiri dari:
- Ripitabilitas (dalam laboratorium yang sama)
- Reprodusibilitas (antar laboratorium yang berbeda)
1.2.47. Produksi
Semua kegiatan pembuatan mulai dari penerimaan bahan awal,
pengolahan sampai dengan pengemasan untuk menghasilkan obatjadi.
1.2.50. Prosedur
Uraian tugas yang harus dilaksanakan serta peringatan yang diikuti
secara langsung atau tidak langsung dalam pembuatan obat.
1.2.51. Rekonsiliasi
Perbandingan nilai ketidak-cocokan jumlah bahan-bahan masuk dan
keluar sesudah selesai suatu proses atau serangkaian proses produksi.
8 IlmuFarmasi.Com
Suatu ruang penyangga udara dapat menjadi ruang antara untuk masuk
ke ruang bersih dimana produk steril diproses.
1.2.54. Sanitasi
Segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi
yang memenuhi syarat kesehatan.
9 IlmuFarmasi.Com
1.2.57. Spesifikasi Bahan
Pemerian suatu bahan awal, produk antara, produk ruahan atau obat
jadi mengenai sifat-sifat kimia, fisik dan biologi jika ada. Spesifikasi
tersebut menyatakan standar dan toleransi yang diperbolehkan yang
biasanya dinyatakan secara deskriptif dan numerik.
1.2.58. Stabilitas
Kemampuan produk untuk mempertahankan sifat fisika, kimia,
mikrobiologi dan biofarmasi sebelum batas daluwarsa.
1.2.59. Sterilisasi
Inaktifasi atau pengurangan mikroba hidup sampai batas yang dapat
diterima, yang dilakukan dengan cara yang sesuai.
1.2.60. Tabung(gas)
Tabung yang dirancang khusus untuk penyimpanan gas pada tekanan
tinggi.
1.2.64. Terinfeksi
Kondisi pencemaran dengan bahan biologi eksternal dan dengan
demikian sanggup menyebarkan infeksi.
1.2.65. Validasi
Suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap
bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau
mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan
senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.
10 IlmuFarmasi.Com
2. PERSONALIA
11 IlmuFarmasi.Com
tidak dibuat sesuai dengan prosedur yang disetujui dan kondisi yang
ditentukan.
2.1.3.1. Manajer pengawasan mutu menentukan secara jelas ruang
lingkup tugasnya serta metode pendelegasian apabila
berhalangan kerja.
2.1.3.2. Meskipun seorang manajer pengawasan mutu mempunyai
tanggungjawab pribadi maupun profesional untuk memasti-
kan bahwa semua pemeriksaan dan pengujian sudah
dilaksanakan, namun rincian tugas tersebut dapat didelegasi-
kan kepada seorang anggota staf terlatih dan berpengalaman
cukup untuk mengesahkan pekerjaan yang dilakukan oleh
staf departemen. Pada akhirnya seorang manajer peng
awasan mutu harus diyakinkan bahwa produksi dan
pengujian sudah dilaksanakan dengan memuaskan dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan melalui pemeriksaan
langsung atau lazimnya melalui sistem pengawasan mutu
yang berjalan sebagaimana mestinya antara lain persetujuan
atas hal-hal yang diperlukan. pemeriksaan audit, inspeksi-
diri dan pemeriksaan setempat.
2.1.3.3. Disadari adanya ketergantungan seorang manajer peng
awasan mutu kepada rekan-rekan kerja untuk menanam-
kan mutu dan pembuatan obat, oleh karena itu sangatlah
penting untuk seorang manajer pengawasan mutu menjalin
kerjasama yang baik dengan rekan-rekan penanggungjawab
departemen lain terlebih dengan manajer produksi.
2.1.4. Manajer produksi dan manajer pengawasan mutu bersama-sama
bertanggungjawab atau ikut bertanggungjawab dalam penyusunan dan
pengesahan prosedur-prosedur tertulis, pemantauan dan pengawasan
lingkungan pembuatan obat, kebersihan pabrik dan validasi proses
produksi; kalibrasi alat-alat pengukur, latihan personalia, pemberian
persetujuan terhadap pemasok bahan dan kontraktor; pengamanan
produk dan bahan terhadap kerusakan dan kemunduran mutu dan
dalam penyimpanan catatan-catatan.
2.1.5. Untuk menunjang dan membantu tenaga inti tersebut di atas, dapat
ditunjuk tenaga yang trampil dalam jumlah yang sesuai untuk melak-
sanakan supervisi langsung di bagian produksi dan pengawasan mutu.
12 IlmuFarmasi.Com
Tiap supervisor hendaklah cukup terlatih dan memiliki ketrampilan
teknis yang memadai serta pengalaman praktis dalam bidang yang
berkaitan dengan tugasnya. Mereka bertanggungjawab kepada
manajer produksi atau manajer pengawasan mutu.
2.1.6. Disamping staf tersebut di atas hendaklah tersedia tenaga yang terlatih
secara teknis dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan
kegiatan produksi dan pengawasan mutu sesuai dengan prosedur dan
spesifikasi yang telah ditentukan. Mereka hendaklah memahami
petunjuk kerja tertulis. Pada saat pengangkatan, kepada mereka
hendaklah diberi latihan yang cukup.
2.1.7. Tanggungjawab yang diberikan kepada setiap karyawan tidak boleh
terlalu berlebihan sehingga dapat menimbulkan risiko terhadap mutu
obat.
2.1.8. Tugas dan tanggungjawab hendaklah diberikan dengan jelas dan dapat
dipahami dengan baik oleh setiap karyawan.
2.2. Pelatihan
2.2.1. Seluruh karyawan, yang langsung ikut serta dalam kegiatan pembuatan
obat dan yang karena tugasnya mengharuskan mereka masuk ke
daerah pembuatan obat, hendaklah dilatih mengenai kegiatan tertentu
yang sesuai dengan tugasnya maupun mengenai prinsip CPOB.
2.2.2. Pelatihan hendaklah diberikan oleh tenaga kompeten.
Perhatian khusus hendaklah diberikan dalam latihan bagi mereka yang
bekerja di daerah steril dan daerah bersih atau bagi mereka yang
bekerjamenggunakan bahan yang mempunyai resiko tinggi, toksik
atau yang menimbulkan sensitisasi.
2.2.3. Pelatihan mengenai CPOB hendaklah dilakukan secara ber-
kesinambungan dan dengan frekuensi yang memadai untuk menjamin
agar para karyawan terbiasa dengan persyaratan CPOB yang
berkaitan dengan tugasnya.
2.2.4. Pelatihan mengenai CPOB hendaklah dilaksanakan menurut program
tertulis yang telah disetujui oleh manajer produksi dan manajer
pengawasan mutu.
2.2.5. Catatan pelatihan karyawan mengenai CPOB hendaklah disimpan
dan efektivitas program pelatihan hendaklah dinilai secara berkala.
2.2.6. Setelah mengadakan pelatihan, prestasi karyawan hendaklah dinilai
untuk menentukan apakah mereka telah memiliki kualifikasi yang
memadai untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.
13 IlmuFarmasi.Com
3. BANGUNAN DAN FASILITAS
14 IlmuFarmasi.Com
bahan-bahan lain serta resiko terlewatnya salah satu langkah dalam
proses produksi. Untuk mencapai tujuan ini sekat ruangan yang sesuai,
tirai udara dan cara lain dapat digunakan. HendakJah diberi perhatian
khusus bagi pengolahan bahan yang sangat beracun atau bahan yang
dapat menimbulkan sensitisasi seperti hormon, bahan sitotoksik dan
antibiotika tertentu. Dalam hal ini perlu pemisahan bangunan untuk
pembuatan obat yang mengandung bahan tersebut.
3. 4.2. Obat yang mengandung golongan penisilin hendaklah diproduksi
dalam suatu bangunan terpisah yang dilengkapi peralatan pengendali
udara khusus untuk produksi tersebut.
Namun demikian, pemasangan ulang label untuk produk penisilin dapat
dilakukan dengan menggunakan alat yang dikhususkan untuk produk
tersebut atau melalui proses pengemasan beberapa bets secara ber-
urutan di daerah terpisah yang dibersihkan dan didekontaminasi
menurut prosedur yang sudah divalidasi.
3.4.3. Obat yang mengandung golongan sefalosporin dapat diproduksi di
ruang terpisah dalam satu bangunan dengan pengendalian udara dan
peralatan termasuk lini pengemasan khusus untuk produk tersebut.
Produksi dapat dilakukan juga dengan cara produksi beberapa bets
secara berurutan di daerah terpisah yang dibersihkan dan didekonta-
minasi menurut prosedur yang sudah divalidasi.
Langkah pencegahan terhadap kontaminasi penisilin hendaklah
diambil.
Pemasangan ulang label untuk produk sefalosporin dapat dilakukan
mengikuti kondisi yang dipersyaratkan dalam butir 3.4.2
3.4.4. Kontaminasi silang terhadap produk oleh bahan biologi aktif atau
produk obat seperti steroida tertentu atau bahan sitotoksik yang dalam
jumlah sangat sedikit dapat menyebabkan efek fisiologis hendaklah
dicegah dengan upaya: t
3.4.4.1. kegiatan produksi dilakukan di dalam bangunan terpisah
atau dalam ruang tertutup yang terisolasi dengan baik atau
dengan cara membuat beberapa bets berurutan dengan
menggunakan peralatan yang sama atau diperuntukkan
khusus bagi produk tersebut yang diikuti dengan pember-
sihan yang cermat dan fumigasi dimana perlu;
3.4.4.2. mengendalikan cemaran udara sekitar dengan mem-
berlakukan perbedaan tekanan udara yang tepat dalam
daerah proses atau menggunakan sistem penghisap udara
15 IlmuFarmasi.Com
dan penyaring udara yang memadai, bersamaan dengan
pengendalian udara yang disirkulasi kembali;
3.4.4.3. menyiapkan dan memberi perlindungan terhadap peralatan
produksi, dan menggunakan peralatan khusus untuk satu
jenis produk dimana memungkinkan:
3.4.4.4. pengurungan terhadap cemaran yang dipindahkan,
dilakukan melalui sistem ruang penyangga udara,
penggantian pakaian kerja dan dekontaminasi wadah dan
barang lain yang digunakan sebelum barang-barang tersebut
dikeluarkan dari ruang isolasi:
3.4.4.5. pencucian terpisah untuk pakaian yang tercemar;
3.4.4.6. pemeriksaan berkalaterhadapkehadiran zat-zatterapetik
yang digunakan dalam proses di lingkungan sekitar daerah
produksi; dan
3.4.4.7. melakukan validasi prosedurpembersihan
16 IlmuFarmasi.Com
3.5.3. Penyimpananbahanawal
3.5.4. Penimbangan dan penyerahan
3.5.5. Pengolahan
3.5.6. Penyimpanan produk ruahan
3.5.7. Pengemasan
3.5.8. Karantinaobatjadi selama menunggu pelulusan akhir
3.5.9. Penyimpanan obat j adi
3.5.10. Pengiriman barang
3.5.11. Laboratorium
3.5.12. Pencucianperalatan
3.6. Daerah pengolahan produk steril hendaklah dipisahkan dari daerah produksi
lain serta dirancang dan dibangun secara khusus.
Ruang-ruang terpisah diperlukan bagi kegiatan-kegiatan berikut:
3.6.1.Pembukaan kemasan komponen
3.6.2.Pencucian peralatan serta wadah
3.6.3.Pengolahan
3.6.4.Pengisian dan penutupan wadah langsung
3.6.5.Ruang penyangga udara yang menghubungkan ruang ganti pakaian
dengan ruang pengisian.
3.6.6. Penggantian pakaian steril sebelum memasuki ruang steril.
3.7. Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai dan langit-langit) hendaklah
licin, bebas dari keretakan dan sambungan terbuka serta mudah dibersihkan,
dan bila perlu mudah didesinfeksi. Lantai di daerah pengolahan hendaklah
dibuat dari bahan kedap air, permukaannya rata dan memungkinkan pem-
bersihan secara cepat dan efisien. Dinding hendaklah juga kedap air dan
memiliki permukaan yang mudah dicuci. Sudut-sudut antara dinding, lantai
dan langit-langit dalam daerah-daerah kritis hendaklah berbentuk lengkungan.
3.8. Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak kontrol serta
ventilasi yang baik. Saluran terbuka hendaklah sedapat mungkin dicegah tetapi
bila diperlukan hendaklah cukup dangkal untuk memudahkan pembersihan
dan desinfeksi.
3.9. Lobang pemasukan dan pengeluaran udara serta pipa-pipa dan
salurannya hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah
timbulnya pencemaran terhadap produk..
3.10. Bangunan hendaklah mendapat penerangan yang efektif dan mempunyai
ventilasi dengan fasilitas pengendali udara (termasuk suhu, kelembaban dan
17 IlmuFarmasi.Com
penyaring) yang sesuai untuk kegiatan dalam bangunan maupun dengan
lingkungan sekitarnya.
3.11. Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi lain di daerah produksi hendaklah
dipasang sedemikian rupa untuk menghindarkan terbentuknya ceruk yang tidak
dapat dibersihkan. Instalasi seperti ini sedapat mungkin dipasang di luar daerah
pengolahan.
3.12. Pemasangan tulang atap, pipa dan saluran udara di dalam ruangan hendaklah
dicegah. Apabila tidak terhindarkan. maka suatu prosedur tetap dan penjad-
walan khusus mengenai pembersihan pasangan tersebut hendaklah dibuat dan
diikuti.
3.13. Pipa-pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel di dinding
tetapi diganrungkan dengan menggunakan siku-siku padajarakcukup untuk
memudahkan pembersihan.
3.14. Tenaga listrik hendaklah memadai untuk menjamin kelancaran fungsi
peralatan produksi dan laboratorium.
3.15. Seluruh bangunan, termasuk daerah produksi. laboratorium, gudang, gang
dan daerah sekeliling gedung. hendaklah dirawat agar senantiasa dalam
keadaan bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah diperiksa secara
teratur dan dilakukan perbaikan dimana perlu. Perhatian khusus perlu diberikan
untuk menjamin agar perbaikan gedung atau kegiatan perawatannya tidak
akan mengakibatkan pengaruh negatif terhadap produk.
3.16. Gudang penyimpanan bahan hendaklah cukup luas. terang serta ditata dan
dilengkapi sedemikian rupa untuk memungkinkan penyimpanan bahan dan
produk dalam keadaan kering. bersih dan teratur.
18 IlmuFarmasi.Com
3.16.4. Hendaklah disediakan tempat penyimpanan terpisah bagi barang-
barang yang ditolak, ditarik kembali atau dikembalikan.
3.16.5. Penyimpanan hendaklah ditata sedemikian rupa sehingga masing-
masing label yang berbeda demikian pula bahan cetak lain, tersimpan
terpisah untuk mencegah terjadinya pencampuran.
3.17. Pintu yang membuka langsung ke lingkungan luar dari ruang produksi seperti
pintu bahaya kebakaran hendaklah selalu ditutup rapat untuk mencegah
masuknya cemaran.
Peraturan hendaklah dibuat untuk menjamin bahwa pintu tersebut hanya
digunakan dalam situasi darurat. Pintu-pintu di dalam gedung yang difungsikan
sebagai perintang terhadap kontaminasi silang hendaklah selalu dalam keadaan
tertutup apabila sedang tidak digunakan.
19 IlmuFarmasi.Com
4. PERALATAN
20 IlmuFarmasi.Com
4.2. Pemasangan dan Penempatan
4.2.1. Peralatan hendaklah ditempatkan sedemikian rupa untuk
memperkecil kemungkinan pencemaran silang antar bahan
di daerah yang sama.
4.2.2. Peralatan hendaklah ditempatkan dengan jarak yang
cukup renggang dari peralatan lain untuk memberikan
keleluasaan kerja dan memastikan tidak terjadinya
campur-baur atau kekeliruan.
4.2.3. Semua ban mekanis terbuka dan kerekan hendaklah
dilengkapi dengan pengaman.
4.2.4. Saluran air, uap, udara bertekanan atau hampa udara
hendaklah dipasang sedemikian rupa sehingga mudah
dicapai selama kegiatan berlangsung. Saluran ini hendaklah
diberi label atau tanda yang jelas agar mudah dikenali.
4.2.5. Tiap peralatan utama hendaklah diberi nomor pengenal
yang jelas. Nomor pengenal ini akan dipakai pada semua
perintah dan catatan pembuatan bets untuk menunjukkan
unit atau alat tertentu yang dipakai pada proses
pembuatan tertentu untuk bets yang bersangkutan,
kecuali bila alat tersebut hanya digunakan untuk satu
jenis produk saja.
4.2.6. Semua pipa, tangki, selubung pipa uap atau pipa pendingin
hendaklah diberi isolasi yang baik untuk mencegah
kemungkinan terjadinya cacat dan memperkecil kehilangan
energi.
4.2.7. Saluran pipa ke alat yang menggunakan uap bertekanan
hendaklah dilengkapi dengan perangkap uap dan saluran
pembuangan yang berfungsi dengan baik.
4.2.8. Sistem-sistem penunjang seperti sistem pemanas, ventilasi,
pengatur suhu udara, air minum, pemurnian air,
penyulingan air, uap, udara bertekanan dan gas hendaklah
divalidasi untuk memastikan bahwa sistem-sistem tersebut
senantiasa berfungsi sesuai dengan tujuannya.
4.3. Pemeliharaan
4.3.1. Peralatan hendaklah dirawat menurut jadwal yang tepat
agar tetap berfungsi dengan baik dan mencegah terjadinya
pencemaran yang dapat merubah identitas, mutu atau
kemurnian produk.
4.3.2. Prosedur-prosedur tertulis untuk perawatan peralatan
hendaklah dibuat dan dipatuhi.
21 IlmuFarmasi.Com
4.3.3. Catatan mengenai pelaksanaan pemeliharaan dan pemakaian
suatu peralatan utama hendaklah dicakup dalam buku catatan harian
yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor
setiap bets atau lot yang diolah dengan peralatan yang bersangkutan.
Catatan untuk peralatan yang digunakan khusus untuk satu produk
saja dapat dimasukkan ke dalam catatan produksi bets produk
tertentu.
22 IlmuFarmasi.Com
5. SANITASI DAN HIGIENE
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek
pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan setiap
hal yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran
hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh
dan terpadu.
5.1. Personalia
5.1.1. Semua karyawan hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan, baik
sebelum diterima menjadi karyawan maupun selama bekerja. Karya-
wan yang bertugas sebagai pemeriksa visual hendaklah menjalani
pemeriksaan mata secara berkala.
5.1.2. Semua karyawan hendaklah menerapkan higiene perorangan yang
baik. Hendaklah mereka dilatih mengenai penerapan higiene
perorangan. Semua karyawan yang berhubungan dengan proses
pembuatan hendaklah memperhatikan tingkat higiene perorangan yang
tinggi.
5.1.3. Tiap karyawan yang pada suatu ketika mengidap suatu penyakit
atau menderita suatu luka terbuka yang dapat merugikan kualitas
produk, hendaklah dilarang menangani bahan baku, bahan
pengemas, bahan yang sedang dalam proses dan obat jadi sampai dia
sembuh kembali.
5.1.4. Semua karyawan hendaklah diperintahkan dan didorong untuk
mela-porkan kepada atasannya langsung tiap keadaan (pabrik,
peralatan atau personalia) yang menurut penilaian mereka dapat
merugikan produk.
5.1.5. Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan
dengan bahan baku, produTc antara dan produk ruahan.
5.1.6. Untuk keamanan sendiri dan untuk menjamin perlindungan
produk dari pencemaran, karyawan hendaklah mengenakan pakaian
pelindung badan yang bersih termasuk penutup rambut yang bersih
sesuai dengan tugas yang mereka laksanakan. Pakaian seragam yang
kotor hendaklah disimpan dalam wadah tertutup sampai saat
pencucian. Kain lap pembersih yang kotor, yang dapat dipakai
kembali, hendaklah disimpan terpisah dalam wadah tertutup
sampai saat pencucian.
23 IlmuFarmasi.Com
5.1.7. Hanya petugas yang berwenang sajalah yang diperbolehkan
memasuki bangunan dan fasilitas yang dinyatakan sebagai daerah
terbatas.
5.1.8. Karyawan hendaklah diinstruksikan supaya mencuci tangan sebelum
memasuki daerah produksi. Untuk tujuan itu perlu dipasang poster
yang sesuai.
