You are on page 1of 9

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI 2
PENENTUAN KADAR AIR DENGAN METODE AZEOTROPH

Disusun oleh : 1. Ulfah Nurhalimah (10060308094)


2. Marina Chaerianisa (10060308096)
3. Fikri Jufri (10060308097)
4. Sendy Triansyah (10060308105)
5. Dhani Febryan (10060308106)
Kelompok : C5 (Lima)
Asisten : Yani Lukmayani, S. Si., Apt.

Hari/tanggal praktikum : Senin/ 25 Oktober 2010


Hari/tanggal pengumpulan: Senin/ 1 November 2010

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2010
PENENTUAN KADAR AIR DENGAN METODEAZEOTROPH
I. Tujuan
Mengenal dan memahami prinsip penetapan kadar air dengan metode
azeoptroph.

II. Teori Dasar


Air merupakan zat yang essensial bagi kehidupan dan kesehatan manusia.
Diantaranya air berperan sebagai materi penyusun setiap sel tubuh, pelarut,
alat transpor, katalisator berbagai reaksi biologi dalam sel, dan berbagai fungsi
lainnya dalam tubuh. Seluruh bahan pangan memiliki kandungan air. Hal ini
disebabkan oleh kebutuhan akan air yang sangat signifikan terkait perannya
yang begitu kompleks dalam tubuh.
Selain air, bahan pangan juga mengandung zat-zat lain yang bermanfaat
bagi kesehatan atau biasa disebut dengan zat-zat gizi. Zat gizi tersebut telah
dibuktikan bermanfaat dalam menjaga atau mengobati satu atau lebih penyakit
atau meningkatkan performa fisiologisnya (Winarno 1990).
Kandungan air dari suatu bahan pangan perlu diketahui terutama untuk
menentukan persentase zat-zat gizi secara keseluruhan. Jumlah kadar air yang
terdapat di dalam suatu bahan pagan sangat berpengaruh atas seluruh susunan
persentase zat-zat gizi secara keseluruhan. Dengan diketahuinya kandungan
air dari suatu bahan pangan, maka dapat diketahui berat kering dari bahan
tersebut yang biasanya konstan.
Penentuan kadar air suatu bahan pangan bergantung pada sifat bahan
pangan itu sendiri. Penentuan ini terkadang tidak mudah dilakukan karena
terdapat bahan yang mudah menguap pada beberapa jenis bahan pangan, dan
adanya air yang terurai pada bahan pangan, serta oksidasi lemak pada bahan
pangan tersebut. Faktor lain yang mempengaruhi penentuan kadar air yang
tepat yaitu air yang ada dalam bahan pangan terikat secara fisik dan ada yang
secara kimia.
Penetapan kadar air pada praktikum kali ini dilakukan dengan metode
destilasi. Metode destilasi digunakan untuk menetapkan kadar air suatu bahan
pangan yang mudah menguap, memiliki kandungan air tinggi, dan bahan yang
mudah teroksidasi. Metode ini digunakan untuk bahan-bahan yang memiliki
ciri-ciri di atas agar pengeringan yang dilakukan tidak menghilangkan kadar
air seluruhnya.
Kadar Air
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam satuan persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang
sangat penting dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi
penampakan, tekstur, serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan
pangan tersebut, kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan
khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan
pangan (Haryanto 1992).
Metode Destilasi
Metode destilasi adalah suatu metode yang digunakan untuk menetapkan
kadar air suatu bahan pangan yang mudah menguap, memiliki kandungan air
tinggi, dan bahan yang mudah teroksidasi. Metode ini digunakan untuk bahan-
bahan yang memiliki ciri-ciri di atas agar pengeringan yang dilakukan tidak
menghilangkan kadar air seluruhnya.
Destilasi dilakukan melalui tiga tahap, yakni evaporasi yaitu
memindahkan pelarut sebagai uap air dari cairan; pemisahan uap cairan di
