You are on page 1of 9

A PPLIED OF S EAWEED F ORUM

[ A S E A F O]

Jurnal elektronik ini diterbitkan oleh Tim Pandu (http://pandu.dhs.org/)


berkaitan dengan proyek Open Source Campus Agreement
Versi cetak akan diterbitkan Lab. Botani Laut, Jurusan Ilmu Kelautan UNDIP-Semarang

2002
DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN RUMPUT LAUT DI Pulau
Karimunjawa, JAWA TENGAH

10th January 2002


Gumay et al. Distribusi dan kelimpahan rumput laut

DISTRIBSI DAN KELIMPAHAN RUMPUT LAUT DI


Pulau Karimunjawa JAWA TENGAH


MH. Gumay , Suhartono and R. Aryawati

Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Sriwijaya, Palembang-Sumatera; Dinas Perikanan Palembang Sumatera, Indonesia

ABSTRACT
DISTRIBUTION AND ABUNDANCE OF SEAWEEDS IN Karimunjawa is, CENTRAL JAVA. Seaweed is one of marine
bio-resources which is important ecologically and economically, and commonly cultured in many area of Indonesian coastal.
Karimunjawa island is a part of Karimunjawa Marine National Park which is supposed to have an ideal environment condition
for seaweed growth. The research was conducted on November 1998 and aimed to find out the abundance and distribution of
seaweed in Karimunjawa is. The survey-based purposive random sampling method was applied, using 1m x 1m quadrat along
100m line.
The result showed that in the area were found 31 species of seaweed consisting of 17 species of Chlorophyta, 10 Phaeo-
phyta and 4 species of Rhodophyta. The most common species found were Padina australis, Sargassum cinereum, Turbinaria
conoides, Caulerpa racemosa var. lamorouxii and Halimeda opuntia. The species distribution have greatly influenced by sub-
strate variation. Among some environment factors observed, water salinity and nitrate concentration have greater influence on
species diversity. The result were expected to contribute some information on seaweed status in Karimunjawa Island in attempt
to inventory the diversity of Indonesian marine bio-resources.
Key words : Seaweed, Karimunjava is., abundance, diversity anddistribution.

PENDAHULUAN
Rumput laut atau seaweed termasuk tumbuhan berthallus yang banyak dijumpai hampir di seluruh perairan pantai Indonesia,
terutama di pantai yang mempunyai rataan terumbu karang. Di dalam perairan rumput laut menempati posisi sebagai produsen
primer yang menyokong kehidupan biota lain pada tropik level yang lebih tinggi. Rumput laut umumnya hidup di dasar laut dan
substratnya dapat berupa pasir, pecahan karang (gravel), karang mati, serta benda-benda keras yang terendam di dasar laut (Kadi,
1989).
Potensi rumput laut di Indonesia mempunyai prospek yang cukup cerah, meskipun pada saat ini pemanfaatannya sangat ter-
batas hanya pada jenis-jenis yang telah umum dikenal saja yaitu dari marga Gracilaria, Eucheuma, Hypnea dan Gelidium (Kadi,
1990). Keadaan tersebut secara umum ditunjang oleh potensi wilayah yang baik seperti; keadaan perairan yang mendukung
kehidupan rumput laut, sediaan alami yang banyak, dan lahan budidaya yang luas.
Rumput laut merupakan makroalga bentik yang terdiri dari jenis-jenis yang termasuk divisio Rhodophyta (alga merah),
Phaeophyta (alga coklat) dan Chlorophyta (alga hijau). Rumput laut umumnya tumbuh melekat pada suatu substrat (Kadi &
Atmadja, 1988).
Rumput laut bersama-sama dengan lamun adalah kontributor penting pada rantai makanan di perairan pantai (Luning, 1990).
Tumbuhan bentik ini pada lingkungan laut terbukti sebagai penyedia habitat dan makanan untuk herbivora (Dawes, 1981).

MATERI DAN METODE


Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2000 di Pulau Karimunjawa, mengambil sampel dari lima lokasi yaitu : Lokasi
I Dermaga Perintis (5o 53,35’ LS dan 110o 25,13’ BT), II Legon Lele (5o 51,88’ LS dan 110o 26,47’ LS), III Ujung Gelam
(5o 50,24’ LS dan 110o 26,41’ LS), IV Pancuran (5o 52,95’ LS dan 110o 26,87’ LS) dan V Tanjung Seloka (5o 51,00’ LS dan
110o 38,47’ LS) (Gambar 1).