5.1.9. Merokok, makan, minum, mengunyah, meletakkan tanaman atau
menyimpan makanan, minuman, bahan untuk merokok dan obat
pribadi hanya diperbolehkan di daerah tertentu dan dilarang dalam
daerah produksi, laboratorium, daerah gudang dan daerah lain yang
mungkin merugikan mutu produk.
5.1.10. Prosedur higiene perorangan termasuk persyaratan untuk mengenakan
pakaian pelindung hendaklah diberlakukan bagi semua orang yang
memasuki daerah produksi. baik bagi mereka yang bekerja tetap
ataupun sementara maupun bagi non-karyawan yang berada di
daerah perusahaan, misalnya karyawan kontraktor, pengunjung, staf
pimpinan perusahaan dan inspektur.
5.1.11. Persyaratan khusus untuk pembuatan obat steril dicakup dalam butir
6.8.8. dan 6.8.9.
5.2. Bangunan
5.2.1. Gedung yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah dirancang
dan dibangun dengan tepat untuk memudahkan pelaksanaan sanitasi
yang baik.
5.2.2. Hendaklah tersedia dalam jumlah yang cukup toilet dengan ventilasi
yang baik dan tempat cuci bagi karyawan yang letaknya mudah dicapai
dari daerah kerja.
5.2.3. Hendaklah disediakan fasilitas yang memadai untuk penyimpanan
pakaian karyawan dan milik pribadinya di tempat yang tepat.
5.2.4. Bakpencuci hendaklah ditempatkan di luar daerah stertf. Bila dipasang
di dalam daerah steril, hendaklah mutunya layak dan dilengkapi dengan
suatu sistem yang mencegah terjadinya luapan air dan air yang dialirkan
ke bak pencuci setidak-tidaknya bermutu air minum.
5.2.5. Penyiapan, penyimpanan dan konsumsi makanan serta minuman
hendaklah dibatasi di daerah khusus, misalnya ruang makan. Fasilitas
ini hendaklah memenuhi standar kebersihan.
5.2.6. Sampah tidak boleh dibiarkan menumpuk. Sampah hendaklah
dikumpulkan di dalam wadah yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat
24 IlmuFarmasi.Com
penampungan di luar bangunan dan sering dibuang secara aman dan
mengindahkan persyaratan kebersihan.
5.2.7. Rodentisida, insektisida, bahan fumigasi dan bahan pembersih tidak
boleh mencemari peralatan, bahan baku, bahan pengemas, bahan
dalam proses ataupun obat jadi.
5.2.8. Hendaklah ada prosedur tertulis yang menunjukkan penanggungjawab
sanitasi serta menguraikan dengan cukup rinci mengenai jadwal,
metoda, peralatan dan bahan pembersih yang harus digunakan
maupun fasilitas-fasilitas yang harus dibersihkan. Prosedur tertulis ini
hendaklah dipatuhi.
5.2.9. Persyaratan khusus untuk pembuatan obat steril dicakup dalam butir
6.8.11.
5.3. Peralatan
5.3.1. Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan baik bagian luar
maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan,
serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Sebelum dipakai,
kebersihannya diperiksa lagi untuk memastikan bahwa seluruh produk
atau bahan dari bets sebelumnya telah dihilangkan.
5.3.2. Pembersihan dengan cara vakum atau carabasah lebih dianjurkan.
Udara bertekanan dan sikat hendaklah digunakan dengan hati-hati
dan sedapat mungkin dihindari karena menambah resiko pencemaran
produk.
5.3.3. Pembersihan dan penyimpanan peralatan yang dapat dipindah-
pindahkan dan penyimpanan bahan pembersih hendaklah dilakukan
dalam ruangan yang terpisah dari ruangan pengolahan.
5 3.4. Prosedur tertulis yang cukup rinci untuk pembersihan dan sanitasi
peralatan dan wadah yang digunakan dalam pembuatan obat
hendaklah dibuat serta ditaati. Prosedur ini hendaklah dirancang
dengan tepat agar pencemaran peralatan olah bahan pembersih dan
sanitasi dapat dicegah. Prosedur ini sekurang-kurangnya meliputi
penganggungjawab pembersihan, jadwal, metode, peralatan dan
bahan yang dipakai dalam pembersihan serta metode pembongkaran
dan perakitan kembali peralatan yang mungkin diperlukan untuk
memastikan terlaksananya pembersihan yang cermat. Jika perlu
prosedur juga meliputi sterilisasi peralatan, penghilangan identifikasi
bets sebelumnya serta perlindungan peralatan yang telah bersih
terhadap pencemaran sebelum digunakan.
25 IlmuFarmasi.Com
5.3.5. Catatan mengenai pelaksanaan pembersihan, sanitasi, sterilisasi dan
inspeksi sebelum penggunaan peralatan hendaklah disimpan.
26 IlmuFarmasi.Com
6. PRODUKSI
6.1. BahanAwal
6.1.1. Semua pemasukan, pengeluaran dan sisabahan hendaklah dicatat.
Catatan tersebut hendaklah meliputi keterangan mengenai persediaan,
nomor bets atau lot, tanggal penerimaan atau pengeluaran, tanggal
diluluskan dan tanggal daluwarsa bila ada.
6.1.2. Setiap bahan awal, sebelum dinyatakan lulus untuk digunakan,
hendaklah memenuhi spesifikasi bahan awal yang sudah ditetapkan
dan diberi label dengan namayang dinyatakan dalam spesifikasi.
Singkatan, kode atau nama yang tidak resmi tidak boleh digunakan.
6.1.3. Untuk setiap kiriman atau bets bahan awal hendaklah diberi nomor
rujukan yang akan menunjukkan identitas kiriman bahan atau bets
yang bersangkutan selamapenyimpanan atau pengolahan. Nomor ini
hendaklah jelas tercantum pada label wadah untuk memungkinkan
segera diperolehnya catatan yang memberi keterangan rinci yang
lengkap tentang bahan yang hendak diperiksa, termasuk laporan
analisis. Untuk tujuan pengambilan contoh, pengujian dan pelulusan
bets yang berbeda yang berasal dari satu kiriman hendaklah dianggap
sebagai bets yang terpisah.
6.1.4. Pada saat penerimaan terhadap setiap kiriman hendaklah dilaku-
kan pemeriksaan secara visual tentang kondisi umum, keutuhan
kemasan, kebocoran dan k'erusakan, dan contoh untuk pengujian
diambil oleh petugtis dengan menggunakan metode yang telah
disetujui oleh manajer pengawasan mutu. Contoh tersebut hendak
lah diuji terhadap spesifikasi bahan awal yang bersangkutan. Dalam
keadaan tertentu, kecocokan sebagian atau keseluruhan terhadap
spesifikasi dapat diakui dengan adanya sertifikat analisis bahan awal
yang bersangkutan yang dikuatkan dengan pemastian identitas yang
dilakukan sendiri.
27 IlmuFarmasi.Com
6.1.5. Hendaklah diambil langkah yang menjamin bahwa semua
kemasan pada suatu kiriman mengandung bahan awal yang
benar, dan melakukan pengamanan terhadap kemungkinan
kesalahan penandaan wadah oleh pemasok.
6.1.6. Kiriman bahan awal hendaklah ditahan di karantina, sampai disetujui
dan diluluskan untuk dipakai oleh manajer pengawasan mutu.
6.1.7. Label yang menunjukkan status bahan awal hanyaboleh dipasang
oleh petugas yang ditunjuk oleh penanggungjawab bagian pengawasan
mutu. Untuk mencegah kekeliruan, label tersebut hendaklah berbeda
dengan label yang digunakan oleh pemasok misalnya dengan mencan-
tumkan nama atau logo perusahaan.
Bila status bahan mengalami perubahan, maka label penunjuk status
juga harus dirubah.
6.1.8. Persediaan bahan awal hendaklah diperiksa dalam selang waktu
tertentu untuk meyakinkan bahwa wadahnya tertutup rapat, bertanda
yang benar dan dalam kondisi yang baik. Terhadap bahan tersebut
hendaklah dilakukan pengambilan contoh dan uji ulang setiap selang
waktu tertentu sebagaimana disebut dalam spesifikasi bahan awal.
Pelaksanaan pengambilan contoh ulang hendaklah diawali dengan
pemasangan label pengujian ulang dan/atau menggunakan sistem
dokumentasi lain yang samaefektifnya.
6.1.9. Bahan awal yang dapat mengalami kerusakan oleh pengaruh suhu
hendaklah disimpan dalam ruangan yang suhu udaranya diatur.
6.1.10. Bahan awal yang cenderung menjadi rusak atau turun potensinya atau
aktifitasnya selama dalam penyimpanan seperti misalnya antibiotika,
beberapa vitamin dan enzim, hendaklah dinyatakan batas umurnya.
6.1.11. Pengeluaran bahan awal untuk pemakaian hendaklah dilakukan oleh
petugas yang berwenang sesuai dengan tata-cara yang sudah disetujui.
Catatan mengenai persediaan bahan hendaklah disimpan dengan baik
agar perujukan persediaan dapat dilakukan.
6.1.12. Hendaklah tersedia daerah penyerahan yang terpisah yang dilengkapi
dengan baik untuk mencegah pencemaran silang. Mungkin diperlukan
tempat dengan perlengkapan khusus untuk menimbang bahan yang
dapat menimbulkan sensitisasi atau yang bertoksisitas tinggi atau bahan
seperti hormon, sitotoksik dan antibiotika tertentu.
6.1.13. Alat timbang dan alat takar hendaklah diperiksa secara teratur untuk
membuktikan bahwa kapasitas, ketelitian dan ketepatannya memenuhi
28 IlmuFarmasi.Com
persyaratan sesuai dengan jumlah bahan yang akan ditimbang atau
ditakar.
6.1.14. Semua bahan awal yang tidak memenuhi syarat hendaklah ditandai
secarajelas, disimpan terpisah dan secepatnya dimusnahkan atau
dikembalikan pada pemasok.
6.3. Pencemaran
Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadapjsuatu obat yang dapat merugikan
kesehatan atau mengurangi dayaterapetik atau naempengaruhi kualitas suatu
produk tidak dapat diterima. Perhatian khusus hendaklah diberikan pada
masalah pencemaran silang, karena sekalipun sifat dan tingkatannya tidak
berpengaruh langsung kepada kesehatan, hal ini menunjukkan pelaksanaan
pembuatan obat yang tidak sesuai dengan CPOB.
29 IlmuFarmasi.Com
ruahan atau obat jadi suatu bets atau lot dapat dikenali dengan nomor
bets atau lot tertentu.
6.4.2. Sitem penomoran bets dan lot yang digunakan pada tingkat pengolahan
dan tingkat pengemasan selanjutnya hendaklah saling berkaitan.
6.4.3. Sistem penomoran bets dan lot hendaklah dapat menjamin bahwa
nomor bets atau lot yang sama tidak digunakan secara berulang.
6.4.4. Pemberian nomor bets atau lot yang dialokasikan hendaklah segera
dicatat dalam suatu buku catatan harian. Catatan mencakup tanggal
pemberian nomor, identitas produk dan besarnya bets atau lot yang
bersangkutan.
30 IlmuFarmasi.Com
6.5.7. Sebelum dilakukan penimbangan hendaklah dilakukan pemeriksaan
terhadap kebenaran penandaan bahan baku termasuk label pelulusan
dari bagian pengawasan mutu.
6.5.8. Kapasitas, ketepatan dan ketelitian alat timbang dan alat ukur yang
digunakan hendaklah sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang atau
diukur.
6.5.9. Untuk setiap penimbangan atau pengukuran hendaklah dilakukan
pembuktian kebenaran, ketepatan identitas dan jumlah bahan yang
ditimbang dan diukur oleh dua petugas secara terpisah.
6.5.10. Kebersihan tempat penimbangan dan penyerahan hendaklah dijaga.
Bahan baku steril hendaklah ditimbang dan diserahkan dalam daerah
steril.
6.5.11. Penimbangan dan penyerahan hendaklah menggunakan peralatan yang
cocok dan bersih.
6.5.12. Bahan baku, produk antara dan produk ruahan yang diserahkan
hendaklah diperiksa ulang kebenarannya dan ditandatangani oleh
supervisor produksi sebelum diserahkan ke bagian produksi.
6.6. Pengembalian
6.6.1. Semua bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan
produk ruahan yang dikembalikan ke tempat
penyimpanan hendaklah didokumentasikan dan
dirujuksesuaikan dengan baik.
6.6.2. Bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk
ruahan tidak boleh dikembalikan ke gudang, kecuali bila
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
6.7. Pengolahan
6.7.1. Semua bahan yang dipakai dalam pengolahan hendaklah
diperiksa lebih dahulu sebelum digunakan.
6.7.2. Kondisi daerah pengolahan hendaklah dipantau dan
dikendalikan sampai tingkat yang disyaratkan untuk kegiatan
yang akan dilakukan. Sebelum pengolahan dimulai
hendaklah ditempuh langkah yang menjamin bahwa
daerah pengolahan dan peralatan bebas dari bahan, produk
atau dokumen yang tidak diperlukan untuk pengolahan yang
bersangkutan.
6.7.3. Semua peralatan yang digunakan dalam pengolahan
hendaklah diperiksa sebelum digunakan. Peralatan
hendaklah dinyatakan bersih secara tertulis sebelum
digunakan.
31 IlmuFarmasi.Com
6.7.4. Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti
prosedur tertulis yang telah ditentukan. Tiap penyimpangan hendaklah
dilaporkan dengan menyertakan alasan dan penjelasan.
6.7.5. Wadah dan penutup yang dipakai untuk bahan yang akan diolah,
untuk produk antara dan produk ruahan, hendaklah bersih, dengan
sifat dan jenis yang tepat untuk melindungi produk dan bahan terhadap
pencemaran atau kerusakan.
6.7.6. Semua wadah dan peralatan yang berisi produk antara, hendaklah
diberi label yang tepat yang menyatakan tahap pengolahannya.
Sebelum label ini dipasang, seluruh label atau tanda-tanda sebelum-
nya yang tidak sesuai hendaklah disingkirkan atau dihapus dengan
sempurna.
6.7.7. Semua produk antara atau produk ruahan harus diberi label yang
tepat dan dikarantina, sampai diluluskan oleh bagian pengawasan
mutu.
6.7.8. Seluruh pengawasan selamaproses seperti yang disyaratkan, harus
dicatat dengan teliti pada saat pengolahan dilakukan.
6.7.9. Hasil nyata dari setiap tahap proses bets yang dibuat hendaklah
dicatat dan dicocokkan terhadap hasil teoritisnya. Bila ada penyim
pangan yang berarti hendaklah diambil tindakan untuk mencegah
pelulusan atau pengolahan lanjutan dari bets tersebut sampai diperoleh
penjelasan yang memadai. yang dapat mengijinkan pelulusan untuk
pengolahan selanjutnya.
6.7.10. Dalam seluruh tahap pengolahan perhatian utama hendaklah diberikan
pada masalah pencemaran silang.
32 IlmuFarmasi.Com
Sistem penyaringan atau sistem lain yang sesuai hendaklah
dipasang untuk menahan debu. Pemakaian alat penghilang
debu pada tablet dan kapsul sangat dianjurkan.
6.7.11.3. Perhatian khusus hendaklah diberikan untukmelindungi
produk terhadap pencemaran oleh serpihan logam, gelas
atau kayu. Pemakaian peralatan gelas sedapat mungkin
dihindarkan. Ayakan, saringan, alu tablet dan lesung tablet
hendaklah selalu diperiksa terhadap adanya keausan atau
kerusakan sebelum dan setelah pemakaian.
6.7.11.4. Hendaklah diperhatikan jangan sampai ada tablet atau
kapsul tertinggal di dalam peralatan, alat penghitung atau
wadah produk ruahan.
33 IlmuFarmasi.Com
rupa untuk menghindari campur aduk antar produk. Tiap
mesin hendaklah ditempatkan dalam ruangan terpisah
kecuali apabila mesin tersebut membuat produk yang sama
Mesin yang dilengkapi dengan sistem pengendali udara
yang tertutup boleh ditempatkan dalam ruangan tanpa
pemisah
6.7.13.2. Untuk mencegah terjadinya campur aduk antar granul
maupun tablet, perlu dilakukan pengendalian baik secara
fisik, prosedural maupun penandaan.
6.7.13.3. Hendaklah selalu tersedia alat timbang yang teliti dan telah
dikalibrasi untuk dipakai dalam pemantauan berat tablet
yang sedang dalam proses.
6.7.13.4. Tablet yang diambil dari ruang pencetakan tablet untuk
keperluan pengujian atau keperluan lain tidak boleh
dikembalikan lagi ke dalam bets yang bersangkutan.
6.7.13.5. Tablet yang ditolak atau yang disingkirkan hendaklah
ditempatkan dalam wadah yang ditandai dengan jelas
mengenai statusnya dan jumlahnya dicatat pada Catatan
Pengolahan Bets.
6.7.13.6. Setiap kali sebelum dipakai. semua alu tablet dan lesung
tablet tersebut harus diperiksa terhadap adanya keausan
dan kesesuaiannya terhadap spesifikasi. Catatan mengenai
pemakaiannya hendaklah disimpan.
6.7.14. Penyalutan
6.7.14.1. Udara yang dialirkan ke dalam panci penyalut untuk penge-
ringan hendaklah disanng dan memiliki mutu yang tepat.
6.7.14.2. Larutan penyalut dibuat dan digunakan dengan cara yang
dapat menekan seminimal mungkin risiko pertumbuhan
mikroba. Dokumentasi mengenai pembuatan dan
pemakaiannya hendakl ah dibuat.
34 IlmuFarmasi.Com
6.7.16. Pemberian Tanda Tablet Bersalut dan Kapsul
6.7.16.1. Tindakan khusus hendaklah diberikan untuk menghindari
campur-baur produk selama proses pemberian tanda pada
tablet bersalut dan kapsul. Apabila pada saat yang sama
dilakukan pemberian tanda pada produk yang berbeda,
atau pada bets yang berbeda, pengerjaannya hendaklah
dipisahkan.
6.7.16.2. Tinta yang digunakan hendaklah tinta yang memenuhi
persyaratan untuk bahan makanan.
6.7.16.3. Perhatian khusus hendakl ah diberikan untuk menghindarkan
terjadinya campur-baur selama proses pemeriksaan, pe-
milahan dan proses pengkilapan kapsul dan tablet bersalut.
35 IlmuFarmasi.Com
Sistem pengadaan air proses yang disanitasi dengan bahan
kimia hendaklah divalidasi untuk memastikan bahan
sanitasinya telah dibersihkan secara efektif.
6.7.17.5. Perhatian hendaklah diberikan pada sistempemindahan
bahan melalui pipa untuk memastikan bahan tersebutpindah
ke tujuan yang tepat.
6.7.17.6. Apabilajaringanpipadigunakanuntukmengalirkanbahan
baku atau produk ruahan, hendaklah diusahakan agar sistem
tersebut mudah dibersihkan. Jaringan pipa hendaklah
dirancang dan dipasang dengan tepat sehinga mudah
dibongkar dan dibersihkan.
6.7.17.7. Ketelitian suatu sistem pengukur hendaklah diverifikasi.
Tongkat pengukur hanyaboleh digunakan untuk wadah
tertentu dan telah dikalibrasi untuk wadah yang bersangkut-
an. Tongkat ini hendaklah dibuat dari bahan yang tidak
bereaksi dan tidak menyerap.
6.7.17.8. Perhatian hendaklah diberikan untuk mempertahankan
homogenitas campuran, suspensi dan produk lain selama
pengisian. Proses pencampuran dan pengisian hendaklah
divalidasi. Perhatian khusus hendaklah diberikan pada awal,
sesudah penghentian dan pada akhir proses pengisian untuk
memastikan produk selalu dalam keadaan homogen.
6.7.17.9. Apabila produk ruahan tidak akan segera dikemas maka
waktu paling lama produk boleh disimpan dan kondisi
penyimpanan produk hendaklah ditetapkan dan diikuti.
6.8. Produk Steril
6.8.1. Produk steril hendaklah dibuat dengan pengawasan khusus dan
memperhatikan hal-hal terinci dengan tujuan untuk menghilangkan
pencemaran mikroba dan partikel lain. Hal ini banyak tergantung
pada keterampilan, latihan dan sikap dari orang yang terjibat. Di-
bandingkan dengan pembuatan obat jenis lain pembuatan obat
steril memerlukan perhatian yang lebih besar. Pengawasan dalam
proses dalam pembuatan produk steril merupakan hal yang sangat
penting.