dalam klom, untuk memisahkan komponen dengan titik didih lebih rendah
yang lebih volatil dari komponen lain yang kurang volatil; dan kondensasi dari
uap cairan untuk mendapatkan fraksi pelarut yang lebih volatil.
Metode destilasi ini diguanakan suatu pelarut yang immiscible yaitu
pelarut yang tidak dapat saling bercampur dengan air dan diisuling bersama-
sama dari contoh yang telah ditimbang dengan teliti. Pelarut tersebut memiliki
titik didih sedikit di atas titik didih air. Pelarut yang biasa digunakan adalah
toluene, xylene, dan campuran pelarut-pelarut ini dengan pelarut lain. Metode
ini sering digunakan pada produik-produk bahan pangan yang mengadung
sedikit air atau mengandung senyawa volatil, diantaranya adalah keju biru,
kopi dan bahan volatil seperti rempah-rempah yang banyak mengandung
minyak volatil.
Kondensasi
Kondensasi atau pengembunan adalah perubahan wujud benda ke wujud
yang lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan. Kondensasi terjadi
ketika uap didinginkan menjadi cairan, tetapi dapat juga terjadi bila sebuah
uap dikompresi (tekanan ditingkatkan) menjadi cairan, atau mengalami
kombinasi dari pendinginan dan kompresi. Cairan yang telah terkondensasi
dari uap disebut kondensat. Sebuah alat yang digunakan untuk
mengkondensasi uap menjadi cairan disebut kondenser. Kondenser umumnya
adalah sebuah pendingin atau penukar panas yang digunakan untuk berbagai
tujuan, memiliki rancangan yang bervariasi, dan banyak ukurannya dari yang
dapat digenggam sampai yang sangat besar (Guenther 1987).
Mahkota dewa bisa ditemukan ditanam di pekarangan sebagai tanaman
hias atau di kebun-kebun sebagai tanaman peneduh. Asal tanaman mahkota
dewa masih belum diketahui. Menilik nama botaninya Phaleria papuana,
banyak orang yang memperkirakan tanaman ini populasi aslinya dari tanah
Papua, Irian Jaya. Di sana memang bisa ditemukan tanaman ini. Mahkota
dewa tumbuh subur di tanah yang gembur dan subur pada ketinggian 10-1.200
m dpl. Perdu menahun ini tumbuh tegak dengan tinggi 1-2,5 m. Batangnya
bulat, permukaannya kasar, warnanya cokelat, berkayu dan bergetah,
percabangan simpodial. Daun tunggal, letaknya berhadapan, bertangkai
pendek, bentuknya lanset atau jorong, ujung dan pangkal runcing, tepi rata,
pertulangan menyirip, permukaan licin, warnanya hijau tua, panjang 7-10 cm,
lebar 2-5 cm. Bunga keluar sepanjang tahun, letaknya tersebar di batang atau
ketiak daun, bentuk tabung, berukuran kecil, berwarna putih, dan harum. Buah
bentuknya bulat, diameter 3-5 cm, permukaan licin, beralur, ketika muda
warnanya hijau dan merah setelah masak. Daging buah berwarna putih,
berserat, dan berair. Biji bulat, keras, berwarna cokelat. Berakar tunggang dan
berwarna kuning kecokelatan. Perbanyakan dengan cangkok dan bijinya.
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Sifat dan khasiat buah berkhasiat menghilangkan gatal (antipruritus) dan
antikanker. Biji berracun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bioaktivitas
ekstrak buah mahkota dewa dengan metode BSLT yang dilanjutkan dengan uji
penapisan antikanker in vitro terhadap sel leukemia 1210, menunjukkan
toksisitas yang sangat tinggi dan potensial sebagai antikanker.
Tumbuhan dengan nama ilmiah Phaleria macrocarpa di kenal juga
dengan nama simalakama (Melayu/Sumater), Makuto Dewo (Jawa).
Berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit, seperti: Diabetes
Mellitus, Kanker dan Tumor, Hepatitis, Rematik dan Asam urat.