Aseafo Vol.2 1
Gumay et al. Distribusi dan kelimpahan rumput laut

Analisa sampel air dan substrat dasar serta identifikasi rumput laut dilakukan di Laboratorium Kampus Ilmu Kelautan
Undip Teluk Awur, Jepara dan Laboratorium Pengelolaan Wilayah Pantai (LPWP) Undip, Jepara. Metoda yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu penelitian yang membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian yang
diteliti dan dikaji pada waktu terbatas dan tempat tertentu untuk mendapatkan gambaran tentang situasi dan kondisi secara lokal
(Hadi, 1983).
Metode pengumpulan datanya menggunakan Purposive Random Sampling, yaitu mengambil sampel dari suatu populasi
secara acak dengan melihat ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya untuk mencapai tujuan tertentu
(Hadi, 1983).

Analisa Data
Data jenis dan jumlah individu yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk menganalisa struktur dan komposisi komunitas
rumput laut yang meliputi Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR), Penutupan Relatif (PR), ditetapkan menggunakan
rumus sebagai berikut:

  
 
- Kepadatan (Kp) = !"##$% %'&#!( ")

#$&*+,  -#.


- Kerapatan Relatif = #$&*+, /+,0%+,%1$"  ( x 100 %
!(&* +2
&
# 3#$%4 -#.
- Dominasi jenis = 5
5&#06+$%7%'&#! )

08 
   4#.
- Dominasi Relatif = 5# 9+,0%+,%&* +2
&* x 100 %
: $%" 
 (. -#.
- Frekuensi Relatif = 5# 9+,0%+, : $6"  x 100 %

Nilai penting suatu jenis yang menurut Pool et al (1977) merupakan nilai struktur jenis tersebut di antara jenis-jenis lainnya
dalam suatu komunitas dan menunjukkan dominasi ditentukan berdasarkan rumus:

- NP = KR + DR + FR (Cox, 1996; Smith, 1977; Sumarno, 1991).

Indeks Keanekaragaman (H’), ditentukan dengan rumus Shannon-Weaver (1974) dalam Odum (1993) serta Indeks Keser-
agaman Evennes (e) ditentukan dengan rumus Pielou (1966) dalam Odum (1993) sebagai berikut :
 

- H’ = ; <>=2? <

Keterangan : ni = jumlah individu jenis ke-i


N = jumlah seluruh individu
A
- dimana : e = ! B
@ 

Keterangan : m = jumlah jenis

Indeks Kesamaan atau Similaritas (S) yang menunjukkan tingkat kesamaan komunitas antar lokasi ditentukan dengan rumus
Sorenson (Odum, 1993) sebagai berikut :
C
DFEHG


- S= x 100 %

Keterangan : A = jumlah spesies dalam sampel A


B = jumlah spesies dalam sampel B
C = jumlah spesies yang sama pada kedua sampel

Aseafo Vol.2 2
Gumay et al. Distribusi dan kelimpahan rumput laut

S = Indeks Kesamaan Sorenson

HASIL DAN DISKUSI


Pulau Karimunjawa merupakan pulau yang terbesar dari 27 pulau yang termasuk dalam wilayah Kepulauan Karimunjawa.
Perairan Karimunjawa relatif jernih dengan morfologi umumnya dari garis pantai berupa paparan pasir, makin ke tengah ter-
dapat komunitas rumput laut, lamun dan terumbu karang. Paparan terumbu karang ini umumnya ditemui pada kedalaman 1 - 15
meter.
Pulau Karimunjawa dipengaruhi oleh angin muson, pada musim kemarau (Juni - Agustus) angin bertiup relatif kencang
dan sedikit mengandung uap air, disebut musim timur. Musim penghujan (November - Maret) curah hujan tinggi, angin bertiup
kencang dan mengakibatkan gelombang besar, disebut musim barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama penelitian di lokasi penelitian terdapat 31 jenis rumput laut yang terdiri dari 17
jenis alga hijau (Chlorophyta), 10 jenis alga coklat (Phaeophyta) dan 4 jenis alga merah (Rhodophya). Hasil tersebut disajikan
pada table 1.

Berdasarkan table 1 di atas, rumput laut divisi Pheophyta memiliki sebaran yang lebih luas dibanding divisi lain dan terda-
pat di semua stasiun. Padina australis, Turbinaria conoides dan Sargassum cinereum terdapat dan banyak ditemui pada pecahan
karang mati. Dilihat dari jumlah jenisnya divisi Chlorophyta memiliki jumlah yang lebih banyak (17 spesies), terutama genus
Halimeda (7 spesies) Halimeda lacunallis, Halimeda macroloba, Halimeda Micronesia, Halimeda macrophysa, Halimeda op-
untia, Halimeda renschi, Halimeda tuna. Dilihat dari lokasi stasiun III memilki jumlah jenis rumput laut labih banyak (22 jenis),
diduga karena stasiun III ideal untuk perumbuhan rumput laut.