6.8.2. Menurut cara produksi, produk steril dapat digolongkan dalam dua
kategori utama yaitu yang harus diproses dengan cara aseptik pada
semua tahap, dan yang disterilkan dalam wadah akhir yang disebut
36 IlmuFarmasi.Com
juga sterilisasi akhir. Bilamungkin, produk steril hendaklah disterilisasi
akhir.
6.8.3. Semuaproduk steril hendaklah dibuat pada kondisi yang
terkendali dan dipantau dengan teliti. Pelaksanaan proses akhir atau
pengujian akhir tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya
andalan untuk menjamin mutu produk akhir dalam hal
kandungan mikroba dan partikel.
6.8.4. Untuk mendapat keyakinan terhadap sterilisasi produk steril
yang dibuat secara aseptik tanpa sterilisasi akhir diperlukan tindakan
khusus.
6 8.5. Untukmembuat produk steril diperlukan suatu ruangan terpisah yang
khusus dirancang. Memasuki ruangan ini hendaklah melalui suatu ruang
penyangga udara atau jalan terusan lain yang sesuai. Ruangan
hendaklah selalu bebas debu dan dialiri udara yang melewati saringan
bakteri. Tekanan udara dalam ruangan hendaklah lebih tinggi dari
ruangan di sebelah. Saringan yang digunakan ini hendaklah diperiksa
pada waktu pemasangan dan secara berkala. Semua permukaan
dalam daerah pengolahan hendaklah dirancang dengan tepat sehingga
memudahkan kebersihan dan pembasmihamaan. Penghitungan rutin
mikroba dalam ruangan hendaklah dilakukan sebelum dan selama
proses pengolahan. Hasil perhitungan hendaklah dibandingkan dengan
standar yang telah ditetapkan. Data perhitungan mikroba hendaklah
didokumentasikan.
6.8.6. Pembuatan produk steril memerlukan tiga kualitas ruangan yang
berbeda:
6.8.6.1. Ruang ganti pakaian dimana di satu daerah pakaian kerja
pabrik ditanggalkan dan di daerah sebelahnya yang bersih
pakaian pelindung steril dikenakan.
6.8.6.2. Ruang bersih yang digunakan untuk kegiatan bersih namun
tidak harus kegiatan steril. Ruang ini digunakan juga untuk
persiapan komponeft dan pembuatan larutan. Produk yang
akan disterilisasi akhir dapat diproses di ruang ini. Ruang
ini, dalam pedoman disebut Ruang Kelas HI, tidak boleh
mengandung lebih dari 3.500.000 partikel berukuran 0,5
mikron atau lebih, 20.000 partikel berukuran 5 mikron atau
lebih, serta tidak lebih dari 500 mikroba viabel setiap meter
kubik udara.
6.8.6.3. Ruang steril digunakan untuk kegiatan steril. Petugas masuk
ke ruang ini melalui suatu ruang penyangga udara atau cara
37 IlmuFarmasi.Com
lain yang sesuai. Ruang ini, dalam pedoman disebut Ruang
Kelas II, tidak boleh mengandung lebih dari dari 350.000
partikel berukuran 0,5 mikron atau lebih, 2000 partikel
berukuran 5 mikron atau lebih, serta tidak lebih dari 100
mikroba viabel setiap meter kubik udara. Setiap meter
kubik udara di bawah aliran udara laminer dalam ruang
steril tidak boleh mengandung lebih dari 3.500 partikel
berukuran 0,5 mikron atau lebih dan tidak boleh
mengandung partikel berukuran 5 mikron atau lebih serta
kandungan mikroba viabel harus kurang dari satu. Dalam
pedoman. daerah di bawah aliran udara laminer disebut
Ruang Kelas I.
6.8.7. Penting diperhatikan bahwa kontaminasi mikroba di ruangan bersih
dan ruangan steril tidak melebihi nilai batas yang ditentukan. Daerah
ini hendaklah dipantau terhadap kontaminasi mikroba.
6.8.8. P e r s o n a l i a
6.8.8.1. Karyawan yang bekerja khusus di daerah bersih dan daerah
steril hendaklah dipilih dengan seksamauntuk memastikan
bahwa mereka dapat diandalkan untuk bekerja dengan
penuh disiplin serta tidak menderita suatu penyakit atau
memiliki kondisi kesehatan yang dapat menimbulkan
pencemaran mikrobiologi terhadap produk.
6.8.8.2. Standar yang tinggi dari higiene dan kebersihan perorangan
adalah suatu hal yang esensial. Karyawan hendaklah
diinstruksikan untuk melaporkan setiap kondisi kesehatan
(misalnyadiare. batuk. influenza, infeksi kulit atau rambut,
luka dan lain-lain) yang dapat menyebabkan penyebaran
mikrobayang tidak normal jumlah dan jenisnya. Di samping
itu perlu dilakukan pemenksaan kesehatan secaraberkala.
6.8.8.3. Bila sedang ada kegiatan hanya karyawan dalam jumlah
terbatas dan yang diperlukan yang boleh berada di daerah
bersih dan daerah steril. Pemeriksaan dan pengawasan
yang dilakukan sedapat mungkin dilaksanakan dari luar.
6.8.8.4. Semua karyawan,termasuk dari bagian pemeliharaan,
yang akan bekerja di daerah bersih atau daerah steril,
hendaklah mendapat pelatihan dalam bidang yang
berkaitan dengan pembuatan produk steril, termasuk
higiene dan dasar mikrobiologi.
38 IlmuFarmasi.Com
6.8.9. P a k a i a n
6.8.9.1. Karyawan yang memasuki daerah bersih atau daerah steril
hendaklah mengganti pakaiannya dengan pakaian khusus
termasuk penutup kepala dan penutup kaki. Pakaian ini
tidak boleh melepaskan serat atau partikel dan hendaklah
mampu menahan partikel yang dilepaskan oleh tubuh.
Pakaian ini hendaklah enak dipakai dan agak longgar untuk
mencegah gesekan. Pakaian ini hanya boleh dipakai di
daerah bersih atau di daerah steril sesuai dengan
peruntukkannya.
6.8.9.2. Di daerah steril kary awan hendaklah memakai pakaian steril
model terusan ataupun model celana baju yang dapat
disatukan dengan bagian leher, yang diikat di pergelangan
tangan dan pergelangan kaki. Penutup kepala hendaklah
menutup seluruh rambut dan janggut dan diselipkan ke
dalam leher baju. Penutup kaki hendaklah menyelubungi
seluruh kaki dan bagian ujung celana diselipkan ke dalam
penutup kaki. Pakaian steril hendaklah selalu dipakai tiap
kali memasuki ruangan steril. Sarung tangan plastik atau
karet yang dipakai hendaklah bebas serbuk. Ujung lengan
baju diselipkan ke dalam sarung tangan. Penutup muka yang
digunakan hendaklah yang tidak melepaskan serat, dapat
mencegah pencemaran yang berasal dari wajah dan enak
dipakai. Setiap kali meninggalkan daerah steril penutup
muka ditanggalkan.
6.8.9.3. Pakaian yang dipakai dari rumah tidak boleh dibawa masuk
ke dalam kamar ganti pakaian yang berhubungan langsung
dengan daerah bersih atau daerah steril. Karyawan yang
masuk ke kamar ganti pakaian hendaklah sudah memakai
pakaian kerja standar. Cara berpakaian dan cara pencucian
anggota badan hendaklah mengikuti prosedur tertulis.
6.8.9.4. Arloji, perhiasan dan kosmetika tidak boleh dipakai dalam
daerah bersih dan daerah steril.
6.8.9.5. Pakaian untuk daerah bersih dan daerah steril hendaklah
dicuci, diseterika, disterilkan dan ditangani dengan tepat
sehingga tidak terkena cemaran. Fasilitas pencucian
hendaklah terpisah.
39 IlmuFarmasi.Com
6.8.10. Bangunan
6.8.10.1. Produk steril diolah di ruang produksi yang dirancang-
bangun dan dikonstruksi secara khusus, terpisah dari
daerah produksi lain. Daerah untuk masing-masing jenis
pekerjaan yang berbeda seperti penyiapan bahan awal
dan komponen lain, penyiapan larutan, pengisian larutan
dan sterilisasi hendaklah terpisah.
6.8.10.2. Ruangan-ruangan pengolahan hendaklah dialiri udara
bertekanan positif secara efektif melalui saringan yang
memiliki efisiensi yang diinginkan. Aliran udara ini
hendaklah mewujudkan perbedaan tekanan positif relatif
terhadap sekitarnya dan juga di antara ruangan atau daerah
kegiatan yang berbeda.
Saringan udara terakhir hendaklah dipasang langsung atau
sedekat mungkin pada lubang masuk udara ke dalam
ruangan. Diperlukan sistem peringatan terhadap adanya
kegagalan penyaluran udara dan alat penunjuk perbedaan
tekanan antara ruangan atau daerah yang sangat mem-
butuhkan perbedaan ini. Perhatian khusus hendaklah
diberikan pada daerah dengan risiko tinggi yaitu daerah
yang udaranyaberhubungan langsung dengan produk.
Perhatian khusus perlu diberikan untuk memastikan bah-
wa aliran udara tidak menyebarkan partikel dari tubuh
karyawan, mesin (pemotong ampul, penutup vial dan Iain-
lain) dan kegiatan yang dapat menyebarkan partikel ke
suatu daerah yang tinggi risikonya terhadap produk.
6.8.10.3. Produk non-steril tidak boleh diolah bersamaproduk steril
di daerah yang sama dan pada saat yang sama. Jika ruang
steril digunakan untuk pengolahan produk non-steril,
maka sebelum digunakan untuk perflbuatan produk steril
ruangan tersebut hendaklah dtdesinfeksi dengan cara yang
tepat dan dialiri udara tersaring serta diverifikasi terhadap
persyaratan ruang steril.
6.8.10.4. Permukaan dinding, lantai dan langit-langit hendaklah licin,
kedap air dan tidak retak untuk mengurangi penyebaran
atau penumpukan partikel dan untuk memungkinkan
penggunaan bahan pembersih dan bahan desinfektan ber-
ulang kali. Kayu tanpa pelapis sebaiknya tidak dipakai.
40 IlmuFarmasi.Com
6.8.10.5. Untuk mengurangi penumpukan debu serta memudah-
kan pembersihan,tidak boleh ada bagian tersembunyi dan
sukar dibersihkan. Sudut yang menonjol, rak, lemari,
peralatan yang dapat bergerak maupun tidak bergerak
dan tampuk lampu listrik hendaklah sesedikit mungkin.
Sudut antara dinding, lantai dan langit-langit di daerah
steril dan daerah bersih hendaklah dibuat melengkung.
6.8.10.6. Langit-langit hendaklah ditutup rapat dengan selayaknya
untuk mencegah pencemaran dari ruang atas.
6.8.10.7. Pipa dan saluran hendaklah dipasang dengan tepat
sehingga tidak ada bagian tersembunyi yang sukar di
bersihkan. Pipa dan saluran tersebut sedapat mungkin
dibenarnkan ke dalam dinding yang dilaluinya.
6.8.10.8. Saluran pembuangan hendaklah dihindarkan di daerah
steril kecuali bila sangat diperlukan. Jika dipasang
hendaklah dilengkapi dengan jebakan yang efektif dan
mudah dibersihkan, berisi udarapenyangga untuk men
cegah aliran balik. Semua saluran lantai hendaklah ter-
buka, cukup dangkal dan mudah dibersihkan serta dihu-
bungkan dengan saluran pembuangan luar dengan tepat
untuk mencegah kemungkinan pencemaran mikroba.
6.8.10.9. Bak cuci di daerah steril hendaklah ditiadakan. Semua
bak cuci yang dipasang di daerah bersih hendaklah terbuat
dari baja tahan karat, tanpa perlengkapan yang mencegah
air untuk meluap dan mendapat pasokan air yang setidak-
tidaknya memiliki kualitas layak minum.
6.8.10.10. Suhu ruangan dan kelembaban hendaklah dijaga pada
tingkat yang tidak menyebabkan karyawan berkeringat
secara berlebihan dalam pakaian kerjanya.
6.8.10.11. Jalan masuk untuk petugas ke daerah steril dan daerah
bersih hanya dapat melalui kamar ganti pakaian dimana
pakaian kerja pabrik yang dikenakan diganti dengan
pakaian pelindung khusus. Kamar ganti pakaian
hendaklah dilengkapi dengan ruang penyangga udara,
dialiri secara efektif dengan udara tersaring dengan
tekanan positif yang lebih rendah dari padatekanan di
daerah bersih dan di daerah steril. Kamar ganti pakaian
hendaklah dirancang dan digunakan dengan tepat untuk
41 IlmuFarmasi.Com
membatasi pencemaran mikroba dan partikel terhadap
pakaian pelindung dan memungkinkan pemisahan
berbagai tahap penggantian pakaian serta pencucial
anggotabadan.
6.8.10.12. Ruangan ganti pakaian hanya digunakan untuk
petugas dan tidak boleh dipakai untuk lalu lintas
bahan, wadah dan peralatan.
6.8.10.13. Ruang antara atau ruang penyangga udara untuk lalu
lintas bahan, peralatan dan barang lain ke dalam daerah
bersih dan daerah steril diatur dengan tepat sehingga
hanya satu pintu pada satu sisi saja yang dapat dibuka
pada satu saat. Pintu sorong hendaklah dihindarkan
karena gigi sorong sulit dibersihkan. Bila mekanisme
membuka pintu seperti tersebut tidak mungkin,
hendaklah ada prosedur atau sistem yang tepat yang
dapat mencegah pintu luar dan pintu dalam dibuka
serentak.
Ban berjalan tidak boleh menembus dinding pembatas
daerah steril. Ban ini berakhir pada dinding tersebut dan
transportasi produk selanjutnya hanya lewat melalui
permukaan statis. Perhatian khusus diperlukan untuk
menghindarkan pencemaran daerah steril bilamana barang
dilewatkan melalui ruang penyangga udara atau suatu
ruang antara.
6.8.10.14. Sistem mekanik atau elektronik untuk komunikasi lisan
dari dan ke daerah steril hendaklah dirancang dan
dipasang dengan tepat sehingga mudah dibersihkan dan
didesinfeksi secara efektif.
6.8.10.15. Daerah bersih dan daerah steril tidak boleh digunakan
untuk melaksanakan pengujian sterilitas atau
pengujian mikrobiologi lain.
42 IlmuFarmasi.Com
lah dipantau terhadap pencemaran mikroba. Hasil
pengenceran hendakJah ditempatkan dalam wadah yang
telah dicuci bersih dan tidak boleh disimpan kecuali telah
disterilkan. Wadah yang sudah sebagian kosong tidak
boleh diisi kembali.
5.8.11.3. Daerah bersih dan daerah steril hendaklah sering
dipantau secara mikrobiologi dengan cara pemaparan
cawan petri, cara apus pada permukaan benda,
pengambilan contoh daii udara atau cara lai n y ang sesuai.
Pemantauan hendak-iah dilaksanakan ketika proses
produksi sedang ber-langsung. Catalan tentang hasil
pemantauan hendaklah didokumentasikan dan
tindakan perbaikan diiakukan segera setelah terdapat
penyimpangan yang berarti.
6.8.12. Peralatan
6.8.12.1. Peralatan hendaklah dirancang dan dipasang dengan tepat
sehingga mudah dibersihkan, didesinfeksi atau disterilkan
sesuai kebutuhan.
6.8.12.2. Colokan listrik dan perlengkapan layanan hendaklah
dirancang dan di tempatkan dengan tepat sehingga petugas
yang melakukan perawatan dan perbaikan sejauh mungkin
tidak perlu masuk ke daerah bersih atau daerah steril.
6.8.12.3. Alat pencatat hendaklah dikalibrasi dengan seksama pada
saat pemasangan dan kemudian diperiksa setiap selang
waktu tertentu.
6.8.12.4. Validasi terhadap hasil pemasangan, pemeliharaan berkala
serta pemeriksaan terhadap kemampuan peralatan yang
kritis seperti sterilisator, sistem saringan udara dan alat
penyuling adalah sangat penting. Hasil validasi hendaklah
didokumentasikan.
t
6.8..13. P e n g o l a h a n
6.8.13.1. Bahan awal tidak boleh mengandung mikroba atau
pirogen dalam kadar yang berarti. Perhatian khusus
hendaklah diberikan pada bahan awal yang digunakan
untuk sediaan parenteral yang bervolume besar.
Spesifikasi bahan awal hendaklah mengandung per-
syaratan pemantauan kandungan mikroba, jika perlu
disertai dengan batas tertentu.
43 IlmuFarmasi.Com
6.8.13.2. Hendaklah dilakukan tindakan untuk mencegah pen
cemaran produk oleh mikroba pada semua tahap peng
olahan baik sebelum maupun sesudah sterilisasi.
6.8.13.3. Untuk mencegah penyebaran partikel dan mikroba secara
berlebihan, kegiatan di daerah bersih dan daerah
steril dibatasi sesedikit mungkin demikian pula dengan
gerakan petugasnya.
6.8.13.4. Wadah dan bahan yang dapat melepaskan partikel atau
seratjangan dibawake daerah bersih atau daerah steril.
6.8.13.5. Setelah pembersihan terakhir, wadah dan komponen
lainnya hendaklah ditangani dengan tepat untuk mencegah
pencemaran kembali. Pembilasan terakhir hendaklah
dilakukan dengan air suling atau air dengan kualitas yang
sesuai.
6.8.13.6. Jarak waktu antara pencucian dan sterilisasi peralatan
wadah dan komponen lain hendaklah sesingkat
mungkin
6.8.13.7. Jarak waktu antara sterilisasi peralatan, wadah
dan komponen lain dengan waktu penggunaannya
dalam proses aseptik hendaklah sesingkat mungkin.
6.8.13.8. Jarak waktu antara mulainyapembuatan larutan dan
sterilisasi hendaklah sesingkat mungkin dengan bata
waktu tertentu yang ditentukan.
Volume larutan ruahan sebaiknya dibuat tidak lebih
besar dari kapasitas pengisian sehari dan hendaklah
disimpai ke dalam wadah akhir serta disterilkan pada
hari yan) sama. Larutan ruahan sisa yang pengisian dan
sterilisasiny tidak dapat diselesaikan pada hari yang
sama hendaklai disimpan secara khusus.
6.8.13.9. Sumber air, peralatan pengolahan air dan air olahan
hendaklah dipantau secara teratur terhadap pencemaran
kimiawi dan mikroba dan jika perlu terhadap
endotoksin pirogen. Hasil pemantauan dan tindakan
penanggulangan
yang dilakukan hendaklah didokumentasikan.
6.8.13.10. Instalasi pengolahan air hendaklah dirancang-bangun
dikonstruksi dan dirawat dengan tepat untuk menjamin
agar air yang dihasilkan memenuhi persyaratan kualitas
yang ditentukan. Alat pengolah air tidak boleh dioperasi
kan melebihi kapasitas yang dirancang. Pengolahan
44 IlmuFarmasi.Com
penyimpanan dan distribusi air hendaklah tepat sehingga
pertumbuhan mikroba dapat dicegah.
6.8.13.11. Untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang meng-
akibatkan timbulnya zat pirogen, air suling yang akan
digunakan untuk pengolahan tidak boleh dibiarkan lebih
dari 24 jam kecuali dengan kondisi khusus misalnya
disimpan pada suhu sekurang-kurangnya 70° C.
6.8.13.12. Bilamana air dan larutan disimpan dalam wadah yang
tertutup rapat, semua katup pengaman hendaklah dilin-
dungi dengan saringan bakteri yang hidrofobik.
6.8.13.13. Barang yang digunakan di daerah steril dan memerlukan
sterilisasi hendaklah disterilkan dan dimasukkan melalui
unit sterilisator dua pintu atau cara lain yang dapat
memberikan hasil yang sama.
6.8.13.14. Efektifitas prosedur aseptik hendaklah divalidasi bila
suatu proses aseptikbaru diperkenalkan dan dilanjutkan
secara berkala. Validasi juga dilakukan bila ada
perubahan yang berarti dalam proses atau peralatan,
atau bilamana para petugas sedang dilatih.