III. Alat dan Bahan


1. Alat destilasi penetapan kadar air, terdiri dari :
• Labu bundar 500 ml
• Kondensor
• Tabung penampung berskala 0,1 ml
2. Toluen yang sudah dijenuhkan dengan aquades
• Aquades 1 ml
• Toluene 250 ml
• (stok : toluene 100 ml , aq 1 ml)
• Corong pisah
3. simplisia : Buah mahkota dewa

IV. Prosedur
Tabung penampung dan kondensor dibilas dengan air, dikeringkan
dalam oven. Dimasukkan 200-300 ml toluene yang telah dijenuhkan dengan
aquadest. Lalu dimasukkan sejumlah sampel (± 25 gr simplisia) yang
diperkirakan mengandung air 2-3ml ke dalam labu bundar. Lalu dididihkan
selama 15 menit dengan ditambahkan serpihan porselein. Setelah menididih,
suling dengan kecepatan 2 tetes/ detik hingga sebagian besar air tersuling,
kemudian naikkan kecepatan penyulingan menjadi 4 tetes/detik. Setelah
semua air tersuling, dibilas bagian dalam kondensor dengan toluene.
Penyulingan dilanjutkan selama 5 menit, kemudian hentikan pemanasan.
Tabung penerima didinginkan sampai suhu kamar. Hilangkan tetesan air yang
menempel pada dinding tabung penerima. Biarkan air dan toluen dalam
tabung penerima memisah. Baca volume dalam tabung penerima. Kadar air
dihitung dalam % dengan rumus :

Kadar Air (%) =

V. Data Pengamatan
Pengamatan

Kelompok Nama Simplisia Nama Latin Nama Latin Kadar Air


Simplisia Tumbuhan (%)
1 dan 2 Rimpang Jahe Zingiberis Rhizoma Zingiber officinale 12,8 %
3 dan 4 Daun Kejibeling Sericocalyxis Folium Sericocalyx crispus 11,99 %
5 dan 6 Buah Mahkota dewa Phaleriae Fructus Phaleria macrocarpa 9,8 %