Diversity dan Keseragaman


Kondisi keanekaragaman suatu komunitas dapat menggambarkan tingkat stabilitas komunitas. Semakin besar keanekaragaman
berarti semakin banyak jenis yang didapatkan.
Indek keanekaragaman rumput laut di Pulau Karimunjawa berkisar anatar 1,338 - 1,967, artinya memilki indeks keanekaraga-
man sedang. Sedangkan indeks keseragamannya > 0,7, artinya di Pulau Karimunjawa memilki indeks keseragaman yang tinggi.
Hal ini dibuktikan dengan didominasinya stasiun penelitian oleh salah satu spesies aja, seperti T. conoides pada stsiun IV (Pan-
curan).

Similirity Indeks
Indeks kesamaan dilakukan dengan membandingkan jumlah dan komposisi rumput laut antar stasiun. Nilai indeks tertinggi
adalah pada stasiun I dan II sedangkan nilai terendah pada stasiun III dan V. Stasiun I dan II memiliki nilai yang lebih tinggi
sebab adanya kemiripan komposisi jenis dalam komunitas rumput laut yang lebih besar antara kedua stasiun ini dibanding stasiun
lainnya.
Terdapat 4 jenis species rumput laut yang sama pada lokasi ini yaitu : P. australis, H. Macroloba, H. opuntia dan U.
flabellum, dengan jumlah jenis tidak jauh berbeda pada masing-masing stasiun (13 species pada stasiun I dan 9 species pada
stasiun II). Selain itu di dua stasiun ini memiliki kesamaan kondisi lingkungan.

Aseafo Vol.2 3
Gumay et al. Distribusi dan kelimpahan rumput laut

No Nama Species Stasion


I II III IV V
Chlorophyta
1 Bornatella sp x
2 Caulerpa cupressoides x
3 C. rasemosa var lamoroxii x x x
4 C. rasemosa var ocidentallis x x
5 C. serrulata x
6 Caulerpa sertularroides x
7 Chaetomorpha crassa x x
8 Dyctiosphaeria cavernosa x x
9 Halimeda lacunallis x
10 Halimeda macroloba x x x
11 Halimeda macrophysa x x
12 Halimeda Micronesia x
13 Halimeda opuntia x x x
14 Halimeda renschi x
15 Halimeda tuna x
\
16 Neomerris anullata x x x
17 Udotea flabellum x x x
Phaeophyta
18 Dictyota sp x
19 Hormophysa triquetra x x x
20 Padina Australis x x x x x
21 Sargassum binderi x x x
22 Sargassum cinereum x x x x
23 Sargassum plagyophylum x x x
24 Sargassum polycistum x x
25 Sargassum sp x x
26 Turbinaria conoides x x x x
27 Turbinaria ornatta x
Rhodophyta
28 Amphiroa fragillisima x x
29 Galaxaurasubverticillata x x x
30 Gelidiella acerosa x x
31 Gracilaria sp x x

Table 1: Jenis rumput laut di lokasi penelitian (+ = dijumpai)

No Station H’ e
1 Dermaga Perintis (I) 1,96 0,76
2 LegongLele (II) 1,74 0,79
3 Ujung Gelam(III) 1,76 0,57
4 Pancuran (IV) 1,38 0,51
5 Tanjung Seloka (V) 1,52 0,66

Table 2: Diversity dan Keseragaman

Aseafo Vol.2 4
Gumay et al. Distribusi dan kelimpahan rumput laut

Indeks Kesamaan (S)


No Station I II III IV V
1 Dermaga Perintis (I) - 66,7 51,4 42,86 26,09
2 LegongLele (II) - - 45,2 33,3 31,6
3 Ujung Gelam(III) - - - 54,0 25
4 Pancuran (IV) - - - - 48
5 Tanjung Seloka (V) - - - - -