6.8.14. S t e r i l i s a s i
6.8.14.1. Sterilisasi dapat dilakukan dengan sterilisasi cara panas
(dengan cara pemanasan basah dan pemanasan kering)
dengan gas etilen oksida, dengan penyaringan yang
dilanjutkan dengan pengisian secara aseptik ke dalam
wadah akhir yang steril, atau dengan cara radiasi pengion-
an. Tiap cara sterilisasi mempunyai keterbatasan dan
digunakan untukpenerapan tertentu. Sterilisasi cara panas
merupakan pilihan utama.
6.8.14.2. Bilamana indikator biologi digunakan, perlu dilakukan
pengamanan yang ketat untuk jnencegah pencemaran
mikroba dari indikator tersebut.
5 S. 14.3. Diperlukan cara yang jelas untuk membedakan
produk yang telah dan belum disterilkan. Semua
keranjang, baki dan wadah untuk produk atau
komponen lain hendaklah diberi label yang jelas yang
mencantumkan nama, nomor bets dan tanda apakah
sudah disterilkan atau belum.
45 IlmuFarmasi.Com
6.8.15. Sterilisasi Cara Panas
6.8.15.1. Semua siklus sterilisasi cara panas hendaklah dicatat pada
suatu grafik suhu-waktu atau dengan cara otomatik lain
yang sesuai. Catatan suhu-waktu hendaklah merupakan
bagian dari catatan bets. Indikator kimia dan biologi dapat
digunakan sebagai tambahan tetapi tidak menggantikan
peran pengawasan fisik.
6.8.15.2. Pada periode pendinginan setelah mencapai fase
suhu tertinggi hendaklah dicegah kemungkinan
kontaminasi terhadap muatan yang sudah steril oleh
udara tidak steril yang masuk ke otoklaf pada saat
pendinginan tersebut berlangsung.
46 IlmuFarmasi.Com
6.8.17.2. Pemanasan hendaklah dilakukan di dalam suatu lemari
sterilisasi atau peralatan lain yang dapat mencapai kondisi
sterilisasi pada seluruh muatan. Sistem penyalur udara dan
penghisap udara pada lemari sterilisasi hendaklah dilengkapi
saringan yang tepat.
6.8.18. Sterilisasi Cara Saring
6.8.18.1. Cara sterilisasi dengan penyaringan sebaiknya tidak dipakai
bila sterilisasi carapanas masih memungkinkan.
6.8.18.2. Larutan atau cairan dapat disterilkan dengan penyaringan
dengan ukuran nominal pori 0,22 mikron atau yang sama
kemampuannya menahan mikroba. Hasil saringan ditam-
pung di dalam wadah yang sudah disterilkan.
6.8.18.3. Keutuhan perangkat saringan hendaklah diperiksa dengan
metode yang tepat misalnya uji tekanan titik-gelembung atau
uji tekanan aliran-maju yang dilakukan segera sebelum dan
sesudah pemakaian saringan. Hasil pemeriksaan dicatat
pada catatan bets.
6.8.18.4. Saringan tidakboleh menimbulkan akibat yang merugikan
pada larutan, misalnya menyerap bahan berkhasiat dari
larutan atau melepas zat ke dalam larutan.
6.8.18.5. Karena sterilisasi cara saring mengandung risiko yang lebih
besar dibandingkan cara sterilisasi lain dianjurkan mela-
kukan penyaringan ulang melalui saringan bakteri steril
segera sebelum pengisian.
6.8.18.6. Masa pakai saringan steril hendaklah dibatasi untuk
memastikan tidak terjadinya pertumbuhan mikroba di dalam
saringan tersebut.
6.8.19. Sterilisasi dengan Gas Etilen Oksida
6.8.19.1. Efektifitas gas etilen oksida sebagai bahan sterilisasi tergan-
tung pada konsentrasi, suhu, kelembaban, lamanya persen-
tuhan dengan bahan dan tingkat kontaminasi mikroba.
Bilamana dimungkinkan hendaklah digunakan cara sterilisasi
lain sebagai pilihan daripada sterilisasi dengan gas etilen
oksida.
6.8.19.2. Seluruh siklus sterilisasi hendaklah dipantau dengan indi-
kator biologi yang tepat yang ditempatkan pada seluruh
muatan Catatan hasil pemantauan merupakan bagian dari
catatan bets.
47 IlmuFarmasi.Com
6.8.19.3. Setelah sterilisasi selesai bahan hendaklah diletakkan dalam
ruangan yang berventilasi baik untuk menghilangkan sisa etilen
oksida serta produk hasil reaksinya. Hendaklah diambil
langkah untuk mencegah pencemaran balik bahan yang sudah
steril. Hendaklah dibuat catatan pemeriksaan bahwa semua
indikator biologi telah disingkirkan dari produk.
6.8.19.4. Selama siklus sterilisasi hendaklah dicatat waktu untuk
menyelesaikan satu siklus, tekanan, suhu, konsentrasi gas
dan kelembaban dalam rongga sterilisasi.
6.8.19.5. Tekanan, suhu dan kelembaban nisbi selama satu siklus
hendaklah diawasi dan dicatat dalam suatu grafik atau
dengan cara otomatik lain yang sesuai. Catatan ini
merupakan bagian dari catatan bets.
48 IlmuFarmasi.Com
Rancang bangun sarana radiasi dan penggunaan pelat peka
radiasi dapat membantu memberikan kepastian hal ini.
6.8.20.7. Jumlah wadah yang diterima, diradiasi dan dikirim keluar
hendaklah direkonsiliasi satu dengan yang lain dan
didokumentasikan. Setiap penyimpangan hendaklah
dilaporkan dan dituntaskan.
6.8.20.8. Rentang dosis sterilisasi yang diperoleh setiap wadah dalam
satu bets atau satu pengiriman hendaklah dinyatakan secara
tertulis oleh petugas radiasi.
Dosis minimum sterilisasi yang biasa adalah 2,5 megarad.
6.8.20.9. Catatan proses dan pengawasan masing-masing bets yang
diradiasi hendaklah diteliti dan ditanda-tangani oleh petugas
yang ditunjuk dan kemudian disimpan. Metode dan tempat
penyimpanan catatan hendaklah disetujui bersama oleh
pihak perusahaan radiasi dan pabrik pembuat produk yang
diradiasi.
6.8.20.10. Pabrik pembuat produk bertanggung jawab atas pe-
mantauan mikrobiologi. Kegiatan ini mencakup
pemantauan lingkungan dimana produk dibuat dan
pemantauan produk segera sebelum diradiasi sesuai yang
ditetapkan dalam registrasi produk.
6.8.21. A i r
6.8.21.1. Air yang digunakan untuk membuat produk steril termasuk
sistem penyimpanan dan penyalurannya hendaklah diawasi
sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan untuk setiap
kegiatan.
6.8.21.2. Air untuk injeksi dibuat dengan caradistilasi atau cara lain
yang sesuai.
6.8.21.3. Air untuk injeksi disimpan dan disirkulasi terus menerus
pada suhu sekurang-kurangnya 70° C. Air yang tidak
disirkulasi hanya boleh digunakan dalamwaktu tidak lebih
dari 24 jam.
6.8.21.4. Air untuk injeksi yang dipakai dalam formulasi dianggap
dan diperlakukan sebagai bahan awal.
6.8.21.5. Alat pencatat hendaklah digunakan untuk memantau suhu
penyimpanan.
6.8.21.6. Air untuk injeksi disimpan dalam wadah yang bersih, steril,
tidak reaktif, non-absortif, non-aditif dan dilindungi dari
kontaminasi.
49 IlmuFarmasi.Com
6.8.22. Penyelesaian Produk Steril
6.8.22.1. Bila menggunakan deterjen atau bahan sejenis dalam
pembilasan awal dari wadah, hendaklah adaprosedur yang
memastikan tidak ada sisa yang tertinggal dalam wadah.
Pembilasan akhir hendaklah menggunakan air suling atau
air dengan kualitas yang sesuai.
6.8.22.2. Petugas tidak dibenarkan memegang wadah dengan tangan!
telanjang. Wadah akhir yang telah dicuci, dikeringkan dani
disterilkan hendaklah dipakai dalam batas waktu yang
ditentukan.
6.8.22.3. Wadah akhir produk steril hendaklah ditutup kedap dengan
cara yang tepat.
Ampul hendaklah ditutup dengan menggunakan tehnik
menarik ujungnya daripada menutup ujungnya.
6.8.22.4. Kesempumaan penutupan wadah akhir hendaklah diperiksa
dengan prosedur yang sesuai.
6.8.22.5. Wadah yang telah diisi dengan larutan injeksi hendaklah
diperiksa satu persatu terhadap partikel yang terlihat. Bila
pemeriksaan ini dilakukan dengan mata, hendaklah
dilaksanakan dengan penerangan dan latar belakang yang
tepat. Petugas pemeriksa hendaklah diberi selang waktu
istirahat yang cukup selama kegiatan pemeriksaan dan
mendapat pemeriksaan mata secara teratur.
6.8.22.6. Bila pemeriksaan dilakukan secara elektronik atau
fotoelektrik, maka efektifitas alat tersebut hendaklah
divalidasi dan kepekaannya dipantau.
50 IlmuFarmasi.Com
tadinya telah bersih secara mikrobiologi. Indikator biologi harus
disimpan menurut spesifikasi produsennya.
6.8.23.4. Indikator kimia untuk sterilisasi panas, gas etilen oksida
dan sterilisasi cara radiasi biasanya tersedia dalam bentuk pita,
lembar perekat, kartu titik warna, tabung kecil, sachet atau
dosimeter plastik. Indikator ini akan berubah wama sebagai
akibat dan reaksi kimia yang terjadi karena proses sterilisasi.
Perubahan wama ini mungkin terjadi sebelurn waktu sterilisasi
diselesaikan. Oleh karena itu indikator tersebut tidak cukup
memadai sebagai bukti sterilisasi, kecuali dosimeter plastik yang
digunakan pada proses sterilisasi cara radiasi.
6.9.Pengemasan
6.9.1. Kegiatan pengemasan berfungsi membagi-bagi dan
mengemas produk ruahan menjadi obat jadi. Proses pengemasan
hendaklah dilaksanakan di bawah pengawasan ketat untuk menjaga
identitas, keutuhan dan kualitas barang yang sudah dikemas.
6.9.2. Untuk kegiatan pengemasan hendaklah adaprosedur tertulis yang
menguraikan penerimaan serta identifikasi produk ruahan dan bahan
pengemas, pengawasan untuk menjamin bahwa produk ruahan dan
bahan pengemas (tercetak ataupun tidak tercetak) yang akan dipakai
adalah benar, pengawasan dalam proses selama pengemasan,
rekonsiliasi terhadap produk ruahan dan bahan pengemas tercetak,
dan pemeriksaan akhir terhadap hasil pengemasan. Semua kegiatan
pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang
diberikan dan menggunakan bahan pengemas yang tercantum
dalam Prosedur Pengemasan Induk. Rincian pelaksanaan
pengemasan hendaklah dicatat dalam catatan pengemasan bets.
6.9.3. Sebelum kegiatan pengemasan dimulai hendaklah dilakukan
pemeriksaan untuk memastikan bahwa peralatan dan ruang
kerja dalam keadaan bersih dan bebas dari produk dan sisa
produk lain atau dokumen yang tidak diperlukan untuk kegiatan
yang dilakukan.
6.9.4. Setiap penyerahan produk ruahan dan bahan pengemas hendaklah
diperiksa dan diteliti terhadap kesesuaian dengan Prosedur
Pengemasan Induk atau perintah pengemasan khusus.
6.9.5. Pra-penandaan pada Bahan Pengemas
6.9.5.1. Label, karton dan komponen lain yang memerlukan pra-
penandaan dengan nomor bets atau lot, tanggal daluwarsa
51 IlmuFarmasi.Com
dan informasi lain yang sesuai dengan perintah pengemasan
hendaklah diawasi secara ketat pada setiap tahap proses
sejak diterima dari gudang sampai menjadi bagian dari oba
jadi atau dimusnahkan.
6.9.5.2. Bahan pengemas yang sudah ditentukan untuk pra-
penandaan hendaklah disimpan dalam wadah tertutup rapat
dan ditempatkan di daerah yang terpisah dan terjamin
keamanannya.
6.9.5.3. Pra-penandaan pada bahan pengemas hendaklah dilak-
sanakan di suatu daerah yang terpisah dari kegiatan
pengemasan lain.
6.9.5.4. Seluruh bahan pengemas yang telah diberi pra-penandaan
hendaklah diperiksa sebelum dipindahkan ke daerah
pengemasan.
6.9.6. Kesiapan Jalur Pengemasan
Segera sebelum menempatkan bahan pengemas pada jalur penge-
masan hendaklah diadakan pemeriksaan kesiapan jalur pengemasan
yang bersangkutan oleh petugas yang ditunjuk, sesuai dengan
prosedur tertulis yang ditentukan untuk:
6.9.6.1. memastikan bahwa semua bahan dan produk terkemas yang
berasal dari kegiatan pengemasan sebelumnya telah benar-
benar disingkirkan dari jalur pengemasan itu dan daerah
sekitarnya;
6.9.6.2. meneliti kebersihan jalur dan daerah sekitarnya; dan
6.9.6.3. memastikan kebersihan peralatan yang akan dipakai.
6.9.7. Pengawasan Selama Proses
6.9.7.1. Prosedur tertulis untuk pengawasan dalam proses
hendaklah dipatuhi. Prosedur ini hendaklah menjelaskan
titik-titik pengambilan contoh, frekuensi pengambilan
contoh, jumlah contoh yang diambil untiik pemeriksaan.
spesifikasi yang harus diperiksa dan batas yang masih dapat
diterima untuk setiap spesifikasi.
6.9.7.2. Pengawasan selama proses hendaklah meliputi juga
prosedur umum sebagai berikut:
(a) volume atau jumlah unit dosis yang diisi dari produk
yang dikemas hendaklah diperiksa pada saat
pengemasan dimulai dan
52 IlmuFarmasi.Com
(b) produk yang telah dikemas hendaklah diperiksa
seSama proses pengemasan berlangsung dengan selang waktu
yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya dengan
spesifikasi yang tertulis dalam Prosedur Pengemasan
Induk. Demikian halnya dengan seluruh komponen yang
digunakan untuk pengemasan.
6.9.7.3. Hasil pengujian dan pemeriksaan selamaprosestersebut
hendaklah dicatat. Catatan ini merupakan bagian dari
catatan pengemasan bets.
6.9.8. Pelaksanaan Pengemasan
6.9.8.1. Terjadinya kesalahan dalam pengemasan dapat diperkecil
dengan cara sebagai berikut:
(a) pemakaian label gulungan;
(b) pemberian kode bets langsung pada jalur
pemasangan label;
(c) penggunaan alat pembaca kode dan penghitung label
elektronik;
(d) label dan barang cetak lain dirancang sedemikian rupa
sehingga memiliki tanda yang berbeda jelas terhadap
produk yang berlainan; dan
(e) disamping pemeriksaan secara visual selama penge-
masan berlangsung, hendaklah dilakukan pula pemerik
saan secara terpisah oleh bagian pengawasan mutu
selama dan setelah selesai pengemasan.
6.9.8.2. Produk yang bentuk atau rupanya sama atau hampir
sama, tidak boleh dikemas pada jalur berdampingan,
kecuali ada pemisahan secara fisik.
6.9.8.3. Pada setiap jalur pengemasan, nama dan nomor bets
produk yang sedang dikemas hendaklah dapat terlihat
dengan jelas.
6.9.8.4. Wadah yang dipakai untuk menyimpan produk ruahan, obat
yang baru dikemas sebagian atau sub-bets hendaklah diberi
label atau ditandai untuk menunjukkan identitas, jumlah,
nomor bets dan status produk tersebut.
6.9.8.5. Wadah yang akan diisi hendaklah diserahkan ke bagian
pengemasan dalam keadaan bersih.
6.9.8.6. Semua petugas bagian pengemasan hendaklah dilatih supay a
menghayati pentingnya pengawasan dalam proses dan
53 IlmuFarmasi.Com
melaporkan terjadinya tiap penyimpangan yang mungkin
terlihat sewaktu mereka menjalankan tugas masing-masing.
6.9.8.7. Dalam waktu tertentu selama hari kerja dan setiap saat
terjadi tumpahan bahan, daerah pengemasan hendaklah
dibersihkan. Petugas kebersihan hendaklah dilatih untuk
menghindari tindakan yang dapat menyebabkan terjadinya
campur-baur atau pencemaran silang.
6.9.8.8. Setiap bahan pengemas-cetak yang ditemukan pada waktu
pembersihan hendakJah diberikan kepada supervisor, yang
selanjutnya menempatkan bahan itu dalam wadah tertentu
untuk keperluan rekonsiliasi dan memusnahkan setelah
proses pengemasan berakhir.
6.9.8.9. Produk yang telah selesai atau yang hampir selesai dikemas
yang ditemukan berada di luar jalur pengemasan, hendaklah
diserahkan kepada supervisor dan tidak boleh langsung
dikembalikan ke jalur pengemasan. Bila produk tersebut
setelah diperiksa oleh supervisor ternyata identitasnya sama
dengan bets yang sedang dikemas dan keadaannya baik,
maka supervisor dapat mengembalikannya ke dalam proses
pengemasan yang sedang berjalan. Kalau identitasnya
berlainan maka barang tersebut hendaklah dimusnahkan
dan jumlahnya dicatat.
6.9.8.10. Produk yang telah diisikan ke dalam wadah akhirtetapi
belum diberi label hendaklah dipisahkan dan diberi tanda
untuk menjagajangan tercampur dengan produk lain.
6.9.8.11. Peralatan untuk pengemasan yang bagian-bagiannya tidak
bersentuhan langsung dengan produk ruahan namun dapat
menjadi tempat menumpuknya debu, serpihan, bahan
pengemas ataupun produk yang kemudian dapat mengotori
produk yang sedang dikemas "atau menjadi sumber
pencemaran atau yang da-pat menyebabkan terjadinya
pencampur-bauran hendaklah dibersihkan secara cermat.
6.9.8.12. Hendaklah dilakukan tindakan untuk menghindarkan
penyebaran debu selama proses pengemasan produk
kering. Daerah pengemasan terpisah diperlukan untuk
beberapa produk tertentu misalnya obat berdosis rendah
yang mempunyai risiko tinggi, produk yang beracun dan
bahan yang dapat menimbulkan kepekaan.
54 IlmuFarmasi.Com
Udara bertekanan tidak boleh digunakan untuk
membersihkan peralatan di daerah pengemasan karena
dapat menimbulkan pencemaran silang.
6.9.8.13. Penggunaan sikat sebagai alat pembersih hendaklah dibatasi
karena dapat menimbulkan pencemaran dari bulu sikat atau
partikel yang menempel pada sikat.
6.9.8.14. Petugas yang memerlukan obat untukpenyakitnyayang
tidak membahayakan produk atau orang lain sekitarnya,
hendaklah diijinkan meninggalkan daerah pengemasan
untuk memakan obatnya, namun dalam keadaan bagai-
manapun obatnya tidak boleh dibawa ke daerah
pengemasan.
6.9.8.15. Petugas hendaklah diingatkan untuk tidak menaruh bahan
pengemas atau produk ke dalam saku mereka.
Bahan tersebut hendaklah dibawa dengan tangan atau
dalam wadah tertutup yang diberi tandajel as.
6.9.8.16. Bahan yang diperlukan dalam pengemasan seperti pelincir,
perekat, tinta, cairan pembersih hendaklah ditempatkan
dalam wadah yang berbeda dengan wadah produk dan
diberi tanda yang menyebutkan isinya jelas.
6.9.9. Penyelesaian Proses Pengemasan
6.9.9.1. Pada penyelesaian proses pengemasan, produk yang di-
kemas akhir hendaklah diperiksa dengan teliti untuk
memastikan bahwa kemasan obat tersebut sesuai dengan
persyaratan dalam Prosedur Pengemasan Induk.
6.9.9.2. Hanya obat jadi yang berasal dari satu bets pengemasan
saja yang boleh ditempatkan pada satu palet. Bila ada
karton yang tidak penuh maka jumlah kemasan yang ada
di dalam hendaklah dituliskai\pada karton tersebut.
6.9.9.3. Setelah proses rekonsiljasi pengemasan diselesaikan, ke-
lebihan bahan pengemas dan produk ruahan yang akan di-
singkirkan hendaklah diawasi dengan ketat agar hanya
bahan dan produk yang dinyatakan memenuhi syarat saja
yang dapat dikembalikan ke gudang untuk dimanfaatkan
lagi. Bahan dan produk tersebut hendaklah diberi tanda
yangjelas.