Perhitungan

Berat Simpllisia : 25,4320 g


BJ air : 1 g/ml
Volume air dalam simplisia : 3,1 – 0,6 = 2,5 ml
Kadar air (%) = ml air x bj air x 100%
g simplisia
= 2,5 x 1
25,4320
= 9,8 %
VI. Pembahasan
Penentuan kadar air pada suatu simplisia perlulah dilakukan terutama
untuk bahan yang dikeringkan dan disimpan lama, karena apabila di dalam
simplisia yang akan disimpan dalam waktu yang cukup lama memiliki kelebihan
jumlah air, maka simplisa tersebut akan menjadi cepat lembap sehingga sangat
memungkinkan simplisia tersebut menjadi rusak karena pertumbuhan mikroba
atau jamur yang lebih cepat dan pembusukan yang kemudian terjadi reaksi
hidrolisis. Reaksi hidrolisis merupakan reaksi dimana terjadi penguraian molekul-
molekul suatu zat oleh air (H2O). Penentuan kadar air ini merupakan salah satu
pengujian kualitas dari suatu simplisia. Untuk menghindari kelembapan dan
pertumbuhan mikroba, maka kadar air yang baik yang terdapat pada simplia yaitu
±10%, artinya pada kadar tersebut, simplisia aman untuk digunakan.
Pada percobaan ini diuji kadar air pada simplisia buah mahkota dewa,
kemudian dibandingkan dengan kadar air pada simplisia daun kejibeling dan
rimpang jahe. Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan berbagai metode,
diantaranya metode titrimetri, metode azeotroph dan metode gravimetri.
Pengujian kadar air simplisia mahkota dewa ini diuji dengan menggunakan
metode azeotroph, yaitu dengan menghitung jumlah air pada campuran dua
pelarut yang memiliki titik didih yang berbeda namun dapat menguap bersama-
sama.
Pelarut yang dipakai dalam metode pemisahan ini dengan toluene
(C6H5CH3). Toluene yang didestilasi merupakan pelarut yang tidak tercampur
dengan air, namun kadar air dalam bahan uji akan didestilasi secara bersamaan
dan dipisahkan dalam tabung penerima setelah melalui kondensor (pendingin).
Toluene harus dibuat jenuh karena struktur tolouene memungkinkan untuk
mengikat sedikit air (masih terdapat rongga-rongga untulkmengikat air), sehingga
jika toluene masih bersifat anhidrat, maka akan menghasilkan kadar air yang tidak
sesuai (palsu).
Pada pengamatannya, toluen dibuat jenuh dengam menggunakan corong
pisah, kemudian sisa air yang tidak terikat dengan toluene dipisahkan dari corong.
Toluene kemudian digunakan sebagai pelarut 25 gram simplisia yang telah
dihaluskan. Toluene dan simplisia lalu dididihkan dalam labu bundar dan disuling
dengan alat destilasi dengan kecepatan 2tetes/detik. Kran pembuka ekstrak ditutup
agar dapat dihitung jumlah kadar air yang keluar. Hasil akhir penyulingan
merupakan air dan toluene, namun karena perbedaan berat jenisnya (BJ air = 1
g/ml , BJ toluen= 0,8669 g/ml) maka air berada dibawah dan toluen diatas,
sehingga perhitungan dapat dilakukan dengan mudah.
Hasil perhitungan menunjukan kadar air 2,5 ml, artinya dalam ± 25 gram
simplisia terdapat 2,5 ml air, atau dengan kata lain simplia buah mahkota dewa
yang diuji memiliki kadar air 9,8%. Pada simplisia lain yang diuji menunjukan
hasil yang berbeda (rimpang jahe = 12,8%, daun kejibeling = 11,99%). Dari data
yang dihasilkan maka terlihat bahwa simplisia buah mahkota dewa memiliki
kadar yang lebih sedikit dibandingka dengan yang lain, namun masih terbilang
normal untuk kadar air suatu simplisia (±10%).
Kadar air dalam suatu simplisia haruslah sesuai dengan standar yang telah
ditentukan, karena selain kerusakan-kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh air,
namun kekurangan kadar air dalam suatu simplisia juga tidak baik, karena efek
(zat aktif) dapat terurai saat pengeringan berlangsung sehingga menjadi rusak
simplisianya, maka dari itu untuk tanaman yang akan diambil minyak atsirinya
tidak diperlukan pengeringan karena akan memungkinkan minyak atsiri akan
terurai saat dilakukan proses pengeringan.
Setiap pengukuran kadar air dalam simplisia berbeda-beda. Hal ini dapat
terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah jenis simplisia yang berbeda,
tempat penanaman yang berbeda (faktor tanah, lingkungan), lamanya proses
pengeringan simplisia,dan faktor cuaca (udara sekitar). Namun selain faktor-
faktor lingkungan tersebut, terdapat pula faktor yang dapat meningkatkan
kesalahan saat pengukuran, yaitu diantaranya: toluene yang masih anhidrat
(sehingga toluene masih dapat mengikata air), kemudian saat pembuatan toluene
jenuh (pengocokan air dan toluene terlalu kuat sehingga terbentuk emulsi antara
air dengan toluene), dan dapat juga dikarenakan simplisia yang diuji coba masih
terlalu kasar (kurang halus), sehingga pori-pori kecil dan air tidak terangkat
semua(lama).
VII. Kesimpulan
1. Penentuan kadar air dalam suatu simplisia dapat menggunakan
metode azeotroph, yaitu dengan menghitung jumlah air pada
campuran dua pelarut yang memiliki titik didih yang berbeda
namun dapat menguap bersama-sama.
2. Kadar air pada simplisia buah mahkota dewa adalah 9,8%. Artinya
simplisia tersebut masih memiliki kadar air dalam batas normal
karena batas kadar air normal adalah ±10%.
3. Faktor yang dapat mempengaruhi suatu kadar air dalam simplisia :
jenis simplisia yang berbeda, tempat penanaman yang berbeda
(faktor tanah, lingkungan), lamanya proses pengeringan
simplisia,dan faktor cuaca (udara sekitar).
4. Faktor yang dapat membuat kesalahan perhitungan saat
praktikum : jenis simplisia yang berbeda, tempat penanaman yang
berbeda (faktor tanah, lingkungan), lamanya proses pengeringan
simplisia,dan faktor cuaca (udara sekitar).

VIII. Daftar Pustaka


Guenther E. 1987. Minyak Atsiri Jilid 1. Terjemahan: S. Keteren.
Jakarta: UI Pr.
Haryanto Bambang. 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Yogyakarta:
Kanisius.
Winarno F.G. 1990. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=238 (28/10/2010)

You might also like