Table 3: Indeks Kesamaan

Aseafo Vol.2 5
Bibliography

[1] Abbott, I. A., and E. Y. Dawson. 1978. How To Know Seaweed. 2nd ed. Wm.C. Brown Company Publishers. Dubuque,
Iowa. 197 p.
[2] Anonimous. 1988. Rencana Induk Taman Nasional Laut Karimunjawa. Final Report Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi
Jawa Tengah. Semarang 69 hal.
[3] Atmadja, W. S. 1997. Peranan dan Fungsi Alga Makro Dalam Ekosistem Terumbu Karang. Prosiding Seminar Nasional
Pengelolaan Terumbu Karang. Panitia Program MAB Indonesian dan LIPI. Jakarta. hal: 143 - 147.
[4] Atmadja, W. S., A. Kadi, Sulistijo, dan R. Satari. 1996. Pengenalan Jenis-jenis rumput Laut di Indonesia. Puslitbang Os-
eanologi, LIPI. Jakarta. 189 hal.
[5] Atmadja, W. S, dan Sulistijo. 1988. Sebaran dan Habitat Gelidium di Indonesia dalam Perairan Indonesia; Biologi, Bu-
didaya, Kualitas Perairan dan Osenografi, (ed) Moosa, M. K., Praseno, D. P., dan Sukarno. Puslitbang Osenologi LIPI.
Jakarta. hal : 69 - 73.
[6] Bold, H. C., and Wynne. 1988. Introduction to The Algae. 2nd ed. Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs, New Jersey. 720 p.
[7] Connaughey, M., and R. Zottoli. 1983. Introduction to Marine Biology. 4th edition. The CV Mosby Company. London. 237
p.
[8] Cox, G. W. 1996. General Ecology; Vegetation Analysis. pp: 88-97.
[9] Dahuri, R., J. Rais., S. P. Ginting dan M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. PT Padnya Paramita. Jakarta. 305 hal.
[10] Darley, W. M. 1982. Algal Biology; A Physiology Approach. Blackwell Scientific Publication. Oxford, London. pp : 88 -
110.
[11] Dawes, C. J. 1981. Marine Botany. Willey Interscience Publication. Canada. 628 p.
[12] Hadi, S. 1983. Pengantar Metodologi Reseach. Gajahmada University Press. Yogyakarta. 218 hal.
[13] Indriyani, H., dan E. Sumiarsih. 1992. Budidaya, Pengelolaan dan Pemanfaatan Rumput Laut. Penerbit Swadaya. Jakarta.
49 hal.
[14] Jonathan, L. R. 1979. Dimensions of Ecology. Oxford University Press. New York. 536 p.
[15] Kadi, A. 1989. Sebaran Algae Halimeda di Indonesia dalam Penelitian Oseanologi Perairan Indonesia, Buku I; Biologi,
Geologi, Lingkungan, dan Oseanografi, (ed) Anonimous. LIPI. Jakarta. hal : 39 - 42.
[16] Kadi, A. 1990. Inventarisasi Rumput Laut di Teluk Tering dalam Perairan Pulau Bangka, (ed) Anonimous. LIPI. Jakarta.
hal : 45 - 50.
[17] Kadi, A., dan W. S. Atmadja. 1988. Rumput Laut (Algae); Jenis, Reproduksi, Produksi, Budidaya dan Pasca Panen. Puslit-
bang Oseanologi, LIPI. Jakarta. 71 hal.
[18] Krebs, C. J. 1978. Ecology; The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Harper & Row Publisher. New
York. 688 p.
[19] Levinton, J. S. 1982. Marine Ecology. Prentice Hall Inc. New Jersey. USA. 526 p.

6
Gumay et al. Distribusi dan kelimpahan rumput laut

[20] Littler, M. M., and D. S. Littler. 1987. Structure and Role of Algae in Reef Community dalam Algae and Human Affairs.
Cambridge University Press. New York. 312 p.
[21] Littler, D. S., M. M. Littler., K. E. Bucher., and J. N. Norris. 1989. Marine Plants of Carribean ; A Field Guide From Florida
To Brazil. Airlife Publishing Ltd. England. 263 p.
[22] Luning, K. 1990. Seaweed ; Their Environment, Biogeography, and Ecophysiology. John Willey & Sons, Inc. New York.
527 p.
[23] Morton, J. 1990. The Shore Ecology of The Tropical Pacific. 1st ed. UNESCO-East Asia. Jakarta. 282 p.
[24] Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Penerjemah: Samingan, T dan B. Srigandono. Gajahmada University Press. Yo-
gyakarta. 824 hal.
[25] Pool, D. J., S. C. Snedaker, and A. E. Lugo. 1977. Structure of Mangrove Forest in Florida, Pueto Rica, Mexico and Costa
Rica. Biotropica. 236 p.
[26] Purnomo. 1990. Jenis-jenis Ganggang Laut Makroskopis dan Fluktuasi Komposisinya di Pantai Selatan Wonosari, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Universitas Gajahmada. Yogyakarta. 66 hal.
[27] Smith, R. L. 1977. Elements of Ecology and Field Biology. Harper & Row, Publishers. New York. 497 p.
[28] Sumarno. 1991. Pengggunaan Kuadran Untuk Mengetahui Distribusi Rumput Laut Majalah Dinas Perikanan. hal: 23-27.
[29] Sutomo, A. B. 1989. Hubungan Kelimpahan Zooplankton dan Hook Rate Madidihang di Laut Sulawesi dan Selat Makasar.
Jurnal Perikanan Laut. No. 52. hal: 23-24.
[30] Trono jr, G. C. 1988. Seaweed Ecology; Influence of Environmental Factors on The Structure, Phenology and Distribution
of Seaweed Communities. Report on The Training Course on Seaweed Farming. ASEAN/UNDP. Fisheries Development
Project. Manila, Philipphines. pp: 14-16.

Aseafo Vol.2 7

You might also like