6.9.9.4. Supervisor hendaklah mengawasi perhitungan dan pe-
musnahan bahan pengemas dan produk ruahan yang tidak
55 IlmuFarmasi.Com
dapat dikembalikan lagi ke gudang. Semua sisa bahan
pengemas yang tidak terpakai dan sudah diberi tanda
hendaklah dimusnahkan. Jumlah yang dimusnahkan
hendaklah dicatat pada catatan pengemasan bets.
6.9.9.5. Supervisor hendaklah menghitung dan mencatat pemakaian
bersih untuk semua bahan pengemas dan produk ruahan.
6.9.9.6. Setiap penyimpangan hasil pengemasan yang tidak dapat
dijelaskan atau kegagalan untuk memenuhi spesifikasi
hendaklah diselidiki secara teliti dengan mempertimbang-
kan bets atau produk lain yang mungkin terpengaruh juga.
6.9.9.7. Setelah rekonsiliasi cocok, obat jadi tersebut hendaklah
dikarantina sambil menunggu pelulusan dari bagian
pengawasan mutu.
6.10. Bahan atau Produk Pulihan
6.10.1. Bahan atau produk dapat diolah ulang atau dipulihkan asalkan bahan
atau produk tersebut layak untuk diolah ulang melalui prosedur tertentu
yang disahkan, serta hasilnya masih memenuhi persyaratan spesifikasi
yang ditentukan dan tidak terjadi perubahan yang berarti terhadap
mutunya. Dokumentasi hendaklah secara tepat mencatat prosedur
pengolahan ulang yang telah dilakukan.
6.10.2. Sisa Produk
6.10.2.1. Sisa produk yang tidak layak untuk diolah ulang atau bahan
pulihan yang tidak memenuhi spesifikasi, mutu, kemanjuran
atau keamanan tidak boleh ditambahkan ke dalam bets
berikutnya.
6.10.2.2. Prosedur penanganan sisa produk dan bahan atau produk
yang akan diolah ulang atau dipulihkan dan carapenam-
bahannya ke dalam bets berikutnya hendaklah disahkan
secara khusus dan didokumentasikan. *
6.10.2.3. Hendaklah ada pembatasan yang disetujui oleh bagian
pengawasan mutu terhadap jumlah sisa produk atau bahan
atau produk pulihan yang dapat ditambahkan ke dalam bets
berikutnya.
6.10.2.4. Bets yang mengandung sisa produk atau bahan atau produk
pulihan hanyaboleh diluluskan setelah semua bets asal sisa
produk atau bahan atau produk pulihan yang bersangkutan
telah dinilai dan dinyatakan memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan.
56 IlmuFarmasi.Com
6.10.3. Pengolahan Ulang
6.10.3.1. Prosedur pengolahan ulang hendaklah secara khusus
disahkan dan didokumentasikan, setelah dilakukan penilaian
yang memberi kesimpulan bahwa risiko pengolahan ulang
dapat diabaikan.
6.10.3.2. Hendaklah dipertimbangkan perlunya penguj i an tambahan
terhadap semua obat jadi yang mengandung bahan atau
produk pulihan atau sisa produk.
6.10.3.3. Pengolahan ulang tidakboleh dilakukan tanpapersetujuan
bagian pengawasan mutu.
6.11. Obat Kembalian
6.11.1. Obat jadi yang dikembalikan dari gudang pabrik, misal karena
label atau kemasan luar kotor atau rusak, dapat diberi label
kembali atau diolah ulang ke bets berikut asalkan tidak ada
resiko terhadap mutu produk dan pengerjaan pengolahan
ulang hendaklah disahkan dan didokumentasikan secara
khusus. Bila obat jadi tersebut diberi label kembali maka
pengerjaannya perlu lebih hati-hati untuk meng-hindarkan
campur-baur dengan produk lain atau terjadinya kesalahan
pemberian label.
6.11.2. Obat jadi yang dikembalikan dari peredaran dan sudah lepas
dari pengawasan pabrik pembuat dapat dipertimbangkan
untuk dijual kembali, diberi label kembali atau diolah ulang ke
bets berikut hanya setelah dievaluasi secara kritis oleh petugas
berwenang di bagian pengawasan mutu. Evaluasi tersebut
meliputi sifat produk, kondisi penyimpanan khusus yang
ditetapkan, kondisi produk dan riwayat serta lamanya produk
dalam peredaran.
Bilamana ada keraguan terhadap mutu, produk ini tidak
boleh dipertimbangkan untuk didistribusikan kembali atau
diolah ulang.
57 IlmuFarmasi.Com
persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pelulusan dan
cara pemindahan selanjutnya ke gudang obat jadi.
6.12.3. Sambil menunggu pelulusan oleh bagian pengawasan mutu, seluruh
bets atau lot yang sudah terkemas hendaklah ditahan dalam status
karantina.
6.12.4. Tidak boleh ada obat yang diambil dari suatu bets, selama obat jadi
itu masih berada di daerah karantina, kecuali sebagai contoh untuk
bagian pengawasan mutu.
6.12.5. Daerah karantina merupakan daerah terbatas hanya bagi petugas yang
benar-benar dibutuhkan bekerja atau yang diberi wewenang untuk
masuk ke daerah tersebut.
6.12.6. Setiap obat jadi yang membutuhkan syarat penyimpanan khusus.
hendaklah diberi label yang jelas yang menyatakan syarat penyimpanan
yang diharuskan, dan obat tersebut hendaklah disimpan di tempat
penyimpanan yang cocok di daerah karantina dengan kondisi tertentu.
6.12.7. Pelulusan obat jadi oleh bagian pengawasan mutu harus didahului
dengan penyelesaian yang memuaskan dari hal berikut:
6.12.7.1. Produkjadi memenuhi persyaratan pengawasan mutu dalam
semua spesifikasi pengolahan dan pengemasan.
6.12.7.2. Bagian pengawasan mutu menyimpan obat jadi dalam
kemasan yang dipasarkan dan jumlah yang cukup sebagai
contoh pertinggal yang akan digunakan untuk pengujian di
masa mendatang.
6.12.7.3. Kemasan akhir atau penandaan memenuhi persyaratan.
sesuai hasil pemeriksaan bagian pengawasan mutu.
6.12.7.4. Rekonsiliasi bahan pengemas cetakcocok.
6.12.7.5. Obat jadi yang diterima di dalam daerah karantina sesuai
dengan jumlah yang tertera pada dokumen pemindahan
barang.
6.12.8. Setelah bagian pengawasan mutu meluluskan suatu bets atau lot, obat
jadi tersebut hendaklah dipindahkan dari daerah karantina ke tempat
gudang obat jadi.
6.12.9. Sewaktu menerima obat jadi tersebut, petugas gudang hendaklah
mencatat pemasukan bets yang bersangkutan ke dalam kartu
persediaan obat.
58 IlmuFarmasi.Com
6.13.2. Sistem tersebut mencakup pula carapencatatan yang tepat sehingga
distribusi tiap bets dapat segera diketahui untuk mempermudah pe-
nyelidikan dan penarikan kembalijikadiperlukan.
6.13.3. Prosedur tertulis mengenai distribusi obat hendaklah dibuat dan
dipatuhi.
6.13.4. Penyimpangan terhadap prinsip pertama masuk pertama keluar hanya
diperbolehkan untuk jangka waktu pendek dan hany a atas persetujuan
pimpinan yang bertanggungjawab.
59 IlmuFarmasi.Com
6.14.2.2. Bila identitas atau kondisi wadah suatu bahan baku atau
bahan pengemas diragukan atau tidak sesuai dengan
identitas atau persyaratan kondisi hendaklah wadah tersebut
dikirim ke daerah karantina untuk selanjutnya diperiksa oleh
bagian pengawasan mutu.
6.14.2.3. Bahan baku dan bahan pengemas yang ditolak tidak boleh
disimpan bersama-sama dengan bahan yang sudah
diluluskan, tetapi disimpan dalam daerah khusus yang
diperuntukkan bagi bahan yang ditolak.
6.14.2.4. Bahan pengemas-cetak hendaklah disimpan di daerah
penyimpanan tertentu dan dikeluarkan dengan pengawasan
yang ketat.
6.14.2.5. Persediaan tertua dan yang mendekati tanggal daluwarsa
dari bahan baku dan bahan pengemas yang telah diluluskan
hendaklah dipergunakan lebih dahulu.
6.14.2.6. Bahan baku dan bahan pengemas hendaklah di uji ulang
mengenai identitas, kekuatan, mutu dan kemurniannyabila
perlu, misalnya setelah disimpan lama atau setelah kena
udara, panas atau pengaruh lain yang merugikan mutunya.
60 IlmuFarmasi.Com
(disebut Penerima Kontrak) untuk kepentingan pihak lain (disebut
Pemberi Kontrak).
6.15.2. Pemberi Kontrak hendaklah memastikan bahwa Penerima
Kontrak telah memiliki izin operasional dan sertifikat CPOB
yang sesuai dengan bentuk sediaan obat yang akan
dikontrakkan.
6.15.3 Hendaklah dibuat suatu perjanjian kontrak yang mencakup seluruh
aspek produksi dan pengaturan teknis terkait.
6.15.4. Semua aspek yang berhubungan dengan kontrak pembuatan obat
termasuk usulan perubahan teknis atau pengaturan lain hendaklah
sesuai dengan registrasi obat jadi yang bersangkutan.
6.15.5.Pemberi Kontrak bertanggungjawab mengevaluasi kemampuan
Penerima Kontrak untuk melaksanakan dengan baik pekerjaan
yang diberikan serta memastikan bahwa prinsip dan pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) diikuti secara cermat.
6.15.6. Pemberi Kontrak hendaklah memberikan kepada Penerima
Kontrak seluruh informasi yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan kontrak dengan tepat sesuai registrasi obat jadi dan
peraturan lain yang berlaku. Pemberi Kontrak hendaklah memasti-
kan bahwa Penerima Kontrak telah sepenuhny a mengetahui masalah
yang berkaitan dengan pembuatan produk ataupun pekerjaan yang
mungkin menimbulkan bahaya terhadap bangunan dan fasilitas,
peralatan, personalia, dan bahan atau produk lain.
6.15.7. Pemberi Kontrak hendaklah memastikan bahwa semua produk
antara, produk ruahan dan obat jadi yang dikirimkan Penerima
Kontrak telah memenuhi spesifikasi dan sudah diluluskan oleh
manajerpengawasan mutu.
6.15.8. Penerima Kontrak hendaklah memastikan bahwa semua produk
atau bahan yang dikirimkan Pemberi Kontrak sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
6.15.9. Penerima Kontrak tidak boleh mengal ihkan pekerj aan kontrak apa-
pun yang tercantum dalam persetujuan kontrak kepada pihak lain.
6.15.10. Penerima Kontrak tidak boleh melakukan kegiatan apapun
yang dapat mempengaruhi mutu produk yang dibuat untuk
Pemberi Kontrak.
6.15.11. Perjanjian kontrak antara Pemberi Kontrak dan Penerima
Kontrak hendaklah merinci tanggungjawab masing-masing
pihak yang berkaitan dengan produksi dan pengawasan mutu.
Aspek teknis dari kontrak hendaklah disusun oleh orang yang
kompeten dan
61 IlmuFarmasi.Com
mempunyai pengetahuan yang memadai tentang teknologi farmasi
dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Semua aspek dalam
kontrak mengenai pembuatan obat hendaklah sesuai registrasi obat
jadi dan disetujui kedua belah pihak.
6.15.12. Kontrak hendaklah merinci cara pelulusan suatu bets untuk
diedarkan setelah dipastikan bahwabets tersebut dibuat sesuai Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam registrasi obat jadi.
6.15.13. Kontrak hendaklah merinci pihak yang bertanggung jawab dalam
pembelian bahan, pengujian bahan dan pelulusannya, pelaksana
produksi dan pengawasan mutu termasuk pengawasan dalam
proses, serta pengambilan contoh dan pengujian.
6.15.14. Catatan pembuatan, analisis, contoh pertinggal serta distribusi obat
hendaklah disimpan langsung oleh Pemberi Kontrak atau tersedia
setiap saat diperlukan oleh Pemberi Kontrak. Catatan apapun yang
berhubungan dengan penilaian mutu produk hendaklah dapat
langsung diperoleh Pemberi Kontrak bila terjadi keluhan atau
kecurigaan adanya kerusakan/cacat terhadap suatu obat. Disamping
itu. kontrak hendaklah merinci pihak yang bertanggung jawab dalam
penanganan produk cacat dan penarikan kembali obat jadi.
6.15.15. Kontrak hendaklah memuat pasal yang mengizinkan Pemberi
Kontrak memeriksa fasilitas pembuatan obat di Penerima Kontrak.
62 IlmuFarmasi.Com
7. PENGAWASAN MUTU
Pengawasan mutu adalah bagian yang esensial dari cara pembuatan obat yang baik
untuk memastikan tiap obat yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan
mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Keterlibatan dan rasa tanggung
jawab semua unsur yang berkepentingan dalam seluruh rangkaian pembuatan
adalah mutlak untuk mencapai sasaran mutu yang ditetapkan mulai dari saat
obat dibuat sampai distribusi obat jadi. Untuk keperluan tersebut harus
ada suatu bagian Pengawasan mutu yang berdiri sendiri.
63 IlmuFarmasi.Com
7.1.4.3. Menyusun rancangan dan prosedur tertulis mengenai
pengambilan contoh untuk pemeriksaan;
7.1.4.4. Menyimpan contoh pertinggal untukrujukan di masa
mendatang;
7.1.4.5. Meluluskan atau menolak setiap bets bahan awal, produk
antara, produk ruahan dan obat jadi;
7.1.4.6. Meneliti semua dokumentasi yang berhubungan dengan
pengolahan, pengemasan dan pengujian obat jadi bets
yang bersangkutan sebelum meluluskannya untuk
didistribusikan;
7.1.4.7. Mengevaluasi stabilitas semua obatjadi secaraberlanjut,
bahan awal jikadiperlukan, dan menyiapkan instruksi
mengenai cara penyimpanan bahan awal dan obatjadi di
pabrik berdasarkan data stabilitas;
7.1.4.8. Menetapkan tanggal daluwarsa dan batas waktu
penggunaan bahan awal dan obatjadi berdasarkan data
stabilitas dan kondisi penyimpanannya;
7.1.4.9. Mengevaluasi dan menyetujui prosedur pengolahan ulang
suatu produk:
7.1.4.10. Menyetujui penunjukan pemasok bahan baku dan bahan
pengemas yang diketahui dan dipercayai mampu atau
dapat diandalkan untuk memasok bahan awal yang me-
menuhi spesifikasi mutu yang telah ditetapkan perusahaan;
7.1.4.11. Mengambil bagian atau memberikan bantuan dalam
pelaksanaan program validasi;
7.1.4.12. Mengevaluasi semua keluhan yang diterima atau ke-
kurangan yang ditemukan mengenai suatu bets, bilaperlu
bekerja sama dengan bagian lain, dan mengambil
tindakan perbaikan yang diperlukan;
7.1.4.13. Menyediakan baku pembanding sekunder sesuai spe
sifikasi yang terdapat pada prosedur pengujian yang
berlaku dan menyimpan baku pembanding ini pada
kondisi yang tepat;
7.1.4.14. Menyimpan catatan pemeriksaan dan pengujian semua
contoh yang diambil;
7.1.4.15. Mengevaluasi obat kembalian dan menetapkan apakah
obat tersebut dapat digunakan langsung atau diproses
ulang atau harus dimusnahkan;
64 IlmuFarmasi.Com
7.1.4.16. Ikut serta dalam program inspeksi-diri bersama bagian
Iain dalam perusahaan; dan
7.1.4.17. Memberikan rekomendasi untuk pembuatan obat oleh
pihak lain atas dasar kontrak setelah diadakan evaluasi
terhadapkontraktoryangbersangkutan dan dinilai marnpu
membuat obat yang memenuhi standar mutu yang
ditetapkan perusahaan.
7.2. Laboratorium Pengujian
7.2.1. Bangunan
7.2.1.1. Laboratorium pengujian hendaklah dirancang-bangun,
dilengkapi peralatan dan memiliki ruang yang memadai
sehingga dapat menampung dan melaksanakan semua
kegiatan yang diperlukan.
7.2.1.2. Hendaklah disediakan sarana yang sesuai dan aman untuk
sampah dan sisa bahan yang akan dibuang. Bahan
beracun dan mudah terbakar hendaklah disimpan di
tempat yang dirancang khusus dan terpisah.
7.2.1.3. Ruangan laboratorium hendaklah terpisah dari ruangan
produksi.
7.2.1.4. Ruangan laboratorium biologi, mikrobiologi dan kimia
hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain.
7.2.1.5. Ruangan terpisah bagi instrumen mungkin diperlukan
untuk melindungi terhadap gangguan listrik, getaran,
kelembaban yang berlebihan dan gangguan luar lainnya
atau bilamana instrumen tersebut perlu diisolasi dari
peralatan lainnya.
7.2.1.6. Rancangan laboratorium hendaklah memperhatikan
kecocokan bahan bangunan yang dipakai, penyaluran
ke luar untuk gas serta asap yang berbahaya dan ventilasi.
Unit pengendali udara yang terpisahjiendaklah dipasang
untuk masing-masing laboratorium biologi, mikrobiologi
dan radioisotop.
7.2.1.7. Semua pipa serta peralatan penyalur air, gas, udara, uap
dan sebagainya hendaklah diberi penandaan yang jelas.
Dalam hal ini perlu diperhatikan tersedianya sambungan
pipa atau adaptor yang tidak dapat saling ditukarkan
untuk gas atau cairan berbahaya.
65 IlmuFarmasi.Com
7.2.2. Personalia
7.2.2.1. Setiap karyawan yang diberi tugas mengawasi atau yang
langsung melakukan pekerjaan laboratorium hendaklah
mempunyai pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang
sesuai untuk memungkinkan pelaksanaan tugasnya
dengan baik. Tugas dan tanggung jawab masing-masing
karyawan hendaklah jelas baik secara tertulis dalam uraian
jabatannya maupun dalam bentuk lain yang sesuai.
7.2.2.2. Tiap karyawan hendaklah memakai pakaian pelindung
dan alat pengaman seperti respirator atau masker, kaca
mata pelindung dan sarung tangan yang tahan terhadap
asam atau alkali sesuai dengan keperluan untuk
melaksanakan tugasnya.
7.2.3. Peralatan
7.2.3.1. Peralatan serta instrumen laboratorium pengujian
hendaklah cocok untuk prosedur pengujian yang
dilakukan.
7.2.3.2. Prosedur tetap untuk pengoperasian tiap instrumen dan
peralatan hendaklah tersedia dan diletakkan di dekat
instrumen atau peralatan yang bersangkutan.
7.2.3.3. Peralatan dan instrumen hendaklah dirawat dan dikalibrasi
dalam selang waktu yang telah ditetapkan dan
pelaksanaannya didokumentasikan. Pemeriksaan untuk
memastikan bahwa instrumen berfungsi baik hendaklah
dilakukan tiap hari atau sebelum instrumen tersebut
digunakan.
7.2.3.4. Tanggal kalibrasi dan perawatan yang telah dilakukan
serta tanggal kalibrasi dan perawatan berikutnya harus
jelas tertera pada masing-masing instrumen atau dengan
cara lain yang sesuai.
7.2.3.5. Hendaklah diberi penandaan yang jelas untuk menun-
jukkan peralatan yang tidak berfungsi baik atau sedang
dirawat. Alat yang rusak hendaklah tidak digunakan
sebelum diperbaiki.
7.2.3.6. Pancuran air pengaman dan pembasuh mata hendaklah
tersedia di dekat tempat kerja.
66 IlmuFarmasi.Com
7.2.4. Pereaksi dan Media Pembiakan
7.2.4.1. Penerimaan dan pembuatan pereaksi dan media
pembiakan hendaklah dicatat.
7.2.4.2. Pereaksi yang dibuat di laboratorium hendaklah mengikuti
prosedur pembuatan tertulis dan diberi label yang sesuai.
Pada label dicantumkan konsentrasi, faktor standarisasi,
batas waktu penggunaan, tanggal standarisasi ulang harus
dilaksanakan, kondisi penyimpanan, berikut tanggal
pembuatan dan tanda tangan petugas yang membuat
pereaksi tersebut.
7.2.4.3. Kontrol positif maupun kontrol negatif hendaklah
digunakan untuk memastikan kecocokan media pem
biakan yang dipakai. Besar inokulum dalam kontrol positif
harus disesuaikan dengan kepekaan pertumbuhan yang
diinginkan.
67 IlmuFarmasi.Com
7.2.6.2. Spesifikasi dan prosedur pengujian untuk tiap bahan awal
produk antara, produk ruahan dan obat jadi hendaklah
memuat ketentuan dan cara pemeriksaan dan pengujian
mengenai identitas, kemurnian, kualitas dan kadar atau
potensi.
7.2.6.3. Prosedur pengujian hendaklah memuat:
(a) banyaknyacontoh yang diperlukan untuk pengujian
dan yang hams disimpan untuk rujukan masa
mendatang;
(b) banyaknya masing-masing pereaksi, larutan dapar
dan Iain-lain yang diperlukan untuk pengujian;
(c) peralatan dan instrumen yang diperlukan untuk
pengujian;
(d) rumus perhitungan yang digunakan; dan
(e) nilai sasaran dan toleransi dari tiap pengujian.
7.2.6.4. Spesifikasi hendaklah memuat frekuensi pemeriksaan
ulang dari tiap bahan baku yang ditentukan dengan
mempertimbangkan stabilitasnya.
7.2.6.5. Semuapengujian yang dilakukan hendaklah mengikuti
instruksi yang tercantum dalam prosedur pengujian untuk
masing-masing bahan atau produk. Hasil pengujian,
terutama yang menyangkut perhitungan, hendaklah
diperiksa oleh supervisor sebelum bahan atau produk
tersebut diluluskan atau ditolak.
68 IlmuFarmasi.Com
(i) pernyataan apakah diluluskan atau ditolak serta saran
mengenai tindakan selanjutnyayang ditandatangani dan diberi
tanggal oleh petugas yang berwenang;
(j) namapemasok, jumlah keseluruhan dan jumlah bahan awal
yang diterima; dan
(k) jumlah keseluruhan dan jumlah wadah, bahan baku, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan dan obat jadi dari
bets atau lot yang dianalisis.
69 IlmuFarmasi.Com
7.3.2. Bagian pengawasan mutu hendaklah memberi bantuan yang
diperlukan atau m engambil bagian dalam pelaksanaan validasi
berkala oleh bagian lain, terutama bagian produksi untuk menjamin
bahwa setiap produk yang dihasilkan selalu memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan.
7.4. Pengawasan terhadap Bahan Awal, Produk Antara, Produk Ruahan
dan Obat Jadi
7.4.1. Spesifikasi
Tiap spesifikasi hendaklah disetujui terlebih dahulu dan disimpan oleh
bagian pengawasan mutu. Hal-hal yang dicakup dalam spesifikasi
bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi dapat dilihat
dalam butir 10.2.
Revisi berkala dari tiap spesifikasi perlu dilakukan dengan mem-
perhatikan edisi terakhir dari farmakope nasional atau kompendia
resmi lain.
70 IlmuFarmasi.Com
7.4.2.2. Contoh hendaklah mewakili bets dari bahan yang diambil.
Pengambilan contoh hendaklah dilakukan sesuai prosedur
tetap,
7.4.2.3. Identitas suatu bets bahan baku yang diterima dalam be-
berapa wadah hany a dapat dipastikan apabila contoh bahan
diambil dari tiap wadah dan dilakukan pemeriksaan
identitas terhadap semua contoh.
7.4.2.4. Mutu suatu bets bahan baku dapat dinilai dengan cara
mengambil dan menguji contoh yang mewakili bets tersebut.
Contoh yang diambil untuk pemeriksaan identitas dapat
digunakan untuk maksud ini. Jumlah contoh yang digunakan
sebagai contoh representatif hendaklah ditentukan secara
statistik dan dirinci dalam rencana dan polapengambilan
contoh. Jumlah contoh yang dapat dicampur menjadi satu
contoh komposit hendaklah ditetapkan dengan per-
timbangan sifat bahan, pengetahuan tentang pemasok dan
homogenitas contoh komposit itu sendiri.
7.4.2.5. Rencana pengambilan contoh bahan pengemas hendaklah
mempertimbangkan : jumlah yang diterima, sifat bahan
(misalnya bahan pengemas primer dan / atau bahan penge
mas cetak), metode produksi dan pengetahuan tentang
pelaksanaaan sistem pemastian mutu di pabrik pembuat
bahan berdasarkan hasil audit pabrik yang dilakukan.
Jumlah contoh yang digunakan sebagai contoh representatif
hendaklah ditentukan secara statistik dan dirinci dalam
rencana pengambilan contoh.
7.4.2.6. Pengambilan contoh hendaklah dilakukan dengan tepat
untuk mencegah terjadinya kontaminasi atau efek lain yang
mempengaruhi mutu. Wadah bahan atau produk yang telah
diambil contonnya hendaklah diberi label yang mencan-
tumkan'antara lain isi wadah, nomor bets, tanggal peng
ambilan contoh, pengambil contoh dan tanda bahwa
contoh diambil dari wadah tersebut. Wadah kemudian
ditutup rapat secara hati-hati.
7.4.2.7. Instruksi pengambilan contoh hendaklah meliputi:
(a) cara dan rancangan pengambilan contoh;
(b) peralatan yang digunakan;
(c) banyak contoh yang diambil;
71 IlmuFarmasi.Com
(d) instruksi membagi-bagi contoh sesuai kebutuhan;
(e) tipe wadah contoh yang digunakan, yakni apakal
untuk pengambilan contoh secara normal atai
aseptik;
(f) peringatan khusus untuk diperhatikan terutama yang
berkaitan dengan pengambilan contoh bahan produk
steril atau berbahaya;
(g) kondisi penyimpanan; dan
(h) instruksi tentang cara pembersihan dan penyimpanan
alat pengambil contoh.
7.4.2.8. Tiap wadah contoh hendaklah diberi label yang
menunjukkan:
(a) nama bahan contoh;
(b) nomor bets atau lot;
(c) nomor wadah bahan dari mana contoh diambil;
(d) tanda tangan petugas yang mengambil contoh; dan
(e) tanggal pengambilan contoh.
7.4.2.9. Peralatan yang digunakan untuk mengambil contoh
hendaklah dibersihkan dan jikaperlu disterilkan, sebelum
dan sesudah pemakaian dan disimpan secara terpisah dari
alat laboratorium lainnya.
7.4.2.10. Perhatian hendaklah diberikan pada saat pengambilan
contoh untuk mencegah terjadinya kontaminasi atau
campur-baur terhadap atau oleh bahan atau produk yang
diambil contohnya. Semua alat yang bersentuhan dengan
bahan atau produk hendaklah bersih. Peringatan khusus
diperlukan untuk penanganan bahan berbahaya atau bahan
produk berpotensi tinggi.
7.4.3. Pengujian
7.4.3.1. Bahan Baku
Setiap bahan baku hendaklah diuji terhadap
spesifikasi identitas, kemurnian, kualitas, kekuatan, dan
persyaratan lain yang telah ditetapkan.
7.4.3.2. Bahan Pengemas
Bahan pengemas hendaklah memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan khususnya dalam hal kesesuaian jenis
bahan terhadap produk yang diisikan ke dalam bahan
tersebut.
72 IlmuFarmasi.Com
Cacat fisik yang kritis dan yang berdampak besar serta
ketepatan tanda identitas bahan yang dapat memberi kesan
meragukan terhadap kualitas produk hendaklah diperiksa.
73 IlmuFarmasi.Com
menjamin sterilitas dari keseluruhan bets tersebut
karena ada kemungkinan wadah yang tidak steril tidak
terpilih pada pengambilan contoh. Disamping itu
metode pembiakan yang dipakai memiliki kepekaan
yang terbatas, sehingga tidak selalu memungkinkan
tumbuhnya semua mikroba. Sekalipun demikian
dengan cara pengambilan contoh yang tepat dan
pemakaian media yang sesuai untuk pengujian, hasil
uji sterilitas dapat digunakan sebagai pedoman
untuk meluluskan atau menolak suatu bets. Dalam
melakukan uji sterilitas hendaklah diperhatikar hal
berikut:
1) Pedoman tentangjumlah minimal wadah contoh
yang harus diuji serta metode standar yang
dipakai untuk pengujian berbagai jenis sediaan
terhadap bakteri aerob, bakteri anaerob, dan
jamur, hendaklah tertera dalam prosedur tetap
pengujian;
2) Contoh suatu bets hendaklah diambil secara
acak, termasuk dari tempat yang diperkirakan
paling dingin pada muatan yang disterilkan secara
panas dan yang berasa! dari awal dan akhir
pengisian bets secara aseptik;
3) Bila hasil pengujian terhadap suatu bets ternyata
tidak memenuhi syarat, makapenyebab kega-
galan ini hendaklah ditelusuri dan kemudian
dilakukan tindakan perbaikan yang sesuai; dan
4) Semua hasil uji sterilitas hendaklah didokumen-
tasikan.
(b) Uji endotoksin/pirogen
1) Pada pembuatanpbat steril hendaklah diper-
timbangkan perlunya pengujian bahan baku,
p r o d u k r u ah an d an o b a t jad i te rh ad ap
endotoksin / pirogen.
2) Air yang digunakan sebagai bahan baku atau
obat jadi sangat berisiko mengandung endotok
sin. Air untuk injeksi tidak boleh mengandung
lebih dari 0,25 Unit endotoksin per ml.
74 IlmuFarmasi.Com
3) Endotoksin / pirogen menjadi lebih
berbahaya dalam obat injeksi volume besar.
Obat injeksi hendaklah memenuhi syarat uji
endotoksin / pirogen yang ditetapkan.
75 IlmuFarmasi.Com
dinyatakan diluluskan atau ditolak oleh bagian pengawasan
mutu selama proses produksi.
76 IlmuFarmasi.Com
Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk untuk
setiap ukuran bets suatu produk untuk menjamin keseragaman dari
bets ke bets yang diproduksi. Tiap perubahan dan penyesuaian pada
Prosedur Pengolahan Induk atau Prosedur Pengemasan Induk harus
disetujui oleh bagian pengawasan mutu sebelum diterapkan
diproduksi.
7.6.2. Bagian pengawasan mutu hendaklah memberikan persetujuan atas
prosedur pembersihan dan sanitasi peralatan produksi.
77 IlmuFarmasi.Com
7.8.3.2. Memiliki kemasan baru yang berbeda dengan standar yang
telah ditetapkan;
7.8.3.3. Pembahan formula, metode pengolahan dan sumber bahan
baku;
7.8.3.4. Bets yang diluluskan dengan pengecualian yaitu yang
sifatnya berbeda dengan standar atau bets yang diolah ulang;
dan
7.8.3.5. Produkyang beredar.
7.9.3.2. Hasilpenelitian
Objek penelitian hendaklah mencakup:
(a) produk yang dikeluhkan (daerah peredaran, kondisi
saat beredar, kondisi pemakaian produk, dll.);
(b) contoh pertinggal, dimanaperlu; dan
(c) catatan pengujian, catatan produksi dan kondisi
penyimpanan produk yang dikeluhkan.
78 IlmuFarmasi.Com
7.9.3.3. Evaluasi hasil penelitian
7.9.3.4. Tindak lanjut yang dilaksanakan antara lain tindakan
perbaikan, tanggapan kepada pemberi keluhan, dan
penarikan kembali obat.
7.9.4. Catatan keluhan terhadap obat hendaklah disimpan untuk
jangka waktu tertentu.
79 IlmuFarmasi.Com
dapat dipercaya dalam penyediaan bahan awal yang memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan.
7.11.2. Semua calon pemasok hendaklah dievaluasi sebelum diberi pesanan.
Inspeksi terhadap pemasok perlu dilakukan, kecuali pemasok itu
mempunyai riwayat, reputasi atau jaminan yang dianggap cukup
sehingga inspeksi tidak diperlukan.
7.11.3. Inspeksi hendaklah dilakukan bersama oleh wakil dari bagian
pengawasan mutu, bagian produksi dan bagian pembelian untuk
menetapkan pemasok yang memenuhi syarat.
7.11.4. Sebagai calon pembeli, wakil-wakil dari bagian pengawasan mutu
bagian produksi dan bagian pembelian hendaklah menilai kualifikasi
teknis dari pemasok dan berusaha mengetahui sikapnya terhadap
mutu.
7.11.5. Semua pemasok hendaklah dievaluasi secara berkala,
7.11.6. Daftar pemasok terpilih untuk bahan awal hendaklah dibuat dan
ditinjau secara berkala.
80 IlmuFarmasi.Com
8. INSPEKSI DIRI
Tujuan inspeksi diri adalah untuk melakukan penilaian apakah seluruh aspek
produksi dan pengendalian mutu dalam pabrik memenuhi ketentuan CPOB.
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan. Inspeksi diri
hendaklah dilakukan secara teratur. Seluruh tindakan perbaikan yang disarankan
hendaklah dilaksanakan. Untuk pelaksanaan inspeksi diri ditunjuk tim inspeksi
yang mampu menilai secara objektif pelaksanaan CPOB. Prosedur dan catatan
mengenai inspeksi diri hendaklah didokumentasikan.
81 IlmuFarmasi.Com
8.4. Laporan Inspeksi Diri
Setelah menyelesaikan inspeksi diri hendaklah dibuat laporan yang
mencakup
8.4.1. hasil inspeksi diri
8.4.2. penilaian dankesimpulan
8.4.3. usul tindakan perbaikan
82 IlmuFarmasi.Com
9. PENANGANAN KELUHAN TERHADAP OBAT,
PENARIKAN KEMBALI OBAT DAN OBAT
KEMBALIAN
83 IlmuFarmasi.Com
9.1.3. TindakLanjut
9.1.3.1. Atas dasarhasil evaluasi dan penelitian dilakukan tinda
lanjut berupa antara lain :
(a) tindakan perbaikan y ang diperlukan;
(b) penarikan kembali bets obat atau seluruh obat yan
bersangkutan; dan
(c) tindak lanjut lain yangsesuai.
9.1.3.2. Hasil pelaksanaan penanganan keluhan dan laporan
termasuk hasil evaluasi penelitian dan tindak lanjut yann
diambil hendaklah dicatat dan dilaporkan kepada bagian
terkait dan kepada pejabat pemerintah yang berwenang
84 IlmuFarmasi.Com
9.2.1.2. Bagi obat yang mengandung resiko besar terhadap ke-
sehatan. selain tindakan penarikan kembali hendaklah
segera diambil tindakan khusus agar obat yang bersangkutan
dikenakan embargo untuk tidak digunakan. Dalam hal ini
penarikan kembali hendaklah dilakukan pula sampai pada
tingkatkonsumen.
9.2.1.3. Sistem dokumen pabrik hendaklah dapat mendukung
pelaksanaan penarikan kembali dan embargo efektif, cepat
dan tuntas.
9.2.1.4. Hendaklah dibuat pedoman dan prosedur penarikan kem
bali obatjadi yang tepat sehinggapenarikan kembali dan
embargo dapat dilakukan dengan cepat dan efektif dari
seluruh mata rantai distribusi.
9.2.1.5. Hendaklah dibuat catatan dan laporan pelaksanaan, hasil
penarikan kembali dan embargo obat.
85 IlmuFarmasi.Com
9.4.2. Obat kembalian yang diterima hendaklah dikarantina.
9.4.3. Terhadap obat kembalian hendaklah dilakukan penelitian,
pemeriksan dan pengujian oleh bagian pengawasan mutu untuk
menentukan tindak lanjut.
9.4.4. Keputusan untuk melakukan pengolahan ulang obat kembalian
hendaklah dilakukan oleh manajemen perusahaan atas dasar
evaluasi yang seksama.
9.4.5. Perlunyapengujian tambahan terhadap produk hasil pengolahan ulang
86 IlmuFarmasi.Com
10. DOKUMENTASI
87 IlmuFarmasi.Com
hendaklah jelas, tepat, tidak berarti ganda dan ditulis dalam bahasa
yang dimengerti oleh pemakai.
10.1.7. Setiap dokumen produksi hendaklah dibubuhi tanggal dan tandatangan
dan disahkan oleh manajer produksi maupun manajer pengawasan
mutu. Bagian atau orang yang menerima turunan dokumen hendaklah
tercantum setidak-tidaknyapada dokumentasi aslinya.
10.1.8. Dokumentasi hendaklah tersediabagisemuapihak terkait.
10.1.9. Dokumen dan catatan yang berkaitan dengan suatu bets sebagaimana
contoh rujukan obatjadi serta bahan awalnya hendaklah disimpan
oleh perusahaan untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
keperluannya dan/atau jangka waktu yang ditentukan Badan POM.
10.2. Spesifikasi
Dokumen spesifikasi meliputi spesifikasi bahan baku, bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan dan obat jadi.
88 IlmuFarmasi.Com
10.2.1.2. Spesifikasi bahan baku dapatterpisah atau termasukdalam
Dokumen Produksi Induk.
89 IlmuFarmasi.Com
kekerasan, keregasan, waktu hancur dan kemanfaatan
hayati in-vitro, bilaperlu;
(f) spesifikasi obat jadi hendakiahjugamencakup jenis
dan spesifikasi bahan pengemasan yang digunakan;
(g) masapakai atau batas daluwarsa;
(h) kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan yang
diperlukan;dan
(i) spesifikasi kemasan dan label.
10.2.3.2. Spesifikasi produk antara, produk ruahan atau spesifikasi
obat jadi dapat terpisah atau termasuk dalam Dokumen
Produksi Induk.
90 IlmuFarmasi.Com
serta tindakan pengamanan lain yang perlu dilak-
sanakan selamapengolahan dan pengemasan;
(b) komposisi/formula untuk tiap satuan takaran maupun
91 IlmuFarmasi.Com
(b) daftar lengkap bahan baku, dengan menyebutkan
nama serta kode yang spesifik untuk menunjukkan
karakteristik mutu, misal monograf rujukannya;
(c) nama dan bobot atau ukuran dalam sistem metrik
dari tiap bahan berkhasiat dan tidak berkhasiat
untuk tiap satuan takaran atau ukuran bets;
(d) pemyataan mengenai pemakaianjumlah bahan baku
yang dilebihkan yang telah diperhitungkan;
(e) banyaknya sisa produk yang boleh ditambahkan ke
dalam bets berikutnya, jika diperlukan;
(f) jumlah bets berbeda dari bahan berkhasiat dan tidak
berkhasiat yang boleh digunakan dalam satu bets
produk;
(g) pernyataan mengenai bobot atau ukuran teoritis yang
diperoleh pada tahap pengolahan tertentu;
(h) pernyataan mengenai hasil teoretis dan batas
presentase termasuk persentase maksimum dan
minimum hasil nyata yang diperoleh terhadap hasil
teoritis yang diperkenankan; dan
(i) lokasi pengolahan dan peralatan yang akan
digunakan.
92 IlmuFarmasi.Com
(a) nama, bentuk sediaan dan kekuatan serta pemerian
produkruahan;
(b) daftar lengkap wadah, tutup dan bahan pengemas
lain termasuk satu contoh label dan penandaan
lainnya yang ditandatangani dan dibubuhi tanggal
oleh petugas yang berwenang untuk memberi
persetujuan atas penandaan seperti itu;
(c) pernyataan mengenai hasil teoretis dan batas per-
sentase maksimum dan minimum hasil nyata yang
diperoleh terhadap hasil teoretis yang diperkenankan;
(d) prosedur rekonsiliasi antara produk ruahan dan
bahan pengemas yang dikeluarkan; dan
(e) lokasi pengemasan dan peralatan yang akan
digunakan.
10.3.4. Catatan Pengolahan Bets
10.3.4.1. Catatan Pengolahan Bets hendaklah diadakan bagi setiap
bets obat dan hendakJah mencakup data lengkap tentang
pelaksanaan pengolahan dan pengawasan terhadap bets
yang bersangkutan. Formulir untuk Catatan Pengolahan
Bets adalah reproduksi dari Prosedur Pengolahan Induk
yang kebenarannya diperiksa. dibubuhi tandatangan oleh
manajerproduksi.
10.3.4.2. Catatan Pengolahan Bets hendaklah menunjukkan setiap
langkah pengolahan yang telah diselesaikan dan
mencakup data sebagai berikut:
(a) Nomor bets:
(b) tanggal mulai dan tanggal selesai pengolahan;
(c) identitas setiap peralatan utama serta identitas jalur
atau lokasi yang digunakan;
(d) bobot atau volume sebenarnya dan nomor bets dari
masing-masing bahan baku yang digunakan selama
pengolahan serta paraf petugas yang menimbang
atau mengukur dan paraf petugas yang melak-
sanakan pemeriksaan tandingan;
(e) nomor bets dan nomor persetujuan rujukan serta
banyaknya sisa produk atau bahan pulihan yang
digunakan jika ada;
93 IlmuFarmasi.Com
(f) catatan tentang pelaksanaan pembersihan peralatan
yangdipakai;
(g) hasil pengawasan selama proses dan uji
laboratorium;
(h) hasil nyata maupun persentase terhadap hasil
teoritis pada tiap tahap pengolahan yang kritis;
(i) pengambilan contoh yang dilakukan dalam
berbagai tahap pengolahan, termasuk jumlahnya;
(j) paraf petugas yang melakukan dan supervisor
yang mengawasi atau memeriksa setiap
langkah pengolahan:
(k) rincian tiap penyimpangan dari ProsedurPengolahan
Induk. dan persetujuan terhadap penyimpangan
tersebut;
(11 persetujuan yang dibubuhi tanggal dan tandatangan
olen petugas berwenang yang menyatakan bahwa
semua langkah pengolahan telah dilaksanakan sesuai
Prosedur Pengolahan Induk dan bahwa tiap
penyimpangan proses maupun variasi hasilnya
dijelaskan secukupnya; dan
(m) penyelidikan terhadap kegagalan proses yang
spesifik atau ketidak-sesuaian hasil nyata.
94 IlmuFarmasi.Com
(d) jumlah nyata dan nomor bets dari masing-masing
bahan pengemas dan produk ruahan yang diguna-
kan serta paraf petugas yang menimbang atau
menghitung dan paraf petugas yang melaksanakan
pemeriksaan tandingan;
(e) hasil pengawasan dalam proses;
(f) catatan tentang pelaksanaan pembersihan peralat-
anyangdipakai;
(g) pemeriksaan kesiapan jalur pengemasan sebelum
dan sesudah pengemasan oleh petugas yang
berwenang:
(h) hasil nyata maupun persentase terhadap hasil teoritis
pada waktu penyelesaian pengemasan;
(i) contoh bahan pengemas cetak yang digunakan dan
catatan pemeriksaannya termasuk bahan pengemas
cetak yang diberi kode penandaan;
(j) pengambilan contoh yang dilakukan selama dan
sesudah pengemasan termasuk jumlah contoh;
(k) paraf petugas yang melakukan dan supervisor yang
mengawasi atau memeriksa setiap langkah
pengemasan:
(1) catatan rekonsiliasi dan disposisi bahan pengemas
yang tidak terpakai:
(m) hasil pengujian obatjadi; dan
(n) penyelidikan terhadap kegagalan proses yang
spesifik atau ketidak-sesuaian hasil nyata.
10.4. Dokumen Pengawasan Mutu
Dokumen pengawasan mutu terdiri dari :
(a) Prosedur pengawasan mutu dan metode pengujian. Prosedur
pengambilan contoh u»tuk pengujian merupakan dokumen yang sangat
penting dalam pengawasan mutu; dan
(b) Catatan analisis dan laporan hasil pengujian. Catatan tentang hasil uji
stabilitas biasanya diadakan sendiri. Laporan hasil pengujian dapat
berupa sertifikat analisis.
10.4.1. Prosedur Pengambilan Contoh untuk Pengujian
Prosedur pengambilan contoh untuk pengujian hendakJah menguraikan
rancangan dan metode pengambilan contoh yang disahkan dengan
95 IlmuFarmasi.Com
membubuhi tanda tangan dan diberi tanggal oleh pejabat yang
bervvenang serta mencakup hal sebagai berikut:
(a) metode pengambilan contoh untuk pengujian termasuk
rancangan pengambilan dan standar yang digunakan;
(b) alat dan wadah yang digunakan;
(c) tindakan pengamanan selamapengambilan contoh termasuk
penggunaan pakaian khusus oleh petugas yang mengambil
contoh;
(d) nama petugas atau bagian yang diberi wewenang untuk
pengambilan contoh:
(e) lokasi pengambilan contoh:
(f) jumlah contoh yang diambil: dan
(g) pola pembagian contoh apabila diperlukan.
96 IlmuFarmasi.Com
(d) tanggal penerimaan;
(e) nomor bets asal pemasok;
(f) nomor bets yang diberikan oleh bagian pengawasan
mutu;
(g) jumlah yang diterima;
(h) tanggal pengambilan contoh dan jumlah contoh;
(i) rujukan metode pengujian atau monograf yang
digunakan;
(j) catatan hasil pengujian yang dilakukan yang dibubuhi
tanggal dan tanda tangan analis dan supervisor;
(k) pernyataan pelulusan atau penolakan dari bagian
pengawasan mutu yang dibubuhi tanggal dan tanda
tangan penanggungjawab;
(1) nomor sertifikat yang diterbitkan untuk keputusan
pelulusan atau penolakan; dan
(m) rujukan silang terhadap sertifikat yang diterbitkan
sebelumnya, jika diperlukan.
97 IlmuFarmasi.Com
(e) hasil pengujian dibandingkan dengan spesifikasi
produk dan hasil pengujian awal.
98 IlmuFarmasi.Com
dan progresif dapat dengan mudah diikuti dan diperoleh
segera untuk memudahkan pelaksanaan tindakan
penarikan kembali yang efektif dan cepat apabila
diperlukan oleh pabrik.
10.5.2.2. Catatan distribusi hendaklah memuat data sebagai berikut:
(a) nama dan alamat penerima;
(b) nomor dan tanggal surat perintah penyerahan;
(c) tanggal penyerahan;
(d) nama, bentuk sediaan dan kekuatan produk;
(e) jumlah produk yang diserahkan;
(f) nomor bets;
(g) tanggal daluwarsa,jika ada; dan
(h) syarat penyimpanan khusus atau tindakan peng-
amanan yang mungkin diperlukan untuk penanganan
produk
10.5.2.3. Persediaan obat jadi hendaklah dicatat dalam kartu
persediaan seperti yang disebutkan dalam butir 10.5.1.1.
99 IlmuFarmasi.Com
peralatan dan bahan pembersih yang digunakan.
Pelaksanaan pembersihan hendaklah dicatat dan
dilampirkan ke dalam catatan bets yang bersangkutan.
10.6.2. Prosedur dan Catatan Pembersihan Daerah Produksi
Hendaklah dibuat prosedur pembersihan untuk daerah produksi
yang mencakup ruangan yang harus dibersihkan, cara
pembersihan, peralatan dan bahan pembersih yang digunakan,
waktu dan jadwal pembersihan. Pelaksanaan pembersihan
hendaklah didokumentasikan.
10.6.3. Prosedur dan Catatan Pembasmian Hama
Hendaklah diadakan prosedur pembasmian hama yang mencakup
jadwal pembasmian, daerah yang harus diliputi, metode kerja,
peralatan dan bahan pestisida yang digunakan, tindakan
pengamanan, bagian atau orang yang terlibat dalam pelaksanaan
pembasmian hama tersebut. Pelaksanaan pembasmian hama
hendaklah didokumentasikan.
10.6.4. Prosedur dan Catatan Pemantauan Partikel di Udara Sekitar
dan Mikroba
Hendaklah dibuat prosedur pemantauan partikel udara dan mikroba
di daerah tertentu yang mencakup metode pemantauan dan daerah
yang dipantau, spesifikasi, termasuk tingkat siaga dan tingkat
pengambilan tindakan. Hasil pemantauan hendaklah dicatat.
10.7. Dokumen Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali
Obat, Obat Kembalian dan Pemusnahan Obat
10.7.1. Prosedur dan Catatan Penanganan Keluhan Terhadap Obat
10.7.1.1. Hendaklah dibuat prosedur penanganan keluhan dan
laporan mengenai reaksi yang merugikan dari obat, yang
mencakup definisi tentang kelyhan dan reaksi merugikan
dari obatjenis keluhan dan laporan, metode penanganan
dan evaluasi dari keluhan.
10.7.1.2. Catatan keluhan terhadap obat dan laporan reaksi
merugikan dari obat memuat:
(a) nama produk dan nomor bets;
(b) jenis keluhan atau laporan;
(c) sumber keluhan atau laporan;
100 IlmuFarmasi.Com
(d) contoh produk yang bersangkutan;
(e) ringkasan tentang keluhan atau laporan;
(f) hasil penyelidikan;
(g) evaluasi dari keluhan atau laporan; dan
(h) tanggapan dan tindak lanjut terhadap keluhan atau
laporan.
10.7.2. Prosedur dan Catatan Penarikan Kembali Obat
10.7.2.1. Hendaklah dibuat prosedur penarikan kembali obat untuk
satu bets atau lot atau seluruh bets obat dari peredaran.
10.7.2.2. Hendaklah dibuat catatan tindakan penarikan kembali
yang mencakup :
(a) nama produk. nomor bets dan ukuran bets;
(b) tanggal dimulai dan selesainyapenarikan kembali;
(c) alasan penarikan kembali;
(d) jumlah sisa dan jumlah yang telah didistribusikan dari
bets atau lot produk yang bersangkutan pada
tanggal awal penarikan kembali;
(e) jumlah produk yang dikembalikan;
(f) sumber produk yang dikembalikan;
(g) evaluasi dari penarikan kembali;
(h) tindak lanjut: dan
(i) laporan penanganan penarikan kembali termasuk
laporan kepadapemerintahjikadiperlukan.
10.7.3. Prosedur dan Catatan Penanganan Obat Kembalian
Hendaklah dibuat prosedur penanganan obat kembalian yang
memuat pedoman untuk pengambilan keputusan apakah obat
kembalian dapat digunakan kembali, diolah ulang atau dimusnahkan.
Penanganan dan pemusnahan obat kembalian hendaklah
didokumentasikan.
10.7.4. Prosedur dan Catatan Pemusnahan Bahan dan Produk yang
Ditolak
10.7.4.1. Hendaklah dibuat prosedur pemusnahan bahan atau
produk yang ditolak yang mencakup tindakan pencegahan
pencemaran lingkungan dan kemungkinan jatuhnya bahan
atau produk yang bersangkutan ke tangan orang yang
tidak berwenang.
101 IlmuFarmasi.Com
10.7.4.2. Hendaklah dibuatcatatan pemusnahan bahan atauproduk
yang ditolak yang memuat antara lain:
(a) nama, nomor bets dan jumlah bahan atau produk
yang ditolak;
(b) asalbahan atauproduk;
(c) metode pemusnahan;
(d) nama petugas yang melaksanakan dan yang
menyaksikan pemusnahan; dan
(e) tanggal pemusnahan.
102 IlmuFarmasi.Com
10.10. Pedoman dan Catatan Pelatihan CPOB Bagi Karyawan
10.10.1. Hendaklah dibuat pedoman pelatihan CPOB bagi karyawan
sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-
masing.
10.10.2. Hendaklah dibuat catatan pelaksanaan dan hasil pelatihan
CPOB yang mencakup:
(a) tanggal pelatihan;
(b) nama karyawan yang mengikuti pelatihan;
(c) nama instruktur, bagian atau lembaga yang memberikan
pelatihan;
(d) materi pelatihan serta alat bantu yang digunakan;
(e) peragaan yang dilakukan,jika ada; dan
(f) evaluasi terhadap peserta pelatihan.
103 IlmuFarmasi.Com
ADDENDUM I
PEMBUATAN PRODUK BIOLOGI
1. Pendahuluan
Produk biologi yang dicakup dalam CPOB ini adalah vaksin, imunosera,
antigen, hormon, enzim. dan produk lain hasil fermentasi (termasuk
antibodi monoklonal dan produk yang diperoleh dari r-DNA) yang
dibuat dengan metode pembuatan berikut:
(a) biakan mikroba:
(b) biakan sel dan mikroba;
(c) ekstraksi dari jaringan biologi hewan dan manusia; dan
(d) propagasi substrat hidup pada embrio atau hewan.
104 IlmuFarmasi.Com
kefarmasian, pengetahuan medis biologi atau kimia dan pengalaman
praktis yang memadai untuk melaksanakan fungsi mereka atau proses
pembuatan yang dilakukan.
2.3. Seluruh personalian yang terlibat dengan produksi, pengawasan mutu,
pemeliharaan, dan penanganan hewan hendaklah divaksinasi, apabila
diperlukan dengan vaksin yang sesuai, dan melakukan pengecekan
kesehatan secara teratur. Pengunjung tidak diperperbolehkan memasuki
daerah produksi.
2.4. Produksi vaksin BCG dan produk tuberkulin hendaklah terbatas untuk
orang yang telah dimonitor secara hati-hati melalui pengecekan teratur
status imunologi dan sinarX.
2.5. Karyawan hendaklah melaporkan keadaan seperti diare, batuk, pilek,
infeksi kulit atau rambut. luka, demam yang tidak diketahui penyebabnya,
yang dapat menyebarkan kuman ke dalam lingkungan kerja.
2.6. Karyawan tidak diperbolehkan melalui daerah lain dimanaterpapar kuman
hidup atau binatang yang memungkinkan daerahnya terkontaminasi
dengan produk lain atau kuman yang berbeda dengan yang ditanganinya.
2.7. Karyawan yang terlibat dalam proses pembuatan hendaklah berbeda
dengan karyawan yang menangani hewan.
3.1. Daerah yang digunakan untuk memproses jaringan hewan dan mikroba
yang tidak diperlukan pada proses produksi yang sedang berlangsung
dan daerah untuk melakukan uji yang melibatkan hewan atau mikroba
hendaklah terpisah dari sarana yang digunakan untuk pembuatan produk
biologi steril. Daerah tersebut hendaklah mempunyai sistem ventilasi
yang benar-benar terpisah.
3.2. Tingkat pengendalian lingkungan terhadap kontaminasi oleh partikel dan
mikroba di sarana produksi hendaklah diterapkan kepada produk dan
tahapan produksinya, berkenaan dengan kontaminasi bahan baku dan
resikonya terhadap produk akhir. Proses pembuatan produk biologi steril
hendaklah dilakukan setidaknya pada ruangan Kelas II dan diisi di ruangan
Kelas I
3.3. Risiko kontaminasi silang antara produk biologi, terutama selama proses
produksi dimana organisme hidup digunakan, memerlukan perhatian
tambahan berkaitan dengan sarana dan peralatan, seperti pemakaian
fasilitas dan peralatan khusus, produksi bersama dan penggunaan sistem
105 IlmuFarmasi.Com
tertutup. Sifat produk dan peralatan yang digunakan akan menentukan
tingkat pemisahan yang diperlukan untuk menghindari kontaminasi silang.
3.4. Pada prinsipnya, sarana khusus hendaklah digunakan pada produksi
vaksin BCG dan pada penanganan organisme hidup yang digunakan
pada produk tuberculin.
3.5. Organisme yang membentuk sporahendaklah ditangani di saranakhusus
untuk kelompok produk tersebut sampai proses inaktivasi selesai.
Hendaklah digunakan sarana khusus dalam menangani Bacillus
anthracis, Clostridium botulinum dan Clostridium tetani.
3.6. Produksi pada sarana yang sama dapat diterima untuk organisme
pembentuk spora yang lain dimana sarana tersebut khusus diperuntukkan
produk kelompok ini dan tidak boleh ada lebih dari satu produk diproses
pada saat yang sama.
Jika produk tertentu akan diproduksi secara bergantian, tata-letak ruang,
rancang bangun gedung dan peralatan hendaklah memungkinkan proses
dekontaminasi yang efektif dengan fumigasi, bilaperlujugapembersihan
dan sanitasi setelah selesai produksi tersebut.
3.7. Produksi secara bersamaan di tempat yang sama menggunakan
biofermentor sistem tertutup dapat diterima untuk produk antara lain
antibodi monoklonal dan produk yang menggunakan teknik r-DNA.
3.8. Tahap proses setelah panen dapat dilakukan secara bersamaan di sarana
produksi yang sama asalkan tindakan pencegahan yang sesuai dilakukan
untuk mencegah kontaminasi silang. Untuk vaksin yang dimatikan dan
toksoid, proses yang paralel hendaklah hanya dilakukan setelah inaktivasi
biakan atau sesudah proses detoksifikasi.
3.9. Daerah bertekananudarapositif hendaklah digunakan untuk pengolahan
produk steril. Namun demikian untuk daerah tertentu yang digunakan
untuk mikroba patogen hendaklah bertekanan negatif untuk mencegah
penyebaran mikroba patogen keluar dari daerah tersebut.
Apabila daerah bertekanan negatif atau lemari pengaman digunakan untuk
memproses patogen secara aseptis, daerah tersebut hendaklah dikelilingi
dengan daerah steril bertekanan positif.
Pada umumnya, organisme yang diduga bersifat patogen ditangani pada
daerah yang khusus dirancang bertekanan negatif, sesuai dengan
persyaratan perlindungan untuk produk tersebut.
3.10. Unit pengendali udara hendaklah dibuat untuk daerah pengolahan dimana
patogen hidup ditangani. Udara dari daerah ini tidak boleh disirkulasi
balik melainkan dibuang melalui penyaring sterilisasi atau tindakan
106 IlmuFarmasi.Com
dekontaminasi lain untuk mencegah keluarnya patogen kelingkungan
sekitarnya.
3.11. Rancang bangun dan penataan gedung produksi dan peralatan hendaklah
memungkinkan proses pembersihan dan dekontaminasi yang efektif
(misalnya dengan fumigasi). Kecukupan prosedur pembersihan dan
dekontaminasi hendaklah divalidasi.
3.12. Peralatan yang digunakan selama menangani organisme hidup hendaklah
dirancang untuk menjaga biakan agar tetap dalam keadaan murni dan
tidak terkontaminasi oleh sumber dariluar selama proses.
3.13. Sistempemipaan,katupdan saringan udarahendaklah dirancang secara
tepat untuk memudahkan proses pembersihan dan sterilisasi. Penggunaan
sistem bersihkan-di-tempat dan sterilisasi-di-tempat sangat dianjurkan.
Katup pada tangki fermentasi hendaklah dapat disterilisasi dengan uap
secara sempurna. Penyaring udara hendaklah hidrofobik dan divalidasi
selamajangkawaktu pemakaiannya.
3.14. Kurungan primer hendaklah dirancang dan diuji untuk membuktikan
bebas dari risiko kebocoran.
3.15. Limbah yang kemungkinan mengandung mikrobapatogen hendaklah
didekontaminasi secara efektif.
3.16. Adanyakeanekaragaman produk atau proses biologi, beberapabahan
tambahan atau bahan pembantu hendaklah diukur atau ditimbang selama
proses produksi (misalnya dapar). Dalam hal ini dapat disediaakan bahan
dalam jumlah sedikit yang disimpan di daerah produksi akantetapi
tidak boleh dikembalikan lagi ke gudang.
4. Penanganan Hewan
4.1. Hewan digunakan untuk produksi dan pengujian mutu untuk sejumlah
produk biologi.
Sarana pemeliharaan hewan dilengkapi sistem ventilasi terpisah
hendaklah disediakan untuk hewan yang dipakai dalam produksi dan
pengawasan mutu produk biologi. Sarana ini hendaklah terpisah dari
daerah produksi dan pengawasan mutu.
4.2. Status kesehatan hewan dari mana bahan baku berasal dan yang akan
digunakan untuk keperluan pengujian mutu dan uji keamanan hendaklah
dipantau dan dicatat.
4.3. Karyawan di sarana hewan hendaklah dilengkapi dengan baju khusus,
sarana pakaian dan sarana mandi.
107 IlmuFarmasi.Com
4.4, Hendaklah ada sarana untuk desinfeksi kandang hewan, jika
memungkinkan dengan uap, dan insinerator untuk memusnahkan linibah
dan bangkai hewan.
5. Pengendalian Produksi
108 IlmuFarmasi.Com
sedemikian rupa sehingga dapat meminimalkan risiko
kontaminasi atau perubahan.
5.2.5. Pembuatan lot benih dan bank sel hendaklah dilakukan di dalam
lingkungan terkendali yang sesuai untuk melindungi lot benih
dan bank sel. Selama pembuatan lot benih dan bank sel, tidak
boleh ada bahan hidup atau infektif lain (seperti virus, cell lines
atau galur sel) yang ditangani secara bersamaan di daerah yang
sama dan oleh orang yang sama.
5.2.6. Bukti adanya stabilitas dan pemulihan lot benih dan bank sel
hendaklah didokumentasikan. Wadah penyimpanan hendaklah
tertutup kedap, diberi label yang jelas, dan disimpan pada suhu
yang tepat. Persediaan bahan hendaklah disimpan dengan
cermat dan rapi. Suhu penyimpanan hendaklah dicatat secara
terusmenerus untuk lemari pembeku, dan apabila disimpan
dalam nitrogen cair hendaklah dipantau volumenya. Setiap
penyimpangan dari batas yang telah ditentukan dan tindakan
perbaikan yang telah dilakukan hendaklah dicatat.
5.2.7. Hanya karyawan yang diberi wewenang yang diizinkan
untuk menangani bahan ini dan penanganan tersebut
hendaklah dilakukan dalam pengawasan seorang
penanggung jawab. Akses ke bahan yang disimpan
hendaklah dikendalikan. Lot benih dan bank sel yang
berbeda hendaklah disimpan sedemikian rupa untuk
menghindari keraguan dan kontaminasi silang.
5.2.8. Lot benih dan bank sel hendaklah disimpan terpisah dari bahan
lain.
5.2.9. Semua wadah dari bank sel induk atau bank sel kerja dan lot
benih hendaklah ditangani dengan cara yang sama selama
penyimpanan. Sekali dipindahkan dari penyimpanan, wadah
tersebut tidak boleh dikembalikan ke persediaan semula.
109 IlmuFarmasi.Com
5.3.3 Sentrifugasi dan pencampuran produk hendaklah dilakukan
sedemikian rupa untuk mencegah peyebaran kuman hidup ke
daerah sekelilingnya.
5.3.4 Mediabiakan lebih baik disterilisasi -di -tempat ("in situ" .
Penambahan gas, media, asam atau basa, bahan pengurang
busa, dan Iain-lain ke dalam fermentor hendaklah melalui
penyaring sterilisasi yang terpasang di lini proses.
5.3.5 Tindakan khusus hendaklah dilakukan pada saat menghilangkan
atau inaktivasi virus untuk mencegah risiko terkontaminasinya
kembali produk yang sudah tidak mengandung virus atau yang
telah diinaktivasi dengan produk yang belum dilakukan
penanganan. Hendaklah dilakukan validasi proses pembuangae
atau inaktivasi virus.
5.3.6 Peralatan yang digunakan untuk kromatografi hendaklah
dikhususkan hanyauntuk pemurnian satu produk dan hendaklah
disterilisasi dan disanitasi diantara bets yang akan dilakukan.
Pemakaian peralatan yang sama untuk proses berbeda tidak
dianjurkan.
Kriteria penerimaan masa pakai dan metode sanitasi atau
sterilisasi kolom kromatografi hendaklah ditetapkan.
6. Pengawasan Mutu
6.1. Pengawasan dalam proses hendaklah diterapkan selama proses produksi
untuk menjamin konsistensi mutu produk biologi. Pengawasan dalam
proses yang penting untuk mutu, misalnya penghilangan virus, tapi yang
tidak dapat dilakukan pada produk akhir hendaklah dilakukan pada
tahapan produksi yang tepat.
6.2. Proses produksi tertentu seperti fermentasi hendaklah terus menerus
dipantau. Data yang yang terkumpul menjadi bagian dari catatan bets.
6.3. Jika biakan sel abadi (continuous culture) digunakan pertimbangan
khusus hendaklah diberikan terhadap persyaratan pengujian mutu.
misalnya untuk pencegahan kontaminasi, memantau laju pertumbuhat
dll., yang timbul dari cara produksi jenis ini.
6.4. Contoh pertinggal dibutuhkan dalamjumlah yang cukup untuk bahan
baku, produk antara dan produk akhir, kecuali untuk komponen media
biakan.
110 IlmuFarmasi.Com
7. Dokumentasi
7.1. Spesifikasi hendaklah dibuat untuk bahan awal, produk antara, produk
ruahan dan produk akhir.
7.2. Spesifikasi untuk bahan baku hendaklah mencakup sumber, asal, metode
pembuatan dan uji yang diterapkan terutamauji mikrobiologi.
7.3. Semua galur mikroba yang digunakan untuk produksi dan pengujian
hendaklah didokumentasikan.
111 IlmuFarmasi.Com
ADDENDUM II
PEMBUATAN GAS MEDISINAL
1. Pendahuluan
Karena pembuatan gas medisinal merupakan proses industri khusus yang
tidak lazim dilakukan oleh industri farmasi, maka pabrik gas medisinal tidak
selalu mengetahui peraturan yang ditetapkan untuk industri farmasi. Meskipun
demikian gas medisinal digolongkan sebagai obat, sehingga pembuatan gas
medisinal hendaklah memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB).
2. Personalia
Petugas yang bertanggungjawab meluluskan suatu bets hendaklah memiliki
pengetahuan yang menyeluruh dan pengalaman praktis di bidang produksi dan
pengawasan mutu gas medisinal. Seluruh karyawan harus memiliki pengetahuan
cara pembuatan obat yang baik yang berhubungan dengan gas medisinal serta
menyadari aspekpentingyangkritis danbahayapotensial bagi pasien pengguna
gas medisinal tersebut.
112 IlmuFarmasi.Com
Metode pemisahan yang dipilih tergantung dari sifat, keadaan dan
kompleksitas dari keseluruhan proses. Penandaan di lantai, pemakaian
dinding pemisah, palang pemisah, pemberian label dan pemberian tanda
hendaklah digunakan sesuai dengan kondisi.
3.4. Adalah perlu untuk memastikan bahwagas yang benar diisikan ke dalam
tabung yang benar. Tidak boleh ada sambungan antar pipa dari gas yang
berbeda. Manifold hendaklah dilengkapi dengan alat penghubung
pengisian khusus yang hanya cocok untuk tiap katup dari satu jenis gas
saja atau suatu campuran gas sehingga wadah yang salah tidak dapat
ditautkan pada manifold. Penggunaan jenis manifold dan penghubung
katup wadah hendaklah mengikuti peraturan nasional dan internasional.
3.5. Kegiatan pemeliharaan dan perbaikan tidak boleh mempengaruhi mutu
gasmedisinal.
3.6. Gas medisinal hendaklah diisikan di daerah terpisah dari gas non-medisinal
dan tidak boleh terjadi pertukaran tabung diantara ke dua daerah ini.
3.7. Pengisian gas medisinal dan non-medisinal boleh dilakukan dari pipa yang
samatetapi di ruangan yang berbeda, dengan ketentuan bahwa mutu gas
non medisinal paling sedikit sama dengan mutu gas medisinal dan tabung
disiapkan sesuai dengan persyaratan khusus. Untuk mencegah pencemaran
oleh gas non-medisinal hendaklah dipasang katup satu arah (non-return
valve) pada pipa pemasok ke ruang pengisian dari gas non-medisinal.
3.8. Tabung gas medisinal hendaklah memiliki karakteristik teknis yang sesuai.
Mulut tabung gas hendaklah diberi segel pengaman.
3.9. Gas medisinal cair yang didinginkan boleh dikirimdengan tangki untuk
gas non-medisinal dengan syarat mutu gas non-medisinal minimal sama
dengan gas medisinal.
113 IlmuFarmasi.Com
(b) Jika produk akhir berupa satu macam gas, maka contoh dapat
diambil dari tangki penyimpanan yang berisi gas dari beberapa
pengiriman atau dari tabung pertama yang diisi gas, dengan syarat
bahwa pipa pengisian telah ditiup dan diberi gas dahulu (purging)
setelah pengiriman gas yang terakhir ditambahkan ke tangki
penyimpanan, dan jika produk akhir adalah suatu campuran gas.
maka setiap komponen hendaklah diperiksa secara terpisah.
4.4. Manifold gas medisinal hendaklah dipakai hanya untuk satu jenis gas saja
atau suatu campuran gas.
4.5. Pembersihan dan penyemburan alat dan pipa pengisian hendaklah
mengikuti prosedur tetap serta diperiksa tidak adanya sisa bahan pem-
bersih atau bahan cemaran lain sebelum sistem pengisian diluluskan untuk
dipakai.
4.6. Tabung gas baru dan tabung yang dikembalikan setelah dipakai hendaklah
diuji dengan tes tekanan serta dilakukan pemeriksaan secara visual.
4.7. Pemeriksaan yang dilakukan sebelum pengisian hendaklah meliputi:
(a) pemeriksaan tiap tabung secara visual pada katup dan bagian luarnya
terhadap kemungkinan terdapat penyok, noda bakar bekas las,
kerusakan lain, bekas oli atau pelumas:
(b) pemeriksaan sambungan katup dari tiap tabung gas atau tabung gas
cair untuk memastikan bahwa jenis sambungan katup ini sesuai dengan
gas yang akan diisikan;
(c) pemeriksaan untuk memastikan bahwa tes hidrostatik telah dilakukan
sesuai dengan persyaratan. Tiap tabung hendaklah diberi kode untuk
mengetahui tanggal tes hidrostatik terakhir. dan
(d) pemeriksaan untuk memastikan bahwa tiap tabung diberi kode warna
dan diberi label.
4.8. Terhadap tabung yang dikembalikan untuk diisi ulang hendaklah dilakukan
persiapan sebagai berikut : gas yang tersisa di dalanf setiap tabung
hendaklah dikeluarkan dengan cara di purge (ditiup kemudian diisi gas
sehingga sedikit bertekanan setelah itu kelebihan tekanan gas dikeluarkan
atau tabung dibuat vakum (paling sedikit 635 mmHg atau tekanan absolut
di bawah 150 mbar). Sebagai alternatif, gas yang tersisa di tiap tabung
dianalisis secara lengkap.
Hendaklah dipertimbangkan untuk membalikkan tabung pada waktu ditiup
untuk membantu mengeluarkan cemaran berbentuk cairan.
114 IlmuFarmasi.Com
4.9. Hendaklah dilakukan pemeriksaan yang sesuai untuk memastikan bahwa
tabung sudahdiisi.
4.10. Jika satu macam gas medisinal akan diisikan menggunakan manifold multi-
silinder (satu manifold dengan beberapa tautan pengisian tabung gas),
maka paling sedikit satu tabung dari tiap tautan pengisian hendaklah
diperiksa identitas dan kemurniannya setiap kali terjadi penggantian tabung.
4.11. Jika satu macam gas medisinal diisikan ke dalam tabung satu-per-satu,
maka paling sedikit satu tabung dari setiap siklus pengisian yang tidak
terputus hendaklah diperiksa identitas dan kadarnya. Contoh siklus
pengisian yang tidak terputus adalah satu shift produksi dengan petugas,
peralatan dan satu bets produk ruahan gas yang sama.
4.12. Jika suatu produk akhir gas medisinal diproduksi dengan mencampurkan
dua macam gas yang berbeda dan diisikan ke dalam tabung, maka setiap
tabung hendaklah diperiksa identitas dan kadar dari salah satu macam
gas, dan paling sedikit satu tabung dari tiap tautan manifold diperiksa
identitas dari gas yang lainnya dari campuran tersebut.
4.13. Jika suatu produk akhir gas medisinal diproduksi dengan mencampurkan
tiga jenis gas dan diisikan ke dalam tabung, maka setiap tabung hendaklah
diperiksa identitas dan kadar dari dua macam gas dan paling sedikit satu
tabung dari setiap tautan manifold hendaklah diperiksa identitas dari gas
ketiga campuran tersebut.
Jika gas dicampurkan langsung di dalam pipa pengisian (misal campuran
gas nitrogen oksida dengan oksigen), maka selama pengisian hendaklah
dilakukan analisis secara terus-menerus terhadap campuran gas tersebut.
4.14. Jika satu tabung diisi lebih dari satu macam gas, maka hendaklah dipastikan
bahwa proses pengisian akan menghasilkan campuran gas yang benar
dan homogen dalam tiap tabung.
4.15. Tiap tabung yang sudah diisi hendaklah diperiksa kebocorannya dengan
carayang sesuai, misal dengan mengoleskan cairan pemeriksa kebocoran
pada daerah sekitar katup.
4.16. Jika gas cair kriogenik diisikan ke dalam tangki kriogenik untuk dikirim
kepada pemakai, maka setiap tangki hendaklah diperiksa identitas dan
kadarnya.
4.17. Jika tangki kriogenik yangadadi lokasi pemakai akan diisi ulang di
tempat pemakai itu sendiri dengan menggunakan mobil tangki, maka
contoh tidak perlu diambil setelah pengisian dengan syarat perusahaan
pengisian gas memberikan sertifikat analisis dari contoh yang diambil dari
tangki.
115 IlmuFarmasi.Com
4.18. Sampel pertinggal tidak diperlukan kecuali jika ditentukan.
5. Penandaan
Tiap tabung hendaklah diberi label dan kode warna. Penandaan nomor bets
dapat dilakukan pada label terpisah.
6. Penyimpanan - Pelulusan
6.1. Segera setelah diisi seluruh tabung hendaklah dikarantina hingga dinyatakan
diluluskan oleh petugas yang berwenang.
6.2. Tabung gas hendaklah disimpan di bawah pelindung dan tidak terpapar
terhadap suhu yang tinggi. Ruang penyimpanan hendaklah bersih, kering.
aliran udara baik dan bebas dari bahan yang mudah terbakar.
6.3. Penyimpanan hendaklah diatur agar terdapat pemisah untuk gas yang
berbeda. untuk tabung terisi dan tabung kosong serta memungkinkan
dilakukan perputaran persediaan..
116 IlmuFarmasi.Com
ADDENDUM III
PEMBUATAN INHALASI DOSIS TERUKUR
BERTEKANAN (AEROSOL)
1. Pendahuluan
2. Bangunan
117 IlmuFarmasi.Com
3. Pengendalian Produksi
4. Pengawasan Mutu
4.1. Jika proses pengisian-ganda yang dipakai, perlu dipastikan bahwa kedua
pengisian menghasilkan berat yang benar untuk memperoleh komposisi
yang benar. Untuk tujuan ini pemeriksaan berat 100 % padatiap tahap
sangat dianjurkan.
4.2. Tiap wadah yang sudah diisi hendaklah diperiksa terhadap kebocoran.
Uji kebocoran hendaklah dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah
pencemaran mikroba atau sisa kelembaban.
4.3. Uji fungsi katup hendaklah dilakukan terhadap tiap wadah yang sudah
diisi dan disimpan setelah waktu tertentu.
118 IlmuFarmasi.Com
PADANAN KATA
Absolut - Absolute
Air olahan - Treated water
Airminum - Potable water
Airmumi - Purified water
Airsuling - Distilled water
Airuntukinjeksi - Water for Injection
Akurasi - Accuracy
Aliran balik - Back-siphonage
Antibodi hemolitik - Hemolytic antibodies
Antibodi monoklonal - Monoclonal antibodies
Autolog - Autologous
Badan Pengawas Obat - Regulatory Agency
119 IlmuFarmasi.Com
Bank sel induk Master cell bank
Bank sel kerja Working cell bank
Batas waktu penggunaan Shelf-life
Bersentuhan, kontak Contact
Bersihkan-di-tempat Clean-in-place (CIP)
Bets Batch
Biakan sel Cell culture
Biakan sel abadi Continuous culture
Bilangan kuman Microbial count
Biogenerator Biogenerator
Biologi Biology, biological
Buku catatan harian Log book
120 IlmuFarmasi.Com
Dikendalikan - Controlled
Diluluskan - Released / Passed
Dinding pemisah - Partition
Dipantau - Monitored
Ditolak - Rejected
Dokter ahli - Qualified Physician
Dokumen bets - Batch dossier
Dokumen registrasi - Marketing authorization dossier
Dokumentasi - Documentation
Dosis terukur - Metered dose
Imunisasi -
Immunization
Inaktivasi -
Inactivation
Insinerator -
Incinerator
Interaksi -
Interact
Instruksikerja - Instruction circular
Jalur - Path taken
Kalibrasi - Calibration
Kandang (hewan) - (Animal) quarters
Kantung penyaring - Filter bag
Kapsul keras - Hard capsule
Karantina - Quarantine
Kartu titik warna - Color spot card
Karyawan - Personnel, Operator
Katup - Valve
Katup satu arah - Non-return valve
121 IlmuFarmasi.Com
Kayu tanpa pelapis - Bare wood
Keamanan terhadap virus - Viral safety
Kedap eksplosi - Explosion proof
Kelembaban nisbi - Relative humidity
Keluhan - Complaint
Kesiapan jalur pengemasan - Line clearance
Keutuhan - Integrity
Kinerjakapasitas - Capacity performance
Kontaminasi silang - Cross contamination
Kotak penyangga udara - Hatchway
Kriteria penerimaan - Acceptance criteria
Kromatografi afmitas - Affinity chromatography
Kurungan primer - Primary containment
Kurungan sekunder - Secondary containment
122 IlmuFarmasi.Com
Obat - Drug
Obat jadi - Finished product (drug)
Obat kembalian - Returned (drug) product
Organisme hidup - Live organism
Palet - Pallet
Panci penyalut - Coating pan
Pancuran airpengaman - Safety shower
Pantau - Monitor
Pasase - Passage
Patogen - Pathogen
Patogenik - Pathogenic
Petugas berkualifikasi - Qualified person
Pelatihan - Training
Pelincir - Lubricant
Pelipat-gandaan - Doublings, multiple
Pemasok terpilih - Approved vendor
Pemastian mutu - Quality assurance
Pembiakan mikroba - Microbial culture
Pembiakan sel dan mikroba - Microbial and cell culture
Pembuatan - Manufacturing
Pemakaian bersih - Net-used
Pemasok - Supplier
Pembasuh mata - Eye bath
Pemberian (obat) - (Drug) administration
Pembuangan saniter - Sanitary disposal
Pemolesan, Pengkilapan - Polishing
Pemulihan - Recovery
Pengawasan selama proses .- In-process control
Pengawasan (pengendalian) miitu - Quality control
Pengemasan - Packaging
Pengendalian udara - Air control /handling
Pengering pusar beliung - Fluid bed drier
Penghalang pemisah - Barrier
Penghisap debu - Dust collector
Pengisian-ganda - Two-shot filling process
Pengisian-tunggal - One-shot filling process
Pengolahan - Processing
123 IlmuFarmasi.Com
Pengolahan ulang Reprocessing
Penyaring sterilisasi Sterilizing filter
Penyaring ventilasi udara Air vent filter
Penyemburan (oleh gas) (Gas) Purging
Pereaksi Reagents
Perintah pembuatan bets Batch manufacturing order
Pernyataan Statement
Perputaran stok Stock rotation
Personalia, Karyawan Personnel
Pertama masuk pertama keluar First in first out (FIFO)
Perubahan (yang ada) (Any appropriate) modifier
Pintu sorong Sliding door
Pirogen Pyrogen
Presisi Precision
Produk antara Intermediate product
Produkbiologi Biological product
(Produk) Obat Medicinal (drug) product
Produk ruahan Bulk product
Produk selular Cellular product
Produk non-steril Non-sterile product
Produksi Production, Manufacturing
Produksi beberapa bets dari satu Production on a campaign basis
produk secara berurutan
Propagasi Propagation
Propelan Propellant
Prosedur Procedure
Prosedur pengemasan induk Master packaging procedure
Prosedur pengolahan ulang Reprocessing procedure
124 IlmuFarmasi.Com
Ruang (daerah) steril Sterile room (area)
Saluran air limbah Drain
Sarana khusus Dedicated facility
Sediaan parenteral bervolume besar Large volume parenteral (LVP)
Segel yang tampak apabila dirusak Tamper-evident seal
Selang waktu Interval
Sentrifugasi Centrifugation
Serologi Serology, serological
Serokonversi Seroconversion
Sisa produk Product residue
Sisa uap Residual moisture
Sistem bank sel Bank cell system
Sistem lot benih Seed lot system
Status imunologi Immunological status
Sterilisasi akhir Terminal sterilization
Sterilisasi cara panas Heat sterilization
Sterilisasi dengan penyaringan Sterile dia or ultra filtration
dia atau ultra
Sterilisasi panas basah Sterilization by moist heat
Sterilisasi panas kering Sterilization by dry heat
Sterilisasi cara radiasi Sterilization by radiation
Sterilisasi cara saring Sterilization by filtration
Sterilisasi-di-tempat Sterilization-in-place (SIP)
Subkulturisasi berulang Repeating sub-cultures
Substrat hidup Live agents
1 IlmuFarmasi.Com